Makalah Kel 8 Produk Jasa Bank Syariah
Makalah Kel 8 Produk Jasa Bank Syariah
MAKALAH
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Jual Beli Prespektif Ekonomi Islam
DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
(STAI-DDI) PINRANG
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
bisa menyusun dan menyelesaikan makalah tentang “jual beli berdasarkan
waktu serah terima” ini dengan baik dan tepat waktu guna memenuhi tugas mata
kuliah Perbankan Syariah.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan ajaran sempurna yang mengatur seluruh sisi
kehidupan.Islam tidak membedakan antara sesuatu yang bersifat duniawi dan
yang bersifat ukhrawi. Dan1 sering kita temukan orang melakukan mu‟amalah
yang mana mu‟amalah adalah hubungan antar manusia dalam usaha mendapatkan
alat-alat kebutuhan jasmaniah dengan cara yang sebaik-baiknya sesuai dengan
ajaran-ajaran dan tuntunan agama.
1
Syed Nawab Haider Naqvi, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, diterjemahkan oleh M.
Saiful Aman dan Muhammad Ufuqul Mubin, Cet. I,( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 30
2
Mohammad solehuddin, Kamus Istilah Ekonomi Keuangan Dan Bisnis Syariah, (PT
Gramedia pustaka utama , Jakarta, 2011), h.70
3
Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad, Kifayatul Akhyar Fii Halli Ghayatil Ikhtisar,
alih bahasa Syarifudin Anwar dan Misbah Mustofa, (Surabaya: CV Bina Iman, 1995), h.534
4
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Cet I, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), h.121
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu jual beli ?
2. Bagaimana rukun dan syarat jual beli ?
3. Bagaiamana jual beli berdasarkan waktu serah terima?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu jual beli
2. Mengetahui rukun dan syarat jual beli
3. Mengetahui jual beli berdasarkan waktu serah terima
BAB II
PEMBAHASAN
A. JUAL BELI
Jual beli terdiri dari dua kata yakni “jual” artinya akad pengalihan
hak milik, dan “beli” artinya memperoleh sesuatu melalui penukaran Jadi
jual beli dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah persetujuan saling
mengikat antara penjual yakni pihak yang menyerahkan barang dan
pembeli sebagai pihak yang membayar harga barang yang dijual.5
Jual beli dalam istilah fiqh disebut dengan al-bai῾ dalam bahasa
Arab terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yaitu kata asy-
syira‟ (beli). Dengan demikian, kata al-bai῾ berarti jual beli. 22 Secara
terminologi, terdapat beberapa definisi jual beli yang dikemukakan Ulama
Fiqh, sekalipun substansi dan tujuan masing-masing definisi adalah sama,
yaitu tukar menukar barang dengan cara tertentu atau tukarmenukar
sesuatu dengan yang sepadan menurut cara yang dibenarkan. Jual beli
ialah pertukaran barang atas dasar saling rela atau memindahkan milik
dengan ganti yang dapat dibenarkan (berupa alat tukar sah).
5
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), h.477
3
4
6
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah (Fiqh Muamalah), (Jakarta: Kencana, 2016), h.71
7
Rachmad Syafei, Fiqh Muamalah (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h.75.
5
a. Pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian jual beli terdiri atas penjual,
pembeli dan pihak yang terlibat dalam perjanjian tersebut.
b. Objek jual beli terdiri atas benda berwujud dan benda tidak berwujud,
yang bergerak maupun benda tidak bergerak. Syarat objek yang
diperjual belikan adalah berikut: barang yang dijual belikan harus ada,
barang yang dijual belikan harus dapat diserahkan, barang yang dijual
belikan harus berupa barang yang memiliki nilai/harga tertentu. Barang
yang dijual belikan harus halal, barang yang dijual belikan harus
diketahui oleh pembeli, kekhususa barang harus diketahui, penunjukan
dianggap memenuhi syarat langsung oleh pembeli tidak memerlukan
penjelasan lebih lanjut, dan barang yang dijual harus ditetukan secara
pasti pada waktu akad, jual beli dapat dilakukan terhadap barang yang
terukur menurut porsi, jumlah, berat atau panjang.
c. Kesepakatan dapat dilakukan dengan lisan, tulisan dan isyarat,
ketiganya memiliki makna hukum yang sama. Ada dua macam bentuk
akad, yaitu:
1) Akad dengan kata-kata, dinamakan ijab Kabul. Ijab seperti contoh:
ayam ini saya jual dengan harga Rp. 200.000,-. Sedangkan Kabul
contohnya: ayam ini saya terima.
2) Akad dengan perbuatan, dinamakan mu’athah. Dilakukan tanpa ada
ucapan menawarkan karena sudah menjadi kebiasaan. Seperti
contoh: pembeli menyerahkan uang sebesar Rp. 20.000,-kemudian
penjual memberikan ayam sesuai nilai yang ditentuka.
2. Syarat jual beli
Syarat jual beli sesuai yang yang telah dijelaskan oleh Jumhur ulama di
atas sebagai berikut:
a. Syarat orang yang berakad.
Para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa orang yang melakukan
akad jual beli itu harus memenuhi syarat:8
8
Abdul Rahman Ghazali Dkk, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana, 2010), h.71-72
6
3) Apabila jual beli itu dilakukan dengan saling tukar barang (al-
muqayyadah), maka barang yang dijadikan nilai tukar bukan barang
yang diharamkan syara’.
e. Syarat Terkait dengan kekuatan Hukum Akad Jual Beli. Para ulama
fiqih sepakat menyatakan bahwa suatu jual beli baru bersifat mengikat
apabila jual beli itu terbebas dari segala macam khiyar (hak pilih untuk
meneruskan atau membatalkan jual beli).
Ditinjau dari sisi waktu serah terima, jual beli dibagi menjadi
empat beberapa,Ada berbagai macam jenis jual beli dan kita bica
kelompokkan berdasarkan beberapa kriteria. Maksudnya, ada jual beli
yang pembayarannya bersamaan dengan penyerahan barang, tetapi ada
juga yang pembayarannya terlebih dahulu baru kemudian barangnya
diserahkan. Sebaliknya, juga ada yang barangnya dulu diserahkan, baru
kemudian pembayarannya menyusul. Dan terakhir ada juga yang
pembayaran dan penyerahan barang dilakukan kemudian, yang disepakati
hanya telah terjadi jual beli.
8
9
Al-Dimasyqi. Kifayah Al-Akhyar. H.321
9
bayar. Jual beli seperti ini sering disebut salam, dimana pembeli menyerahkan
uangnya terlebih dahulu, dan menerima barang atau jasa kemudian.
Karakteristik jual beli ini pembayaran dilakukan di awal sebelum
penyerahan barang, penyerahan barang dikemudian hari sesuai kesepakatan,
sering digunakan untuk transaksi barang yang belum tersedia atau
membutuhkan waktu produksi.
Hukum jual beli ini dalam isalam diperbolehkan dengan syarat tertentu,
seperti barang yang diperjualbelikan harus jelas spesifikasinya, waktu
penyerahan disepakati,dan penjualan memiliki kemampuan untuk menyerahkan
barang di waktu yang ditentukan.
Kelebihan dari jualbeli ini adalah pembeli mendapatkan kepastian
barang yang dibeli, penjual memiliki modal untuk memulai produksi atau
pengadaan barang, memberikan fleksibilitas bagi kedua belah pihak dalam
menetukan waktu transaksi. Adapun kekurangan jual beli ini membutuhkan
regulasi yang jelas untuk menghindari praktik penipuan.
Contohnya pada jual-beli yang bersifat inden, dimana barang belum
tersedia, namun calon pembeli sudah antri ingin mendapatkannya. Maka para
calon pembeli menyerahkan uangnya dan menerima barang atau jasa di
kemudian hari. Contoh paling sederhana adalah memebeli rumah yang masih
dalam pembangunan, memesan baju jahit, membeli tiket pesawat.
3. Pembayaran Ditunda & Penyerahan Lebih Dahulu
Pada jual-beli ini, penjual menyerahkan barang atau jasa terlebih dahulu
dan pembeli menyerahkan uangnya belakangan, pada waktunya nanti. Istilah
gampangnya jual-beli ini disebut jual beli utang piutang.
Karakteristik jual beli ini pembayaran dilakukan di kemudian hari
setelah penyerahan barang, barang diserahkan terlebih dahulu kepada pembeli,
sering digunkan untuk transaksi dengan nilai besar atau melibatkan waktu yang
lama.
Hukum jual beli ini dalam islam diperbolehkan dengan syarat tertentu,
seperti barang yang di perjualbelikan harus jelqas spesifkasinya, waktu
10
11
DAFTAR PUSTAKA