Anda di halaman 1dari 15

JUAL BELI BERDASARKAN WAKTU SERAH TERIMA

MAKALAH

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Jual Beli Prespektif Ekonomi Islam

DOSEN PENGAMPU :

ANDI BISYRIANI, S.H., M.E.

DISUSUN OLEH :

REZA SYARIPUDDIN 2102010005

RAHMATULLAH NAJAMUDDIN 2102010006

A RAHMAT HIDAYAT 2102010002

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

DARUD DA’WAH WAL IRSYAD

(STAI-DDI) PINRANG

2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
bisa menyusun dan menyelesaikan makalah tentang “jual beli berdasarkan
waktu serah terima” ini dengan baik dan tepat waktu guna memenuhi tugas mata
kuliah Perbankan Syariah.

Dalam penulisan dan penyelesaian makalah ini penyusun tidak terlepas


dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Pinrang, 20 April 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan ajaran sempurna yang mengatur seluruh sisi
kehidupan.Islam tidak membedakan antara sesuatu yang bersifat duniawi dan
yang bersifat ukhrawi. Dan1 sering kita temukan orang melakukan mu‟amalah
yang mana mu‟amalah adalah hubungan antar manusia dalam usaha mendapatkan
alat-alat kebutuhan jasmaniah dengan cara yang sebaik-baiknya sesuai dengan
ajaran-ajaran dan tuntunan agama.

pengertian jual beli adalah transaksi yang mengharuskan adanya penjual,


pembeli, barang dan harga.2 Sedangkan dalam kitab KifayatulAkhyar karangan
Imam Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad al-Husaini diterangkan lafaz Bai‟
menurut Lughat adalah memberikan sesuatu dengan imbalan sesuatu yang lain.
Bai‟ menurut syara‟ adalah membalas suatu harta benda seimbang dengan harta
benda yang lain, yang keduanya boleh dikendalikan dengan ijab qabul menurut
cara yang dihalalkan oleh syara‟.3

Jual beli merupakan pertukaran harta tertentu dengan harta lain


berdasarkan keridhaan antara keduanya. Atau, dengan pengertian lain,
memindahkan hak milik dengan hak milik lain berdasarkan persetujuan dan
hitungan materi.4 Islam mengajarkan beberapa etika yang harus dipatuhi umatnya
khususnya dalam melakukan aktivitas jual beli antara lain yaitu, harus bersifat
jujur, transparan, dan adil terhadap barang yang akan dijual kepada orang lain
misalkan seperti barang itu cacat atau bagus, tidak ada paksaan atau tipuan antara
kedua belah pihak yang akan melakukan jual beli, serta menyempurnakan takaran
dan timbangan.

1
Syed Nawab Haider Naqvi, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, diterjemahkan oleh M.
Saiful Aman dan Muhammad Ufuqul Mubin, Cet. I,( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 30
2
Mohammad solehuddin, Kamus Istilah Ekonomi Keuangan Dan Bisnis Syariah, (PT
Gramedia pustaka utama , Jakarta, 2011), h.70
3
Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad, Kifayatul Akhyar Fii Halli Ghayatil Ikhtisar,
alih bahasa Syarifudin Anwar dan Misbah Mustofa, (Surabaya: CV Bina Iman, 1995), h.534
4
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Cet I, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), h.121

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu jual beli ?
2. Bagaimana rukun dan syarat jual beli ?
3. Bagaiamana jual beli berdasarkan waktu serah terima?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu jual beli
2. Mengetahui rukun dan syarat jual beli
3. Mengetahui jual beli berdasarkan waktu serah terima
BAB II
PEMBAHASAN
A. JUAL BELI
Jual beli terdiri dari dua kata yakni “jual” artinya akad pengalihan
hak milik, dan “beli” artinya memperoleh sesuatu melalui penukaran Jadi
jual beli dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah persetujuan saling
mengikat antara penjual yakni pihak yang menyerahkan barang dan
pembeli sebagai pihak yang membayar harga barang yang dijual.5

Jual beli menurut bahasa yaitu suatu bentuk akad penyerahan


sesuatu dengan sesuatu yang lain. Sedangkan menurut syara‟ jual beli
adalah memiliki sesuatu harta dengan mengganti sesuatu atas dasar ijin
syara‟, atau sekedar memiliki manfaatnya saja yang diperbolehkan syara‟
dengan melalui pembayaran yang berupa Uang.

Jual beli dalam istilah fiqh disebut dengan al-bai῾ dalam bahasa
Arab terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yaitu kata asy-
syira‟ (beli). Dengan demikian, kata al-bai῾ berarti jual beli. 22 Secara
terminologi, terdapat beberapa definisi jual beli yang dikemukakan Ulama
Fiqh, sekalipun substansi dan tujuan masing-masing definisi adalah sama,
yaitu tukar menukar barang dengan cara tertentu atau tukarmenukar
sesuatu dengan yang sepadan menurut cara yang dibenarkan. Jual beli
ialah pertukaran barang atas dasar saling rela atau memindahkan milik
dengan ganti yang dapat dibenarkan (berupa alat tukar sah).

Dalam istilah lain seperti Kitab Undang-undang Hukum Perdata


(KUHPer) dikemukakan bahwa jual beli adalah sesuatu persetujuan
dengan nama pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan
suatu kebendaan dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah
dijanjikan.7 ..Dengan demikian.secara otomatis pada proses dimana
transaksi.jual beli berlangsung, telah melibatkan dua pihak, di mana pihak

5
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), h.477

3
4

yang satu menyerahkan uang (harga) sebagai pembayaran barang yang


diterimanya dan pihak yang lain menyerahkan barangnya sebagai ganti
dari uang yang telah diterimannya, dan proses tersebut dilakukan atas
dasar rela sama rela antara kedua belah pihak, artinya tidak ada unsur
keterpaksaan atau.pemaksaan pada keduannya, sesuai dengan perjanjian
atau ketentuan yang telah dibenarkan syara’ dan disepakati.

Menurut Hanafiah pengertian jual beli yaitu tukar menukar harta


benda atau sesuatu yang diinginkan dengan sesuatu yang sepadan melalui
cara tertentu yang bermanfaat.Adapun menurut Malikiyah, Syafiiyah, jual
beli yaitu tukarmenukar harta dengan harta pula dalam bentuk pemindahan
milik dan kepemilikan.6

B. Rukun dan Syarat Jual Beli


1. Rukun jual beli
Dalam islam rukun jual beli, yaitu:7
a. Aqid (pihak yang berakad).
Aqid ialah orang yang melakukan akad yakni penjual dan
pembeli,yang memiliki keahlian dan wilayah (kekuasaan).
b. Sighat (ijab/kabul).
Terdiri dari dua kata yaitu ijab yang berarti pernyataan yang
disampaikan pertama kali oleh salah satu pihak baik penjual maupun
pembeliyang menunjukkan kerelaan. Sedangkan kabul adalah pernyataan yang
diucapkan oleh seseorang yang akan menerima hak milik meskipun diucapkan
pertama.
c. Ma’qud alaih (barang yang diakadkan).
Ma’qud alaih ialah barang yang dipindahkan dari salah satu orang
yang berakad kepada pihak lain, baik harga atau barang berharga.
Menurut KHES unsur jual beli ada tiga, yaitu:

6
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah (Fiqh Muamalah), (Jakarta: Kencana, 2016), h.71
7
Rachmad Syafei, Fiqh Muamalah (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h.75.
5

a. Pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian jual beli terdiri atas penjual,
pembeli dan pihak yang terlibat dalam perjanjian tersebut.
b. Objek jual beli terdiri atas benda berwujud dan benda tidak berwujud,
yang bergerak maupun benda tidak bergerak. Syarat objek yang
diperjual belikan adalah berikut: barang yang dijual belikan harus ada,
barang yang dijual belikan harus dapat diserahkan, barang yang dijual
belikan harus berupa barang yang memiliki nilai/harga tertentu. Barang
yang dijual belikan harus halal, barang yang dijual belikan harus
diketahui oleh pembeli, kekhususa barang harus diketahui, penunjukan
dianggap memenuhi syarat langsung oleh pembeli tidak memerlukan
penjelasan lebih lanjut, dan barang yang dijual harus ditetukan secara
pasti pada waktu akad, jual beli dapat dilakukan terhadap barang yang
terukur menurut porsi, jumlah, berat atau panjang.
c. Kesepakatan dapat dilakukan dengan lisan, tulisan dan isyarat,
ketiganya memiliki makna hukum yang sama. Ada dua macam bentuk
akad, yaitu:
1) Akad dengan kata-kata, dinamakan ijab Kabul. Ijab seperti contoh:
ayam ini saya jual dengan harga Rp. 200.000,-. Sedangkan Kabul
contohnya: ayam ini saya terima.
2) Akad dengan perbuatan, dinamakan mu’athah. Dilakukan tanpa ada
ucapan menawarkan karena sudah menjadi kebiasaan. Seperti
contoh: pembeli menyerahkan uang sebesar Rp. 20.000,-kemudian
penjual memberikan ayam sesuai nilai yang ditentuka.
2. Syarat jual beli
Syarat jual beli sesuai yang yang telah dijelaskan oleh Jumhur ulama di
atas sebagai berikut:
a. Syarat orang yang berakad.
Para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa orang yang melakukan
akad jual beli itu harus memenuhi syarat:8

8
Abdul Rahman Ghazali Dkk, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana, 2010), h.71-72
6

1) Berakal, Jumhur ulama berpendirian bahwa orang yang melakukan


akad jual beli itu harus baligh dan berakal. Apabila orang yang
berakal itu masih mubayyiz, maka jual belinya tidak sah, sekalipun
mendapatkan izin dari walinya.
2) Yang melakukan akad itu adalah orang yang berbeda, Artinya,
seseorang tidak dapat bertindak dalam waktu yang bersamaan
sebagai penjual, sekaligus pembeli.
3) Saling suka rela antara kedua belah pihak.
4) Harga harus jelas saat transaksi atau dalam akad.
b. Syarat yang terkait dengan ijab Qabul
Para ulama fiqih sepakat menyatakan bahwa unsur utama
darijualbeli adalah kerelaan dari kedua pihak. Kerelaan keduapihak dapat
dilihat dari ijab dan qabul yang dilangsungkan. Ulama Fiqiih
mengemukakan syarat ijab dan qabul sebagai berikut:
1) Orang yang mengucapkannya telah baligh dan berakal
2) Qabul sesuai dengan ijab, Apabila.
3) Ijab dan qabul dilakukan dalam suatu majelis, Artinya kedua belah
pihak yang melakukan jual beli hadir dan membicrakan topik yang
sama.
c. Syarat Barang yang Dijualbelikan.
1) Barang harus ada, atau tidak ditempat, tetapi pihak penjual
menyatakan kesanggupannya untuk mengadakan barang itu.
2) Dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia.
3) Milik seseorang, Barang yang sifatnya belum dimiliki seseorang
tidak boleh diperjual belikan.
d. Syarat Nilai Tukar (Harga Barang).
1) Harga yang disepakati kedua pihak, harus jelas jumlahnya
2) Boleh diserahkan pada waktu akad, sekalipun secara hukum, seperti
pembayaran dengan cek dan kartu kredit
7

3) Apabila jual beli itu dilakukan dengan saling tukar barang (al-
muqayyadah), maka barang yang dijadikan nilai tukar bukan barang
yang diharamkan syara’.
e. Syarat Terkait dengan kekuatan Hukum Akad Jual Beli. Para ulama
fiqih sepakat menyatakan bahwa suatu jual beli baru bersifat mengikat
apabila jual beli itu terbebas dari segala macam khiyar (hak pilih untuk
meneruskan atau membatalkan jual beli).

C. Jual Beli Berdasarkan Waktu Serah Terima


Waktu tidak termasuk dalam rukun jual beli. Tapi waktu
mempunyai pengaruhi besar terhadap keabsahan suatu transaksi, termasuk
di dalamnya jual beli. Salah satu bagian dari waktu yang memiliki
keterikatan kuat dengan jual beli adalah penundaan. Ulama
mengistilahkannya ini dengan term ta`jil. secara bahasa dapat diartikan
dengan durasi objek. Durasi disini berarti waktu antara akad dengan
penyerahan di masa datang yang telah ditentukan, yang telah disepakati
oleh kedua belah pihak. Durasi ini secara hukum mengikat kedua bela
pihak. Tidak melaksanakan kewajiban terkait kesepakatan atas durasi
waktu tanpa alasan syar‟i merupakan suatu tindakan pengkhianatan dan
tidak dibenarkan dalam prinsip muamalah Islam yang berlandaskan sikap
amanah dan jujur.

Ditinjau dari sisi waktu serah terima, jual beli dibagi menjadi
empat beberapa,Ada berbagai macam jenis jual beli dan kita bica
kelompokkan berdasarkan beberapa kriteria. Maksudnya, ada jual beli
yang pembayarannya bersamaan dengan penyerahan barang, tetapi ada
juga yang pembayarannya terlebih dahulu baru kemudian barangnya
diserahkan. Sebaliknya, juga ada yang barangnya dulu diserahkan, baru
kemudian pembayarannya menyusul. Dan terakhir ada juga yang
pembayaran dan penyerahan barang dilakukan kemudian, yang disepakati
hanya telah terjadi jual beli.
8

1. Pembayaran dan Penyerahan Bersamaan


Ini adalah jenis jual-beli yang paling lazim terjadi, dimana seorang
penjual menyerahkan barang kepada pembeli dan pembeli menyerahkan
uangnya penjual, pada saat yang bersamaan dan ketika jual-beli itu dilakukan.
Orang mengistilahkan, ada uang ada barang. Sering juga disebut dengan istilah
jual-beli cash atau jual beli tunai. Hampir semua jenis jual beli yang terkait
dengan kebutuhan sehari-hari dan biasanya nilainya kecil menggunakan cara
ini. Jual beli model ini dianggap sebagai jual beli yang paling baik bila dilihat
dari waktu. Penyerahan barang dan alat tukar yang dilakukan dalam satu waktu
transaksi dianggap mampu meminimalisir tindakan penipuan, kecurangan,
ketidakjelasan dan hal-hal lain yang dapat membatalkan transaksi syariah.
Pembeli dalam model akad ini memiliki hak antara membayar barang tersebut
ataupun membatalkan transaksi bila dia mendapati barang yang akan dibelinya
tidak sesuai keinginannya.9
Karakteristik jual beli ini adalah pembayaran dan penyerahan barang
terjadi di tempat dan waktu yang sama, sering terjadi pada transaksi sehari-hari
dengan nilai kecil.
Hukum dalam islam diperbolehkan dan termasuk jual beli yang paling
ideal, contohnya diantaranya membeli makan di warung, membeli pulsa, dan
membayar taksi.
Kelebihan dari jual beli ini adalah lebih praktis dan mudah, menghindari
risiko penipuan, memastikan kepastian hukum bagi kedua belah pihak. Adapun
kekurangan jual beli ini membutuhkan kesiapan uang dan barang secara
bersamaan, kurang fleksibel untuk transaksi dengan nilai besar atau melibatkan
waktu yang lama

2. Pembayaran Lebih Dahulu & Penyerahan Ditunda


Sebenarnya tanpa sadar kita sering melakukan jual-beli dimana kita
membayar terlebih dahulu baru kemudian menerima barang atau jasa yang kita

9
Al-Dimasyqi. Kifayah Al-Akhyar. H.321
9

bayar. Jual beli seperti ini sering disebut salam, dimana pembeli menyerahkan
uangnya terlebih dahulu, dan menerima barang atau jasa kemudian.
Karakteristik jual beli ini pembayaran dilakukan di awal sebelum
penyerahan barang, penyerahan barang dikemudian hari sesuai kesepakatan,
sering digunakan untuk transaksi barang yang belum tersedia atau
membutuhkan waktu produksi.
Hukum jual beli ini dalam isalam diperbolehkan dengan syarat tertentu,
seperti barang yang diperjualbelikan harus jelas spesifikasinya, waktu
penyerahan disepakati,dan penjualan memiliki kemampuan untuk menyerahkan
barang di waktu yang ditentukan.
Kelebihan dari jualbeli ini adalah pembeli mendapatkan kepastian
barang yang dibeli, penjual memiliki modal untuk memulai produksi atau
pengadaan barang, memberikan fleksibilitas bagi kedua belah pihak dalam
menetukan waktu transaksi. Adapun kekurangan jual beli ini membutuhkan
regulasi yang jelas untuk menghindari praktik penipuan.
Contohnya pada jual-beli yang bersifat inden, dimana barang belum
tersedia, namun calon pembeli sudah antri ingin mendapatkannya. Maka para
calon pembeli menyerahkan uangnya dan menerima barang atau jasa di
kemudian hari. Contoh paling sederhana adalah memebeli rumah yang masih
dalam pembangunan, memesan baju jahit, membeli tiket pesawat.
3. Pembayaran Ditunda & Penyerahan Lebih Dahulu
Pada jual-beli ini, penjual menyerahkan barang atau jasa terlebih dahulu
dan pembeli menyerahkan uangnya belakangan, pada waktunya nanti. Istilah
gampangnya jual-beli ini disebut jual beli utang piutang.
Karakteristik jual beli ini pembayaran dilakukan di kemudian hari
setelah penyerahan barang, barang diserahkan terlebih dahulu kepada pembeli,
sering digunkan untuk transaksi dengan nilai besar atau melibatkan waktu yang
lama.
Hukum jual beli ini dalam islam diperbolehkan dengan syarat tertentu,
seperti barang yang di perjualbelikan harus jelqas spesifkasinya, waktu
10

pembayaran disepakati, dan pemebli memiliki kemampuan untuk membayar di


waktu yang ditentukan.
Kelebihan dari jual beli ini memudahakan pembeli untuk mendapatkan
Contoh yang mudah, seorang mahasiswa makan di warung langganan
tiap hari dan dicatat sebagai hutang. Nanti kalau kiriman uang dari kampung
sudah sampai, hutang-hutang itu dibayarkan. Contoh lain yang mudah juga
adalah langganan koran. Tukang koran tiap hari mengantar koran ke rumah, dan
kita baru membayarnya di akhir bulan. Begitu juga langganan listrik PLN,
telepon rumah (PSTN), telepon seluler tipe pasca bayar. Semua itu
menggunakan sistem penyerahan barang atau jasa terlebih dahulu, baru
kemudian ada pembayaran.
4. Pembayaran dan Penyerahan Sama-sama Ditunda
Pada jual-beli ini terjadi akad tetapi barang tidak diserahkan dan begitu juga
pembayaran. Para ulama sering menyebutkan jual-beli ini sebagai jual
hutang dengan hutang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat mudah – mudahan apa yang
kami paparkan bisa menjadi tambahan pengetahuan bagi kita semua untuk
lebih mengenal jual beli berdasarkan waktu serah terima. Kami menyadari
apa yang kami paparkan dalam makalah ini tentu masih belum sesuai apa
yang di harapkan,untuk itu kami berharap masukan yang lebih banyak lagi
dari dosen pengampu dan teman – teman semua.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai