SEJARAH PERKEMBANGAN ZAKAT 1. PENGERTIAN ZAKAT Zakat berasal dari bahasa Arab yang artinya mensucikan. Zakat menurut bahasa adalah tumbuh atau berkembang, berkah dan banyak kebajikan. Zakat menurut syariat merupakan kewajiban yang dikeluarkan dengan ukuran tertentu untuk diberikan kepada golongan golongan orang yang berhak menerima zakat dalam waktu tertentu dengan berbagai syarat. Zakat ada 2 macam yaitu : 1. Zakat fitrah Zakat fitrah yaitu kewajiban yang dibayarkan umat islam yang sudah dianggap mampu atau berkecukupan. Pada umumnya zakat fitrah dibayarkan pada akhir ramadhan, guna untuk mensucikan diri sebelum menyambut hari raya idul fitri. Zakat fitrah biasanya dibayar menggunakan 2,5 kg beras atau makanan pokok daerah setempat. 2. Zakat Maal Zakat maal merupakan zakat harta atau zakat atas penghasilan misalnya emas, perak, hasil pertanian, pertambangan ternak dan sebagainya yang masing masing memiliki perhitungan sendiri sendiri. Cara menghitung zakat maal : 2,5% x jumlah harta yang tersimpan selama setahun. • Terdapat 8 golongan orang yang berhak menerima zakat yaitu: 1. Faqir yaitu orang yang tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak memiliki apa apa. 2. Miskin yaitu orang yang memiliki sedikit harta namun tidak bisa memenuhi semua kebutuhannya 3. Amil yaitu orang yang mengumpulkan dan membagikan zakat 4. Mu’alaf yaitu orang yang baru masuk islam 5. Hamba sahaya yaitu orang yang ingin memerdekakan dirinya 6. Gharimin yaitu orang yang mempunyai hutang akan tetapi tidak sanggup untuk membayar hutang tersebut 7. Fisabilillah yaitu orang yang berjuang di jalan Allah SWT 8. Ibnu Sabil yaitu orang yang sedang dalam perjalanan 2. SEJARAH PENGELOLAAN ZAKAT PADA ZAMAN RASULULLAH SAW Zakat merupakan salah satu rukun islam yang wajib di kerjakan oleh setiap umat muslim. Salah satu ayat Al Qur’an yang menjelaskan tentang perintah zakat yaitu Q.S At-Taubah ayat 103 yang berbunyi :
ص ِّل َعلَ ْي ِه ۗ ْم
َ ص َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُ َز ِّك ْي ِه ْم بِهَا َو َ ُخ ْذ ِم ْن اَ ْم َوالِ ِه ْم هّٰللا ك َس َك ٌن لَّهُ ۗ ْم َو ُ َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم َ َص ٰلوتَ اِ َّن Artinya : “Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, untuk membersihkan dan menyucikan mereka dan berdoalah untuknya. Sungguh, doamu itu (menumbuhkan) ketentraman jiwa bagi mereka. Allah maha mendengar lagi maha mengetahui.” Rasulullah saw memberikan petunjuk dan contoh dalam pengelolaan zakat. Struktur amil zakat terdiri atas empat bagian yaitu: 1. Petugas yang mencatat para muzzaki 2. Petugas yang menghitung zakat 3. Petugas yang mengumpulkan dan memelihara harta 4. Petugas yang membagikan zakat kepada orang yang berhak menerima zakat 3. SEJARAH PENGELOLAAN ZAKAT 1. Periode Abu Bakar As Siddiq ra. Pada periode Abu Bakar As Siddiq ra, terjadi kendala, salah satunya adalah umat islam tidak mau membayar zakat, karena menurut mereka zakat hanya menguntungkan Rasulullah saw saja. Menurut salah satu suku yakni suku baduwi, pembayaran zakat dianggap tidak wajib, ketika Rasulullah saw wafat, karena mereka menganggap zakat merupakan suatu yang membuat mereka mengalami kerugian dan zakat merupakan hukuman. 2. Periode Umar bin Khattab Pada periode Umar bin Khattab, beliau menghapuskan kewajiban zakat kepada orang yang baru masuk islam. Yang di lakukan oleh Umar bin Khattab tersebut tidaklah mengubah hukum islam yang telah ada, namun tidak meninggalkan ajaran yang sudah tertera pada ayat ayat Al Qur’an. Sistem pemungutan zakat pada periode ini dilaksanakan langsung oleh negara dengan memotong pembayaran negara dan pada periode ini juga sistem pengelolaan zakat menjadi sistematis. 3. Periode Utsman bin Affan Pada periode ini justru pengelolaan zakat mengalami kemunduran. Walaupun dapat di katakan kekayaan pada periode ini melimpah dan jumlah zakatnya dapat mencukupi kebutuhan para penerima zakat. Malah dikarenakan kekayaan melimpah tersebut Utsman bin Affan membebaskan para amil zakat untuk membagikannya kepada orang yang dianggap pantas untuk menerimanya. Keputusan yang di ambil oleh Ustman bin Affan guna untuk mengurangi biaya pengelolaan zakat dinilai biaya tersebut tidak dapat di ketahui oleh pemerintah negara. 4. Periode Ali bin Abi Thalib Pada periode ini situasi politik tidak stabil, banyak terjadi peperangan. Namun Ali bin Abi Thalib terus memperhatikan dan sangat serius dalam pengelolaan zakat. Ali bin Abi Thalib ikut andil dalam membagikan zakat kepada orang orang yang berhak menerima zakat. Pada saat periode Ali bin Abi Thalib kekayaan yang wajib dizakati beraneka ragam, diantaranya : dinar, dirham, emas dan kekayaan lainnya tetap di kenakan zakat. 4. SEJARAH AWAL PERKEMBANGAN Pada awal masuknya islam ke Indonesia, sumber dana yang digunakan untuk pendanaan perjuangan melawan sekutu di dapat dari zakat. Misalnya saat belanda berperang melawan aceh yang sebagian besar penduduknya beragama islam yang sangat kuat dan gigih dan dalam melawan kolonial belanda karena mereka mempunyai sumber dana yang sangat kuat dari zakat. Surau dan langgar adalah tempat pengumpulan zakat pada masa itu. 1. Masa Kerajaan Islam Di masa kerajaan islam pelaksanaan pembayaran zakat dilakukan dengan membayar pajak atau upeti. Namun pada saat itu pembayaran pajak atau upeti cenderung membuat rakyat semakin tergelincir dalam kemiskinan. Zakat tidak dapat di pisahkan, di paralelkan ataupun di saingkan dengan pajak. Zakat dan pajak adalah suatu yang wajib di satukan sebagaimana di satukan sama halnya dengan jiwa raga. 2. Masa Kolonialis Zakat sangat berperan untuk perjuangan kemerdekaan karena zakat digunakan sebagai sumber dana saat Indonesia berperang melawan penjajah belanda. Saat pemerintah belanda mengerti kegunaan zakat pada masa itu, maka pemerintah belanda melarang semua warga dari pemerintah negara maupun rakyat untuk membayar zakat harta mereka. Dengan tujuan untuk melemahkan sumber keuangan bangsa Indonesia. Hal tersebut membuat pengelolaan zakat menjadi terhambat. Pada abar ke-20 dikeluarkan peraturan yang tertera dalam Ordonantie Pemerintah Hindia Belanda No. 6200 tanggal 28 Februari 1905. Dalam peraturan tersebut pemerintah Belanda tidak mencampuri urusan zakat dan pegelolaan zakat diserahkan langsung kepada umat islam. 3. Masa Awal Kemerdekaan Saat Indonesia sudah merdeka, para ahli fiqh dan pemerintah memperhatikan pengelolaan zakat untuk menyusun ekonomi bangsa Indonesia. Hal itu disebutkan dalam UUD 1945 salah satunya yaitu pada pasal 29 yang berhubungan tentang melaksanakan syariat agama. Pemerintah Agama melaksanakan pengawasan agar pemakaian dan pembagian zakat fitrah berjalan berdasarkan hukum yang tertulis dalam Surat Edaran Nomor : A/VII/17367, 8 Agustus 1951. Dan KemenAg mulai menyusun RUU tentang pelaksanaan zakat dan RPPPU tentang pengumpulan dan pendistribusian zakat dan pembentukan Baitul Mal di tahun 1964. Namun keduanya tidak diajukan dikemukakan kepada DPR ataupun Presiden. 4. Masa Orde Baru Pada saat kepemimpinan presiden Soeharto memberikan peluang besar umat muslim dalam penerapan dan pengelolaan zakat. Pada 22 Oktober 1968 ketika memperingati Isra’ Mi’raj Bapak Seharto dalam pidatonya membentuk Badan Amil Zakat Infaq san Sedekah yang dirintis pemerintah DKI Jaya. Pada masa ini perkembangan pengelolaan zakat berbeda di berbagai daerah, ada yang tengah pada tahap konsep / baru dan sebagian lainnya telah dilaksanakan oleh Kanwil Agama di daerah tersebut. Hal ini menyebabkan proses pemungutan zakat sangat bervariasi. 5. Masa Reformasi Di tahun 1999 pemerintah menerbitkan UU No 38 Tahun 1999 mengenai pengelolaan zakat guna memajukan kesejahteraan dan perekonomian bangsa. Lalu diterbitkan juga Keputusan Menteri Agama No. 581 Tahun 1999 mengenai pelaksanaan UU No. 38 tahun 1999 serta Keputusan Direktur Jendral Bimas Islam dan Utusan Haji No. D-291 tahun 2000 mengenai pedoman teknis pengelolaan zakat. 6. Pelaksanaan Zakat dalam UU No.38 tahun 1999 Pelaksanaan zakat di Indonesia selama ini di pandang tidak terarah, dan mendorong umat islam untuk melaksanakan pemungutan zakat dengan sebaik baiknya. Selepas dikeluarkannya UU No. 38 tahun 1999 pengelolaan zakat bersifat nasional semakin intensif dan undang undang itu juga yang dijadikan landasan pelaksanaan zakat di Indonesia. Sebagai hasilnya pemerintah pusat maupun daerah diwajibkan untuk memberi fasilitas terbentuknya BAZNAZ untuk pusat serta BAZDA untuk daerah. 7. Lembaga pengelolaan Zakat Di Indonesia 1) LAZ Daarut Tauhid 2) LAZ Baitul Maal Hidayatullah 3) LAZ Rumah Zakat Indonesia 4) LAZ Dompet Dhuafa Republika 5) LAZ Baitul Maal Mu’amalat 6) LAZ Pesantren Islam Al Ahzar 7) LAZ Yatim Mandiri Surabaya 8) LAZ Dana Sosial Al Falah Surabaya 9) LAZ Global Zakat 10) LAZ Muhammadiyah 11) LAZ Nurul Hayat 12) LAZ Inisiatif Zakat Indonesia 13) LAZ Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh Nahdlatul Ulama 14) LAZ Anak Yatim Ar Rohman Indonesia 15) LAZ Perkumpulan Persatuan Islam 16) LAZ Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia KESIMPULAN Zakat adalah suatu kewajiban yang harus dikeluarkan oleh umat islam dalam waktu tertentu. Dikeluarkannya Undang Undang tentang zakat di harapkan menjadi suatu meningkatkan semangat dalam pengelolaan zakat di Indonesia, walaupun pada dasarnya di dalam UU itu terdapar beberapa kekurangan, namun dengan lahirnya undang undang khusus yang mengontrol zakat merupakan suaru cara dalam pengelolaan zakat di Indonesia dan seiring berjalannya waktu sistem pengelolaan zakat menjadi lebih terstruktur. Diharapkan pengelolaan dan penggunaan zakat di indonesia semakin maju dan pengaruhnya dakan terasa dalam mengatasi masalah mengurangi kemiskinan di Indonesia WASSALAMU’ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH