Anda di halaman 1dari 22

ASSALAMU’ALAIKUM

WARAHMATULLAHI
WABARAKATUH
KELOMPOK 11

1. VONI JULIANTO (2003031047)

2. WAHYU ANNISA MUKTI(2003031048)


SEJARAH PERKEMBANGAN
ZAKAT
1. PENGERTIAN ZAKAT
Zakat berasal dari bahasa Arab yang artinya mensucikan. Zakat
menurut bahasa adalah tumbuh atau berkembang, berkah dan banyak
kebajikan. Zakat menurut syariat merupakan kewajiban yang
dikeluarkan dengan ukuran tertentu untuk diberikan kepada golongan
golongan orang yang berhak menerima zakat dalam waktu tertentu
dengan berbagai syarat.
Zakat ada 2 macam yaitu :
1. Zakat fitrah
Zakat fitrah yaitu kewajiban yang dibayarkan umat islam yang sudah
dianggap mampu atau berkecukupan. Pada umumnya zakat fitrah
dibayarkan pada akhir ramadhan, guna untuk mensucikan diri sebelum
menyambut hari raya idul fitri. Zakat fitrah biasanya dibayar
menggunakan 2,5 kg beras atau makanan pokok daerah setempat.
2. Zakat Maal
Zakat maal merupakan zakat harta atau zakat atas penghasilan
misalnya emas, perak, hasil pertanian, pertambangan ternak dan
sebagainya yang masing masing memiliki perhitungan sendiri sendiri.
Cara menghitung zakat maal :
2,5% x jumlah harta yang tersimpan selama setahun.
• Terdapat 8 golongan orang yang berhak menerima zakat yaitu:
1. Faqir yaitu orang yang tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya
dan tidak memiliki apa apa.
2. Miskin yaitu orang yang memiliki sedikit harta namun tidak bisa
memenuhi semua kebutuhannya
3. Amil yaitu orang yang mengumpulkan dan membagikan zakat 
4. Mu’alaf yaitu orang yang baru masuk islam
5. Hamba sahaya yaitu orang yang ingin memerdekakan dirinya
6. Gharimin yaitu orang yang mempunyai hutang akan tetapi tidak
sanggup untuk membayar hutang tersebut
7. Fisabilillah yaitu orang yang berjuang di jalan Allah SWT
8. Ibnu Sabil yaitu orang yang sedang dalam perjalanan
2. SEJARAH PENGELOLAAN ZAKAT PADA
ZAMAN RASULULLAH SAW
Zakat merupakan salah satu rukun islam yang wajib di kerjakan oleh setiap umat
muslim. Salah satu ayat Al Qur’an yang menjelaskan tentang perintah zakat yaitu Q.S
At-Taubah ayat 103 yang berbunyi :

‫ص ِّل َعلَ ْي ِه ۗ ْم‬


َ ‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُ َز ِّك ْي ِه ْم بِهَا َو‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن اَ ْم َوالِ ِه ْم‬
‫هّٰللا‬
‫ك َس َك ٌن لَّهُ ۗ ْم َو ُ َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم‬ َ َ‫ص ٰلوت‬َ ‫اِ َّن‬
Artinya :
“Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, untuk membersihkan dan
menyucikan mereka dan berdoalah untuknya. Sungguh, doamu itu
(menumbuhkan) ketentraman jiwa bagi mereka. Allah maha mendengar
lagi maha mengetahui.”
Rasulullah saw memberikan petunjuk dan contoh dalam pengelolaan
zakat. Struktur amil zakat terdiri atas empat bagian yaitu:
1. Petugas yang mencatat para muzzaki
2. Petugas yang menghitung zakat
3. Petugas yang mengumpulkan dan memelihara harta
4. Petugas yang membagikan zakat kepada orang yang berhak
menerima zakat
3. SEJARAH PENGELOLAAN ZAKAT
1. Periode Abu Bakar As Siddiq ra.
Pada periode Abu Bakar As Siddiq ra, terjadi kendala, salah satunya
adalah umat islam tidak mau membayar zakat, karena menurut mereka
zakat hanya menguntungkan Rasulullah saw saja. Menurut salah satu
suku yakni suku baduwi, pembayaran zakat dianggap tidak wajib, ketika
Rasulullah saw wafat, karena mereka menganggap zakat merupakan
suatu yang membuat mereka mengalami kerugian dan zakat merupakan
hukuman.
2. Periode Umar bin Khattab
Pada periode Umar bin Khattab, beliau menghapuskan kewajiban
zakat kepada orang yang baru masuk islam. Yang di lakukan oleh Umar
bin Khattab tersebut tidaklah mengubah hukum islam yang telah ada,
namun tidak meninggalkan ajaran yang sudah tertera pada ayat ayat Al
Qur’an.
Sistem pemungutan zakat pada periode ini dilaksanakan langsung
oleh negara dengan memotong pembayaran negara dan pada periode ini
juga sistem pengelolaan zakat menjadi sistematis.
3. Periode Utsman bin Affan
Pada periode ini justru pengelolaan zakat mengalami kemunduran.
Walaupun dapat di katakan kekayaan pada periode ini melimpah dan
jumlah zakatnya dapat mencukupi kebutuhan para penerima zakat.
Malah dikarenakan kekayaan melimpah tersebut Utsman bin Affan
membebaskan para amil zakat untuk membagikannya kepada orang
yang dianggap pantas untuk menerimanya. Keputusan yang di ambil
oleh Ustman bin Affan guna untuk mengurangi biaya pengelolaan zakat
dinilai biaya tersebut tidak dapat di ketahui oleh pemerintah negara.
4. Periode Ali bin Abi Thalib
Pada periode ini situasi politik tidak stabil, banyak terjadi
peperangan. Namun Ali bin Abi Thalib terus memperhatikan dan sangat
serius dalam pengelolaan zakat.
Ali bin Abi Thalib ikut andil dalam membagikan zakat kepada orang
orang yang berhak menerima zakat. Pada saat periode Ali bin Abi
Thalib kekayaan yang wajib dizakati beraneka ragam, diantaranya :
dinar, dirham, emas dan kekayaan lainnya tetap di kenakan zakat.
4. SEJARAH AWAL PERKEMBANGAN
Pada awal masuknya islam ke Indonesia, sumber dana yang
digunakan untuk pendanaan perjuangan melawan sekutu di dapat dari
zakat. Misalnya saat belanda berperang melawan aceh yang sebagian
besar penduduknya beragama islam yang sangat kuat dan gigih dan
dalam melawan kolonial belanda karena mereka mempunyai sumber
dana yang sangat kuat dari zakat. Surau dan langgar adalah tempat
pengumpulan zakat pada masa itu.
1. Masa Kerajaan Islam
Di masa kerajaan islam pelaksanaan pembayaran zakat dilakukan
dengan membayar pajak atau upeti. Namun pada saat itu pembayaran
pajak atau upeti cenderung membuat rakyat semakin tergelincir dalam
kemiskinan. Zakat tidak dapat di pisahkan, di paralelkan ataupun di
saingkan dengan pajak. Zakat dan pajak adalah suatu yang wajib di
satukan sebagaimana di satukan sama halnya dengan jiwa raga.
2. Masa Kolonialis
Zakat sangat berperan untuk perjuangan kemerdekaan karena zakat
digunakan sebagai sumber dana saat Indonesia berperang melawan
penjajah belanda. Saat pemerintah belanda mengerti kegunaan zakat
pada masa itu, maka pemerintah belanda melarang semua warga dari
pemerintah negara maupun rakyat untuk membayar zakat harta mereka.
Dengan tujuan untuk melemahkan sumber keuangan bangsa Indonesia.
Hal tersebut membuat pengelolaan zakat menjadi terhambat. Pada abar
ke-20 dikeluarkan peraturan yang tertera dalam Ordonantie Pemerintah
Hindia Belanda No. 6200 tanggal 28 Februari 1905. Dalam peraturan
tersebut pemerintah Belanda tidak mencampuri urusan zakat dan
pegelolaan zakat diserahkan langsung kepada umat islam.
3. Masa Awal Kemerdekaan
Saat Indonesia sudah merdeka, para ahli fiqh dan pemerintah
memperhatikan pengelolaan zakat untuk menyusun ekonomi bangsa
Indonesia. Hal itu disebutkan dalam UUD 1945 salah satunya yaitu
pada pasal 29 yang berhubungan tentang melaksanakan syariat agama.
Pemerintah Agama melaksanakan pengawasan agar pemakaian dan
pembagian zakat fitrah berjalan berdasarkan hukum yang tertulis dalam
Surat Edaran Nomor : A/VII/17367, 8 Agustus 1951. Dan KemenAg
mulai menyusun RUU tentang pelaksanaan zakat dan RPPPU tentang
pengumpulan dan pendistribusian zakat dan pembentukan Baitul Mal di
tahun 1964. Namun keduanya tidak diajukan dikemukakan kepada DPR
ataupun Presiden.
4. Masa Orde Baru
Pada saat kepemimpinan presiden Soeharto memberikan peluang
besar umat muslim dalam penerapan dan pengelolaan zakat. Pada 22
Oktober 1968 ketika memperingati Isra’ Mi’raj Bapak Seharto dalam
pidatonya membentuk Badan Amil Zakat Infaq san Sedekah yang
dirintis pemerintah DKI Jaya. Pada masa ini perkembangan
pengelolaan zakat berbeda di berbagai daerah, ada yang tengah pada
tahap konsep / baru dan sebagian lainnya telah dilaksanakan oleh
Kanwil Agama di daerah tersebut. Hal ini menyebabkan proses
pemungutan zakat sangat bervariasi.
5. Masa Reformasi
Di tahun 1999 pemerintah menerbitkan UU No 38 Tahun 1999
mengenai pengelolaan zakat guna memajukan kesejahteraan dan
perekonomian bangsa. Lalu diterbitkan juga Keputusan Menteri Agama
No. 581 Tahun 1999 mengenai pelaksanaan UU No. 38 tahun 1999 serta
Keputusan Direktur Jendral Bimas Islam dan Utusan Haji No. D-291
tahun 2000 mengenai pedoman teknis pengelolaan zakat.
6. Pelaksanaan Zakat dalam UU No.38 tahun 1999
Pelaksanaan zakat di Indonesia selama ini di pandang tidak terarah,
dan mendorong umat islam untuk melaksanakan pemungutan zakat
dengan sebaik baiknya. Selepas dikeluarkannya UU No. 38 tahun 1999
pengelolaan zakat bersifat nasional semakin intensif dan undang
undang itu juga yang dijadikan landasan pelaksanaan zakat di Indonesia.
Sebagai hasilnya pemerintah pusat maupun daerah diwajibkan untuk
memberi fasilitas terbentuknya BAZNAZ untuk pusat serta BAZDA
untuk daerah.
7. Lembaga pengelolaan Zakat Di Indonesia
1) LAZ Daarut Tauhid
2) LAZ Baitul Maal Hidayatullah
3) LAZ Rumah Zakat Indonesia
4) LAZ Dompet Dhuafa Republika
5) LAZ Baitul Maal Mu’amalat
6) LAZ Pesantren Islam Al Ahzar
7) LAZ Yatim Mandiri Surabaya
8) LAZ Dana Sosial Al Falah Surabaya
9) LAZ Global Zakat
10) LAZ Muhammadiyah
11) LAZ Nurul Hayat
12) LAZ Inisiatif Zakat Indonesia
13) LAZ Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh Nahdlatul Ulama
14) LAZ Anak Yatim Ar Rohman Indonesia
15) LAZ Perkumpulan Persatuan Islam
16) LAZ Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia
KESIMPULAN
Zakat adalah suatu kewajiban yang harus dikeluarkan oleh umat
islam dalam waktu tertentu. Dikeluarkannya Undang Undang tentang
zakat di harapkan menjadi suatu meningkatkan semangat dalam
pengelolaan zakat di Indonesia, walaupun pada dasarnya di dalam UU
itu terdapar beberapa kekurangan, namun dengan lahirnya undang
undang khusus yang mengontrol zakat merupakan suaru cara dalam
pengelolaan zakat di Indonesia dan seiring berjalannya waktu sistem
pengelolaan zakat menjadi lebih terstruktur. Diharapkan pengelolaan
dan penggunaan zakat di indonesia semakin maju dan pengaruhnya
dakan terasa dalam mengatasi masalah mengurangi kemiskinan di
Indonesia
WASSALAMU’ALAIKUM
WARAHMATULLAHI
WABARAKATUH

Anda mungkin juga menyukai