• Tinjauan Etimologi
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan kata dasar (masdar) dari
zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik. Sesuatu itu zaka,
berarti tumbuh dan berkembang, dan seorang itu zaka, berarti orang itu
baik.
• Tinjauan Terminologi
Zakat dari segi istilah fiqih berarti “Sejumlah harta tertentu diwajibkan
Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak” disamping berarti
“mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri”. Jumlah yang dikeluarkan itu
disebut zakat karena yang dikeluarkan itu menambah banyak, membuat
lebih berarti, dan melindungi kekayaan itu dari kebinasaan”.
Bagian II :
Harta Yang Wajib Dikeluarkan Zakatnya
Catatan : syarat yang keempat dan kelima tidak menjadi persyaratan dalam madzhab Maliki.
Catatan :
• Menurut madzhab Hanafi perhiasan yang diperbolehkan (al-huliy al-mubah) tetap
wajib dizakati.(lihat Mauhibah Dzi al-Fadhl 4/ )
• Menurut sebagian ulama uang kertas wajib dikeluarkan zakatnya, sebagaimana
emas dan perak, sedangkan nishab kadar zakatnya sama dengan emas dan perak.
1. Ditanam. Catatan: menurut Syeikh Mahfuzh Termas, pendapat yang lebih kuat adalah yang
tidak mensyaratkan hal ini. (lihat: Mauhibah Dzi al-Fadhl)
2. Berupa biji-bijian yang bisa menjadi makanan pokok dan bisa disimpan dalam waktu yang lama
3. Tidak mempunyai hutang menurut Hanabilah.
4. Satu nishab
• (dalam hal ini madzhab Hanafi tidak mensyaratkan nishab)
• Catatan: Hasil panen dalam masa satu tahun apabila satu jenis maka dikumpulkan dalam
menjumlah nishab dan dalam menentukan kadar zakatnya. Apabila dalam pengairannya tanpa
dipungut biaya, maka zakat yang dikeluarkan sebanyak 10 %, dan jika dengan dipungut biaya,
maka zakat yang dikeluarkannya 5 %. Sedangkan pengairan selama setengah tahun dengan
dipungut biaya, dan setengah tahunnya lagi dengan tanpa biaya, maka zakat yang dikeluarkan
7,5 %. Adapun biaya selain pengairan seperti pupuk, racun, obat dan upah ulu-ulu tidak
termasuk biaya yang mempengaruhi kadar zakat.
D. Syarat-syaratnya buah-buahan wajib dizakati;
3. Mu’allaf
• Mu’allaf atau lengkapnya al-mu’affalah qulubuhum ialah orang yang berusaha
dilunakkan hatinya. Memberikan zakat kepada mereka dengan harapan hati mereka
menjadi lunak dan loyal terhadap agama Islam.
4. Mukatab
• Mukatab adalah budak yang melakukan transaksi dengan majikannya mengenai
kemerdekaan dirinya dengan cara mengeridit dan transaksinya dianggap sah.
5. Gharim
• Gharim ialah orang-orang yang mempunyai beban hutang kepada orang lain. Hutang
tersebut ada kalanya ia pergunakan untuk mendamaikan dua kelompok yang betikai,
atau hutang untuk membiayai kebutuhannya sendiri dan tidak mampu membayarnya,
dan atau hutang karena menanggung hutang orang lain.
• 6. Sabilillah
• Sabilillah adalah orang-orang yang berperang di jalan Allah SWT dan
mereka tidak mendapatkan bayaran resmi dari negara meskipun
mereka tergolong orang-orang yang kaya.
• 7. Ibnu Sabil
• Ibnu Sabil adalah musafir yang akan bepergian atau yang sedang
melewati tempat adanya harta zakat dan membutuhkan biaya
perjalanan menurut Syafi’iyah dan Hanabilah.
Catatan :
• Dalam UU tersebut juga (Pasal 25, 26 dan 27) bahwa zakat wajib
didistribusikan kepada para mustahik sesuai ketentuan syariat (QS. At-
Taubah: 60) dengan berdasarkan pada skala prioritas, prinsip
pemerataan, keadilan dan kewilayahan, dan bisa digunakan untuk zakat
produktif dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan
kualitas umat. Pendayagunaan secara produktif ini dilakukan setelah
kebutuhan dasar mustahik terpenuhi.
والسالم عليمك ورمحة هللا وبراكته
Untuk mewujudkan Kemandirian Jam’iyyah apalagi mengawal
Kebangkitan Kemandirian Umat sesuai dengan tagline Harlah
NUCARE LAZISNU ke 17.
Tidak hanya soal bagaimana menggerakkan potensi keuangan,
tapi juga soal pengelolaan yang transparan baik penghimpunan,
pentasharrufannya, dan pengelolaan data potensi yang ada.
Untuk itulah “MADRASAH AMIL NUCARE LAZISNU” sangat Urgent
untuk dilaksanakan.