Anda di halaman 1dari 3

Golongan Yang Berhak Menerima Zakat

Golongan atau orang-orang yang berhak menerima zakat ada 8 macam (al-ashnaf al-tsamaniyyah)
yang disebutkan di dalam al-Qur’an yaitu; fakir, miskin, amil, mu’allaf, budak, gharim, sabilillah,
dan ibnu sabil. Dan berikut ini rincian-rinciannya.

1. Fakir Miskin

a. Fakir; yaitu orang yang tidak mempunyai harta atau mata pencaharian yang layak yang bisa
mencukupi kebutuhan-kebutuhannya baik sandang, papan dan pangan.

b. Miskin; yaitu orang yang mempunyaai harta atau mata pencaharian tetapi tidak mencukupi.
Perlu diketahui bahwa pengangguran yang mampu bekerja dan ada lowongan pekerjaan halal
yang dan layak tetapi tidak mau bekerja karena malas, bukan termasuk fakir/miskin. Sedangkan
para santri yang mampu bekerja tetapi tidak sempat bekerja karena kesibukan belajar jika kiriman
belum mencukupi maka termasuk fakir/miskin.

Catatan tentang perbedaan antara fakir dan miskin; Jika penghasilan dibawah separuh dari
kebutuhan maka termasuk fakir, jika penghasilan diatas separuh dari kebutuhan maka termasuk
miskin. Perlu disebutkan di sini bahwa Fuqara’ dan masakin yang cakap bekerja mereka dikasih
modal bekerja sesuai dengan bidangnya. Dan bagi mereka yang cakap berdagang diberi modal
berdagang dan bagi yang mampu dibidang pertukangan, maka diberi modal untuk membeli alat-
alat pertukangan. Sedangkan yang tidak cakap bekerja maka diberi modal untuk mendapatkan
pekerjaan seperti diberi modal untuk membeli ternak atau pekarangan untuk dijadikan
penghasilan yang mencukupi kebutuhan. Dalam hal ini, amil juga boleh memberi mereka dalam
bentuk barangnya. (lihat H.Syarwani ala at-Tuhfah 7/164)

2. Amil zakat, Syarat-syarat dan tugas-tugasnya

Yang dimaksud dengan amil zakat ialah suatu panitia atau badan yang dibentuk oleh pemerintah
untuk menangani masalah zakat dengan segala persoalannya. Ada beberapa syarat yang dipenuhi
dalam diri amil yaitu; 1) beragama Islam, 2) mukallaf (sudah baligh dan berakal), 3) merdeka
(bukan budak), 4) adil dengan pengertian tidak pernah melakukan dosa besar atau dosa kecil
secara kontinyu, 5) bisa melihat, 6) bisa mendengar, 7) laki-laki, 8) mengerti terhadap tugas-tugas
yang menjadi tanggungjawabnya, 9) tidak termasuk ahlul-bait atau bukan keturunan Bani Hasyim
dan Bani Muththalib dan 10) bukan mawali ahlul-bait atau budak yang dimerdekakan oleh
golongan Bani Hasyim dan Bani Muththalib. Sedangkan tugas-tugas yang diamanatkan kepada
amil zakat adalah sebagai berikut

Tugas-tugas Amil Zakat.

1. Menginventarisasi (mendata) orang-orang yang wajib mengeluarkan zakat.

2. Menginventarisasi orang-orang yang berhak menerima zakat

3. Mengambil dan mengumpulkan zakat.


4. Mencatat harta zakat yang masuk dan yang dikeluarkan.

5. Menentukan ukuran (sedikit dan banyaknya) zakat.

6. Menakar, menimbang, menghitung porsi mustahiqqus zakat

7. Menjaga keamanan harta zakat

8. Membagi-bagikan harta zakat pada mustahiqqin.

Mengingat bahwa tugas-tugas yang telah disebutkan di atas tidak mungkin dilakukan oleh satu
orang atau dua orang, melainkan dari masing-masing tugas harus ada yang menangani secara
khusus maka ada beberapa macam amil sesuai dengan tugas-tugasnya.

Macam-macam Amil Zakat

1. Orang yang mengambil dan mengumpulkan harta zakat.

2. Orang yang mengetahui orang-orang yang berhak menerima zakat.

3. Sekretaris

4. Tukang takar, tukang nimbang, dan orang yang menghitung zakat

5. Orang yang mengkoordinir pengumpulan orang-orang yang wajib zakat dan yang berhak
menerima.

6. Orang yang menentukan ukuran (sedikit banyaknya) zakat.

7. Petugas keamanan harta zakat.

8. Orang yang membagi-bagikan zakat.

3. Mu’allaf

Mu’allaf atau lengkapnya al-mu’affalah qulubuhum ialah orang yang berusaha dilunakkan hatinya.
Memberikan zakat kepada mereka dengan harapan hati mereka menjadi lunak dan loyal terhadap
agama Islam. Menurut madzhab Syafi’ie mu’allaf ada empat macam; pertama, orang yang masuk
Islam sedangkan kelunakannya terhadap Islam masih dianggap lemah seperti masih ada perasaan
asing di kalangan sesama muslim atau merasa terasing dalam agama Islam, kedua, mu’allaf yang
mempunyai pengaruh di kalangan komunitas atau masyarakatnya sehingga dengan diberinya
zakat ada harapan menarik simpati masyarakatnya untuk masuk Islam, ketiga, mu’allaf yang diberi
zakat dengan tujuan agar membantu kaum muslim untuk menyadarkan mereka yang tidak
mengeluarkan zakat (mani’ al-zakat), dan keempat, mu’allaf yang diberi zakat dengan tujuan agar
musuh-musuh Islam tidak menyerang orang orang muslim.

4. Mukatab

Mukatab adalah budak yang melakukan transaksi dengan majikannya mengenai kemerdekaan
dirinya dengan cara mengeridit dan transaksinya dianggap sah.
5. Gharim

Gharim ialah orang-orang yang mempunyai beban hutang kepada orang lain. Hutang tersebut ada
kalanya ia pergunakan untuk mendamaikan dua kelompok yang betikai, atau hutang untuk
membiayai kebutuhannya sendiri dan tidak mampu membayarnya, dan atau hutang karena
menanggung hutang orang lain.

6. Sabilillah

Sabilillah adalah orang-orang yang berperang di jalan Allah SWT dan mereka tidak mendapatkan
bayaran resmi dari negara meskipun mereka tergolong orang-orang yang kaya. Menurut madzhab
Syafi’ie sabilillah tertentu bagi mereka yang berperang di atas. Sementara ada yang berpendapat
bahwa termasuk sabilillah adalah segala sesuatu yang menjadi sarana kebaikan adalam agama
seperti pembangunan madrasah, masjid, rumah sakit Islam dan jalan raya atau seperti para guru
dan kiai yang berkonsentrasi mengajarkan agama Islam kepada masyarakat. (lihat Jawahir al-
Bukhari, al-Tafsir al-Munir, Qurrah al-A’in al-Malikiyah)

7. Ibnu Sabil

Ibnu Sabil adalah musafir yang akan bepergian atau yang sedang melewati tempat adanya harta
zakat dan membutuhkan biaya perjalanan menurut Syafi’iyah dan Hanabilah.

Catatan: Pertama, perlu diketahui bahwa dalam pemberian zakat terhadap al-ashnaf al-
tsamaniyah di atas masing-masing kategori (kelompok) minimal tiga orang. Dan kedua, semua
kelompok di atas diberi sesuai dengan kebutuhannya; fakir miskin diberi secukupnya untuk
kebutuhan selama satu tahun, gharim dan mukatab diberi secukupnya untuk membayar
tanggungannya, sabilillah diberi secukupnya untuk kebutuhan dalam peperangan, ibnu sabil diberi
secukupnya sampai ke negerinya, mu’allaf diberi dengan pemberian yang dapat menghasilkan
tujuan sesuai dengan macam-macamnya mu’allaf di atas, dan amil diberi sesuai dengan upah
pekerjaannya.

Anda mungkin juga menyukai