Anda di halaman 1dari 11

MASHARIF ZAKAT

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Manajemen ZISWAF
Dosen Pengampu :
Dr. Ahmad Syakur, MEI

Disusun oleh Kelompok 13:


1. Lailatul Magfiroh (931300917)
2. Siti Toifatun (931301317)
3. Firdaus Ulum .R. (931304018)

JURUSAN EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
TAHUN 2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam mengajarkan penganutnya untuk selalu berbagi dan


mengingatkan bahwa di dalam harta itu ada hak orang-orang yang kurang
beruntung dan tidak mampu. Karena setiap harta yang kita miliki, sebagian
adalah hak orang–orang yang tidak mampu atau terjerat dalam kemiskinan.
Berbagi dengan sesama umat Islam dengan harta yang sebagian merupakan
hak orang lain yang tidak mampu bisa disalurkan melalui zakat, infaq,
shadaqah, dan wakaf atau bisa disingkat ZISWAF.

Zakat merupakan salah satu ibadah yang diwajibkan oleh Allah SWT
kepada setiap kaum Muslimin. Perintah zakat didalam Al-Quran senantiasa
disandingkan dengan perintah shalat. Pentingnya menunaikan zakat karena
perintah ini mengandung misi sosial yang memiliki tujuan jelas bagi
kemaslahatan umat. Tujuan yang dimaksud antara lain untuk memecahkan
problem kemiskinan, meratakan pendapatan, meningkatkan kesejahteraan
umat dan negara. Inilah yang menunjukkan betapa pentingnya menunaikan
zakat sebagai salah satu rukun Islam.

Perintah membayar zakat diwajibkan kepada setiap umat Islam yang


mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari secara layak. Bagi muslim
yang tidak mampu mencukupi biaya hidup, mereka tidak wajib membayar
zakat, sebaliknya mereka malah harus diberikan zakat. Atau dengan kata lain,
zakat merupakan harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim yang
memiliki harta berlebih (muzakki) untuk diberikan kepada orang muslim yang
tidak mampu (mustahiq) sesuai dengan ketentuan agama Islam.

Namun perlu diketahui dalam melaksanakan perintah membayar zakat


ini harus sesuai dengan syariah Islam dimana yang menjadi titik paling
penting adalah ketepatan dalam memberikan zakat. Maka dari itu dalam

2
makalah ini kami akan membahas tentang pengertian masharif al-zakat,
golongan yang berhak menerima dan yang haram menerima zakat serta tujuan
dari masharif al-zakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan masharif zakat?
2. Siapa saja golongan 8 ashnaf?
3. Siapa saja yang tidak berhak menerima zakat?
4. Bagaimana tujuan dari masharif zakat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penjelasan tentang masharif zakat.
2. Untuk mengetahui golongan 8 ashnaf.
3. Untuk mengetahui orang yang tidak berhak menerima zakat.
4. Untuk mengetahui tujuan dari masharif zakat.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Masharif Zakat

Pendistribusian zakat (masharif al-zakat) adalah pembagian zakat


kepada yang berhak menerimanya (al-mustahiqun laha). Orang-orang yang
berhak menerima zakat terbagi atas delapan golongan. Syari’at telah
menegaskan bahwa pendistribusian zakat hanya diperuntukkan kepada
delapan asnaf (mustahiqin) sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah swt:1

‫اب َوالْغَ ا ِر ِميْ َن‬ ِّ ‫ات لِْل ُف َق َرآِء َوالْ َم َس اكِيْ ِن َوالْ َع ِاملِيْ َن َعلَْي َه ا َوالْ ُم َؤلََّف ِة ُقلُوبُ ُه ْم َويِف‬
ِ َ‫الرق‬ َّ ‫إِمَّنَا‬
ُ َ‫الص َدق‬
(٦٠) ‫ضةً ِّم َن اللَّ ِه َواللَّهُ َعلِْي ٌم َح ِكيْ ٌم‬ َّ ‫َويِف ْ َسبِيْ ِل اللَّ ِه َوابْ ِن‬
َ ‫السبِيْ ِل فَ ِرْي‬
Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk
jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana”.(QS. At-Taubah (9):60)

Pendistribusian kepada 8 asnaf merupakan bentuk perintah yang harus

dijalankan. Bentuk perintah itu bisa dilihat dari lafadz ‫ض ةً ِّم َن اللَّ ِه‬
َ ‫ فَ ِرْي‬yang
berarti ketentuan dari Allah. Karena pembagian tersebut sudah menjadi
ketentuan dari Allah, maka keberadaan harus diikuti. Tujuan dari penetapan
delapan asnaf tersebut adalah agar pendistribusian zakat tidak salah sasaran.

B. Golongan Masharif Zakat


1
Anang Ariful, The Principle Of Zakat, Infaq, And Shadaqah Accounting Based sfas 109, Journal
of Accounting and Business Education, 1 (1), September 2016, hal. 4.

4
Sesuai dengan surat At-Taubah ayat 60, golongan yang berhak
menerima zakat yaitu 8 asnaf yang dijelaskan sbb:

1. Fakir

Adalah kelompok orang yang tidak memiliki pekerjaan dan


penghasilan untuk memenuhi kebutuhan pokok dirinya sendiri dan juga
keluarganya. Menurut mazhab Hanafi, fakir adalah orang yang
mempunyai harta kurang dari nishab. Sedangkan, menurut mazhab
Syafi’I dan Hambali, fakir ialah orang yang tidak berharta, tidak dapat
memenuhi keperluan dan tidak sanggup berusaha, tidak mempunyai
pekerjaan.

2. Miskin

Merupakan kelompok orang yang berbeda dengan fakir, mereka


memiliki penghasilan akan tetapi tidak mencukupi kebutuhan pokok
hidupnya dan keluarganya. Al- Jauhar Ash-Shihah mengatakan, miskin
ialah fakir yang tidak ingin, tidak suka meminta-minta, tidak ingin
mengatakan kefaqirannya kepada orang lain. Menurut Fairuzabadi dalam
Al-Qamus mengatakan, miskin ialah orang yang tidak mempunyai apa-apa
atau orang yang sangat membuthkan pertolongan.

Penyaluran untuk fakir dan miskin melalui pemenuhan kebutuhan


primer yang bersifat konsumtif atau produktif melalui program
pemberdayaan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup.

3. Amil

Adalah orang yang diangkat penguasa atau wakilnya untuk


mengurus zakat. Tugasnya meliputi penghimpunan, pengelolaan dan
pendistribusian zakat.

4. Muallaf

5
Kelompok orang yang baru masuk islam, dan dianggap masih lemah
imannya sehingga harus diperkuat. Yang termasuk muallaf adalah:
a. Orang yang baru masuk Islam sedang imannya belum teguh.
b. Orang Islam yang berpengaruh pada kaumnya. Apabila ia diberi zakat,
orang lain atau kaumnya akan masuk Islam.
c. Orang Islam yang berpengaruh terhadap orang kafir. Kalau ia diberi
zakat, orang Islam akan terhindar dari kejahatan kafir yang ada
dibawah pengaruhnya.
d. Orang yang diperlukan untuk menarik zakat dari mereka yang tidak
mau mengeluarkannya tanpa perantaraan tersebut.

5. Riqab (Memerdekakan budak)

Artinya bagian zakat yang digunakan untuk membebaskan budak


belian dan menghilangkan semua bentuk sistem perbudakan. Disebutkan
dalam Muntaqal Akhbar, golongan ini meliputi golongan mukatab yaitu
budak yang telah dijanjikan oleh tuannya akan dilepaskan jika ia dapat
membayar sejumlah tertentu dan termasuk pula budak yang belum
dijanjikan untuk dimerdekakan.

Al-Laits, Ats-Tsauri, Hanafiyah, dan Syafi’iyah mengatakan


“Dikehendaki dengan memberi kepada budak ialah menolong mukatab
agar ia terlepas dari perbudakannya”. Hukum ini sudah tidak berlaku,
karena perbudakan telah tiada.

6. Gharimin

Yaitu kelompok orang yang berutang yang tidak mampu untuk


melunasinya. Kriterianya adalah orang yang berhutang untuk memenuhi
nafkah keluarganya atau berhutang karena kehilangan hartanya disebabkan
suatu bencana.

7. Sabilillah

6
Yaitu orang yang dalam jalan Allah Swt. Untuk keperluan
pertahanan Islam dan kaum muslimin. Menurut ahli ilmu yang termasuk
dari sabilillah adalah ghazwah atau perang, jadi orang berperang yang
berhak menerima hak ini. Tapi sekarang sudah dihapus kelompok ini
karena sekarang sudah jarang adanya peperangan.
Di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa sabilillah untuk saat ini
mencakup kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah,
pembangunan masjid, rumah sakit dan lain-lain.

8. Ibnu Sabil

Yaitu orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat dan
kehabisan bekal dalam perjalanannya (mengalami kesengsaraan dalam
perjalanannya). Menurut Qardawi, zakat boleh diberikan kepadanya sesuai
dengan ongkos perjalanan untuk kembali ke negerinya.2

C. Orang Yang Tidak Berhak Menerima Zakat

Menurut Maulana Muhammad, orang yang haram menerima zakat adalah:


1. Orang yang kafir dan mulhid (atheis) secara umum.

Orang yang tidak beragama Islam alias orang kafir tida berhak untuk
menerima harta zakat. Ada syarat keislaman yang menjadi dasar penentu
seseorang berhak menerima zakat atau tidak. Dasar itu adalah agama atau
keyakinan orang tersebut. kalau dia seorang muslim dan termasuk kriteria
orang yang berhak menerima zakat, tentu dia berhak mendapatkannya.
Sebaliknya meskipun dia termasuk daftar mustahik, namun bila dia bukan
muslim, haknya akan gugur dengan sendirinya. Tegasnya, hanya orang
yang beragama Islam yang berhak menerma harta zakat.

2. Orang kaya dan orang mampu berusaha.

2
Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Zakat (Semarang:Pustaka Rizki Putra, 2009), hal.
145-178.

7
Seseorang dikatakan kaya, apabila ia memiliki sejumlah harta yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok diri dan keluarganya, sampai ia
mendapatkan harta berikutnya, atau seseorang yang memiliki harta yang
cukup untuk menjamin kelangsungan hidupnya dari waktu ke waktu.
3. Keluarga Bani Hasyim dan Bani Muthalib (Ahlul Bait)

Keluarga Bani Hasyim yaitu Keluarga Ali bin Abi Thalib, keluarga
Abdul Muthallib, keluarga Abbas Bin Abdul Muthallib dan keluarga
Rasulullah SAW. Hal ini berlaku apabila negara menjamin kebutuhan
hidup mereka, tetapi apabila negara tidak menjaminnya, kedudukan
mereka sama dengan anggota masyarakat lain, yaitu berhak menerima
zakat manakala termasuk dalam kategori mustahik.
4. Orang yang menjadi tanggung jawab para wajib zakat (muzakki)

Muzakki adalah orang kaya. Artinya ia masih memiliki kelebihan


harta setelah digunakan untuk mencukupi diri dan keluarganya (orang
yang menjadi tanggung jawabnya). Oleh sebab itu, jika ia melihat para
anggota keluarganya masih terdapat kekurangan, maka ia berkewajiban
untuk memenuhi kebutuhan keluarganya terlebih dahulu. Dan jika masih
memiliki kelebihan (mencapai nishab) barulah ia terkena wajib zakat.3

D. Tujuan Dari Masharif Zakat

Menurut Muhammad Daud Ali tujuan disyariatkannya zakat adalah:


1. Untuk mengangkat derajat fakir miskin,
2. Membantu memecahkan masalah para gharimin, ibnu sabil, dan mustahik
lainnya.
3. Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam dan
manusia umumnya.
4. Menghilangkan sifat kikir dan loba para pemilik harta.
5. Menghilangkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari hati orang-
orang miskin.
3
Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf (Jakarta:PT. Grasindo, 2007), hal.43-44.

8
6. Menjembatani jurang antara si kaya dan sia miskin di dalam masyarakat.
7. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang terutama
yang memiliki harta.
8. Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan
menyerahkan hak orang lain padanya.
9. Sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai keadilan sosial.4

4
Nurul Huda, Keuangan Publik Islami:Pendekatan Teoretis dan Sejarah (Jakarta:Kencana, 2016),
hal. 89-90.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendistribusian zakat (masharif al-zakat) adalah pembagian zakat
kepada yang berhak menerimanya (al-mustahiqun laha) yaitu delapan
golongan. Syarat tersebut dijelaskan pada surat At-Taubah ayat 60.
Delapan golongan ashnaf yautu yang pertama fakir, yang kedua miskin,
ketiga amil, keempat muallaf, kelima riqab, keenam gharim, ketujuh sabilillah
dan yang terahir adalah ibnu sabil.
Orang yang tidak berhak menerima zakat yaitu ada empat pembahasan,
yang pertama Orang yang kafir dan mulhid (atheis) secara umum, kedua orang
kaya dan orang mampu berusaha, ketiga keluarga bani hasyim dan bani
muthalib (ahlul bait), dan yang terakhir Orang yang menjadi tanggung jawab
para wajib zakat (muzakki)
Menurut Muhammad Daud Ali tujuan disyariatkannya zakat adalah
untuk mengangkat derajat fakir miskin, membantu memecahkan masalah para
gharimin, ibnu sabil, dan mustahik lainnya, membentangkan dan membina tali
persaudaraan sesama umat Islam dan manusia umumnya, menghilangkan sifat
kikir dan loba para pemilik harta, menghilangkan sifat dengki dan iri
(kecemburuan sosial) dari hati orang-orang miskin, menjembatani jurang
antara si kaya dan sia miskin di dalam masyarakat, mengembangkan rasa
tanggung jawab sosial pada diri seseorang terutama yang memiliki harta,m
endidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan
hak orang lain padanya, dan sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai
keadilan sosial

10
DAFTAR PUSTAKA

Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi. 2009. Pedoman Zakat. Semarang:Pustaka


Rizki Putra.

Huda, Nurul. 2016. Keuangan Publik Islami:Pendekatan Teoretis dan Sejarah.


Jakarta:Kencana.

Sari, Elsi Kartika. 2007. Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf. Jakarta:PT.
Grasindo.

Ariful, Anang.2016. The Principle Of Zakat, Infaq, And Shadaqah Accounting


Based sfas 109. Journal of Accounting and Business Education, 1 (1),
September.

11

Anda mungkin juga menyukai