Anda di halaman 1dari 13

FINAL TEST

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

Mata Kuliah : Auditing Syariah


Kode Mata Kuliah :
Bobot SKS : 2 SKS
Jadwal UAS :
Alokasi Waktu : 100 Menit
Sifat Ujian : Online, Take Home, Open Book
Dosen Pengampu : Witantri Dwi Swandini, M.Ak

Ketentuan Pengerjaan dan Pengumpulan Jawaban Ujian Akhir Semester (UAS)


1. Soal dikerjakan secara mandiri, diketik pada Ms. Word dengan rapi. Dan
sertakan sumber kutipan jika ada (internal, buku, jurnal, modul, dll).
2. Setiap mahasiswa wajib mengirimkan lembar jawaban ke email
witantriswandini@gmail.com dengan keterangan subjek email
Nama_NPM_UAS_Auditing_Syariah.
3. Jangan lupa cantumkan Nama dan NPM pada lembar jawaban.
4. Pengiriman jawaban UAS paling lambat 1 x 24 jam setelah soal dibagikan.

SOAL ESSAY
1. Jelaskan skema dari proses audit syariah dan gambarkan skemanya !
2. Siapa saja pihak – pihak yang terlibat dalam proses audit pada lembaga keuangan
syariah. Jelaskan masing – masing tugasnya.
3. Kepuasaan auditee menjadi begitu penting oleh karena itu sebagai auditor kita harus
mampu menjaga kepuasaan auditee. Sebutkan serta jelaskan hal-hal apa saja yang
dapat mengurangi kepuasaan auditee terhadap hasil kerja auditor?
4. Seorang auditor baik internal maupun eksternal harus mematuhi kode etik auditor.
Sebutkan dan jelaskan apa saja kode etik tersebut. Dan bagaimana apabila ada auditor
yang tidak mematuhi kode etik tersebut.
5. Sebagai auditor cara-cara apa saja yang dapat kita lakukan untuk dapat memahami
bisnis klien/auditee?
SOAL KASUS
PT. Bank Syariah Indonesia (BSI) merupakan bank syariah dengan aset terbesar
di Indonesia dengan nasabah lebih dari 20 juta orang. Bank BSI mengadakan perjanjian
dengan sebuah peternakan terbesar di Indonesia, yaitu PT. Chiken Farm Indonesia, Tbk.
(CFI) dengan akad mudharabah sebesar Rp 500 Milyar,-. PT CFI mengikrarkan dalam akad
tersebut untuk mengembangkan usaha peternakannya dengan tujuan memenuhi permintaan
pasar. Bagi hasil yang disepakati dalam akad tersebut adalah sebesar 20% (BSI) dan 80%
(CFI) dari pendapatan bersih sebelum profit. Perjanjian ditandatangani pada tanggal 2 Januari
2021 dan berlaku 3 tahun. Bagi hasil diberikan CFI kepada BSI setiap bulan setiap tanggal 2.
Pokok pembiayaan akan dikembalikan seluruhnya setelah jangka waktu berakhir.
Seorang petinggi BSI membaca koran Media Indonesia pada tanggal 2 Januari
2017 dan mendapatkan informasi mengenai aksi CFI yang ternyata memiliki anak perusahaan
berupa peternakan babi dan saat ini tengah melakukan ekspansi usaha. Pihak BSI kemudian
melakukan konfirmasi kepada CFI terkait kebenaran berita tersebut dan akhirnya diakui
bahwa CFI telah berinvestasi di usaha peternakan babi sejak 2 Agustus 2015 sebesar Rp 250
Milyar dengan menggunakan sebagian dana yang diperoleh dari BSI. Dalam kurun waktu 1
tahun terakhir CFI telah memberikan bagi hasil dari hasil pendapatannya sebagai berikut :
No. Bulan Pendapatan Kotor
1 Januari Rp 125.000.000.000,-
2 Februari Rp 90.000.000.000,-
3 Maret Rp 115.000.000.000,-
4 April Rp 80.000.000.000,-
5 Mei Rp 75.000.000.000,-
6 Juni Rp 95.000.000.000,-
7 Juli Rp 110.000.000.000,-
8 Agustus Rp 105.000.000.000,-
9 September Rp 125.000.000.000,-
10 Oktober Rp 90.000.000.000,-
11 November Rp 115.000.000.000,-
12 Desember Rp 75.000.000.000,-

BSI yang memiliki jutaan nasabah tersebut secara rutin membayarkan bagi hasil
kepada nasabah tabungan dan deposito dengan rata – rata bagi hasilnya 40% (nasabah) : 60%
(BSI). Hal ini tentu saja menjadi isu serius terkait dengan kepatuhan syariah.
Jika anda diasumsikan dengan anggota Dewan Pengawas Syariah (DPS),
bagaimana solusi dan rekomendasi yang bisa diberikan untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut.
Nama: Voni Julianto

NPM: 2003031047

Jurusan: Akuntansi Syariah

Jawaban UAS

1. Audit Syariah adalah proses pemeriksaan independen terhadap laporan keuangan


sebuah entitas yang mengikuti prinsip-prinsip akuntansi syariah yang berlaku. Skema
Audit Syariah melibatkan langkah-langkah berikut:
a. Audit Laporan Keuangan: Langkah pertama adalah melakukan audit terhadap
laporan keuangan entitas yang bersangkutan. Audit laporan keuangan melibatkan
pemeriksaan terhadap transaksi, catatan akuntansi, dan laporan keuangan untuk
memastikan keakuratan, kelengkapan, dan kewajaran informasi keuangan yang
disajikan.
b. Memeriksa Asersi Laporan Keuangan: Auditor akan memeriksa asersi-asersi yang
terdapat dalam laporan keuangan. Asersi-asersi ini mencakup keberadaan, hak
kepemilikan, kelengkapan, penilaian, pengklasifikasian, dan pengungkapan entitas
dalam laporan keuangan. Auditor akan memastikan bahwa asersi-asersi ini telah
dipatuhi dan dipenuhi sesuai dengan prinsip akuntansi syariah yang berlaku.
c. Kriteria Prinsip Akuntansi Syariah: Selama melakukan audit, auditor akan
mengacu pada kriteria prinsip akuntansi syariah yang berlaku. Prinsip akuntansi
syariah mencakup prinsip-prinsip yang sesuai dengan hukum Islam, seperti prinsip
keadilan, transparansi, tanggung jawab, dan kepatuhan terhadap hukum syariah.
Auditor akan memeriksa apakah entitas telah mematuhi prinsip-prinsip ini dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangannya.
d. Melaporkan Kewajaran Laporan Keuangan: Setelah melakukan audit, auditor
akan menyampaikan laporan audit yang mencakup penilaian tentang kewajaran
laporan keuangan entitas. Laporan audit ini akan memberikan pendapat atau opini
mengenai apakah laporan keuangan telah disusun dengan benar dan sesuai dengan
prinsip akuntansi syariah yang berlaku. Jika laporan keuangan dianggap wajar,
auditor akan memberikan pendapat yang mengonfirmasi kewajaran laporan
keuangan tersebut.

Skema Audit Syariah dapat mencakup juga Audit Operasional yang bertujuan untuk
memeriksa efektivitas dan efisiensi operasional entitas dalam konteks kepatuhan
terhadap prinsip-prinsip syariah. Berikut adalah penjelasan skema Audit Syariah
dengan fokus pada Audit Operasional:

a. Audit Syariah: Audit Syariah mencakup pemeriksaan terhadap laporan keuangan


dan operasional entitas dengan mengacu pada prinsip-prinsip syariah yang
berlaku. Dalam skema ini, langkah pertama adalah melaksanakan Audit Syariah
pada laporan keuangan, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
b. Audit Operasional: Setelah melakukan Audit Syariah pada laporan keuangan,
auditor juga dapat melaksanakan Audit Operasional. Audit Operasional bertujuan
untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi proses operasional entitas dalam
mencapai tujuan syariah dan mematuhi fatwa-fawa syariah yang relevan.
c. Memeriksa Produk dan Jasa Entitas: Auditor akan memeriksa produk dan jasa
yang ditawarkan oleh entitas untuk memastikan bahwa mereka sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah. Hal ini melibatkan pemeriksaan terhadap struktur produk,
proses produksi, pemasaran, distribusi, dan penggunaan dana dalam aktivitas
bisnis entitas.
d. Kriteria Fatwa Syariah: Selama melakukan audit operasional, auditor akan
mengacu pada kriteria fatwa syariah yang berlaku. Fatwa syariah merupakan
panduan hukum dalam Islam yang memberikan petunjuk tentang halal dan haram
dalam konteks kegiatan ekonomi. Auditor akan memeriksa apakah entitas telah
mematuhi fatwa syariah dalam menyusun dan menyediakan produk dan jasa.
e. Melaporkan Ketaatan dengan Kriteria Berlandaskan Aturan Syariah: Setelah
melakukan audit operasional, auditor akan menyampaikan laporan yang
mencakup penilaian tentang ketaatan entitas terhadap kriteria berlandaskan aturan
syariah. Laporan ini akan memberikan informasi tentang sejauh mana entitas
memenuhi persyaratan syariah dalam produk dan jasa yang ditawarkan. Auditor
akan memberikan rekomendasi untuk meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip-
prinsip syariah jika ditemukan ketidaksesuaian.

Skema Audit Syariah dapat mencakup juga Audit Kepatuhan Lembaga Syariah yang
bertujuan untuk memeriksa sejauh mana lembaga syariah mematuhi prinsip-prinsip
syariah dalam semua atau sebagian besar aktivitasnya. Berikut adalah penjelasan
skema Audit Syariah dengan fokus pada Audit Kepatuhan Lembaga Syariah:
a. Audit Syariah: Audit Syariah merupakan langkah awal dalam skema ini, yang
mencakup pemeriksaan laporan keuangan dan operasional entitas dengan
mengacu pada prinsip-prinsip syariah yang berlaku. Pemeriksaan ini membantu
memastikan kepatuhan entitas terhadap prinsip-prinsip akuntansi dan hukum
syariah yang berlaku.
b. Audit Kepatuhan Lembaga Syariah: Setelah melakukan Audit Syariah, auditor
akan melaksanakan Audit Kepatuhan Lembaga Syariah. Audit ini bertujuan untuk
memeriksa sejauh mana lembaga syariah mematuhi prinsip-prinsip syariah dalam
semua atau sebagian besar aktivitasnya. Hal ini mencakup pemeriksaan terhadap
kebijakan, prosedur, praktik, dan tindakan yang dilakukan oleh lembaga syariah.
c. Memeriksa Semua/Bagian Aktivitas Entitas: Auditor akan memeriksa semua atau
sebagian besar aktivitas yang dilakukan oleh lembaga syariah. Hal ini meliputi
penilaian terhadap kegiatan operasional, manajemen risiko, investasi, pembiayaan,
distribusi keuntungan, kepatuhan terhadap prinsip-prinsip hukum Islam, serta
pengelolaan aset dan dana secara syariah.
d. Kriteria Tujuan Syariah: Selama melakukan audit, auditor akan mengacu pada
kriteria tujuan syariah. Tujuan syariah mencakup prinsip-prinsip yang sesuai
dengan hukum Islam, seperti keadilan, kebersihan, keteladanan, dan kesejahteraan
umum. Auditor akan memeriksa apakah lembaga syariah telah mematuhi tujuan
syariah dalam menjalankan aktivitasnya.
e. Melaporkan Anjuran Perbaikan Agar Kegiatan Sesuai Aturan yang Dikehendaki
Syariah: Setelah melakukan audit, auditor akan menyampaikan laporan yang
mencakup penilaian terhadap kepatuhan lembaga syariah terhadap prinsip-prinsip
syariah. Jika ditemukan ketidaksesuaian, auditor akan memberikan anjuran
perbaikan agar kegiatan lembaga sesuai dengan aturan yang dikehendaki syariah.
Anjuran ini bertujuan untuk membantu lembaga syariah meningkatkan kepatuhan
dan konsistensi dengan prinsip-prinsip syariah.
2. Dalam proses audit pada lembaga keuangan syariah, terdapat beberapa pihak yang
terlibat dengan peran dan tugas yang berbeda. Berikut adalah beberapa pihak yang
umumnya terlibat dalam proses audit lembaga keuangan syariah:
a. Auditor Eksternal: Auditor eksternal adalah pihak independen yang tidak terkait
dengan lembaga keuangan syariah yang sedang diaudit. Tugas utama auditor
eksternal adalah untuk melakukan audit eksternal yang independen terhadap
laporan keuangan lembaga keuangan syariah. Mereka akan mengevaluasi
kepatuhan lembaga keuangan syariah terhadap prinsip-prinsip syariah, serta
melakukan penilaian terhadap sistem pengendalian internal dan proses operasional
yang ada. Auditor eksternal juga akan menyusun laporan audit yang mencakup
temuan-temuan dan rekomendasi mereka.
b. Auditor Internal: Auditor internal adalah pihak yang bekerja di dalam lembaga
keuangan syariah dan bertanggung jawab untuk melaksanakan audit internal.
Mereka bertugas untuk mengevaluasi efektivitas sistem pengendalian internal
lembaga keuangan syariah, serta melakukan pemeriksaan terhadap proses
operasional dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah. Auditor internal juga
akan memberikan rekomendasi perbaikan dan memantau implementasinya.
c. Dewan Pengawas Syariah: Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah badan yang
bertanggung jawab untuk mengawasi kegiatan lembaga keuangan syariah. DPS
memiliki peran penting dalam memastikan bahwa lembaga keuangan syariah
beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah yang ditetapkan. Tugas DPS
meliputi pengawasan terhadap kepatuhan lembaga keuangan syariah terhadap
prinsip-prinsip syariah, serta memberikan nasihat dan rekomendasi terkait aspek
syariah.
d. Manajemen Lembaga Keuangan Syariah: Manajemen lembaga keuangan syariah
bertanggung jawab untuk mengelola operasional sehari-hari dan kegiatan
lembaga. Mereka harus memastikan bahwa kegiatan lembaga keuangan syariah
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan peraturan yang berlaku. Manajemen
juga bertanggung jawab untuk menyediakan data dan informasi yang diperlukan
untuk proses audit.
e. Nasabah: Nasabah lembaga keuangan syariah juga berperan dalam proses audit.
Mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi yang jelas dan akurat tentang
kondisi keuangan dan kepatuhan lembaga keuangan syariah terhadap prinsip-
prinsip syariah. Selain itu, nasabah juga dapat memberikan umpan balik atau
laporan jika menemukan ketidaksesuaian atau pelanggaran.

Setiap pihak yang terlibat dalam proses audit memiliki peran dan tugas yang
berbeda, namun secara keseluruhan mereka bekerja sama untuk memastikan
kepatuhan lembaga keuangan syariah terhadap prinsip-prinsip syariah, memantau
sistem pengendalian internal, dan menyediakan informasi yang akurat kepada para
pemangku kepentingan.

3. Terdapat beberapa hal yang dapat mengurangi kepuasaan auditee terhadap hasil kerja
auditor. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat memengaruhi kepuasan auditee:
a. Ketidakjelasan Tujuan dan Harapan: Jika auditee tidak sepenuhnya memahami
tujuan dan harapan dari proses audit, mereka mungkin merasa kebingungan atau
frustrasi dengan hasil audit yang diberikan. Oleh karena itu, penting bagi auditor
untuk mengkomunikasikan secara jelas tujuan dan harapan audit kepada auditee
sebelum memulai proses audit.
b. Ketidakmampuan Auditor: Jika auditor tidak memiliki kompetensi atau
pengetahuan yang cukup dalam bidang yang diaudit, auditee mungkin meragukan
integritas dan keandalan hasil kerja auditor. Ketidakmampuan untuk
mengidentifikasi masalah atau memberikan rekomendasi yang relevan dapat
menyebabkan ketidakpuasan auditee.
c. Ketidakadilan atau Bias: Auditee akan merasa tidak puas jika mereka merasa
bahwa auditor tidak adil atau memiliki bias dalam melaksanakan audit. Jika
auditor memihak pihak lain, memiliki konflik kepentingan, atau tidak obyektif
dalam penilaian mereka, auditee mungkin merasa tidak puas dengan hasil audit.
d. Ketidakprofesionalan atau Etika yang Buruk: Jika auditor tidak menjaga tingkat
profesionalisme yang diperlukan, seperti tidak mematuhi kode etik, kurang
berkomunikasi dengan baik, atau tidak menjaga kerahasiaan informasi yang
diungkapkan oleh auditee, hal ini dapat mengurangi kepuasan auditee terhadap
hasil kerja auditor.
e. Ketidakberhasilan dalam Mengkomunikasikan Hasil: Auditor harus mampu
mengkomunikasikan hasil audit secara efektif kepada auditee. Jika auditor tidak
mampu menjelaskan temuan dengan jelas, memberikan konteks yang memadai,
atau tidak responsif terhadap pertanyaan atau kekhawatiran auditee, hal ini dapat
menimbulkan ketidakpuasan.
f. Tidak Memperhatikan Keunikan Auditee: Setiap organisasi atau entitas memiliki
keunikan dan tantangan sendiri. Jika auditor tidak memahami konteks khusus
auditee dan menerapkan pendekatan audit yang tidak sesuai atau tidak relevan,
auditee mungkin merasa bahwa hasil audit tidak mencerminkan keadaan
sebenarnya.
g. Ketidaksesuaian dengan Standar dan Prosedur: Jika auditor tidak mengikuti
standar audit yang berlaku atau tidak mengikuti prosedur yang ditetapkan dengan
benar, auditee dapat merasa bahwa hasil audit tidak akurat atau tidak dapat
diandalkan. Ketidaksesuaian ini dapat mengurangi kepercayaan auditee terhadap
kualitas kerja auditor.

Penting bagi auditor untuk menghindari faktor-faktor ini dan berkomunikasi


secara terbuka dengan auditee sepanjang proses audit. Dengan cara ini, dapat
diupayakan untuk mencapai tingkat kepuasan yang lebih tinggi dan memastikan
keberhasilan audit.

4. Sebagai auditor, baik internal maupun eksternal, mereka diharapkan untuk mematuhi
kode etik yang ditetapkan untuk memastikan integritas, objektivitas, dan
profesionalisme dalam melaksanakan tugas mereka. Berikut adalah beberapa kode
etik yang umumnya harus dipatuhi oleh seorang auditor:
a. Integritas: Auditor harus menjaga integritas pribadi dan profesional mereka.
Mereka harus jujur, jujur, dan adil dalam semua interaksi dan pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Mereka harus menghindari
benturan kepentingan yang dapat mengorbankan independensi atau objektivitas
mereka.
b. Objektivitas: Auditor harus tetap objektif dan tidak memihak saat melaksanakan
tugas mereka. Mereka harus berpegang pada fakta dan bukti yang ada, dan tidak
membiarkan pengaruh pribadi, tekanan eksternal, atau kepentingan lain
mempengaruhi penilaian mereka.
c. Kompetensi dan Profesionalisme: Auditor harus memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan kompetensi yang memadai untuk melaksanakan tugas mereka
secara efektif. Mereka harus terus meningkatkan pengetahuan mereka tentang
praktik audit terbaru dan mengikuti perkembangan profesional dalam bidang
mereka. Mereka juga diharapkan untuk menjaga kerahasiaan informasi yang
diperoleh selama melaksanakan tugas audit.
d. Kepatuhan Hukum: Auditor harus mematuhi semua hukum dan peraturan yang
berlaku dalam menjalankan pekerjaan mereka. Mereka harus memahami dan
mengikuti pedoman regulasi yang berlaku dalam praktik audit, termasuk hukum
perpajakan, hukum perusahaan, dan peraturan profesi mereka.
e. Kerahasiaan: Auditor harus menjaga kerahasiaan informasi yang mereka peroleh
selama melaksanakan tugas audit. Mereka tidak boleh mengungkapkan informasi
yang bersifat rahasia atau dikecualikan secara tidak sah kepada pihak yang tidak
berwenang.
f. Independensi: Auditor harus independen dalam pikiran dan penampilan mereka.
Mereka harus menghindari hubungan atau kepentingan yang dapat mempengaruhi
objektivitas mereka atau menyebabkan konflik kepentingan dengan entitas yang
diaudit.

Jika seorang auditor melanggar kode etik, konsekuensinya dapat bervariasi


tergantung pada tingkat pelanggaran dan kebijakan serta regulasi yang berlaku.
Beberapa kemungkinan tindakan yang dapat diambil termasuk:
a. Teguran atau peringatan: Auditor yang melanggar kode etik dapat menerima
teguran tertulis atau lisan dari atasan atau badan pengawas yang relevan. Teguran
ini bertujuan untuk menyadarkan dan mendorong auditor untuk memperbaiki
perilaku mereka.
b. Sanksi Disipliner: Auditor yang melanggar kode etik dapat dikenai sanksi
disipliner, seperti pengurangan gaji, penurunan pangkat, atau penghentian
pekerjaan mereka. Sanksi ini biasanya diberikan setelah proses disiplin yang adil
dan terbuka.
c. Tuntutan Hukum: Dalam beberapa kasus serius, pelanggaran kode etik oleh
seorang auditor dapat mengarah pada tuntutan hukum atau proses peradilan.
Auditor dapat menghadapi konsekuensi hukum jika mereka terlibat dalam praktik
ilegal atau penipuan yang merugikan entitas yang diaudit.

Penting untuk diingat bahwa pelanggaran kode etik oleh seorang auditor dapat
merusak reputasi mereka, merugikan kredibilitas profesi audit, dan mengancam
kepercayaan publik terhadap hasil audit. Oleh karena itu, penting bagi auditor untuk
menjunjung tinggi dan mematuhi kode etik agar tetap memegang standar tinggi dalam
melaksanakan tugas mereka.

5. Sebagai auditor, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memahami bisnis
klien atau auditee. Berikut adalah beberapa contoh:
a. Membaca laporan keuangan: Laporan keuangan adalah sumber informasi utama
untuk memahami kesehatan keuangan dan kinerja bisnis klien. Analisis laporan
keuangan dapat memberikan wawasan tentang pendapatan, biaya, aset, kewajiban,
dan arus kas perusahaan.
b. Mengadakan pertemuan dengan manajemen: Pertemuan dengan manajemen klien
dapat membantu Anda memahami lebih dalam tentang bisnis mereka. Anda dapat
bertanya tentang model bisnis, strategi operasional, tantangan yang dihadapi,
peluang pertumbuhan, dan faktor risiko yang signifikan.
c. Melakukan analisis industri: Mempelajari industri di mana klien beroperasi akan
membantu Anda memahami kondisi pasar, tren, persaingan, dan faktor-faktor lain
yang dapat mempengaruhi bisnis mereka. Anda dapat mengumpulkan informasi
dari sumber seperti laporan industri, publikasi industri, atau berita terkait.
d. Mengunjungi lokasi operasional: Jika memungkinkan, kunjungan langsung ke
fasilitas operasional klien dapat memberikan wawasan yang berharga. Anda dapat
melihat langsung proses produksi, infrastruktur, pengendalian internal, dan
mendapatkan pemahaman tentang aspek operasional bisnis mereka.
e. Menganalisis kebijakan dan prosedur: Meninjau kebijakan dan prosedur internal
klien akan membantu Anda memahami struktur organisasi, tanggung jawab
fungsional, dan bagaimana operasional bisnis dijalankan. Anda juga dapat
mengevaluasi kepatuhan terhadap kebijakan internal dan peraturan yang berlaku.
f. Melakukan analisis persaingan: Mempelajari pesaing klien akan memberikan
gambaran tentang posisi pasar mereka, strategi pemasaran, dan keunggulan
kompetitif. Anda dapat mempelajari laporan keuangan pesaing, analisis industri,
atau mengadakan wawancara dengan pihak yang berkompetisi.
g. Melibatkan tim ahli: Jika diperlukan, melibatkan anggota tim dengan pengetahuan
khusus atau pengalaman dalam industri atau bidang bisnis tertentu dapat
membantu dalam pemahaman yang lebih baik. Misalnya, seorang ahli teknis dapat
membantu Anda memahami aspek teknis dari operasi bisnis klien.

Selain langkah-langkah di atas, penting juga untuk melakukan komunikasi


terbuka dengan klien dan mendapatkan tanggapan mereka terhadap pertanyaan dan
kekhawatiran Anda. Semakin banyak informasi yang Anda kumpulkan dan pahami
tentang bisnis klien, semakin baik Anda akan dapat melakukan audit yang
komprehensif.
Jawaban Soal Kasus

Jika saya di asumsikan sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah (DPS) di PT. Bank
Syariah Indonesia (BSI), maka solusi dan rekomendasi yang bisa saya berikan untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut adalah:

1. Menganalisis Kepatuhan Syariah: DPS harus melakukan analisis menyeluruh terkait


akad mudharabah antara BSI dan PT. Chiken Farm Indonesia (CFI). Hal ini
mencakup peninjauan kembali akad dan kondisi kontrak agar memastikan bahwa
investasi CFI di peternakan babi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
2. Evaluasi Risiko: DPS harus melakukan evaluasi risiko terhadap investasi CFI di
peternakan babi. Hal ini melibatkan penilaian terhadap dampak sosial, lingkungan,
dan reputasi yang mungkin timbul dari investasi tersebut. DPS juga perlu
mempertimbangkan implikasi hukum terkait dengan investasi ini.
3. Tindakan Hukum: DPS harus memastikan bahwa langkah-langkah hukum yang sesuai
diambil terhadap CFI karena melanggar perjanjian awal dengan BSI. BSI dapat
mengambil tindakan untuk membatasi atau menghentikan dana yang diberikan kepada
CFI, serta meminta pengembalian dana yang telah digunakan untuk investasi yang
bertentangan dengan prinsip syariah.
4. Komunikasi dan Transparansi: DPS harus memastikan bahwa nasabah BSI diberi
informasi yang jelas dan transparan terkait situasi ini. Hal ini dapat dilakukan melalui
penyampaian informasi secara langsung kepada nasabah melalui surat, pengumuman
di cabang-cabang, atau melalui media sosial dan situs web BSI. Pemberitahuan ini
harus menjelaskan situasi yang sedang terjadi, langkah-langkah yang diambil oleh
BSI untuk menyelesaikan masalah ini, serta komitmen BSI untuk memastikan
kepatuhan syariah di masa depan.
5. Pembinaan dan Pendidikan: DPS dapat merekomendasikan kepada BSI untuk
meningkatkan pembinaan dan pendidikan kepada seluruh staf terkait prinsip-prinsip
syariah. Pelatihan dan kesadaran yang lebih baik diharapkan dapat membantu
mencegah kesalahan serupa terjadi di masa depan dan memastikan kepatuhan syariah
yang lebih baik.
6. Pemeriksaan Independen: DPS dapat merekomendasikan pemeriksaan independen
yang dilakukan oleh lembaga atau auditor yang kompeten untuk memastikan
kepatuhan syariah di seluruh operasional BSI. Pemeriksaan ini harus dilakukan secara
berkala dan menyeluruh untuk memastikan tidak ada pelanggaran syariah yang
terjadi.
7. Evaluasi Kembali Kerjasama: DPS harus melakukan evaluasi kembali kerjasama
dengan CFI. Jika CFI tidak mampu memenuhi prinsip-prinsip syariah dan merugikan
reputasi BSI, maka DPS dapat merekomendasikan untuk mengakhiri kerjasama
dengan CFI dan mencari mitra usaha yang lebih sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

Rekomendasi yang telah saya berikan tersebut diharapkan dapat membantu BSI dalam
menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan kepatuhan syariah, memulihkan
kepercayaan nasabah, serta memastikan keberlanjutan operasional yang sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah.

Anda mungkin juga menyukai