Anda di halaman 1dari 8

Nama : Ramlawati

Nim : C02 22 431

Kelas : Akuntansi D 22

Matkul : Akuntansi Keuangan II

Dosen Pengampuh : Futri Ayu Wulandari, S.Ak., M. Acc

TUGAS INDIVIDU

1. Standarisasi Laporan keuangan:

a. Sejarah dan perkembangan

b. standar yang berlaku saat ini

c. Pembuat standar

2. Pendapatan

a. Defenis

b. Pengakuan dan Pengukuran

c. Jurnal dan cotoh kasus

Jawaban:

1. Standarisasi Laporan Keuangan:


a. Sejarah dan Perkembangan

Awal Mula (Sebelum 1957)

 Pencatatan keuangan sudah dilakukan sejak zaman kolonial Belanda, namun belum
terstandarisasi.
 Berbagai perusahaan menggunakan sistem pencatatan keuangan yang berbeda-beda.
 Hal ini menyebabkan kesulitan dalam membandingkan laporan keuangan antar
perusahaan.

1957 - 1973

 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) didirikan pada tahun 1957.


 IAI mulai berperan dalam mengembangkan standar akuntansi di Indonesia.
 Pada tahun 1973, IAI menerbitkan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) yang menjadi
standar akuntansi pertama di Indonesia.

1973 - 1994

 Badan Pertimbangan Akuntansi Keuangan (BPAK) dibentuk pada tahun 1984.


 BPAK bertugas menyusun standar akuntansi keuangan dan mengembangkan PAI.
 Pada periode ini, beberapa standar akuntansi keuangan diterbitkan, seperti PSAK 1
tentang Akuntansi Persediaan dan PSAK 2 tentang Penyajian Laporan Keuangan.

1994 - 2007

 Pada tahun 1994, PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) diterbitkan


untuk menggantikan PAI.
 PSAK mengadopsi International Accounting Standards (IAS) yang diterbitkan oleh
International Accounting Standards Board (IASB).
 Pada tahun 2007, IAI menjadi anggota penuh International Federation of
Accountants (IFAC).
2007 - Saat Ini

 Sejak tahun 2007, IAI mulai mengadopsi IFRS (International Financial Reporting
Standards) yang diterbitkan oleh IASB.
 PSAK berbasis IFRS mulai berlaku di Indonesia pada tahun 2012.
 Saat ini, terdapat berbagai standar akuntansi yang berlaku di Indonesia, seperti
PSAK, SAK ETAP (Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik), PSAK Syariah, dan SAP (Standar Akuntansi Pemerintahan).

b. Standar yang Berlaku Saat Ini

1. PSAK-IFRS (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan-International


Financial Report Standard)

Standar ini digunakan untuk badan atau bisnis yang memiliki akuntabilitas publik,
yaitu badan yang terdaftar atau masih dalam proses pendaftaran di pasar modal
seperti perusahaan publik, asuransi, perbankan, BUMN, ataupun perusahaan dana
pensiun).

PSAK sama dengan SAK, sama-sama bertujuan untuk memberikan informasi yang
relevan bagi pengguna laporan keuangan.

Sedangkan penggunaan IFRS sendiri ditentukan karena Indonesia merupakan


anggota IFAC (Internatinal Federation of Accountants) yang menjadikan IFRS
sebagai standar mereka.

2. SAK-ETAP (Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntansi


Publik)

Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntansi Publik (SAK-ETAP)


digunakan untuk entitas yang akuntabilitas publiknya tidak signifikan dan laporan
keuangannya hanya untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal.
ETAP merupakan hasil penyederhanaan IFRS yang meliputi tidak adanya laporan
laba rugi komprehensif, penilaian untuk aset tetap, aset tidak berwujud, dan properti
investasi setelah tanggal perolehan hanya menggunakan harga perolehan.

Tidak ada pilihan menggunakan nilai revaluasi atau nilai wajar, serta tidak ada
pengakuan liabilitas dan aset pajak tangguhan karena beban pajak diakui sebesar
jumlah pajak menurut ketentuan pajak.

Jika hal ini diterapkan dengan tepat, unit bisnis kecil dan menengah dapat membuat
laporan keuangan tanpa harus dibantu oleh pihak lain dan dapat dilakukan audit
terhadap laporannya tersebut.

3. PSAK-Syariah (Pernyataan Standar Akuntasi Syariah)

PSAK-Syariah merupakan pedoman yang dapat digunakan untuk lembaga-lembaga


kebijakan syariah seperti bank syariah, pegadaian syariah, badan zakat, dan lain
sebagainya.

Pengembangan standar ini dibuat berdasarkan acuan dari fatwa yang dikeluarkan
oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia).

Standar ini terdiri atas kerangka konseptual penyusunan dan pengungkapan laporan,
standar penyajian laporan keuangan, dan standar khusus transaksi syariah seperti
mudharabah, murabahah, salam, ijarah, dan istishna.

4. SAP (Standar Akuntasi Pemerintah) Seperti Apa Yang Berlaku Di


Indonesia

Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) telah ditetapkan sebagai peraturan pemerintah


yang diterapkan untuk entitas pemerintah dalam menyusun Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).
SAP dibuat untuk menjamin transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan negara demi terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih.

Standar akuntansi yang cocok untuk akuntansi desa yaitu Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP)

c. Pembuat Standar

 Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) IAI: Bertanggung jawab atas


pengembangan PSAK dan SAK ETAP.
 Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAS) IAI: Menyusun PSAK Syariah.
 Kementerian Keuangan: Menetapkan SAP.
 Otoritas Jasa Keuangan (OJK): Menetapkan standar akuntansi untuk entitas di
bawah pengawasannya.

Manfaat Standarisasi Laporan Keuangan

 Meningkatkan keterbandingan laporan keuangan antar entitas.


 Meningkatkan keandalan dan kredibilitas informasi keuangan.
 Mempermudah proses audit.
 Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas entitas.

Kesimpulan

Standarisasi laporan keuangan penting untuk meningkatkan kualitas dan keandalan


informasi keuangan. Di Indonesia, terdapat berbagai standar akuntansi yang berlaku,
dan IAI berperan penting dalam pengembangannya. Masih ada beberapa tantangan
yang perlu diatasi untuk meningkatkan efektivitas standarisasi laporan keuangan.
2. Pendapatan

a. Definisi

Pendapatan adalah aliran masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima oleh suatu
entitas selama periode tertentu, yang berasal dari aktivitas normalnya. Dalam akuntansi,
pendapatan diakui ketika:

 Kemungkinan manfaat ekonomi mengalir ke entitas tersebut terjamin.


 Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.

b. Pengakuan dan Pengukuran

Pengakuan pendapatan:

 Penjualan Barang: Pendapatan diakui pada saat penjualan terjadi, yaitu ketika
barang berpindah tangan dari penjual ke pembeli.
 Penjualan Jasa: Pendapatan diakui pada saat jasa diselesaikan.
 Penerimaan Bunga: Pendapatan bunga diakui secara proporsional selama periode
pinjaman.
 Royalti: Pendapatan royalti diakui pada saat hak penggunaan aset intelektual
diberikan.

Pengukuran pendapatan:

 Harga Jual Bersih: Pendapatan diukur berdasarkan harga jual bersih, yang
merupakan harga jual dikurangi potongan harga, rabat, dan retur penjualan.
 Nilai Wajar: Dalam beberapa kasus, pendapatan diukur berdasarkan nilai wajar,
seperti pada penjualan aset tetap.

c. Jurnal dan Contoh Kasus

Jurnal:
Kas Rp 1.000.000

Pendapatan Penjualan Rp 1.000.000

Kas Rp 500.000

Pendapatan Jasa Rp 500.000

Contoh Kasus:

PT RAMLA menjual 100 unit produk seharga Rp 10.000 per unit. Biaya pokok penjualan
untuk produk tersebut adalah Rp 5.000 per unit.

Jurnal:

Kas Rp. 1.000.000

Pendapatan Penjualan Rp. 1.000.000

Harga Pokok Penjualan Rp. 500.000

Laba Kotor Rp. 500.000

Kesimpulan

Pendapatan merupakan salah satu elemen penting dalam laporan keuangan. Pengakuan dan
pengukuran pendapatan yang tepat akan menghasilkan informasi keuangan yang akurat dan
dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.

Anda mungkin juga menyukai