Anda di halaman 1dari 50

MAKALAH

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH DI INDONESIA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

Anggota Kelompok :
1. Dio Rizka (S432102005)
2. Dianing Widya Kusumastuti (S432102004)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Standar Akuntansi di Indonesia dengan tepat waktu.
Makalah Standar Akuntansi di Indonesia disusun guna memenuhi tugas Dr. Evi Gantyowati,
M. Si., Ak pada mata kuliah Akuntansi dan Pelaporan Keuangan di Universitas Sebelas
Maret. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang Standar Akuntansi Keuangan Syariah di Indonesia.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Dr. Evi Gantyowati, M. Si., Ak
selaku dosen mata kuliah Akuntansi dan Pelaporan Keuangan. Tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis
juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Surakarta, 22 Maret 2021

Penulis

a
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................a

DAFTAR ISI....................................................................................................b

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................2

C. Tujuan Penulisan...................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN


LAPORAN KEUANGAN SYARIAH.............................................................3

BAB II PEMBAHASAN AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH...........12

BAB III PENUTUP........................................................................................27

LAMPIRAN - LAMPIRAN.............................................................................c

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................p

b
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai negara yang mayoritas warga negaranya beragama islam, terdapat
beberapa entitas di Indonesia yang menggunakan prinsip keuangan syariah dalam
menjalankan bisnisnya. Karakteristik bisnis yang menganut prinsip syariat islam
berbeda dengan bisnis yang dijalankan oleh entitas konvensional. Dimana, pada
entitas konvensional mengabaikan pendapatan atau aktivitas yang berhubungan
dengan riba, gharar, ataupun gambling. Sedangkan dalam prinsip syariah, hal-hal
demikian merupakan sesuatu yang haram jika dilakukan.
Oleh karena itu, disusunlah standar akuntansi keuangan syariah guna untuk
dijadikan pedoman bagi para entitas bisnis yang menyelenggarakan bisnis
berdasarkan prinsip syariah. Dewan standar akuntansi syariah mengeluarkan PSAK
Syariah yang merupakan perubahan dari PSAK 59. Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan Syariah (KDPPLKS) dan PSAK Syariah digunakan
sebagai acuan penyusunan laporan keuangan bagi entitas syariah maupun entitas
konvensional yang melakukan transaksi syariah baik di sector publik maupun sector
swasta.
Berikut ini merupakan SAK Syariah yang efektif per 1 Januari 2017.
PSAK 59 Akuntansi Perbankan Syariah
PSAK 101 Penyajian Laporan Keuangan Syariah
PSAK 102 Akuntansi Murabahah
PSAK 103 Akuntansi Salam
PSAK 104 Akuntansi Istishna’
PSAK 105 Akuntansi Mudharabah
PSAK 106 Akuntansi Musyarakah
PSAK 107 Akuntansi Ijarah
PSAK 108 Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah
PSAK 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah
PSAK 110 Akuntansi Sukuk
Bultek 5 Pendapatan dan Biaya terkait
Murabahah

B. Rumusan Masalah

1
1. Bagaimana Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Syariah?
2. Bagaimana akuntansi pada perbankan syariah di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
Dari permasalahan tersebut maka mahasiswa diharapkan mampu memahami:
1. Memahami bagaimana kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan
keuangan syariah di Indonesia.
2. Memahami bagaimana akuntansi pada perbankan syariah di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

2
KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
SYARIAH

Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah (KDPPLK


Syariah) merupakan pengaturan akuntansi yang memberikan konsep yang mendasari
penyusunan dan penyajian laporan keuangan atas transaksi syariah.
Tujuan dan Peranan
Kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian
laporan keuangan bagi para penggunanya. Tujuan kerangka dasar ini adalah untuk digunakan
sebagai acuan bagi:
1. penyusun standar akuntansi keuangan syariah, dalam pelaksanaan tugasnya;
2. penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi syariah yang
belum diatur dalam standar akuntansi keuangan syariah;
3. auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi syariah yang berlaku umum; dan
4. para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan syariah.
Meliputi: investor, pemilik dana qardh, pemilik dana syirkah temporer, pemilik dana
titipan, pembayar dan penerima ZIS &wakaf, pengawas syariah, karyawan, pemasok,
pelanggan, pemerintah, masyarakat

Dalam KDPPLK Syariah akan membahas mengenai :


- Tujuan laporan keuangan
- Karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam laporan
keuangan
- Definisi, pengakuan dan pengukuran unsur-unsur yang membentuk laporan
keuangan.
KDPPLK Syariah berlaku untuk setiap jenis transaksi Syariah yang dilaporkan dalam
laporan keuangan entitas Syariah maupun entitas konvensional. Jadi, apabila terdapat entitas
konvensional yang melakukan transaksi Syariah, mereka tidak perlu menyiapkan laporan
keuangan Syariah secara lengkap melainkan hanya melaporkan transaksi Syariah sesuai
dengan ketentuan standar akuntansi Syariah dalam laporan keuangan konvensional.
Pengguna dan Kebutuhan Informasi

3
Pengguna laporan keuangan Syariah memiliki berbagai macam kebutuhan yang
berbeda-beda. Pengguna laporan keuangan Syariah meliputi :
1. Investor. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus
membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Investor juga akan menilai
kemampuan entitas dalam memberikan deviden kepada para pemegang sahamnya.
2. Pemberi dana Qardh. Mereka akan tertarik pada informasi keuangan yang membantu
mereka untuk memutuskan apakah dana qardh dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
3. Pemilik dana syirkah temporer. Mereka akan menggunakan informasi keuangan untuk
menentukan apakah akan mengambil keputusan investasi dengan tingkat keuntungan
yang bersaing dan aman.
4. Pemilik dana titipan. Mereka akan menggunakan informasi keuangan untuk memutuskan
apakah dana titipan dapat diambil setiap saat.
5. Pembayar dan penerima zakat, infak, sedekah dan wakaf. Mereka berkepentingan tentang
penyaluran dana atas penerimaan zakat, infak, sedekah dan wakaf
6. Pengawas Syariah. Mereka menggunakan informasi keuangan untuk menilai dan
mengevaluasi kepatuhan pengelola entitas Syariah terhadap prinsip Syariah
7. Karyawan. Mereka akan tertarik kaitannya dengan informasi stabilitas dan profitabilitas
entitas Syariah.
8. Pemasok dan mitra usaha. Mereka akan menggunakan informasi keuangan untuk
memperkirakan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo.
9. Pelanggan. Pelanggan akan tertarik pada kelangsungan usaha dari entitas Syariah.
10. Pemerintah. Mereka membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas entitas Syariah
dan menetapkan kebijakan pajak yang nantinya akan dijadikan sebagai dasar untuk
menyusun statistik pendapatan nasional.
11. Masyarakat. Memberikan informasi terkait trend dan perkembangan terakhir
kemakmuran entitas Syariah.
Paradigma Transaksi Syariah
Transaksi Syariah berlandaskan pada paradigma dasar bahwa alam semesta diciptakan
oleh tuhan sebagai amanah (kepercayaan ilahi) dan sarana kebahagiaan hidup bagi seluruh
umat manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki baik secara material maupun spiritual.
Paradigma dasar ini menekankan setiap aktivitas umat manusia memiliki akuntabilitas
dan nilai illahiah yang menempatkan perangkat Syariah dan akhlak sebagai parameter baik
dan buruk, benar dan salahnya aktivitas usaha.

4
Asas Transaksi Syariah
Berdasarkan KDPPLK Syariah, transaksi syariah berdasarkan pada prinsip:
(a) Persaudaraan (ukhuwah) esensinya merupakan nilai universal yang menata interaksi
sosial dan harmonisasi kepentingan para pihak untuk kemanfaatan secara umum dengan
semangat saling tolong menolong. Transaksi syariah menjunjung tinggi nilai kebersamaan
dalam memperoleh manfaat (sharing economics) sehingga seseorang tidak boleh
mendapat keuntungan di atas kerugian orang lain. Ukhuwah dalam transaksi syariah
berdasarkan prinsip saling mengenal (ta’aruf), saling memahami (tafahum), saling
menolong (ta’awun), saling menjamin (takaful), saling bersinergi dan beraliansi (tahaluf).
(b) Keadilan (‘adalah) esensinya menempatkan sesuatu hanya pada tempatnya dan
memberikan sesuatu hanya pada yang berhak serta memperlakukan sesuatu sesuai
posisinya. Implementasi keadilan dalam kegiatan usaha berupa aturan prinsip muamalah
yang melarang adanya unsur:
1) riba (unsur bunga dalam segala bentuk dan jenisnya, baik riba nasiah maupun
fadhl);
2) kezaliman (unsur yang merugikan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan);
3) maysir (unsur judi dan sikap spekulatif);
4) gharar (unsur ketidakjelasan); dan
5) haram (unsur haram baik dalam barang maupun jasa serta aktivitas operasional
yang terkait).
(c) Kemaslahatan (maslahah) esensinya merupakan segala bentuk kebaikan dan manfaat
yang berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual, serta
individual dan kolektif.
(d) Keseimbangan (tawazun) esensinya meliputi keseimbangan aspek material dan spiritual,
aspek privat dan publik, sektor keuangan dan sektor riil, bisnis dan sosial, dan
keseimbangan aspek pemanfaatan dan pelestarian. Transaksi syariah tidak hanya
menekankan pada maksimalisasi keuntungan perusahaan semata untuk kepentingan
pemilik (shareholder). Sehingga manfaat yang didapatkan tidak hanya difokuskan pada
pemegang saham, akan tetapi pada semua pihak yang dapat merasakan manfaat adanya
suatu kegiatan ekonomi.
(e) Universalisme (syumuliyah) esensinya dapat dilakukan oleh, dengan, dan untuk semua
pihak yang berkepentingan (stakeholder) tanpa membedakan suku, agama, ras dan
golongan, sesuai dengan semangat kerahmatan semesta (rahmatan lil alamin).

5
Karakteristik Transaksi Syariah
Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigma dan asas transaksi syariah harus
memenuhi karakteristik dan persyaratan sebagai berikut:
1. transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling ridha;
2. prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik (thayib);
3. uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai
komoditas;
4. tidak mengandung unsur riba;
5. tidak mengandung unsur kezaliman;
6. tidak mengandung unsur maysir;
7. tidak mengandung unsur gharar;
8. tidak mengandung unsur haram;
9. tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money) karena
keuntungan yang didapat dalam kegiatan usaha terkait dengan risiko yang melekat
pada kegiatan usaha tersebut sesuai dengan prinsip al ghunmu bil ghurmi (no gain
without accompanying risk);
10. transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta untuk
keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain sehingga tidak diperkenankan
menggunakan standar ganda harga untuk satu akad serta tidak menggunakan dua
transaksi bersamaan yang berkaitan (ta’alluq) dalam satu akad;
11. tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy), maupun melalui
rekayasa penawaran (ihtikar); dan
12. tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap (risywah).

6
7
AKAD AKAD Kontrak/Transaksi dalam Syariah

Akad dari segi ada atau tidak adanya kompensasi, fiqih muamalat membagi akad menjadi dua
yaitu:
1. Akad Tabarru’ (gratuitous contract) adalah perjanjian yang merupakan transaksi yang tidak
ditujukan untuk memperoleh laba (transaksi nirlaba). Tujuan dari transaksi ini adalah tolong
menolong dalam rangka berbuat kebaikan. Ada 3 bentuk akad Tabarru’, yaitu:

a. Meminjamkan Uang, meminjamkan uang termasuk akad Tabarru’ karena tidak boleh
melebihkan pembayaran atas pinjaman yang diberikan, karena setiap kelebihan tanpa
‘iwad adalah riba. Ada 3 jenis pinjaman, yaitu:
 Qardh: merupakan pinjaman yang diberikan tanpa mensyaratkan apapun, selain
mengembalikan pinjaman tersebut setelaah jangka waktu tertentu.
 Rahn: merupakan pinjaman yang mensyaratkan suatu jaminan dalam bentuk atau
jumlah tertentu.
 Hiwalah: bentuk pinjaman dengan cara mengambil alih piutang dari pihak lain.

b. Meminjamkan Jasa, meminjamkan jasa berupa keahlian atau ketrampilan termasuk


akad Tabarru’. Ada 3 jenis pinjaman jasa, yaitu:

8
 Wakalah: memberikan pinjaman berupa kemampuan kita saat ini untuk melakukan
sesuatu atas nama orang lain.
 Wadi’ah: merupakan bentuk turunan akad wakalah, dimana pada akad ini telah
dirinci tentang jenis penitipan dan pemeliharaan. Sehingga selama pemberian jasa
tersebut kita juga bertindak sebagai wakil dari pemilik barang.
 Kafalah: merupakan bentuk turunan akad wakalah, dimana pada akad ini terjadi
atas wakalah bersyarat.

c. Memberikan Sesuatu, Dalam akad ini, pelaku memberikan sesuatu kepada orang lain.
Ada 3 bentuk akad ini, yaitu:
 Waqaf: merupakan pemberian dan penggunaan pemberian yang dilakukan untuk
kepentingan umum dan agama, serta pemberian itu tidak dapat dipindahtangankan.
 Hibah, Shadaqah: merupakan pemberian sesuatu secara sukarela kepada orang lain.

2. Akad Tijarah
Akad Tijarah (compensational contract) merupakan akad yang ditujukan untuk memperoleh
keuntungan. Dari sisi kepastian hasil yang diperoleh, akad Tijarah dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:
a. Natural Uncertainty Contract
Merupakan kontrak yang diturunkan dari teori pencampuran dimana pihak yang
bertransaksi saling mencampurkan asset yang mereka miliki menjadi satu, kemudian
menanggung risiko bersama-sama untuk mendapatkan keuntungan. Oleh sebab itu,
kontrak jenis ini tidak memberikan imbal hasil yang pasti, baik nilai imbal hasil
maupun waktu. Jenis-jenis natural uncertainty contract antara lain:
 Mudharabah: yaitu bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih, dimana
pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada
pengelola (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha dengan nisbah bagi
hasil atas keuntungan yang diperoleh menurut kesepakatan dimuka,
sedangkan apabila terjadi kerugian hanya ditanggung pemilik dana sepanjang
tidak ada unsure kesengajaan atau kelalaian oleh mudharib
 Musyarakah: akad kerjasama yang terjadi antara pemilik modal (mitra
musyarakah) untuk menggabungkan modal dan melakukan usaha secara
bersama dalam suatu kemitraan, dengan nisbah bagi hasil sesuai dengan
kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung secara proporsional sesuai
dengan kontribusi modal.

9
b. Natural Certainty Contract
Merupakan kontrak yang diturunkan dari teori pertukaran, dimana kedua belah pihak
saling mempertukarkan asset yang dimilikinya, sehingga objek pertukarannya pun
harus ditetapkan di awal akad dengan pasti tentang jumlah, mutu, harga, dan waktu
penyerahan. Dalam kondisi ini secara tidak langsung kontrak jenis ini akan
memberikan imbal hasil yang tetap dan pasti karena sudah diketahui ketika akad.
Jenis dari kontrak ini ada beberapa, antara lain:
 Murabahah: transaksi penjualan barang dengan menyatakan biaya perolehan
dan keuntungan (margin) yang disepakati antara penjual dan pembeli.
 Salam: transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada.
Barang diserahkan secara tangguh, sedangkan pembayarannya dilakukan
secara tunai.
 Istishna’: memiliki system yang mirip dengan salam, namun dalam istishna’
pembayaran dapat dilakukan di muka, cicilan dalam beberapa kali (termin)
atau ditangguhkan selama jangka waktu tertentu.
 Ijarah: akad sewa-menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk
mendapatkan manfaat atas objek sewa yang disewakan.

Tujuan Laporan Keuangan


Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas Syariah yang bermanfaat
bagi pengguna untuk pengambilan keputusan ekonomi. Tujuan lainnya terkait pelaporan
keuangan di entitas Syariah adalah sebagai berikut :
(a) meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip Syariah dalam semua transaksi dan
kegiatan usaha;
(b) informasi kepatuhan entitas Syariah terhadap prinsip syariah serta informasi asset,
kewajiban, pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip Syariah, bila ada
dan bagaimana perolehan dan penggunaannya;
(c) informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas Syariah
terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada tingkat
keuntungan yang layak;

10
(d) informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam modal dan
pemilik dana syirkah temporer; dan informasi mengenai pemenuhan kewajiban fungsi
sosial entitas Syariah, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah dan
wakaf.
Asumsi Dasar
1) Dasar Akrual
Pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan
pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan diungkapkan dalam catatan
akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan.
2) Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha
entitas syariah dan akan melanjutkan usahanya di masa depan.
Karakteristik Kualitatif
1. Dapat dipahami. Informasi dalam laporan keuangannya mudah dipahami oleh
pengguna laporan keuangan.
2. Relevan. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus relevan agar
bermanfaat bagi pemakai informasi sebagai pertimbangan pengambilan keputusan.
3. Keandalan. Bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat
diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur.
4. Dapat dibandingkan. Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan entitas
Syariah antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan
kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar-
entitas Syariah untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan secara relatif.
5. Materialitas. Informasi dipandang material apabila jika terjadi kelalaian atau
kesalahan pencatatan informasi dapat mempengaruhi pengambilan keputusan
ekonomi bagi pemakainya.
6. Penyajian jujur. Informasi harus menggambarkan dengan jujur atas transaksi serta
peristiwa lainnya dalam laporan keuangan.
7. Substansi mengungguli bentuk. Peristiwa atau transaksi perlu dicatat dan disajikan
sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi.
8. Netralitas. Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pengguna, dan tidak
bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu.

11
9. Pertimbangan sehat. Penyusunan laporan keuangan adakalanya menghadapi
ketidakpastian peristiwa, misalnya : ketertagihan piutang yang diragukan.
Ketidakpastian semacam ini diakui dengan mengungkapkan hakekat serta tingkatnya
dengan menggunakan pertimbangan sehat. Pertimbangan sehat harus dilakukan
dengan hati-hati pada saat melakukan suatu prakiraan.
10. Kelengkapan. Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus
lengkap dalam batasan materialitas dan biaya.
Unsur-Unsur Laporan Keuangan
(a) Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial :
- Laporan posisi keuangan
- Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain
- Laporan arus kas
- Laporan perubahan ekuitas
(b) Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial
- Laporan sumber dan penyaluran dana zakat
- Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan
(c) Komponan laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan
tanggungjawab khusus entitas syariah
Unsur Laporan Posisi Keuangan (Statements Of Financial Position)
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan entitas
syariah adalah sebagai berikut :
1. Aset (Assets), adalah sumber daya yang dikuasai entitas syariah masa kini yang
timbul dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat eknomi masa depan
diharapkan akan diperoleh entitas syariah.
2. Liabilitas (Liabilities) adalah utang entitas syariah masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu, penyelesiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar sumber
daya entitas syariah yang mengandung manfaat ekonomi.
3. Dana Syirkah Temporer (Temporary Syirkah Funds) – DST adalah dana yang
diterima sebagai investasi dengan jangka waktu tertentu dari individu dan pihak
lainnya di mana entitas syariah mempunyai hak untuk mengelola dan
menginvestasikan dana tersebut dengan pembagian hasil investasi berdasarkan
kesepakatan. Contoh DST adalah investasi mudharabah muthlaqah, mudharabah
muqayyadah, dan Dana syirkah temporer tidak dapat digolongkan liabilitas karena
entitas syariah/pengelola dana tidak berkewajiban mengembalikan dana jika terjadi
12
kerugian, kecuali kerugian tersebut karena kelalaian dan wanprestasi entitas
syariah/pengelola dana. Sedang karakter liabilitas adalah kewajiban yang harus
dikembalikan baik dalam kondisi untung atau rugi. Dana syirkah temporer tidak dapat
digolongkan ekuitas karena memiliki jangka waktu/jatuh tempo dan pemilik dana
syirkah temporer tidak memilik hak kepemilikan seperti pemegang saham. Sedang
karakter modal adalah tidak memiliki jatuh tempo dan pemilik modal memiliki hak
kepemilikan.
4. Ekuitas (Equity) adalah hak residual atas aset entitas syariah setelah dikurangi semua
liabilitas dan dana syirkah temporer.
Unsur Laporan Laba Rugi (Statements of Profit or Loss)
Laporan laba rugi digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar ukuran yang
lain seperti imbalan investasi (return on investment) atau penghasilan per saham (earnings
per share). Unsur laporan laba rugi entitas syariah terdiri dari:
1. Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan liabilitas
yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam
modal. Definisi penghasilan meliputi baik pendapatan (revenues) maupun
keuntungan (gains). Pendapatan timbul karena aktivitas utama entitas syariah seperti
margin penjualan, ujrah sewa, bagi hasil, dan fee jasa. Sedang keuntungan
mencerminkan pos lainnya yang memenuhi kriteria penghasilan tapi bukan dari
aktivitas utama.
2. Hak Pihak Ketiga atas Bagi Hasil Dana Syirkah Temporer (Depositors Share on
Return of Temporary Syirkah Funds) adalah bagian bagi hasil pemilik dana atas
keuntungan dan kerugian hasil investasi bersama entitas syariah dalam suatu periode
laporan keuangan. Unsur ini tidak bisa dikelompokkan sebagai unsur beban (ketika
untung) atau pendapatan (ketika rugi).
3. Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya liabilitas yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada
penanam modal.
Unsur Laporan Perubahan Ekuitas (Statements Of Changes In Equity)
Unsur laporan perubahan ekuitas entitas syariah sama dengan laporan perubahan
ekuitas pada umumnya yaitu semua bentuk perubahan komponen modal suatu entitas baik
penambahan ataupun pengurangan.
13
Unsur Laporan Arus Kas (Statement of Cashflows)
Unsur laporan arus kas entitas syariah juga sama dengan unsur laporan arus kas pada
umumnya yang menggambarkan kenaikan dan penurunan kas dari aktivitas
operasi (operating), aktivitas investasi (investing), dan aktivitas pendanaan (financing).
Unsur Laporan Sumber dan Penyaluran Dana Zakat
Unsur laporan sumber dan penyaluran dana zakat adalah sumber dana zakat dan
penyaluran dana zakat.
Unsur Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
Unsur laporan sumber dan penggunaaan dana kebajikan adalah sumber dana
kebajikan dan penggunaan dana kebajikan.
Unsur Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK)
Catatan Atas Laporan Kuangan (CALK) terdiri dari unsur kebijkan akuntansi dan
penjelasan atas informai keuangan.
Pengukuran Unsur Laporan Keuangan
1. Biaya Historis (historical cost)
Asset dicatat sebesar pengeluaran kas (setara kas) yang dibayar untuk memperoleh
asset tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima
sebagai penukar dari kewajiban atau dalam keadaan tertentu (missal, pajak
penghasilan), dalam jumlah kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi
kewajiban dalam pelaksanaan usaha yang normal.
2. Biaya Kini
Asset dinilai dalam jumlah kas yang seharusnya dibayar bila asset yang sama atau
setara asset yang sama diperoleh sekarang. Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas
yang tidak didiskontokan yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan
kewajiban sekarang.
3. Nilai Realisasi/penyelesaian
Asset dinyatakan dalam jumlah kas yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual
asset dalam pelepasan normal. Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian yaitu
jumlah kas yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayar untuk memenuhi
kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.

Dasar pengukuran yang lazimnya digunakan entitas syariah dalam penyusunan


laporan keuangan adalah biaya historis. Ini biasanya digabungkan dengan dasar
pengukuran yang lain. Misalnya, persediaan biasanya dinyatakan sebesarnilai
14
terendah dari biaya historis atau nilai realisasi bersih (lower of cost or net realizable
value), atau akuntansi dana pensiun menilai aset tertentu berdasarkan nilai wajar (fair
value).

BAB II
PEMBAHASAN
AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH

Selain Perbankan Konvensional, di Indonesia juga ada Bank Syariah mulai tahun
1992. Bank Syariah pertama di Indonesia adalah BMI (Bank Muamalat Indonesia) yang
mulai beroperasi pada tanggal 1 Mei 1992. Bank syariah dapat dikelompokkan menjadi tiga
bagian yaitu : (1) bank Umum syariah, (2) Cabang Syariah Bank Konvensional / Unit Usaha
Syariah dan (3) Bank Perkreditan Rakyat Syariah.
Bank Syariah ada karena adanya keinginan umat muslim untuk kaffah yaitu
menjalankan aktivitas perbankan sesuai dengan syariah yang diyakini, terutama masalah
larangan riba, serta hal-hal yang berkaitan dengan norma ekonomi dalam Islam seperti
15
larangan maisyir (judi dan spekulatif), gharar (unsur ketidakjelasan), jahala dan keharusan
memperhatikan kehalalan cara dan objek investasi.
Fungsi dasar bank syariah secara umum sama dengan bank konvensional, sehingga
prinsip umum pengaturan dan pengawasan bank berlaku pula pada bank syariah. Namun
adanya sejumlah perbedaan cukup mendasar dalam operasional bank syariah menuntut
adanya perbedaan pengaturan dan pengawasan bagi Bank syariah. Perbedaan mendasar
tersebut terutama:
- Perlunya jaminan pemenuhan ketaatan pada prinsip syariah dalam seluruh aktivitas
bank.
- Perbedaan karakteristik operasional khususnya akibat dari pelarangan bunga yang
digantikan dengan skema PLS dengan instrumen nisbah bagi hasil.
Langkah penting untuk mengatasi masalah unik dari sistem bagi hasil misalnya: moral
hazard (tindakan yang dilakukan oleh penerima amanat yang bertentangan dengan
kesepakatan awal dalam menjalankan amanat yang diterimanya), asymmetric information
(ketidakseimbangan informasi antara pemberi amanat dan yang diberi amanat, di mana pihak
yang diberi amanat memiliki informasi yang lebih banyak ketimbang pihak yang memberi
amanat), dll adalah dengan cara:
- penerapan good governance (tata kelola yang baik)
- ketentuan disclosure dan transparansi keuangan
- pengembangan skema insentif yang optimal dll.
Bila ditinjau dari fungsinya, bank syariah memiliki fungsi yang sama dengan bank
konvensional yaitu sebagai lembaga intermediary yang menghimpun dana dari masyarakat
yang memiliki dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Hal
utama yang membedakan Bank syariah dengan Bank konvensional adalah dalam cara
menghimpun dan menyalurkan dana harus sesuai dengan prinsip-prinsip syariah .
Cara operasi Bank Syariah pada hakikatnya sama saja dengan Bank Konvensional,
yang membedakan hanya dalam masalah bunga dan praktik lainnya yang menurut syariat
Islam tidak dibenarkan. Bank syariah tidak menggunakan konsep bunga seperti bank
konvensional. Namun bukan berarti bank syariah tidak mengenakan beban kepada mereka
yang menikmati jasanya. Beban masih tetap ada, namun konsep dan cara penghitungannya
tidak seperti perhitungan bunga pada Bank Konvensional.
Kedudukan Bank Syariah dalam hubungannya dengan para nasabah adalah sebagai
mitra investor. Sedangkan dalam Bank Umum, hubungan antara Bank dan nasabah adalah
sebagai debitur dan kreditur saja.
16
Sebagaimana bank-bank pada umumnya, bank syariah juga memiliki produk yang
dapat digunakan untuk berbagai lapisan anggota masyarakat dari berbagai suku bangsa dan
agama. Sebelum menguraikan jenis produk bank Syariah, maka perlu diketahui dahulu
sumber dana bank syariah. Dana yang digunakan baik bank Syariah maupun Bank
Konvensional dalam rangka menunjang kegiatan operasinya terdiri dari:
1. Dana Bisnis adalah dana yang dapat ditarik kembali oleh pemilik.
2. Dana Ibadah adalah dana yang tidak dapat ditarik kembali oleh yang beramal,
kecuali dana tersebut memang ditujukan untuk pinjaman.
Jenis Produk Bank Syariah akan tergantung pada fungsi pokok bank syariah. Fungsi pokok
bank syariah dalam kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat terdiri dari:
1. Fungsi Pengumpulan Dana ( Funding)
2. Fungsi Penyaluran Dana (Financing)
3. Pelayanan Jasa (Service)
FUNGSI PENGUMPULAN DANA (FUNDING)
Dalam bank syariah produk-produk penghimpunan dana dapat diterapkan berdasarkan prinsip
masing-masing, yaitu:
a. Wadiah yaitu akad titipan di mana barang yang dititipkan dapat diambil sewaktu-
waktu. Pihak yang menerima titipan dapat meminta jasa untuk keamanan dan
pemeliharaan.
b. Mudharabah yaitu akad usaha di mana salah satu pihak memberikan modal (Sahibul
Mal), sedangkan pihak lainnya memberikan keahlian (Mudharib) dengan nisbah yang
disepakati dan apabila terjadi kerugian, maka pemilik modal menanggung kerugian
tersebut.
Jenis Produk Bank Syariah bila dilihat dari fungsi penghimpunan dana (funding) terdiri dari:
1. Giro
- Simpanan yang dapat diambil sewaktu-waktu atau berdasarkan kesepakatan dengan
menggunakan cek atau kartu ATM sebagai media/alat penarikan.
- Dapat dibuka oleh perorangan atau perusahaan.
- Cek dapat berbentuk tunai atau melalui rekening (account payable).
- Giro menggunakan akad Wadiah
2. Simpanan/tabungan
- Simpanan yang dapat diambil berdasarkan kesepakatan dengan menggunakan
buku/kartu tabungan atau kartu ATM sebagai alat penarikan.
- Buku tabungan merupakan bukti pemilikan dari pemegang rekening.
17
- Terdapat aturan tentang setoran pertama dan saldo minimal.
- Jadi jenis simpanan menurut akadnya dibagi menjadi: Simpanan Wadiah dan
Simpanan Mudharabah
3. Deposito
- Simpanan untuk jangka waktu tertentu yang dapat diambil setelah jangka waktu
tertentu.
- Menggunakan bilyet sebagai tanda bukti simpanan.
- Mendapatkan bagi hasil yang dibayarkan tiap akhir bulan
- Akad yang dapat dipakai dalam Deposito adalah Mudharabah
- Bila akad yang dipakai adalah Mudharabah muqayyadah, maka:
 nasabah meminta Bank untuk menyalurkan dananya kepada proyek atau
nasabah tertentu;
 atas tugas ini bank dapat memperoleh fee atau porsi keuntungan;
 keuntungan yang diperoleh dari penyaluran dana ini dibagi antara nasabah
sebagai pemilik modal (Sahibul Mal) dan pelaksana proyek sebagai
mudharib (orang yang memberikan keahlian)
 pola seperti ini dalam dunia perbankan disebut chanelling bukan executing
FUNGSI PENYALURAN DANA (FINANCING)
Jenis Produk Bank Syariah bila dilihat dari fungsi penyaluran dana (financing) dibagi
menjadi 3 kategori besar:
1) Jual-beli Produk
Jual-beli dalam Bank Syariah dibagi menjadi 3, yaitu:
- Murabahah
Adalah pembiayaan berdasarkan jual-beli di mana Bank bertindak selaku penjual
dan nasabah selaku pembeli. Harga beli diketahui bersama dan tingkat keuntungan
untuk Bank disepakati di muka
- Salam
adalah pembiayaan berdasarkan jual-beli barang dengan cara pemesanan dan
pembayaran dilakukan dimuka dengan syarat-syarat tertentu. Dalam pembiayaan
ini bank bertindak selaku pembeli sedangkan nasabah bertindak selaku penjual.
Uang pembelian diberikan di muka kepada nasabah. Biasanya diterapkan untuk
pembiayaan produk pertanian atau produk-produk yang terstandarisasi
- Istishna

18
hampir sama dengan salam tetapi berbeda pada objek yang dibiayai dan cara
pembayarannya. Pada Salam objek yang dibiayai sudah terstandarisasi, sedangkan
pada istishna objek yang dibiayai bersifat customized (harus dibuat terlebih
dahulu). Pada Salam pembayaran oleh bank dibayar di muka sekaligus, sedangkan
pada istishna pembayaran oleh bank dapat dicicil/ bertahap.
2) Bagi Hasil/Untung
Produk Bagi Hasil/Untung dalam Bank Syariah dibagi menjadi 3, yaitu:
a) Mudharabah
dalam pembiayaan Mudharabah, bank bertindak sebagai pemilik dana (sahibul
mal) dan nasabah sebagai pengelola usaha (mudharib). dalam fiqih klasik yang
dibagikan adalah keuntungan (pendapatan dikurangi biaya), tetapi dalam praktik
yang dibagikan adalah revenue karena sulit untuk menemukan kesepakatan
tentang biaya-biaya yang dikeluarkan nasabah. Nisbah bagi hasil disepakati di
muka termasuk bila terjadi kerugian.
b) Musyarakah
dalam Musyarakah, bank dan nasabah bertindak selaku syarik (partner) yang
masing-masing memberikan dana untuk usaha. Pembagian keuntungan menurut
kesepakatan dan apabila rugi dibagi menurut porsi modal masing-masing
(proporsional). Selaku syarik, bank berhak ikut serta dalam manajemen sesuai
kaidah musyarakah.
c) Rahn (gadai)
adalah penyerahan jaminan untuk mendapat pinjaman. Rahn dalam syariah dapat
berbentuk:
- Fiducia : penyerahan barang, tetapi hanya dokumen yang ditahan.
Barangnya masih dapat digunakan oleh pemilik.
- Gadai : penyerahan barang secara fisik sehingga pemilik tidak dapat
menggunakan lagi.
3) Sewa (Ijarah)
Bila pembiayaan berdasarkan akad Ijarah maka Bank berlaku sebagai pemberi
sewa (mu’jir) dan nasabah selaku penyewa (musta’jir). Pada fiqih klasik, bank
(pemberi sewa), bank harus memiliki barang sebelum menyewakan kepada nasabah
(penyewa).
Pada umumnya Bank tidak memiliki barang, tetapi menyewa dari pihak lain,
kemudian menyewakan lagi kepada nasabah dengan nilai sewa yang lebih tinggi
19
selama tidak ada kaitan antara akad sewa pertama dengan sewa kedua. Ijarah dalam
bank syariah bisa disamakan dengan operating lease, bukan financial lease atau
capital lease (lihat bahasan sewa guna usaha/leasing). Jadi bank bertanggung jawab
atas pemeliharaan aset yang disewa.
JASA PERBANKAN (Service)
Jasa Perbankan adalah pelayanan Bank terhadap nasabah dengan tidak menggunakan modal
tunai. Atas jasa yang diberikan, bank akan menerima imbalan (fee). Jenis Produk Bank bila
dilihat dari fungsi pelayanan jasa (service) terdiri dari:
a. Transfer (pengiriman uang)
b. Inkaso (pencairan cek)
c. Valas (penukaran mata uang asing)
d. L/C (Lettter of Credit)
e. Letter of Guarantee dll
Bank syariah menggunakan akad dalam penetapan produknya. Akad yang dipakai sebagai
dasar dalam jasa perbankan syariah:
1. Wakalah (Perwakilan) Produk yang memakai akad ini: Transfer, Inkaso, Debit Card,
L/C.
2. Kafalah (Penjaminan) Produk yang memakai akad ini: Bank Guarantee, L/C, Charge
Card.
3. Hawalah (Pengalihan Piutang) Produk yang memakai akad ini: Bill Discounting, Post
Dated Check (cek mundur), anjak piutang.
4. Sarf (Pertukaran mata uang) Produk yang memakai akad ini: Jual beli Valuta Asing.
Dalam perbankan syariah, jasa perbankan menggunakan dana/ fasilitas bank sendiri,
oleh karena itu pendapatan yang diperoleh dari penjualan jasa ini harus disendirikan atau
tidak ikut dibagikan kepada pemilik simpanan.
PERLAKUAN AKUNTANSI DALAM PERBANKAN SYARIAH
Sistem Perbankan syariah berbeda dengan sistem perbankan konvensional. Oleh
karena itu, akan menimbulkan perbedaan dalam pencatatan atau perlakuan akuntansinya. Di
samping diatur dalam PSAK No. 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah.
TUJUAN LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH
1. Pengambilan putusan investasi dan pembiayaan. Laporan keuangan bertujuan
menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan
dalam pengambilan keputusan yang rasional. Oleh karena itu, informasi harus
dapat dipahami oleh pelaku bisinis dan ekonomi yang mencermati informasi yang
20
disajikan dengan seksama. Pihak-pihak yang berkepentingan antara lain :
a. Shahibul maal / pemilik dana
b. Kreditur
c. Pembayar zakat, infaq dan shadaqah
d. Pemegang saham
e. Otoritas pengawasan
f. Bank Indonesia
g. Pemerintah
h. Lembaga penjamin simpanan; dan
i. Masyarakat
2. Menilai prospek arus kas. Pelaporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi
yang dapat mendukung investor / pemilik dana, kreditur dan pihak-pihak lain dalam
memperkirakan jumlah, saat dan ketidakpastian dalam penerimaan kas dimasa depan
atas deviden, bagi hasil, dan hasil dari penjualan, pelunasan (redemption), dan jatuh
tempo dari surat berharga atau pinjaman.
3. Informasi atas sumber daya ekonomi. Pelaporan keuangan bertujuan memberikan
informasi tentang sumberdaya ekonomis bank (economic resources), kewajiban
bank untuk mengalihkan sumber daya tersebut kepada entitis lain atau pemilik
sama, serta kemungkinan terjadinya transaksi, dan peristiwa yang dapat
mempengaruhi perubahan sumber daya ekonomi tersebut.
4. Kepatuhan bank terhadap prinsip syariah. Laporan keuangan memberikan
informasi mengenai kepatuhan bank terhadap prinsip syariah, serta informasi
pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah dan bagaimana
pendapatan tersebut diperoleh serta penggunaannya;
5. Laporan keuangan memberikan informasi untuk membantu mengevaluasi
pemenuhan tanggung jawab bank terhadap amanah dalam mengamankan dana,
menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak, dan informasi
mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh pemilik dan pemilikdana
investasi terikat;
6. Pemenuhan fungsi sosial. Laporan keuangan memberikan informasi mengenai
pemenuhan fungsi sosial bank, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat
ASUMSI DASAR AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH
Dengan telah diterbitkannya PSAK nomor 59 tentang Akuntansi Bank Syariah ini

21
maka bagi bank syariah, hal ini merupakan suatu kemajuan yang sangat luar biasa, karena
dengan dikeluarkanya PSAK tersebut bank syariah telah mempunyai acuan yang baku
dalam membukukan transaksinya. Hal ini sangatlah berbeda dengan sebelum
dikeluarkannya PSAK tersebut, dimana dalam pencatatan transaksinya belum tentu segaram,
pernyataan yang tidak tertulis adalah dalam melakukan pencatatan pendapatan bank
syariah yaitu mempergunakan konsep dasar kas (cash basis), sedangkan untuk
membukukan beban yang dikeluarkan mempergunakan konsep dasar akrual (acrual
basis).
PERSAMAAN AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH
Dalam bidang akuntansi, adanya akuntansi bank syariah, merupakan kemajuan
yang luar biasa, apabila selama ini pada akuntansi secara umum mempunyai persamaan
yang sudah baku, maka dengan adanya akuntansi bank syariah, persamaan akuntansi
tersebut terpaksa harus mengalami perubahan yang mendasar, yang mana persamaan
tersebut belum dapat diperoleh pada literatur akuntansi umum.
Sebagaimana dijelaskan diatas bahwa Bank Syariah mempunyai karakteristik
tersendiri, dimana hal ini juga membawa implikasi dalam akuntansi Bank Syariah itu
sendiri.
Apabila dalam akuntansi umum terdapat persamaan akuntansi pada unsur neraca
adalah sebagai berikut :
AKTIVA = KEWAJIBAN + MODAL

Karena karakteristiknya, akuntansi bank Syariah mempunyai persamaan akuntansi


yang berbeda dengan persamaan akuntansi umum atau akuntansi bank konvensional,
persamaan akuntansi pada unsur neraca Bank Syariah adalah :

AKTIVA = KEWAJIBAN + DANA SYIRKAH TEMPORER + MODAL

Ada unsur dalam Laporan Laba Rugi yang membedakan dengan laporan laba
rugi secara umum adalah “Hak pihak ketiga atas bagi hasil Dana Syirkah Temporer”
yang mana unsur ini tidak dapat dikategorikan sebagai unsur beban bagi bank
(mudharib), dan disajikan setelah pendapatan utama operasional sebelum pendapatan
operasi lainnya, sehingga persamaan akuntansinya adalah:

Laba Pendapatan Pendapatan Jumlah


/ Rugi = Utama -/- Hak + Operasi lain -/- beban
pihak ketiga atas 22
bagi hasil DST
LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH
Perbandingan laporan keuangan bank konvensional dengan bank Syariah.
Bank Konvensional (PSAK 31) Bank Syariah (PSAK Syariah)
1. Laporan posisi keuangan 1. Laporan posisi keuangan
2. Laporan Laba rugi 2. Laporan Laba Rugi
3. Laporan 3. Laporan Perubahan Ekuitas
Perubahan Ekuitas 4. Laporan Arus Kas
4. Laporan arus kas 5. Catatan Laporan Keuangan
5. Catatan laporan keuangan 6. Laporan Investasi Terikat
7. Laporan sumber dan
penggunaan dana Kebajikan
8. Laporan sumber dan
penggunaan dana
Zakat

1. Laporan Posisi Keuangan (Neraca)


Perkiraan-perkiraan yang mempunyai karakteristik tertentu dalam laporan keuangan
perbankan syariah dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Aktiva
Beberapa perkiraan dalam aktiva yang perlu dijelaskan antara lain:
- Piutang Dagang . Perkiraan ini dipergunakan untuk membukukan
penyaluran dana yang mempergunakan prinsip jual beli seperti murabahah,
istishna dan salam, sehingga dalam bank syariah “piutang”, seperti piutang
murabahah, piutang istishna, piutang salam dapat dikategorikan sebagai
aktiva yang produkif, aktiva yang diharapkan menghasilkan pendapatan.
Hal ini sangat berbeda dengan bank konvensional, dimana perkiraan

23
piutang merupakan unsur neraca yang tidak dominan, karena biasanya
hanya dipergunakan untuk menampung tagihan kepada pihak ketiga
nasabah.
- Investasi. Perkiraan ini dipergunakan untuk membukukan penyaluran dana
yang mempergunakan prinsip bagi hasil, yaitu pembiayaan mudharabah
dan pembiayaan musyarakah. Oleh karena itu apabila pembiayaan
dipersamakan dengan “kredit” yang selama ini ada pada neraca bank
konvensional, maka pembaca laporan hanya menemukan sebagian saja dari
penyaluran pada bank syariah, karena yang tertampung pada perkiraan ini
hanya penyaluran yang mempergunakan prinsip bagi hasil, yaitu hanya
pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah, sedangkan masih
ada penyaluran lain yang mempergunakan prinsip jual beli.
- Persediaan / Assets. Dalam bank konvensional perkiraan ini tidak
mungkin ada, dalam akuntansi umum perkiraan ini terdapat pada
perdagangan atau industri, tetapi dalam Bank Syariah perkiraan ini
dipergunakan untuk menampung barang-barang milik Bank syariah yang
dimaksudkan untuk dijual kembali, seperti persediaan / assets
murabahah, persediaan /asset salam, persediaan / assets istishna.
- Aktiva Ijarah. Perkiraan ini dipergunakan untuk membukukan assets Ijarah
yang telah disewakan, dimana asset ijarah yang telah disewakan harus
dipisahkan dengan aktiva tetap milik bank dan persediaan. Dalam
akuntansi Ijarah yang dianut hanyalah “sewa operasional – operating
leasse”, sehingga asset yang disewakan masih menjadi milik dan tanggung
jawab bank, termasuk pemeliharaannya.
- Aktiva istishna dalam penyelesaian (Istishna Work in Proses). Perkiraan ini
dipergunakan untuk menampung transaksi istishna yang sedang berjalan
proses penyelesaiannya. Untuk barang istishna yang telah selesai tetapi
belum diserahkan ditampung dalam perkiraan Persediaan Istishna
- Penyaluran Dana Investasi Terikat Executing. Perkiraan ini dipergunakan
untuk membukukan penyaluran mudharabah muqayyadah (Investasi
Terikat) dengan pola penyaluran Executing. Penyaluran Mudharabah
Muqayyadah dengan pola penyaluran Chanelling dilaporkan dalam
“Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat”

24
- Pinjaman Qardh. Perkiraan ini dipergunakan untuk membukukan pinjaman
qardh yang sumber dananya dari intern bank syariah. Pinjaman Qardh yang
sumber dananya dari ekstern dilaporkan dalam “Laporan Sumber dan
Penggunaan Al-Qardhul Hasan”
- Penyertaan. Perkiraan ini dipergunakan untuk
membukukan penyertaan, dimana bank syariah memiliki saham suatu
perusahaan, baik yang dilakukan dalam rangka penyelamatan pembiayaan
atau yang ditanamkan pada anak perusahaan. Hal ini tidak dibukukan pada
musyarakah (walaupun secara prinsip syariah – dapat dikategorikan sama),
karena untuk membedakan penyaluran dana untuk kepentingan produktif

b. Kewajiban
Perkiraan yang berbeda pada kewajiban dalam neraca Bank Syariah dapat
dijelaskan sebagai berikut :
- Simpanan / Titipan. Perkiraan ini dipergunakan untuk membukukan
penghimpunan dana yang mempergunakan prinsip wadiah (titipan), karena
prinsip dari wadiah adalah titipan yang harus dikembalikan kapan saja oleh
bank apabila si penitip meminta kembali, dalam kondisi apapun bank
syariah harus mengembalikan dana titipan tersebut kepada penitip, bank
syariah harus mengembalikan dana titipan tersebut seratus persen kepada
penitip. Jadi yang dibukukan pada kewajiban bank syariah adalah Tabungan
Wadiah, Giro Wadiah. Hal ini sangat berbeda dengan neraca bank
konvensional tabungan dan deposito dibukukan pada unsur kewajiban bank
konvensional.
- Kewajiban Investasi Terikat Executing. Perkiraan ini dipergunakan untuk
membukukan Penerimaan Mudharabah Muqayyadah dengan pola
penyaluran Executing. Penerimaan Mudharabah Muqayyadah yang pola
Chanelling yang belum disalurkan oleh bank syariah dibukukan dalam
titipan kelompok kewajiban
- Keuntungan Diumumkan Belum Dibagikan. Perkiraan ini dipergunakan
untuk membukukan bagi hasil hak pemilik dana Investasi Tidak Terikat
yang dihimpun, yang sampai dengan tanggal laporan belum dibayarkan
kepada pemiliknya dan data yang dipergunakan dalam perkiraan ini
bersumber dari perhitungan pembagian hasil usaha.

25
c. Dana Syirkah Temporer

Transaksi yang dibukukan pada Dana Syirkah Temporer, adalah


penghimpunan dana pada bank syariah yang mempergunakan prinsip
mudharabah mutlaqah. Dalam PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan
Syariah disebut dengan Investasi Tidak Terikat, oleh karena kelompok ini
berada pada sisi pasiva neraca bank syariah dan mempergunakan kata-kata
“investasi” yang umumnya berada pada sisi aktiva neraca bank, maka istislah
Investasi Tidak terikat diganti dengan Dana Syirkah Temporer (DST).

Dana Syirkah Temporer ini tidak dapat dikategorikan pada kewajiban


maupun sebagai ekuitas pada bank syariah. Sesuai dengan prinsip
mudharabah apabila terjadi kerugian yang bukan kelalaian mudharib, maka
kerugian tersebut menjadi tanggungan pemilik dana (shahibul maal), dengan
kata lain dana yang diterima tersebut, secara konsep tidak harus dikembalikan
seluruhnya (dapat dikurangi kerugian – jika ada).

2. Laporan Laba Rugi


Beberapa unsur laporan laba rugi yang ada dalam laporan laba rugi bank
syariah adalah
a) Pendapatan Operasi Utama. Unsur ini merupakan kelompok pendapatan
operasi utama bank syariah atas penyaluran yang dilakukan sesuai prinsip
syariah, yang meliputi (a) pendapatan penyaluran yang mempergunakan
prinsip bagi hasil, yaitu pendapatan bagi hasil mudharabah dan pendapatan
bagi hasil musyarakah, (b) pendapatan penyaluran yang mempergunakan
prinsip jual beli, yaitu pendapatan margin murabahah, pendapatan bersih
salam paralel, dan pendapatan bersih istishna paralel dan (c) pendapatan
bersih ijarah. Pendapatan operasi utama ini dipisahkan supaya dapat
memberikan informasi kepada pemakai laporan keuangan, atas pendapatan
utama operasional bank syariah dan akan dikaitkan dengan bagi hasil yang
telah diberikan oleh bank syariah.
b) Hak pihak ketiga atas bagi hasil Dana Syirkah Temporer. Unsur ini
merupakan jumlah bagi hasil yang diberikan oleh bank syariah kepada
pemilik dana, sesuai nisbah yang disepakati. Hak pihak ketiga atas bagi
hasil Dana Syirkah Temporer ini tidak dapat dikategorikan sebagai
pendapatan dan beban dari bank syariah. Hak pihak ketiga atas bagi hasil

26
Dana Syirkah Temporer ini merupakan alokasi pendapatan dari Bank
Syariah.Tidak diketegorikan sebagai beban bank syariah karena besarnya
sangat tergantung pada pendapatan operasi utama bank syariah, besarnya
sebanding dengan pendapatan operasi utama, besarnya tidak tetap.
c) Pendapatan operasi lainnya. Unsur ini untuk menampung pendapatan
operasi utama lainnya, yang merupakan milik bank syariah sepenuhnya
(tidak dibagihasilkan), seperti pendapatan atas fee mudharabah
muqayyadah, fee wakalah, fee kafalah dan pendapatan atas layanan
berdasarkan imbalan lainnya
d) Beban-beban. Beban-beban ini adalah semua beban yang menjadi
tanggungan bank sebagai mudharib sebagaimana layaknya bank, seperti
beban tenaga kerja, beban umum dan administrasi dan beban operasi
lainnya.

3. Laporan Arus Kas


Laporan arus kas disajikan sesuai dng PSAK 2: Lap Arus Kas
4. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas disajikan sesuai dengan PSAK 1
5. Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat
Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat ini memuat laporan dari
Mudharabah Muqayyadah (Investasi Terikat) dengan pola penyaluran Chanelling.
Untuk Investasi terikat dengan pola penyaluran Executing dilaporkan dalam
Neraca (on balance sheet). Laporan ini merupakan pertanggungan jawab bank
sebagai agent dalam mudharabah muqayyadah. Laporan Perubahan Dana Investasi
Terikat ini dibuat oleh Lembaga Keuangan Syariah sebagai laporan dalam
menjalankan amanah dalam menjalankan pengelolaan dana. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam pembuatan Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat
hal :
- Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat memisahkan dana investasi
terikat berdasarkan sumber dana dan memisahkan investasi berdasarkan
jenisnya.
- Bank syariah menyajikan Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat
sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan:
(a) saldo awal dana investasi terikat;

27
(b) jumlah kelompok investasi pada setiap jenis investasi dan nilai per
kelompok pada awal periode;
(c) dana investasi yang diterima dan kelompok investasi yang
diterbitkan bank syariah selama periode laporan;
(d) penarikan atau pembelian kembali kelompok investasi selama
periode laporan;
(e) keuntungan atau kerugian dana investasi terikat;
(f) imbalan bank syariah sebagai agen investasi;
(g) beban administrasi dan beban tidak langsung lainnya yang
dialokasikan oleh bank syariah ke dana investasi terikat;
(h) saldo akhir dana investasi terikat; dan
(i) jumlah kelompok investasi pada setiap jenis investasi dan nilai per
kelompok pada akhir periode.
- Investasi terikat adalah investasi yang bersumber dari pemilik dana investasi
terikat dan sejenisnya yang dikelola oleh bank syariah sebagai agen
investasi. Investasi terikat bukan merupakan aset maupun kewajiban karena
bank syariah tidak mempunyai hak untuk menggunakan atau mengeluarkan
investasi tersebut, serta bank Syariah tidak memiliki kewajiban
mengembalikan atay menanggung risiko investasi.
- Dana yang diserahkan oleh pemilik investasi terikat dan sejenisnya adalah
dana yang diterima bank syariah sebagai agen investasi. Dana yang ditarik
oleh pemilik dana investasi terikat adalah dana yang diambil atau
dipindahkan sesuai dengan permintaan pemilik dana.
- Keuntungan atau kerugian investasi terikat adalah jumlah kenaikan atau
penurunan bersih nilai investasi terikat, selain kenaikan yang berasal dari
penyetoran atau penurunan yang berasal dari penarikan.
- Dalam hal bank syariah bertindak sebagai agen investasi, imbalan yang
diterima adalah sebesar jumlah yang disepakati tanpa memperhatikan hasil
investasi.
- Catatan atas Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat harus
mengungkapkan:
a) sifat hubungan antara entitas syariah dan pemilik dana investasi
terikat;

28
b) hak dan kewajiban yang terkait dengan setiap jenis dana investasi
terikat atau unit investasi.

6. Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan


Merupakan laporan yang menunjukkan sumber dan penggunaan dana
kebajikan selama suatu jangka waktu tertentu, serta saldo dana kebajikanyang
menunjukkan dana kebajikan yang belum disalurkan pada tanggal tertentu (PSAK 101
tentang Penyajian Laporan KeuanganSyariah). Penerimaan nonhalal adalah semua
penerimaan dari kegiatan yang tidak sesuai dengan prinsip Syariah, antara lain
penerimaan jasa giro atau bunga yang berasal dari bank umum konvensional.
Penjabaran :
I. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan adalah salah satu komponen
Laporan Keuanganyang mencerminkan kegiatan sosial Bank.
II. Bank menyajikan Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan sebagai
komponen utama Laporan Keuangan, yang menunjukkan:
a. Sumber dana kebajikan yang berasal dari penerimaan, antara lain:
 Infak
 sedekah
 pengembalian dana kebajikan produktif;
 denda;
 penerimaan nonhalal.
b. Penggunaan dana kebajikan untuk
 dana kebajikan produktif;
 sumbangan
 penggunaan lainnya untuk kepentingan umum.c.
c. Kenaikan atau penurunan sumber dana kebajikan.
d. Saldo awal dana kebajikan.
e. Saldo akhir dana kebajikan.
III. Dana kebajikan merupakan kewajibanyang paling likuid atau menjadi prioritas yang
pertama untuk segera diselesaikan.
IV. Infakdan sedekah adalah dana yang diterima dari eksternalBankatau dari rekening
nasabah atas perintah nasabah tersebut.
V. Denda adalah penerimaan dari nasabah atas kelalaian atau kesengajaan yang

29
mengakibatkan tidak terpenuhinya kewajiban nasabah sesuai dengan akad,
seperti akad murabahahatau istishna.
VI. Penerimaan nonhalal berasal dari penerimaan jasa giro dari bank umum
konvensional atau penerimaan lainnya yang tidak dapat dihindari dalam kegiatan
operasional Bank.
VII. Penerimaa nnonhalal pada umumnya terjadi dalam kondisi darurat atau kondisi
yang tidak diinginkan oleh Bankkarena secara prinsip dilarang.
VIII. Penerimaannonhalal bukan bagian dari pendapatan Banksehingga tidak disajikan di
Laporan Laba Rugi, tetapi sebagai bagian dari sumber dana kebajikan.
IX. Dana kebajikan dapat disalurkan sebagai dana bergulir untuk pinjaman sosial/dana
kebajikan produktif, sumbangan, atau kepentingan umum lain.

7. Laporan Sumber Dan Penggunaan Dana Zakat


Dalam PSAK 59 laporan ini disebut dengan Laporan Sumber dan
Penggunaan Dana ZIS (Zakat, Infaq, Shadaqah). Oleh karena terdapat ketidak
jelasan penggunaan Infaq dan Shadaqah yang dapat dipergunakan untuk hal-hal
diluar dari zakat, disamping zakat sumber dan penggunaannya telah diatur dengan
jelas dan syariah, maka laporan tersebut disempurnakan dengan “Laporan Sumber
dan Pengunaan Zakat” yaitu suatu laporan yang khusus untuk penerimaan dan
penyaluran zakat sesuai ketentuan syariah yang ada, sedangkan laporan sumber
dan penggunaan dana infaq dan shadaqah digabung dengan dalaml laporan sumber
dan penggunaan dana kebajikan.
Dalam PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah dijelaskan
(paragraf 64 – 68) bahwa entitas syariah menyajikan Laporan Sumber dan
Penggunaan Dana Zakat sebagai komponen utama laporan keuangan, yang
menunjukkan:
(a) dana zakat berasal dari wajib zakat (muzakki):
(i) zakat dari dalam entitas syariah;
(ii) zakat dari pihak luar entitas syariah;
(b) penggunaan dana zakat melalui lembaga amil zakat untuk:
(i) fakir;
(ii) miskin;
(iii) riqab;

30
(iv) orang yang terlilit hutang (gharim);
(v) muallaf;
(vi) fiisabilillah;
(vii) orang yang dalam perjalanan (ibnu sabil); dan
(viii) amil;
(c) kenaikan atau penurunan dana zakat;
(d) saldo awal dana zakat; dan
(e) saldo akhir dana zakat.

BAB III
PENUTUP

31
Standar Akuntansi Syariah (SAS) jelas berbeda dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
atau akuntansi konvensional dari segi pengertian, tujuan, dan karakteristik. Akuntansi syariah
menekankan pada hukum Islam yang diambil dari Al-qur’an, bersifat permanen atau tetap
dan dipertanggung jawabkan kepada Tuhan serta manusia, sedangkan akuntansi konvensional
dibuat berdasarkan wawasan manusia yang terbatas dalam berbagai aspek dan dapat berubah
sewaktu-waktu bergantung pada regulasi, perkembangan ilmu pengetahuan, dan kemajuan
jaman. Dalam prakteknya, masih sulit bagi entitas untuk menerapkan akuntansi syariah
secara penuh karena pada dasarnya pelaku dan penggunanya merupakan manusia yang jauh
dari standar kesempurnaan. Begitu banyak cara dan alternatif dilakukan untuk
penyempurnaan standar akuntansi yang dapat seirama dengan sifat dan nilai-nilai syariat,
namun meskipun demikian para akuntan yang di bidang akuntansi syariah tidak pernah
berhenti untuk
mengusahakan hal tersebut.

32
33
LAMPIRAN – LAMPIRAN

1. Contoh laporan posisi keuangan perbankan syariah

c
(cont. laporan posisi keuangan perbankan syariah)

d
(cont. laporan posisi keuangan perbankan syariah)

e
(cont. laporan posisi keuangan perbankan syariah)

f
(cont. laporan posisi keuangan perbankan syariah)

g
2. Laporan laba rugi komprehensif perbankan syariah

h
(cont. laporan laba rugi komprehensif perbankan syariah)

i
3. Laporan perubahan ekuitas perbankan syariah

j
4. Laporan Arus Kas Perbankan Syariah

k
(cont. laporan arus kas perbankan Syariah)

l
5. Laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil

m
6. Laporan sumber dan penyaluran dana zakat dan dana kebajikan

n
o
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntan Indonesia. 2016. Standar Akuntansi Keuangan Syariah. Jakarta : IAI
Harahap, Wiroso, dan Yusuf. 2010. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta : LPFE Usakti
Nurhayati dan Wasilah. 2014. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta : Salemba Empat
https://www.academia.edu/12255026/Akuntansi_perbankan_syariah
https://www.gustani.id/2020/02/daftar-lengkap-sak-syariah-terupdate.html
Contoh Laporan Keuangan Bank Syariah - Akuntansi Itu Mudah (biblibio.xyz)

Anda mungkin juga menyukai