Anda di halaman 1dari 27

MATA KULIAH AUDIT II

“AUDIT SIKLUS INVESTASI DAN SALDO KAS”

Disusun oleh :

Kelompok 2

Adolpina C301 19 189


Ni kadek elinsi C301 19 233
Indah Suci Rahmadani C301 19 229

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI S1 EKONOMI AKUNTANSI
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S. W. T. karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya, Kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada

waktunya.Adapun judul dari makalah ini “Audit siklus investasi dan saldo kas”. Yang

merupakan salah satu tugas dari ”Mata Kuliah Audit II” di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Jurusan S1 Akuntansi Universitas Tadulako.

Kami berharap tugas ini dapat digunakan sebagai awal pembelajaraan untuk

menambah semangat dalam mencari pengetahuan yang luas dimana saja dan memberi

manfaat dan menambah wawasan bagi kita semua. Kami menyadari bahwa isi maupun

penyajian tugas makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu Kami mengharapkan

adanya kritik dan saran sebagai penyempurna tugas makalah ini demi perbaikian menuju

arah yang lebih baik

Kami mengucapkan terimah kasih kepada Dosen Mata Kuliah Audit II atas

bimbingan dan arahan dalam pembuatan tugas makalah ini. Tanpa bimbingan dari beliau

mungkin kami tidak akan dapat menyelesaikan tugas ini

Palu, 30 Oktober 2021

Penulis

Kelompok 3

i
DAFTARISI

KATA PENGANTAR …………………………….. i

DAFTAR ISI …………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN …………………………….. 1

1.1. Latar belakang …………………………….. 1

1.2. Rumusan masalah …………………………….. 1

1
1.3. Tujuan ……………………………..

BAB II PEMBAHASAN …………………………….. 2

2.1. Definisi Audit investasi .............................................. 2

2.2. Tujuan audit dalam siklus akuntansi …………………………….. 3

.............................................. 4
2.3. Dokumen dan catatan
4
2.4. Pertimbangan dan perencanaan audit ……………………………..
6
2.5. Pengujian substantif atas siklus investasi ………………………………
5
2.6. Rekening-Rekening (Akun) Audit dalam ………………………………
8
siklus investasi
................................................
2.7. Pengertian saldo kas 12

2.8. Tujuan audit dalam saldo kas ……………………………… 12

2.9. Hubungan kas dan siklus-siklus transaksi ………………………………


……………………………… 12
2.10. Rekening-rekening (akun) ……………………………… 13
……………………………… 15
2.11. Pertimbangan perencanaan audit 16
……………………………… 16
2.12. Pengujian substantif atas saldo kas ……………………………… 20
2.13 Pertimbangan-Pertimbangan Lain
BAB V PENUTUP …………………………….. 21

DAFTAR PUSTAKA …………………………….. 23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Investasi merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk memanfaatkan


kas yang tersedia saat ini dengan tujuan mendapatkan hasil di masa yang akan datang
(Horne, 2008). Dalam penulisan ini aktivitas investasi yang dimaksudkan adalah aktivitas
yang berkaitan dengan kepemilikan sekuritas yang diterbitkan oleh entitas lain, yang dapat
berupa surat berharga (sekuritas) atau aktiva lainyang tidak digunakan secara langsung
dalam kegiatan produktif perusahaan.Sebagai contoh, yaitu: pembelian saham sebesar 70%
oleh satu perusahaan kepadaperusahaan lain yang secara hukum dan akuntansi perusahaan
pembeli akanmenjadi perusahaan induk dan perusahaan dengan saham yang dibeli
akanmenjadi perusahaan anak, reksadana, dan sertifikat deposito. Aktivitas investasi dalam
hal ini merefleksikan dua jenis siklus yaitu siklus penerimaan kas(penjualan saham atau
obligasi, penerimaan bunga dan dividen) dan sikluspengeluaran kas (pembelian saham atau
obligasi)

RUMUSAN MASALAH
1.  Apa Definisi investasi audit dan tujuan audit dalam siklus investasi?
2. Apa yang dimaksud dokumen dan catatan serta  pertimbangan perencanaan
audit?
3. Apa pengujian substantif atas siklus investasi dan Rekening-Rekening (Akun)
Audit dalam siklus investasi?
4. Jelaskan Saldo kas dan tujuan audit saldo kas?
5. Apa Hubungan kas dan siklus-siklus transaksi dan rekening-rekening (akun)?
6. Apa Pertimbangan perencanaan audit dan pertimbangan-pertimbangan lain?
7. Apa pengujian substantif atas saldo kas?

1.3. TUJUAN
Makalah ini kami buat untuk membahas audit siklus investasi dan saldo kas serta hal-hal
yang berkaitan dengannya. semoga dengan adanya makalah ini bisa menambah wawasan
ilmu pengetahuan kita tentang hal ini

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. DEFINISI AUDIT INVESTASI


Aktivitas investasi sebuah entitas merupakan aktivitas yag berkaitan dengan
kepemilikansekuritas yang diterbitkan oleh entitas lainnya. Sekuritas ini mencakup
sertifikat deposito/CD,saham preferen dan saham biasa, serta obligasi korporasi dan
pemerintah. Investasi dalamsekuritas yang mudah dipasarkan berkaitan dengan siklus
lainnya. Deviden dan bunga yangditerima dari investasi itu merupakan transaksi
penerimaan kas, transaksi-transaksi ini harusmendapat pengendalian yang sama
seperti pada transaksi penerimaan dan pengeluaran lainnya

2.2. TUJUAN AUDIT DALAM SIKLUS INVESTASI

1. Asersi keberadaan/keterjadian

Untuk memeriksa apakah pendapatan investasi dan laba/rugi sudah/belum direalisasi


yang dimasukkan sebagai pendapatan berasal dari transaksi dan kejadian yang terjadi
selama periode yang diperiksa. Apakah investasi jangka pendek dan panjang menurut
pembukuan mencerminkan investasi yang ada pada tanggal neraca.
2. Asersi kelengkapan

Apakah semua transaksi atau kejadian yang memengaruhi laporan Laba/Rugi yang terjadi
selama periode diperiksa telah termasuk dalam rekening rugi/laba. Untuk memastikan
apakah semua investasi jangka pendek dan panjang sudah termasuk dalam rekening
investasi di neraca.
3. Asersi hak dan kewajiban

Untuk memastikan apakah semua investasi yang tercatat dalam pembukuan adalah milik
perusahaan.
4. Asersi penilaian dan pengalokasian

Apakah pendapatan investasi dan laba/rugi direalisasi dan belum direalisasi dilaporkan
dalam jumlah yang tepat. Untuk memastikan apakah investasi yang dilaporkan dalam
neraca yang dicatat berdasarkan metode-metode penilaiannya (harga pasar,

2
perolehan/cost, cost diamortisasi, atau ekuitas) telah sesuai dengan investasi yang
bersangkutan.
5. Asersi penyajian dan pengungkapan

Untuk memastikan apakah saldo investasi diidentifikasi dan dikelompokkan dengan tepat
dalam Laporan Keuangan. Untuk memastikan apakah pengungkapan yang tepat telah
dilakukan untuk:
1. Investasi dalam perusahaan yang memiliki hubungan istimewa;
2. Dasar penilaian investasi;
3. Penjaminan investasi.

2. 3  DOKUMEN DAN CATATAN

 Sertifikat saham. Dokumen yang menunjukkan jumlah lembar saham yang dimiliki
oleh seorang pemegang saham dalam suatu perseroan. Dokumen ini menjadi bukti
bagi asersi keberadaan/keterjadian.
 Sertifikat obligasi. Dokumen yang menunjukkan jumlah lembar obligasi yang dimiliki
oleh seorang pemegang saham.
 Perjanjian obligasi. Kontrak yang berisi ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan
obligasi yang diterbitkan perusahaan.
 Pemberitahuan dari broker. Dokumen yang dibuat oleh broker yang berisi tentang
harga pertukaran transaksi investasi. Dokumen ini merupakan sumber utama
pencatatan transaksi investasi, bukti asersi penilaian dan pengalokasian.
 Laporan broker. Laporan bulanan yang diterbitkan broker tentang sekuritas yang
disimpan broker, harga perolehannya, serta harga pasar pada akhir bulan. Laporan
bulanan biasanya memuat pula ringkasan transaksi yang terjadi selama bulan
bersangkutan.
 Buku jurnal. Jurnal umum digunakan untuk mencatat, misalnya pendapatan bunga
yang masih harus diterima, penyesuaian terhadap harga pasar (pada metode harga
pasar), dan pendapatan yang diperoleh (pada metode akuntansi ekuitas). Jurnal
penerimaan kas digunakan untuk mencatat hasil dari transaksi penjualan dan
penerimaan bunga dan dividen. Voucher dan register cek digunakan dalam pembelian
dan pembayaran harga sekuritas.

3
 Buku pembantu investasi. Jika perusahaan memiliki portofolio tertdiri dari banyak
saham yang berbeda-beda, bisa digunakan buku pembantui yang terpisah untuk
berbagai golongan investasi.

2.4  PERTIMBANGAN PERENCANAAN AUDIT


 Materialitas

Sekuritas yang dimiliki perusahaan sebagai investasi jangka pendek mungkin material
bagi solvabilitas perusahaan jangka pendek, tetapi pendapatan dari sekuritas jarang
signifikan terhadap hasil operasi perusahaan (kecuali perusahaan yang bergerak di sektor
jasa keuangan). Sekuritas jangka panjang mungkin material baik bagi neraca atau laporan
laba/rugi, tergantung pada perusahaan yang bersangkutan.
 Risiko Bawaan

Risiko bawaan untuk investasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: volume
transaksi (investasi) biasanya sangat rendah; kerentanan terhadap pencurian melalui
manipulasi manajemen terhadap laporan investasi; kompleksitas metode akuntansi yang
diterapkan untuk investasi; kesulitan dalam menentukan nilai pasar sekuritas karena
perubahan yang terjadi sangat cepat. Beberapa risiko bawaan membutuhkan pengendalian
yang ketat, karena faktor metode akuntansi dan klasifikasi golongan investasi yang dapat
menjadi celah bagi manipulasi manajemen. Berkaitan dengan hal ini, faktor risiko bawaan
untuk asersi penilaian dan pengalokasian serta penyajian dan pengungkapan menjadi
tinggi.
Ilustrasi contoh: perlakuan akuntansi untuk investasi dalam obligasi yang dikelompokkan
dalam investasi jangka panjang (held to maturity) dan yang dikelompokkan dalam
investasi jangka pendek (bisa dijual setiap saat) sangat berbeda. Dengan mengubah-ubah
penggolongan investasi, manajemen dapat mempercepat/memperlambat periode
pengakuan laba/rugi belum direalisasi dalam pendapatan.
 Risiko Prosedur Analitis

Pengauditan investasi berbeda-beda tergantung pada perusahaan yang diperiksa.


Melakukan pembandingan atas dasar bidang usaha merupakan hal yang sulit dilakukan,
karena keberadaan kebutuhan kas menganggur untuk investasi (sekuritas) masing-masing
perusahaan berbeda, tidak melihat jenis usahanya. Oleh karena itu prosedur analitis yang
bisa diterapkan adalah membuat perbandingan data antara tahun lalu dengan tahun
sebelumnya, atau membandingkan angka realisasi dengan anggaran. Pada saat melakukan

4
prosedur analitis atas pendapatan investasi, auditor harus memahami kebijakan investasi
perusahaan mengenai proporsi investasi dalam sekuritas pemerintah, obligasi perusahaan,
dan sekuritas saham.
Selisih yang fluktuatif (di luar dugaan) bisa menjadi petunjuk adanya salah saji yang
berkaitan dengan asersi keterjadian, kelengkapan, penilaian dan pengalokasian, penyajian
dan pengungkapan. Misalnya: tingkat hasil investasi yang lebih tinggi dari prakiraan bisa
menjadi petunjuk adanya kekeliruan dalam pencatatan laba belum direalisasi yang
diakibatkan oleh kenaikan nilai pasar dari sekuritas yang bersifat jangka pendek (siap
dijual) dalam rekening pendapatan, dan bukannya dicatat dalam rekening ekuiti. Begitu
pula tingkat hasil investasi dalam sekuritas yang lebih rendah dari prakiraan pada investasi
dengan metode ekuitas bisa disebabkan oleh kekeliruan dalam pencatatan
1. bagian investasi investor dalam laba investee, atau
2. amortisasi kelebihan cost investor di atas nilai buku investasi.
Rasio yang dapat digunakan auditor dalam melakukan prosedur analitis, misalnya: rasio
investasi jangka pendek terhadap total aktiva lancar, dan rasio investasi jangka panjang
terhadap total aktiva.
 Risiko Pengendalian Internal

Beberapa aspek pengendalian internal yang perlu diperhatikan dalam pengauditan siklus
investasi, antara lain adalah: (1) kewenangan dan tanggung jawab transaksi investasi
kepada pejabat perusahaan. Syarat yang perlu diperhatikan dalam memilih orang yang
akan memegang kewenangan ini adalah:
1) memiliki integritas yang tinggi;
2) memiliki pengetahuan dan ketrampilan akan transaksi investasi;
3) menyadari akan arti penting prosedur dan pengendalian internal yang ditetapkan
perusahaan;
4) dapat membantu anggota manajemen lainnya dalam membuat penetapan risiko atas
investasi-investasi individual. Aspek pengendalian kedua adalah sistem informasi dan
komunikasi, yang harus mencakup dan menyimpan semua data harga perolehan/cost yang
diperlukan, harga pasar serta data lain yang diperlukan oleh setiap metode akuntansi untuk
berbagai kategori investasi dalam sekuritas saham atau pun obligasi, baik pada saat
pembelian maupun pada tanggal pelaporan.
Ketiga adalah kapabilitas jajaran akuntan dalam memahami berbagai persyaratan
dan metode dari berbagai macam investasi. Pada perusahaan dengan berbagai macam

5
investasi perlu diselenggarakan buku pembantu untuk masing-masing kategori investasi.
Keempat adalah memastikan kelengkapan dan kebutuhan akan dokumen-dokumen.

2.5 PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SIKLUS INVESTASI


Dalam pengujian substantif atas siklus investasi , auditor umumnya melakukan
pengujian atas rekeningrekening neraca dan laba rugi secara bersama-sama. Sebagaimana
pengauditan dalam siklus lainnya, auditor harus menetapkan risiko deteksi bisa diterima
untuk setiap kategori asersi laporan keuangan, sebelum melakukan pengujian substantif.
 Risiko Deteksi

Dalam menetapkan model risiko audit untuk menetapkan risiko deteksi atas asersi-asersi
siklus investasi, auditor hendaknya menggabungkannya dengan risiko bawaan dan
pengendalian transaksi pengeluaran dan penerimaan kas yang telah ditetapkan dan
ditambah pertimbangan khusus untuk transaksi investasi. Kesulitan untuk merancang
pengendalian guna menghadapi risiko menyangkut hal-hal berikut:
1) penggunaan harga pasar (jika diperlukan);
2) penggolongan investasi yang tepat sering berarti bahwa tingkat risiko deteksi yang
rendah untuk pengujian detil biasanya untuk asersi penilaian dan pengalokasian serta
penyajian dan pengungkapan. Perusahaan dengan volume investasi rendah, auditor
biasanya menggunakan pendekatan tingkat risiko pengendalian maksimum untuk
pengujian detilnya.
 Prosedur-prosedur Awal Pengujian Substantif

Berbagai prosedur-prosedur awal yang dapat dilakukan dalam pengauditan siklus investasi
adalah sebagai berikut:
1. Dapatkan pemahaman tentang bisnis dan bidang usaha klien. Auditor perlu memahami
mengenai pemicu-pemicu ekonomi yang mendorong perusahaan melakukan investasi dari
kelebihan kasnya, aktifitas pembelanjaannya, dan kemampuan untuk menghasilkan aliran
kas bebas. Auditor juga perlu memahami standar industri tentang seberapa penting
investasi bagi perusahaan dan dampaknya terhadap laba perusahaan.
2. Auditor perlu menelusuri saldo awal rekening aktiva investasi dan rekening ekuitas ke
kertas kerja tahun lalu. Selanjutnya auditor harus melakukan reviu atas aktivitas-aktivitas
dalam semua rekening yang berkaitan dengan investasi (rekening neraca atau laba/rugi).
Kemudian periksa dan analisis ayatayat jurnal yang dibukukan ke rekening-rekening
tersebut yang nampak tidak biasa baik dari segi jumlah maupun sumbernya. Auditor harus
6
mendapatkan daftar investasi yang dibuat klien dan pastikan bahwa daftar tersebut akurat
dan sesuai dengan catatan akuntansi, melalui: 1) melakukan pemeriksaan kebenaran
penjumlahan matematis dalam daftar, baik menurun maupun mendatar. Kemudian
cocokkan dengan buku pembantu dan saldo di buku besar. 2) Periksa kecocokan setiap
unsur dalam daftar dengan ayat-ayat jurnal ke buku pembantu dan buku besar.
 Pengujian Rincian Transaksi

Pengujian rincian atas transaksi akan bisa dilakukan secara efektif apabila volume transaksi
perusahaan akan transaksi investasi berjumlah hanya sedikit.
Prosedur pengujian rincian transaksi yang harus dilakukan auditor adalah melakukan
pencocokan ayat-ayat jurnal ke rekening investasi dan rekening laba rugi serta ekuitas yang
bersangkutan dengan dokumen pendukung. Pengetahuan tentang akuntansi investasi yang
berpengaruh terhadap saldo-saldo investasi lainnya akan memberikan informasi pada
auditor tentang dokumen-dokumen apa yang menjadi dasar pendebetan dan pengkreditan
pada rekening-rekening yang bersangkutan. Pemeriksaan yang seksama pada dokumen-
dokumen dapat memberikan bukti yang berkaitan dengan kelima asersi manajemen.
Sebagai contoh:
pendebetan pada rekening aktiva untuk transaksi pembelian sekuritas dapat
dicocokkan dengan dokumen pendukung berupa pemberitahuan dari broker dan bukti
pengeluaran kas. Pendebetan lain ke rekening investasi atau rekening penyesuaian harga
pasar dapat dicocokkan dengan dokumen pendukung yang merupakan dasar pengakuan
kenaikan harga pasar. Pengkreditan yang dilakukan pada rekening aktiva dapat dicocokkan
dengan dokumen pemberitahuan dari bank atau dari broker sebagai bukti terjadinya
penjualan sekuritas atau ke dokumen pendukung yang mengakui penurunan harga pasar.
Demikian pula ayatayat jurnal yang menghasilkan pendebetan atau pengkreditan ke
rekening-rekening laba rugi dan atau rekening sekuritas untuk laba-rugi direalisasi atau
belum direalisasi dapat dicocokkan dengan dokumen pada transaksi penjualan atau
perubahan harga pasar yang diakui dalam rekening-rekening tersebut. Ayat-ayat jurnal
untuk pembelian dan penjualan yang berjumlah besar, dapat dicocokkan dengan otorisasi
dalam notulen rapat dewan komisaris.
 Pengujian Rincian Saldo
Pengujian substantif atas rincian saldo meliputi tiga jenis pengujian, yaitu:
 Menginspeksi dan menghitung sekuritas yang ada di tangan.

7
Pengujian ini biasanya dilakukan oleh auditor secara serempak dengan perhitungan kas
serta alat pembayaran lainnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh auditor adalah:
1) petugas penyimpan sekuritas harus hadir atau menyaksikan pada saat perhitungan
dilakukan;
2) setelah perhitungan selesai dilakukan dan sekuritas dikembalikan, auditor harus minta
tanda penerimaan dari petugas penyimpanan sekuritas;
3) semua sekuritas harus berada di bawah penanganan auditor selama proses perhitungan
berlangsung. Dalam menginspeksi sekuritas, auditor harus memperhatikan nomor setifikat
yang tercantum pada dokumen, nama pemilik (seharusnya nama perusahaan klien),
deskripsi tentang sekuritas, jumlah lembar saham atau obligasi, dan nama perusahaan
penerbit sekuritas. Data-data tersebut harus dicatat sebagai bagian dari analisis auditor atas
rekening investasi. Jika sekuritas disimpan dalam tempat yang berbeda, maka auditor perlu
mempertimbangkan untuk melakukan inspeksi pada waktu yang bersamaan atau sekuritas
disimpan pada tempat yang terkunci(diberi seal) sampai inspeksi pada semua sekuritas
telah selesai dilakukan. Pengujian substantif ini akan memberikan bukti tentang asersi
keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, hak dan kewajiban, serta penyajian dan
pengungkapan.
2. Mengkonfirmasi sekuritas yang disimpan pihak lain.
Sekuritas yang disimpan oleh pihak lain demi keamanan harus dikonfirmasi.
Konfirmasi harus diminta per tanggal inspeksi investasi dalam sekuritas yang dipegang
oleh klien. Proses konfirmasi untuk sekuritas tidak berbeda dengan proses konfirmasi
piutang usaha atau utang usaha. Auditor perlu melakukan pengawasan langsung terhadap
proses konfirmasi, dalam hal pengiriman, serta jawaban yang dilakukan oleh pihak
penyimpan sekuritas harus dikirimkan langsung kepada auditor. Data yang dikonfirmasi
sama dengan data yang dicermati seandainya auditor dapat melakukan inspeksi secara
langsung. Sekuritas mungkin disimpan oleh kreditur sebagai jaminan atas pinjaman atau
ditahan atas perintah pengadilan. Berkaitan dengan hal ini, auditor harus melakukan
konfirmasi pada pihak penyimpan yang ditunjuk. Konfirmasi atas sekuritas yang disimpan
oleh pihak ketiga akan menghasilkan bukti tentang asersi keberadaan atau keterjadian serta
hak dan kewajiban. Apabila hasil konfirmasi menunjukkan jumlah yang lebih banyak dari
pada jumlah yang ditunjukkan oleh pembukuan, maka konfirmasi ini akan memberikan
bukti pada asersi kelengkapan.

8
3. Menghitung ulang pendapatan investasi.
Pendapatan dari investasi dapat diverifikasi dengan memeriksa bukti dokumen dan
melakukan perhitungan ulang. Dividen-dividen dari semua saham yang terdaftar pada
bursa efek dan banyak lagi lainnya dicatat dalam buku catatan dividen yang dipublikasikan
oleh perusahaan jasa investasi. Auditor dapat memeriksa secara independen pendapatan
deviden dengan mengacu pada tanggal pengumuman, jumlah, dan tanggal pembayaran
yang nampak dalam buku catatan. Pendapatan bunga dan bunga yang diperoleh dalam
investasi dalam obligasi dapat diverifikasi dengan memeriksa tingkat bunga dan tanggal
pembayaran sebagaimana tercantum dalam sertifikat obligasi. Auditor juga harus mereviu
daftar amortisasi yang dilakukan klien untuk premi dan diskonto obligasi dan melakukan
perhitungan ulang jumlah amortisasinya. Verifikasi tentang bagian investor dalam laba
investee untuk investasi dengan metode ekuitas dilakukan pada saat pengujian detil
transaksi. Penghitungan ulang saldo investasi ini bertujuan untuk mendapat bukti berkaitan
dengan asersi penilaian dan pengalokasian.
 Pengujian Detil Saldo: Estimasi Akuntansi

Berdasarkan SA 332 tentang investasi jangka panjang, terdapat beberapa hal yang harus
diterapkan auditor dalam menghadapi permasalahan audit dalam pengauditan investasi
dalam sekuritas, yaitu berkaitan dengan pertimbangan audit yang berhubungan dengan
penilaian audit sebagai berikut:
1. Penggolongan investasi secara tepat.
Dalam pengauditan siklus investasi, auditor harus melihat ketepatan klien dalam
menerapkan FASB No. 115 tentang Accounting for Certain Investment in Debt and Equity
Securities. Penerapannya yaitu berkaitan dengan penggolongan yang dilakukan klien atas
sekuritas, yang berupa:
a) Sekuritas yang akan dimiliki sampai dengan jatuh tempo, dilaporkan sebesar harga
perolehan diamortisasi.
b)Sekuritas diperdagangkan, dilaporkan sebesar harga pasar, dengan laba/rugi belum
direalisasi dimasukkan dalam pendapatan.
c) Sekuritas siap dijual, dilaporkan sebesar harga pasar, dengan laba/rugi belum direalisasi
dikeluarkan dari pendapatan dan dilaporkan dalam rekening ekuitas secara terpisah.

Pada waktu mengevaluasi tujuan manajemen dalam melakukan suatu investasi, auditor
harus menentukan apakah aktivitas investasi yang dilakukan manajemen sesuai atau
bertentangan dengan tujuan manajemen yang telah ditetapkan. Sebagai contoh, terjadinya
9
penjualan investasi yang selama ini telah digolongkan sebagai sekuritas yang dimiliki
sampai jatuh tempo, auditor perlu mempertanyakan penggolongan investasi lain yang
digolongkan dalam kategori tersebut. Auditor juga harus dapat membuat pertimbangan
kemampuan manajemen untuk menyimpan sekuritas utang sampai jatuh jatuh tempo dengan
mengingat posisi keuangan klien, kebutuhan akan modal kerja, dan kemampuan
menghasilkan aliran kas untuk operasi. Auditor harus meminta surat pernyataan dari
manajemen tentang ketepatan penggolongan sekuritas.
2. Pengauditan harga pasar investasi.
Auditor harus dapat membuat penilaian dalam pengakuan investasi yang dimiliki
perusahaan dalam hal untuk menilai kewajaran dan ketepatan model yang digunakan oleh
perusahaan. Jika investasi dilaporkan pada harga pasarnya, auditor harus mendapatkan bukti
pendukung harga pasar yang digunakan, misalnya dari publikasi-publikasi keuangan atau
taksiran harga pasar dari broker serta sumber-sumber pihak ketiga lainnya. Jika investasi
dinilai dengan menggunakan model penilaian (valuation model), auditor jangan bertindak
sebagai penilai (appraiser). Jika perlu auditor dapat mempertimbangkan penggunaan jasa
spesialis dalam menetapkan taksiran harga pasar serta model yang bersangkutan. Standar
akuntansi mewajibkan manajemen untuk menentukan apakah penurunan harga pasar sampai
di bawah harga perolehan diamortisasi untuk suatu investasi tidak hanya bersifat sementara,
yang sering menyangkut taksiran hasil yang akan diperoleh dari kejadian-kejadian di masa
yang akan datang. Auditor harus dapat membuat penilaian apakah manajemen telah
membuat pertimbangan atas informasi-informasi yang relevan dalam menetapkan kondisi
penurunan nilai yang ada bukan bersifat sementara.
 Pembandingan Penyajian Laporan Keuangan dengan Prinsip Akuntansi Berlaku
Umum
Berdasarkan pengujian substantif yang dilakukan, auditor akan mendapatkan banyak bahan
bukti untuk menentukan apakah saldo investasi telah diidentifikasi dan digolongkan dengan
tepat dalam Laporan Keuangan. Auditor juga perlu melakukan kontrol dengan
menggunakan checklist untuk membantunya dalam memastikan bahwa semua
pengungkapan yang memadai telah dilakukan, misalnya dasar penilaian investasi, berbagai
komponen laba/rugi direalisasi/belum direalisasi, investasi pada pihak yang memiliki
hubungan istimewa, dan sekuritas yang dijadikan jaminan.

10
2.6 Rekening-Rekening (Akun) Audit dalam siklus investasi
Rekening-Rekening (Akun) Audit dalam siklus investasi melibatkan beraneka
ragam rekening, maka auditor harus memahami berbagai dimensi penilaian,
penggolongan, dan pengungkapan yang berkaitan dengan investasi dalam sekuritas saham
dan obligasi. Rekening-rekening terkait siklus ini, yaitu rekening yang digunakan dalam
pencatatan transaksi investasi jangka pendek dan jangka panjang dan akibat atau
pengaruh investasi tersebut terhadap laporan
laba rugi, yaitu antara lain:
1. Rekening-rekening neraca
 Investasi dalam saham dan obligasi yang digolongkan sebagai investasi jangka
pendek yang dapat dijual setiap waktu.
 Penyesuaian terhadap harga pasar (rekening aktiva) untuk rekening di atas (apabila
rekening di atas dicatat sebesar harga pokok/cost dan terdapat akumulasi selisih
antara cost dengan harga pasar sekuritas-sekuritas tersebut).
 Akumulasi laba dan rugi belum direalisasi atas saham dan obligasi yang dimiliki
sebagai investasi jangka pendek.
 Investasi dalam saham sebagai investasi jangka panjang yang dibukukan dengan
metode ekuitas (investor mempunyai pengaruh signifikan terhadap investee).
 Investasi dalam saham sebagai investasi jangka panjang yang dibukukan dengan
metode harga pokok/cost (nilai pasar tidak ditentukan).
 Investasi dalam obligasi yang digolongkan sebagai investasi jangka panjang (held to
maturity), dibukukan sebagai cost yang diamortisasi.

2. Rekening Laba – Rugi


 Pendapatan dividen (dari investasi dalam saham yang tidak dibukukan dengan
metode ekuitas).
 Pendapatan bunga (dari investasi dalam obligasi).
 Laba dan rugi direalisasi (dari transaksi sekuritas saham dan obligasi).
 Laba dan rugi direalisasi atas saham dan obligasi yang digolongkan sebagai investasi
jangka pendek (dari perubahan nilai pasar yang terjadi selama tahun berjalan).
 Ekuitas dalam laba investee (untuk investasi yang dibukukan dengan metode
ekuitas).

11
2.7 PENGERTIAN SALDO KAS
Saldo kas meliputi penerimaan ditangan yang belum disetor, kas di bank pada
rekening giro umum dan rekening tabungan, serta akun impress seperti kas kecil dan
rekening di bank untuk gaji. Ini merupakan kas yang diperlukan untuk melunasi
kewajiban serta membayar gaji, dan kebanyakan entitas akan memindahkan kelebihan
kas ke beberapa bentuk investasi yang menghasilkan bunga. Saldo –saldo tertentu,
seperti sertifikat deposito, dana pelunasan obligasi, saldo mata uang luar negeri tertentu,
dan akun akun lain yang mempunyai pembatasan dalam penggunaanya, yang lazimnya
harus diklasifikasikan sebagai investasi.
2.8 TUJUAN AUDIT DALAM SALDO KAS
Tujuan audit dalam siklus ini adalah:
1. Asersi keberadaan/keterjadian. Untuk memeriksa apakah saldo kas menurut
pembukuan benar-benar ada pada tanggal tercatat
2. Asersi kelengkapan. Apakah saldo kas menurut pembukuan telah mencakup pengaruh
semua transaksi kas yang telah terjadi. Untuk memastikan apakah transfer kas antar bank
yang terjadi pada akhir tahun telah dicatat pada periode yang tepat.
3. Asersi hak dan kewajiban. entitas secara sah memiliki semua saldo kas yang ditunjukan
dalam tanggal laporan posisi keuangan.
4. Asersi penilaian dan pengalokasian saldo kas yang tercatat telah terealisasi pada jumlah
ang di catat .
5. Asersi penyajian dan pengungkapan. Untuk memastikan bahwa saldo kas telah
diidentifikasi dan digolongkan secara tepat dalam neraca.

2.9 HUBUNGAN KAS DAN SIKLUS-SIKLUS TRANSAKSI


Hubungan saldo kas dengan siklus-siklus transaksi antara lain:
1. Siklus pendapatan. Transaksi penjualan akan menimbulkan piutang dagang jika
dilakukan kredit dan akan berakhir pada akun kas pada saat terjadinya pembayaran
piutang. Jika tunai akan secara langsung berhubungan dengan akun kas (pembayaran).
2. Siklus pengeluaran. Transaksi pembelian akan menimbulkan utang jika dilakukan
dengan kredit dan akan berhubungan langsung dengan akun kas pada saat pembelian
tunai atau pelunasan utang.
3. Siklus akuisisi kapital (pendanaan). Aktivitas emisi saham/obligasi dan pembayaran
kembali akan melibatkan akun kas.

12
4. Siklus investasi. Transaksi pembelian dan penjualan investasi dalam sekuritas akan
melibatkan akun kas.
5. Siklus penggajian dan personalia dan penggajian. Pembayaran gaji dan upah akan
melibatkan akun kas, baik pada saat pengisian akun gaji impres atau pada saat
pembayaran gaji/upah.

2.10 REKENING-REKENING (AKUN)


Di bawah ini akan digambarkan hubungan akun kas umum dan akun kas lain serta
jenis-jenis akun utama terkait kas antara lain:
1. Akun kas umum. Akun ini merupakan akun penting hampir dalam setiap organisasi,
karena sebenarnya penerimaan dan pengeluaran kas mengalir melalui akun ini pada suatu
waktu. Transaksi pengeluaran dari siklus perolehan dan pembayaran dan atau penerimaan
dari siklus penjualan dan penerimaan kas dilakukan melalui akun ini. Selain itu, setoran
dan pengeluaran untuk semua akun kas lainnya dilakukan melalui akun kas umum.
2. Akun gaji impres. Dalam meningkatkan pengendalian internal untuk transaksi
pembayaran gaji dan upah karyawan, banyak perusahaan membuat akun bank impres.
3. Akun bank cabang. Akun ini akan digunakan pada saat perusahaan beroperasi pada
beberapa wilayah. Hal ini tentunya akan mempermudah perusahaan dalam mengelola dan
melakukan pelayannya pada daerah-daerah operasionalnya. Jenis akun cabang yang agak
berbeda adalah terdiri dari akun bank untuk penerimaan dan pengeluaran yang terpisah
satu sama lain. Semua penerimaan disetorkan pada bank cabang, dan totalnya ditransfer
ke akun umum secara periodik. Akun pengeluaran dilakukan dengan dasar impres.
Penggunaan dasar impres ditujukan untuk menunjang pengendalian atas penerimaan dan
pengeluaran.
4. Dana kas kecil impres. Dana kas kecil dibentuk pula dengan cara (dasar) impres, di
mana pembentukan dana ini ditujukan untuk pembelian tunai dalam jumlah kecil.
5. Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka
pendek dan dapat dikonversikan ke dalam kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi
risiko perubahan nilai yang signifikan. Setara kas dimiliki untuk tujuan komitmen kas
jangka pendek, bukan untuk investasi dan tujuan lainnya, oleh karena itu investasi baru
yang dapat memenuhi sebagai setara kas adalah nvestasi yang akan jatuh tempo dalam
waktu tiga bulan.

13
2.11 PERTIMBANGAN PERENCANAAN AUDIT
 Materialitas

Pada banyak perusahaan, porsi saldo kas sepanjang tahun, umumnya sangat kecil bila
dibandingkan dengan aktiva lancar atau total aktiva dalam neraca. Namun, dengan
banyaknya transaksi yang memengaruhi kas (hampir semua siklus) jumlah kas yang
mengalir melalui rekening ini bisa sangat material. Bahkan sering dijumpai, volume
transaksi yang berpengaruh terhadap kas jauh lebih besar dari rekening mana pun
manapun dalam laporan keuangan.

 Risiko Bawaan

Tingginya volume transaksi kas menyebabkan tingkat risiko bawaan untuk sejumlah
asersi saldo kas menjadi sangat tinggi, terutama untuk asersi keberadaan/keterjadian dan
kelengkapan. Risiko ini menjadi semakin tinggi karena sifat kas yang rentan terhadap
pencurian dan berbagai macam tindak kecurangan lainnya. Namun, berbeda dengan
piutang dan persediaan, risiko yang berkaitan dengan asersi hak dan kewajiban, penilaian
atau pengalokasian, serta penyajian dan pengungkapan kas biasanya rendahkarena tidak
adamasalah serius dalam hal hak kepemilikan, pengukuran akuntansi, estimasi, maupun
pengungkapannya.
 Risiko Prosedur Analitis

Saldo kas sangat dipengaruhi oleh keputusan-keputusan operasi, pembelanjaan dan


keuangan, serta strategi yang ditetapkan manajemen. Oleh karena itu dalam keadaan
tertentu saldo rekening ini tidak diharapkan untuk nampak stabil atau memiliki hubungan
yang bisa diperkirakan dengan data keuangan dan operasi lain atau pun dengan data
historis. Perusahaan yang dikelola dengan baik biasanya memiliki anggaran kas yang
memproyeksi:
1) penerimaan kas berdasarkan antisipasi penerimaan dari piutang;
2) pengeluaran kas untuk kebutuhan operasi; dan
3) aktivitas investasi dan pembelanjaan.
Prosedur analitis yang efektif menyangkut pembandingan saldo kas dengan
anggaran, atau dengan kebijakan perusahaan tentang kas minimum dan penginvestasian
kelebihan kas. Biasanya akan lebih efektif untuk membandingkan saldo kas dengan
anggaran dan kebijakan perusahaan karena kebutuhan kas masingmasing perusahaan
kadang-kadang sangat unik. Selain itu, prosedur analitis yang bisa dilakukan auditor

14
adalah membandingkan presentase kas terhadap aktiva lancar dan membandingkannya
dengan taksiran.
Apabila prakiraan yang masuk akal bisa dilakukan dan data sesuai dengan prakiraan
tersebut, prosedur analitis bisa memberi jaminan untuk asersi keberadaan/keterjadian,
kelengkapan, serta penilaian dan pengalokasian.
 Risiko Pengendalian Internal

Pengendalian internal yang berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran kas telah
dijelaskan pada pengauditan siklus penjualan dan penagihan sebagai basis penerimaan
kas dan pengauditan siklus pembelanjaan dan pembayaran sebagai basis pengeluaran kas.
Berkaitan dengan hal ini, maka kita perlu mereviu kembali beberapa elemen terkait
penerimaan dan pengeluaran kas, yaitu antara lain menyangkut elemen-elemen
pengendalian internal:
1) lingkungan pengendalian;
2) perhitungan risiko;
3) informasi dankomunikasi;
4) prosedur pengendalian; dan
5) monitoring, termasuk pula pembahasan mengenai dokumendokumen kunci dan
catatan-catatan serta fungsi-fungsi terkait.
Penerimaan dan pengeluaran kas biasanya merupakan transaksi rutin yang bisa
dikendalikan oleh sistem pengendalian internal yang baik, sehingga auditor dapat
menetapkan risiko pengendalian pada tingkat rendah. Mengingat sifat kas yang mudah
diselewengakan dan rentan terhadap pencurian, para auditor umumnya melakukan
penilaian pengendalian internal kas dengan cermat, dan menyampaikan semua kondisi
yang perlu dilaporkan dengan jelas kepada manajemen.
Terdapat dua musuh atau ancaman dalam sistem pengendalian internal sebagaimanapun
baiknya, yaitu:
1) persekongkolan antara pejabat atau petugas yang fungsi dan kewenangannya
dipisahkan oleh sistem;
2) terjadinya management override yaitu pemanfaatan wewenang selaku pimpinan
sehingga fungsi pengendalian internal tidak dapat berfungsi.

15
2.12 PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SALDO KAS

 Risiko Deteksi

Dalam pengauditan saldo kas, auditor umumnya menggunakan pendekatan tingkat risiko
pengendalian ditetapkan secara maksimum dengan melakukan penekanan pada pengujian
detil. Walaupun pada sisi lain, bahwa pendekatan model risiko audit menunjukkan bahwa
pendekatan tersebut sebenarnya tidak perlu dilakukan, apabila penggunaan prosedur
analitis dan pengendalian internal cukup efektif.
Risiko bawaan pada penilaian audit atas saldo kas umumnya tinggi karena sifat kas yang
likuid yang membuat kas mudah disalahgunakan. Efektifitas prosedur analitis tergantung
pada prosedur-prosedur yang diterapkan perusahaan dalam anggaran kas atau peramalan
kas. Metodologi untuk memadukan penetapan risiko pengendalian atas asersi-asersi
kelompok transaksi digunakan untuk menetapkan tingkat risiko pengendalian asersi-
asersi saldo kas. Model matriks risiko juga perlu digunakan dalam menentukan tingkat
risiko deteksi bisa diterima untuk setiap asersi saldo kas.
 Prosedur-prosedur Awal Pengujian Substantif

Berbagai prosedur-prosedur awal yang dapat dilakukan dalam pengauditan siklus


investasi adalah sebagai berikut:
1. Dapatkan pemahaman tentang bisnis dan bidang usaha klien. Auditor perlu memahami
dan mengerti volume transaksi yang melalui berbagai rekening kas, kemampuan
perusahaan menghasilkan kas dari operasi, kebijakan dalam pembuatan peramalan atau
penganggaran kas, serta kebijakan penginvestasian kelebihan kas.
2. Auditor perlu menelusuri saldo awal rekening kas ke saldo akhir per audit dalam kertas
kerja audit tahun lalu sebagai titik tolak verifikasi. Tahapan selanjutnya, auditor perlu
untuk melakukan review aktivitas selama periode yang diperiksa dalam rekening buku
besar kas, kemudian melakukan penyelidikan atas ayat-ayat jurnal untuk melihat
kemungkinan aktivitas yang nampak tidak biasa, baik dalam jumlah maupun sumbernya.
Auditor perlu meminta daftar kas – ikhtisar kas di tangan dan kas di bank - yang dibuat
klien per akhir tahun. Dalam daftar tersebut dirinci semua kas yang belum disetor ke bank
dan daftar saldo bank. Auditor harus memeriksa ketelitian perhitungan daftar-daftar
tersebut dan mencocokkannya dengan saldo di buku besar. Pengujian ini akan
menghasilkan bukti terkait asersi penilaian dan pengalokasian.
 Pengujian Detail Transaksi
16
Pengujian substantif detail berupa penelusuran dan pencocokan (vouching and tracing) ke
dokumen transaksi penerimaan dan pengeluaran kas biasanya dilakukan bersamaan
dengan pengujian pengendalian – pengujian bertujuan ganda. Bukti yang diperoleh dari
pengujian tersebut dipadukan dengan bukti yang diperoleh dari prosedur pengujian detil
transaksi berikut, yaitu pengujian pisah batas kas dan penelusuran transfer antar bank.
Perpaduan pengumpulan bukti ini akan membawa pada simpulan atas penilaian
kewajaran saldo kas. Berikut ini akan dibahas dua pengujian detil transaksi yang biasanya
dilakukan pada tanggal atau mendekati tanggal neraca.
1. Pengujian pisah batas kas.
Pengujian pisah batas kas ditujukan untuk mendapatkan bukti audit atas asersi
keberadaan atau keterjadian dan asersi kelengkapan. Pengujian pisah batas yang tepat atas
penerimaan dan pengeluaran kas pada akhir tahun sangat penting bagi pelaporan kas pada
tanggal neraca. Pengujian cut-off pada saldo kas merupakan bagian dari program audit
piutang dagang dan utang dagang. Beberapa program/prosedur audit yang dapat
dilakukan dalam rangka melakukan uji cut-off adalah:
a) Melakukan observasi untuk memastikan bahwa semua kas yang diterima pada hari
penutupanbisnis di akhir tahun buku telah dimasukkan ke dalam kas di tangan atau
sebagai setoran dalamperjalanan, dan tidak ada penerimaan periode berikutnya yang
dimasukkan ke dalam saldo tahunyang diperiksa; atau dapat juga melakukan
b) Melakukan review atas dokumen-dokumen seperti ikhtisar kas harian, bukti
setoran kas ke bank, danlaporan bank untuk periode beberapa hari sebelum dan
sesudah akhir tahun buku untukmenentukan ketepatan pisah batas.
c) Melakukan observasi cek yang ditarik terakhir dan dikirim pada hari terakhir tahun
buku dan telusurke catatan akuntansi untuk menentukan ketelitian pisah batas
pengeluaran kas, atau dapat jugamelakukan
d) Pembandingan tanggal pada cek-cek yang diterbitkan beberapa hari sebelum dan
sesudah akhirtahun buku ke tanggal pencatatan cek untuk memastikan ketepatan
pisah batas.

2. Penelusuran transfer antar bank.


Secara umum, banyak perusahaan yang memiliki beberapa rekening bank yang
berbeda dan untuk tujuan yang berbeda. Berkaitan dengan hal ini, perusahaan bisa

17
melakukan transfer dari bank satu ke bank lainnya, misalnya transfer dari rekening giro
umum di Bank A ke rekening giro gaji impres pada Bank B untuk didistribusikan pada
karyawan. Penelusuran transfer antar bank ditujukan untuk mengetahui adanya: pertama,
float period yang terjadi ketika transfer antar bank dilakukan dengan menggunakan cek,
yaitu masa di mana sebelum cek dibayar dan dibukukan pada bank penerima. Kedua,
terjadinya kitting, yaitu pencatatan suatu transfer bank telah dicatat sebagai setoran pada
bank penerima, sedangkan pengurangan dalam saldo rekening giro pada bank penyetor
(yang ditarik) sengaja belum dilakukan. Ketidakberesan ini memiliki tujuan untuk
membuat lebih saji pada suatu rekening bank. Kitting bisa terjadi apabila terjadi
kelemahan pengendalian internal yang memungkinkan seseorang untuk menerbitkan dan
sekaligus mencatat atau terjadinya kolusi antara dua fungsi yang memiliki tanggung
jawab yang berbeda. Selain melakukan penelusuran transfer bank, kitting dapat dideteksi
dengan cara:

a. Menggunakan dan mendapatkan cut-off laporan bank;


b. Melakukan pengujian pisah batas kas, karena cek terakhir di bulan Desember tidak
akan tercatat dalam register cek. Penelusuran atas transfer bank bertujuan untuk
mendapatkan bukti atas asersi keberadaan atau keterjadian dan kelengkapan.
 Pengujian Detail Saldo

Pengujian substantif atas detil saldo meliputi lima jenis pengujian, yaitu:
1. Perhitungan kas di tangan.
Kas di tangan adalah penerimaan kas yang belum disetor ke bank dan dana yang
disediakan untuk penukaran uang. Tujuan pengujian ini adalah untuk mencegah
terjadinya pemindahan kas oleh klien dari kas yang sudah dihitung ke kas yang belum
dihitung. Pengamanan terhadap kas juga perlu dilakukan - jika tempat kas berada pada
beberapa tempat yang berbeda - dalam rangka untuk mencegah klien menutupi selisih kas
yang mungkin terjadi. Pengujian ini berguna untuk mendapatkan bukti atas semua asersi,
kecuali asersi penyajian dan pengungkapan – terjadinya penggunaan dana pribadi
pemegang kas kecil untuk menutupi selisih kas. Pengawasan yang dapat dilakukan antara
lain:
a. mengawasi semua kas dan alat pembayaran yang berada di tangan sampai semua dana
selesai dihitung;
b. meminta pemegang kas hadir selama proses perhitungan;

18
c. mendapatkan dana bukti penerimaan kembali oleh klien;
d. memastikan bahwa semua cek yang belum disetor ke bank adalah atas nama klien, baik
secara langsung maupun melalui endorsement.
2. Mengkonfirmasi saldo simpanan di bank dan pinjaman.
Auditor harus melakukan konfirmasi atas saldo rekening bank serta saldo utang ke
bank. Tiga informasi yang perlu dikonfirmasikan oleh auditor adalah:
a. saldo simpanan klien pada bank;
b. saldo pinjaman ke bank;
c. saldo simpanan atau pinjaman lain yang dipandang perlu dikemukakan oleh pejabat
bank.
Konfirmasi atas saldo simpanan di bank memberikan bukti transaksi untuk asersi:
a. keberadaan dan keterjadian saldo pada tanggal neraca;
b. hak dan kewajiban; menyatakan kepemilikan klien;
c. penilaian dan pengalokasian, saldo terkonfirmasi pada bank digunakan untuk
menetapkan saldo kas yang benar per tanggal neraca.
Konfirmasi atas saldo utang pada bank akan memberikan bukti audit atas asersi:
a. keberadaan dan keterjadian, melalui pernyataan tertulis tentang saldo utang per
tanggal neraca;
b. hak dan kewajiban, dimana utang merupakan kewajiban klien;
c. penilaian dan pengalokasian, jawaban konfirmasi merupakan jumlah yang terutang.
3. Konfirmasi ketentuan lain dengan bank.
Konfirmasi yang dilakukan atas kesepakatan-kesepakatan dengan bank, seperti
batasan kredit, yaitu persyaratan agar peminjam menjaga saldo kas pada bank.
Kesepakatan saldo rekening yang harus dipertahankan bisa merupakan persentase dari
jumlah pinjaman, atau merupakan jumlah yang ditetapkan (compensating balance).
Konfirmasi lain yang dapat dilakukan adalah jaminan utang (bersyarat) pada bank dan
pihak lain. Konfirmasi mengenai hal ini ditujukan untuk mendapatkan bukti atas asersi
penyajian dan pengungkapan.
4. Memeriksa sepintas, mereviu, atau menyusun rekonsiliasi bank.
Apabila tingkat risiko deteksi ditetapkan tinggi, auditor cukup memeriksa sepintas
rekonsiliasi bank yang dibuat oleh klien dan memeriksa ketelitian perhitungan
matematisnya. Jika risiko deteksi ditetapkan moderat, auditor harus melakukan reviu
rekonsiliasi bank yang dibuat klien. Apabila risiko deteksi ditetapkan rendah, maka
auditor harus menyusun sendiri rekonsiliasi bank dengan menggunakan data yang ada
19
pada klien. Namun, apabila risiko deteksi ditentukan sangat rendah, maka auditor harus
mendapatkan datanya sendiri dari bank dan berdasarkan data tersebut, auditor menyusun
laporan rekonsiliasi. Bukti berupa rekonsiliasi bank untuk memeriksa saldo kas terkadang
dianggap kurang memadai karena berkaitan dengan dua ketidakpastian, yaitu:
1) cek dalam perjalanan; dan
2) setoran dalam perjalanan. Prosedur ini merupakan sumber bukti audit atas asersi
penilaian dan pengalokasian, keberadaan dan keterjadian, kelengkapan, serta hak dan
kewajiban.
5. Penggunaan cut-off laporan bank
Dalam prosedur pengujian substantif ini digunakan untuk memeriksa pos-pos
rekonsiliasi bank, mendeteksi cek yang yang belum dicatat yang telah dikliring dengan
bank. Pengujian lainnya adalah mencari bukti kemungkinan terjadinya window dressing.
- Pembandingan Penyajian Laporan Keuangan dengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum
Kas harus diidentifikasi dan digolongkan dalam neraca dengan benar. Auditor
menentukan ketepatan penyajian laporan keuangan dengan cara mereviu konsep laporan
keuangan klien dan bukti yang diperoleh dari pengujian-pengujian substantif. Pengujian
yang dapat dilakukan adalah:
1) Menentukan bahwa saldo kas telah diidentifikasi dan diungkapkan dengan tepat;
2) Tentukan bahwa overdraft telah direklasifikasi sebagai utang lancar;
3) Mengajukan pertanyaan kepada manajemen, melakukan reviu korespondensi dengan
bank;
4) Auditor juga harus mereviu notulen rapat dewan komisaris dan mengajukan pertanyaan
kepada manajemen untuk mencari bukti tentang pembatasan penggunaan kas.

2.13 PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN LAIN


a. Pengujian untuk Mendeteksi Lapping

Lapping adalah ketidakberesan yang diakibatkan oleh penyalahgunaan


penerimaan kas. Hal ini bisa berupa penggunaan kas untuk keperluan pribadi, baik secara
sementara atau permanen. Lapping bisa terjadi ketika tidak ada pemisahan tugas antara
penerima kas (misalnya dari piutang dagang) dengan pencatat piutang dagang. Dalam
pengauditan saldo kas, pada saat auditor menyadari tidak adanya pemisahan tugas antara
pihak penerima kas dan pencatat, auditor sudah seharusnya memprediksi kemungkinan

20
terjadinya lapping. Dalam upaya untuk menutupi kekurangan kas dalam lapping, untuk
menutupinya biasanya dilakukan cara sebagai berikut:
1) membuat jumlah menurut buku dan bank selalu sama sehingga rekonsiliasi bank tidak
akan dapat melacak terjadinya kekurangan kas;
2) mengoreksi rekening piutang dalam waktu tiga atau empat harisejak penerimaan kas
sesungguhnya, sehingga setiap selisih akan dikatakan sebagai keterlambatan penerimaan
uang /posting;
3) melakukan penggeseran selisih ke rekening debitur lainnya.
Terdapat tiga prosedur pengauditan yang bisa dilakukan dalam mendeteksi lapping, di
antaranya adalah:
1. Konfirmasi piutang dagang. Konfirmasi piutang dilakukan secara mendadak pada
tanggal interim, sehingga pelaku tidak menyadari kondisi ini dan tidak mempunyai
waktu untuk memanipulasi dengan melakukan penyesuaian pada data yang
sesungguhnya.
2. Perhitungan kas mendadak. Perhitungan kas meliputi perhitungan atas sejumlah kas
baik logam atau kertas, dan cek pelanggan yang ada di tangan. Auditor harus
mengamati detail penyetoran pada bank, kemudian membandingkan slip setoran
dengan ayat jurnal penerimaan kas dan posting pada buku besar.
3. Pembandingan detil ayat jurnal penerimaan kas dengan detil setoran harian pada
bank. Auditor dapat membuat pradaftar untuk mengontrol tanggal penerimaan
sesungguhnya dibandingkan dengan tanggal posting penerimaan pembayaran dari
pelanggan ke buku besar pelanggan yang bersangkutan. Sehingga kondisi selisih
yang terjadi karena lapping tidak dapat ditutupi.

b. Pembuatan Pengujian Kas

Pengujian kas (proof of cash) adalah sebuah rekonsiliasi serentak atas transaksi dan saldo
menurut laporan bank dengan data dalam pembukuan klien untuk suatu periode waktu
tertentu. Periode waktu dalam melakukan pengujian kas bisa satu bulan interim atau lebih
atau pada bulan terakhir di tahun buku yang bersangkutan. Pengujian ini dilakukan
auditor agar dapat mencapai tingkat risiko deteksi yang rendah atas saldo kas. Terdapat
empat unsur informasi yang didapat oleh auditor pada saat melakukan pengujian kas,
yaitu: saldo awal; penerimaan kas; pengeluaran kas; dan saldo akhir kas.
Tahapan-tahapan dalam melakukan pengujian kas, antara lain:

21
1. Meminta daftar jumlah total menurut bank dan pembukuan dari laporan bank dan dari
rekening kas di bank.
2. Mendapatkan saldo awal dan saldo akhir dari unsur-unsur yang direkonsiliasi dalam
rekonsiliasi bank pada tanggal-tanggal yang bersangkutan.
3. Tentukan unsur-unsur rekonsiliasi dengan melakukan analisis. Unsur-unsur yang harus
diperiksa dalam prosedur ini adalah berkaitan dengan perhitungan matematis; total
penerimaan dan pengeluaran kas harus dicocokkan ke jurnal kas yang bersangkutan.

22
BAB V
PENUTUP

1.1. KESIMPULAN

Aktivitas investasi sebuah entitas merupakan aktivitas yag berkaitan dengan


kepemilikansekuritas yang diterbitkan oleh entitas lainnya. Sekuritas ini mencakup
sertifikat deposito/CD,saham preferen dan saham biasa, serta obligasi korporasi dan
pemerintah. Investasi dalamsekuritas yang mudah dipasarkan berkaitan dengan siklus
lainnya. Deviden dan bunga yangditerima dari investasi itu merupakan transaksi
penerimaan kas, transaksi-transaksi ini harusmendapat pengendalian yang sama
seperti pada transaksi penerimaan dan pengeluaran lainnya.
Dalam pengujian substantif atas siklus investasi , auditor umumnya melakukan
pengujian atas rekeningrekening neraca dan laba rugi secara bersama-sama.
Sebagaimana pengauditan dalam siklus lainnya, auditor harus menetapkan risiko
deteksi bisa diterima untuk setiap kategori asersi laporan keuangan, sebelum
melakukan pengujian substantif.

1.2. SARAN

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
pembahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap makalah ini dapat diberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya dan dapat mempermudah kami untuk mempelajari mata kuliah Audit II

23
DAFTAR PUSTAKA

https://modul.mercubuana.ac.id/download.php?
f=PT1BZWo5R1p1MEZNeDBFVmJCU1NKQnladWxHZHBSV2RCQkNiMVIyYk45U
1gwRURNd0F6TnhJek1YdEZJSmxFSW41V2EwbEdaMUZFSXRBU1lwWkdiQkJTWX
VGV2FFQnljcHhXZFo5U2F6NVdZMDVXZHJGMEx6bG1iemxtUWc0V1lFQlNhdDlt
YnZ0V1JnTVhZMHhXZHJGbVI=
https://modul.mercubuana.ac.id/download.php?
f=PT1BZWo5R1p1MFZNeDBFVmJCU1NKQnladWxHZHBSV2RCQkNiMVIyYk45U
1gwRURNd0F6TnhJek1YdEZJSmxFSW41V2EwbEdaMUZFSXRBU1lwWkdiQkJTWX
VGV2FFQnljcHhXZFo5U2F6NVdZMDVXZHJGMEx6bG1iemxtUWc0V1lFQlNhdDlt
YnZ0V1JnTVhZMHhXZHJGbVI=

24

Anda mungkin juga menyukai