Anda di halaman 1dari 488

p-ISSN 2086-5090

e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

PENGARUH EFEKTIVITAS FUNGSI AUDIT INTERNAL TERHADAP


PENGUNGKAPAN KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERNAL PADA PT.
PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG

Oktarina Sarahyati Wardina

Universitas Bina Darma

Email: sarahokta028@gmail.com

Poppy Indriani, S.E., Ak., M.Si

Universitas Bina Darma

Email: poppy.indriani@binadarma.ac.id

Abstract

Activities that occur in all within the company PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang requires an
internal audit to oversee the possibility of irregularities and to measure the extent to which
company management;s compliance can correct the weakness that the audit finds based on the
results of the reports provided. Risk-based internal audit so that audit can help in overcoming
the possible risks faced bye the company PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang will be as an
indication of loss, corruption, and collusion. This study aims to analyze and determine the
effectiveness of the internal control. The research method is quantitative with a data
triangulation approach and the type of data used is primary data. Data collection techniques
using questionnaires, observations, interviews, and documentation.

Keywords: weakensses of internal control, effectiveness of internal audit.

Pendahuluan

PT. Pusri telah memulai kegiatan operasional usaha mereka dengan menjadi perusahaan pelopor
produsen pupuk pertama di Indonesia dengan menunjang kebijaksanaan di dalam program
pemerintah di bidang ekonomi, dimana laba yang maksimal diperoleh melalui peningkatan

2594
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

volume penjualan. Seiring dengan mulai berkembangnya perusahaan ini, semakin banyak
masalah yang harus dihadapi oleh suatu perusahaan dalam persaingan usaha yang semakin
kompetitif dan kompleks. Semakin banyak orang yang bekerja didalam perusahaan maka
semakin kompleks perusahaan tersebut, dan semakin tinggi kesulitan dalam melakukan
pengawasan dan pemeriksaan untuk memastikan bahwa setiap unit atau devisi telah bekerja
sesuai dengan fungsinya masing-masing. Untuk mengawasi seluruh yang telah dilakukan oleh
perusahaan dibutuhkan satuan unit kerja khusus yang bertugas melakukan fungsi control, yaitu
audit internal.

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dinyatakan bahwa perusahaan persero wajib
menyelenggarakan pembukuan yang di pertanggungjawabkan dan diselenggarakan berdasarkan
prinsip-prinsip pengendalian internal terutama pemisahan fungsi pengurusan, pencatatan,
penyimpanan, dan pengawasan di perusahaan.

Di perusahaan PT. PUSRI pengendalian internal dilakukan oleh Satuan Pengawas Internal (SPI).
Kebijakan dan peraturannya senantiasa memelihara dan mengawasi sistem pengendalian internal
untuk meminimalisir adanya kecurangan dalam perusahaan. Satuan pengawas internal di
perusahaan tidak terikat kepada siapapun dan dalam bentuk apapun guna menjaga integritasnya
dalam menjalankan tugas

Satuan pengawas internal di perusahaan tidak terikat kepada siapapun dan dalam bentuk apapun
guna menjaga integritasnya dalam menjalankan tugas, Tugas dari divisi ini bekerja dengan
efektif dan efisien dalam mencapai suatu tujuan dan sasaran yang diinginkan

Pengendalian internal dan pengawasan internal yang lemah menyebabkan perusahaan tidak
dikelola secara efisien, sehingga dalam waktu jangka panjang berpengaruh terhadap rendahnya
pertumbuhan dan kinerja di perusahaan ditambah lagi dengan kurang adanya pengungkapan
informasi mengenai efektivitas pengendalian perusahaan dan kinerja perusahaan kepada publik.
Didalam melakukan pengungkapan kelemahan pengendalian internal terhadap perkembangan
perusahaan yang ada di Indonesia dibutuhkan untuk mengikuti perkembangan yang signifikan

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah
“Bagaimana pengaruh efektivitas fungsi audit internal terhadap pengungkapan kelemahan
pengendalian internal pada PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang?”. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui dan mencari pengaruh efektivitas fungsi audit dalam mengungkapkan adanya
kelemahan pengendalian internal pada PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang.

2595
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Tinjauan Pustaka

2.1 Audit Internal

Suatu kegiatan yang dilakukan untuk dapat mendapatkan hasil berupa bukti secara sistematik
yang kemudian bukti tersebut digunkankan untuk proses yang objektif guna dalam kegiatan
ekonomi serta dapat mengevaluasi apakah hal yang dilakukan telah sesuai dengan kriteria-
kriteria yang telah ditetapkan. Kemudian dari bukti-bukti yang telah di evaluasi tersebut akan
disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Kegiatan audit dilakukan untuk
memberikan nilai plus dalam rangka meningkatkan kualitas dari kegiatan operasional dari
perusahaan ini.

2.1.1 Jenis-jenis Audit

Audit terbagi kedalam beberapa jenis audit pembagian ini dilakukan untuk menentukan
adanya tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dengan menerapkan audit tersebut.

Audit bagian operasional, yaitu pemeriksaan yang dilakukan pada operasional perusahaan untuk
melihat apakah kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan kebijakan yang ditentukan atau
belum dan melihat kegiatan tersebut telah dilakukan secara efesien dan efektif ataukah belum
dilakukan

Audit akan ketaatan, yaitu suatu kegiatan pemeriksaan yang akan dilakukan untuk mengetahui
dan melihat apakah perusahaan telah mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang
telah berlaku, baik peraturan yang ditetapkan pada pihak intern perusahaan maupun pihak
ekstern perusahaan.

Audit secara intern, yaitu kegiatan pemeriksaan yang akan dilakukan oleh bagian internal audit
perusahaan yang mencangkup laporan keungan dan catatan akuntansi perusahaan yang
bersangkutan serta ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan.

2.2 Pengendalian Internal

Pengendalian internal merupakan istilah yang telah umum dan banyak dipergunakan dalam
berbagai variasi kepentingan dan pengertian. Menurut Ardana (2016), pengendalian internal
adalah suatu proses diberlakukan dewan direksi, manajemen dan aparat lainnya yang dirancang
untuk memberikan keyakinan yang memadai sehubungan dengan pencapaian tujuan dalam

2596
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

kategori efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan laporan keuangan, dan ketaatan terhadap
hukum dan peraturan.

2.2.1 Komponen Pengendalian Internal

Komponen-komponen pengendalian internal terdiri dari 5 komponen sebagai berikut:

Pengendalian Lingkungan (Control Environment)

Penaksiran Risiko (Risk Assesment)

Pengendalian Aktivitas (Control Activities)

Informasi dan Komunikasi (Information and Comunication)

Pemantauan (Monitoring)

Sebaik apapun suatu pengendalian internal di dalam perusahaan tidak akan menjamin
tercapainya semua tujuan dari perusahaan yang inginkan. Pengendalian internal memiliki
keterbatasan-keterbatasan yang akan dalam melakukan pengendalian yang akan membuat
pengendalian tersebut melemah. Adapun keterbatasan yang dimiliki oleh pengendalian internal
adalah kesalahan yang dilakukan dalam melakukan pertimbangan keputusan, adanya gangguan,
terjadinya kolusi, adanya pengabaian yang dilakukan oleh manajemen.

2.2.2 Pengungkapan adanya kelemahan pengendalian internal

empat langkah untuk mengidentifikasikan kelemahan pengendalian internal meliputi :

1.Mengidentifikasikan adanya pengendalian yang telah ada

2.Mengidentifikasikan adanya ketidakhadiran pengendalian kunci

3.Menentukan adanya salah saji material potensial yang telah dihasilkan

4.Mempertimbangkan adanya kemungkinan adanya pengendalian kompensasi

2.3 Efektivitas

Efektivitas adalah suatu keberhasilan di dalam suatu tindakan yang diukur berdasarkan
pencapaian tujuan tindakan yang dilakukan sedangkan efektivitas dalam audit internal adalah
sebagai suatu derajat pengukuran sejauh mana pencapaian dari tujuan yang akan ditetapkan

2597
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

2.4 Efektivitas Fungsi Audit pada Pengungkapan Kelemahan Pengendalian Internal

Di Indonesia yang melakukan pengungkapan akan kelemahan pengendalian internal


masih belum banyak ditemui atau masih banyak perusahaan yang tidak melakukan
pengungkapan karena pengungkapan kelemahan sendiri masih bersifat sukarela masih banyak
perusahaan yang tidak mau mengungkapkan kelemahan dari perusahaan mereka. Adanya
pembatasan antara tanggung jawab utama auditor dengan adanya keharusan bagi klien untuk
memberikan respon terhadap laporan audit akan meningkatkan risiko tidak terdeteksinya
kelemahan yang srius. Sebagai akibatnya efektivitas dari kegiatan aktivitas audit akan berkurang.

Peran audit internal sangatlah penting dalam mengawasi pengendalian internal yang efektif
karena jika pengendalian internal efektif bisa mendeteksi adanya risiko kecurangan atau korupsi.
Dengan adanya pengendalian internal yang efektif bisa memungkinkan terjadinya pengecekkan
saling silang (cross check) terhadap pekerjaan yang dilakukan seseorang terhadap orang lain.
Dalam hal ini bisa menurunkan peluang terjadinya kecurangan dan mengalokasikan kesalahan.

H : Pengaruh efektivitas fungsi audit internal terhadap pengungkapan pengendalian internal


berpengaruh positif

Metodologi Penelitian

Objek Penelitian

Adapun objek penelitian ini adalah perusahaan PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang yang beralamat
di Jl. Mayor Zen, kode pos 30118 kota Palembang, Sumatera Selatan

Jenis Data

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Ada jenis dan sumber pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu:

Data primer adalah sumber- sumber data yang diperoleh secara langsung dari lapangan oleh
peneliti sendiri dengan tujuan untuk memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2017).
Adapun data primer ini berasal dari informasi yang akan diperoleh dari staff PT Pupuk
Sriwidjaja Palembang.

2598
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu observasi,
wawancara dan dokumentasi dan kuesioner.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah analisis kuatitatif dengan
metode deskriptif. Menurut Alfian (2015), penelitian yang menggunakan metode deskriptif
adalah suatu penelitian yang dimaksudkan agar dapat melukiskan, menggambarkan atau
memaparkan suatu keadaan objek yang diteliti sebagaimana apa adanya sesuai dengan situasi
dan kondisi ketika penelitian tersebut dilakukan. Penelitian deskriptif kuatitatif yaitu teknik yang
dilakukan dengan cara menganalisis dan menilai seluruh data yang relevan dari suatu fakta yang
diperoleh dari objek yang akan dipilih serta mengutip teori dan ketentuan yang berlaku secara
umum, kemudian dari hasil analisis penulis menarik kesimpulan yang mewakili masalah-
masalah yang ada.

3.4.1 Analisis Regresi Linear Sederhana

Analisis regresi linier sederhana yaitu suatu hubungan antara satu variabel independen
(X) dan variabel dependen (Y)””Analisis bertujuan agar mengetahui arah hubungan variabel
independen dengan variabel dependen apakah positif atau negatif dan memprediksi nilai dari
variabel dependen atau variabel independen mengalami kenaikan dan penurunan.

3.5 Uji Instrumen Penelitian

3.5.1 Uji Validitas

Suatu instrumen dapat dinyatakan valid apabila mampu mengukur apa yang akan
diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari hasil variabel yang diteliti secara tepat.
Pengujian validitas adalah pengujian yang akan ditujukan untuk mengetahui suatu data dapat
dipercaya kebenarannya sesuai dengan kenyataan. Artinya, setiap butir pertanyaan didalam
instrumen telah benar-benar menggambarkan secara keseluruhan isi atau sifat bangun konsep
dari dasar penyusunan instrumen. Cara untuk mengukur validitas yaitu dengan berbagai cara

2599
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

mencari korelasi antara masing-masing pernyatan dengan skor total menggunakan teknik
korelasi.

3.5.2 Uji Reabilitas

Uji reabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dengan menggunkan objek yang
sama akan menghasilkan data yang sama. setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampan
untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten. Pada penelitin ini, penulis menggunkan
teknik dari Cronbach yang digunakan untuk mencari reliabilitas instrmen yang skornya bukan 1
dan 0

3.6 Uji Asumsi Klasik

3.6.1 Uji Linearitas

Uji liniearitas adalah untuk melihat apakah model yang akan digunakan sudah benar atau
tidak, apakah fungsi yang akan digunakan dalam studi empiris sebaiknya berbentuk linier,
kuadrat atau kubik.

3.6.2 Uji Normalitas

Uji normalitas pada model regresi dapat digunakan untuk mengji apakah nilai residual
yang akan dihasilkan dari regresi terdistribusi secara nominal atau tidak. Model regresi yang
baik adalah memiliki suatu distribusi data normal atau mendekati normal.

3.7 Pengujian Hipotesis

3.7.1 Uji t

Uji Statistik t pada dasarnya akan menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel
independen secara parsial dalam menerangkan variabel dependen.

3.7.2 Koefisien Determinasi

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara variabel X dan Y maka penulis menggunakan
rumus koefisien determinasi dengan memasukkan nilai dari

Kd = rs x 100 %

Hasil dan Pembahasan

2600
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

4.1 Hasil Penelitian statistik deskriptif

Statistics

X Y

N Valid 48 48

Missing 0 0

Mean 39,0000 30,8542

Median 39,0000 31,0000

Mode 37,00 31,00

Std. Deviation 2,08337 1,70093

Variance 4,340 2,893

Range 9,00 6,00

Minimum 35,00 28,00

Maximum 44,00 34,00

Sum 1872,00 1481,00

Penelitian ini dilakukan di perusahaan PT Pupuk Sriwidjaja Palembang adapun yang menjadi
sampel penelitian ini berdasarkan keesioner yang kembali kepada peneliti sebanyak 48
kuesioner. Yang diketahui bahwa harga rata-rata (mean) untuk variabel pengaruh efektivitas
fungsi audit internal = 39,00 dan pengungkapan kelemahan pengendalian internal = 30,85, untuk
skor minimum variabel x = 35,00 dan variabel y = 28,00. Untuk skor maximum variabel x =
44,00 dan variabel y = 34,00 dengan range variabel x = 9,00 dan variabel y = 6,00

4.2 Uji Regresi Linear Sederhana

Model Summaryb

2601
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate

1 ,375a ,142 ,134 4,69138

Hasil perhitungan koefisien regresi sederhana diatas memperlihatkan bahwa nilai koefisien
konstanta adalah sebesar 26.266 koefisien variabel bebas (X) adalah sebesar 0,118. Sehingga
diperoleh persamaan regresi Y=26.266+0,118X.

4.3 Uji Instrumen Penelitian

4.3.1 Uji Validitas

No Variabel Dimensi Indkator Pertanyaan Status


1 Lingkup Tugas Dari 1,2,3,4 Valid
Audit Internal
2 Karakteristik Fungsi 5,6,7,8 Valid
Pengauh efektivitas Dari Audit Internal
3 fungsi audit internal Pelaksanaan Fungsi 9,10,11 Valid
Dari Audit Internal
4 Manajemen Dari 13,14,15 Valid
Bagian Audit
5 Identifikasi 16, 17,19,20,21,22 Valid
pengendalian yg ada
6 Identifikasi 23,24 Valid
Pengungkapan ketidakhadiran
kelemahan pengendalian kunci
7 pengendalian intern Salah saji material 25,26,27 Valid
secara potensial
8 Pertimbangan risiko 29 Valid
pengendalian

4.3.2 Uji Reabilitas

Uji Reabilitas efektivitas fungsi audit

Reliability Statistics

2602
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Cronbach's
Alpha N of Items

,663 10

Uji Reabilitas pengungkapan kelemahan pengendalian intrn

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

,667 8

Dari hasil penelitian di atas dapat dilihat bahwa nilai cronbach alpha untuk variabel
pengaruh efektivitas fungsi audit internal adalah lebih dari 0,6 yaitu sebesar 0,663 yang bearti
jika nilai lebih dari 0,6 adalah reliabel, begitu juga dengan variabel pengungkapan kelemahan
pengendalian internal yaitu lebih dari 0,6 yaitu sebesar 0,667 yang berati penelitian tersebut
adalah reliabel

4.4 Uji Asumsi Klasik

4.4.1 Uji Linearitas

ANOVA Table

Mean
Sum of Squares df Square F Sig.

Y * X Between Groups (Combined) 2024,479 23 88,021 2,831 ,000

Linearity 923,385 1 923,385 29,694 ,000

Deviation
1101,094 22 50,050 1,609 ,056
from Linearity

Within Groups 3545,058 114 31,097

2603
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Total 5569,536 137

Dari hasil uji linearitas diatas dapat dilihat bahwa signifikan variabel X sebesar 0,318 dan
variabel Y sebesar 0,295 yang dimana ketentuan uji linearitas adalah <0,05 tidak ada hubungan
dan jika lebih dari atau > 0,05 semua variabel memunyai hubungan yang linear karena hasil
signifikan kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel diatas terdapat hubungan
secara signifikan

4.4.2 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 48

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation 1,68318111

Most Extreme Differences Absolute ,077

Positive ,077

Negative -,056

Test Statistic ,077

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d

Hasil uji normalitas diatas menunjukan bahwa nilai residual dari semua variabel mempunyai
nilai signifikansi sebesar 0,200 yang artinya semua variabel berdistribusi normal karena nilai
signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal. Dengan
menunjukkan hasil rata-rata atau mean sebesar 0,0000000 dan standar deviasi sebesar 1,63.

4.5 Uji Hipotesis

2604
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

4.5.1 Uji t

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta T Sig.

1 (Constant) 26,266 4,652 ,988 ,328

X ,118 ,119 ,144 5,646 ,000

a. Dependent Variable: Y

Berdasarkan hasil uji penelitian diatas menunjukan bahwa dengan melakukan


perbandingan t hitung dengan t tabel yang akan dapat dilihat bahwa nilai t hitung sebesar 5,646
dengan probabilitas 0,05 dengan jumlah 48 dan 2 variabel. Dapat disimpulkan bahwa t hitung
5,646 lebih besar daripada t tabel yaitu 1,67866.

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa variabel pengaruh efektivitas


fungsi audit internal berpengaruh positif terhadap pengungkapan kelemahan pengendalian
internal jika dilihat nilai t hitung lebih besar dan signifikan kurang dari 0,05.

Dengan demikian pengaruh efektivitas fungsi audit internal akan berpengaruh


positif terhadap pengungkapan kelemahan pengendalian internal di perusahaan diterima.

4.5.2 Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate

1 ,809a ,655 ,643 3,41856

a. Predictors: (Constant), X

2605
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

b. Dependent Variable: Y

Setelah rhitung diketahui sebesar 0,809 sedangkan Rsquare adalah 0,655 maka selanjutnya
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel X terhadap variabel Y dengan menggunakan
koefisien determinan r2 yang dinyatakan dalam presentase. Dari hasil perhitungan di atas maka
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh variabel X terhadap variabel Y sebesar 43% dan
selebihnya yang 57% dipengaruhi faktor lain.

4.6 Pengaruh Efektivitas fungsi audit terhadap pengungkapan kelemahan pengendalian


internal pada perusahaan PT Pupuk Sriwidjaja Palembang

Hasil penelitian menunjukan bahwa efektivitas fungsi audit internal berpengaruh


terhadap pengungkapan kelemahan pengendalian internal karena dibuktikan dengan dengan hasil
penelitian yang telah dilakukan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel (5,6466>1,67866), dengan
signifikansi lebih kecil dari 0,05 hal ini berarti penelitian dapat dibuktikan dengan hasil
penelitian dan pembahasan yang ada. Oleh karena itu hipotesis efektivitas fungsi audit
berpengaruh positif terhadap pengungkapan kelemahan pengendalian internal di perusahaan.

Variabel X memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 39,0000 dan rata-rata variabel Y sebesar
30,8542 dengan standar deviasi untuk variabel X sebesar 2,08337 dan standar deviasi untuk
variabel Y sebesar 1,70093 Demikian pula dengan nilai minimum sebesar 35,00 dan 28,00 yang
lebih kecil daripada nilai rata-ratanya, berbeda dengan nilai maximum 44,00 dan 34,00

Hasil uji normalitas menunjukan bahwa nilai residual dari semua variabel mempunyai nilai
signifikansi sebesar 0,200 yang artinya semua variabel berdistribusi normal sedangkan untuk uji
hipotesis koefisien determinasi bisa dilihat di rhitung diketahui sebesar 0,809 sedangkan Rsquare
adalah 0,655.Dari hasil perhitungan di atas maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
variabel X terhadap variabel Y sebesar 43% dan selebihnya yang 57% dipengaruhi faktor lain.

Kesimpulan dan Saran

Adapun kesimpulan yang diperoleh dengan dilaksanakannya penelitian tentang efektivitas fungsi
audit internal dalam mengungkapkan kelemahan pengendalian internal pada PT Pupuk
Sriwidjaja Palembang berpengaruh secara positif yang berarti perushaan tersebut secara
konsisten dan objektif mengungkapkan adanya hasil temuan audit pada laporan hasil audit yang
dilakukan oleh auditor internal itu sendiri. Yang dimana di bagian audit di perusahaan sudah
terbagi menjadi audir operasional, audit atas kepatuhan, audit riskus dan audit yang lain.

2606
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Selain itu, pemantauan masih belum berjalan dengan baik karena pemantauan hanya dilakukan
jika terjadi kecurangan atau penyimpangan.

Saran yang penulis berikan pada PT Pupuk Sriwidjaja Palembang adalah Lebih menekankan
terhadap pendukung data untuk memudahkan dalam pekerjaan misalnya seperti menggunakan
software audit khusus untuk lebih memudahkan dalam mengaudit hasil laporan yang akan
digunakan

Daftar Pustaka

Arens, et al. 2011.Auditing and Assurance Services: An Integrated Approach.14th Edition.


Pearson Prentice Hall.Hery. 2016. Akuntansi Aktiva, Utang dan Modal Edisi 2. Yogyakarta:
Gava Media

Ibrahim. 2015. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Rani Femiarti. (2012). Audit Committee Financial Experts, Internal Audit, Dan Pengungkapan
Kelemahan Pengendalian Internal. Universitas Diponegoro. Skripsi.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

2607
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

ANALISIS ANGGARAN BIAYA OPERASIONAL SEBAGAI ALAT


PENGENDALIAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PADA PT.
GEOSERVICES PALEMBANG

Pilar Goro Ginelar, Septiani Fransisca

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bina Darma

Email : goroginelar19@gmail.com,Septiani.fransisca@binadarma.ac.id

Abstrak

Anggaran dianggap sangat memiliki pengaruh besar serta penting bagi manajemen untuk dapat
menjabarkan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan, serta untuk mengetahui adanya
penyimpangan dan juga untuk meningkatkan tanggung jawab dari pekerjaannya. Tujuan yang
ingin dicapai melalui penyusunan anggaran yaitu untuk memprediksi tingkat aktivitas operasi
dan keuangan perusahaan di masa mendatang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan metode survei, observasi, dan dokumentasi. Hasil
penelitian yaitu, pertama terdapat beberapa item yang masih terlihat biaya realisasi lebih besar
dibandingkan anggaran atau over budget, dimana proses penyusunan anggaran yang diterapkan
dengan menggunakan metode demokrasi atau bottom up sudah dikatakan baik, kedua
manajemen menggunakan metode pengendalian yang sudah dilakukan oleh perusahaan ini yaitu
dengan cara pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan (concurrent
control). Ketiga tingkat efisiensi pada biaya operasional dikategorikan baik dengan melihat
beberapa kriteria “sangat baik” telah dicapai oleh perusahaan.

Kata Kunci : Analisis Varians, Pengendalian Perusahaan, Efisiensi

Abstract

The budget considered very important and was important for management to were able
to reported, planed, and supervised, as well as to found out the existence of irregularities and
also to increase the responsibility of its work. The goal to be achieved through budgeting was to
estimate the level of operating and financial company in the future. Data and information needed
by the company in preparing the budget that can be obtained from activities and events that
occurred in the company in the past, present, and expectations to be obtained in the future from
sources requested to prepare the budget, the company can obtain data and information from

2608
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

internal company sources. Data collection techniques used in this study used survey,
observation, and documentation methods. The results of the study were, first. There were some
items that still appeared to be greater costs compared to the budget or more than the budget,
where the budget collection processed that was implemented using the democratic method or
bottom up has been well approved, second Management used the methods that had been carried
out by this company was by way of supervision carried out simultaneously with the
implementation of activities (concurrent control). Third The level of efficiency in operational
costs was categorized as good by looking at several criteria of "very good" agreed by the
company.

Keywords : Analysis of variance, company control, efficiency

PENDAHULUAN

Kegiatan usaha yang semakin ramai saat ini menyebabkan perusahaan membutuhkan suatu
sistem pengendalian yang terencana, sehingga pengendalian terencana sudah menjadi suatu
kewajiban. Pengendalian terencana merupakan pengendalian yang efektif atas tenaga kerja,
bahan baku, peralatan, dan perlengkapan, serta uang yang menjadi ciri dasar dari industri
modern, sebab pada umumnya merupakan aspek yang sangat penting dalam menjaga
kesejahteraan perusahaan. Pertimbangan suatu sistem pengendalian yang dapat menunjang
seluruh aktivitas operasional perusahaan harus dipertimbngkan (Giovanni, 2008: 1).

Perusahaan adalah suatu tempat menjalankan fungsi manajemen dengn tujuan utama yaitu untuk
memperoleh laba dan meningkatkan kesejahteraan (tidak hanya mengejar laba), terdiri dari
kumpulan manusia yang bekerja secara bersama-sama. Dimana manajemen itu sendiri terdiri dari
beberapa yaitu manajemen sumber daya manusia, manajemen keuangan, manajemen produksi
operasi, dan manajemen pemasaran (Chariarti, 2014: 1).

Perusahaan sering kali dihadapkan pada masalah biaya, diantara biaya-biaya yang timbul
adalah biaya operasional. Biaya operasional adalah semua pengeluaran yang digunakan untuk
produksi atau pembelian barang atau jasa yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional
perusahaan. Biaya operasional ini lah yang harus bisa ditekan oleh perusahaan akibat dari
pengeluaran biaya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan demikian perusahaan perlu
memerlukan penyusunan anggaran untuk menunjang efektifitas dan efisiensi biaya operasional
(Yusli, 2018: 2).

2609
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

PT. Geoservices Palembang merupakan perusahaan 100 % dimiliki oleh warga negara
Indonesia dan merupakan perusahaan terbatas ( Ltd ). PT. Geoservices memiliki dasar yang solid
keahlian yang mencakup semua aspek eksplorasi dan pengembangan minyak Indonesia, gas,
batubara, mineral, dan industri panas bumi. Awalnya menyediakan sampel lapangan dan analisis
kimia untuk industri mineral, PT. Geoservices merupakan perusahaan yang mampu memenuhi
semua persyaratan eksplorasi dan analisis untuk masing-masing sektor industri yang dilayaninya
untuk memberikan layanan yang lebih baik di seluruh nusantara dan telah melakukan
diversifikasi layanan dan memperluas pelanggannya.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran yaitu total jumlah pengeluaran
pemakaian anggaran di bulan sebelumnya sangat mempengaruhi estimasi total anggaran yang
akan diminta, dan banyaknya kapasitas pekerjaan juga mempengaruhi besaran anggaran yang
akan diajukan.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, penulis ingin mengetahui apakah anggaran
biaya operasional sudah berperan dalam perencanaan dan pengendalian biaya untuk efisiensi
pembiayaan operasional pada PT. Geoservices Palembang

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Anggaran

Pengertian anggaran menurut (Garrison dkk, 2013: 382), adalah Anggaran (budget) adalah
rencana terperinci untuk masa depan yang diekspresikan dalam bentuk kuantitatif. Seseorang
kadang–kadang membuat anggaran rumah tangga menyeimbangkan pendapatan dan biaya untuk
makan, pakaian, perumahan, dan lain – lain serta membuat tabungan. Sekalihnya anggaran telah
ditetapkan, pengeluaran aktual dibandingkan dengan anggaran untuk memastikan rencana yang
telah ditetapkan dilakukan perusahaan menggunakan anggaran dengan cara yang sama,
meskipun jumlah kerja dan detail jauh lebih melebihi anggaran personal.

Tujuan Anggaran

Tujuan anggaran menurut (Nafarin, 2013: 19), adalah :

Digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan investasi dana.

Membatasi jumlah dana yang dicari dan digunakan

2610
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Mempermudah pengawasan dengan merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis
investasi dana

Sumber dan investasi dana dirasionalkan agar dapat mencapai hasil yang maksimal

Rencana yang telah disusun disempurnakan karena dengan anggaran menjadi lebih jelas dan
nyata terlihat

Setiap usulan yang berkaitan dengan keuangan ditapung, analisis dan simpulkan.

Manfaat Anggaran

Manfaat anggaran menurut (Garrison dkk, 2013: 382), adalah :

Anggaran sebagai alat komunikasi bagi para manajemen untuk seluruh organisasi.

Anggaran dimaksudkan untuk memikirkan dan merencanakan masa depan.

Anggaran merupakan proses dari alat alokasi sumber daya pada berbagai bagian dari organisasi
agar dapat lebih efektif lagi.

Penganggaran dapat mencegah dari adanya potensi masalah sebelum masalah itu terjadi

Anggaran mengoordinasikan aktivitas seluruh organisasi dengan cara memperbaharui rencana


dari berbagai bagian. Penganggaran ikut memastikan agar setiap orang dalam organisasi menuju
tujuan yang sama.

Analisis Varians

Analisis varians adalah “evaluasi selisih yang terjadi antara anggaran dengan realisasi. Adapun
selisih anggaran dikategorikan menjadi dua, yaitu selisih menguntungkan (favourable) dan tidak
menguntungkan (unfavourable). Fokus analisis terutama ditunjukan terhadap selisih anggaran
yang tidak menguntungkan, sehingga aspek yang perlu menjadi perhatian adalah sebagai berikut
(Mahmudi, 2013: 66)” :

Penentuan tingkat signifikan selisih anggaran

Penentuan tingkat varians (selisih) anggaran yang bisa ditoleransi, terutama untuk selisih yang
tidak menguntungkan

Mencari tahu penyebab terjadinya selisih anggaran

2611
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Pnentuan tindakan untuk perbaikan kinerja dimasa depan.

Anggaran Sebagai Alat Pengendalian

“Anggaran merupakan alat pengawasan atau pengendalian (controlling) (Nafarin, 2013)”: 30).
Pengawasan berarti mengevaluasi (menilai) terhadap pelaksanaan pekerjaan, dengan cara:

Membuat perbandingan realisasi dengan rencana (anggaran)

Bertindakan dengan melakukan perbaikan bila dipandang perlu (atau bila terdapat penyimpangan
yang merugikan).

Pengukuran Tingkat Efisiensi

Sesuai dengan Permendagri No. 13 tahun 2006, efisien sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan pencapaian luaran yang maksimum dengan masukan tertentu atau penggunaan
masukan terendah untuk mencapai luaran tertentu.

Kriteria Efisiensi adalah :

Ketika memperoleh nilai kurang dari 100% (<100%) berarti efisien.

Ketika memperoleh nilai sama dengan 100% (=100%) berarti efisiensi berimbang.

Ketika memperoleh nilai lebih dari 100% (>100%) berarti tidak efisien.

Pengukuran efisien ini mengacu pada Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 690.900.327
Tahun 1996. Dimana kriteria penilaian efisien berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor
690.900.327 Tahun 1996.

METODOLOGI PENELITIAN

Objek dalam penelitian ini dilakukan pada PT Geoservices Palembang, di Jalan Talang Jambe,
Sukarami, Kota Palembang, Sumatera Selatan 30961. Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data tersebut digunakan untuk menganalisa,
dan mengevaluasi data yang digunakan dalam ini berhubungan dengan anggaran biaya
operasional.

2612
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode survei yaitu wawancara
dengan repsonden dan menyerahkan kuesioner kepada responden untuk dijawab, ini dilakukan
dengan staff keuangan PT. Geoservices untuk mendapatkan data yang ingin di analisis, observasi
dilakukan dengan pencatatan sistematis terhadap perilaku subjek tanpa adanya komunikasi
dengan subjek yang bersangkutan dengan mengamati proses penyusunan laporan keuangan
anggaran biaya operasional untuk periode tertentu, dan dokumentasi dilakukan dengan
mengumpulkan, mencatat, dan menyalin dokumen yang ada di lokasi penelitian dengan
mengumpulkan dokumen-dokumen pendukung yang sesuai dengan topik penelitian berupa
anggaran serta realisasi biaya operasional, oleh karena itu penulis menggunakan simpanan
diperusahaan guna dipergunakan untuk kepentingan penelitian ini.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif). Desain
penelitian deskripstif adalah penelitian yang dirancang untuk memberikan gambaran sistematis
mengenai informasi ilmiah yang berasal dari subjek atau objek penelitian (Sanusi, 2017: 14).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Metode yang digunakan dalam penyusunan anggaran yaitu “metode demokarasi atau bottom up.
Metode ini, menyusun anggaran berdasarkan hasil keputusan karyawan, manajer di tingkat yang
lebih rendah, ikut berpartisipasi untuk menentukan besarnya anggaran. Anggaran disusun mulai
dari bawahan sampai ke atasan. Bawahan diserahkan sepenuhnya menyusun anggaran yang akan
dicapainya dimasa yang akan datang. Metode ini tetap jika digunakan pada perusahaan yang
karyawannya memiliki keahlian dalam penyusunan anggaran dan tidak dikhawatirkan
membutuhkan proses yang lama dan berlarut”.

Faktor utama yang paling banyak dipertimbangkan untuk menyusun anggaran pada PT
Geoservices Palembang adalah realisasi anggaran bulan lalu atau bulan sebelumnya, selain faktor
tersebut ada juga faktor-faktor yaitu total jumlah pengeluaran pemakaian anggaran di bulan
sebelumnya sangat mempengaruhi estimasi total anggaran yang akan diminta, dan banyaknya
load pekerjaan juga mempengaruhi besaran anggaran yang akan diajukan, pengeluaran yang tak
terduga seperti pembelian asset yang tidak diajukan saat pembuatan anggaran, biaya perbaikan
alat yang rusak, dan banyaknya pekerjaan lapangan sehingga mempengaruhi expense.

2613
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Tabel 1 Analisis Varians Anggaran Biaya Operasional Tahun 2017-2018

Sumber: Data sekunder diolah, 2019

1.Faktor-Faktor penyebab terjadinya varians pada biaya proyek

Berdasarkan hasil analisis varians yang telah dilakukan pada tabel 4.1 realisasi dan anggaran
biaya proyek pada tahun 2017 & 2018, maka berikut merupakan penyebab terjadinya
penyimpangan (varians) pada akun-akun berikut :

Penyimpangan terjadi pada akun cost of fixed aset saat pembelian printer, ac, dan leptop yang
disebabkan pada saat penganggaran barang-barang tersebut belum diajukan di laporan anggaran

2614
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

bulan sebelumnya dan juga pada saat pemakaian barang tersebut tipe dan jenis kerusakan tidak
bisa di perkirakan sewaktu-waktu.

Penyimpangan terjadi pada akun salary workers, ini terjadi ketika banyaknya load pekerjaan
perusahaan ini menerapkan para pekerja harian sehingga pada saat penganggaran jumlah pekerja
yang ditaksir tidak sesuai dengan keadaan dilapangan.

Penyimpangan terjadi pada akun accomodation workers, pekerja harus melakukan survei ke luar
kota sehingga jumlah hari dan biaya penginapan belum bisa sepenuhnya dianggarkan

Penyimpangan terjadi pada akun transportation cost workers, pekerja yang di utus untuk dinas ke
luar kota memerlukan biaya transportasi sehingga biaya yang dianggarkan belum bisa terpenuhi.

Penyimpangan terjadi pada akun uhl/ field allowance workers, banyaknya load pekerjaan harus
memungkinkan bagi karyawan untuk lembur dalam pekerjaannya.

Penyimpangan terjadi pada akun tool, lab equipment, ini disebabkan keamanan dalam bekerja
juga wajib di patuhi saat pembelian peralatan seperti kaca mata, sepatu safety, sarung tangan,
dan lain sebagainya yang tidak sesuai dengan yang telah dianggarkan.

Penyimpangan terjadi pada akun repair & maintenance machine, ini disebabkan aset kantor yang
rusak tidak bisa di perkirakan sampai kapan bisa berfungsi normal dan termasuk juga perawatan
seperti mencuci dan service mobil sehingga pada saat peralatan tersebut rusak secara bersamaan
terjadi nilai yang dianggarkan tidak bisa mencukupi biaya perbaikan.

Penyimpangan terjadi pada akun equipment / machine rental, ini terjadi pada saat jumlah
pekerjaan sedang banyak sehingga perusahaan menyewa mesih atau peralatan dari perusahaan
lain demi mengoptimalkan kegiatannya yang ini juga belum sepenuhnya dianggarkan.

Penyimpangan terjadi pada akun fuel for genset, ini disebabkan pemadaman listrik yang jangka
waktu yang tidak ditentukan bisa memakan banyak biaya untuk membeli solar untuk genset
perusahaan dan mesin pabrik.

Penyimpangan terjadi pada akun freight for sample only, terjadinya selisih biaya yang
disebabkan oleh biaya angkut untuk sampel yang telah di analisis oleh pekerja.

Tabel 2 Analisis Varians Biaya Pengeluaran Operasional Tahun 2017-2018

2615
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Sumber: Data sekunder diolah, 2019

2.Faktor-Faktor penyebab terjadinya varians pada biaya operasional

Berdasarkan hasil analisis varians yang telah dilakukan pada tabel 4.2 realisasi dan anggaran
biaya operasional pada tahun 2017 & 2018, maka berikut merupakan penyebab terjadinya
penyimpangan (varians) pada akun-akun berikut :

Penyimpangan terjadi pada akun transportation cost staff, & uhl/ field allowance staff, ini
disebabkan oleh banyaknya load pekerjaan sehingga memungkinkan banyaknya karyawan yang
membutuhkan akomodasi serta biaya transportasi untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Penyimpangan terjadi pada akun repair & maintenance car repair & maintenance office
equipment, ini disebabkan oleh banyaknya perbaikan pada kendaraan seperti service, cuci mobil,
perawatan gedung dan mess karyawan.

Penyimpangan terjadi pada akun stamp/ shipping/ postage, pengiriman dokumen seperti untuk
pengajuan anggaran, pertanggungan sewa kendaraan, dan lain sebagainya.

Penyimpangan yang terjadi pada akun household suppplies, pembelian peralatan rumah tangga
yang jumlahnya tidak perkirakan dengan biaya yang telah dianggarkan menyebabkan selisih
biaya terjadi.

2616
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Anggaran Sebagai Alat Pengendalian

Berikut merupakan upaya perbaikan yang dilakukan oleh PT Geoservices Palembang terhadap
varians biaya proyek dan biaya operasional :

Membuat anggaran yang sesuai dengan pencapaian di bagian masing-masing di lihat juga berapa
banyak sumber daya manusia yang terdapat di dalamnya.

Membicarakan kepada setiap perwakilan di bagian tertentu agar anggaran yang hendak dicapai
bisa berjalan efisien dan memaksimalkan kegiatan operasi dengan ketetapan yang berlaku

Mengadakan manajemen review terhadap anggaran yang di minta dengan kegiatan operasiona
membuat laporan realisai anggaran, apakah terdapat kerjanggalan atau kekurangan dana pada
saat operasional.

Khusus pada pengendalian biaya operasional, PT Geoservices Palembang memberi wewenang


kepada staff tertentu yang bertanggungjawab untuk mengganggarkan biaya yang berada di
bawah kendali atasan mereka, proses penyusunan anggaran pada perusahaan ini yaitu satu bulan
sebelum pemakaian anggaran. Adapun pihak yang berkepentingan dalam proses penyusunan
anggaran yaitu lab manager cabang, kepala keuangan cabang, kepala keuangan pusat dan
direktur keuangan pusat PT. Geoservices Palembang.

Metode pengendalian yang sudah dilakukan oleh perusahaan ini yaitu dengan cara “pengawasan
yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan (concurrent control)”. “Tipe
pengawasan ini merupakan proses agar aspek tertentu dalam suatu prosedur harus disetujui
terlebih dahulu, atau merupakan syarat tertentu yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum
kegiatan-kegiatan bisa dilanjutkan atau menjadi semacam peralatan “double-check” agar lebih
menjamin ketepatan pelaksanaan suatu kegiatan”.

Analisis Efisiensi Anggaran Biaya Operasional

Pengukuran tingkat efisiensi anggaran biaya operasional pada PT. Geoservices Palembang ini
dilakukan dengan cara menjumlahkan semua laporan kegiatan biaya operasional baik itu biaya
yang di anggarkan dan biaya realisasi pada tahun 2017 dan 2018

2617
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Tabel 3 Analisis Efisiensi Anggaran Biaya Proyek

Sumber: Data sekunder diolah, 2019

Tabel 4 Analisis Efisiensi Anggaran Pengeluaran Operassional

2618
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Sumber: Data sekunder diolah, 2019

Pada tabel 3 merupakan hasil dari laporan kegiatan operasional PT Geoservices Palembang yang
mana pada biaya proyek tahun 2017 dengan tingkat “efisiensi” sebesar 97 %, kemudian pada
tahun 2018 mengalami peningkatan menjadi “sangat efisiensi” sebesar 104 %. Pada tabel 4
biaya pengeluaran operasional tahun 2017 dengan tingkat “sangat efisiensi” sebesar 108 %, dan
pada tahun 2018 mengalami penurunan menjadi “cukup efisiensi” sebesar 80 %.

Dengan melihat hasil sedemikian rupa bahwa tidak bisa dipungkiri jika di setiap perusahaan akan
mengalami gejala fluktuasi yang berarti para pimpinan dan staff perusahaan harus lebih
mengedepankan penyusunan anggaran bagi perusahaan yaitu untuk memprediksi tingkat
aktivitas operasi dan keuangan perusahaan di masa mendatang. Maka sangat memerlukan peran
manajemen guna memperbaiki kinerja karyawan untuk mencapai anggaran yang sudah
ditetapkan dengan implikasi manajemen antara lain :

Mengevaluasi laporan realisasi anggaran di bulan atau tahun sebelumnya dengan melibatkan
para karyawan yang berperan menganggarkan biaya di masing-masing unit dan memaksimalkan
biaya dengan jumlah sumber daya yang ada pada perusahaan sehingga pada saat peganggaran
efisien tetap terjaga.

Memantau jalannya anggaran dengan cara review meeting secara mingguan atau bulanan, untuk
menilai jika terjadi penyimpangan dalam penggunaan anggaran dapat segera diatasi dan
mengkomunikasikan segala sesuatu yang berkaitan dengan anggaran agar tidak terjadi salah
paham diantara masing-masing unit.

5.SIMPULAN

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat peneliti disimpulkan dari penelitian ini adalah 1. Terdapat beberapa item
yang masih terlihat biaya realisasi lebih besar dibandingkan anggaran atau over budget, dimana
proses penyusunan anggaran yang diterapkan dengan menggunakan metode demokrasi atau
bottom up sudah dikatakan baik. Sebaiknya penentuan pedoman anggaran, yaitu perencanaan
anggaran di tahun yang akan datang harus disiapkan pada saat ramalan kegiatan operasional dan
diadakan meeting bersama bagian terkait dengan membawa laporan anggaran di bulan atau tahun

2619
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

sebelumnya, penentuan anggaran bersama manajer dan direksi berkumpul serta


mengoordinasikan apa yang akan menjadi komponen anggaran dan juga disahkan langsung, dan
pelaksanaan anggaran, yaitu membuat laporan realisasi anggaran secara rutin mencatat di setiap
pengeluaran dan akan review meeting. 2. Manajemen menggunakan metode pengendalian yang
sudah dilakukan oleh perusahaan ini yaitu dengan cara pengawasan yang dilakukan bersamaan
dengan pelaksanaan kegiatan (concurrent control). Tipe pengawasan ini merupakan proses
dimana aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui terlebih dahulu. 3. Tingkat efisiensi
pada biaya operasional sudah dikategorikan baik dengan melihat beberapa kriteria “sangat baik”
telah dicapai oleh perusahaan.

REFERENSI

Chairati, Mairiza. 2014. Analisis Pengendalian Biaya Operasional Pada PT Prodia


Widyahusada Cabang Batam. Skripsi. Batam. Politeknik Negeri Batam.

Emil, U. 2016. Analisis Terhadap Metode Anggaran Penjualan Pada Pt Finansia Multifinance
(Kredit Plus) Cabang Prabumulih. Skripsi. Palembang. Politeknik Negeri Sriwijaya.

Giovanni, Aristo. 2008. Analisis Anggaran Biaya Operasional Sebagai ALat Perencanaan dan
Pengendalian untuk Mencapai Efektifitas Biaya Perusahaan. Other thesis, Universitas Kristen
Maranatha.

Garrison, R.H. dkk, 2013. Akuntansi Manajerial. Edisi 14, Buku 1. Jakarta : Salemba Empat.

Mustafa. S, Anugranita, A, D. 2014. Analisis Varians Anggaran Pendapatan dan Biaya (Studi
pada PD. Pasar kota Kendari). Vol.01, No. 01 :80-92.
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JURNALAKUNTANSIKEUANGAN/article/view/2025/1431.
Diakses pada 22 Mei 2019.

Nafarin, M. 2013. Penganggaran Perusahaan. Edisi ketiga, Cetakan kedua, Buku 1. Jakarta :
Salemba Empat.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

2620
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING: PENGUJIAN TEORI FRAUD


PENTAGON

Pradita Amelia1), Poppy Indriani2)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bina Darma1,2,3)

Email: pradita228@gmail.com1, poppy.indriani@binadarma.ac.id2

Abstract

The purpose of this research is to indicate fraudulent financial reporting by testing elements of
fraud in the Pentagon fraud theory. The object of this research is pharmaceutical sub-sector
companies listed on the Indonesia Stock Exchange for the period 2013-2018. This research is a
quantitative study and uses secondary data obtained from the Indonesian Stock exchange
website. The population of this study is 10 companies with samples as many as 8 companies
using the purposive sampling method.The analytical techniques used in this study are multiple
linear regression analyses.The results of this study stated that financial stability, financial target
and external pressure have a significant influence on fraudulent financial reporting.

Keywords: Fraud, Fraud Triangle, Fraud Diamond, Fraud Pentagon, Fraudulent Financial
Reporting.

PENDAHULUAN

Tujuan laporan keuangan yang dinyatakan dalam Pedoman Standar Akuntansi Keuangan nomor
1 tentang penyajian laporan keuangan yaitu menyampaikan informasi yang berkaitan dengan
posisi dan kinerja finansial, dan arus kas perusahaan yang berguna bagi stakeholders dalam
mempertimbangkan pengambilan keputusan. Akan tetapi, kadang kala kesan “baik” dari pihak
lain justru menjadi tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan atas hasil kinerja yang tertuang
dalam laporan keuangan. Hal inilah yang menjadi motivasi dan bahkan memaksa manajemen
perusahaan untuk memanipulasi atau melakukan kecurangan di bagian-bagian tertentu dalam
laporan keuangan, yang menyebabkan laporan keuangan akan menampilkan materi yang tidak

2621
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

sesuai dengan yang seharusnya dan dapat mengakibatkan kerugian bagi banyak pihak. Istilah
fraudulent financial reporting diartikan sebagai praktik kecurangan laporan keuangan.

Salah satu contoh kecurangan laporan keuangan terjadi pada sektor keuangan dan perbankan
yaitu skandal mantan Relationship Manager Citibank, Malinda Dee yang didakwa
menggelapkan dana nasabah dan melakukan pencucian uang senilai Rp 16,63 miliar. Kemudian
kasus yang sampai saat ini belum selesai dan masih dipertanyakan kelanjutannya yakni kasus
yang terjadi pada Bank Century yang melibatkan jajaran eksekutif di Indonesia.

Selain pada sektor keuangan dan perbankan, kasus fraud juga terjadi pada perusahaan di sektor
lain. Salah satunya yaitu perusahaan manufaktur. Perusahaan manufaktur berada di urutan ketiga
yang paling banyak mengalami kasus fraud setelah perusahaan keuangan dan perbankan dan
sektor pemerintah. Fakta ini diperoleh berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Association
of Certified Fraud Examiner (ACFE) pada tahun 2014.

Penelitian ini menggunakan teori fraud pentagon yang dikemukakan oleh Crowe (2011).
Karena Crowe’s Fraud Pentagon Theory ini merupakan teori terbaru yang digunakan untuk
menguji kecurangan pelaporan keuangan. Fraud pentagon theory ini juga memaparkan indikator
yang lebih lengkap dibandingkan dengan teori-teori sebelumnya. Dari latar belakang di atas,
penelitian ini dilakukan untuk menguji, melakukan investigasi dan memberikan penjelasan lebih
lanjut mengenai kemampuan Crowe’s fraud pentagon theory dalam mendeteksi fraudulent
financial reporting pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi sub sektor
farmasi pada periode 2013-2018.

KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Teori Agensi

Hubungan kerja sama yang terjalin antara pihak pemegang saham selaku prinsipal dan
manajemen sebagai agen merupakan definisi dari teori agensi. Ketika jasa agen atau manajemen
digunakan oleh pihak pemegang saham atau pemilik perusahaan, saat itulah hubungan agensi
terjadi. Biasanya agen diberikan wewenang oleh pihak prinsipal untuk mengambil keputusan
(Jensen dan Meckling dalam Herviana (2017:13)).

Terdapat perbedaan tujuan atau kepentingan yang ingin dicapai antara prinsipal dan agen. Pihak
prinsipal menginginkan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasinya di dalam sebuah
perusahaan. Sedangkan agen lebih mementingkan kompensasi atau imbalan yang besar atas

2622
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

kinerjanya di dalam perusahaan. Conflict of interest merupakan sebutan untuk perbedaan


kepentingan antara manajemen dan prinsipal (Tessa, 2016).

Fraudulent Financial Reporting

Fraud merupakan penyalahsajian informasi yang dilakukan dengan sengaja yang dapat
menyesatkan laporan keuangan (AICPA, 1998). Brennan dan McGrath menyatakan bahwa
tindakan yang bertujuan untuk menyesatkan pengguna laporan keuangan dengan cara
menyajikan informasi yang salah secara sadar dan sengaja merupakan definisi dari fraudulent
financial reporting.

Fraudulent financial reporting dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sering dijelaskan dalam
beberapa teori. Diantaranya, teori fraud triangle, fraud diamond, dan fraud pentagon. Fraud
triangle merupakan teori pertama yang menjelaskan tentang kecurangan laporan keuangan. Teori
ini di paparkan oleh Cressey pada tahun 1953. Dalam teorinya, kecurangan laporan keuangan
selalu disebabkan oleh tiga kondisi yaitu, tekanan, kesempatan dan rasionalisasi.

Selanjutnya yaitu teori fraud diamond yang dikembangkan oleh Wolfe dan Hermanson pada
tahun 2004. Dalam teorinya dijelaskan bahwa kecurangan laporan keuangan diakibatkan oleh
kondisi-kondisi tertentu diantaranya yang telah disebutkan teori sebelumnya dan satu kondisi
yang ditambahkan yaitu kapabilitas/kemampuan. Faktor kapabilitas dimasukkan karena diyakini
bahwa seseorang tidak akan melakukan kecurangan jika ia tidak mampu melakukannya.

Pengembangangan terakhir teori fraud triangle dilakukan oleh Crowe Howarth pada tahun 2011
yaitu teori fraud pentagon. Kompetensi yang bermakna sama dengan kapabilitas dan arogansi
ditambahkan ke dalam kondisi yang dapat mempengaruhi terjadinya fraud. Jadi teori fraud
pentagon ini memiliki lima elemen yaitu tekanan, kesempatan, rasionalisasi, kompetensi dan
arogansi

Pengembangan hipotesis

H1: Financial Stability berpengaruh negatif terhadap Fraudulent Financial Reporting.

H2: Financial Target berpengaruh positif terhadap Fraudulent Financial Reporting.

H3: External Pressure berpengaruh positif terhadap Fraudulent Financial Reporting.

H4: Institutional Ownership berpengaruh positif terhadap Fraudulent Financial Reporting.

H5: Ineffective Monitoring berpengaruh negatif terhadap Fraudulent Financial Reporting.

2623
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

H6: Kualitas auditor eksternal berpengaruh positif terhadap Fraudulent Financial Reporting.

H7: Change In Auditor berpengaruh positif terhadap Fraudulent Financial Reporting.

H8: Change In Director berpengaruh positif terhadap Fraudulent Financial Reporting.

H9: Frequent Number Of CEO’s Picture berpengaruh positif terhadap Fraudulent Financial
Reporting.

METODE PENELITIAN

Populasi Dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan sektor industri barang konsumsi sub
sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2018. Dalam
penelitian ini, jumlah populasinya adalah 10 perusahaan. Teknik purposive sampling digunakan
untuk pengambilan sampel penelitian dengan kriteria yaitu:

Perusahaan sektor industri barang konsumsi sub sektor farmasi yang sudah go public atau
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan mempublikasikan laporan keuangan dan tahunan
yang telah diaudit dalam website perusahaan atau website BEI selama periode 2013-2018 yang
dinyatakan dalam rupiah (Rp).

Perusahaan tidak delisting selama periode 2013-2018.

Data mengenai data-data yang berkaitan dengan variabel penelitian tersedia dengan lengkap
(data secara keseluruhan tersedia pada publikasi selama periode 2013-2018).

Jumlah sampel yang sesuai berdasarkan kriteria sebanyak 8 perusahaan sub sektor farmasi yang
listing dalam Bursa Efek Indonesia.

Variabel Operasional

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah fraudulent financial reporting atau kecurangan
laporan keuangan. Tingkat resiko kecurangan dalam laporan keuangan diukur dengan Fraud
Score Model yaitu dengan cara menghitung jumlah accrual quality dan financial performance.
Modelnya sebagai berikut:

F−Scores = Accrual Quality + Financial Performance

2624
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang menyebabkan timbulnya variabel
dependen. Sebanyak sembilan variabel independen digunakan dalam penelitian ini, yaitu
financial stability, financial target, external pressure, institutional ownership, ineffective
monitoring, kualitas auditor eksternal, change in auditor, change in direction, dan frequent
number of CEO’s picture. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai variabel independen.

Tabel 3.1 Variabel Operasional

No Variabel Indikator Skala Ukur


1 Financial Stability ACHANGE (rasio perubahan aset). Rasio
(X1)
2 Financial Target ROA (pendapatan bersih dibagi total Rasio
(X2) aset).
3 External Pressure LEV (total hutang dibagi total aset). Rasio
(X3)
4 Institutional Saham yang Dimiliki Institusi Lain Rasio
Ownership dibagi Saham yang Beredar.
(X4)
5 Ineffective BDOUT (total Dewan komisaris Rasio
Monitoring independen dibagi total dewan
(X5) komisaris).
6 Kualitas Auditor Apabila menggunakan jasa audit Nominal
Eksternal KAP BIG 4, maka diberi kode 1.
(X6) Sebaliknya, jika tidak menggunakan
jasa audit KAP BIG 4, maka diberi
kode 0.
7 Change In Auditor Apabila terdapat pergantian Kantor Nominal
(X7) Akuntan Publik (KAP) selama periode
penelitian maka diberi kode 1,
sebaliknya diberi kode 0.
8 Change In Apabila ada pergantian direksi diberi Nominal
Direction kode 1 dan 0 jika tidak.
(X8)
9 Frequent Number Total foto CEO yang terpampang dalam Nominal
Of CEO’s Picture sebuah laporan tahunan.
(X9)
10 Fraudulent F-Score (accrual quality ditambah Rasio
Financial financial performance).
Reporting
(Y)

2625
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Teknik Analisis

Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan persamaan regresi, sebagai berikut:

F-Score = α0 + β1 ACHANGE + β2 ROA + β3 LEV+ β4 OSHIP + β5 BDOUT + β6 BIG + β7


CPA + ß8 DCHANGE + ß9 CEOPIC + ε

Keterangan:

FFR = Fraudulent financial reporting

α0 = Konstanta

β1,2,3, = Koefisien variabel

ACHANGE = Persentase perubahan total aset

ROA = Return on assets

LEV = Rasio leverage

OSHIP = Kepemilikan institusional

BDOUT = Pengawasan yang tidak efektif

BIG = Kualitas auditor eksternal

CPA = perubahan auditor

DCHANGE = Pergantian direksi perusahaan

CEOPIC =Jumlah foto CEO yang terpampang dalam laporan tahunan

ε = Kesalahan residual

HASIL DAN PEMBAHASAN

Banyaknya perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi sub sektor farmasi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menjadi sampel sesuai dengan kriteria sebanyak 8

2626
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

perusahaan. Periode yang digunakan dalam penelitian berurutan dari tahun 2013-2018, sehingga
jumlah sampel data dalam penelitian ini sebanyak 48 sampel.

Untuk menguji kelayakan model regresi penelitian ini digunakan uji asumsi klasik. Hasil uji
normalitas menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,079 > 0,05 yang berarti data
dalam model regresi ini terdistribusi secara normal. Uji multikolonieritas menunjukkan nilai
tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10 untuk seluruh variabel independen yang berarti variabel-
variabel tersebut bebas dari multikolonieritas. Uji heteroskedastisitas menunjukkan tidak terjadi
heteroskedastisitas karena nilai signifikansi untuk semua variabel independen > 0,05. Untuk uji
autokorelasi menunjukkan bahwa model regresi ini bebas dari autokorelasi karena berdasarkan
hasil run test nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,189 > 0,05.

Hasil uji koefisien determinasi (R2) menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0,155 yang artinya
sebanyak 15,5% variabel bebas mampu menjelaskan variabel terikat, sedangkan 84,5% variabel
terikat dijelaskan oleh variabel bebas lain di luar model regresi yang digunakan. Hasil uji F
menunjukkan bahwa variabel independen tidak mempengaruhi secara serentak dan signifikan
terhadap variabel dependen karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.

Untuk hasil pengujian hipotesis dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.1 Hasil Uji Hipotesis

Model Unstandardized t Sig.


Coefficients
B Std. Error
1 (Constant) -38,488 48,553 -,793 ,433
Financial Stability ,887 ,408 2,174 ,036
Financial Target -1,210 ,441 -2,743 ,009
External Pressure -,754 ,349 -2,161 ,037
Institutional Ownership 38,622 48,505 ,796 ,431
Ineffective Monitoring ,280 ,686 ,409 ,685
Kualitas Auditor Eksternal -,065 ,142 -,459 ,649
Pergantian Auditor -,238 ,178 -1,334 ,190
Pergantian Direksi ,101 ,102 ,989 ,329
Frequent Number Of ,023 ,032 ,707 ,484
CEO‟s Picture
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa variabel yang memiliki nilai signifikansi < 0,05 adalah
financial stability (0,036), financial target (0,009) dan external pressure (0,037) yang artinya
ketiga variabel independen tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

2627
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Pembahasan

Pengaruh financial stability dalam mendeteksi fraudulent financial reporting

Berdasarkan hasil penelitian, koefisien regresi positif sebesar 0,887 dan nilai sig sebesar 0,036
diperoleh dari variabel financial stability. Koefisien regresi mempunyai arah positif dan tingkat
sig <0,05. Artinya financial stability memiliki pengaruh positif signifikan terhadap fraudulent
financial reporting, sehingga hipotesis 1 tidak dapat diterima. Perusahaan akan melakukan apa
saja untuk meningkatkan stabilitas keuangan, salah satunya dengan memanipulasi laporan
keuangan.

Pengaruh financial target dalam mendeteksi fraudulent financial reporting

Berdasarkan hasil penelitian, nilai regresi negatif sebesar -1,210 dan nilai signifikansi sebesar
0,009. Koefisien regresi mempunyai arah negatif dan nilai signifikansi <0,05. Artinya, financial
target berpengaruh negatif signifikan terhadap fraudulent financial reporting, sehingga hipotesis
2 tidak dapat diterima. Rendahnya nilai ROA yang memproksikan financial target menunjukkan
bahwa kinerja perusahaan kurang baik dan hal inilah yang membawa pihak manajemen
melakukan kecurangan laporan keuangan

Pengaruh external pressure dalam mendeteksi fraudulent financial reporting

Berdasarkan hasil penelitian, External pressure memiliki koefisien regresi negatif sebesar -0,754
serta nilai signifikansi 0,037 (<0,05). Artinya, external pressure memiliki pengaruh negatif
signifikan terhadap fraudulent financial reporting, sehingga hipotesis 3 tidak dapat diterima.
Tingginya leverage yang memproksikan external pressure tidak membuat manajemen
melakukan fraud karena kreditor tidak lagi mempertimbangkan besaran leverage.

Pengaruh institutional ownership dalam mendeteksi fraudulent financial reporting

Setelah dilakukan uji hipotesis, didapatkan koefisien regresi senilai 38,622 dan signifikansi
sebesar 0,431 (>0,05). Artinya institutional ownership tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap fraudulent financial reporting. Sehingga hipotesis 4 tidak dapat diterima. Sebesar
apapun institusi lain memiliki saham suatu perusahaan tidak menjadikan hal tersebut menjadi
tekanan khusus karena perusahaan wajib membagikan devidennya kepada para pemegang
saham, baik individu maupun institusi.

Pengaruh ineffective monitoring dalam mendeteksi fraudulent financial reporting

2628
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Berdasarkan hasil penelitian, ineffective monitoring memiliki koefisien regresi senilai 0,280 dan
signifikansi senilai 0,685. Nilai signifikansi > 0,05 yang berarti variabel ini tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap fraudulent financial reporting, sehingga hipotesis 5 tidak dapat
diterima. Komisaris independen di dalam perusahaan tidak dapat memasikan manajemennya
bebas tindak kecurangan. Ada banyak hal yang dapa menyebabkan fraudulent financial
reporting yang luput dari pengawasan dewan komisaris.

Pengaruh kualitas auditor eksternal dalam mendeteksi fraudulent financial reporting

Setelah dilakukan uji hipotesis, didapatkan koefisien regresi dengan nilai -0,065 dan nilai
signifikansi 0,649. Koefisien regresi memiliki arah negatif dan nilai signifikansi >0,05.
Maksudnya adalah kualitas auditor eksternal tidak berpengaruh positif signifikan terhadap
fraudulent financial reporting, sehingga hipotesis 6 tidak dapat diterima. Dapat disimpulkan
bahwa baik anggota BIG 4 maupun tidak, kualitas auditor eksternal tidak memiliki pengaruh
terhadap fraudulent financial reporting.

Pengaruh change in auditor dalam mendeteksi fraudulent financial reporting

Berdasarkan hasil penelitian, change in auditor mempunyai koefisien regresi sebesar -0,238 dan
nilai signifikansi sebesar 0,190. Koefisien regresi memiliki arah negatif dan nilai signifikansi
>0,05. Artinya change in auditor tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap fraudulent
financial reporting, sehingga hipotesis 7 tidak dapat diterima. Pergantian auditor diakibatkan
karena dua alasan yaitu perusahaan tidak puas dengan kinerja auditor yang tidak transparan dan
perusahaan menaati peraturan pemerintah yang memberikan batasan waktu dalam pemberian
jasa audit oleh auditor.

Pengaruh change in direction dalam mendeteksi fraudulent financial reporting

Setelah dilakukan uji hipotesis, diperoleh nilai koefisien regresi dengan nilai 0,101 dan nilai
signifikansi sebesar 0,329 (>0,05). Artinya change in direction tidak berpengaruh positif
signifikan terhadap fraudulent financial reporting, sehingga hipotesis 8 tidak diterima.
Kesimpulannya, digantinya dewan direksi dapat terjadi karena beberapa alasan yaitu masa
jabatan direksi tersebut telah berakhir dan para pemegang saham tidak puas dengan kinerja
direksi tersebut.

Pengaruh frequent number of CEO’s picture dalam mendeteksi fraudulent financial reporting

Setelah dilakukan uji hipotesis, diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,23 dan nilai
signifikansi sebesar 0,484 (>0,05). Artinya frequent number of CEO’s picture tidak berpengaruh

2629
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

positif signifikan terhadap fraudulent financial reporting, sehingga hipotesis 9 tidak dapat
diterima. Dapat disimpulkan bahwa tujuan dipublikasikannya foto CEO dalam laporan keuangan
suatu perusahaan agar masyarakat khususnya pemegang saham mengetahui profil pemimpin
perusahaan dan bukan untuk kepentingan pribadi CEO tersebut.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan yang dijelaskan pada bagian sebelumnya, terdapat
3 variabel independen yang berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting yaitu variabel
financial stability memiliki pengaruh positif dalam pendeteksian fraudulent financial reporting,
variabel financial target dan external pressure memiliki pengaruh negatif dalam mendeteksi
fraudulent financial reporting.

Dari kesimpulan di atas, berikut ini adalah beberapa hal yang dapat peneliti sampaikan:

Bagi Perusahaan

Berdasarkan hasil penelitian di atas, diharapkan perusahaan memperketat pengendalian internal


perusahaan, mengawasi dan memberikan sanksi bagi siapa saja yang melakukan kecurangan agar
bagaimanapun kondisi keuangan perusahaan, oknum-oknum tertentu tidak akan melakukan
kecurangan laporan keuangan yang dapat merugikan dan merusak nama baik perusahaan itu
sendiri, serta menyeleksi karyawan yang benar-benar kompeten, jujur dan amanah dalam
mengemban tanggung jawabnya.

Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya menambah variabel proksi dari fraud pentagon seperti nature of
industry, organizational structure, hubungan politik, dualisme jabatan dan lain-lain serta
menggunakan objek penelitian yang lebih luas sehingga dapat menggeneralisasikan hasil
penelitian untuk seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

REFERENSI

2630
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

[1] Al Badrus, Ahmad. 2017. Model pendeteksian fraudulent financial statement menggunakan
analisis fraud pentagon. Skripsi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. Jakarta.

[2] AICPA. 1998. AICPA Proffesional Standards. NY: AICPA. New York.

[3] ACFE. 2014. Report To The Nation On Occupational Fraud And Abuse (2014 Global Fraud
Study). http://www.acfe.com/rttn/docs/2014-report-to-nations.pdf. Diakses pada 6 Mei 2019.

[4] Crowe Horwath. 2011. Article on Fraud.

[5] Herviana, Ema. 2017. Fraudulent financial reporting : pengujian teori fraud pentagon
pada badan usaha milik negara (BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2012-2016. Skripsi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah, Jakarta.

[6] Pamungkas Aji, Pungky. 2018. Analisis faktor risiko kecurangan teori fraud pentagon
dalam mendeteksi financial statement fraud (studi empiris pada perusahaan yang terdaftar dalam
Jakarta Islamic Index di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2016). Skripsi. Fakultas Ekonomi.
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

[7] Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 1 Tentang Penyajian Laporan


Keuangan.

[8] Tessa C., & Harto, P. 2016. Fraudulent financial reporting : pengujian teori fraud
pentagon pada sektor keuangan dan perbankan di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi
XIX, 1-21.

[9] Zelin, Cintia. 2018. Analisis fraud pentagon dalam mendeteksi kecurangan laporan
keuangan dengan menggunakan fraud score model. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Islam
Negeri Indonesia, Yogyakarta.

2631
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PENGADAAN


BARANG & JASA PADA PT. PGAS SOLUTION

R.A. Zulfa Ghoibiyyatun Asiyah, Fitrisuri

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bina Darma Palembang

Email: asiyah13101997@gmail.com , fitriasuri@binadarma.ac.id

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sistem pengendalian internal dalam pengadaan
barang dan jasa di PT. PGAS Solution dan mencari tahu kelemahan yang muncul dalam
pengendalian internal yang ditemukan di PT. PGAS Solution dan solusi yang dapat dilakukan
oleh perusahaan dalam mengatasi masalah dalam pengendalian internal dalam pengadaan barang
dan jasa di PT. PGAS Solution. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
wawancara dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih ada kelemahan pada
sistem pengawasan internal yang ada di PT. PGAS Solution adalah semua dokumen dicetak
berwarna putih, tidak ada perbedaan warna pada setiap dokumen yang dicetak. Selain itu, fungsi
penyimpanan dan fungsi akuntansi juga dilakukan oleh departemen pengadaan, dan tidak ada
fungsi pengawasan khusus di PT. PGAS Solution. Kesimpulan adalah bahwa perusahaan masih
perlu meningkatkan pengawasan internal untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pengadaan barang dan jasa.

Kata kunci: Pengendalian Internal, Unsur Pengendalian Internal, Pengadaan Barang dan Jasa

ABSTRACT

The research objective is to determine the internal control system in the procurement of goods
and services at PT. PGAS Solution and find out weaknesses that arise in internal control found
at PT. PGAS Solution and solutions that can be done by companies in overcoming problems in
internal control in the procurement of goods and services at PT. PGAS Solution. The method
used in this study is the method of interview and observation. The results of this study indicate
that there are still weaknesses in the existing internal control system at PT. PGAS Solution is
that all documents are printed in white, there is no color difference in each document printed. In

2632
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

addition, the storage and accounting functions are also carried out by the procurement
department, and there is no special supervisory function at PT. PGAS Solution. The conclusion
is that companies still need to increase internal supervision to improve the effectiveness and
efficiency of the procurement of goods and services.

Keywords: Internal Control, Elements of Internal Control, Procurement of Goods and Services

PENDAHULUAN

Secara sederhana, pengadaan juga dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan barang dan jasa dalam menunjang keberhasilan pencapaian tujuan bisnis/kantor. Menurut
Weele (2010), “Procurement is the acquisition of goods or services. It is favorable that the goods or
services are appropriate and that they are procured at the best possible cost to meet the needs of the
purchaser in terms of quality and quantity, time, and location”.

Agar tidak terjadinya kesalahan dalam pembelian barang/jasa yang dibutuhkan, pemborosan,
penyelewengan dana, persaingan antar pengguna barang/jasa yang tidak sehat, informasi dalam hal teknis,
administrasi, ataupun penetapan pemenang harus menerapkan sistem pengendalian internal yang baik
dan benar.

Berdasarkan pemaparan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul, “Analisis Sistem Pengendalian Internal atas Pengadaan Barang dan
Jasa pada PT. PGAS Solution”

Seperti pada uraian latar belakang diatas, terdapat rumusan masalah dalam penelitian ini
yakni :

Bagaimana sistem pengendalian internal atas pengadaan barang dan jasa secara manual pada PT. PGAS
Solution?

Apa saja kelemahan sistem pengendalian yang terdapat pada PT. PGAS Solution

Apa solusi agar sistem pengendalian internal pada PT. PGAS Solution dapat berjalan dengan efektif dan
efesien terhadap pengadaan barang dan jasa?

Disamping itu tujuan dari penelitian ini adalah :

mengetahui sistem pengendalian internal atas pengadaan barang dan jasa secara manual pada PT. PGAS
Solution.

Mengidentifikasi kelemahan-kelemahan apa saja yang ada pada pengendalian internal di PT. PGAS
Solution

2633
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Memberikan rekomenadasi solusi yang dapat dilakukan oleh perusahaan agar sistem pengendalian
internal di PT. PGAS Solution menjadi lebih efektif dan efisien.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Sistem Pengendalian Internal

Pengertian pengendalian internal menurut Mulyadi (2008) adalah suatu proses yang
dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain, yang didesain untuk
memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan antara lain
keandalan laporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku,
efektifitas dan efisiensi operasi.

2.1.1 Tujuan Sistem Pengendalian Internal

Menurut Hery (2013:160), tujuan pengendalian intern tidak lain adalah untuk memberikan
jaminan yang memadai bahwa :

1. Aset yang dimiliki oleh perusahaan telah diamankan sebagaimana mestinya dan hanya
digunakan untuk kepentingan perusahaan semata, bukan untuk kepentingan individu
(perorangan) oknum karyawan tertentu.

2. Informasi akuntansi perusahaan tersedia secara akurat dan dapat diandalkan

3. Karyawan telah mentaati hukum dan peraturan

2.1.2 Prinsip-prinsip Pengendalian Internal

Menurut Bambang Hartadi (1999 : 130) untuk dapat mencapai tujuan pengendalian akuntansi,
suatu sistem harus memenuhi enam prinsip dasar pengendalian internal yaitu:

Pemisahan fungsi

Prosedur pemberian wewenang

Prosedur dokumentasi

Prosedur dan catatan akuntansi

Pengawasan fisik

Pemeriksaan intern secara bebas

2634
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

2.1.3 Unsur-unsur Sistem Pengendalian Internal

Unsur-unsur pengendalian internal menurut Mulyadi (2016) adalah:

Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.

Pembagian tanggung jawab fungsional dalam organisasi ini didasarkan pada prinsp-prinsip
berikut:

Harus dipisahkan fungsi operasi, penyimpanan dan akuntansi.

Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk melaksanakan semua tahap suatu
transaksi.

Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap
aset, utang, pendapatan dan beban.

Praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.

Adapun cara-cara yang ditempuh oleh perusahaan dalam menciptakan praktek yang sehat adalah
:

Penggunaan formulir bernomor urut cetak.

Pemeriksaan mendadak.

Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu orang atau satu unit
organisasi.

Perputaran jabatan.

Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak.

Secara periodik dilakukan pencocokkan fisik aset dengan catatannya.

Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektivitas unsur-unsur sistem
pengendalian internal yang lain.

Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.

Untuk mendapatkan karyawan yang kompeten dan dapat dipercaya adalah sebagai berikut :

2635
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh pekerjaannya.

Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan, sesuai dengan


tuntutan perkembagan pekerjaannya.

2.2 Pengertian Sistem Pengadaan Barang/Jasa

Pengadaan barang menurut Christoper & Schooner (2007) mengatakan pengadaan adalah kegiatan untuk
mendapatkan barang atau jasa secara transparan, efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan penggunanya

2.2.1 Komponen Dalam Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah

Ada empat komponen yang menjadi intisari dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa
Pemerintah (PBJP), keempat komponen tersebut berkaitan erat dan sesuai dengan yang
tercantum dalam Pasal 1 Perpers No. 4 tahun 2015, yaitu meliputi :

a. Pengadaan Barang

b. Pengadaan pekerjaan konstruksi

c. Pengadaan jasa konsultansi

d. Pengadaan jasa lainnya

2.2.2 Peraturan Pemerintah Mengenai Pengadaan Barang dan Jasa

Beberapa peraturan yang mendasari pelaksanaan pengadaan barang dan jasa sebagai berikut:

Undang-undang Nomor 18 Tahun 2010 (tentang jasa konstruksi) dan Peraturan Pemerintah 29
Tahun 2010 (tentang penyelenggaraan jasa konstruksi) merupakan peraturan jasa konstruksi
yang mendasari pengadaan barang dan jasa.

Peraturan presiden nomor 70 tahun 2012 merupakan penyempuraan dari peraturan presiden
nomor 54 tahun 2010 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah.

2.2.3 Prinsip-prinsip Pengadaan Barang/Jasa

Prinsip-prinsip dalam pengadaan barang/jasa menurut Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 adalah
sebagai berikut ini:

Efisien

2636
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Efektif

Transparan

Terbuka

Bersaing

Adil dan tidak diskriminatif

Akuntabel

Unsur-unsur Pengadaan Barang dan Jasa

Berikut merupakan unsur-unsur pelaksana kegiatan pengadaan barang dan jasa yaitu:

PPTK dan PPK

PPTK

Menurut PP Nomor 58 Tahun 2005 Pejabat Pelakasana Teknis Kegiatan (PPTK) Pasal 12:

Angka (1) Pejabat Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran dalam melaksanakan
program dan kegiatan dapat menunjuk Pejabat Pada unit kerja SKPD selaku PPTK”

Angka (2)Tugas PPTK : a. Mengendalikan Pelaksanaan Kegiatan b. Melaporkan perkembangan


pelaksanaan kegiatan dan c. Menyiapkan dokumen anggaran atas beban Pengeluaran
pelaksanaan kegiatan.

PPK

Menurut PP Nomor 54 Tahun 2010 Pejabat Pembuat Komitmen Pasal 11:

(1) PPK memiliki tugas pokok dan kewenangan sebagai berikut:

a. Menetapkan rencana pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang meliputi ( spesifikasi teknis


Barang/Jasa, Harga Perkiraan Sendiri (HPS), dan rancangan Kontrak).

b. Menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;

c. Menandatangani Kontrak;

d. Melaksanakan Kontrak dengan Penyedia Barang/Jasa;

2637
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

e. Mengendalikan pelaksanaan Kontrak;

f. Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian Pengadaan Barang/Jasa kepada PA/KPA;

g. Menyerahkan hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa kepada PA/KPA dengan Berita Acara
Penyerahan;

h. Melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran dan hambatan pelaksanaan


pekerjaan kepada PA/KPA setiap triwulan;

i. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.

Unit Kerja Pengelola Kegiatan

Dasar dari pengelolaan jasa kontruksi yaitu :

1. UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi

2. PP No. 29 tahun 2000 tentang penyelenggaraan Jasa Konstruksi

3. PP No. 54 tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/jasa Pemerintah

4. Permen PU

Peraturan perundang-undangan jasa konstruksi ini memang mempunyai hubungan dengan


peraturan-peraturan perbendaharaan dan Admistrasi Pemerintahan, sehingga peraturan diatas
yang isinya mengatur tentang beberapa bidang seperti yang tercantum dalam UU No. 18 Tahun
1999 Pasal 6 berbunyi “Bidang usaha jasa konstruksi mencakup pekerjaan arsitektural dan/atau
sipil dan/atau mekanikal dan/atau elektrikal dan/atau tata lingkungan, masing-masing beserta
kelengkapannya”.

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif
deskriptif. Menurut Arikunto (2016) walaupun berjenis penelitian deskripsi namun studi ini tidak
hanya mendeskripsikan data kualitatif yang diperoleh, lebih dari itu data diinterpretasikan agar
menjadi wacana dan konklusi dalam berpikir logis, praktis dan teoritis

3.1.1 Lokasi Penelitian

2638
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Penelitian ini dilakukan di PT. PGAS Solution yang beralamat di Jalan Merdeka No. 10
Kelurahan 26 ilir Kecamatan Bukit Kecil Palembang.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Menurut Sugiyono (2013) informasi atau data dapat dibedakan berdasarkan sumbernya,
yaitu: data primer dan data sekunder. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa
data kualitatif. Penelitian ini juga menggunakan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari
sumber lain yang sudah dipublikasikan berupa laporan tahunan.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2013:145) Observasi adalah suatu proses yang
kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis.

b. Wawancara

Wawancara (interview) adalah tanya-jawab atau pertemuan dengan seseorang untuk suatu
pembicaraan. Menurut Supardi (2005 : 121) metode wawancara berarti proses memperoleh fakta
atau data dengan melakukan komunikasi langsung (tanya jawab secara lisan) dengan responden
penelitian, baik secara temu wicara atau menggunakan teknologi komunikasi (jarak jauh). Dalam
wawancara ini ada dua belah pihak yang berinteraksi yaitu yang bertanya disebut dengan
interviewer (pewawancara) dan interviewee (yang diwawancarai atau dalam penelitian disebut
dengan responden)

c. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2013 : 240) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

3.5 Teknik Analisis Data

Menurut Sanusi (2011:155) teknik analisis data adalah mendeskripsikan teknis analisis
apa yang akan digunakan untuk menganalisis data yang dikumpulkan, termasuk pengujinya.
Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif.

Proses analisis data kualitatif dilakukan dengan tahap sebagai berikut:

2639
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Reduksi Data

Merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, mengabstrakkan, dan


transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.

Penyajian Data

Penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang disesuaikan dan diklarifikasi untuk
mempermudah peneliti dan menguasai data dan tidak terbenam dalam setumpuk data.

Verifikasi (Menarik Kesimpulan)

Kesimpulan selama penelitian berlangsung makna-makna yang muncul dari data yang diuji
kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya sehingga diperoleh kesimpulan yang jelas kebenaran
dan kegunaannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sistem Pengadaan Barang dan Jasa pada PT. PGAS Solution Palembang

Berikut merupakan porsi pekerjaan yang dikerjakan sendiri oleh pengguna barang/jasa:

Metode Penunjukkan Langsung

Metode ini dilakukan dengan cara menunjuk satu penyedia barang/jasa yang terdaftar dalam
daftar penyedia barang/jasa perusahaan dan memenuhi kualifikasi administrasi untuk
melaksanakan pengadaan barang/jasa setelah dilakukan klarifikasi teknis dan negosiasi harga
sehingga diperoleh kewajaran harga serta dapat dipertanggungjawabkan selama tetap berada
dibawah anggaran yang ditetapkan oleh Project Sponsor dalam Project Charter yang dapat
dilakukan melalui Beauty Contest.

Metode Pembelian Langsung

Metode ini pada prinsipnya adalah melakukan pembelian terhadap barang/jasa yang terdapat
dipasar, dengan demikian nilainya berdasarkan harga pasar.

Kondisi yang memungkinkan dengan metode ini adalah pengadaan barang sampai dengan Rp
50.000.000,- belum termasuk PPN dan pengadaan jasa sampai dengan Rp 250.000.000,- belum
termasuk PPN dengan tetap mempertimbangkan kewajaran harga dan mendapatkan pelayanan
terbaik.

2640
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Metode ini dapat dilakukan oleh satuan kerja tanpa melalui fungsi pengadaan sepanjang
mendapat persetujuan atasan langsung.

Porsi Pekerjaan yang Dikerjakan Sendiri

Pekerjaan barang/jasa yang dikerjakan sendiri harus tetap memperhatikan syarat teknis,
spesifikasi, kualifikasi, aspek HSEE elama pelaksanaannya dengan batasan nilai untuk setiap
pertanggungjawaban sebesar Rp50.000.000,-

4.2 Penerapan Sistem Pengendalian Internal atas Peng adaan Barang dan Jasa pada PT.
PGAS Solution Palembang

Agar proses pengadaan berjalan efektif dan efisien serta dapat mencapai tujuan yang
diinginkan oleh perusahaan, diperlukan beberapa unsure untuk mendukung pengelolaan tersebut.
Menurut Mulyadi (2016) unsur-unsur sistem pengendalian internal adalah sebagai berikut:

Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.

PT. PGAS Solution telah membagi tanggung jawab fungsional kepada beberapa unit organisasi
dengan wewenang yang telah ditentukan.

Pembagian tanggung jawaab fungsional dalam organisasi ini didasarkan pada prinsp-prinsip
berikut:

Harus dipisahkan fungsi operasi, penyimpanan dan akuntansi.

Dalam hal ini, fungsi operasi dilakukan oleh fungsi pengadaan sebagai pelaksana kegiatan ,
selain itu fungsi pengadaan juga bertugas untuk menyimpan data-data pengadaan serta
melakukan pencatatan tentang akuntansi atas suatu kegiatan operasi. Tentu saja hal ini dapat
membuka peluang terjadinya kesalahaan dalam proses operasi.

Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk melaksanakan semua tahap suatu
transaksi.

Proses pengadaan barang dan jasa pada PT. PGAS Solution sudah membagi fungsinya masing-
masing tetapi masih terdapat penggandaan tugas dan tanggung jawab.

2641
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap
aset, utang, pendapatan dan beban.

Pada PT. PGAS Solution telah menerapkan sistem wewenang dan prosedur pencatatan
sebagaimana mestinya. Setiap formulir yang diterbitkan harus diketahuin oleh pejabat terkait
untuk disetujui (diotorisasi)

Praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.

Adapun cara-cara yang ditempuh oleh perusahaan dalam menciptakan praktek yang sehat adalah:

Penggunaan formulir bernomor urut cetak.

PT. PGAS Solution telah menerapkan formulir dengan nomor urut cetak. Formulir yang
pemakaiannya menggunakan nomor urut cetak akan dapat menetapkan pertanggungjawaban
transaksinya.

Pemeriksaan mendadak.

Pada kesempatan kali ini yang melakukan pemeriksaan mendadak terkait proses operasi adalah
dari bagian kantor pusat. Hal ini akan mendorong karyawan melaksanakan tugasnya sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan.

Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu orang atau satu unit
organisasi.

PT. PGAS Solution sudah membagi fungsinya masing-masing tetapi masih terdapat
penggandaan tugas dan tanggung jawab. Dalam hal ini, fungsi operasi dilakukan oleh fungsi
pengadaan sebagai pelaksana kegiatan , selain itu fungsi pengadaan juga bertugas untuk
menyimpan data-data pengadaan serta melakukan pencatatan tentang akuntansi atas suatu
kegiatan operasi. Tentu saja hal ini dapat membuka peluang terjadinya kesalahaan dalam proses
operasi.

Perputaran jabatan.

Hal ini dilakukan secara rutin agar dapat menjaga independensi pejabat dalam melaksanakan
tugasnya, sehingga persekongkolan diantara mereka dapat dihindari. PT PGAS Solution belum
menerapkan proses perputaran jabatan, hal ini dilakukan karena dikhawatirkan adanya ketidak
cocokan antara kemampan dengan jabatan yang baru diputarkan.

2642
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak.

PT PGAS Solution telah memberikan 12 hari cuti selama periode satu tahun kepada masing-
masing karyawannya yang boleh diambil kapan saja selagi masih dalam periode tahun tersebut.

Secara periodik dilakukan pencocokkan fisik aset dengan catatannya.

Hal ini dilakukan untuk menjaga aset organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan catatan
akuntansi. Pada proses ini lebih sering diterapkan pada pengadaan barang. Apabila barang
tersebut berada digudang, maka fungsi gudang dari kantor pusat akan melakukan pengecekkan
secara berkala setiap enam bulan sekali. Jika barang tersebut merupakan inventaris kantor, maka
fungsi pengadaan merangkap menjadi fungsi pengawasan. Tentu hal ini tidak sesuai dengan
praktek yang sehat.

Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektivitas unsur-unsur sistem
pengendalian internal yang lain.

Agar efektif menjalankan tugasnya, satuan pengawas internal ini harus tidak melaksanakan
fungsi operasi, fungsi penyimpanan dan fungsi akuntansi, serta harus bertanggung jawab
langsung kepada direktur utama.

Pada PT. PGAS Solution belum ada fungsi pengawasan internal sehingga bagian tugas
pengawasan dilakukan oleh fungsi pengadaan yang termasuk dalam fungsi operasi.

Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.

Untuk mendapatkan karyawan yang kompeten dan dapat dipercaya adalah sebagai berikut:

Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh pekerjaannya.

PT. PGAS Solution telah melakukan analisa terhadap calon karyawan terlebih dahulu sebelum
menempatkannya pada posisi yang tersedia berdasarkan kemampuan dan syarat-syarat yang telah
ditentukan.

Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan, sesuai dengan


tuntutan perkembagan pekerjaannya.

2643
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Karyawan di PT. PGAS Solution tidak dikekang dalam bidang pendidikan. Perusahaan
memperbolehkan karyawan untuk menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi selagi ia
mampu bekerja dengan baik dan menjaga kinerjanya.

5. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan di PT. PGAS Solution Palembang penulis dapat
menyimpulkan bahwa:

Sistem Pengendalian Internal pada PT. PGAS Solution Palembang secara keseluruhan sudah
baik karena sudah ada pemisahan fungsi dan tanggung jawab. Sehingga unit organisasi dapat
menjalankan tugasnya. Akan tetapi masih terdapat kelemahan pada fungsi pengadaan yang
merangkap menjadi fungsi pengawasan dan pencatatan.

Dilihat dari sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang
cukup terhadap aset, utang, pendapatan dan beban, PT. PGAS Solution telah menerapkan sistem
wewenang dan prosedur pencatatan sebagaimana mestinya. Setiap formulir yang diterbitkan
harus diketahui oleh pejabat terkait untuk disetujui.

Untuk praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi, PT.
PGAS Solution telah menggunakan formulir bernomor urut cetak, telah dilakukan sidak, telah
memberikan hak cuti kepada karyawan, telah dilakukan pencocokkan fisik, tetapi belum terdapat
fungsi pengawasan.

Perusahaan telah melakukan analisa terhadap calon karyawan terlebih dahulu sebelum
menempatkannya pada posisi yang tersedia berdasarkan kemampuan dan syarat-syarat yang telah
ditentukan sehingga dapat menyeleksi karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung
jawabnya. Selain itu, karyawan di PT. PGAS Solution tidak dikekang dalam bidang pendidikan.
Perusahaan memperbolehkan karyawan untuk menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi selagi ia mampu bekerja dengan baik dan menjaga kinerjanya.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Sanusi. 2011. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta : Salemba Empat

Arikunto S. 2016.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta

Christoper & Schooner. 2007. Incrementalism Eroding the Impediment to

2644
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

a Global Public Procurement Market. Journalof International Law.

Hartadi, Bambang. 1999. Sistem Pengendalian dalam Hubungan dengan

Manajemen dan Audit Edisi ketiga. Yogyakarta : BPFE

Hery. 2013. Auditing (Pemeriksaan Akuntansi I Cetakan Pertama. Jakarta: CAPS

Mulyadi. 2016. Sistem Akuntansi. Jakarta : Salemba Empat

Sugiyono. 2013 Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :

Alfabeta

Weele, AV. 2010. Purchasing and Supply Chain Management. London: Cengage

Learning EMEA

Republik Indonesia. 2015. Peraturan Presiden No. 4 Perubahan Keempat atas

Peraturan Presiden No. 54 tentang Pengadaan Barang / Jasa

Pemerintah. Jakarta. Sekretariat Negara

Republik Indonesia, 2005 . Peraturan Pemerintah No. 58 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah

Republik Indonesia. 2010. Peraturan Presiden No. 54 tentang Pengadaan Barang/

Jasa Pemerintah

2645
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

PENGARUH PENGAWASAN FUNGSIONAL DAN LEGISLATIF


TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA
SUMATERA SELATAN

RAFIKA MAHARANI

VERAWATYY

Akuntansi,Universitas Bina Darma

Email: rafika220596@gmail.com

Akuntansi,Universitas Binadarma

Email:verawaty_mahyudi@yahoo.com

Abstract

Pfofesi head education of regional head, legislative size, size of local government, level
of regional wealth, level of dependency with the center on the performance of local government.
This study uses a purposive sampling method that produces 17 samples of district /city local
governments in South Sumatra in 2014-2015 with multiple regression analysis tools for data
analysis. The results showed that the background of the regional head's profession and the size
of the area had a positive effect on the performance of local government. While educational
background, legislative size, level of regional wealth, level of dependency with the center do not
affect the performance of local governments.

Keywords : Educational background: professional background of regional head, legislative size,


size of local government, regional wealth, dependence on the center.

Abstrak

Pfofesi kepala pendidikan kepala daerah, ukuran legislatif, ukuran pemerintah daerah, tingkat
kekayaan derah, tingkat ketergantungan dengan pusat terhadap kinerja pemerintah daerah. Penelitian
ini menggunakan metode purposive sampling yang menghasilakan 17 sampel pemerintah daerah
kabupaten/kota di Sumatera Selatan tahun 2014-2015 dengan alat analisis regresi berganda untuk
analisis data. Hasil penelitian menunjukan latar belakang pfofesi kepala daerah dan ukuran daerah
berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah daerah. Sedangkan latar belakang pendidikan,

2646
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

ukuran legislatif, tingkat kekayaan daerah, tingkat ketergantungan dengan pusat tidak berpengaruh
terhadap kinerja pemerintah daerah.

Kata Kunci : Latar belakang pendidikan latar belakang profesi kepala daerah, ukuran legislatif,
ukuran pemerintah daerah, kekayaa daerah, ketergantungan dengan pusat.

PENDAHULUAN

Krisis ekonomi 1997 sampai 1998 menyebabkan mekanisme penyelenggara pada pemerintahan di
Indonesia mengalami perubahan. Perubahannya adalah dilaksanakan otonomi daerah sebagai amanah
dari UU No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, diperbaharui dengan dikeluarkannya UU No
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan dirubah lagi dengan UU No 32 tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah. Pemerintahan mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah menyatakan bahwa efesiensi dan
efektivitas penyelenggaraan pemerintah daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-
aspek hubungan antar susunan pemerintahan dan antar pemerintah daerah, potensi dan keanekaragaman
daerah, peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintah
negara. Sebagai implikasinya, peran pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pemerintahanya yang
lebih baik terhadap terciptanya tata kelola pemerintah daerah.. Lahirnya otonomi merupakan perwujudan
dari pergeseran sistem pemerintah, yakni sistem sentralisasi menuju sistem yaitu destralisasi.

Dengan semakin besarnya peran pemerintah daerah,dibutuhkan adanyasistem pemantauan, evaluasi, dan
pengukuran kinerja yang sistematis untuk mengukur pencapaian penyelenggaraan pemerintah daerah.
Evaluasi perlu dilakukan karena pengukuran kinerja merupakan komponen yang penting dan akan
memberikan umpan balik atas rencana ya ng telah diimplementasikan (Chow dkk., 1998). Selain itu,
menurut Mardiasmo (2002) dalam Saragih dan Styaningrum (2015) pengukuran kinerja bagi sektor
publik berfungsi untuk: satu, membantu memperbaiki kinerja pemerintah agar dapat berfokus pada tujuan
dan sasaran program unit kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas kepada
masyarakat; dua, untuk pengalokasian sumber daya; tiga, untuk mewujudkan tanggung jawab publik.

Bentuk dari evaluasi penyelenggaraan pemerintah daerah yaitu Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah dalam Permendagri No 73 dan 74 Thn 2009. EKPPD menggunakan Laporan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah sebagai sumber informasi utama. Metode EKPPD dilakukan dgn
nilai total Indeks Komposit Kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah. Total indeks komposit kinerja
penyelenggaraan pemerintahan daerah merupakan penjumlahan hasil penilaian yang meliputi indeks
capaian kinerja dengan bobot 95% dan indeks kesesuaian materi dengan bobot 5%. Indeks capaian kinerja

2647
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

diukur dengan menilai IKK (Indikator Kinerja Kunci) pada aspek tatacara pengambilan kebijakan dan
pelaksanaan sedangkan penilaian variabel indeks kesesuaian materi yang disajikan dalam LPPD dengan
materi yang seharusnya disajikan sesuai PP No. 3 tahun 2007, yang meliputi materi: urusan desentralisasi
(urusan wajib dan urusan pilihan), tugas pembantuan, tugas umum pemerintahan, dan kelengkapan
laporan (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan gambaran umum daerah)

Penyelenggaraan pemerintah daerah perlu diawasi agar penyelenggaranya tidak menyimpang dari
perencanaan dan tujuan yang telah dirumuskan di awal. Menurut PP NO. 20 tahun 2001, pengawasan atas
penyelenggaraan pemerintah daerah adalah proses kegiatan yang bertujuan untuk menjamin agar
pemerintahan daerah berjalan sesuai rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dengan melihat penekanan pada EKPPD yaitu pada aspek pengambilan dan pelaksanaan kebijakan,
unsur-unsur penyelenggara pemerintah daerah yaitu pemerintah daerah dan DPRD memegang peranan
penting terlebih karena unsur-unsur ini melakukan fungsi pengawasan yaitu pengawasan fungsional dan
pengawasan legislatif. Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh kepala daerah atas
kegiatan pemerintahan daerahnya sedangkan pengawasan legislatif adalah pengawasan yang dilakukan
oleh DPRD terhadap pemerintah daerah sesuai tugas, wewenang dan haknya (PP No. 20 tahun 2001 dan
Kepri No. 74 tahun 2001). Berikut disajikan pada tabel 1.1 Laporan Realisasi Anggaran Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2016-2017:

Tabel 1.1

Laporan Realisasi Anggaran Provinsi Sumatera Selatan

Tahun 2014-2015

Tahun 2014 2015


Anggaran Pendapatan 6.482.962.573.064,65 8.883.873.903.633,09
Realisasi Pendapatan 6.252.136.312.520,51 5.990.424.062.511,95
Anggaran Belanja 6.048.607.430.664,52 5.609.583.728.080,00
Realisasi Belanja 4.099.512.313.845,57 4.497.889.160.889,22
Sumber: BPKAD Provinsi Sumatera Selatan (2018)

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa realisasi pendapatan tahun 20114lebih besar dari pada tahun
2015, dan realisasi belanja tahun 2014 lebih kecil dari pada tahun 2015. Hal ini menunjukkan bahwa
pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Selatan mengalami penurunan. Pada tabel diatas
tersebut juga menunjukkan bahwa realisasi pendapatan dan belanja Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera
Selatan tidak sesuai dengan anggaran yang telah direncanakan sebelumnya, dimana kinerja Pemerintah
Daerah Provinsi Sumatera Selatan perlu diperbaiki lagi. Hal ini diperlukan strategi untuk meningkatkan
kinerja pemerintah daerah yaitu dalam proses perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengawasan, dan
pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah.

2648
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Berdasarkan laporan hasil evaluasi pemeringkatan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah provinsi,
kabupaten, dan kota berdasarkan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) tahun 2014
tingkat nasional menyatakan bahwa Provinsi Sumatera Selatan berada diperingkat ke-9 dan pada tahun
2015 Provinsi Sumatera Selatan berada diperingkat ke-15. Hal ini menunjukan bahwa dari tahun 2014 ke
tahun 2015 peringkat kinerja penyelenggaraan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Selatan megalami
penurunan. Hal ini apabila terjadi pada suatu daerah masuk dalam kelompok berprestasi rendah selama
tiga tahun berturut-turut, maka berdampak fatal bagi pemerintah daerah karena akan berkurangnya
kesejahteraan rakyat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.

Dalam memberikan pelayanan dasar kepada masyarakat, masalah pengelolaan keuangan daerah
merupakan unsur yang tidak terpisahkan dalam penyusunan LPPD suatu pemerintah daerah sehingga
perlu dilakukan pengawasan. Pengawasan yang dilakukan yaitu pengawasan fungsional dan pengawasan
legislatif. Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh kepala daerah atas kegiatan
pemerintahan daerahnya sedangkan pengawasan legislatif adalah pengawasan yang dilakukan oleh DPRD
terhadap pemerintah daerah sesuai tugas, wewenang dan haknya. Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang
akan dibahas yaitu profesi kepala daerah, pendidikan kepala daerah, kompetisi politik, ukuran legislatif,
tingkat kekayaan daerah, belanja daerah dan tingkat ketergantungan dengan pusat.

Unsur-unsur penyelenggara ini dipilih langsung oleh rakyat. Pemilihan pertama kali oleh rakyat dilakukan
pada Juni 2005 untuk memilih kepala daerah. Sebelumnya, sejak otonomi daerah dilaksanakan pada tahun
1999, pemilihan kepala daerah dilakukan oleh DPRD. Pemilihan langsung untuk memilih anggota
legislatif pertama kali dilakukan pada tahun 2004.

Untuk menjadi kepala daerah tidak ada syarat atau ketentuan khusus mengenai latar belakang profesi
maupun pendidikan tinggi calon kepala daerah yang disyaratkan oleh UU No 32 Tahun 2004. Pasal 58
UU No 32 Tahun 2004. Walaupun tidak diatur dalam undang-undang, faktor latar belakang kepala daerah
menjadi penting karena telah terbukti berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah. Studi dan
penelitian terkait latar belakang kepala daerah telah berkembang beberapa tahun terakhir.

Beberapa penelitian dilakukan oleh Mahmudi (2010) dan Wicaksono (2012). Mahmudi (2010) meneliti
mengenai hubungan antara latar belakang kepala daerah (entrepreneur atau nonentrepreneur) dengan
kinerja pemerintah daerah dan menemukan bahwa daerah yang dipimpin oleh kepala daerah menjelaskan
bahwa teknik manajemen yang dipraktekkan di sektor bisnis dapat mendukung pelaksanaan reformasi
pengelolaan/penyelenggaraan pemerintah daerah di Indonesia dengan konsep sektor publik (pemerintah
daerah) kewirausahaan (concept of public sector (local government) entrepreneurship). Dengan membuka
kesempatan bagi pengusaha untuk terlibat di pemerintahan, diyakini hal ini akan memberikan dampak
positif dalam mengubah tipe manajemen dan meningkatkan kinerja pemerintah daerah.

2649
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Sementara itu, Wicaksono (2012) membahas pengaruh latar belakang pendidikan kepala daerah terhadap
opini dan temuan audit. Hasil statistik menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan kepala daerah
berhubungan positif dengan opini audit dan berhubungan negatif dengan temuan audit.

Dengan mekanisme pemilihan langsung oleh rakyat, persyaratan menjadi kepala daerah yang cukup
mudah (Pasal 58 Undang-Undang No. 32 tahun 2004 mensyaratkan calon kepala daerah dan wakil kepala
daerah berpendidikan sekurang-kurangnya sekolah lanjutan tingkat atas dan/atau sederajat), kesempatan
untuk menjabat selama dua periode, dan dengan diperbolehkannya pencalonan diri secara independen
(tanpa partai politik pengusung) akan semakin meningkatkan persaingan di antara politisi untuk menjabat
sebagai kepala daerah. Aset daerah yang cukup besar juga menjadi pemicu meningkatnya kompetisi
politik (Baber, 1983) karena aset yang besar menandakan jumlah transfer kekayaan yang dikelola oleh
perangkat pemerintahan daerah juga besar. Persaingan politik yang tinggi ini memiliki pengaruh terhadap
kinerja para politisi. Hal ini disebabkan kompetisi politik menimbulkan konstrain yang lebih berat bagi
para incumbent dalam setiap pengambilan keputusan/kebijakan (Besley dkk., 2005). Sebelumnya,
penelitian oleh Lake dan Baum (2001) dalam Saraig dan Setyaningrum (2015) menyebutkan ketika
kompetisi politik rendah, pemerintah akan cenderung monopolis, memberikan pelayanan publik yang
lebih sedikit, dan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Sebaliknya, jika kompetisi politik tinggi,
perilaku oportunistik para politisi tersebut akan berkurang. Penelitian nanda

Selain pengawasan fungsional oleh kepala daerah, pengawasan legislatif sebagai bentuk mekanisme
internal juga memegang peranan penting dalam peningkatan kinerja pemerintah daerah. Mekanisme
internal ini dilakukan melalui lembaga internal yang melakukan pengawasan dan pemantauan atas setiap
keputusan dan kebijakan yang diambil kepala daerah. Lembaga internal yang melakukan fungsi ini adalah
DPRD. DPRD sebagai salah satu unsur penyelenggara pemerintah daerah berperan sebagai mitra kerja
kepala daerah dan melakukan fungsi penganggaran, pengawasan, dan legislasi (Undang-Undang No. 32
tahun 2004). Ketentuan ini menyiratkan bahwa DPRD merupakan representasi rakyat dalam melakukan
fungsi monitoring terhadap pengambilan keputusan formal oleh pemerintah daerah. Implikasinya, DPRD
dituntut untuk melaksanakan fungsi pengawasan dengan baik terhadap setiap kebijakan yang
dilaksanakan oleh kepala daerah. Salah satu indikator efektivitas pengawasan ini adalah ukuran legislatif.
Kusumawardani (2012) menemukan bahwa ukuran legislatif yang diukur dengan jumlah anggota DPRD
berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan daerah. Semakin banyak anggota legislatif maka akan
semakin ringan dan mudah dalam melaksanakan fungsi.

Namun berbeda dengan hasil penelitian Sudarsana (2013) di Indonesia, Nugroho (2014) di Provinsi Jawa
Tengah, dan Nanda (2017) di Pulau Sumatera bahwa ukuran daerah tidak mempengaruhi kinerja
pemerintah daerah. Dengan demikian, semakin besar ukuran daerah yang ditandai dengan besarnya
jumlah aset pemerintah daerah, maka diharapkan akan semakin tinggi kinerja pemerintah daerah tersebut.

Berdasarkan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Berdasarkan Undang-Undang No. 33 Tahun
2004, salah satu sumber pendapatan daerah adalah PAD yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil

2650
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah.
Penelitian tentang PAD pernah dilakukan oleh Indriani dan Sastradipraja (2014) di Cirebon yang
mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh positif antara PAD dengan kinerja keuangan daerah. Penelitian
Armaja dkk (2015) di Aceh dan Nanda (2017) di Indonesia menyatakan bahwa tingkat kekayaan daerah
memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah. Dengan demikian, bahwa semakin
besar total PAD maka akan mendorong investasi yang juga mendorong peningkatan perbaikan
infrastruktur daerah.

Tingkat ketergantungan pemerintah daerah provinsi terhadap pemerintah pusat juga berbeda-beda yang
diwujudkan dalam bentuk penerimaan Dana Alokasi Umum (Mustikarini dan Fitriasari, 2012). Menurut
UU No 33 Thn 2004, Dana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber dari APBN dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. DAU diukur dengan mengakumulasikan jumlah Celah Fiskal (CF) dan
Alokasi Dasar. DAU digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan sehingga dapat
terlaksana pelayanan kepada masyarakat. Pemerintah akan memantau pelaksanaan dari alokasi DAU
sehingga hal ini memotivasi pemerintah daerah untuk berkinerja lebih baik (Mustikarini dan Fitriasari,
2012). Hal ini didukung penelitian yang dilakukan Mustikarini dan Fitriasari (2012) di Indonesia dan
Nanda (2017) di Pulau Sumatera yang mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh positif terhadap kinerja
pemerintah daerah. Namun berbeda hasil penelitian Sudarsana (2013) di Indonesia, bahwa tidak
mempengaruhi terhadap kinerja pemerintah daerah. Dengan demikian, semakin tinggi DAU dari
pemerintah pusat maka diharapkan semakin baik pelayanan pemerintah pusat kepada masyarakatnya
sehingga kinerja pemerintah daerah juga semakin meningkat.

Penelitian mengacu pada Setyaningrum (2015) menggunakan variabel kepala derah, kesempatan
mengikuti pilkada selanjutnya, kompetisi politik, ukuran legislatif. Berdasarkan beberapa penjelasan
diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “PENGARUH PENGAWASAN
FUNGSIONAL DAN LEGISLATIF TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN/KOTA SUMATERA SELATAN”.

KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS (JIKA ADA)

Teori Agensi (Agency Theory)

Teori utama yang mendasari penelitian mengenai pengaruh pengawasan fungsional dan legislatif terhadap
kinerja pemerintah daerah dijelaskan melalui perspektif teori agensi . Menurut Jensen dan Meckling
(1976) dalam Nugroho (2014) mendefinisikan hubungan agensi sebagai sebuah kontrak dimana satu atau
lebih (principal) menyewa orang lain untuk melakukan beberapa jasa untuk kepentingan mereka dengan
mendelegasikan beberapa wewenang pembuatan keputusan kepada agen.

2651
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Menurut Broadbent dkk (1996) dalam Achmad (2017) berhubung antara prinsipal dan agen juga biasa
diterapkan dalam organisasi sektor publik . Pemerintah dlm menjalankan kegiatan seharusnya tidak
menyimpang dari peraturan yang ada dan mencegah terjadinya konflik kepentingan .

Masyarakat sebagai prinsipal mempunyai hak untuk menilai dan mengevaluasi kinerja keuangan
pemerintah daerah agar mampu memberikan pelayanan dan kesejahteraan bagi masyarakat tersebut .
Masyarakat merasa tidak puas dengan hasil kinerja yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan
masyarakat sering kali kecewa dengan pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah daerah
(Achmad, 2017) .

Hal ini dapat terlihat sebagian besar kabupaten atau kota di Indonesia memiliki belanja pegawai di atas
50% melebihi belanja untuk pelayanan publik (Achmad, 2017). Oleh karena itu, pelaporan pekerjaan dari
pemerintah daerah selaku agen menjadi sebuah hal yang penting .

Menurut Achamd (2017), agen harus mempertanggung jawabkan wewenang yang telah diberikan oleh
masyarakat (prinsipal). Pemerintah daerah juga mempunyai kewajiban untuk melaporkan kinerjanya
melalui laporan keuangan setiap periodenya .

Kinerja Pemerintah Daerah

Dalam konteks Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada pemerintah sebagai salah satu alat
pertanggungjawaban kinerja pemerintah daerah untuk menjalankan urusan pemerintahan berdasarkan asas
otonomi. Lebih lanjut, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 73 Tahun 2009 yang dilakukan
pemerintah terhadap pemerintah daerah berupa Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah .
EKPPD dilakukan dengan kinerja tingkat pengambilan keputusan, yaitu kepala daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, dan tingkat pelaksanaan kebijakan daerah, yaitu Satuan Kerja Perangkat
Daerah . Sumber informasi utama EKPPD adalah Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang
disampaikan kepala daerah kepada pemerintah. Selain itu apabila dipandang perlu, evaluasi dapat juga
menggunakan sumber informasi tambahan dari laporan lain baik yang berasal dari sistem informasi
pemerintah, laporan pemerintahan daerah atas permintaan pemerintah, tanggapan atas Laporan
Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah maupun laporan dari masyarakat. EKPPD dilaksanakan
dengan mengintegrasikan pengukuran kinerja yang dilaksanakan oleh tim nasional Evaluasi
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

Di dalam Psl 5 Menteri Dalam Negeri Nomor 73 Tahun 2009 menyebutkan IKK merupakan satu
kesatuan dalam sistem pengukuran kinerja mulai dari masing-masing SKPD, pemerintahan daerah, antar
satu daerah dengan daerah lainnya dalam tingkat wilayah provinsi maupun pada tingkat nasional.

2652
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Berdasarkan peringkat kinerja, pemerintah menetapkan tiga besar penyelenggaraan pemerintahan provinsi
yang berprestasi paling tinggi dan tiga besar penyelenggara pemerintahan provinsi yang berprestasi paling
rendah . Evaluasi kinerja pelaksanaan otonomi daerah menggunakan aspek kesejahteraan masyarakat,
pelayanan umum, dan daya saing daerah . Hasil evaluasi tersebut, yang kemudian akan disampaikan
kepada presiden melalui menteri dalam negeri untuk bahan pertimbangan kebijakan penghapusan dan
penggabungan daerah.

Mengingat pentingnya melakukan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah maka seharusnya


proses penilaian yang kemudian menghasilkan peringkat ini tentunya harus dilakukan secara transparan,
profesional dan akuntabel sehingga tidak akan menjadi polemik seputar integritas dan kredibilitas
penilaian yang dilakukan.

Pengawasan Pemerintah Daerah

Penyelenggaraan pemerintah daerah perlu diawasi agar penyelenggaraan tidak menyimpang dari
perencanaa dan tujuan yang telah dirumuskan di awal. Menurut PP No. 20 tahun 2001, pengawasan atas
penyelenggaraan pemerintah daerah adalah proses kegiatan yang ditunjuka untuk menjamin agar
pemerintah daerah berjalan sesuai berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-
perundang yang berlaku. Salah satu elemen yang penting dalam tata pemerintah yang baik adalah adanya
akuntanbilitas publik, disamping transparasi, tegaknya hukum, dan peraturan. Kerena itu, pengawasan
merupakan tidak ada penting dalam proses manajemen pemerintah, memiliki peran yang sangat strategi
untuk terwujudnya akuntabilitas publik dalam pemerintah dan pembangunan.

Pengawasan ini dibagi ke dalam tiga jenis berdasarka subjek yang melakukan pengawasan, yaitu: 1.
Pengawasan fungsional merupakan pengawasan yang dilakukan oleh lembaga atau satuan dari melakukan
pengawasan through pemeriksa, pengkajian, penyusustan dan terpanas, 2. Pengawasan legislatif
yaitupengawsan yang dilakukan oleh DPRD terhadap Pemerintah Daerah sesuai tugas, wewenang dan
haknya. Pengawasan legislatif sebagai bentuk mekanisme internal juga memegang peranan penting dalam
peningkatan kinerja pemerintah daerah. Mekanisme internal ini dilakukan melalui lembaga internal yang
melakukan pengawasan dan pemantauan atas setiap keputusan dan kebijakan yang diambil kepala daerah.
Lembaga internal yang melakukan fungsi ini adalah DPRD. pengawsan yang dilakukan oleh DPRD
terhadap Pemerintah Daerah sesuai tugas, wewenang dan haknya, dan 3. Pengawasan masyaratkat yaitu
pengawas yang dilakukan masyarakat.

Latar Belakang Profesi Kepala Daerah

Untuk menjadi kepala daerah tidak ada syarat atau ketentuan khusu mengenai latar belakang profesi
maupun pendidikan tinggi calon kepla daerah yang syaratkan oleh UU No 32 Tahun 2014. Walaupun
tidak di atur dalam UU, faktor latar belakang kepala daerah menjadi penting karena telah terbukti

2653
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah. Mahmudi (2010) menjelaskan bahwa teknik manajemen
yang dipratekan di sektor bisnis dapat mendukung pelaksanaa reformasi pengelolaan/penyelenggaran
pemerintah daerah di indonesia dengan konsep sektor publik. Dengan membuka kesempatan bagi
pengusaha untuk terlibat di pemerintahan, diyakini hal ini akan memberikan dampak positif dalam
mengubah tipe manajemen dan meningkatkan kinerja pemerintah daerah.

Latar Belakang Pendidikan Kepala Daerah

Untuk menjadi kepala daerah tidak ada syarat atau ketentuan khusus mengenai latar belakang profesi
maupun pendidikan tinggi calon kepala daerah yang disyaratkan oleh UU No. 32 Tahun 2004. Pasal 58
UU No 32 Tahun 2004 menyebutkan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah berpendidikan
kurangnya sekolah lanjutan tingkat atas maupun sederajat. Walaupun tidak diatur dalam undang-undang,
faktor latar belakang kepala daerah menjadi penting karena telah terbukti berpengaruh terhadap kinerja
pemerintah daerah. Studi dan penelitian terkait latar belakang kepala daerah telah berkembang beberapa
tahun terakhir. Beberapa penelitian tersebut dilakukan oleh Mahmudi (2010) dan Wicaksono (2012).
Mahmudi (2010) meneliti mengenai hubungan antara latar belakang kepala daerah (entrepreneur atau
nonentrepreneur) dengan kinerja pemerintah daerah dan menemukan bahwa daerah yang dipimpin oleh
kepala daerah menjelaskan bahwa teknik manajemen yang dipraktekkan di sektor bisnis dapat
mendukung pelaksanaan reformasi pengelolaan/penyelenggaraan pemerintah daerah di Indonesia dengan
konsep sektor publik (pemerintah daerah) kewirausahaan (concept of public sector (local government)
entrepreneurship).

Dengan membuka kesempatan bagi pengusaha untuk terlibat di pemerintahan, diyakini hal ini akan
memberikan dampak positif dalam mengubah tipe manajemen dan meningkatkan kinerja pemerintah
daerah. Sementara itu, Wicaksono (2012) membahas pengaruh latar belakang pendidikan kepala daerah
terhadap opini dan temuan audit. Hasil statistik menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan kepala
daerah berhubungan positif dengan opini audit dan berhubungan negatif dengan temuan audit.

Ukuran Legislatif

Menurut Abidin (2017) DPRD yaitu lembaga yang berfungsi pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan
daerah dan anggaran pendapatan pelajar daerah. Tujuannya untuk bisa lokasikan anggaran dan dapat
digunakan semestinya .

Pada UU No 23 Thn 2014 tentang Pemerintah Daerah menyatakan DPRD memiliki fungsi, legislasi,
anggaran, dan pengawasan . Fungsi pengawasan adalah salah satu fungsi terpenting DPRD untuk
penyelenggaraan daerah serta fungsi anggaran merupakan tugas DPRD bersama dengan pemerintah
daerah.

Lembaga legislatif atau DPRD bertugas mengawasi pemerintah daerah sehingga berdampak peningkatan
kinerja pemerintah, yang akhirnya terbentuknya titik temu bahwa semakin besar anggota legislatif maka

2654
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

semakin besar pula kinerja pemerintah daerah atau sebaliknya (Sumarjo, 2010). Secara logika semakin
tinggi tingkat pengawasan pada tanggungjawab dan tingkat kemauan dalam bekerja, sedangkan semakin
tinggi tanggungjawab dalam bekerja akan mempengaruhi perolehan hasil yang menunjukan kinerja
(Kusumawardani, 2012).

Ukuran Pemerintah Daerah

Dicerminkan daerah akan memberikan kemudahan kegiatan operasional yang kemudian akan
mempermudah dalam memberi pelayanan masyarakat yang memadai. Selain itu kemudahan di bidang
operasional juga akan memberi kelancaran dalam memperoleh pendapatan guna kemajuan daerah sebagai
bukti peningkatan kinerja (Kusumawardani, 2012). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah menyatakan bahwa aset dapat meningkatkan nilai tambah yang memberikan
pendapatan bagi daerah.

Tujuan utama dari program kerja pemerintah daerah adalah memberikan pelayanan yang terbaik untuk
masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan sumber daya dan fasilitas yang memadai untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat (Mustikarini dan Fitriasari, 2012). Aset yang dimiliki pemerintah daerah
dapat mendukung kinerja pemerintah daerah dan diharapkan mampu memberikan kontribusi kinerja yang
besar. Tuntutan dalam kinerjanya secara otomatis akan meningkat sesuai dengan nilai aset yang dimiliki
(Ayuningsih, 2016). Pemerintah daerah dalam melakukan pengungkapan atas laporan kinerjanya akan
lebih terdorong untuk mengungkapkan hal-hal yang bersifat good news. Good news tersebut dapat berupa
laporan mengenai baiknya kinerja pemerintah daerah tersebut sehingga meningkatkan skor kinerja
(Sudarsana, 2013).

2.2.1.6 Tingkat Kekayaan Daerah

Tingkat kekayaan daerah dicerminkan dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Pendapatan Asli
Daerah diartikan sebagai sumber dari pungutan dilakukan oleh daerah berdasarkan peraturan yang berlaku
dikenakan kepada setiap orang atau badan usaha maupun pemerintah ataupun swasta karena perolehan
jasa yang diberikan pemerintah t. Oleh karna itut melaksanakan pungutan dalam bentuk penerimaan
pajak, retribusi dan penerimaan lainnya yang sah yang diatur dalam undang-undang (Indriani dan
Sastradipraja, 2014).

Peningkatan PAD akan mengakibatkan peningkatan kinerja keuangan pemerintah. Hal ini dapat terjadi
karena pemerintah daerah yaitu menekankan hasil atas PAD dari berbagai sumber yang dikelola daerah

2655
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

dalam bentuk penerimaan pajak, retribusi dan penerimaan lainnya yang sah yang diatur dalam undang-
undang (Julitawati, 2012).

2.2.1.6 Tingkat Ketergantungan Dengan Pusat

Tingkat ketergantungan pemerintah daerah provinsi terhadap pemerintah pusat juga berbeda-beda yang
diwujudkan dalam bentuk penerimaan Dana Alokasi Umum (Mustikarini dan Fitriasari, 2012). Menurut
UU No 33 Tahun 2004, Dana Alokasi Umum merupakan dana yang bersumber dari APBN dengan
tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. DAU diukur dengan mengakumulasikan jumlah Celah Fiskal (CF) dan
Alokasi Dasar (AD).

Penggunaan dana alokasi umum ditetapkan oleh daerah namun penggunaan dana alokasi umum dan
penerimaan umum lainnya dalam APBD harus tetap pada kerangka pencapaian tujuan pemberian otonomi
kepada daerah disebut peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik
(Sudarsana, 2013). Pemerintah akan memantau pelaksanaan dari alokasi DAU sehingga hal ini
memotivasi pemerintah daerah untuk berkinerja lebih baik (Mustikarini dan Fitriasari, 2012).

Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berkaitan dengan keuangan pemerintah daerah. Terutama dengan ukuran, atas kekayaan
daerah, atas ketergantungan pada pusat, belanja daerah dan temuan audit BPK sebagai faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Seperti yang telah dilakukan oleh Nugroho (2014) di provinsi jawa tengah, Nanda
(2017) di pulau sumatera. Sedangkan untuk ukuran legislatif, latar belakang pendidikan, latar belakang
profesi masih sedikit berguna dalm kinerja keuangan pemerintah daerah sebagai faktor yang
mempengaruhinya. Seperti yang telah dilakukan oleh Mahmudi (2010), Wicaksono (2012).

Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
pemerintah daerah banyak dilakukan. Penelitian tersebut sering menghasilkan bahwa beberapa faktor
berpengaruh terhadap kinerja pemerintah derah, dan juga sering menghasilakan faktor tersebut tidak
berpengaruh pada kinerja pemerintah daerah.

Penelitian Saragih dan Setyaningrum (2015), tetapi terdapat perbedaan yang signifikan dengan penelitian
tersebut dan penelitian lainya. pemilihan objek yang di teliti, Jika pada penelitian sebelumnya kebanyakan
objek yang dipilih di seluruh Indonesia dan di daerah Pulau Jawa. Maka Penelitian ini objek yang dilihat
yaitu di Provinsi Sumatera Selatan.

2656
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Secara keseluruhan penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya
ditampilkan dalam tabel, sebagai berikut:

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian


1 Sumarjo (2010) Pengaruh Ukuran (size), Ukuran (size), Leverage, dan
karakteristik Kemakmuran Intergovernmental Revenue
pemerintah (wealth), Ukuran berpengaruh terhadap kinerja
daerah terhadap Legislatif, keuangan pemerintah daerah,
kinerja Leverage, dan sedangkan Kemakmuran (wealth)
keuangan Intergovernmental dan Ukuran Legislatif tidak
pemerintah Revenue. berpengaruh terhadap kinerja
daerah (Studi keuangan pemerintah daerah.
empiris pada
Pemerintah
Daerah
Kabupaten/Kota
di Indonesia.
2 Kusumawardani Pengaruh Ukuran (size), Ukuran (size), kemakmuran,
(2012) ukuran (size), Kemakmuran ukuran legislatif, leverage secara
kemakmuran, (wealth), Ukuran simultan mempengaruhi kinerja
ukuran Legislatif, dan keuangan pemerintah daerah dan
legislatif, Leverage. secara parsial menunjukkan
Leverageterhad bahwa ukuran (size) dan ukuran
ap kinerja legislatif berpangaruh terhadap
keuangan kinerja keuangan pemerintah
pemerintah daerah , sedangkan kemakmuran
daerah di dan leverage tidak berpengaruh
Indonesia. terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah.
3 Mustikarini Karakteristik Bentuk Daerah, Semua berpengaruh signifikan
& Fitriasari pemerintah Atas Kekayaan terhadap daerah dengan arah yang
(2012) daerah & Daerah, Atas sesuai pada hipotesis awal kecuali
temuan audit Ketergantungan untuk belanja daerah berpengaruh
BPK terhadap pada Pusat, Belanja negatif terhadap kinerja
Kabupaten atau Daerah, dan pemerintah daerah.
Kota di Temuan Audit
Indonesia tahun BPK.
anggaran 2007.

2657
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

4 Sudarsana Pengaruh Ukuran Daerah, Tingkat kekayaan daerah dan


(2013) karakteristik Tingkat Kekayaan temuan audit BPK berpengaruh
pemerintah Daerah, Tingkat terhadap kinerja pemeritah daerah
daerah dan Ketergantungan dengan arah yang sesuai pada
temuan audit pada Pusat, Belanja hipotesis awal.
BPK terhadap Modal, dan Temuan
kinerja Audit BPK.
pemerintah
daerah (Studi
pada
Pemerintah
Kabupaten/Kota
di Indonesia ).
5 Nugroho (2014) Pengaruh Ukuran Daerah, Tingkat kekayaan daerah dan
karakteristik Tingkat Kekayaan status daerah berpengaruh
pemerintah Daerah, Status signifikan terhadap kinerja
daerah dan Daerah, Dana pemerintah daerah, sedangkan
temuan audit Perimbangan, ukuran daerah, dana perimbangan,
BPK terhadap Belanja Daerah, dan belanja daerah, temuan audit BPK
kinerja Temuan Audit tidak berpengaruh terhadap
pemerintah BPK. kinerja pemerintah daerah
daerah (Studi
pada
Kabupaten/Kota
di Provinsi
Jawa Tengah
Pada Periode
2009-2011).
6 Rinda Dwi Pengaruh Kompetisi politik, Secara simultan kompetisi politik,
Utami, Dini kompetisi PAD, opini audit PAD, dan opini audit berpengaruh
Wahyu Hapsari politik,PAD, signifikan terhadap kinerja
dan opini audit pemerintah daerah di Indonesia.
terhadap kinerja
pemerintah
daerah di
Indonesia tahun
2012-2015
7 Hidayah Asfaro Pengaruh Latar belakang Pengawasa fungsional & legislatif
Saragih, Dyah pengawasan profesi kepala yang berpengaruh signifikan latar
Setyaningrum fungsional dan daerah, latar belakang profesi, kepala daerah
(2015) legislatif belakang pendidkan dan ukran legislatif dengan arah
terhadap kinerja kepala daerah, positif sedangakan latar belakang
pemerintah kompetisi politik, pendidikan kepala daerah, motif
daerah di ukuran legislatif, reaction, dan kompetisi politik
Indonesia tahun ukuran pemerintah tidak berpengaruh terhadap

2658
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

2011-2012. daerah. kinerja pemerintah.


8 Agus Reza Apakah Kinerja Karakteristik kepala daerah
Pahlevi, Doddi Karakteristik penyelenggaraan memberi dampak penting
Setiawan (2017) kepala daerah pemerintah daerah, terhadap pencapaian kinerja
berdampak tingkat pendidikan daerah tingkat II di Indonesia.
terhadap kinerja kepala daerah, usia
pemerintah. kepala daerah, masa
kerja kepala daerah.
gender kepala
daerah, derajat
desentralisasi,
belanja daerah,
rasio belanja
daerah.
9 Nanda (2017) Pengaruh Ukuran Daerah, Tingkat kekayaan daerah dan
karakteristik Tingkat Kekayaan sedangkan ukuran daerah, tingkat
pemerintah Daerah, Tingkat ketergantungan pada pusat,
daerah dan Ketergantungan ukuran legislatif dan temuan audit
temuan audit pada Pusat, Belanja BPK memiliki hasil yang tidak
BPK terhadap Daerah, Ukuran sesuai dengan hipotesis awal.
kinerja Legislatif, dan
pemerintah Temuan Audit
daerah (Studi BPK.
pada
Kabupaten/Kota
se-Sumatera
tahun anggaran
2009-2011).

METODE PENELITIAN

Metode pemilihan sampel pada penelitian ini ditentukan dengan metode purposive sampling
yang bertujuan agar memperoleh sampel yang representatif. (mewakili) sesuai dengan kriteria
yang ditentukan. Adapun kriteria penentuan dalam sampel ini adalah sebagai berikut:

Merupakan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan.

Memiliki laporan keuangan tahun 2014-2015.

HASIL DAN PEMBAHASAN

2659
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

4.3.1 Latar Belakang Profesi Kepala Daerah berpengaruh terhadap Kinerja Pemerintah Daerah

Hasil pengujian regresi linier berganda membuktikan bahwa variabel ukuran daerah berpengaruh
terhadap kinerja pemerintah daerah. Hal ini dapat dilihat dari uji hipotesis dimana tingkat signifikan
LBPKD menunjukkan nilai 0,066, dimana nilai tersebut lebih kecil dari tingkat signifikan 0,10.

Latar Belakang Profesi Kepala Daerah umumnya Untuk menjadi kepala daerah tidak ada syarat atau
ketentuan khusus mengenai latar belakang profesi baik pendidikan tinggi calon kepla daerah yang
syaratkan oleh Undang-Undang No. 32 Tahun 2014.Walaupun tidak di atur dalam undang-undang, faktor
latar belakang kepala daerah menjadi penting karena telah terbukti berpengaruh terhadap kinerja
pemerintah daerah. Mahmudi (2010), menjelaskan bahwa teknik manajemen yang dipratekan di sektor
bisnis dapat mendukung pelaksanaa reformasi pengelolaan/penyelenggaran pemerintah daerah di
indonesia dengan konsep sektor publik. Dengan membuka kesempatan bagi pengusaha untuk terlibat di
pemerintahan, diyakini hal ini akan memberikan dampak positif dalam mengubah tipe manajemen dan
meningkatkan kinerja pemerintah daerah.

Latar Belakang Profesi Kepala Daerah dalam kegiatan operasional serta memberikan pelayanan yang
memadai. Selain itu Mahmudi (2010),yang menemukan bahwa pemerintah daerah yang dipimpin kepala
daerah dengan latar belakang pengusaha memiliki kinerja yang lebih baik dibanding dengan pemerintah
daerah pemerintah daerah yang dipimpin oleh bukan pengusaha. Dengan membuka kesempatan bagi
pengusaha untuk terlibat di pemerintahan, diyakini hal tersebut akan memberikan dampak positif dalam
mengubah tipe manajemen dan birokrasi di pemerintah sehingga dapat meningkatkan kinerja pemerintah
daerah. Serta menurut Saragih dan Setyaningrum (2015), jumlah kepala daerah yang memiliki latar
belakang entterpreneur lebih dikit perbandiang dngan jumlah kepala yang bukan entrepreneur jadi
profesi kepala daerah berpengaruh postif.

Berdasarkan penelitian latar belakang profesi kepala daerah yang diterima, maka besarnya profesi kepala
memudahkan pemerintah dalam membantu memenuhi kebutuhan masyarakat, sehingga dapat
meningkatkan dan mendukung pelayanan pemerintah daerah kepada masyarakat, seperti tehnik
manajemen yang dipraktekan di sektor bisnis dapat mendukung pelaksanaan reformasi
pengelolaan/penyelenggaraan pemerintah derah di indonesia dengan konsepsektor publik. Dengan
membuka kesempatan bagi pengusaha untuk terlibat di pemerintah, diyakini hal ini akan memberikan
dampak positif dalam mangubah tipe manajemen dalam meningkatkan kinerja pemerintah daerah.

4.3.2 Latar Belakang Pendidikan Kepala Daerah tidak berpengaruh

terhadap Kinerja Pemerintah Daerah

Hasil pengujian regresi linier membuktikan bahwa variabel latar belakang pendidikan kepala daerah tidak
berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah. Namun arah dari pengaruh variabel ini ternyata tidak
sesuai dengan hipotesis, yaitu variabel latar belakang pendidikan kepala daerah ternyata terbukti

2660
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

berpengaruh negatif dengan nilai koefisien regresi sebesar -1,565.Analisis tersebut tidak konsisten dengan
hasil penelitian Beberapa penelitian tersebut dilakukan oleh Mahmudi (2010) dan Wicaksono (2012).
Mahmudi (2010) meneliti mengenai hubungan antara latar belakang kepala daerah (entrepreneur atau
nonentrepreneur) dengan kinerja pemerintah daerah dan menemukan bahwa daerah yang dipimpin oleh
kepala daerah menjelaskan bahwa teknik manajemen yang dipraktekkan di sektor bisnis dapat
mendukung pelaksanaan reformasi pengelolaan/penyelenggaraan pemerintah daerah di Indonesia dengan
konsep sektor publik (pemerintah daerah) kewirausahaan (concept of public sector (local government)
(entrepreneurship).

Dengan membuka kesempatan bagi pengusaha untuk terlibat di pemerintahan, diyakini hal ini akan
memberikan dampak positif dalam mengubah tipe manajemen dan meningkatkan kinerja pemerintah
daerah. Sementara itu, Wicaksono (2012) membahas pengaruh latar belakang pendidikan kepala daerah
terhadap opini dan temuan audit. Hasil statistik menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan kepala
daerah berhubungan positif dengan opini audit dan berhubungan negatif dengan temuan audit. Wicaksono
(2012)dalam dyah Setyaningrum (2015) menjelaskan memiliki latar belakang pendidikan
ekonomi/akuntansi baik menyajikan laporan keuangan yang wajar dan berkualitas .

Menurut Saragih dan Setyaningrum (2015), jabatan kepala daerah merupakan jabatan politis yaitu jabatan
yang dihasilkan dari proses politik (pilkada). Artinya profesi atau jabatan kepala daerah berpendidikan
ekonomi atau bukan tidak mempengaruhi kinerja pemerintah daerah jika dikaitkan dengan data, latar
belakang pendidikan kepala daerah Kabupaten Lahat bukan berasal dari bidang ekonomi. Namun kinerja
pemerintah daerahnya paling tinggi. Sebaliknya Kabupaten OKU yang dipimpin oleh kepala daerah yang
berasal dari bidang ekonomi malah mendapatkan nilai kinerja paling rendah. Dengan demikian latar
belakang kepala daerah tidak berpengaruh terhadap kinerja pemerintah.

Ukuran Legislatif tidak berpengaruh terhadap Kinerja Pemerintah Daerah

Hasil pengujian regresi linier membuktikan bahwa variabel ukuran legislatif tidak berpengaruh terhadap
kinerja pemerintah daerah. Hal ini dapat dilihat dari uji hipotesis dimana tingkat signifikan UL
menunjukkan nilai 0,770, dimana nilai tersebut lebih besar dari tingkat signifikan 0,05. Lembaga legislatif
atau DPRD bertugas mengawasi pemerintah daerah agar pemerintah daerah dapat mengalokasikan
anggaran yang ada untuk dapat digunakan dengan baik. Banyaknya jumlah anggota DPRD diharapkan
dapat meningkatkan pengawasan terhadap pemerintah daerah sehingga berdampak dengan adanya
peningkatan kinerja pemerintah daerah, yang akhirnya terbentuknya titik temu bahwa semakin besar
anggota legislatif maka semakin besar pula kinerja pemerintah daerah atau sebaliknya (Sumarjo, 2010).
Secara logika semakin tinggi tingkat pengawasan maka semakin tinggi pula tingkat tanggungjawab dan
tingkat kemauan dalam bekerja, sedangkan semakin tinggi tanggungjawab dalam bekerja akan
mempengaruhi perolehan hasil yang menunjukan kinerja (Kusumawardani, 2012).

2661
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Pada Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah secara tegas menyatakan bahwa
DPRD memiliki fungsi, legislasi, anggaran, dan pengawasan. Fungsi pengawasan merupakan salah satu
fungsi terpenting DPRD dalam penyelenggaraan daerah serta fungsi anggaran merupakan tugas DPRD
bersama-sama dengan pemerintah daerah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nanda (2017), menunjukkan bahwa ukuran legislatif
berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.Kusumawardani (2012), secara parsial
menunjukkan bahwa ukuran legislatif berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Namun
hasil penelitian ini tidak mendukung semua pernyataan tersebut. Hal ini dikarenakan DPRD tidak bisa
melakukan intervensi terlalu banyak kepada pemerintah daerah. Berdasarkan Undang-Undang No. 17
Tahun 2014, terdapat aturan fungsi DPRD yaitu fungsi representasi untuk memperjuangkan aspirasi
rakyat saja. Jadi terlepas dari banyak tidaknya anggota DPRD, pengawasan terhadap kinerja pemerintah
daerah harus dinyatakan. Jika dikaitkan dengan data, jumlah anggota DPRD Kota Palembang cukup
banyak. Namun kinerja pemerintah dalam rata-rata. Sebaliknya jumlah anggota DPRD kota prabumulih
yang sedikit malah mendapatkan kinerja pemerintah dalam rata-rata juga. Dengan demikian ukuran
legislatif.

Ukuran Pemerintah Daerah tidak berpengaruh terhadap Kinerja Pemerintah Daerah

Hasil pengujian regresi linier membuktikan bahwa variabel ukuran pemerintah daerahtidak berpengaruh
terhadap kinerja pemerintah daerah. Hal ini dapat dilihat dari uji hipotesis dimana tingkat signifikan UPD
menunjukkan nilai 0,155, dimana nilai tersebut lebih kecil dari tingkat signifikan 0,10. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Sumarjo (2010), dan Kusuma Wardani (2012), menunjukkan bahwa
ukuran daerah berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.Hal ini juga dipertegas oleh
hasil penelitian Mustikarini dan Fitriasari (2012), bahwa ukuran daerah berpengaruh positif terhadap
kinerja pemerintah daerah.Dari beberapa penelitian terdahulu, masih adanya temuan hasil penelitian yang
tidak konsisten.

Berdasarkan hasil penelitian ini tujuan utama dari program kerja pemerintah daerah adalah memberikan
pelayanan yang terbaik untuk masyarakat. Untuk memberikan pelayanan yang baik, harus didukung oleh
aset yang baik pula. Oleh karena itu, diperlukan sumber daya dan fasilitas yang memadai untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat (Mustikarini dan Fitriasari, 2012). Aset yang dimiliki
pemerintah daerah dapat mendukung kinerja pemerintah daerah dan diharapkan mampu memberikan
kontribusi kinerja yang besar. Pemerintah daerah dengan aset besar diasumsikan memiliki potensi untuk
memberikan pelayanan yang lebih terhadap masyarakat. Tuntutan dalam kinerjanya secara otomatis akan
meningkat sesuai dengan nilai aset yang dimiliki (Ayuningsih, 2016). Pemerintah daerah dalam
melakukan pengungkapan atas laporan kinerjanya akan lebih terdorong untuk mengungkapkan hal-hal
yang bersifat good news. Good news tersebut dapat berupa laporan mengenai baiknya kinerja pemerintah
daerah tersebut sehingga meningkatkan skor kinerja (Sudarsana, 2013).

2662
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Ukuran daerah dicerminkan dengan aset daerah yang akan memberikan kemudahan kegiatan operasional
yang kemudian akan mempermudah dalam memberi pelayanan masyarakat yang memadai. Hasil
penelitian ini tidak mendukung semua pernyataan diatas. Menurut Peraturan Pemerintahan No. 27 tahun
2014 tentang pengelolaan barang milik negara/daerah, aset suatu pemerintah daerah tidak menunjukan
kinerja karena kepemilikanya tidak semua berasal dari kegiatan pemerintah daerah, tetapi bisa berasal dari
alokasi dana perimbangan dll. Jika dikaitkan dengan data, ukuran pemerintah Kabupaten Empat Lawang
memiliki nilai terendah. Namun kinerja pemerintah di daerahnya memiliki nilai rata-rata. Sebaliknya
ukuran pemerintah daerah di Kota Pagaralammemiliki nilai rata-rata. Namun kinerja pemerintah di
daerahnya rendah. Dengan demikian ukuran pemerintah daerah tidak berpengaruh terhadap kinerja
pemerintah daerah.

Tingkat Kekayaan Daerah berpengaruh positif terhadap Kinerja Pemerintah Daerah

Hasil pengujian regresi linier membuktikan Kekayaan Daerah berpengaruh terhadap kinerja pemerintah
daerah. Hal ini dapat dilihat dari uji hipotesis dimana tingkat signifikan PAD menunjukkan nilai 0,057,
dimana nilai tersebut lebih kecil dari tingkat signifikan 0,05. Namun arah dari pengaruh variabel ini
ternyata tidak sesuai dengan hipotesis, yaitu variabel kekayaan daerah ternyata terbukti berpengaruh
negatif dengan nilai koefisien regresi sebesar -1,248. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan kualitas
pelayanan publik yang akan mencerminkan kinerja yang baik suatu pemerintah daerah. Dengan demikian,
semakin besar dalam peningkatan PAD maka akan pula meningkatkan kinerja pemerintah daerah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Harumiati dan Payamta (2014), Nugroho (2014) dan Nanda
(2017), menunjukkan bahwa tingkat kekayaan daerah berpengaruh terhadap kinerja pemerintah
daerah.Hal ini juga dipertegas oleh hasil penelitian Mustikarini dan Fitriasari (2012) dan Sudarsana
(2013) bahwa tingkat kekayaan daerah berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah daerah.Dari
beberapa penelitian terdahulu, masih adanya temuan hasil penelitian yang tidak konsisten.

Tingkat kekayaan daerah dicerminkan dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).Pendapatan
Asli Daerah dapat diartikan sebagai pendapatan yang bersumber dari pungutan yang dilaksanakan oleh
daerah berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku dapat dikenakan kepada setiap orang atau badan
usaha baik milik pemerintah maupun swasta karena perolehan jasa yang diberikan pemerintah
tersebut.Oleh sebab itu daerah dapat melaksanakan pungutan dalam bentuk penerimaan pajak, retribusi
dan penerimaan lainnya yang sah yang diatur dalam undang-undang.

Tingkat Ketergantungan Dengan Pusat berpengaruh negatif terhadap Kinerja Pemerintah Daerah

2663
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Hasil pengujian regresi linier membuktikan bahwa variabel tingkat ketergantungan dengan pusat tidak
berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah. Dengan demikian, semakin tinggi ketergantungan
pemerintah daerah pada pemerintah pusat maka diharapkan semakin baik pelayanan pemerintah daerah
kepada masyarakatnya sehingga kinerja pemerintah juga semakin meningkat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Marfiana dan Kurniasih (2013), menunjukkan bahwa tingkat
ketergantungan pada pusat berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.Hal ini juga
dipertegas oleh hasil penelitian Mustikarini dan Fitriasari (2012) dan Nanda (2017) bahwa tingkat
ketergantungan pada pusat berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah daerah.

Tingkat ketergantungan pemerintah daerah provinsi terhadap pemerintah pusat juga berbeda-beda yang
diwujudkan dalam bentuk penerimaan Dana Alokasi Umum (DAU) (Mustikarini dan Fitriasari, 2012).
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang
bersumber dari APBN dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU diukur dengan mengakumulasikan
jumlah Celah Fiskal (CF) dan Alokasi Dasar (AD).

Berdasarkan kementrian pemerintahan No. 2 tahun 2014, Dana Alokasi Umum yang dikelola pemerintah
daerah, apakah untuk meningkatkan kinerja pelayanan publik atau untuk keperluan lainya. Jika dikaitkan
dengan data tingkat ketergantungan pada pusat tertinggi yaitu Kabupaten OKI. Namun Kabupaten OKI
memiliki kinerja pemerintah daerah yang tinggi.Sebaliknya Kabupaten OKU tingkat ketergantungan
cukup tinggi malah mendapatkan kinerja pemerintah terendah.

SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan mengenai Pengaruh Pengawasan Fungsional Dan Legislatif terhadap Kinerja
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan yang penulis sajikan dalam Bab IV,
maka penulis menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa variabel latar belakangprofesi kepala daerah
memiliki pengaruh positif terhadap kinerja pemerintah daerah. Hal tersebut berarti semakin besarnyalatar
belakang profesi kepala daerah yang digunakan berdampak pada skor kinerja pemerintah daerah. Hal ini
dikarenakan dengan membuka kesempatan bagi pengusaha untuk terlibat di pemerintah, diyakini hal ini
akan memberikan dampak positif dalam mengubah tipe manajemen dalam meningkatkan kinerja
pemerintah daerah.

Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa variabel latar belakang pendidikan kepala daerah
tidak berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah. Hal ini dikarenakan profesi atau jabatan kepala
jika dikaitkan dengan data, latar belakang pendidikan kepala daerah Kabupaten Lahat bukan berasal dari
bidang ekonomi. Namun kinerja pemerintah daerahnya paling tinggi. Sebaliknya Kabupaten OKU yang

2664
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

dipimpin oleh kepala daerah yang berasal dari bidang ekonomi malah mendapatkan nilai kinerja paling
rendah. Dengan demikian latar belakang kepala daerah tidak berpengaruh terhadap kinerja pemerintah.

Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa variabel ukuranlegislatif tidak memiliki pengaruh
terhadap kinerja pemerintah daerah. Hal ini dikarenakan banyak dan tidaknya anggota DPRD pada suatu
daerah tidak menentukan tinggi dan rendahnya kinerja pemerintah. Jika dikaitkan dengan data, jumlah
anggota DPRD Kota Palembang cukup banyak. Namun kinerja pemerintah dalam rata-rata. Sebaliknya
jumlah anggota DPRD kota prabumulih yang sedikit malah mendapatkan kinerja pemerintah dalam rata-
rata juga. Dengan demikian ukuran legislatif tidak berpengaruh.

Hasil pengujian hipotesis keempat variabel pemerintah berpengaruh terhadap. Hal dikarenkan setiap
pemerintah daerah yang memiliki nilai aset yang tinggi bukan berarti kinerja pemerintahnya tinggi.
Karena tidak semua kepemilikanya di dapatkan dari kinerja pemerintahnya melaikan dari dana lain seperti
alokasi dana perimbangan dll. Jika dikaitkan dengan data, ukuran pemerintah Kabupaten Empat Lawang
memiliki nilai terendah. Namun kinerja pemerintah di daerahnya memiliki nilai rata-rata. Sebaliknya
ukuran pemerintah daerah di Kota Pagaralam memiliki nilai rata-rata. Namun kinerja pemerintah di
daerahnya rendah. Dengan demikian ukuran pemerintah daerah tidak berpengaruh terhadap kinerja
pemerintah daerah.

Hasil pengujian hipotesis kelima menunjukkan bahwa variabel tingkat kekayaan daerah berpengaruh
positif terhadap kinerja pemerintah daerah. Hal tersebut berarti semakin kecil kekayaan daerah akan
meningkatkan skor kinerja pemerintah daerah. Pendapatan Asli Daerah dapat diartikan sebagai
pendapatan yang bersumber dari pungutan yang dilaksanakan oleh daerah berdasarkan peraturan-
peraturan yang berlaku dapat dikenakan kepada setiap orang atau badan usaha baik milik pemerintah
maupun swasta karena perolehan jasa yang diberikan pemerintah tersebut. Oleh sebab itu daerah dapat
melaksanakan pungutan dalam bentuk penerimaan pajak, retribusi dan penerimaan lainnya yang sah yang
diatur dalam undang-undang.

Hasil pengujian hipotesis keenam menunjukkan bahwa variabel terhadap kinerja pemerintah daerah. Hal
tersebutbahwa DAU digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan sehingga dapat
terlaksana pelayanan kepada masyarakat. Dana Alokasi Umum yang dikelola pemerintah daerah, apakah
untuk meningkatkan kinerja pelayanan publik atau untuk keperluan lainya. Jika dikaitkan dengan data
tingkat ketergantungan pada pusat tertinggi yaitu Kabupaten OKI. Namun Kabupaten OKI memiliki
kinerja pemerintah daerah yang tinggi. Sebaliknya Kabupaten OKU tingkat ketergantungan cukup tinggi
malah mendapatkan kinerja pemerintah terendah.

REFERENSI

Benhart, S.W., dan Rosenstein S. (1998). Board Composition, mnagerial ownership, andFirm
perfomance: an empirical analysis. Financial Review 33, pp. 116

2665
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Budianto, Wendy. (2012). Pengaruh opini, temuan audit, dan gender terhadap kinerja Penyelenggaraan
pemerintah daerah kabupaten/kota di indonesia 2008-2010.SkripsiSarjana.FEUI. Depok.

Chow, C.W., Ganulin, D., Haddad, K. Dan Willamson, J. (1998). The balanced scrorecard: a Potent tool
for energizing and focusing health-care organization management. Journalof Health-care Management,
pp. 263.

Chtourou, Sonda Marrakchi, Jean Bedard dan Lucie Courteau. (2001). Coporate governance `And
earnings manajement. Working paper, April.

De Janvry, Alaim & Finan, Frederico S. & Sadoulet, Elisabeth. (2010). Local electoralIncentives and
decentralized program perfomance. Iza Discusion paper 5382,Institute for the Study of Labor (IZA).

Kusumawardani, Media. (2012). Pengaruh size, kemakmuran, ukuran legislatif, leverage Terhdap kinerja
keuangan pemerintah derah di indonesia. Accounting AnaysisJournal I. Universitas Negeri Semarang.

Lake, David,and Matthew Bum. (2001). The invisible hand democracy: political control and The
provision of public services. August I.

Laswad, F., Fisher, R., & Oyeler, P. (2005). Determinants of voluntary internet finanncialReporting by
local government authorities. Journal of Accounting and Public.

Mahmudi. (2010). The analysis of entrepreneurial leader on local government perfomance.Simposium


Nasional Akuntansi XII. Purwokerto

Mahsun, M. (2006). Pengukuran Kinerja Sektor Publik. BPFE Yogyakarta: Yogyakarta.

Republik Indonesia. (2001). Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 2001 tentang


pengawasanPenyelenggaraan pemerintahan daerah. Jakarta: Pemerintah Indonesia.

Republik Indonesia. (2001). Keputusan presiden republik indonesia nomor 74 tahun 2001 tentang tata
cara pengawasan penyelenggaraan pemerintah daerah. Jakarta: Pemerintah Indonesia

Republik Indonesia. (2008). Peraturan pemerintah nomor 6 tahun 2008 tentang pedomanEvaluasi
penyenggaraan pemerintah daerah. Jakarta: Pemerintah Indonesia

Republik Indonesia. (2009). Peraturan pemerintah nomor 27 tahun 2009 tentang mpr, dpr,Dpd, dan dprd.
Jakarta: Pemerintah Indonesia.

Republik Indonesia. (2009). Peraturan menteri dalam negeri republik indonesia nomor 73 Tahun 2009
tentang tatacara pelaksanaan evaluasi penyelenggaraan pemerintahanDaerah. Jakarta: Pemerintah
Indonesia.

2666
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Sumarjo, Hendro. (2010). Pengaruh arakteristik pemerintah daerah terhadap kinerjaKeuangan pemerintah
deaerah: srudi epiris pada pemerintah daerah kebupaten/kotadi Indonesia.. Skripsi Sarjana. Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.

Sutaryo da Winarma, J. (2013). Karakteristik dprd dan kinerja penyenglenggaraan pemerintah daerah:
dukungan empiris dari perspektif teori keagenan. Simposium Nasional Akuntansi XVI. Manado.

Wicaksono, Panggah. (2012). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi opini dan temuanaudit bp atas
laporan keuangan pemerintah daerah kebupaten/kota di indonesia tahun2008-2009. Skripsi Sarjana.
FEUI. Depok.

Winarma, J and Murni, S. (2007). Pengaruh personal background, political background, danpengetahuan
dewan tentang aggaran terhadap peran dprd dalam pengawasan keuangan daerah (studi kasus di
karesidenan surakarta dan daerah istimewah yogyakarta tahun 2006). Simposium Nasional Akuntansi X.
Makasar.

2667
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PADA SISTEM


AKUNTANSI PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS PADA PT
CARANG UTAMA

Rahayu Sutra, Andrian Noviardy

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bina Darma Palembang

Rahayusutra15@gmail.com , andrian.noviardy@binadarma.ac.id

Abstract

”This study aims to determine the internal control system on cash receipts and disbursements.
This research method uses descriptive qualitative. The results showed that the cash receipt
system at PT Carang Utama was quite good and effective because it had a separate function in
accordance with existing theories. However, additional documents are needed so that the
recording and accuracy can be accounted for. Also the cash disbursement system at PT Carang
Utama has not been effective and efficient because there are still multiple tasks, the use of
documents and employee recruitment that are not in accordance with the SPI element.”

Keyword : system, internal control system, cash receipts, cash disbursements.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem pengendalian internal pada penerimaan dan
pengeluaran kas. Metode penelitian ini mengunakan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian
menunjukan bahwa sistem penerimaan kas di PT Carang Utama sudah cukup baik dan efektif
karena telah memiliki fungsi yang terpisah sesuai dengan teori yang ada. Namun diperlukan
penambahan dokumen agar pencatatan dan keakuratannya dapat dipertanggungjawabkan. Juga
pada sistem pengeluaran kas di PT Carang Utama belum efektif dan efisien karena masih
terdapat perangkapan tugas, penggunaan dokumen dan perekrutan karyawan yang tidak sesuai
unsur SPI.

Kata kunci : sistem, sistem pengendalian internal, penerimaan kas, pengeluaran kas.

PENDAHULUAN

“Kas merupakan komponen yang sangat penting dalam menunjang kelancaran kegiatan
operasional perusahaan karena kas merupakan salah satu modal kerja yang paling tinggi tingkat

2668
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

likuiditasnya. Kas mudah diabaikan daripada aset lain, seperti persediaan dan peralatan. Oleh
karena itu, menjaga kas dan membentuk sistem pengendalian internal terhadap kas merupakan
perhatian yang paling utama untuk perusahaan.”

“Agar kas tetap aman, maka perusahaan perlu membuat sistem pengendalian internal
yang baik. Dalam sistem pengendalian internal terdapat struktur organisasi, metode dan ukuran-
ukuran. Ketiga struktur tersebut dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan perusahaan, mengecek
ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan efektivitas dan mendorong
dipatuhinya kebijakan manajemen (Mulyadi, 2016).”

Menurut Hall (2007), pengendalian internal bertujuan untuk menjaga aktiva perusahaan,
memastikan akurasi dan keandalan catatan, mendorong efisiensi operasional serta mengukur
kesesuaian dengan kebijakan serta prosedur yang ditetapkan oleh pihak manajemen. Adanya
suatu sistem pengendalian internal di perusahaan terutama pada kegiatan penerimaan dan
pengeluaran kas sangat penting. Adanya pengawasan dalam penerimaan dan pengeluaran kas
menjadikan dana yang dimiliki perusahaan dapat dipergunakan dengan lebih efektif dan efisien.

“Standar pengendalian internal atau yang biasa disingkat dengan SPI merupakan suatu
perencanaan yang meliputi struktural organisasi dan semua metode serta alat-alat yang
dikoordinasikan dan digunakan dalam perusahaan misalnya membantu manajemen dalam
mengendalikan dan memastikan keberhasilan kegiatan organisasi , menciptakan pengawasan
melekat, menutupi kelemahan dan keterbatasan personil serta mengurangi kemungkinan
terjadinya kesalahan dan kecurangan. SPI juga dapat membantu auditor dalam menentukan
ukuran sampel dan pendekatan audit yang akan diterapkan, membantu auditor dalam memastikan
efektivitas audit dengan keterbatasan biaya dan waktu audit (Kurniawan, 2013). Pernyataan di
atas didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aisyah (2017) bahwa SPI yang
dilakukan terhadap fungsi penerimaan dan pengeluaran kas di PT Sarana Hachery Abadi berhasil
dan efektif karena telah sesuai dengan unsur-unsur sistem pengendalian internal menurut struktur
organisasi, sistem otoritas dan pencatatan serta praktek yang sehat yang dilakukan oleh PT
Sarana Hachery Abadi.”

“PT Carang Utama merupakan perusahaan yang bergerak di bidang ruang lingkup bisnis
jasa kontraktor, pengadaaan barang dan perdagangan. Maraknya perkembangan bisnis tersebut
membuat usaha perancangan konstruksi bangunan bangunan semakin kompleks dan menjadi
perhatian utama para developer. PT Carang Utama bukanlah satu-satunya perusahaan yang
memberikan jasa kontraktor, pengadaan barang dan perdagangan di daerah Kabupaten Muara

2669
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Enim. Oleh karena itu, PT Carang Utama sangat memperhatikan kebutuhan dan kepuasan para
pelanggan.”

Sebagai perusahaan konstruksi, PT Carang Utama harus sangat berhati-hati dalam


memperhitungkan resiko yang dihadapi, agar menjaga tingkat kepercayaan dari pelanggannya,
maka perusahaan harus memperhatikan pengendalian internal pada penerimaan dan pengeluaran
kas, sehingga resiko adanya kecurangan dan kesalahan dalam sistem penerimaan dan
pengeluaran kas dapat diperkecil. Pengendalian internal yang kurang baik dapat mengganggu
kelancaran pelayanan yang akan diberikan dan tentunya akan menimbulkan fenomena krisis
kepercayaan.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Sistem

Mulyadi (2016) menyatakan bahwa sistem pada dasarnya dalah sekelompok unsur yang erat
berhubungan satu dengan yang lainnya yang berungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan
tertentu.

Sistem Akuntansi Penerimaan Kas

Menurut Mulyadi (2016), penerimaan kas perusahaan berasal dari dua sumber utama
yaitu penerimaan kas dari penjualan tunai dan dari penagihan piutang. Dalam penelitian ini teori
yang digunakan adalah sistem akuntansi penerimaan kas dari penagihan piutang melalui penagih
perusahaan.

Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas

Menurut Mulyadi (2016) pengeluaran kas adalah suatu catatan yang dibuat untuk
melaksanakan kegiatan pengeluaran baik dengan uang tunai yang digunakan untuk kegiatan
umum perusahaan.

Unsur Pengendalian Internal

“Unsur sistem pengendalian internal sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas
adalah sebagai berikut :

Organisasi

Sistem otorisasi

2670
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Prosedur pencatatan

Praktik yang sehat”

METODOLOGI PENELITIAN

“Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.


Objek penelitian dalam penelitian ini adalah PT. Carang Utama yang berlokasi di Desa Banuayu
Kecamatan Empat Petulai Dangku Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan. Jenis data
yang digunakan di dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer
merupakan data yang diperoleh langsung dari PT Carang Utama yang juga merupakan objek
dalam penelitian ini. Penggunaan data tersebut digunakan untuk mendukung penelitian ini, data
primer digunakan untuk menganalisis dan menarik kesimpulan mengenai sistem pengeluarn dan
penerimaan di PT Carang Utama, sedangkan data sekunder, merupakan data yang didapat dari
sumber internet, jurnal, artikel dan buku-buku.”

Pengujian Keabsahan Data

“Untuk menguji keabsahan data yang terkumpul, peneliti menggunakan teknik pengujian
triangulasi data. Menurut Sugiyono (2013) untuk triangulasi berarti peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. “

Triangulasi sumber menurut Sugiyono (2013) dapat dicapai dengan jalan:

Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara

Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatannya secara
pribadi

Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan yang
dikatakan sepanjang waktu

Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan
orang yang berbeda

Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan

2671
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

“Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah:

Penelitian Lapangan

Wawancara

Dokumentasi

Studi Kepustakaan”

Teknik analisis data

Teknik analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan yakni :

“Reduksi data

Reduksi data atau data reduction yaitu proses pemilihan, pemusatan, perhatian dan
penyederhanaan, transformasi data kasar yang munculdari catatan-catatam di lapangan selama
meneliti, tujuan diadakan transkip data atau transformasi data untuk memilih informasi mana
yang dianggap sesuai dan tidak sesuai degan masalah yang menjadi pusat penelitian di lapangan.

Penyajian data”

Penyajian data yaitu penyajian data yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Tujuannya untuk mempertajamkan
pemahaman penelitian terhadap informasi yang dipilih kemudian disajikan dalam tabel ataupun
uraian penjelasan.

Pengumpulan informasi

Pengumpulan informasi melalui wawancara terhadap key information Yng compatible terhadap
penelitian kemudian observasi langsung ke lapangan untuk menunjang penelitian yang dilakukan
agar mendapatkan sumber data yang diharapkan.

“Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir yang berfungsi untuk mencari arti pola-pola
penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat dan populasi. Penarikan kesimpulan

2672
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

dilakukan secara cermat dengan melakukan verifikasi berupa tinjauan ulang pada catatan-catatan
di lapangan. Urut tahap akhir sebagai berikut:”

a. Melihat bagan alir atau flowchart

b. Melihat tabel SPI

c. Merancang pengembangan flowchart yang sesuai

d. Pengambilan kesimpulan

HASIL DAN PEMBAHASAN

“PT Carang Utama merupakan salah satu perusahaan milik swasta yang terletak di
Kabupaten Muara Enim. Perusahaan ini bergerak dalam bidang jasa konstruksi, pengadaaan
barang dan perdagangan. Awal berdirinya perusahaan ini pada tanggal 21 November 1999
dengan akte notaris nomor 08 yang berkedudukan di Desa Banuayu Kecamatan Rambang
Dangku Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan. “

PT Carang Utama didirikan dengan modal dasar perseroan sebesar Delapan Ratus Juta
Rupiah. Namun dengan adanya pengelolaan yang baik, perusahaan ini terus berkembang
mengikuti perkembangan perekonomian.

Unsur – Unsur Pengendalian Intern pada Sistem Akuntansi Penerimaan PT Carang Utama

“Sistem pengendalian internal penerimaan kas yang diterapkan pada PT Carang Utama cukup
baik namun belum seluruhnya berjalan dengan semestinya. Hal ini ditandai dengan tidak
terpenuhinya beberapa unsur sistem pengendalian internal penerimaan kas yang seharusnya
dilakukan oleh perusahaan, antara lain :”

Organisasi

Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi penagihan dan fungsi penerimaan kas.

Pada sistem penerimaan kas PT. Carang Utama, fungsi akuntansi belum terpisah dengan fungsi
penagihan dan fungsi penerimaan kas, fungsi akuntansi yang bertanggung jawab untuk menagih
dan menerima uang dari debitur.

Fungsi penerimaan kas harus terpisah dari fungsi akuntansi.

2673
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

PT. Carang Utama telah melakukan pemisahan fungsi untuk fungsi penerimaan kas dilakukan
oleh manajer dan fungsi akuntansi dilakukan oleh bagian pembukuan.

Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan

Debitur diminta untuk melakukan pembayaran dalam bentuk cek atas nama atau dengan cara
pemindahbukuan (giro bilyet)

Pada sistem penerimaan kas PT. Carang Utama, debitur melakukan pembayaran hanya melalui
transfer ke bank atas nama PT. Carang Utama tidak dalam bentuk cek maupun pemindahbukuan
(giro bilyet)

“Fungsi penagihan melakukan penagihan hanya atas dasar daftar piutang yang harus ditagih yang
dibuat oleh fungsi akuntansi.”

Pada sistem penerimaan kas PT. Carang Utama, tidak ada daftar piutangyang dibuat oleh fungsi
akuntansi melainkan hanya surat tagihan yang dikeluarkan oleh bagian administrasi”

“Pengkreditan akun pembantu piutang oleh fungsi akuntansi (bagian piutang) harus didasarkan
atas surat pemberitahuan yang berasal dari debitur.”

Pada PT. Carang Utama debitur memberikan surat pemberitahuan terlebih dahulu sebelum
melakukan pembayaran

Praktik yang sehat

Hasil perhitungan kas harus direkam dalam berita cara penghitungan kas dan disetor ke bank
dengan segera.

Di PT. Carang Utama hasil perhitungan kas belum direkam didalam berita acara perhitungan kas
dan tidak disetorkan ke bank dengan segera.

Para penagih dan kasir harus diansuransikan (fidelity bond insurance)

Belum diterapkanya asuransi dibagian kasa dan penagih sehingga bila terjadi tindak kecurangan
perusahaan yang akan menanggung resikonya.

2674
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Kas dalam perjalanan (baik yang ada ditangan Bagian Kasa maupun di tangan penagih
peusahaan) harus diasurasikan (cash-in-safe dan cash-in-transit insurance)

Di perusahaan PT. Carang Utama belum diasuransikannya kas dalam perjalanan dan ditangan
penagih.

“Unsur – unsur Pengendalian Intern pada Sistem Akuntansi Pengeluaran PT Carang Utama

“Sistem pengendalian internal pengeluaran kas yang diterapkan pada PT Carang Utama cukup
baik namun belum berjalan dengan semestinya. Hal ini ditandai dengan tidak terpenuhinya
sebagian besar unsur sistem pengendalian internal pengeluaran kas yang seharusnya dilakukan
oleh perusahaan, antara lain:”

Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas belum berjalan
dengan baik.

Dalam struktur organisasi untuk sistem pengeluaran kas dari dana kas kecil hanya ada fungsi
pemegang dana kas kecil, bagian jurnal dan bagian kas, sedangkan untuk fungsi bagian utang
dan bagian kasa belum ada di PT Carang Utama.

“Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan “

Pada sistem pengeluaran kas dari dana kas kecil di PT Carang Utama masih sangat minim
penerapan otorisasinya, fungsi kas dapat langsung mencairkan dana kas kecil tanpa meminta
otorisasi dari yang berwenang atau dalam hal ini bisa pimpinan perusahaan. Minimnya struktur
organisasi pada sistem akuntansi pengeluaran kas juga akan membuat kurangnya perlindungan
terhadap aset, utang pendapatan dan beban yang dimiliki dan dikelola oleh perusahaan.

Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi

Penggunaan formulir bernomor urut cetak belum dilakukan secara maksimal, belum adanya
bagian yang melaksanakan pemeriksaan secara mendadak serta belum adanya perputaran jabatan
di PT Carang Utama membuat perusahaan ini belum bisa menerapkan praktik yang sehat dalam
pelaksanaan sistem pengeluaran kas.

SIMPULAN

2675
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Kesimpulan

Dari pembahasan dan uraian dari bab IV penulis menyimpulkan bahwa sistem pengendalian
internal atas sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas di PT Carang Utama adalah
sebagai berikut:

“Sistem Pengendalian Internal (SPI) atas sistem penerimaan kas di PT Carang Utama sudah
cukup baik dan efektif karena telah memiliki fungsi yang terpisah sesuai dengan teori yang ada.
Namun diperlukan penambahan dokumen agar pencatatan dan keakuratannya dapat
dipertanggungjawabkan.”

Sistem Pengendalian Internal (SPI) atas sistem pengeluaran kas di PT Carang Utama belum
efektif dan efisien karena masih terdapat perangkapan tugas, penggunaan dokumen dan
perekrutan karyawan yang tidak sesuai unsur SPI

Saran

Saran yang dapat penulis berikan kepada perusahaan yaitu:

Manajemen perusahaan menata ulang kembali struktur perusahaan terutama pada divisi
keuangan yang menangani pengeluaran kas di PT Carang Utama agar dilakukan pembagian
tugas dan tanggung jawab yang jelas serta perbaikan penggunaan dokumen pencatatan.

Pihak manajemen perusahaan perlu menambah berbagai fungsi seperti pemeriksa intern yang
independen agar keuangan dapat benar-benar terjaga.

Pihak manajemen perusahaan perlu membuat peraturan yang mewajibkan karyawan bagian
keuangan meminta persetujuan dalam melakukan transaksi penerimaan dan pengeluaran kas.

REFERENSI

[1] Aisyah, N. (2017). Sistem Pengendalian Internal atas Fungsi Penerimaan Kas
dan Pengeluaran Kas pada PT Sarana Bachery Abadi. Jurnal Economix. 5 (1).

2676
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

[2] Comitte of Sponsoring Organizations of Treadway Comission (COSO).


(2013).Internal Control-Integrated Framework. Durhan.

[3] Hall, J.A. (2007). Sistem Informasi Akuntansi. Edisi ketiga, terjemahan.
Jakarta: Salemba Empat.

[4] Husaini, F.K.A.,dan Azizah, D.F. (2014). Evaluasi Sistem Akuntansi


Penerimaan dan Pengeluaran untuk Mendukung Pengendalian Intern. Jurnal
Administrasi Bisnis, 6 (1).

[5] Ikatan Akuntansi Indonesia.(2009). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:

Salemba Empat.

[6] Kurniawan, A.R. (2013). Manager dan Supervisor. Yogyakarta: Buku Pintar.

[7] Linawati, L. (2014). Analisis Sistem Penerimaan Bahan Baku terhadap

Pengendalian Internal Persediaan Bahan Baku. Nusantara of Research, 1


(1).

[8] Mukriyadi, S. (2006). Analisis Sistem Pengendalian Intern atas Prosedur


Penerimaan dan Pengeluaran Kas pada Koperasi Karyawan Sekar Karnia PT
Karya Niaga Bersama Malang. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Malang :
Malang.

[9] Mulyadi. (2010). Auditing. Jilid I, cetakan ke tujuh. Jakarta: Salemba Empat.

[10] Mulyadi. (2016). Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

[11] Musfiqon. (2012). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustaka.

[12] Romney, M., B dan Steinbart, P.,J.(2015). Accounting Information

System, 13th Edition. New Jersey: Person Education.

[13] Pakadang, D. (2012). Evaluasi Penerapan Sistem Pengendalian Intern

Penerimaan Kas pada Rumah Sakit Gunung Maria di Tomobon.

JURNAL EMBA, 1 (4).

2677
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

[14] Soemarso, S.R. (2010). Akuntansi Satuan Pengantar. Edisi Kelima.

Jakarta: Salemba Empat.

[15] Sugiyono. (2013). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

[16] Suhayati, E dan Rahayu, S.,K. (2013). AUDITING Konsep Dasar dan
Pedoman Pemeriksaan Akuntan Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

[17] Tandean, M., Mulia, T.W., dan Setyoadji, A. (2012). Analisis Sistem
Pengendalian Internal pada Siklus Penerimaan (Studi Kasus pada Hotel JWM).
Jurnal GEMA AKTUALITA, 1 (1).

2678
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN INFORMASI


AKUNTANSI PADA UMKM

Raka Yudha Birahma2 Siti Nurhayati Nafsiah1

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bina Darma

Email: siti_nurhayati@binadarma.ac.id.rakayudhabirahma@gmail.com

Abstract

In general, Micro, Small and Medium Enterprises, or commonly called MSMEs, are one of the
economic activities carried out by the majority of citizens in Indonesia. One that is
important for UMKM is the use of accounting information, in which researchers conduct
surveys in the West Bangka PDAM TSS. The UMKM problem consists of a number of problems,
especially in small businesses such as the error of goods sent, bureaucratic processes or slow
payment in government, inappropriate prices, late arrival of goods, and competition that is not
complex or unhealthy. So that the PDAM has difficulty developing. The purpose of this
research is to determine the effect of whether or not the last level of education, scale of
business, length of business, educational background, and accounting knowledge of the use of
accounting information at UMKM.

The population in this study is that all owners and employees of UMKM are 55 permanent
employees of UMKM. For the study sample because the population is less than 100 people, the
sample is the same in a population of 55 permanent UMKM employees. The data collection
used is using questionnaires to UMKM owners and employees. The data analyzed are validity,
reliability, descriptive statistics, normality test, multicollinearity, heteroscedasticity, multiple
linear regression analysis, coefficient of determination test, simultaneous test and partial test.

The results showed that for the simultaneous test or jointly the five variables had a significant
effect on the use of accounting information at UMKM. Whereas for partial or individual tests
that the variables of the last level of education, scale of business, length of business, and
educational background the results did not significantly influence the use of accounting
information at UMKM, while for other variables namely accounting knowledge the results had a
significant effect on the use of information accounting at UMKM.

Keywords: Micro, Small and Medium Enterprises (UMKM), Use of Accounting Information,
PDAM.

2679
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Abstrak

Secara umum, Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau biasa disebut dengan UMKM adalah
salah satu aktivita ekonomi yang dilakukan mayoritas warga negara di Indonesia. Salah satu
yang menjadi penting bagi UMKM yaitu penggunaan informasi akuntansi, dimana peneliti
melakukan surveynya di PDAM TSS Bangka Barat. Dalam permasalahan UMKM terdiri dari
beberapa permasalahan, terutama di usaha kecil seperti kesalahan barang yang dikirim, proses
biroklasi atau pembayaran yang lambat di pemerintahan, harga yang tidak sesuai, barang yang
terlambat datang, dan persaingan yang tidak kompotitif atau tiak sehat. sehingga pihak PDAM
tersebut menjadi kesulitan untuk bisa berkembang. Tujuan dari penelitia ini yaitu untuk
mengetahui berpengaruh atau tidaknya jenjang pendidikan terakhir, skala usaha, lama usaha,
latar belakang pendidikan, dan pengetahuan akuntansi terhadap penggunaan informasi
akuntansi pada UMKM.

Populasi dalam penelitian tersebut yaitu seluruh pemilik dan karyawan UMKM berjumlah

55 karyawan tetap UMKM. Untuk sampel penelitian dikarenakan populasinya kurang dari 100
orang, maka sampelnya sama di populasi sebanyak 55 karyawan tetap UMKM. Pengumpulan
data yang digunakan yakni menggunakan penyebaran kuesioner kepada pemilik dan karyawan
UMKM. Data-data yang dianalisis yaitu uji validitas, reliabilitas, statistik deskriptif, uji

normalitas, multikoliniearitas, heteroskedastisitas, analisis regresi linear berganda, uji koefisien


determinasi, uji simultan dan uji parsial.

Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk uji simultan atau secara bersama-sama kelima
variabel bersifat berpengaruh signifikan terhadap penggunaan informasi akuntansi pada

UMKM. Sedangkan untuk uji parsial atau secara sendiri-sendiri bahwa variabel jenjang
pendidikan terakhir, skala usaha, lama usaha, dan latar belakang pendidikan hasilnya tidak

berpengaruh signifikan terhadap penggunaan informasi akuntansi pada UMKM, sementara itu
untuk variabel lainnya yaitu pengetahuan akuntansi hasilnya berpengaruh signifikan terhadap

penggunaan informasi akuntansi pada UMKM.

Kata Kunci: Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), Penggunaan Informasi Akuntansi,
PDAM.

1. Pendahuluan

2680
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Seiring berjalanya waktu, permasalahan yang terjadi di Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau
disebut dengan singkatan UMKM di negara Indonesia menjadi perhatian pemerintah. Hal ini
dikarenakan munculnya banyak pesaing-pesaing baru secara global dan juga banyaknya
permasalahan yang terjadi seperti menciptakan brand dan desain, sehingga UMKM di
Indonesia menjadi kalah bersaing dengan Negara lainnya. Pada tahun 2019, jumlah UMKM di
Indonesia saat ini sudah mencapai sekitar 56 juta dengan kompleks permasalahan yang ada. Hal
ini dikhawatirkan akan mengalami kegagalan serta kerugian yang lumayan besar baik di
peruahaan kecil maupun di perusahaan menengah dalam mengembangkan usaha tersebut
(Farras, 2019).

Secara umum, UMKM adalah salah satu aktivita ekonomi yang dilakukan mayoritas warga
negara di Indonesia. Menurut (UU No. 20 Tahun 2008), UMKM bertujuan
menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian
nasional berdasarkan demokrasi ekonomi dan berkeadilan. Berdasarkan (Kementrian Koperasi
atau KK Serta UMKM, 2018), mengatakan bahwa jumlah unit usaha UMKM di indonesia pada
tahun 2018 7 mencapai sekitar 62.922.617 unit dan tenaga kerjanya sebesar 116.673.416 orang.
Berdasarkannilsi tersebut, maka terbukti bahwa perekonomian di Indonesia semakin
berkembang dari tahun ke tahun dan akan semakin bagus jika UMKM di Indonesia tidak
mengalami permasalahan sehingga terindar dari kondisi krisis yang dihadapinya.

Secara umum, informasi akuntansi merupakan suatu alat yang dipakai bagi pengguna informasi
akuntansi akan pengambilan keputusan, khususnya pelaku bisnis (Nicholls and Holmes, 1998).
Penggunaan informasi akuntansi digunakan untuk perencanaan strategis, pengawasan
manajemen dan pengawasan operasional. Menurut pemerintah maupun komunitas akuntansi,
mereka telah menegaskan bahwa informasi akuntansi bagi UMKM sangatlah penting dalam
melakukan pencatatan maupun peyelenggaraan.

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yaitu suatu bentuk untuk melaksanakan pembangunan
daerah melalui peayanan jasa kepada masyarakat, penyelenggaraan kemanfaatan umum, dan
peningkatan penghasilan pemerintah daerah. Salah satu yang menjadi bagiannya yaitu PDAM
Tirta Sejiran Setason Kab. Bangka Barat, dimana penulis memfokuskan diri pada bagian
pemilik dan karyawan UMKM. Dibalik kerja sama antara pemilik UMKM dan PDAM, terdapat
beberapa permasalahan yang harus dihadapi seperti kesalahan barang yang dikirim, harga yang
tidak sesuai, dan persaingan yang tidak kompetitif dan tidak sehat. Berikut berupa tabel
untuk memperkuat permasalaha tersebut.

Tahun Jumlah
2017 Rp 684.539.031
2018 Rp 684.480.500

Sumber: PDAM TSS

2681
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Berdasarkan hasil di atas maka terbukti bahwa informasi akuntansi pada pemilik UMKM
terutama di usaha kecil tidaklah relevan dan tidak tepat waktu, sehingga pihak PDAM tersebut
menjadi kesulitan untuk bisa berkembang. Permasalahan penggunaan informasi akuntansi
membuat pemilik di UMKM menjadi kewalahan dalam menjalankan bisnisnya.

Berdasarkan permasalahan di atas, bahwa penulis mengembangkan penelitian ini dari penelitian
(Aufar, 2013), dimana hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel jenjang pendidikan
terakhir, ukuran usaha, lama usaha, dan latar belakang pendidikan hasilnya berpengaruh
signifikan terhadap penggunaan informasi akuntansi pada UMKM baik secara simultan maupun
secara parsial.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian UMKM

Menurut (Rijanto, 2015) Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mempunyai peran
penting dan strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Selain berperan dalam
pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, UMKM juga berperan dalam
mendistribusikan hasil-hasil pembangunan. UMKM juga telah terbukti tidak berpengaruh
terhadap krisis . Ketika krisis menerpa pada periode tahun 1997-1998, hanya UMKM yang
mampu tetap berdirih kokoh.

2.2 Pengertian Informasi

Menurut (George and Wiliam, 2000) dalam (Wulandari, 2016) informasi adalah suatu data yang
tergarap yang menyebabkan dapat dijadikan bagian umum untuk menghasilkan suatu keutusan,
dalam bidang usaha, informasi tersebut memiliki definisi yang jauh lebih berharga yakni
sebagai pengetahuan umum untuk dilakukan pengambilan suatu keputusan,informasi usaha
mendukung untuk memastikan suatu kesimpulan saat ini maupun dimasa yang akan mendatang
agar mencapai kehendak perusahaan.

2.3 Pengertian Akuntansi

Menurut (Bahri, 2016) mengatakan bahwa akuntansi adalah seni pencacatan, penggolonggan,
pengikhtisaran, dan pelaporan atas suatu transaksi dengan cara sedemikian rupa, sistematis
dari segi isi, dan berdasarkan standar yang diakui umum. Oleh karena itu, pihak yang
berkepentingan atas perusahaan dapat mengetahui posisi keuangan perusahaan serta hasil
2682
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

operasi pada setiap waktu yang diperlukan, sehingga dapat mengambil maupun pemilihan dari
berbagai tindakan alternative di bidang ekonomi.

2.4 Pengertian Informasi Akuntansi

Menurut (Bekaoui, 2000) dalam (Wulandari, 2016) menyatakan bahwa informasi akuntansi
merupakan suatu informasi kuantitatif berisikan entitas ekonomi yang berguna akan
pengambilan kesimpulan ekonomi untuk memastikan pilihan-pilihan diantaranya alternative-
alternatif berupatindakan penggunaan informasi akuntansi tersebut buat perancangan strategis,
pengamatan manajemen, serta pengamatan operasional.

2.5 Laporan Keuangan

Menurut (Hery, 2015: 3-4) dalam (Oktasari, 2018) laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil
dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data
keuangan atau aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan kata lain
laporan keuangan ini berfungsi sebagai alat informasi yang menghubungkan perusahaan dengan
pihak-pihak yang berkepentingan., yang menunjukkan kondisi kesehatan keuangan perusahaan
dan kinerja perusahaan.

3. METODOLOGI PENELITIAN

Objek dalam penelitian ini yaitu dilaksanakan di UMKM dimana merupakan


perusahaan UMKM di PDAM Tirta Sejiran Setason Bangka barat. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode kuantitaif. Untuk jenis data yang
dipakai terdiri dari dua, pertama yaitu data primer berupa kuesioner dan yang kedua yaitu data
sekunder berupa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan judul penelitian ini seperti
buku, jurnal, dan internet. Untuk populasi dalam suatu penelitian yakni seluruh pemimpin dan
karyawan UMKM berjumlah 55 karyawan tetap UMKM. Sementara untuk sampel
penelitiannya, dikarenakan populasi penelitian tersebut kurang dari seratus orang maka sampel
yang diambil sama berada si populasi yaitu berjumlah 55 karyawan tetap UMKM. Untuk
metode pengumpulan data, sebelumya telah dijelaskan di jenis data primer yaitu menggunakan
kuesioner, dimana kuesioner itu disebarkan kepada responden, kemudian diisi atau dijawab oleh
responden berupa jenjang pendidikan terakhir, skala usaha, lama usaha, latar belakang
pendidikan, pengetahuan akuntansi, dan penggunaan informasi akuntansi.

3.1 Metode Analisis Data

Dalam metode analisis data, penulis menggunakan alat bantu yaitu pengelolahan data

2683
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

SPSS dengan versi 25. Ada beberapa metode analisis yang akan diuji, diantaranya yaitu
ujivaliditas dan uji reliabilitas, statistik deskriptif, pengujian asumsi klasik yang terdiri dari uji
normaitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, analisis regresi linear berganda, dan
pengujian hipotesis yang terdiri dari uji koefisien determinasi (R 2), uji simultan (F-test), uji
parsial (t-test).

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh dari penyebaran
kuesioner kepada respoden sebagai sumber databdalam penelitian ini. Kuesioner terdapat dalam
29 buah pertanyaan dengan perincian 1 butir pertanyaan berupa jenjang pendidikan terakhir, 3
buah pertanyaan berupa skala usaha, 1 buah pertanyaan berupa lama usaha, 1 buah pertanyaan
berupa latar belakang pendidian, 9 buah pertanyaan berupa pengetahuan akuntansi, dan 14 buah
pertanyaan berupa pernggunaan informasi akuntansi.

4.1 Hasil Uji Validitas

Pengujian tersebut dilakukan untuk melihat apakah alat pengukuran tersebut dirancang dalam
kuesioner yaitu mengukur valid atau tidaknya suatu penelitian. Berikut berupa hasil uji

validitas berupa variabel pengetahuan akuntansi dan penggunaan informasi akuntansi.

BUTIR R Hitung R Tabel KETERANGAN


PERTANYAAN
PA1 0,412 0,279
(5%) VALID
PA2 0,648 0,279 VALID
PA3 0,490 0,279 VALID
PA4 0,634 0,279 VALID
PA5 0,668 0,279 VALID
PA6 0,793 0,279 VALID
PA7 0,778 0,279 VALID
PA8 0,685 0,279 VALID
PA9 0,617 0,279 VALID
Sumber: Data Diolah, 2019

BUTIR R Hitung R Tabel KETERANGAN


PERTANYAAN
PIA 1 0,631 0,279
(5%) VALID
PIA 2 0,567 0,279 VALID
PIA 3 0,552 0,279 VALID
PIA 4 0,615 0,279 VALID
PIA 5 0,622 0,279 VALID
PIA 6 0,576 0,279 VALID
2684
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

PIA 7 0,587 0,279 VALID


PIA 8 0,662 0,279 VALID
PIA 9 0,672 0,279 VALID
PIA 10 0,760 0,279 VALID
PIA 11 0,489 0,279 VALID
PIA 12 0,536 0,279 VALID
PIA 13 0,577 0,279 VALID
PIA 14 0,552 0,279 VALID
Sumber: Data Diolah, 2019

Berdasarkan hasil uji validitas yaitu variabel pengetahuan akuntansi terdiri dari 9 pertanyaan,
dan penggunaan informasi akuntasni terdiri dari 14 pertanyaan maka hasil tersebut dinyatakan
valid, dikarenakan hasil dari R hitung bersifat lebih besar dibandingkan R tabel. Sehingga telah
memenuhi kriteria validitas.

4.2 Hasil Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas bisa digunakan secara bersama-sama kedalam semua item pertanyaan untuk lebih
dari satu variabel. Hal tersebut merupakan hasil pengujian reliabilitas dalam variabel
pengetahuan akuntansi dan penggunaan informasi akuntansi.

Cronbach‟s Alpa
Based On
Standardized Item
No. Nama Variabel Cronbach‟s N of
Item
1. Pengetahuan Alpa Items
Akuntansi (X5)
0,818 0,279 9

2. Penggunaan Informasi

Akuntansi (Y) 0,863 0,279 14


Sumber: Data Diolah, 2019

Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas, dapat dilihat bahwa nilai cronbach‟s alpa yaitu
pengetahuan akuntansi dan penggunaan informasi akuntansi bersifat tinggi dan dapat
disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut sudah memenuhi kriteria reliabel.

4.3 Hasil Statistik Deskriptif

Pengujian ini dipakai untuk memeperlihatkan deskripsi berupa beberapa nilai angka seperti
angka minimum, maksimum, dan mean. Berikut berupa hasil sampelnya.

2685
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Jenjang Pendidikan Terakhir 55 1,000 3,000 2,58182


Skala Usaha N
55 Minimum
1,000 Maximum
3,000 Mean
2,06340
Lama Usaha 55 2,000 4,000 2,74545
Latar Belakang Pendidikan 55 1,000 4,000 3,30909
Pengetahuan Akuntansi 55 1,000 5,000 3,85455
Penggunaan Informasi Akuntansi 55 1,000 5,000 3,74545
Valid N (listwise) 55
Sumber: Data Diolah, 2019

Dapat dilihat dari tabel diatas, bahwa untuk jenjang pendidikan terakhir rata-rata yang dijawab
oleh rsponden yaitu 2,581182. Untuk skala usaha rata-rata yang dijawab oleh responden
yaitu 2,06340. Untuk lama usaha rata-rata yang dijawab oleh responden yaitu

2,74545. Untuk latar belakang pendidikan rata-rata yang dijawab oleh responden yaitu 3,30909.

2686
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Untuk pengetahuan akuntansi rata-rata yang dijawab oleh responden yaitu 3,85455. Dan untuk
penggunaan informasi akuntansi rata-rata yang dijawab oleh responden yaitu 3,74545.

4.4 Hasil Uji Normalitas

Tujuan dari uji tersebut yaitu untuk melihat apakah data yang diperoleh bersifat berdistribusi
normal atau bukan. Penulis menggunakan uji normal p-p plot of regression, berikut berupa
gambarnya.

Sumber: Output SPSS, 2019

Dapat dilihat dari gambar diatas, bahwa hasil tersebut menunjukkan berdistribusi normal,
dikarenakan titik-titik tersebut mengikuti garis diagonal mulai dari awal sampai akhir dan saling
menyambung satu sama lain, selain itu titik-titik tersebut tidak melakukan penyebaran baik
penyebaran jauh ke atas maupun kebawah. Sehingga terlihat jelas bahwa hasilnya berdistribusi
normal.

4.5 Hasil Uji Multikolinearitas

Untuk uji tersebut, ada dua nilai yang harus diperhatikan. Pertama nilai tolerance harus lebih dari
0,100, kedua nilai VIF harus kurang dari 10. Berikut berupa hasilnya, yakni.
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant) 2687
Jenjang Pendidikan Terakhir ,356 2,807
Skala Usaha ,184 5,446
Lama Usaha ,197 5,084
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Sumber: Output SPSS, 2019

Dapat dilihat dari tabel diatas, bahwa hasilnya tidak terjadi multikolinearitas. Hal ini dapat terjadi
dikarenakan seluruh nilai tolerance hasilnya lebih dari 0,100, sedangkan seluruh nilai VIF
hasilnya kurang dari 10. Sehingga jelas bahwa tidak adanya masalah dalam uji ini.

4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Tujuan dari uji tersebut yaitu mengetahui adakah ketidaksamaan antara satu pengamatan ke
pengamatan lainnya. Penulis mengunakan uji scatterplot untuk melihat grafik atau gambar yaitu
hasilnya bersifat menyebar atau tidak. Berikut berupa gambarnya.

2688
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Sumber: Output SPSS, 2019

Setelah dilihat pada gambar diatas, maka dapat diketahui bahwa hasilnya yaitu titik-titik tersebut
mereka melakukan penyebaran ke segala arah baik ke atas, bawah, kesebelah kiri, maupun
kanan. Selain itu tidak terdapat pola-pola tertentu seperti berbentuk bulat, bergaris, maupun
bergelombang. Sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas dalam penelitian,dan
bisa dilanjutkan ke pengujian selanjutnya.

4.7 Analisis Regresi Linear Berganda

Tujuan dari pengujian ini yaitu melihat hubungan satu variabel ke variabel lainnya berupa
berapa harga dari tiap-tiap variabel yang didapatkan. Berikut berupa hasilnya, yakni.

Y = 23,202 + -0,359 X1 + -0,274 X2 + -2,131 X3 + 0,426 X4 + 1,098 X5 + e

Untuk variabel jenjang pendidikan terakhir mendapatkan nilai sebesar -0,359 yang bearti bila
terjadi kenaikan sebesar 1 (satuan) maka terjadi penurunan sebesar yang disebutkan. Untuk
variabel skala usaha mendapatkan nilai sebesar -0,274 yang bearti bila terjadi kenaikan sebesar 1
(satuan) maka terjadi penurunan sebesar yang disebutkan. Untuk variabel lama usaha
mendapatkan nilai sebesar -2,131 yang bearti bila terjadi kenaikan sebesar 1(satuan) maka terjadi
penurunan sebesar yang disebutkan. Untuk variabel latar belakang pendidikan mendapatkan
nilai sebesar

0,426 yang bearti bila terjadi kenaikan sebesar 1 (satuan) maka terjadi kenaikan sebesar yang
disebutkan, namun masih bersifat rendah. Untuk variabel pengetahuan akuntansimendapatkan
nilai sebesar 1,098 yang bearti bila terjadi kenaikan sebesar 1 (satuan) maka terjadi kenaikan
sebesar yang disebutkan.

4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Tujuan dari uji tersebut yaitu melihat seberapa tingginya variabilitas variabel dependen yang
bisa dijelaskan dalam variabel bebasnya. Berikut berupa hasilnya, yakni.

2689
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate

Sumber: Hasil 1Model R a 2019.578


.761
Output SPSS, R Square .535 5.07321

Setelah dilihat dari tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa nilai adjusted sebesar 0,535. Bearti
53.5% variabel dependen dijelaskan ke variabel independen. Sementara sisanya di jelaskan ke
variabel luar pemahaman penelitian.

4.9 Hasil Uji Simultan (F-test)

Tujuan dari pengujian tersebut untuk membuktikan apakah secara bersama-sama atau secara
simultan seluruh variabel bebas berpengaruh atau tidaknya terhadap variabel terikat. Berikut

berupa hasilnya, yakni.

ANOVAa
Sum of
Model Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 1730.500 5 346.100 13.447 .000b
Residual 1261.136 49 25.737
Total 2991.636 54

Sumber: Output SPSS, 2019

Setelah dilihat dari tabel diatas, maka jelas bahwa secara bersama-sama atau simultan seluruh
variabel yang ada atau kelima variabel tersebut hasilnya berpengaruh signifikan terhadap
penggunaan informasi akuntani.

4.10 Hasil Uji Parsial (t-test)

2690
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Berbeda pengujian secara simultan, pengujian ini yaitu parsial bertujuan untuk menghitung
masing-masing hasil variabel bebas terhadap variabel terikat. Berikut berupa hasilnya, yaitu.

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 23.202 7.633 3.040 .004
Jenjang Pendidikan Terakhir (X1) -.359 1.568 -.036 -.229 .820
Skala Usaha (X2) -.274 .779 -.076 -.352 .726
Suumber: Hasil Output SPSS, 2019
Lama Usaha (X3) -2.131 2.145 -.208 -.993 .325
Dapat Latar
dilihat dari tabel
Belakang diatas,
Pendidikan (X4)bahwa secara
.426 sendiri-sendiri
1.216 atau secara
.060 parsial
.350 untuk
.727 variabel
jenjangPengetahuan
pendidikan terkhir,
Akuntansi (X5) skala usaha,
1.098 lama usaha,
.178 dan latar
.655 belakang
6.154 pendidikan
.000
hasilnya tidak berpengaruh signifikan terhadap penggunaan informasi akuntansi. Sementara itu
untuk variabel lainnya yaitu pengetahuan akuntansi hasilnya berpengaruh signifikan terhadap
penggunaan informasi akuntansi.

5. SIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan pembahasan dan menghitung hasil analisis menggunakan pengelolahan data
SPSS, maka bisa diambil kesimpulan sebagai berikut. Bahwa secara bersama-sama atau
secara simultan hasilnya berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, sedangkan secara
sendiri-sendiri atau secara parsial yaitu jenjang pendidikan terakhir, skala usaha, lama usaha, dan
latar belakang pendidikan hasilnya tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen,
sedangkan variabel lainnya yaitu pengetahuan akuntansi hasilnya berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen yaitu penggunaan informasi akuntansi.

5.2 Saran

2691
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Sehubungan degan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut, yaitu
untuk tidak hanya mengandalkan pendidikan yang tinggi, namun pemahaman mengenai
informasi akuntansi harus bersifat luas dimiliki. Perlu adanya peningkatan aset, karyawan dan
juga penjualan agar hasilnya lebih memuaskan. Perlu suatu peningkatan kondisi perusahaan
berupa membangun lamanya usaha UMKM beserta berkembangnya pemahaman yang didapat
berupa informasi akuntansi. Dan tidak terfokus kedalam satu bidang saja berupa latar
belakang pendidikan, namun bidang-bidang lainnya perlu diperhatikan untuk mempunyai
kesempatan besar untuk ditempatkan ke bagian yang diperlukan.

REFERENSI

Aufar, Arizali. (2013). “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Informasi


Akuntansi Pada UMKM.” Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi: Universitas Widyatama
Bandung

Bahri, Shayful. (2016). “Pengantar Akuntansi Berdasarkan SAK ETAP dan IFRS.“ Edisi 1.

Yogyakarta

Farras, Bernhart. 2019. UMKM Kalah Saing Jokowi Beberkan Masalahnya.


[Online]. https://www.cnbcindonesia.com/news/20190111134416-4-50214/umkm-kalah-saing-
jokowi- beberkan-masalahnya (Diakses Tanggal 11 January 2019 13:56)

Holmess, Scott and Nicholls, Des. 1989. “Modelling The Accounting Information
Requirementof

Small Business”. Accounting and Business Research, Vol. 19. No.74. pp.143-150 Kementrian
Koperasi dan UMKM. 2017

Oktasari, Pini, Dian. (2018). “Analisis Laporan Keuangan Untuk Mengukur Kinerja
Keuangan Pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Musi Kota Palembang” Progran
Studi manajemen: Universitas Bina Darma Palembang (Penelitii Tidak Dipublikasi)

Rijanto Erwin. (2015). “Profil Bisnis Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMKM).” Bank

Indonesia

2692
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 “Tentang Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah”

Wulandari, Dwi, Anggraini, Vivi. (2016). “Pengaruh Jenjang Pendidikan, Lama Usaha,
Skala Usaha, Dan Pengetahuan Akuntansi Terhadap Penggunaan Informasi Pada UMKM
Mebel Di Kabupaten Sragen”. Jurusan Akuntansi Syariah

2693
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

PENGARUH OPINI AUDIT, TEMUAN AUDIT DAN KERAKTERISTIK


PEMERINTAH DAERAH TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH
PADA PROVINSI DI INDONESIA

Regina Novia Fani1) dan Rolia Wahasusmiah2)

Universitas Bina Darma

Jalan Jendral Ahmad Yani No.12 Palembang

reginanovia964@yahoo.com

rolia.wahasusmiah@binadarma.ac.id

ABSTRACT

The purpose of this study is to determine the factors that influence the performance of local
government. These factors include audit opinion, audit findings and characteristics of local
government in the form of regional wealth (PAD), the level of dependence on the central
government (DAU), capital expenditure and leverage. The population in this study were all
provincial governments in Indonesia in 2017.” The sampling was done using the purposive
sampling method and the sample of 32 provinces in Indonesia. The analysis used in the study
was carried out by multiple linear regression analysis to examine the effect of the independent
variables on the dependent variable. “With the t test to see the partial effect and the coefficient
of determination test to see the ability of independent variables in explaining the dependent
variable.” The results of this study found that audit opinion, audit findings, the level of regional
wealth, the level of dependence on the central government and leverage did not affect the
performance of local governments, while capital expenditure negatively affected the
performance of local governments.

“Keywords: Local government performance, audit opinion, audit findings, characteristics of


local government.”

PENDAHULUAN

“Undang-Undang Dasar 1945 mendelegasikan bahwa negara melalui aparaturnya wajib


melayani setiap warga negaranya dalam memenuhi kebutuhan dasar untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.” Semua kepentingan publik harus dilaksanakan oleh pemerintah

2694
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

sebagai penyelenggara negara, yaitu dalam berbagai sektor pelayanan, terutama yang
menyangkut tentang hak-hak sipil dan kebutuhan dasar. Permasalahan yang dialami oleh
bangsa Indonesia sekarang ini semakin rumit dan sarat. “Oknum-oknum organisasi
pemerintah yang seharusnya menjadi teladan rakyat banyak yang terperangkap masalah
hokum”. “Hal ini dipertegas badan pemeriksaan keuangan dalam IHPS semester I tahun 2017
bahwa ketidak patuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengaibatkan kerugian daerah meliputi 2,422 permasalahan senilai Rp 1,42 triliun. “

“Kinerja pemerintah daerah dapat dilihat dari Laporan Hasil Pemeriksaan Keuangan dari Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK).” “Hasil dari pemeriksaan tersebut adalah opini audit, temuan
audit dan rekomendasi. Opini audit merupakan hasil pemeriksaan dari kewajaran angka-angka
atas kegiatan dan program pemerintah sehubungan dengan penggunaan anggaran. Semakin
baik opini audit yang diperoleh pemerintah daerah maka akan semakin baik kinerja keuangan
pemerintah daerah.” Menurut ISO 9001, Temuan audit merupakan bagian dari suatu proses
audit dimana bagian ini berisi pesan khusus, disampaikan oleh auditor kepada pembaca laporan
keuangan.

“Faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja pemerintah daerah adalah karakteristik
pemerintah daerah.” “Karakteristik pemerintah adalah jati diri yang dimiliki tiap daerah yang
dapat membedakanya dengan daerah lain”. “Variabel penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini untuk memproksikan karakteristik pemerintah daerah menggunakan variabel-
variabel yang ada pada penelitian yang dilakukan oleh Ara dan Herwanti (2016) terdiri dari (a)
tingkat kekayaan; (b) tingkat ketergantungan; (c) belanja modal. Selain itu peneliti juga
menambahkan proksi leverage pada variabel karakteristik pemerintah.” “Leverage merupakan
perbandingan antara utang dan modal.” Pada penelitian ini penelitian mengacu pada Ara dan
Herwanti (2016), Peneliti menggunakan tambahan variabel opini audit serta proksi leverage
pada variabel karakteristik pemerintah daerah serta empat variabel lainnya yaitu temuan audit,
tingkat kekayaan daerah, tingkat ketergantungan pada pemerintah pusat dan belanja modal
sehingga total variabel yang digunakan sebanyak enam variabel.”

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini memiliki rumusan masalah sebagai
berikut:

“Bagaimana pengaruh opini audit terhadap kinerja pemerintah daerah pada pemerintah
provinsi di Indonesia?”

2695
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

“Bagaimana pengaruh temuan audit terhadap kinerja Pemerintah daerah pada pemerintah
provinsi di Indonesia?”

“Bagaimana pengaruh tingkat kekayaan daerah terhadap kinerja pemerintah daerah pada
pemerintah provinsi di Indonesia?”

“Bagaimana pengaruh tingkat ketergantungan pada pemerintah pusat terhadap kinerja


pemerintah daerah pada pemerintah provinsi di Indonesia?”

“Bagaimana pengaruh belanja modal terhadap kinerja Pemerintah daerah pada pemerintah
provinsi di Indonesia?”

“Bagaimana pengaruh leverage terhadap kinerja Pemerintah daerah pada provinsi di


Indonesia?”

TINJAUAN PUSTAKA

Teori Keageanan (Agency Theory)

“Teori keagenan pada dasarnya merupakan teori yang timbul karena adanya konflik
kepentingan antara prinsipal dan agen.” Menurut Lane (2003) teori keagenan dapat diterapkan
dalam organisasi publik. “Ia menyatakan bahwa negara demokrasi modern didasarkan pada
serangkaian hubungan prinsipal-agen.” “Prinsipal harus memonitor kerja agen, agar tujuan
organisasi dapat dicapai dengan efisien serta tercapainya akuntabilitas publik.”

Kinerja Pemerintah Daerah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) “kinerja adalah sebuah konsep yang
kompleks dan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Berbeda dengan
pengukuran kinerja sektor swasta.” Menurut Van Helden & Reichard (2013) pengukuran
kinerja sektor publik memiliki lebih banyak dampak dan faktor eksternalnya, karena sampai
kepada outcome dari suatu kebijakan terhadap kelompok sasaran tertentu. “Dalam penelitian ini
variabel dependen yang digunakan adalah kinerja pemerintah daerah.” “Pengukuran Kinerja
pemda dilihat dari nilai Evaluasi kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah (EKPPD), yang
merupakan penilaian kinerja berdasarkan LPPD (laporan Pertanggungjawaban
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah) tahun 2017 tingkat nasional dengan range nilai 0-4.”

Opini Audit

2696
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Menurut Suryaningsih dan Sisdyani (2016) “opini auditor sering dijadikan sebagai pengukuran
kinerja suatu daerah dalam pengelolaan keuangan daerahnya yang berasal dari pihak eksternal,
sehingga seringkali terdapat gejala di daerah terkesan memburu predikat Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP).” “Jika pemerintah daerah terlalu banyak mendapatkan predikat Wajar
Dengan Pengecualian (WDP), Tidak Memberikan Pendapat (TMP), bahkan Tidak Wajar (TW)
membuktikan bahwa kinerja pemerintah daerah tersebut tidak terlaksana dengan baik. Variabel
opini audit dapat dikategorikan sebagai berikut: Opini WTP : diberi nilai lima (4), Opini WDP :
diberi nilai tiga (3), Opini TW : diberi nilai dua (2), Opini TMP : diberi nilai satu (1).”

Temuan Audit

“Variabel temuan audit menggunakan proksi nilai temuan audit (rupiah) suatu pemda
terhadap total APBD yang diperiksa (realisasi belanja daerah).”

Temuan =

Tingkat Kekayaan Daerah

“Tingkat kekayaan daerah dalam penelitian ini diproksikan dengan Pendapatan Asli
Daerah karena merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli
daerah”

T.Kekayaan D =

Tingkat Ketergantungan Daerah pada Pemerintah Pusat

“Tingkat ketergantungan menggambarkan suatu daerah yang memerlukan sumber dana dari
luar. Semakin tinggi tingkat ketergantungan daerah, maka semakin besar bantuan yang diperlukan dari
luar (dari pemerintah pusat dan provinsi).”

T. Ketergantungan
=
2697
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Belanja Modal

Menurut Kementrian Keuangan “Republik Indonesia melalui Direktorat Jendral


Perimbangan Keuangan (2012) rasio belanja modal terhadap total belanja daerah
mencerminkan porsi belanja daerah yang dibelanjakan untuk membiayai belanja modal.”

Belanja Modal

Leverage

“Leverage yaitu proporsi untuk mengukur perbandingan utang/kewajiban dari pihak


eksternal dengan ekuitas/modal sendiri.”

Leverage =

Kerangka Pemikiran

2698
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Pengaruh Opini Audit Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah.

“Opini Badan Pemeriksa Keuangan dapat menjadi tolak ukur (indikator) untuk menilai
akuntabilitas sebuah entitas pemerintah.” Opini ini dapat menaikkan ataupun menurunkan
tingkat kepercayaan pemangku kepentingan atas pelaporan yang disajikan oleh pihak yang
diaudit, dalam hal ini entitas pemerintah daerah. “Opini juga dipengaruhi oleh temuan hasil
audit karena semakin sedikit temuan audit maka opini yang diberikan semakin baik.”

H1 : Opini Audit berpengaruh positif terhadap Kinerja Pemerintah Daerah

Pengaruh Temuan Audit Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah

“Temuan audit yaitu berupa hasil pemeriksaan BPK terhadap laporan keuangan pemerintah
daerah yang mengungkapkan adanya kelemahan sistem pengendalian internal dan pelanggaran
atas ketidakpatuhan atas ketentuan perundang-undangan.” Semakin banyaknya pelanggaran
yang dilakukan oleh pemerintah daerah maka menunjukkan kinerja pemerintah yang semakin
rendah pula.

H2 : Temuan audit berpengaruh negatif terhadap kinerja pemerintah daerah.

Pengaruh tingkat kekayaan daerah terhadap kinerja pemerintah daerah

“PAD dapat bersumber dari pajak daerah; retribusi daerah; hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. Penelitian Sumarjo (2010) menyebutkan bahwa
peningkatan PAD seharusnya didukung dengan peningkatan kualitas layanan publik. Di mana
kualitas layanan publik yang baik akan mencerminkan kinerja yang baik suatu Pemda”. “Hal

2699
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

ini sejalan dengan penelitian Julitawati, dkk (2012) yang membuktikan bahwa PAD
berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota.”

H3 : Tingkat kekayaan daerah berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah daerah.

Pengaruh Tingkat Ketergantungan pada Pusat pada Kinerja Pemerintah Daerah.

“DAU digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan sehingga dapat terlaksana


pelayanan kepada masyarakat. Pemerintah akan memantau pelaksanaan dari alokasi DAU sehingga hal
ini memotivasi Pemerintah daerah untuk berkinerja lebih baik. “Dengan demikian, semakin tinggi
ketergantungan Pemerintah daerah pada pemerintah pusat maka diharapkan semakin baik pelayanan
Pemerintah daerah kepada masyarakatnya sehingga kinerja Pemerintah daerah juga semakin
meningkat.”

H4 : Tingkat ketergantungan pada pusat berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah daerah.

Pengaruh Belanja Modal terhadap Kinerja Pemerintah Daerah


“Belanja modal yang besar merupakan cerminan dari banyaknya infrastruktur dan sarana yang
dibangun.” Sehingga semakin banyak pembangunan yang dilakukan akan meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat sehingga kinerja daerah akan lebih baik. “Namun jika dilihat dari rasio Efisiensi
keuangan daerah hal diatas dapat disebut efisien jika rasio yang dicapai kurang dari 1 atau dibawah
100%. Jika rasio efisiensi keuangan daerah besar maka kinerja pemerintah daerah tersebut buruk.”

H5: Belanja modal berpengaruh negatif terhadap kinerja pemerintah daerah.

Pengaruh Leverage terhadap kinerja pemerintah daerah

“Didalam sektor publik, rasio utang atau leverage sangat penting bagi kreditor dan calon kreditor
potensial pemerintah daerah dalam membuat keputusan pemberian kredit.” “Rasio ini akan digunakan
oleh kreditor untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam membayar utangnya.”

“H6 : Leverage berpengaruh negatif terhadap kinerja pemerintah daerah.”

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

“Populasi penelitin ini adalah seluruh provinsi di Indonesia pada tahun 2017. Dari populasi
sebanyak 34 provinsi, terdapat 32 provinsi yang memenuhi kriteria tersebut.”

Teknik analisis data

2700
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

“Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier
berganda.Tahap analisis yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu, uji asumsi klasik,
perumusan model Moderated Regression Analysis (MRA), koefisien determinasi, uji t, dan uji
hipotesis.”

KPD = α+ PINI + TEMUAN+ 3 PA


+ 4 DAU + 5 BM - 6 LEVE + e

Keterangan :

KPD : Kinerja pemerintah daerah

α : Konstanta

: Koefisien variabel independen

OPINI : Opini audit

TEMUAN : Temuan Audit

PAD : Tingkat kekayaan daerah

DAU : Tingkat ketergantungan pada pusat

BM : Belanja Modal

LEVE : Leverage

e : Koefisien eror

PEMBAHASAN

Analisis Hasil Penelitian

Descriptive Statistics

2701
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

“Uji statistik Std. diperlukan untuk


Mini Max Mean Deviation
memberikan gambaran atau deskriptif suatu
data yang dilihat dari OPINI 3 5 4,94 ,354 nilai rata-rata (mean),
maksimum, minimum, dan stan.dev
TEMUAN ,0000 ,1567 ,012754 ,0350434
(Ghozali,2011). Tabel dibawah menunjukkan
:” PAD ,0340 3,5556 ,525615 ,6660394

DAU ,0330 ,8817 ,341425 ,2293094

BM ,0858 ,3048 ,189037 ,0549408

LEVE ,0003 ,1357 ,038485 ,0362355

KAT_KPD 3 4 3,22 ,420

Valid N

“Hasil uji statistik deskriptif variabel OPINI mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar 4,94
dengan standar deviasi sebesar 0,354 dimana standar deviasi lebih kecil daripada nilai rata-
ratanya.” “TEMUAN mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar 0,0128 dengan standar deviasi
sebesar 0,03504 dimana nilai standar deviasi ini lebih besar daripada nilai rata-ratanya.” PAD
mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar 0,5256 dengan standar deviasi sebesar 0,66604
dimana nilai standar deviasi lebih besar dari nilai rata-ratanya. “DAU mempunyai nilai rata-rata
(mean) sebesar 0,3414 dengan standar deviasi sebesar 0,22931 dimana nilai standar deviasi
lebih kecil daripada nilai rata-ratanya.” “BM mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar 0,1890
dengan standar deviasi 0,05494 dimana nilai standar deviasi lebih kecil daripada nilai rata-rata
BM BM mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar 0,1890 dengan standar deviasi 0,05494

2702
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

dimana nilai standar deviasi lebih kecil daripada nilai rata-ratanya.” LEVE mempunyai nilai
rata-rata (mean) sebesar 0,0385 dengan standar deviasi 0,05494 dimana nilai standar deviasi
lebih besar daripada nilai rata-ratanya.

Pengujian Regresi Linier Berganda Untuk menguji pengaruh opini audti, temuan
audit,pad,dau,belanja modal dan leverage terhadap kinerja baik secara simultan maupun parsial.

KPD = 3,840 + 0,021 OPINI + 0,963


TEMUAN + 0,121 PAD – 0,268 DAU –
Variabel 4,430
OpiniBM + 3,381
Audit LEVE + e
(OPINI)

Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh nilai signifikan 0,917 > level of significant (α) =
0,05, karena nilai signifikan lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa opini audit
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah.

Variabel Temuan Audit (TEMUAN)

“Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh nilai signifikan 0,659 > level of significant (α) =
0,05, karena nilai signifikan lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa opini audit
tidak memiliki pengaruh signifikan terhdapa kinerja pemerintah daerah.”

“Variabel Tingkat Kekayaan Daerah (PAD) Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh nilai
signifikan 0,284 > level of significant (α) = 0,05, karena nilai signifikan lebih besar dari 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kekayaan daerah tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap kinerja pemerinta daerah.”

Variabel Tingkat Ketergantungan Pada Pemerintah Pusat (DAU)

“Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh nilai signifikan 0,421 level of significant (α) =
0,05, karena nilai signifikan lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tingkat
ketergantungan pada pemerintah pusat tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja
pemerintah daerah.”

Variabel Belanja Modal (BM)

2703
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

“Berdasarkan hasil pengolahan data,diperoleh nilai signifikan 0,006 < level of significant (α) =
0,05, karena nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa belanja modal
memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah.”

Variabel Leverage (LEVE)

“Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh nilai signifikan 0,128 > level of significant (α) =
0,05, karena nilai signifikan lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa leverage
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah.”

Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

Test Statistic ,131

Asymp. Sig. (2-tailed) ,176c

“Hasil pengujian statistik menemukan bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov(K-S) adalah 0,131 dan
nilai Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,176. Hal ini berarti data yang diuji terdistribusi normal.”

Uji Multikolinearitas

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

,962 1,040

,795 1,258

,839 1,192

,808 1,237

,703 1,423

2704
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

,753 1,329

“variabel opini, temuan, PAD, DAU, BM dan leve lebih kecil dari 10, dapat disimpulkan
bahwa data penelitian ini bebas dari multikolinearitas.”

Uji Heteroskedastisitas

“Dari hasil uji heteroskedastisitas diperoleh nilai signifikansi dari tabel independen
OPINI,TEMUAN, PAD, DAU, BM dan LEVE adalah > 0,05 yang berarti tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap nilai absolut residunya.”

Uji Hipotesis Koefisien Determinasi

“Hasil dari uji model regresi diperoleh nilai koefisien (R2) sebagai berikut;”

“besarnya koefisien determinasi ditunjukan pada nilai adjusted R2 yaitu 0,239 hal ini berarti
23% variasi variabel terikat yaitu kinerja pemerintah daerah (Y) variasinya dapat dijelaskan
oleh variabel OPINI (X1), TEMUAN (X2), PAD (X3), DAU (X4), BM (X5) dan LEVE (X6),
sedangkan sisanya sebesar 77% merupakan pengaruh dari sebab atau faktor lain yang tidak
diteliti.”

Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

“Uji F atau simultan digunakan untuk melihat apakah secara keseluruhan variabel bebas
(independent) memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat (dependent).
Berikut hasil uji F;”

2705
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Hasil dari uji F menunjukkan bahwa nilai F sebesar 2,626 dengan signifikan senilai 0,041 lebih
kecil dari 0,05 maka hipotesis alternatif diterima. Hal ini berarti variabel independen
berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen.

Uji Signifikan Parsial (Uji t)

“Uji T atau uji hipotesis secara parsial digunakan untuk mengetahui apakah secara parsial
variabel bebas berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel terikat yaitu kinerja
pemda.”
Coefficientsa

Model Sig.

1 (Constant) ,001

OPINI ,245

TEMUAN ,651

PAD ,806

DAU ,483

BM ,140

LEVE ,528

Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) = 5%, jika nilai sig.t > 0,05 maka Ho diterima,
artinya tidak ada pengaruh signifikan secara parsial dari variabel terikat”. Sebaliknya jika nilai
sig.t < 0,05 maka Ho ditolak , artinya ada pengaruh signifikan secara parsial dari variabel bebas
terhadap variabel terikat. “Dalam penelitian ini terdapat satu variabel yang memiliki pengaruh
signifikan secara parsial dari variabel terikat.”

2706
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Pembahasan

Opini Audit Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah

“Hasil pengujian menunjukkan bahwa opini audit tidak berpengaruh terhadap kinerja
pemerintah daerah dengan nilai signifikan 0,917 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05 (α =
5%).” “Ketidakterkaitan antara opini audit dan kinerja pemerintah daerah dikarenakan
pemberian opini audit oleh BPK sebagai auditor pemerintah ini lebih menekankan pada
kewajaran laporan keuangan laporan keuangan berdasarkan sistem pengendalian internal,
pemeriksaan akun-akun dan catatan akuntansi.” “Hal ini sejalan dengan Pemeriksaan audit
keuangan lebih ditekankan pada kewajaran posisi keuangan, hasil operasi, arus kas dan
lainnya.” “Pemberian opini audit disini bukan merupakan hasil pemeriksaan atas audit kinerja.”
Hasil analisis ini konsisten dengan hasil penelitian Marfiana dan Kurniasih (2013) yang
menyatakan bahwa opini audit tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah.
“Akan tetapi, hasil ini tidak konsisen dengan hasil penelitian Suryaningsih dan Sisdyani (2016),
yang menyatakan bahwa opini audit berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah daerah.”

Temuan Audit terhadap kinerja pemerintah daerah

“Hasil pengujian menunjukkan bahwa temuan audit tidak berpengaruh terhadap kinerja
pemerintah daerah dengan nilai signifikan 0,659 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05 (α =
5%). Tidak ada keterkaitan antara temuan audit dengan kinerja pemerintah Pemerintah daerah
yang mendapatkan jumlah temuan audit yang banyak belum tentu memiliki kinerja keuangan
pemerintah daerah yang buruk. Pemerintah daerah dalam menjalankan kinerja pemerintahannya
kurang dipengaruhi oleh hasil dari temuan audit. Pelaksanaan revisi maupun kritik saran dari
BPK hanya sebatas pemenuhan kewajban tanpa adanya tindak lanjut dari pemerintah daerah
untuk melakukan kinerja dengan baik. “Hasil analisis ini konsisten dengan hasil penelitian
Artha dkk (2015) yang menyatakan bahwa temuan audit tidak memiliki pengaruh terhadap
kinerja pemerintah daerah.” Akan tetapi, hasil ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Arra
dan Herwanti (2016) yang menyatakan bahwa temuan audit memiliki pengaruh terhadap
kinerja pemerintah daerah.

Tingkat Kekayaan Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah

“Hasil pengujian menunjukkan bahwa tingkat kekayaan daerah tidak berpengaruh terhadap
kinerja pemerintah daerah dengan nilai signifikan 0,284 dimana nilai tersebut lebih besar dari
0,05 (α = 5%).” “Tidak ada keterkaitan antara tingkat keyaan daerah dengan kinerja pemerintah

2707
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

daerah ini dapat diterima karena mengingat besarnya porsi tingkat ketergantungan pemerintah
daerah terhadap transfer dana dari pemerintah pusat.” “Adapun faktor dugaan lain dari tidak
berpengaruhnya PAD terhadap kinerja pemerintah daerah yaitu karena terlalu kecilnya tingkat
kekayaan daerah sehingga membuat pemerintah daerah kesulitan dalam mengalokasikan PAD
untuk pengeluaran-pengeluaran yang ditujukan untuk publik atau dengan kata lain pemerintah
kesulitan dalam mengidentifikasi potensi dari sumber PAD ini.” “Hasil analisis ini konsisten
dengan hasil penelitian Marfiana (2013) serta Artha dkk (2015) yang menyatakan bahwa
tingkat kekayaan daerah tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah. “Akan
tetapi, hasil ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Arra dan Herwanti (2016) yang
menyatakan bahwa tingkat kekayaan daerah memiliki pengaruh terhadap kinerja pemerintah
daerah.”

Tingkat Ketergantungan pada Pemerintah pusat terhadap kinerja pemerintah daerah

“Hasil pengujian menunjukkan bahwa ringkat ketergantungan pada pemerintah pusat tidak
berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah dengan nilai signifikan 0,421 dimana nilai
tersebut lebih besar dari 0,05 (α = 5%).” “Hal ini dapat diterima mengingat bahwa DAU yang
dalam proposi penerimaan pemerintah daerah merupakan sumber pendapatan paling besar
diduga lebih banyak untuk menutupi kebutuhan belanja pegawai sehingga pelaksanaan urusan
pemerintahan menjadi kurang memadai.” “Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian
yang dilakukan Sudarsana (2013) derta Artha dkk (2015) yang menyatakan bahwa tingkat
ketergantungan pada pemerintah pusat tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja pemerintah
daerah.” Akan tetapi, hasil analisis tersebut tidak konsisten dengan hasil penelitian Sudarsana
dan raharjo (2013) serta Arra dan Herwanti (2016), yang menyatakan bahwa tingkat
ketergantungan pada pemerintah pusat berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah.

Belanja Modal Terhadap Kinerja Pemerintah daerah

“Hasil pengujian menunjukkan bahwa belanja modal memiliki pengaruh negatif signifikan
terhadap kinerja pemerintah daerah dengan nilai signifikan 0,006 dimana nilai tersebut lebih
kecil dari 0,05 (α = 5%).” semakin besar belanja modal suatu daerah akan mempengaruhi
kinerja pemerintah daerah. “Karena semakin besar nilai belanja modal pemerintah daerah maka
semakin rendah kinerja pemerintah daerah dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Hal
ini menunjukkan pengelolaan belanja modal dipemerintah provinsi di Indonesia pada tahun
penelitian belum fokus untuk meningkatkan kinerja pemerintah daerah.” “Alokasi belanja
modal untuk publik yang lebih kecil dari belanja modal untuk aparatur atau belanja modal

2708
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

belum dialokasikann secara maksimal untuk menunjang kesejahteraan masyarakat sehingga


menunjukkan pengaruh negatif belanja modal terhadap kinerja pemerintah daerah.” hal ini
mengindikasikan semakin besar belanja modal maka semakin rendah skor kinerja yang dimiliki
oleh daerah tersebut. “Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Mustikarini dan
Fitriasari (2012), yang menyatakan bahwa belanja modal memiliki pengaruh negatif signifikan
terhadap kinerja pemerintah daerah.” Akan tetapi, tidak konsisten dengan hasil penelitian Arra
dan Herwanti (2016) yang menyatakan bahwa belanja modal memiliki pengaruh positif
terhadap kinerja pemerintah daerah.

Leverage Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah

“Hasil pengujian menunjukkan leverage tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja
pemerintah daerah dengan nilai signifikan 0.128 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05 (α =
5%). Hal ini dapat diterima mengingat beberapa pemda memiliki rasio yang kecil dikarenakan
prosedur yang harus dilaksanakan untuk memperoleh pinjaman dari pihak eksternal terlalu
rumit. “Hal tersebut mengindikasikan bahwa pemerintah daerah hanya sedikit menggunakan
leverage sebagai sumber pendanaan dan itupun bukan untuk kegiatan operasional
pemrintahan.” Hasil peneltian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan Artha dkk
(2015) yang menyatakan bahwa leverage tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja pemerintah
daerah. “Akan tetapi, tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan Kusumawardani
(2012) yang menyatakan bahwa leverage memiliki pengaruh terhadap kinerja pemerintah
daerah.”

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

“Hasil penelitian menunjukkan bahwa opini audit, temuan audit, tingkat kekayaan daerah,
tingkat ketergantungan kepada Pemerintah Pusat, dan leverage tidak berpengaruh signifikan
terhadap kinerja pemerintahan daerah.” “Adapun belanja modal berpengaruh signifikan
terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan arah hubungan yang negatif.

SARAN

Saran yang dapat penulis berikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

2709
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

1.Bagi Pihak Pemerintah, Pemerintah daerah dapat terus memperbaiki dan meningkatkan
kinerja pemerintahannya sampai semaksimal mungkin sehingga mampu menghasilkan kinerja
yang lebih optimal. Pemerintah daerah dapat mengelola APBD dengan bijak untuk
menciptakan efisiensi anggaran.

2.Bagi Peneliti Selanjutnya, diharapkan menggunakan sampel seluruh provinsi atau


kabupaten/kota dengan menambahkan tahun pengamatan sebelumnya, sehingga hasil penelitian
dapat merealisasikan kondisi pada seluruh pemerintah daerah di Indonesia. Serta menggunakan
variabel yang lebih variatif seperti rasio efektivitas, efisiensi, likuiditas, dan solvabilitas.

Daftar Pustaka

Ara, Samuel. Christian,. Herwanti, Titiek dan Pituringsih, Endar., (2016). Pengaruh
Karakteristik Pemda dan Temuan Audit BPK terhadap Kinerja Pemerintah Kabupaten Di Pulau
Sumba. Jurnal Akuntansi Universitas Mataram, Vol. 04, hal. 1-17.

Artha, Risma. Diri., Basuki, Prayitno dan MT, Alamsyah., (2015). Pengaruh Karakteristik Pemerintah
Daerah dan Temuan Audit BPK Terhadap Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Studi Empiris
Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi NTB). Jurnal InFestasi, Vol. 11, hal. 214- 229.

Halim, A., (2008). Akuntasi sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba
Empat.

Mardiasmo, (2009). Akuntansi Sektor Publik. Edisi IV. Yogyakarta: ANDI

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah.

Sudarsana, Hafidh. Susila. dan Rahardjo, Shiddiq. Nur., (2013). Pengaruh Karakteristik Pemerintah
Daerah dan Temuan Audit BPK Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Studi Pada Pemerintah
Kabupaten/Kota di Indonesia). Diponegoro Journal of Accounting, Volume 2, hal. 1-13.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabet

2710
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

ANALISIS PENGELOLAAN DANA BPJS KESEHATAN DALAM


PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (STUDI KASUS DANA BPJS KESEHATAN
PUSKESMAS MARIANA)

Ria Maria Ulfa, Ade Kemala Jaya

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bina Darma

Email : riamariaulfa0000@gmail.com, jaya_ade@yahoo.com

ABSTRACT

The core of problem this research is process of distribursing funds and service providers carried
out by the Puskesmas Mariana or BPJS, both in practice and the law as the legal basis. The
principle used by the BPJS with the principles of social insurance and equity almost looks the
sama as the new tablication agreement or help that is used by islamic insurance and takafful.
But in fact BPJS never made sharia as a foundation in its management, coupled with the MUI
opinion which states that some of the practices carried out by BPJS are haram. So, the authors
are intrested in researching about the management of BPJS and Puskesmas Mariana as a
service provider to the participants of BPJS in the prespective of islamic economics which is
located at Sabar Jaya street Lk I, Mariana Ilir Village Office, Kec.Banyuasin I, Kab. Banyuasin.
This research uses descriptive qualitative methods. Using primary and secondary data as a
source of data to be obtained through interviews and literature survegs.Then,it will be managed
using the interactive Miles and Huberman analysis method, so that it will get a conclusion from
the research results.The results of this study indicate that because the BPJS still contain usury
from the results of the fine. Hence, health care providers can’t be said to be sharia even though
some of the management has been done in sharia this condition makes the BPJS as syubhat in
Islamic law.

Keyword : Health BPJS, Islamic Economics, Service Provider, Disbursment of funds.

ABSTRAK

Inti permasalah penelitian ini adalah proses pencairan dana dan pemberi layanan yang dilakukan
oleh Puskesmas Mariana maupun BPJS, baik dalam praktek maupun undang-undang sebagai
dasar hukumnya. Asas gotong royong yang digunakan BPJS dengan prinsip asuransi sosial dan
ekuitas hampir terlihat sama dengan akad tabbaru atau tolong menolong yang digunakan oleh

2711
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

asuransi syariah atau takafful. Namun pada nyatanya BPJS tidak pernah menjadikan syariah
sebagai landasan dalam pengelolaannya. Ditambah dengan pendapat MUI yang menyatakan
bahwa sebagian praktek yang dilakukan oleh BPJS adalah haram. Sehingga penulis tertarik
untuk meneliti mengenai pengelolaan BPJS Kesehatan dan Puskesmas Mariana selaku pemberi
layanan pada peserta BPJS dalam perspektif ekonomi islam yang berlokasi pada Jl. Sabar Jaya
Lk. I Kelurahan Mariana Ilir Kecamatan Banyuasin I Kabupaten Banyuasin.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, menggunakan data primer dan sekunder
sebagai sumber data yang akan diperoleh melalui wawancara dan survey kepustakaan. Lalu, akan
dikelolah dengan menggunakan metode analisis interaktif Miles dan Huberman sehingga akan
memperoleh kesimpulan dari hasil penelitian. Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa, karena
BPJS Kesehatan masih menggandung riba dari hasil denda. Maka, BPJS Kesehatan tidak bisa
dikatakan syariah walau sebagian pengelolaan telah dilakukan secara syariah. Kondisi ini
menjadikan BPJS sebagai syubhat dalam hukum islam.

Kata Kunci : BPJS Kesehatan, Ekonomi Islam, Pemberi layanan, Pencairan Dana.

PENDAHULUAN

Masyarakat memiliki hak atas tingkat hidup yang memadai baik kesehatan, dan kesejahteraan
yang telah diakui sebagai hak azazi manusia oleh segenap bangsa-bangsa di dunia. Oleh, karena
itu biaya yang dikeluarkan oleh warga negara akan menjadi tanggung jawab negara. Akan tetapi
Tarmizi (2019:304), mengatakan bahwa jika negara dalam kondisi keuangan yang belum mampu
untuk memnuhi tanggung jawabnya maka pemerintah atau negara bisa memungut dari sebagian
warga yang mampu untuk membantu warga yang tidak mampu.”

Untuk memenuhi tanggung jawab nya pemerintah indonesia, membuat suatu program yang
bernama BPJS Kesehatan yang berfungsi untuk menjamin kesehatan. Menjadikannya murah dan
terjangkau. Yang sebenarnya masuk kedalam golongan asuransi jiwa. Namun, pada awal
perjalanannya Januari tahun 2014 yang lalu banyak menuai kritikan dari kalangan pakar ekonomi
syariah di indonesia.

“MUI berkesimpulan bahwa BPJS Kesehatan tidak sesuai syariah karena diduga mengandung
berbagai macam akad yang dilarang oleh Islam. Seperti, gharar atau ketidak jelasan yang
memicu maysir dan melahirkan riba dari denda yang diperoleh akibat keterlambatan membayar
iuran. Dalam Islam, negara diwajibkan untuk menjaga kesejahteraan masyarakatnya lewat cara

2712
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

yang diperbolehkan dalam syariat. Salah satunya yaitu jaminan yang menggunakan akad tabarru
atau tolong menolong, seperti yang telah dilakukan dalam praktek-praktek asuransi syariah atau
takafful.

Dengan adanya polemik Fatwa MUI tentang haramnya BPJS Kesehatan, biarpun masih menjadi
perdebatan. Namun, ini bisa menjadi indikasi jika adanya masalah dalam pengelolaan yang
dilakukan oleh pihak BPJS. Dari penjabaran ini maka timbul pertanyaan tentang undang-undang
BPJS yang memiliki pertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Oleh, karena itu peneliti
merasa perlu untuk mengangkat judul” “Analisis Pengelolaan Dana BPJS Kesehatan Dalam
Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus Dana BPJS Kesehatan Mariana)”.

LANDASAN TEORI

Pengertian BPJS

Menurut Sijabat (2015), BPJS merupakan badan hukum publik yang berguna untuk
menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS terbagi kedalam dua jenis yaitu BPJS
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Jaminan Kesehatan adalah jaminan perlindungan
kesehatan bagi peserta agar bisa mendapatkan manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan pada peserta yang telah membayar
iuran dan juga yang telah di bayarkan oleh pemerintah. Adapun BPJS Ketenagakerjaan yaitu
badan hukum publik yang mempunyai tanggung jawab langsung pada Presiden Republik
Indonesia yang telah memberikan perlindungan bagi tenaga kerja agar dapat mengatasi risiko
sosial ekonomi akibat hubungan kerja. Dasar dari pengoperasian BPJS berlandaskan dari
Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial nasional, Pasal 5 ayat (1)
dan Pasal 52.”

Iuran BPJS

Iuran BPJS Kelas 1 Perbulan Rp. 80.000,-

Peserta BPJS pada kelas ini apabila memiliki anggota keluarga kewajiban untuk membayar sama
dan apabila peserta kelas 1 menjalani rawat inap di rumah sakit maka peserta akan mendapatkan
hak perawatan yang sama di kamar 1 yang isinya 2 sampai 4 orang.

Iuran BPJS Kelas 2 Perbulan Rp. 51.000,-

2713
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Peserta BPJS dengan iuran kelas ini mendapatkan hak dikamar kelas 2, peserta dengan kelas ini
bisa mengajukan naik kelas jika diperlukan dengan membayar selisih biaya yang di tanggung
BPJS Kesehatan.

Iuran BPJS Kelas 3 Perbulan Rp. 25.500‟-

Hak kamar rawat inap juga disesuaikan dengan kelas iuran peserta, dan apabila ingin
mengajukan naik kelas maka selisih biaya akan di tanggung pribadi.

Pengelompokan Peserta BPJS

Peserta BPJS terbagi dalam 3 kelompok, yaitu :

Peserta Bantuan Iuran (PBI)

Penerimaan Bantuan Iuran (PBI) adalah peserta dengan jaminan kesehatan yang diperuntukan
fakir miskin dan orang yang tidak mampu seperti yang diamanatkan UU SJSN yang iurannya di
tanggung oleh pemerintah. Selain, fakir miskin yang berhak menerima bantuan, rakyat yang
mengalami cacat total tetap dan tidak mampu juga di tanggung.

Non-PBI

Peserta Non-PBI terdiri dari :

Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya

Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya

Bukan pekerja dan anggota keluarganya

Peserta Iuran Mandiri

Peserta dalam kategori ini tidak dibayarkan oleh negara maupun instansi.

Hukum Mengikuti BPJS Secara Syar‟i

Menurut Tarmizi (2019;307), Karena adanya denda keterlambatan dalam pembayaran iuran
peserta BPJS. Maka menyebabkan adanya hukum mengikuti BPJS secara syar‟i yang
dikelompokan sebagai berikut :

Peserta Bantuan Iuran (PBI)

2714
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Khusus untuk orang miskin, tidak mampu dan cacat total BPJS murni gratis tanpa adanya premi
sehingga kategori ini diperbolehkan mengikuti BPJS. karena tidak mungkin ada denda
keterlambatan, dimana mereka tidak memberi premi terlebih lagi denda keterlambatan.

Non-PBI

Untuk PNS/TNI/POLRI, organisasi dan institusi. Sebagian iuran akan ditanggung oleh kantor
atau institusi dan sebagiannya ditanggung peserta . bagi peserta yang preminya tidak dipotong
dari gaji maka diperbolehkan untuk mengikuti BPJS Kesehatan. Karena tidak mungkin akan ada
denda keterlambatan, jika pun ada maka denda akan ditanggung oleh perusahaan maupun
instansi.

Peserta Iuran Mandiri

Tidak dibayar oleh negara atau instansi manapun. Maka untuk golongan ini hukumnya adalah
haram mengikuti BPJS.

Konsep Ekonomi Islam

Pengertian Ekonomi Islam

Muhammad (2007), menyatakan bahwa hakikat ekonomi Islam merupakan metamorfosa dari
nilai yang ada dalam Islam yang mengajarkan mengenai masalah-masalah ekonomi dalam
kehidupan. Dalam bahasa arab istilah ekonomi Islam disebutkan dengan kata al-iqtisad, yang
berarti kesederhanaan. Jika menurut ahli seperti Prof. Dr. M. Umer Chapra mengatakan bahwa
ekonomi Islam adalah salah satu cabang ilmu yang akan membantu manusia dalam hal
pengalokasian dan mendistribusikan sumber daya.

Jika disimpulkan ekonomi Islam adalah Ilmu yang mengkaji mengenai praktik-praktik ekonomi
manusia dalam kesehariannya, dan juga individu, kelompok masyarakat maupun negara untuk
rangka mengelola sumber daya yang telah tersedia dan menjadikannya suatu kegiatan produksi,
distribusi, dan konsumsi yang tunduk akan undang-undang Islam yaitu al-qur’an dan sunnah.”

Prinsip-prinsip Ekonomi Islam

Tauhid

Dalam bahasa arab berarti bentuk masdar dari fi’il wahhada yuwahhidu, yang artinya
menjadikan sesuatu satu saja. Secara syar‟i, makna tauhid ialah menjadikan Allah sebagai satu-
satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhusussanya (Syarh Tsalatsatil Ushul,39).”

2715
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Adil

Mujahidin (2007;15), Islam mendefinisikan keadilan sebagai sikap yang tidak mendzalimi dan
tidak terdzalimi. Nilai yang dimaksud pada Ekonomi Islam adalah tidak memisahkan antara
aktivitas ekonomi dan moralitas. Adil dalam praktek ekonomi seperti penentu harga, kualitas
produk, perlakuan kepada tenaga kerja dan dampak yang akan timbul dari berbagai kebijakan
ekonomi yang dikeluarkan.”

Nubuwwah

Pembawa berita dari Allah dengan perantara malaikat.

Khilafah

Nilai khilafah secara umum ialah tanggung jawab sebagai pengganti dari utusan Allah di alam
semesta. Konsepnya secara umum didefinisikan sebagai amanah dan tanggung jawab terhadap
apa yang telah dikuasakan kepadanya, pada sikap dan perilaku manusia kepada Allah, sesama,
dan alam semesta.

Ma‟ad

Secara harfiah, ma’ad artinya kembali. Allah menegaskan jika manusia diciptakan untuk
berjuang dan perjuangan ini akan membuahkan ganjaran, baik di dunia atau di akhirat.

Konsep Akad Dalam Ekonomi Islam

Pengertian akad secara bahasa adalah, maka akad secara bahasa yaitu pertalian yang mengikat.
Dan secara keseluruhan akad merupakan menjadi suatu pertalaian ijab dengan kabul yang
memberikan pengaruh pada suatu kontrak.

Kajian Pustaka

“Penulis mencoba untuk menelusuri dari berbagai macam penelitian dan studi yang terkait atau
yang memiliki kesamaan dalam penelitian yang akan dikaji oleh penulis diantaranya” :

Kaderial Ikbal penelitiannya berjudul “Strategi Komunikasi Badan Penyenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan Makassar Dalam Menyosialisasikan Program Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN)” pada tahun 2014.

2716
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Penelitian ini karya dari Irchas Eko Wilantara yang berjudul Analisis Kepuasan Pasien Peserta
BPJS Kesehatan Pada Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) Di Kota Bandar
Lampung. pada tahun 2015.

Penelitian Cahuur Usman mengenai Analisis Pengelolaan BPJS Kesehatan Dalam Perspektif
Ekonomi Islam, (Studi Kasus BPJS Makassar). pada tahun 2015

Zulkahfi pada penelitiannya yang berjudul Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Dalam Perspektif
Ekonomi Islam. pada tahun 2014.

Berdasarkan kajian diatas menunjuk kan bahwa penilitian yang akan dilakukan oleh penulis
belum pernah ada yang membahasnya secara khusus, yaitu dengan judul Analisis Pengelolaan
Dana BPJS Kesehatan Dalam Perspektif Ekonomi Islam, (Studi kasus dana BPJS Kesehatan
Puskesmas Mariana). Maka dari itu, penulis meneliti dengan topik ini agar menambah dan
memperkaya khasanah keilmuan dibidang Ekonomi Islam.”

METODE PENELITIAN

Metode berperanan sangat penting untuk menyampaikan sesuatu dalam penelitian. Maka dalam
penulisan penelitian ini, penulis akan menggunakan metode sebagai berikut ini :

Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian ini berjenis Penelitian Kualitatif, dimana metode yang digunakan ialah berlandaskan
pada filsafat post positivisme, yang biasa digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
alamiah.

Sumber Data

Pengambilan sampel untuk sumber data dilakukan secara purposive dan snowball. Secara,
bahasa purposive dapat diartikan sengaja. Jadi, apabila disederhanakan menjadi teknik
pengambilan data yang dilakukan secara sengaja. Dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang
telah sesuai dengan tujuan pada penelitian sehingga bisa menjawab permasalahan yang ada pada
penelitian.

Teknik Pengumpulan Data

2717
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Teknik untuk mengumpulkan data dilakukan dengan cara tri-anggulasi atau lebih dikenal dengan
teknik gabungan. Peneliti menggunakan tri-anggulasi metode dan tri-anggulasi sumber data. Tri-
anggulasi Metode merupakan teknik menggunakan metode wawancara, observasi dan juga
survei. Dan juga Tri-anggulasi Sumber data ialah dengan cara menggali kebenaran informasi
tertentu melalui macam-macam sumber perolehan data.”

Alat Pengumpulan Data

Alat Pengumpulan Data yang dipakai ialah alat perekam dan pedoman wawancara.

Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan tahapan-tahapan dalam proses penelitian yang bertujuan untuk
menginvestigasi, menstraformasi, mengungkap pola dan gejala sosial yang diteliti agar laporan
penelitian tersebut dapat menunjukkan informasi, kesimpulan dan menyediakan rekomendasi
untuk membuat kebijakan.

Penelitian ini menjurus pada beberapa tahap yang di jelaskan Miles dan Huberman 1984.

PENGUMPULAN DATA PENYAJIAN DATA

REDUKSI DATA
PENARIKAN
KESIMPULAN

Gambar 3.1 Metode Analisis Interaktif Miles dan Huberman

Pengumpulan data melalui observasi langsung di lapangan, kemudian melakukan wawancara


mendalam terhadap informan yang compatible terhadap penelitian untuk menunjang penelitian
yang dilakukan agar memperoleh data sesuai dengan yang diharapkan. Ataupun dengan
menelaah literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian.”

Reduksi datamerupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,


membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga
kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

Penyajian data adalah mekanisasi yang dipergunakan dalam sebuah laporan penelitian untuk
menyajikan rangkaian angka numeric agar mudah dibaca. Sehingga secara umumnya, data-
data penelitian tersebut dapat disajikan kepada khalayak umum dengan sangat mudah

2718
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Pada tahap akhir adalah penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan yang dilakukan secara
cermat dengan melakukan verifikasi berupa tinjauan ulang pada catatan-catatan data yang sudah
di dapatkan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriftif, yaitu
dengan menelaah secara mendalam perspektif ekonomi Islam terhadap Undang-undang nomor
24 tahun 2011 tentang pengelolaan BPJS dan penerapannya dilapangan dimana dalam penelitian
ini mengambil kasus di Puskesmas Mariana, sehingga akan memperoleh kesimpulannya.”

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 4.1 Pembahasan

No. Kriteria Pengelolaan Dana Ekonomi Keterangan


Islam
1.
Sumber 1. Permenkes no.75 tahun Hukum Sesuai,
Hukum 2014 tentang Puskesmas Bersumber karena
dari Al- Puskesmas
2. Puskesmas Qur‟an, Al- telah
No.503/006/i.PKM/DPM- Sunnah dan menerapkan
PM-PTSP/2007. Tentang Ijma‟ akad tabarru
perizinan pelayanan atau tolong
menolong.
2.
Sumber Dana 1. Iuran Peserta 1. Modal Sesuai,
2. Hasil Investasi 2. Titipan Karena
3. Alokasi Dana 3. Investasi Sumber Dana
Pemerintah. yang didapat
dari peserta
yang
menggunakan
BPJS dan
dana APBN
3.
Bentuk 1. Akad Tabarru 1. akad Tidak sesuai,
Perjanjian 2. Akad Mudharabah tabarru Karena
3. Akad Mudharabah at 2. Akad Puskesmas
ta‟awuniyah Mudharabah maupun
4. Gharar 3. Akad BPJS
5. Gambling/ Judi/ Mudharabah sebagian
2719
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Maysir 4. Akad besar


6. Komersil Mudharabah pengelolaan
at masih
ta‟awuniyah mengandung
akad-akad
yang
dilarang.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Pengelolaan BPJS Kesehatan, sebenarnya sudah ke arah asuransi syariah, dilihat dari beberapa
akad yang ada pada pengelolaannya. Seperti, akad tabbaru atau tolong menolong. Memisahkan
asset dan menjadikan sebagai iuran dana amanah yang kemudian diperuntukan bagi rakyat
ataupun peserta. Dan juga dengan adanya akad mudharabah atau yang lebih dikenal dengan akad
kerja sama atau akad bagi hasil. Selain mudhrabah, akad mudharabah at-ta‟awuniyah juga
berperan penting disini yaitu akad kerja sama yang saling menanggung atau menjamin resiko dan
asas tolong menolong. Akan tetapi, karena masih mengandung hal hal yang dilarang seperti riba,
dikarnakan memungut denda akibat terlambatnya membayar iuran. Lalu, gharar atau unsur
ketidakpastian dan yang terakhir gambling atau yang lebih dikenal dengan kata judi atau maysir.
Maka, BPJS tidak bisa dikatakan syariah walau sebagian pengelolaan telah dilakukan secara
syariah.

Pengelolaan Dana BPJS pada Puskesmas Mariana dilakukan dengan cara melalui proses klaim
atau pencairan dana setelah memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien atau peserta BPJS
Kesehatan. Dalam hal ini mereka menggunakan akad tabbaru yang saling tolong menolong
sehingga peraktik yang mereka lakukan saling menguntungkan baik dari pihak BPJS, peserta
maupun pihak Puskesmas Mariana.

MUI berkesimpulan bahwa BPJS haram karena, mengandung riba dan gharar. Akan tetapi,
setelah diteliti secara langsung melalui wawancara. Gharar dalam akad hibah diperbolehkan,
karena gharar dalam hal ini nisbahnya sedikit sehingga bisa untuk diminimalkan. Para ulama
indonesia telah menyepakati memperbolehkan gharar yang diminimalkan.

DAFTAR PUSTAKA

2720
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Alim, Muhammad.(2019). Asas-Asas Negara Hukum Modern dalam islam. Yogyakarta: LkiS.

Amiruddin. (2014). Dasar-dasar Ekonomi Islam. Makassar: Allauddin University Press.

Elias Anton, dkk Beirut: Dar al-Jil,1982) Hal 544, dikutip oleh Amiruddin, Dasar-dasar
Ekonomi Islam. (Makassar: Alauddin University Press,2014).

Hasan M, Ali (2004). Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam. (Jakarta:Rajawali Pers).

Karim, Adiwarman.(2003). Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: IIIT Indonesia.

Lexy J, Moeleong. (2009). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muhammad. (2007). Prinsip-prinsip Ekonomi Islam. Yogyakarta: PT. Graha Ilmu.

Mujahidin, Akhmad. Ekonomi Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sijabat, Ridwan Max. (2015). Askes Jamsostek asked to prepare transformation. The Jakarta
Post.

Suhail, Ahmad Kursairi. (2004). Bahaya Judi, Dalam Kolom Hikmah, Repubika.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods).
Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.

Tarmizi,Erwandi. (2019). Harta Haram Muamalat Kontemporer. Bogor:PT. Berkat Mulia


Insani.

Wawancara pribadi dengan bapak Herman Sarwiran,SKM selaku kepala UPTD PKM Maria, 15
Agustus 2019.

Wawancara pribadi dengan ibu Vera Anggraini selaku administrasi di Puskesmas Mariana, 15
Agustus 2019.

www.gerrytri.blogspot.com tentang snowball sampling, diakses 28/06/19 pukul 03:00.

www.hartatyfatshaf.blogspot.com (Mathew Miles B dan A. Michael Huberman, Op.cit,hal 134).


tentang teknik tri-anggulasi diakses 28/06/19 pukul 1:45.

2721
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

www.kentangtahu.blogspot.com tentang snowball sampling, diakses 24/06/19 pukul 18:03.

www.khoirunisarima.blogspot.com tentang post positive, diakses 24/06/19 pukul 17:24.

http://www.panduanBPJS.com

www.portal-statistik.com tentang purposive sampling, diakses 24/06/19 pukul 17:55.

www.statiskian-com.cdn.ampproject,org tentang purposive sampling, diakses 28/06/19 pukul


01:35.

2722
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

ANALISIS PENERAPAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI


KEUANGAN (PSAK) NO. 16 ATAS ASET TETAP PADA PT. PATRA
SELARAS SEJATI

Rian Saputra, Andrian Noviardy, SE., M.Si.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bina Darma Palembang

Email : Penulis_rian@pap.ac.id

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

ABSTRACT

Fixed assets have an important role for the smooth operation of the company. 1) Necessary to
maximize the role of appropriated policy in the management of fixed assets ?, 2) In there
circumstances, the decision assets the extent to which the company has implemented a fixed asset
accounting policies are consistent with the theory, which is based on the Statement of Financial
Accounting Standards (SFAS) no. 16 in company activities ? 3) The used research methods were
descriptive comparative analysis methods. From the results of this study were concluded that to
SFAS no. 16 on fixed assets.? In practice, companies distinguish the type and manner of
acquisition of fixed assets is by cash purchase or build their own way, 1) the company shrinks its
fixed assets using declining balanced method in which it is not in accordance with the applicable
Accounting Standard ?, 2) the company discontinued fixed assets that are not used mainly by
selling by auction, donated or destroyed ?, 3) As well as the presentation and disclosures, the
company repost financial statements are in accordance with the pattern of financial standards

Keywords: fixed asset, safs no. 16

PENDAHULUAN

Aset tetap sangat memiliki peranan yang sangat penting bagi setiap perusahaan. Jumlah dana
untuk perolehannya juga cukup besar, dan pembuatannya membutuhkan waktu yang relatif lama.
Untuk itu, diperlukan suatu perencanaan dan pengawasan yang baik dari manajemen yang harus

2723
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

menentukan kebijakan yang tepat, seperti penentuan cara perolehan aktiva tetap, metode
penyusutan, dan pengeluaran-pengeluaran pada saat pemakaian aktiva tetap tersebut.

Aset tetap berwujud meliputi bentuk kekayaan yang dipergunakan dalam operasi
perusahaan yang biasa secara permanen atau untuk jangka panjang. Yang termasuk dalam aset
tetap antara lain tanah, gedung atau bangunan, kendaraan, mesin-mesin dan alat-alat perkantoran.
Tanah adalah bagian dari bumi yang dikuasai perusahaan dan digunakan dalam kaitannya dengan
pelaksanaan kegiatan normal perusahaan. Gedung atau bangunan adalah bangunan-bangunan
yang dikuasi oleh perusahaan yang penggunaanya berkaitan dengan kegiatan perusahaan,
contoh: gedung kantor, gedung pabrik dan gedung garasi. Kendaraan adalah segala alat
transportasi yang dikuasi perusahaan dan digunakan dalam kegiatan perusahaan, sebagai
pengangkut barang atau karyawan. Mesin adalah segenap alat yang digunakan dalam pengolahan
barang yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan. Sedangkan alat-alat perkantoran adalah
perangkat, perkakas perkantoran yang dikuasi perusahaan dan digunakan dalam kegiatan
perusahaan.

PT. Patra Selaras Sejati adalah bisnis yang bergerak di bidang Koperasi dan Sewa Alat -
Alat Berat. PT. Patra Selaras Sejati ini terletak di lokasi Jl. Durian No.319 A. D Komperta Plaju
Palembang. Kegiatan sewa-menyewa alat berat harus memiliki ketentuan-ketentuan dalam setiap
proses transaksi sewanya. Hal itu dibutuhkan agar perusahaan dapat mencatat dan melaporkan
transaksi sewa dalam laporan keuangan, sehingga akan dihasilkan suatu laporan keuangan yang
wajar dan dapat memberikan informasi yang berguna bagi para pemakai laporan keuangan.
Dalam usaha melancarkan kegiatan operasionalnya dan untuk memenuhi tuntutan yang
diberikan, PT. Patra Selaras Sejati memiliki aktiva tetap yang berupa tanah, bangunan, peralatan,
maupun kendaraan.

Dari uraian diatas jelaslah betapa pentingnya perencanaan yang matang dan pengendalian
yang memadai terhadap aset tetap.Inilah yang mendorong penulis untuk mempelajari lebih
mendalam dan luas mengenai hal tersebut.Penulis memilih PT. Patra Selaras Sejati sebagai objek
penelitiannya. Perusahaan ini bergerak di bidang Koperasi dan Sewa Alat-Alat berat yang
memiliki bermacam – macam aset tetap. Aset tetap tersebut berupa gedung kantor, rumah,
bangunan, komputer, kendaraan, dan peralatan lain yang harganya relatif tinggi serta memiliki
peranan penting bagi PT. Patra Selaras Sejati dalam menjalankan kegiatan operasionalnya,
sehingga diperlukan adanya sistem pengendalian internal terhadap aset tetap yang tepat.

Mengingat pentingnya aset tetap (fixed assets) bagi sebuah organisasi/perusahaan, maka
penulis tertarik untuk menganalisis aset tetap tersebut kedalam sebuah Penelitian yang

2724
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

diaplikasikan oleh perusahaan dengan judul Analisis Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No. 16 Atas Aset Tetap PT. Patra Selaras Sejati

PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan Uraian di atas latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana menganalisis pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan aset tetap
dalam laporan keuangan PT. Patra Selaras Sejati dan kesesuaiannya dengan PSAK No.16.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di PT. Patra Selaras Sejati. Peneliti memilih melakukan
penelitian . Objek penelitian yang digunakan penulis yaitu aset tetap yang dimiliki oleh
Perusahaan PT. Patra Selaras Sejati yang beralamat di jalan Jl. Durian No.319 A. D Komperta
Plaju Palembang.

Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Dimana penelitian ini bermaksud untuk memahami tentang Pengakuan,
Pengukuran, Penyajian, dan Pengungkapan Akuntansi Aset Tetap Berdasarkan PSAK 16 dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata.

SUMBER DATA

Data Primer

Data Primer yaitu data yang dikumpulkan peneliti langsung dari sumbernya melalui metode:

Obervasi

Yaitu mengadakan langsung terhadap objek penelitian dengan mencatat secara sistematis data
yang dibutuhkan. Penulis melakukan peninjauan langsung ke PT. Patra Selaras Sejati, untuk
mengumpulkan data yang akan diolah dan mendapatkan gambaran yang lebih objektif mengenai
masalah yang dibahas.

Wawancara

Wawancara dilakukan secara langsung dengan staff dan pihak intern yang berwenang untuk
memberikan informasi yang berhubungan dengan data.

Data Sekunder

2725
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Data sekunder adalah sunber data penelitian yang diperoleh melalui media perantara atau secara
tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang
dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum. Dengan kata lain peneliti
membutuhkan pengumpulan data dengan cara berkunjung ke perpustakaan, pusat kajian, pusat
arsip atau membaca banyak buku yang berhubungan dengan penelitiannya.

METODE ANALISIS DATA

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, maka analisis data penelitian ini
mengacu pada model kegiatan mengumpulkan data, menganalisis data, menyajikan data, dan
menarik kesimpulan. Data yang dimaksud meliputi hasil observasi, wawancara dan dokumentasi.
Adapun analisis data sebagai berikut:

Pengumpulan Data

Analisis Data

Penyajian Data

Hasil dan
Kesimpulan

TEKNIK ANALISIS DATA

1. Observasi

2726
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Pengamatan atau observasi adalah aktivitas terhadap suatu proses atau objek dengan maksud
merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan
pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-
informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian.

2. Wawancara

Melakukan suatu wawancara dan mengamati kegiatan perusahaan untuk memperoleh keterangan
dan data yang berkaitan tetang aset tetap perusahaan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah Kegiatan dalam melakukan pengumpulan, pencarian, penyelidikan,


pemakaian, dan penyediaan dokumen untuk mendapatkan keterangan, penerangan pengetahuan
dan bukti serta menyebarkannya kepada pengguna. Profil Perusahaan, Daftar Aset Tetap, Standar
Operasional Prosedur (SOP) atas Aset Tetap, Laporan Keuangan, Catatan Atas Laporan
Keuangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PT. Patra Selaras Sejati adalah bisnis yang bergerak di bidang Jasa Kontruksi, Koperasi
dan Sewa Alat - Alat Berat. PT. Patra Selaras Sejati ini terletak di lokasi Jl. Durian No.319 A. D
Komperta Plaju Palembang. Kegiatan sewa-menyewa alat berat harus memiliki ketentuan-
ketentuan dalam setiap proses transaksi sewanya.

PT. Patra Selaras Sejati yang telah Kurang lebih dari 20 tahun berkarya dan berperan
aktif dalam pembangunan di tanah air merupakan sebuah pencapaian yang tidak mudah. Banyak
pengalaman dan proses pembelajaran yang telah dilewati dari tahun ke tahun yang membawa
perusahaan terus tumbuh dan berkembang sesuai dengan rencana strategis perusahaan.

Komitmen PT. Patra Selaras Sejati untuk menyelesaikan setiap karya konstruksi yang
telah dipercayakan tidak terlepas dari peran setiap anggota Perusahaan dalam melakukan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian proyek dengan berbagai manajemen dan metode
konstruksi yang efektif, efesien serta memperhatikan standar K3 (Keselamatan Kesehatan Kerja)
dan Lingkungan Kerja.

2727
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

PEMBAHASAN

Pengakuan Aset Tetap

Perusahaan mengakui aset tetap apabila manfaat ekonomi aset tersebut akan diperoleh
pada masa-masa yang akan datang baik secara langsung maupun tidak langusng dapat diukur
secara andal. Contoh dari aset yang yang dapat memberi manfaat langsung bagi perusahaan
dapat berupa mesin-mesin produksi, bangunan, dan kendaraan.

Hal tersebut telah sesuai dengan yang diatur dalam PSAK No. 16 (2015) yang
menyatakan bahwa biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika besar
kemungkinan manfaat ekonomi di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke
entitas dan biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.

Pengukuran Aset Tetap

Aset tetap awalnya awalnya dicatat sebesar harga perolehannya. Berdasarkan data yang
bersumber dari PT. Patra Selaras Sejati ternyata perusahaan ini memperoleh aset tetap dengan
cara pembelian tunai.

1.Pembelian tunai

Harga perolehan aset tetap yang dicatat PT. Patra Selaras Sejati jika pembelian tunai adalah
harga yang tertera dalam faktur pembelian dan kalau ada diskonnya, perusahaan akan langsung
mengurangkan harga beli dengan diskon yang didapat ,sedangkan biaya - biaya yang dikeluarkan
hingga aset siap digunakan dibebankan sebagai biaya lain – lain pada periode terjadinya.

Penyajian Aset Tetap

penyajian pada aset tetap adalah aset tetap yang disajikan dalam laporan keuangan harus
dipastikan dan diteliti kebenarannya terlebih dahulu karena jika disajikan dalam laporan
keuangan salah juga akan berdampak pada perusahaan itu sendiri, serta juga akan mempengaruhi
pengambilan keputusan oleh manajemen.

Setiap aset tetap yang dimiliki PT. Patra Selaras Sejati dipisahkan menurut kelompok aset tetap
seperti tanah, gedung, Peralatan dan mesin, Peralatan Kantor. Semua aset tetap yang ada (kecuali
tanah), disusutkan setiap tahunnya selama umur manfaat masing-masing aset tetap.

2728
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Perusahaan menerapkan kebijakan penyusutan yang ditentukan dari manajemen PT. Patra
Selaras Sejati menggunakan metode saldo menurun ganda yang sudah sesuai dengan PSAK No.
16.

Perhitungan yang dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan salah satu metode
penyusutan yang sesuai dengan PSAK No. 16 yaitu metode saldo menurun.

Pengungkapan Aset Tetap

Pengungkapan aset tetap yang diterapkan PT. Patra Selaras Sejati sesuai dengan
ketentuan PSAK No.16. Hasil penelitian yang lebih memperkuat antara pengungkapan aset tetap
perusahaan dengan PSAK 16 adalah sebagai berikut:

Penyusutan dihitung berdasarkan taksiran umur manfaat ekonomis aset tetap dengan
menggunakan metode garis lurus.

Aset tetap telah diasuransikan terhadap resiko yang mungkin terjadi. Hal tersebut menjelaskan
bahwasanya aset tetap yang dimiliki perusahaan seperti bangunan telah diasuransikan dari
kemungkinan terjadinya kebakaran, asuransi mobil dan asuransi reklame.

Setiap jenis aset tetap dinyatakan secara terpisah berdasarkan kelompok dalam neraca.
Perusahaan telah menerapkan pelaporan secara terperinci mengenai aset tetap dalam catatan atas
laporan keuangan, namun kelompok aset tertentu seperti mekanikal dan elektrikal dan aset tetap
lainnya dalam beban pre opening tidak dirinci secara jelas apa saja nama aset tetap yang
termasuk dalam kelompok tersebut.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai perlakuan aset tetap yang diterapkan oleh
perusahaan telah dijalankan cukup memadai dan telah ditetapkan secara konsisten sesuai dengan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 yaitu sebagai berikut:

Pengakuan aset tetap dalam laporan keuangan PT Patra Selaras Sejati telah sesuai dengan PSAK
No. 16 tentang Aset Tetap.

Pengukuran aset tetap dalam laporan keuangan PT Patra Selaras Sejati telah sesuai dengan
PSAK No. 16 tentang Aset Tetap.

2729
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Penyajian aset tetap dalam laporan keuangan yang dilakukan oleh PT Patra Selaras Sejati telah
sesuai dengan PSAK No. 16 tentang Aset Tetap.

Pengungkapan aset tetap dalam laporan keuangan yang dilakukan oleh PT Patra Selaras Sejati
belum sesuai dengan PSAK No. 16 tentang Aset Tetap. Setiap jenis aset tetap dinyatakan secara
terpisah berdasarkan kelompok dalam neraca. Perusahaan telah menerapkan pelaporan secara
terperinci mengenai aset tetap dalam catatan atas laporan keuangan, namun kelompok aset
tertentu seperti mekanikal dan elektrikal dan aset tetap lainnya dalam beban pre opening belum
dirinci.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin 2007. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offset.

Budiman, Erwin dkk. 2014. Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Pada PT. Hasjrat
Multifinance Manado .Universitas Sam Ratulangi Manado. Jurnal EMBA Vol.2 No.1 Maret
2014, Hal 411-420

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2015. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 16
tentang Aset Tetap.

______________. 2015. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 01 tentang Laporan


Keuangan.

Jusuf, Haryono. 2003. Dasar-dasar Akuntansi Jilid 2. Yogyakarta : STIE Yayasan Keluarga
Pahlawan Yogyakarta.

Kartikahadi Hans, Rosita Uli Sinaga, Merliyana Syamsul dan Sylvia Veronica Siregar. 2012.
Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK berbasis IFRS. Jakarta: Salemba Empat.

Keiso, Donal E. Jerry J. Weygandt, Terry D Warfield. 2007. Akuntansi Intermediate. Jakarta :
Erlangga.

Koapaha, Veronika Debora dkk. 2014. Evaluasi Penerapan Perlakuan Akuntansi Aset Tetap
Berdasarkan PSAK No.16 Pada RSUP Prof.Dr.R.D. Kandou Manado. Universitas Sam
Ratulangi Manado. Jurnal EMBA Vol.2 No.3 September 2014, Hal 218-226.

Pasaribu, Sri Yanti. 2014. Akuntansi Aset tetap Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)
Distrik Deli Serdang 2-Sei Karang. Politeknik Negeri Medan.

2730
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Pradana, Yoga. 2014. Penerapan PSAK No. 16 tentang Aset Tetap pada PT Perkebunan
Nusantara XI (Persero) PG Soedhono Ngawi. Universitas Brawijaya.

Ramadhani, Nurul Qamaril. 2013. Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Tetap pada Pabrik Gula
berdasarkan PSAK 16 (Studi Kasus pada PTPN XI). Universitas Sam Ratulangi Manado.

Reza, Muhammad . 2011. Perlakuan Akuntansi Aset tetap Sesuai Dengan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Universitas Sumatera
Utara.

Sadondang, Paulina Amanda dkk. 2015. Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Menurut
PSAK No.16 (Revisi 2011) di RSU Pancaran Kasih Manado. Universitas Sam Ratulangi
Manado.

Sekaran, Uma. 2007. Metodologi Penelitian untuk Bisnis Edisi 4 Buku 2. Jakarta: Salemba
Empat.

Soemarsono. 2005. Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta: Salemba Empat.

Suharsaputra, Uhur. 2012. Metodologi Penelitian. Bandung : PT. Refika Aditama.

Warsono, Sony. 2009. Akuntansi itu ternyata Logis dan Mudah. Yogyakarta: Asgard Chapter.

Yadiati, Wiwin. 2009. Teori Akuntansi Suatu Pengantar . Bandung : Kencana Prenada Media
Group.

2731
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

TRANSPARANSI, AKUNTABILITAS DAN PARTISIPASI DALAM


PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA
(APBDesa)

Rika Damayanti1, Henni Indriyani2

FakultasEkonomidanBisnis, UniversitasBinaDarma

rikad60@yahoo.com1, henniinayah@gmail.com2

ABSTRAK

“ Transparansi adalah keterbukaan pemerintah desa kepada masyarakat mengenai berbagai


kebijakan atau program yang ditetapkan dalam rangka pembangunan daerah. Akuntabilitas
adalah kemampuan untuk memberikan sebuah pertanggungjawaban kepada pihak lain tentang
sesuatu yang telah dilakukan atau tidak oleh seseorang. Partisipasi masyarakat adalah
kemampuan desa untuk membuka peluang bagi seluruh komponen masyarakat untuk terlibat dan
berperan serta dalam proses pembangunan desa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan APBDes tahun 2018.
Dalam penelitian ini juga membahas beberapa kendala dalam pengelolaan APBDes. Objek
dalam penelitian ini yaitu desa Perajin dan desa Pematang Palas yang berada di kabupaten
Banyuasin I. Hasil dari penelitian ini yaitu desa Perajin dan desa Pematang Palas sudah
menerapkan prinsip transparansi dalam pengelolaannya, dan kedua desa sudah akuntablitas
sesuai dengan Permendagri nomor 113 tahun 2004 serta partisipasi masyarakat dalam di desa
sangat lah penting guna membangun desa.”

Kata Kunci: Transparansi, Akuntabilitas, Partisipasi, APBDes

ABSTRACT

Transparency is the openness of the village government to the community regarding various
policies or programs determined in the context of regional development. Accountability is the
ability to give an accountability to another party about something someone has done or not
done. Community participation is the ability of villages to open opportunities for all components
of the community to be involved and participate in the village development process. This study
aims to determine transparency, accountability, and community participation in the management

2732
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

of the 2018 APBDes. In this study also discusses several obstacles in the management of the
APBDes. The objects in this study are the Perajin and Pematang Palas villages in Banyuasin I
district. The results of this study are Perajin and Pematang Palas villages that have applied the
principle of transparency in their management, and both villages have accountability in
accordance with Permendagri number 113 of 2004 and participation the community in the
village is very important to build a village.

Keywords: Transparency, Accountability, Participation, APBDes

PENDAHULUAN

“Desa adalah pelopor sistem demokrasi yang otonom dan berdaulat penuh. Sejak lama, desa
telah memiliki sistem dan mekanisme pemerintahan serta norma sosial masing-masing. Sampai
saat ini pembangunan desa masih dianggap seperempat mata oleh pemerintah. Kebijakan
pemerintah terkait pembangunan desa terutama pembangunan sumber daya manusianya sangat
tidak terpikirkan.”

“Secara kelembagaan, desa telah diatur dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang desa.
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, Desa dibekali
dengan pedoman dan petunjuk teknis perencanaan dan pengelolaan keuangan desa.”

“Pengelolaan keuangan desa telah diatur dalam Peraturan Permendagri Dalam Negri Republik
Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa, dijelaskan bahwa dalam
pelaksanaan pemerintahan, pemerintah desa wajib mengelola keuangan desa secara transparan,
akuntabel, dan partisipasi. Transparan berarti dikelola secara terbuka, akuntabel berarti
dipertanggung jawabkan secara hukum, dan partisipasi bermakna melibatkan masyarakat dalam
prosesnya.”

“Sebagaimana tercantum dalam ketentuan umum Permendagri No.37/2017 juga disampaikan


bahwa pengelolaan keuangan desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi : perencanaan,
penganggaran, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan desa,
sehingga dengan hak otonom tersebut diharapkan desa dapat mengelola keuangannya secara

2733
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

mandiri, baik mengelola pendapatan dan sumber-sumber pendapatan, juga mengelola


Pembelanjaan Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes).”

“Keberhasilan pengelolaan keuangan desa sangat tergantung dari berbagai faktor antara lain
kesiapan aparat pemerintah desa sebagai ujung tombak pelaksanaan di lapangan, optimalisasi
peningkatan implementasi SAP di tingkat desa, sehingga perlu sistem pertanggung jawaban
pengelolaan keuangan desa yang benar-benar dapat memenuhi prinsip transparansi dan
akuntabilitas keuangan daerah. Hingga pelaporannya haruslah dilakukan sesuai dengan prosedur
yang berlaku.Sehingga nantinya diharapkan dapat menciptakan pembangunan yang merata dan
bermanfaat bagi masyarakat desa.”

“APBDes merupakan suatu rencana keuangan tahunan desa yang ditetapkan berdasarkan
peraturan desa yang mengandung prakiraan sumber pendapatan dan belanja untuk mendukung
kebutuhan program pembangunan desa yang bersangkutan.Oleh sebab itu APBDes diharapkan
dapat mendorong pemerintah desa agar mampu memberikan pelayanan terbaik kepada
masyarakat desa melalui perencanaan pembangunan yang ada didalamnya.”

“Belanja desa yaitu semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan kewajiban desa
dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh desa.
Pembiayaan desa yaitu semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/ atau pengeluaran
yang akan diterima kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-
tahun anggaran berikutnya.”

“Adapun letak Kabupaten Banyuasin yang berbatasan dengan wilayah Kota Palembang
menjadikan pembangunan infrastruktur di kabupaten ini cepat mengalami perkembangan. Hal ini
kemudian menjadi pertimbangan bagi pemerintah Banyuasin untuk lebih berfokus pada
pembangunan yang dimulai dari desa. Guna meningkatkan daya saing antar desa-desa di seluruh
Kabupaten Banyuasin, pemerintah desa telah mengambil kebijakan dengan bekerjsama dengan
masyarakatdalam bidang ekonomi dan keuangan, yakni bekerja sama dalam mengelola
Anggaran Pendapatan Belanja Desa(APBDes) demi terwujudnya program-program yang dibuat.

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik meneliti, “Transparansi, Akuntabilitas dan


Partisipasi dalam Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes).”

KAJIAN LITERATUR

2734
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

DESA

“Menurut UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang dimaksud dengan desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam system
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.Pemerintah daerah adalah pelaksanaan
fungsi-fungsi pemerintah daerah diakukan oleh lembaga pemerintahan daerah yaitu Pemerintah
Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (MuindroRenyowijoyo, 2013). Pemerintahan
Daerah/desa diselenggarakan berdasarkan asas kepastian hukum, tertib penyelenggaraan
pemerintah, tertib kepentingan umum, keterbukaan, proporsionalitas, akuntabilitas, efektivitas,
efisiensi, kearifanlokal, keberagaman, danpartisipatif.”

APBDes

“Menurut Fahmi dan Hariyanti (2017), APBDes merupakan sebuah representasi


bagaimana pemerintahan desa akan mencapai tujuan-tujuan spesifik dalam membangun dan
mengatur desanya. APBDes adalah rencana keuangan tahunan pemerintah desa yang dibahas dan
disetujui bersama oleh pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa, dan ditetapkan dengan
peraturan desa.Sesuai dengan kewenangan yang dimiliki sebagaimana diatur dalam Peraturan
Pemendagri No. 113 Tahun 2014, APBDes terdiri dari tiga komponen yaitu; (1) pendapatan
desa, (2) belanja desa; (3) pembiayaan desa. Penerimaan desa dimaknai sebagai semua
penerimaan uang melalui rekening desa yang merupakan hak desa dalam satu tahun anggaran
yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa. Belanja desa yaitu semua pengeluaran dari rekening
desa yang merupakan kewajiban desa dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh desa. Pembiayaan desa yaitu semua penerimaan yang perlu dibayar
kembali danatau pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.”

MANFAAT APBDes

“Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) memiliki manfaat dalam perkembangan


dan kemajuan desa. APBDes merupakan suatu rencana desa dalam membangun desa, dalam
bentuk pelaksaaan program-program desa, baik pembangunan fasilitas desa maupun
pembangunan sumber daya manusia.APBDes berisikan pendapatan dan sumbernya, serta biaya-
biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan desa.”

FUNGSI ANGGARAN DESA

2735
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

“Desa mempunyai beberapa fungsi utama yaitu alat perencanaan yang digunakan untuk
merumuskan tujuan dan sasaran kebijakan, merencanakan berbagai program, mengalokasikan
dana untuk program dan kegiatan yang sudah disusun, dan menentukan indikator serta
pencapaian strategi. Kedua sebagai alat pengendalian yaitu Anggaran berisi rencana detail atas
pendapatan dan pengeluaran desa, dimaksudkan dengan adanya anggaran, semua bentuk
pengeluaran dan pemasukan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.Ketiga sebagai alat
kebijakan fiskal yaitu bagaimana kebijakan fiskal yang dijalan kan desa untuk memprediksi dan
mengestimasi ekonomi dan organisasi.Sebagai Alat koordinasi dan komunikasi perencanaan dan
pelaksaan anggaran harus dikomunikasikan keseluruh perangkat desa.Dan sebagai alat penilaian
kerja serta alat motivasi.”

PRINSIP-PRINSIP PENGANGGARAN DESA

Beberapa faktor yang mempengaruhi penganggaran yaitu:

Transparansi

Menyangku tketerbukaan pemerintah desa kepada masyarakat mengenai berbagai kebijakan atau
program yang ditetapkan dalam rangka pembangunan desa.

Akuntabilitas

“Menyangkut kemampuan pemerintah desa mempertanggungjawabkan kegiatan yang


dilaksanakan dalam kaitannya dengan masalah pembangunan dan
pemerintahdesa.Pertanggungjawaban yang dimaksud terutama menyangkut masalah finansial.”

Partisipasi masyarakat

“Menyangkut kemampuan pemerintah desa untuk membuka peluang bagi seluruh komponen
masyarakat untuk terlibat dan berperan serta dalam proses pembagunan desa. Hal ini sesuai
dengan prinsip otonimi daerah yang menitik berakan pada peran serta masyarakat.”

Penyelengaraan pemerintahan yang efektif

Menyangkut keterlibatan masyarakat dalam penyusunan anggaran desa.

TRANSPARANSI

“Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 113 Tahun 2014, tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dikatakan transparan adalah prinsip keterbukaan yang

2736
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya


tentang keuangan daerah. Dengan adanya transparansi menjamin akses atau kebebasan bagi
setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni
informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanannya, serta hasil-hasil yang
dicapai.“

“Menurut Ulum dalam (Setiawan dkk,2017) suatu entitas yang accountable adalah entitas
yang mampu menyajikan informasi secara terbuka mengenai keputusan-keputusan yang telah
diambil selama beroprasinya entitas tersebut, memungkinkan pihak luar (legislative, auditor, atau
masyarakat luas) mereview informasi tersebut, dan bila dibutuhkan harus kesediaan untuk
mengambil tindakan korektif.”

AKUNTABILITAS

“Menurut Mardiasmo (2010) akuntabilitas public merupakan kewajiban pihak pemegang amanah
(agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan
segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah
(principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. “

“Akuntabilitasmerupakanpertanggungjawabanpemerintahdesaterhadapkinerjanyakepada
masyarakatdalampengelolaanAPBDes.Akuntabilitasdiupayakansebagaiwujudpemerintahdesa
yang sportif dan bertanggungjawab dalam pengelolaan APBDes yang telah dilakukan.”

“Akuntabilitas dalam pemerintahan terdiri atas bermacam-macam jenis. Secara umum,


akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: (1) akuntabilitas vertikal (vertical
accountability) merupakan pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang
lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, (2)
akuntabilitas horisontal (horizontal accountability) merupakan pertanggungjawaban kepada
masyarakat luas. Dalam konteks organisasi pemerintah, akuntabilitas publik adalah pemberian
informasi dan disclosure atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dengan laporan tersebut. Pemerintah, baik pusat maupun daerah, harus bisa
menjadi subyek pemberi informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik (Mardiasmo,
2010).”

PARTISIPASI

“Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan APBDes sangat penting, terutama dalam


membantu pemerintah desa mewujudkan program-program desa yang tepat sasaran sesuai

2737
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

dengan anggaran dana pendapatan desa. Masyarakat desa merupakan masyarakat yang berada di
wilayah desa, ia terdiri atas berbagai profesi dan berbagai keahlian dan kemampuan.”

“Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan daerah memiliki landasan hukum yang


jelas. Problemnya, Permendagri No. 9/1982 tentang Pedoman Penyusunan dan Pengendalian
Program Pembangunan Daerah (P5D), masih dijadikan acuan oleh seluruh Kabupaten dan Kota
di Jawa Timur. Meskipun sudah ada PP No.105/2000 dan Kepmendagri No. 29/2002, namun
belum berhasil menjawab substansi partisipasi dalam penganggaran. Dalam Kepmendagri No.
29/2002 ada beberapa pasal yang terkait dengan partisipasi masyarakat, yaitu: Pasal 17 ayat (1)
menyebutkan bahwa penyusunan arah dan kebijakan umum APBD dilakukan oleh DPRD yang
diawali dengan penjaringan aspirasi masyarakat. Pasal 22 ayat (4) dan (5) menyebutkan bahwa
DPRD wajib mensosialisasikan RAPBD kepada masyarakat sebelum disahkan dalam Peraturan
Daerah dan masukan dari masyarakat atas RAPBD didokumentasikan dan dilampirkan pada
Perda tentang APBD. Pasal 91 ayat (3) dan (4) menyebutkan bahwa DPRD wajib
mensosialisasikan rancangan peraturan daerah tentang perhitungan APBD kepada masyarakat
utntk mendapatkan masukan dan masukan masyarakat tersebut didokumentasikan dan
dilampirkan pada Perda tersebut.”

METODE PENELITIAN

“Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis data deskriptif kualitatif.Deskriptif
kualitatif merupakan penyusunan melalui proses pengumpulan data, bagian-bagian data maupun
susunan suatu teori yang dihasilkan dari wawancara
denganmempunyaiperandantujuanuntukmenyusunteorisertamemandangteoritersebut.”

“Metode pengumpulan data primer dan sekunder yang didapat oleh penulis yang berasal dari
dokumen berupa data laporan APBDes tahun 2018. Selain itu, faktor pendorong dalam
pengumpulan data dengan melakukan wawancara dengan kepala desa Perajin dan Pematang
Palas.”

HASIL DAN PEMBAHASAN

“Desa perajin adalah desa penduduknya yang tidak terlalu banyak dan juga rata-rata penghasilan dari
masyarakat setempat yaitu sebagai petani yang hanya mencukupi kebutuhan sehari-hari dan ada juga
sebagian penduduknya mempunyai mata pencarian sebagai nelayan di aliran sungai musi palembang
sebagi penghasilan tambahan untuk menopang ekonomi penduduk yang ada didesa tersebut. Desa perajin
berdiri pada tahun 1935 dan mempunyai Luas wilayah desa perajin adalah ±2.501 Ha atau ±2.01 Km2.

2738
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Desa Perajin merupakan salah satu desa di kabupaten Banyu asin jumlah penduduknya relatif rendah,
penduduk Desa Perajin berjumlah 8.716 jiwa.”

“Desa Pematang palas secara administrasi merupakan bagian dari wilayah kecamatan banyuasi 1
sementara secara geografis, desa pematang palas berada sangat dekat dengan sungai musi. kondisi ini
menyebabkan desa pematang palas sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai nelayan. letak desa
pematang palas mempunyai luas ± 4.014 Ha atau ± 40.14 km2, Desa petamang palas bersebelahan dengan
desa perajin.”

Transparansi Desa Perajin

“Transparansi juga memiliki arti keterbukaan organisasi dalam memberikan informasi yang
terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada pihak-pihak yang menjadi
pemangku kepentingan (Mahmudi, 2010).”

berikut ini keterangan yang bisa peneliti ambil dari masyarakat:

“Secara umum perangkat desa sudah secara transparan

Mengenai nomial APBDes, jumlah uang, dan sebagainya. Setiap kali dana turun kami selalu
menginformasikan terhadap masyarakat dengan cara memasang spanduk di

Di depan kantor kepala desa” (nama kepala desa)

Berikut pula keterangan yang bsa peneliti ambil dari masyarakat:

“Alhamdulillah sekarang jalan yang berlubang sudah

Diperbaiki semua, pembangunan wc umum, pembangunan

Pasar pagi, pembangunan lorong-lorong di desa Perajin.

Kami juga bisa tahu anggaran dana yang digunakan untuk

Setiap pembangunan melalui spanduk yang ada di kantor

Kepala desa” (nama masyarakat yang di wawancarai)

Tabel 4.4

Indikator kesesuaian Transparansi Pengelolaan APBDes

Menururt Permendagri 113 tahun 2014


2739
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Indikator Hasil Wawancara Keterangan


(S = Sesuai, TS = Tidak
Sesuai, BT = Belum Terjadi)
1. Kegiatan Pencatatan Kas
Pencatatan kas masuk dan
masuk maupun keluar dapat
keluar bisa diakses oleh
diakses dengan mudah oleh
masyarakat, spanduk tentang
masyarakat. Serta ada papan S
informasi dana yang
pengumuman mengenai
digunakan untuk menjalankan
kegiatan yang sedang
suatu pembangunan
dijalankan.
2. Laporan realisasi dan
Laporan realisasi dan laporan
laporan pertanggungjawaban
pertanggungjawaban realisasi
realisasi pelaksanaan APBDes
pelaksanaan APBDes
diinformasikan kepada
diinformasikan kepada S
masyarakat secara tertulis dan
masyarakat secara tertulis dan
dengan media informasi yang
bisa diakses dengan mudah
mudah diakses oleh
oleh masyarakat.
masyarakat
3.Laporan realisasi dan
Sesuai informasi dari kepala
laporan pertanggungjawaban desa Laporan realisasi dan
realisasi pelaksanaan APBDes laporan pertanggungjawaban
S
disampaikan kepada Bupati realisasi pelaksanaan APBDes
melalui camat disampaikan kepada Bupati
melalui camat
Transparansi desa Pematang Palas

“Pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 113 Tahun 2014, tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dikatakan transparan adalah prinsip keterbukaan yang
memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya
tentang keuangan daerah. Dengan adanya transparansi menjamin akses atau kebebasan bagi
setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni
informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanannya, serta hasil-hasil yang
dicapai. Namun hal ini tidak terjadi pada desa Pematang Palas, berikut beberapa informasi yang
didapat mengenai transparansi yang didapat dari hasil wawancara Desa Pematang Palas:”

“Alhamdulillah sekarang pelebaran jalan sudah

Dilakukan semua, pembangunan got, pembangunan

lorong-lorong di desa Perajin.

2740
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Kami juga bisa tahu anggaran dana yang digunakan untuk

Setiap pembangunan melalui spanduk yang ada di kantor

Kepala desa”

(Hasil wawancara dengan bpk Nazir)

Tabel 4.5

Indikator kesesuaian Transparansi Pengelolaan APBDes

Menururt Permendagri 113 tahun 2014

Indikator Hasil Wawancara Keterangan


(S = Sesuai, TS = Tidak
Sesuai, BT = Belum Terjadi)
1. Kegiatan Pencatatan Kas
Pencatatan kas masuk dan
masuk maupun keluar dapat
keluar bisa diakses oleh
diakses dengan mudah oleh
masyarakat, spanduk tentang
masyarakat. Serta ada papan S
informasi dana yang
pengumuman mengenai
digunakan untuk menjalankan
kegiatan yang sedang
suatu pembangunan
dijalankan.
2. Laporan realisas dan
Laporan realisasi dan laporan
laporan pertanggungjawaban
pertanggungjawaban realisasi
realisasi pelaksanaan APBDes
pelaksanaan APBDes
diinformasikan kepada
diinformasikan kepada S
masyarakat secara tertulis dan
masyarakat secara tertulis dan
dengan media informasi yang
bisa diakses dengan mudah
mudah diakses oleh
oleh masyarakat.
masyarakat
3.Laporan realisasi dan Sesuai informasi dari kepala
laporan pertanggungjawaban desa Laporan realisasi dan
realisasi pelaksanaan APBDes laporan pertanggungjawaban
S
disampaikan kepada Bupati realisasi pelaksanaan APBDes
melalui camat disampaikan kepada Bupati
melalui camat

“Transparansi merupakan hak seluruh masyarakat terhadap kebebasan mengetahui


kegiatan pembangunan yang berasal dari dana Pemerintah yang bertujuan utamanya memang

2741
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

untuk pemberdayan masyarakat seperti APBDes. Transparansi mengukur tingkat keamanahan


pihak pengelola dalam menjalankan kegiatan pembangunan.”

Akuntabilitas

Kesesuaian Akuntabilitas Penatausahaan Menurut Permendagari 113 tahun 2014 desa Perajin

Indikator Hasil Wawancara Keterangan


(S = Sesuai, TS = Tidak
Sesuai, BT = Belum Terjadi)
1. Penatausahaan dilakukan Penatausahaan dilakukan oleh
S
oleh bendahara desa bendahara desa Perajin
2. bendahara desa wajib
Setiap pemasukan dan
melakukan pencatatan setiap
pengeluaran kas. Bendahara
penerimaan dan pengeluaran S
selalu melakukan tutup buku
serta melakukan tutup buku
tiap bulan secara tertib
setiap akhir bulan secara tertib
3. bendahara desa wajib Laporan pertanggungjawaban
mempertanggungjawabkan setiap bulan disampaikan
S
uang melalui laporan melalui laporan
pertanggungjawaban pertanggungjawaban
4. laporan
pertanggungjawaban
Bendahara menyampaikan
disampaikan setiap bulan
laporan pertanggungjawaban S
kepada kepala desa dan paling
kepada Kepala Desa
lambat tanggal 10 bulan
berikutnya

Kesesuaian Akuntabilitas Penatausahaan Menurut Permendagari 113 tahun 2014 desa Pematang
Palas

Indikator Hasil Wawancara Keterangan


(S = Sesuai, TS = Tidak
Sesuai, BT = Belum Terjadi)
1. Penatausahaan dilakukan Penatausahaan dilakukan oleh
S
oleh bendahara desa bendahara desa Perajin
2. bendahara desa wajib Setiap pemasukan dan
melakukan pencatatan setiap pengeluaran kas. Bendahara
S
penerimaan dan pengeluaran selalu melakukan tutup buku
serta melakukan tutup buku tiap bulan secara tertib

2742
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

setiap akhir bulan secara tertib


3. bendahara desa wajib Laporan pertanggungjawaban
mempertanggungjawabkan setiap bulan disampaikan
S
uang melalui laporan melalui laporan
pertanggungjawaban pertanggungjawaban
4. laporan
pertanggungjawaban
Bendahara menyampaikan
disampaikan setiap bulan
laporan pertanggungjawaban S
kepada kepala desa dan paling
kepada Kepala Desa
lambat tanggal 10 bulan
berikutnya

Partisipasi Masyarakat

“Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan APBDes sangat penting, terutama dalam membantu
pemerintah desa mewujudkan program-program desa yang tepat sasaran sesuai dengan anggaran
dana pendapatan desa.Masyarakatdesa merupakan masyarakat yang berada di wilayah desa, ia
terdiri atas berbagai profesi dan berbagai keahlian dan kemampuan.Bidang ekonomi, perbaikan
kinerja instansi pemerintah akan mendorong perbaikan iklim investasi, sedangkan dalam bidang
politik perbaikan kinerja instansi pemerintah akan mampu memperbaiki tingkat kepercayaan
masyarakat kepada pemerintah. Partisipasi masyarakat daam pengelolaan APBDes
yaitu:Partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa.”

“Proses pembangunan melalui penggunaaan APBDes diharapkan dapat menjadi langkah untuk
mengurangi perbedaan pembangunan antara desa dan kota. Pembangunan yang dituntut adalah
pembangunan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat menjadi subjek
pembangunan. Untuk itu diperlukan partisipasi masyarakat dari setiap elemen masyarakat agar
pembahasan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Tahap – tahap dalam proses pembangunan di
Desa Perajin dan desa Pematang Palas:”

Tahap pengambilan keputusan dalam perencanaan

Perencanaan memiliki peran yang sangat penting untuk melihat bagaimana partisipasi
masyarakat dalam perencanaan program dana desa.

Tahap pelaksanaan pembangunan

Untuk menjamin kualitas pelaksanaan kegiatan yang tetap mengacu pada prinsip dan mekanisme
dana desa maka perlu adanya persiapan pelaksanaan yang matang dan terencana.
2743
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Tahap pemanfaatan hasil pembangunan

Pengawasan merupakan serangkaian kegiatan dan tindak lanjut yang dilakukan untuk menjamin
pelaksanaan pembangunan yang direncanakan sesuai tujuan dan sasaran yang ditetapkan dan
memastikan dana yang digunakan tepat sasaran.

Tahap evaluasi hasil pembangunan

Tingkat pertisipasi pada tahap evaluasi dari hasil pembangunan merupakan tingkatan partisipasi
masyarakt dalam menilai keberhasilan dari hasil pembangunan melalui penggunaan dana desa di
desa Perajin dan desa Pematang Palas.

Kendala dalam Pengelolaan APBDes

Dalam tahapan penyusunan APBDes banyak ditemukan proses pengelolaan dari APBDes itu
sendiri. Kendala – kendala yang sering muncul dalam proses pengelolaan APBDes. Di desa
Perajin sendiri tidak mempunyai kendala dalam pengelolaan APBDes, sedangkan kendala yang
di alami oleh desa Pematang Palas yaitu pelaporan dari desa yang mengalami kendala ke bupati
melalui camat. Hal ini dikarenakan kurangnya komunikasi dan para perangkat desa yang masih
minim ilmu komputer sehingga semua pelaporan yang ada masih terbatas.

KESIMPULAN

“Prinsip transparansi dalam pengelolaan APBDes yang diterapkan pemerintah desa Perajin dan
desa Pematang Palas sudah berjalan dengan baik, karena masyarakat selalu diikutsertakan.
Pemerintah desa juga sudah memfasilitasi penyajian informasi yang baik untuk masyarakat
seperti memasang spanduk keuangan dan informasi kegiatan pembangunan desa sesuai dengan
permendagri nomor 113 tahun 2014.”

“Akuntabilitas pengelolaan APBDes pada desa Perajin dan desa Pematang Palas yang telah
sesuai dengan Permendagri nomor 113 tahun 2014 yang berarti akuntabilitas pengelolaan
APBDes atas laporang keuangan di desa Perajin dan Pematang Palas dikatakan accountable.”

Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan APBDes sangat penting, terutama dalam membantu
pemerintah desa mewujudkan program-program desa yang tepat sasaran sesuai dengan anggaran
dana pendapatan desa. Masyarakat desa merupakan masyarakat yang berada di wilayah desa, ia
terdiri atas berbagai profesi dan berbagai keahlian dan kemampuan.

2744
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Saran

“Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka peneliti
mencoba untuk memberikan saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
Pemerintah Desa di Desa Perajin dan Desa Pematang Palas terkait dengan Transparansi,
Akuntabilitas Dan Partisipasi Dalam Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDesa).””

REFERENSI

Alfasadun, dkk 2018.Jurnal : Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa. Program
Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Stikubank

Artana, I Made Adi. Jurnal : Partisipasi Masyarakat Dalam Penyusunan Anggaran Pendapatan
Belanja Desa (APBDES) Tahun Anggaran 2012/2013Di Desa Sumerta Kaja, Kecamatan
Denpasar Timur. Program Studi Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Udayana 1021205002

Atmadja, dkk 2013. Akuntansi Manajemen Sektor Publik. Singaraja: Universitas Pendidikan
Ganesha.

Fahmi, Muhammad Ari dan Hariyanti, Anies Indah. 2017.Jurnal : Transparansi dan Akuntabilitas
Pemerintah Desa Dalam Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa
(APBDes). (Online). diunduh. Maret 2019.

Mardiasmo. 2010. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: ANDY.

Mardiasmo, 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: ANDI

Mardiasmo. 2002. Otonomi & Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: ANDY.

Setiawan dkk. 2017. Jurnal :Analisis Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Alokasi Dana Desa
(Studi Kasus Desa Bengkel, Kec. Busungbiu, Kab. Buleleng). (Online).

2745
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

ANALISIS TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS ALOKASI DANA


DESA(ADD) DI DESA SINAR TUNGKAL KECAMATAN TUNGKAL JAYA
KABUPATEN MUSI BANYUASIN

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Bina Darma

Email :rikarosary@gmail.comandrian.noviardy@binadarma.ac.id

ABSTRAK

Akuntansi pemerintahan memiliki tiga tujuan pokok yaitu Pertanggungjawaban, manajerial, dan
pengawasan.Pertanggungjawaban dilakukan pemerintah merupakan wujudan dari penyediaan
informasi mengenai setiap tindakan atau kegiatan dan pengelolaan keuangan yang dilakukan
selama satu periode. Aloksi dana desa digunakan untuk pemberdayaan masyarakat untuk
perbaikan sarana dan prasarana fidik desa. Alokasi dana desa berasal dari Pendapatan Transfer
yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh
Kabupaten/Walikota. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sinar Tungkal Kecamatan Tungkal
Jaya Kabupaten Musi Banyuasin.Penelitian ini menggunakan Metode Kualitatif dengan
pendekatan Deskriptif. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui Transparansi dan
Akuntabilitas Alokasi Dana Desa, Hasil deskripsi di dapat dengan melalui pengukuran dengan
membandingkan undang-undang Permendagri 113 Tahun 2014 dengan kegiatan lapangan yang
sesungguhnya. Hasil penelitian berdasarkan Permendari Nomor 113 Tahun 2014 menunjukkan
bahwa secara garis besar Alokasi Dana Desa Sinar Tungkal Belum Transparan dan Akuntabilitas
Penetausahaan Belum Akuntabel sedangkan Akuntabilitas pelaporan dan pertanggungjawaban
sudah Akuntabel.

Kata Kunci : Transparansi, Akuntabilitas, Alokasi Dana Desa.

Abstract

2746
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Government accounting “has thraee main object tives namely Responsibility, managerial,
and supervision.The responsibility carried out by the government is a manifestation of the
provision of information regarding each action or activity and financial management carried out
during one period. Aloksi village funds are used for community emp”owerment to improve
village fajar infrastructure and facilities. The allocation of villagee funds comes from Transfer
Income originating from the central and regional financial balance funds received by the
Regency / Mayor. This research was conducted in Sinar Tungkal Villeage, Tungkal Jaya District,
Musi Banyuasin Regency.“This research uses a Qualitative Method with a Descriptive approach.
“The purpose of this study is to find out the Transpareancy anad Accoauntability of Villagre
Fund Allocation, the description results can be obtained through “measuremen..t by comparing
the Law of the Minister of Homse Affairrs 113of .2014 with actual field activities. The results of
research based on Permendari Nuaber 113 onf 2014 show that in general the Sinar Tungkal
Veillage Fund Allocation is Not Transparent and the Adccountability of Entrepreneurship is Not
Accountable while the Accomuntability of reporting and accountability is Accountable.

Keywords: Transparency”, “Accountability, Village Fund All”ocation.

PENDAHULUAN

nDalamkk perkembanganc, suatueakan desa yangmaju untuk menjadi beberapa bentuk yang di
berdayakan sehingga menjadi desa yang akan mandiri, nomor pertama, dan kuatqq untuk
mencapai masyarakat yang adil, makmur, dan sejahterar. Desa memiliki suatuwewenang untuk
mengatur sebuah kawasan sendiri kawasannya sesuai kemampuan masyarakat desa dan prestasi
yang dimiliki masyarakatnya agar tercapai kesejahteraan dan pemerataan kemampuane
ekonomie.””

Secara administratifhdi desa dalam bentuk pemetintah yangsangat terkecil dipimpin oleh kades
desa oleh sebuah pemilihany secarah langsunghh. Secara formal pemerintahomengeluarkan
Peraturan P ber Nomor . 72 Tahun 2005 tentang Desa sebagai Dasar hukumsuatu yangbatas
mengatur yamng dianggap urgen bagi desa. Secara langsung, berdasarkan peraturan tersebut
desa diartikan sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwewenang untuk mengatur dan mengurus kepentingam masyarakat setempat, Berdasarkan
asal -usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam bentuk pemerintah Negara
Kesatuan Republik Indonesia ”.

2747
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

kkSeiring dengan di akan berlakukannya suatuuud No. 05 Tahun 2015.jkADD sebagai bantuan
dana merangsang untuk mendorong dalam membiayai program penyelenggaraan pemerintahan
desa, pelaksanaan pembangunan, pembinaan pemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat
Selain itu terdapat Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia nomor 113 tahun 2014
tentang pengelolaan keuangan desa. Menurut peraturan Daerah Nomor 06 tahun 2015
menjelaskan desa adalah adat atau yang di sebut dengan nama lain ,disebut desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwewenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat setempatberdasarkan prakarsa hak asal
usul dan hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Transparansi di tandai oleh kebijakan, regulasi, program, anggaran dan kegiatan terbuka pada
publik.sesuai dengan pemendagri Nomor 113 Tahun 2014.yaitu:””

informasi yang keterbukaan dan suatu kejujuranyang di berikan kepada suatu masyarakat yang
kena dalam keterbukaan berdasarkan hal pertimbangan suatu bahwaMemberikan masyarakat
memilik hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggung jawaban
pemerintah dalam mengelolah sumber daya yang di percayakan kepadanya dan ketaatannya pada
peraturan perundanng-undangan‟‟

Dengan adanya Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang pedoman pengelolaan keuangan
desa peneliti berusaha menguji tingkat Transparansi dan Akuntabilitas desa dalam mengelolah
keuangan desa agar tidak menimbulkan opini masyarakat pada kegiatan alokasi dana desa
(ADD) tersebut seperti tindakan korupsi yang dilakukan perangkat desa. Dengan menggunakan
objek penelitian, yaitu Kepala Desa, perangkat Desa dan Masyarakat yang ada di Desa Sinar
Tungkal Kecamatan Tungkal Jaya dengan menggunakan tahap Keterbukaan, perencanaan,
pelaporan dan pertanggung jawaban pengelolahan ADD Tahun 2019.

TINJAUAN PUSTAKA

Transparansi

Menurut Standar Akuntansi Pemerintah (2010:22) menjelaskan bahwa Transparansi adalah


memberikan informasi yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan
bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas
pertanggungjawaban pemerintah dalam mengelolaan sumberdaya yang dipercayakan kepadanya
dan ketaatan pada peraturan undang-undang.

2748
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Menurut Siregar (2015 :85) Transparansi adalah keterbukaan pemerintah dalam membuat
kebijakan-kebijakan keuangan daerah sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh DPRD dan
Masyarakat. Transparansi pengelolaan keuangan daerah pada akhirnya akan menciptakan
Horizontal accountability antara pemerintah daerah dan masyarakat sehingga tercipta pemerintah
daerah yang bersih, efektif, akuntabel, dan responsive terhadap aspirasi dan kepentingan
masyarakat.

Jadi berdasarkan pengertian di atas transparansi menjadi instrument penting yang dapat
menyelamatkan uang rakyat dari perbuatan korupsi. Dengan adanya transparansi hendaknya
para pemegang kekuasaan mencerminkan sikap keterbukaan.

Akuntabilitas

Menurut Siregar (2015:86) Akuntanbilitas adalah perinsip pertanggungjawaban publik yang


bearti bahwa peruses penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan harus
benar-benar dapat dilaporkan dan dapat dipertanggung jawabkan kepada DPRD dan Masyarakat.

Menurut Mahmudi (2011 : 18) Akuntabilitas Publik adalah kewajiban pemerintah (agent)
untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan segala
aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab kepada pihak yang member amanah
(principal). Akuntabilitas merupakan perwujudan seseorang atau unit organisasi untuk
mempertanggungjawabkan pengelolahan dari awal hingga akhirdalam rangka pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan melalui media periodik.

Akuntabilitas dalam penyelenggaraan daerah dapat diartikan sebagai kewajiban pemerintah


daerah untuk bertanggungjawabkan pengelolahan dan pelaksanaan pemerintahan di daerah
dalam rangka otonomi daerah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Dalam akuntabilitas
terkandung kewajiban untuk menyediakan dan melaporkan segala kegiatan terutama dalam
bidang administrasi keuangan pada pihak yang lebih tinggi.

Alokasi Dana Desa

Menurut Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014, Desa merupakan organisasi pemerintahan


terkecil dan terdekat dari masyarakat. Terkecil bearti desa mempunyai susunan atau lapisan
pemerintahan terbawah yang mempunyai cakupan atau ukuran terkecil di banding dengan
organisasi pemerintahan kabupaten/kota, provinsi maupun pusat.

Dalam hal terdapat perubahan APBN dan Pagu Anggaran Dana Desa yang telah ditetapkan tidak
diubah.Besaran Dana Desa setiap Kabupaten Kota ditetapkan dengan peraturan menteri

2749
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

keuangan. Berdasarkan besaran dana desa setiap Kabupaten/Kota dimaksud, bupati/walikota


menetapkan besaran dana desa untuk setiap desa di wilayahnya. Alokasi dana desa juga
merupakan salah satu bentuk hubungan keuangan antar tingkat pemerintahan yaitu hubungan
keuangan antara pemerintah kabupaten dengan pemerintah desa. Untuk dapat merumuskan
hubungan keuangan yang sesuai maka di perlukan pemahaman mengenai kewenangan yang
dimiliki pemetintah desa.Alokasi Dana Desa (ADD) adalah anggaran keuangan yang diberikan
pemerintah kepada desa melalui pemerintah daerah (Kabupaten).

Dalam PP 72/2005 pasal 1 ayat 11 disebutkan : Alokasi Dana Desa adalah dana yang
dialokasikan oleh pemerintah Kabupaten/Kota untuk Desa, yang bersumber dari dana
perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota. Kemudian pasal
penjelas PP 72/2005 menegaskan bahwa yang dimaksud dengan “bagian dana perimbangan
keuangan pusat dan daerah” adalah terdiri dari dana bagi hasil pajak dan sumber daya alam di
tambah Dana Alokai Umum (DAU) setelah dikurang belanja pegawai. Dalam pasal penjelas pula
di sebutkan bahwa Alokasi Dana Desa adalah 70% untuk pemberdayaan masyarakat dan
pembangunan serta 30% untuk pemerintahan Desa dan BPD.

Menurut Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan bagian
dari anggaran belanja pusat non kementerian/lembaga sebagai pos cadangan Dana Desa.
Penyusunan pagu anggaran cadangan dana desa dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan di bidang pemyusunan dana pengeluaran Bendahara Umum Negara (BUN).
Pagu anggaran cadangan desa diajukan oleh pemerintah kepada Dewan Perwkilan Rakyat (DPR)
untuk mendapatkan persetujuan menjadi pagu dan desa yang telah mendapat persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) dimaksud merupakan bagian dari Anggaran Transfer ke Daerah dan
Desa.

Adapun Tujuan Alokasi Dana Desa (ADD) berdasarkan undang-undang No. 06 tahun 2014
adalah untuk:

Meningkatkan penyelenggaraan pemerintah desa dalam melaksanakan pelayanan pemerintah


desa, pembangunan dan kemasyarakatan sesuai kewenangan.

Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan didesa dalam perencanaan, pelaksanaan,


dan pengendalian pembangunan secara parstisifatif sesuai potensi desa.

Meningkatkan perataan pendapatan, kesempatan bekerja dan kesempatan berusaha bagi


masyarakat desa.

2750
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Mendorong peningkatan swadaya gotong royong masyarakat desa.

Mengulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan.

Meningkatkan pembangunan infrastruktur.

Meningkatkan pengalaman nilai-nilai keagamaan sosial budaya dalam rangka mewujudkan


peningkatan sosial.

Meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat.

Rumus yang digunakan dalam Alokasi Dana Desa Adalah:

Asas merata, yaitu besarnya bagian alokasi dana desa yang sama untuk setiap desa,yang
selanjutnya disebut Alokasi Dana Desa Minimal (ADDM)

Asas adil, yaitu besarnya alokasi dana desa berdasarkan Nilai Bobot Desa (BDX) yang di hitung
dengan rumus dan variabel tertentu (misalnya) kemiskinan, keterjangkauan, pendidikan dasar,
kesehatan dan lainnya), selanjutnya disebut Alokasi Dana Desa Proposional (ADDP). Besarnya
persentase perbandingan antara asas merata dana adil adalah besarnya ADDM adalah 60% dari
jumlah ADD dan besarnya ADDP 40% dari jumlah ADD.

METODOLOGI PENELITIAN

Obyek dari penelitian adalah Kantor Desa Sinar Tungkal Kecamatan Tungkal Jaya Kabupaten
Musi Banyuasin.jalan Palembang-Jambi Km 175 Rt 08 Dusun III Desa Sinar Tungkal
Kecamatan Tungkal Jaya Kabupaten Musi Banyuasin.

Teknik pengumpulan data

Untuk pengumpulan datanya berupa keterangan-keterangan dan uraian-uraian mengenai teori


dan hasil yang didapat dari penelitian sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai masalah
yang akan di bahas untuk memaparkan hasil penelitian melalui wawancara, observasi,
dokumentasi yang bertujuan untuk mengetahui Transparasi dan Akuntabilitas Alokasi Dana Desa
di Desa Sinar Tungkal Kecamatan Tungkal Jaya Kabupaten Musi Banyuasin.

HASIL DAN PEMBAHASAN

2751
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Berdasarkan suatu Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 Keuangan Desa adalah semua hak dan
kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang
berhubungan dengan pelaksanaan dan kewajiban desa.

Dana bantuan program Alokasi dana Desa Sinar Tungkal pada Tahun 2018 memperoleh dana
desa sebesar Rp. 692.850.000, dana mengenai perincian penerimaan dana dari pemerintah
kabupaten yang diberikan kepada pemerintah desa yang digunakan untuk kegiatan operasional
pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat.

Penyaluran Alokasi Dana desa (ADD) dilakukan secara bertahap melalui dua tahap penyaluran
pada Desa Sinar Tungkal yaitu, penyaluran tahap satu sebesar Rp 484.995.000, dan Penyaluran
tahap kedua sebesar Rp. 207.855.000. penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) yang diterima
setiap desa digunakan untuk dua komponen yaitu, (1) sebesar 70% untuk sarana fisik, (2) sebesar
30% untuk pemberdayaan masyarakat.

Dalam Pengelolaan Alokasi Dana Desa yaitu Pada Desa Sinar Tungkal Sering ditemui
Kendala yaitu kurangnya tim ahli, tim teknis, Kendala berikutnya yaitu saat pencairan
anggarannya sering sekali terlambat masuk ke rekening Sinar Tungkal.

Tabel 4.1

Program kegiatan Alokasi Dana Desa Sinar Tungkal Kecamatan Tungkal Jaya Tahun 2018

No Program
1 Belanja Pembayaran Tunjangan Kepala Desa, Perangkat, BPD dan
LPM
2 Belanja Operasional Kantor Desa
3 Bantuan Insentif Rt/Rw
4 Bantuan Operasional Bpd
5 Bantuan Operasinal Lpm
6 Bantuan Pembangunan Jalan Desa
7 Bantuan Pemeliharaan Sarana Prasarana Aparatur Desa
8 Bantuan Pembinaan Keamanan Dan Ketertiban
9 Bantuan Pembinaan Pemuda Dan Olaraga
10 Bantuan Pembinaan Organisasi Perempuan/Pkk
11 Bantuan Pembinaan Kehidupan Umat Beragama
12 Bantuan Pelatihan Kepala Desa ,Perangkat,Bpd,Lpm
13 Bantuan Posyandu , Up2k Dan Kb

2752
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

14 Bantuan Pelatihan Teknologi Tempat Guna Dan Bumdes


15 Bantuan Bimtek Pemberdayaan Masyarakat Desa
16 Bantuan Musyawarah Desa
17 Bantuan Informasi Desa
18 Bantuan Pelaporan Keuangan Desa
19 Belanja Bimtek Pemerintah Desa Untuk Memperkuat Tatakelola Desa
Sumber: APBDesa tahun 2018

Transparansi Alokasi Desa Sinar Tungkal

“”Menurut kMahmudi l2007 Transparansi dibangun atas dasar arus informasi yang
bebas. Seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga, dan informasi perlu dapat diakses oleh
pihak-pihak yang berkepentingan dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat
dimengerti dan dipantau.

Tabel 4.2

Indikator Kesesuaian Transparansi Pengelolaan Dana Desa Menurut Permendagri Nomor 113
Tahun 2014

No Indikator Hasil wawancara Keterangan


1 Kegiatan pencatatan kas Pencatatatan kas masuk dan Tidak sesuai
masuk dan kas keluar k as keluar bisa diakses oleh
dapat diakses dengan masyarakat, serta terdapat
mudah oleh masyarakat papan pengumuman tentang
serta Ada papan informasi dana yang
pengumuman mengenai digunakan untuk
kegiatan yang sedang di menjalankan sebuah
jalankan kegiatan

2753
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

2 Laporan Realisasi dan Laporan realisasi Tidak sesuai


pertanggungjawaban pelaksanaan dan laporan
realisasi pelaksanaan pertanggungjawaban
APB-Desa realisasi pelaksanaan
diinformasikan kepada APBDesa diinformasikan
masyarakat secara tertulis kepada masyarakat secara
dengan media informasi tertulis dan dengan mudah
yang muda diakses oleh diakses oleh masyarakat.
masyarakat.

3 Laporan Realisasi dan Laporan realisasi dan Sesuai


Laporan laporan
pertanggungjawaban pertanggungjawaban
realisasi pelaksanaan realisasi ADD di sampaikan
ADD disampaikan kepada kepada Bupati/walikota
Bupati/Walikota melalui melalui camat.
camat.
Dengan Demikian dapat disimpukan bahwa desa sinar Tungkal kecamatan Tungkal jaya
Kabupaten Musi Banyuasin belum sesuai dengan permendagri nomor 113 Tahun 2014 karna
terlihat pada indikator nomor satu dan dua sudah membuat papan pengumuman serta pencatatan
kas masuk dan kas keluar yang bisa diakses oleh masyarakat, tetapi data Info Grafik dan
Rancangan Persetujuan Anggaran Pendapatan Belanja Desa mempunyai perbedaan dalam hal ini
nominal keuangan di desa sinar tungkal kecamatan tumgkal jaya belum Transparan.

Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa Sinar Tungkal

Penatausahaan Alokasi Dana Desa

Penatausahaan Desa Sinar Tungkal secara teknis telah berpedoman kepada Permendagri
Nomor 113 Tahun 2014. Hal tersebut terlihat dengan disajikan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Sinar Tungkal, yang akan di laporkan kepada Badan Musyawarah (BAMUS).
Penatausahaan yang dilakukan oleh Sinar Tungkal Melalui Pencatatan oleh Bendahara Desa.
Berikut ini adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Dana Desa Sinar Tungkal:

Tabel 4.3

Anggaran Pendapatan dan Belanja Dana Desa

No. Uraian Anggaran

2754
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

(Rupiah)
1 PENDAPATAN
Pendapatan Transfer Rp. 1.456.843.000
Dana Desa Rp. 763.993.000
Alokasi Dana Desa Rp. 692.850.000
JUMLAH PENDAPATAN Rp. 1.456.843.000

2 BELANJA
Belnja Desa Rp. 1.543.793.000
Belanja pegawai Rp. 576.300.000
Belanja barang dan jasa Rp . 451.659.000
Belanja modal Rp. 515.834.000
JUMLAH BIAYA Rp. 1.543.793.000

3 PEMBIAYAAN
Penerimaan pembiayaan Rp. 136.950.000
Sisa lebih perhitungan anggaran tahun Rp. 136.950.000
sebelumnya
Pengeluaran pembiayaan Rp. 50.000.000
Penyertaan modal desa Rp. 50.000.000
JUMLAH PEMBIAYAAN Rp. 86.950.000

Sumber : Data Olahan 2019

Tabel 4.4

Indikator Kesesuaian Akuntabilitas Penatausahaan Menurut Permendagri Nomor 113 Tahun


2014

No Indikator Hasil Wawancara Keterangan


1 Bendahara desa wajib Bendahara desa Belum sesuai
melakukan pencatatan setiap melakukan pencatatan
penerimaan dan pengeluaran setiap penerimaan dan
serta melakukan tutup buku pengeluaran dan tutup
setiap akhir bulan secara buku di akhir tahun
tertib anggaran
2 Bendahara desa wajib Bendahara membuat Sesuai

2755
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

mempertanggungjawabkan laporan
uang melalui laporan pertanggungjawaban
penggunaan dana/laporan berupa laporan
pertanggungjawaban penggunaan dana
desa.
Sumber: Data Olahan 2019

Dengan demikian Berdasarkan tabel pertama terlihat bahwa indikator kesesuaian


Akuntabilitas Penatausahaan Sinar Tungkal secara keseluruhan belum sepenunya dilaksanakan
dan belum Akuntabel.Hal ini terlihat pada indikator pertama yaitu Desa Sinar Tungkal
melakukan tutup buku dan pencapaian laporan pertanggungjawaban di akhir tahun.Sedangkan
menurut Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tutup buku dan penyampaian laporan
pertanggungjawaban dilakukan setiap bulan.

Pelaporan Alokasi Dana Desa

Tabel 4.5

Indikator Kesesuaian Akuntabilitas Pelaporan menurut Permendagri 113 Tahun 2014

No Indikator Hasil Wawancara Keterangan


1 Laporan Semester Pertama Laporan semester Sesuai
berupa Laporan realisasi pertama berupa
APBDesa. laporan realisasi
APBDesa

2 Laporan Pertanggungjawaban Laporan Sesuai


realisasi pelaksanaan pertanggungjawaban
APBDesa ditetapkan dengan realisasi pelaksanaan
peraturan desa APBDesa ditetapkan
dengan peraturan desa

Sumber: Data Olahan 2019

Pada keterangan di atas dapat di simpulkan bahwa Desa Sinar Tungkal Kecamatan
Tungkal jaya sudah mengacu pada Permendagri 113 Tahun 2014 dan sudah dikatakan sudah

2756
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Akuntabilitas. Karna sudah melakukan laporan semester pertama berupa laporan realisasi
APBDesa dan membuat laporan pertanggungjawaban sesuai dengan peraturan desa.

Pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa

Tabel 4.6

Indikator KesesuaianPertanggungjawaban Dana Desa Menurut Permendagri 113 Tahun 2014

No Indikator Hasil Wawancara Keterangan

1 Laporan Laporan Sesuai


pertanggungjawaban pertanggungjawaban
reakisasi pelaksanaan reakisasi pelaksanaan
APBDesa rediri dari, APBDesa rediri dari,
Pendapatan,Belanja,dan Pendapatan,Belanja,dan
Pembiayaan Pembiayaan
Sumber: Data Olahan 2019

Berdasarkan indikator Pertanggungjawaban terlihat bahwa indikator Kesesuaian


Akuntabilitas Pertanggungjawaban Sinar Tungkal sudah dilaksanakan dengan baik dan sudah
sesuai dengan Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 dan sudah Akuntabel.

Kesimpulan

Pada hasil analisis indikator transparansi belum seluruhnya sesuai dengan Permendagri Nomor
113 Tahun 2014 , yaitu pengumuman informasi secara tertulis tentang jumlah dana yang didapat
dari pemerintah Desa yang berupa Grafik berbeda dengan persetujuan Rancangan Anggaran
Pendapatan Belanja Desa. Pada hasil analisis indikator Akuntabilitas Penatausahaan Pengelolaan
Keuangan Alokasi Dana Desa sudah menggunakan format sesuai dengan lampiran dalam
Permendagri 113 Tahun 2014 tapi pada indikator kesesuaian Akuntabilitas Penatausahaan Sinar
Tungkal secara keseluruhan belum sepenuhnya dilaksanakan. Maka dapat dikatakan Desa sinar
Tungkal Belum Akuntabel.Pada hasil analisis Indikator Akuntabilitas pelaporan sudah sesuai
dengan Permendagri 113 Tahun 2014.Maka dapat dikatakan Desa Sinar Tungkal sudah

2757
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Akuntabel.Pada hasil analisis Indikator Akuntabilitas Pertanggungjawaban sudah sesuai dengan


Permendagri 113 Tahun 2014.Maka dapat dikatakan Desa Sinar Tungkal sudah Akuntabel.

DAFTAR PUSTAKA

Apriana Riska. (2017). “ pengelolaan alokasi dana desa dalam mewujudkan good governance”.
Skripsi S-1 Akuntansi syariah. Universitas institute Agama Islam Negeri Surakarta.

Dwiyanto, Agus. 2008. Mewujudkan good goevernance melalui pelayanan publik. Gadjah Mada
University Press : Yogyakarta.

Farida. (2015). “ Transparansi dan Akuntabilitas Pemerintah Desa Dalam Pengelolaan


Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Skripsi S-1 Akuntansi.Universitas
Muhammadiyah Palembang.

Kumalasari Deti. (2015). “Transparasi dan Akuntabilitas Pemerintah Desa Dalam pengelolaan
Alokasi Dana Desa pada pulau beringin kecamatan Sidang Danau Kab Ogan Komering Ulu
Selatan.Skripsi S-1 Akuntansi.Universitas PGRI Palembang.

Mahmudi.(2007). “Manajemen Kinerja Sektor Publik”. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu


Manajemen. (YKPN).

Mardiasmo. (2009). Akuntansi Sektor Publik.Yogyakarta: Penerbit. CV Andi. Yogyakarta.

Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 113. 2014. Tentang Pengelolaan Keuangan Desa

Peraturan Pemerintah Nomor 06. 2015. Tentang Keuangan Desa

Peraturan Pemerintah Nomor. 72. 2005. Tentang Dana Desa.

Peraturan Pemerintah Nomor 05. 2015. Tentang Desa

Peraturan akuntansi Pemerintahan (2010). Tentang Pengertian Transparansi.

Siregar, baldric. (2015). Akuntansi Sektor Publik (Akuntansi berbasis akrual) : Penerbit
UPPSTIM YKPN.

Widiyanti Rina. (2018). “Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Dana Desa pada Nagari
Ulakan Kecamatan Ulakan Tapakis”.E-Jurnal S-1 Vol. Xll, No.11 Okteber
2018.Akuntansi.Universitas Muhammadiyah Sumatra Barat.

2758
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Widiyanti Ariska. (2017). “Akuntabilitas Dan Transparansi Pengelolaan Alokasi Dana Desa
Pada Desa Sumberejo Dan Desa Kandung Di Kecamatan Winongan Kabupaten Pasuruan
“.Skripsi S-1 Akuntansi.Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.

2759
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN


BERBASIS AKRUAL DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA
MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 PALEMBANG

Rina Angraini1), Fitriasuri2)


1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bina Darma Palembang

Email: Reina.angraini@gmail.com
2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bina Darma Palembang

Email: fitriasuri@binadarma.ac.id

Abstract

The purpose of this study was to determine the presentation of financial statements Madrasah
Aliyah Negeri 1 Palembang in presenting government financial reports based on PP No. 71 of
2010 concerning Accrual Based Government Accounting Standards. This research was
conducted at Madrasah Aliyah Negeri 1 Palembang. The analysis technique used is qualitative
analysis. The results showed that the Madrasah Aliyah Negeri 1 Palembang had made careful
preparations and strategies to create success in implementing the Accrual Basis properly, as
evidenced by obtaining an unqualified Opinion (WTP) from the BPK 4 times in a row from 2015
to 2018 after applying Accrual Based Government Accounting Standards. Madrasah Aliyah
Negeri 1 Palembang has followed the rules of the current government accounting standard
(SAP) which is accrual-based Government Accounting Standards. It is expected that MAN 1
Palembang will increase human resources, so that the process of recording financial
transactions will not be difficult because of the recording of manual financial transactions that
are quite a lot. Then do the application development so that it doesn't experience disturbances or
errors.

Keywords: Government Accounting Standards, Accrual Based, Financial Statements

2760
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyajian laporan keuangan Madrasah Aliyah
Negeri 1 Palembang dalam menyajikan laporan keuangan pemerintahan berdasarkan PP No.71
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual. Penelitian ini dilakukan
pada Madrasah Aliyah Negeri 1 Palembang. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Madrasah Aliyah Negeri 1 Palembang telah
melakukan persiapan-persiapan dan strategi yang matang sehingga tercipta keberhasilan dalam
mengimplementasi Basis Akrual dengan baik, terbukti dengan diperolehnya Opini wajar tanpa
pengecualian (WTP) Dari BPK 4 kali berturut-turut dari tahun 2015 s.d 2018 setelah menerapkan
Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual. Madrasah Aliyah Negeri 1 Palembang telah
mengikuti aturan dari standar akuntansi pemerintahan (SAP) yang berlaku saat ini yaitu Standar
Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual. Diharapkan MAN 1 Palembang melakukan
peningkatan sumber daya manusia, sehingga proses pencatatan transaksi keuangan menjadi tidak
sulit karena pencatatan transaksi keuangan manual yang cukup banyak. Kemudian melakukan
pengembangan aplikasi sehingga tidak mengalami ganguan atau error.

Kata Kunci: Standar Akuntansi Pemerintahan, Berbasis Akrual, Laporan Keuangan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah terus dilakukan oleh
Pemerintah Indonesia. Oleh karena itu diperlukan pengembangan kebijakan akuntansi berupa
standar akuntansi pemerintah (SAP) berbasis akrual. Tujuan dari adanya kebijakan tersebut yaitu
untuk memberikan pedoman pokok dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (Kariyoto, 2016). Pada tahun 2015 seluruh SKPD
di Indonesia seharusnya mengubah akuntansi berbasis kas menjadi akuntansi berbasis akrual.
Namun pada kenyataannya terdapat beberapa pemerintah daerah yang belum menerapkannya.
Akibatnya, ada beberapa pemerintahan yang mendapatkan opini Wajar Dengan Pegecualian.

Madrasah Aliyah Negeri 1 Palembang merupakan salah satu instansi pemerintah dibawah
naungan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Selatan dan dalam membiayai
kegiatan dan pelaksaan tugasnya, Madrasah Aliyah Negeri 1 Palembang mendapat bantuan dana

2761
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

dari APBN dan sudah mengimplementasikan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010
mengenai Standar Akuntansi Pemerintah berdasarkan akrual dalam pelaporan keuangannya, atas
pelaksanaan dana yang telah dianggarkan dimana laporan yang telah dibuat tersebut telah
sampaikan kepada Dirjen Anggaran secara online.

Pemerintah memberlakukan PP Nomor 71 tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintah


yang Berbasis Akrual berdampak dengan adanya perubahan besar mengenai cara pelaporan
keuangan di Indonesia, yaitu adanya peralihan dari basis kas menjadi akrual menuju basis akrual
penuh dalam pencatatan penyajian keuangan pemerintah. Dalam hal ini Madrasah Aliyah Negeri
1 Palembang sebagai pengguna anggaran juga wajib membuat laporan keuangan sebagai bentuk
pertanggungjawaban atas kewenangan yang dilaksanakan sesuai Peraturan Pemerintah No.71
Tahun 2010.

Tahun 2015 menjadi tahun pertama pemerintah wajib menyusun laporan keuangan berbasis
akrual. Namun di tahun 2014 pada tingkat Pemerintah Daerah Indonesia, yang memperoleh opini
wajar tanpa pengecualian (WTP) atas laporan keuangan Pemerintah Daerah hanya sebesar 50%
saja. Madrasah Aliyah Negeri 1 Palembang pemerintahan yang memperoleh opini WTP, namun
di tahun 2015 menjadi tahun pertama menerapkan SAP berbasis akrual. Keberhasilan penerapan
SAP berbasis akrual sangat diperlukan karena banyak faktor mempengaruhi penerapan SAP
berbasis akrual pada pemerintah adapun faktor-faktor tersebut adalah Kualitas Sumber daya
manusia, Resistensi Terhadap Perubahan, Kualitas Teknologi Informasi, dan Dukungan
Konsultan.

Rumusan Masalah

Pokok permasalahan yang dibahas adalah bagaimana implementasi SAP berdasarkan Akrual
dalam pelaporan Keuangan Madrasah Aliyah Negeri 1 Palembang?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyajian laporan keuangan Madrasah Aliyah
Negeri 1 Palembang sehubungan dengan pelaporan keuangan pemerintahan menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual

KAJIAN LITERATUR

2762
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Standar Akuntansi Pemerintahan

Menurut Wijaya (2008) dalam Margareta dan Ikhsan (2015), SAP adalah suatu standar akuntansi
di Indonesia yang pertema mengatur tentang akuntansi di instansi pemerintah yang ada di
Indonesia. Melalui standar ini, penyajian pelaporan keuangan di instansi pemerintahan wajib
menggunakannya sebagai media komunikasi antara instansi pemerintah dengan pihak lain guna
tercapai pengelolaan keuangan pemerintah yang good corporate goverment.

Hoesada (2016) menjelaskan “penggunaan basis akrual menghasilkan LK akrual tanpa


modifikasi basis apapun. Pendapatan diakui pada saat dihasilkan tanpa memerhatikan
penerimaan kas, serta pengeluaran diakui pada saat terjadinya pengeluaran tersebut tanpa perlu
memerhatikan pembayarannya (dibayar dimuka, biaya saat tunai, atau biaya timbul walau belum
dibayar)”.

Basis Akuntansi Akrual

Sesuai isi PP Nomor 71 tahun 2010, menjelaskan bahwa tahun terakhir instansi pemerintahan di
Indonesia diperbolehkan memakai dasar kas menuju akrual yaitu tahun 2014. Kemudian untuk
tahun 2015 pemerintahan di pusat dan di daerah diharuskan telah memakai dasar akrual untuk
penyajian laporan keuangan.

Rahmawati, dkk (2015) menyatakan bahwa menurut International Federations ada lima
kelebihan dan ada empat kekurangan untuk melaksanakan dasar akrual pada sistem akuntansi di
instansi pemerintah. Adapun kelebihan dalam implementasi dasar akrual pada instansi
pemerintah yaitu:

menggambarkan cara pemerintah mendanai kegiatan dan melengkapi kebutuhan pendanaanya;

Adanya kemungkinan pemakai laporan keuangan menganalisis keuangan pemerintah saat ini;

Menyajikan kondisi keuangan pemerintah dan beserta perubahan kondisi keuangannya;

Memberikan kesempatan bagi pemerintahan dalam menyampaikan keberhasilan dalam


pengelolaan sumber daya – sumber daya yang dikelolanya;

Bermanfaat bagi pemerintahan sebagai bahan evaluasi dalam menilai hasil kinerjanya
sehubungan dengan efektifitas dan efisiensi kemudian pencapain tujuan dalam hal pengelolaan
sumber daya yang dikelolanya.

2763
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Kemudian kekurangan untuk implementasi dasar akrual yaitu:

Pengeluaran yang harus disiapkan lumayan besar

Kurang memberikan arti pada sektor publik atau pemerintahan karena basis akrual pada dasarnya
didesain untuk mengukur laba.

Basis akrual lebih kompleks dibandingkan dengan basis kas

Membutuhkan orang-orang yang benar-benar professional dalam hal pertimbangan


professional

Implementasi SAP Berdasarkan Akrual

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 mengenai pernyataan standar akuntansi
pemerintah (SAP) Berbasis Akrual dalam penerapan SAP Berbasis Akrual mencakup hal-hal
sebagai berikut

SAP Berbasis Akrual untuk mengakui Pendapatan-LO, Beban, Utang, dan Ekuitas dalam Pelaporan
Finansial.

Pengakuan Harta, Hutang, dan Modal diakui kemudian dilakukan pencatatan ketika terjadi transaksi,
dengan tidak melihat kas atau setaranya di terima atau dikeluarkan.

Penerimaan diakui ketika hak mendapatkan pendaptan sudah dipenuhi meskipun kas atau setara
kas belum masuk ke Rekening kas umum milik Negara/Daerah.

Pengeluaran diakui ketika munculnya kewajiban yang berdampak pada turunnya nilai aset bersih
sudah terpenuhi meskipun kas atau setara kas belum dibayarkan dari rekening kas umum milik
Negara/Daerah.

Laporan Operasional (LO) menyajikan informasi Bebab Akrual.

Penyajian Laporan keungan telah menyajikan LRA, LPSAL, Neraca, LAK, LO, Laporan
Perbahan.

LPE dan CALK.

Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 Tentang Basis Akrual

Erlina, dkk (2015) menjelaskan PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
mendefinisikan akuntansi sebagai proses identifikasi, pencatatan, pengklasifikasian,

2764
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

pengikhltiasran transaksi dan kejadian keuangan, serta pengintrepretasian atas hasilnya. Hal ini
Sesuai isi PP No. 71 Tahun 2010 tentang Basis Akrua, pada No. I Tinjauan Umum Paragraf 6
(enam) sampai 8 (delapan).

Kerangka Pemikiran

Untuk menggambarkan secara garis besar mengenai penelitian ini maka dapat dilihat pada
kerangka pemikiran di bahwa ini:

SAP Berbasis Akrual Laporan Akuntansi


Menurut PP No.71 Berbasis Akrual pada
tahun 2010 MAN 1 Palembang

Analisis Penerapan SAP berbasis


Akrual pada MAN 1 Palembng

Hasil dan Kesimpulan

Gambar 1

Paradigma Penelitian

METODE PENELITIAN

Objek Penelitian

2765
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Penelitian ini dilakukan pada Madrasah Aliyah Negeri 1 Palembang. yang beralamat di Jl.
Gubernur H. Ahmad Bastari (Jl. Pendidikan) Jakabaring Palembang. telah menerapkan PP No.71
Tahun 2010 dalam penyusuanan Laporan Keuangannya.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif
kualitatif dengan menguraikan hasil wawancara peneliti dengan key informan kemuidan
mengambil beberapa kesimpulan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penerapan SAP Berbasis Akrual Pada Laporan Keuangan Madrasah Aliyah Negeri 1 Palembang

Hasil wawancara peneliti yang dilakukan dengan salah satu informan, yaitu Ibu Susilowati, S.Si selaku
Bendahara pada MAN 1 Palembang menunjukkan bahwa MAN 1 Palembang sudah mengimplemetasikan
SAP dengan basis Akrual sejak tahun 2015. Dimana sebelum menggunakan SAP Akrual Madrasah
Aliyah Negeri 1 Palembang hanya menyajikan 5 komponen laporan keuangan yaitu LRA, LO, LPE,
neraca, CaLK, kemudian setelah menerapkan SAP Akrual Madrasah Aliyah Negeri 1 Palembang sudah
melaporkan 7 komponen laporan keuangan, hal ini sesuai dengan Peraturan yang dikeluarkan oleh
Pemerintah.

7 komponen laporan keuangan yang dibuat Madrasah Aliyah Negeri 1 Palembang adalah LRA, SAL,
neraca, LO, LAK, LPE dan CaLK. Kendala terhadap penerapan SAP berbasis akrual yaitu :

Keterbatasan sumber daya manusia, hal ini berdampak pada proses pencatatan transaksi keuangan yang
benar menjadi sulit hal ini dikarenakan kerumitan pencatatan manual transaksi keuangan yang cukup
banyak, kemudian menghabiskan waktu kerja yang berdampak pada kurangnya fokus dan efisiensi dalam
pencatatan laporan keuangan.

Aplikasi sering mengalami gangguan atau error ketika di upgrade.

Mengenai sarana yang di Madrasah Aliyah Negeri 1 Palembang untuk penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan berbasis Akrual, yaitu Pc/laptop minimal 4 GB memorinya dan jaringan internet yang
sangat memadai sehingga akses laporan keuangan berjalan dengan baik karena seluruhnya memakai
sistem online atau elektronik.

Untuk pendapat yang dikeluarkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan untuk Laporan Keuangan di bawah
Kementerian Agama (LKKA) yaitu Madrasah Aliyah Negeri 1 Palembang yang mendapatkan opini
Wajar Tanpa Pengecualian selama periode 4 kali berturut-turut dimulai tahun 2015 sampai dengan tahun

2766
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

2018. Dimana ditahun tersebut Madrasah Aliyah Negeri 1 Palembang telah menerapkan SAP berbasis
Akrual, dapat dikatakan bahwa Madrasah Aliyah Negeri 1 Palembang sudah berhasil untuk
mengimplementasikan dasar akrual.

Ibu Susilowati menyatakan bahwa mengenai Lapran Keuangan Kementerian Agama khususnya Madrasah
Aliyah Negeri 1 Palembang pada umumnya di kanwil kementerian agama propinsi Sumsel yang
memperoleh Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dikarenakan laporan keuangan yang disusun telah
menjelaskan secara rinci/detail baik itu laporan LO, LPE sehingga tidak ada pertanyaan lagi dari irjen
ataupun BPK yang memeriksa karena sudah tersaji dengan baik.

Keberhasilan Kementerian Agama Provinsi Sumatera selatan dilakukan oleh instansi khususnya di
Madrasah Aliyah Negeri 1 Palembang tak lepas dari adanya Strategi, Ibu Susilowati mengungkapkan
untuk menerapkan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual dengan melakukan pencatatan setiap
kali terjadi transaksi tanpa menunggu bulan berikutnya jadi setiap bulan dicatat kemudian langsung
dilaporkan melalui e-rekon.

Keputusan pemerintah dalam mengubah standar akuntansi basis kas menjadi basis akrual menurut
pendapat ibu Susilowati tidak begitu rumit karena dengan basis akrual bisa dilihat beban atau pendapatan
untuk tahun kedepan, sehingga dalam hal perencanaan anggaran akan lebih baik karena sudah tahu berapa
bebannya, berapa pendaptannya.

Perlakuan Akuntansi pada LKKA Khususnya MAN 1 Palembang Tahun Anggaran 2015 s.d 2018 Terkait
Penerapan PP Nomor 71 Tahun 2010:

Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Madrasah Aliyah Negeri 1 Palembang Untuk pencatatan
pendapatan-LRA

Pengakuan dan pengukuran pelaksanaan di MAN 1 Palembang telah sesuai dengan sistem akuntansi yang
diwajibkan pemerintah dimana dalam pencatatan pendapatan LRAnya diakui ketika diperoleh kas baik
pada saat kas itu masih berada di rekening bank BNI maupun kasnya diterima dibendahara dalam bentuk
uang tunai.

Kalau pendapatan LO nya diakui pada saat telah diterimanya hak, seperti ketika melakukan praktek
dilapangan jikalau telah mengeluarkan SPK berarti kita telah melakukan pencatatan meskipun kasnya
belum diterima namun itu sudah menjadi hak, sehingga dicatat di LO, tetapi Madrasah Aliyah Negeri 1
Palembang mencatatnya sebagai akrual yaitu belanja pegawai yang belum dibayarkan tahun berjalan
seperti tunjangan profesi dikarenakan dananya tidak mencukupi untuk pembayaran tunjangan profesi
desember 2017 dibayarkan januari 2018 tetapi pencatatannya dilakukan pada tahun 2017.

2767
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Adapun jurnal yang digunakan untuk melakukan pencatatan pendapatan pada MAN 1 Palembang dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1

Pencatatan Pendapatan

Tgl Uraian Debit Kredit

31 des Belanja pegawai yang masih harus dibayar xxx

Beban tunjangan profesi guru xxx

(jurnal balik sertifikasi guru tahun 2017)

Pengakuan dan Pengukuran Belanja Madrasah Aliyah Negeri 1 Palembang

Untuk belanja barang atau belanja modal diakui ketika uang sudah dibayarkan oleh bendahara
pengeluaran, pengakuan dan pengukuran belanja seperti ini tetap memakai basis kas pencatatannya tetapi
kalau beban menjadi kita pakai basis akrual. Misalkan beban kalau di instansi Madrasah Aliyah Negeri 1
Palembang ini biasanya belanja pegawai yang belum dibayarkan tahun anggaran berjalan dan akan
dibayarkan tahun anggaran kedepannya.

Adapun jurnal yang digunakan untuk melakukan pencatatan belanja pada MAN 1 Palembang dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2

Pencatatan Belanja

Tgl Uraian Debit Kredit

31 des Belanja pegawai yang masih harus dibayar xxx

Beban tunjangan profesi guru xxx

2768
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Pengakuan dan Pengukuran Pembiayaan Madrasah Aliyah Negeri 1 Palembang

Pengakuan dan pengukuran pembiayaan di Kementerian Agama Madrasah Aliyah Negeri 1


Palembang, sebagai berikut:

Tabel 3

Pencatatan Pembiayaan

Tgl Uraian Debit Kredit

xxx Perubahan SAL xxx

Penerimaan pembiayaan xxx

xxx Pengeluaran pembiayaan xxx

Perubahan SAL xxx

Pengakuan dan Pengukuran Aset Madrasah Aliyah Negeri 1 Palembang

Pengakuan dan pengukuran aset misalnya aset gedung dan bangunan kalau masih dalam proses
KDP/kontruksi dalam pengerjaan itu belum menjadi aset instansi tersebut, tapi kalau misalnya
sudah selesai pembangunan dan bisa ada manfaat ekonominya sudah selesai dibangun baru bisa
menjadi asset.

Adapun jurnal yang digunakan untuk melakukan pencatatan aset pada MAN 1 Palembang dapat dilihat
pada tabel berikut:

Tabel 1

Pencatatan Aset

Tgl Uraian Debit Kredit

2 juni Peralatan Rp 50.000.000

2769
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Kas Rp 50.000.000

(Jurnal Finansial)

Belanja modal Rp 50.000.000

Perubahan SAL Rp 50.000.000

(Jurnal Anggaran)

Pengakuan dan Pengukuran Ekuitas Madrasah Aliyah Negeri 1 Palembang

Ibu Susilowati menjelaskan bahwa “menurutnya ekuitas sama halnya dengan nilai kekayaan
bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dengan kewajiban. Itu yang disebut ekuitas
menurut beliau. Untuk pengukuran sama pengakuannya, beliau menyatakan bahwa Marasah
Aliyah Negeri 1 Palembang telah sama dengan PSAP. Bahwa ekuitas diakui berdasarkan saat
pengakuan aset dan kewajiban. Dan Pengukuran Ekuitas berdasarkan pengukuran atas aset dan
kewajiban. Kalau penyajiannya disajikan dalam Neraca dan dijelaskan rinciannya dalam Catatan
atas Laporan Keuangan (CaLK)”.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil dari analisis yang diungkapkan di atas dapat disimpulkan bahwa :

Madrasah Aliyah Negeri 1 Palembang memperoleh Opini wajar tanpa pengecualian (WTP) Dari
BPK 4 kali berturut-turut dari tahun 2015 s.d 2018 setelah menerapkan Standar Akuntansi
Pemerintahan Berbasis Akrual.

Madrasah Aliyah Negeri 1 Palembang telah menerapkan Standar Akuntansi Pemerintahan


berbasis akrual.

DAFTAR PUSTAKA

2770
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Demak, Dedi K., Jullie J., & S. Tangkuman. 2014. Penerapan Pp No.71 Tahun 2010 Dalam
Pelaporan Akuntansi Belanja Dinas Pekerjaan Umum Kota Kotamobagu Tahun Anggaran 2014.
Universitas Sam Ratulangi Manado

Erlina, Rambe Omar S., & Rasdianto. 2015. Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual.
Jakarta : Salemba Empat

Halim, Abdul. (2004). Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah.Edisi Revisi.
Jakarta: Salemba Empat.

Herwiyanti, E., Sukirman., & F.S. Aziz. 2017. Analisis Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual
Pada Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.19 No.1
Hal.13-23. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. Indonesia.

Hoesada, Jan. 2016. Bunga Rampai Akuntansi Pemerintahan. Jakarta : Salemba Empat

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. (2012). Standar Akuntansi Pemerintahan: PP


Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010. Jakarta: Salemba Empat.

Kariyoto. 2016. Analisis Kesiapan Pemerintah Kota Malang Dalam Mengimplementasikan


Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual. Jurnal JIBEKA, Vol. 10 No. 20-27.
Universitas Brawijaya.

Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No.15 Tahun 2015 tentang Penerapan Standar
dan Sistem Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Kementerian Agama

Lamonisi, Sony. 2016. Analisis Penerapan Standar Akuntansi Berbasis Akrual Pada Pemerintah
Kota Tomohon. Jurnal EMBA, Vol.4 No.1 Hal. 223-230. Universitas Sam Ratulangi Manado.

Langelo, F., David Paul E. S., & S. W. Alexander. 2015. Analisis Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan Berbasis Akrual Dalam Penyajian Laporan Keuangan Pada Pemerintah Kota
Bitung. Jurnal EMBA, Vol.3 No.1 Hal. 1-8. Universitas Sam Ratulangi Manado

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Margareta, Weda A., & I. Budi Raharjo. 2015. Kesiapan Instansi Pemerintah dalam
Implementasi Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual. Jurnal ilmu dan riset akuntansi,
Vol. 4 No. 9. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

2771
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Miles, M.B & Huberman A.M. 1984 Analisis Data Kualitatif. Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi
Rohidi. 1992. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.

Nurhikmah, Nunung. (2016). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Akuntabilitas dan


Transparansi Laporan Keuangan Sebelum dan Sesudah Implementasi Standar Akuntansi
Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintahan Daerah di Indonesia. Tesis Program Studi
Magister Akuntansi Program Pasca Sarjana Universitas Jenderal Soedirman. Tidak
dipublikasikan.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.222/PMK.05/2016 tentang perubahan atas


PMK No.177/PMK.05/2015 tentang Pedoman Penyusunan dan Penyampaian Laporan Keuangan
Kementerian Negara/Lembaga

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.225/PMK.05/2016 tentang Penerapan


Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintahan Pusat

Rahayu, Sari. (2014). Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010Tentang


Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual dan Standar Akuntansi Pemerintahan
Berbasis Kas Menuju Akrual di Jombang. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Naskah publikasi.

Rahmawati, N., A. Made & Doni W. Y. 2015. Implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan
Berbasis Akrual di Sekretariat DPRD Kabupaten Malang Berdasar Peraturan Pemerintah Nomor
71 Tahun 2010. Universitas Kanjuruhan Malang.

Ratmono.Dwi, & Sholihin.Mmahfud. (2015). Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual.


Yogyakarta : Upp Stim Ykpn

Sampel,I. F., Kalangi L., & T. Runtu. 2015. Analisis Kesiapan Pemerintahan Kota Manado
Dalam Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Mengenai Standar Akuntansi
Berbasis Akrual. Jurnal EMBA, Vol.3 No.1 Hal. 621-630. Universitas Sam Ratulangi Manado

Satrio, M. Dimas, Indrawati Y., & A. Hamzah. 2016. Implementasi Standar Akuntansi
Pemerintah Berbasis Akrual di Kabupaten Jombang. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 18,
No. 1. Hal. 59-70. UPN Surabaya & Universitas Trunojoyo Bangkalan Madura.

2772
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta.(2012). Metode


Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Suryanto. 2017. Tinjauan Implementasi Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual di Indonesia.


Jurnal AdBispreneur Vol.2, No.3 Hal.217-226 Universitas Padjadjaran.

Wibowo, O.T.A.A., Ramadhanti, W., Sugiarto (2018). Analisis Pendapatan AccrualBasis dan
Cash Basis Dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah DiJawa Tengah. SeminarNasional
dan Call for Paper Sustainable CompetitiveAdvantage (SCA) 8. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas JendralSeodirman.

Wijaya, Heryanto. 2008. Standar Akuntansi Pemerintahan (PP No.24 Tahun 2005) Untuk
Pengelolaan Keuangan Negara Yang Transparan dan Akuntanbel. Jurnal Akuntansi/ Tahun X II
No.3

2773
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

PENERAPAN AUDIT OPERASIONAL DALAM MENILAI


PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP AKTIVITAS PRODUKSI
PT. KAPUAS MUSI MADELYN PALEMBANG

Riska Herdiana1, Poppy Indriani2

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Bina Darma Palembang

Email : riskaherdiana.hr@gmail.com poppy.indriani@gmail.com

Abstract

This study aims to determine 1)Whether the exercise of the functions of production in the
PT Kapuas Musi Madelyn run in accordance with established procedures. 2)The problem
of what happens to the PT. Kapuas Musi Madelyn and what remedial action undertaken
by the production function. The research approach used in this study is a qualitative
approach. Using primary data is by making observation production function and also
conduct an open interview with PT Kapuas Musi Madelyn employees. The results of this
study were 1)Implementation of the production function has been implemented in
accordance with the procedure from production schedules, productivity and value added
equipment and production facilities, quality control and control of finished goods. 2)In
general, the production activity has been effective, yet there are still some problems in the
production activities, among others, the lack of effective planning of production targets,
written instructions regarding the care and maintenance equipment does not exist, so PT
Kapuas Musi Madelyn need to conduct some corrective action.

Keyword: operational audit, internal control, corrective acction.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) apakah pelaksanaan fungsi produksi pada
PT Kapuas Musi Madelyn berjalan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.2)
permasalahan dan tindakan perbaikan apa yang dilakukan oleh fungsi produksi.
Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
Menggunakan data primer yaitu dengan melakukan observasi fungsi produksi dan juga
melakukan wawancara terbuka dengan karyawan PT Kapuas Musi Madelyn. Hasil
penelitian ini adalah 1)Pelaksanaan fungsi produksi telah dilaksanakan sesuai dengan
prosedur mulai dari jadwal produksi, produktivitas dan nilai tambah, peralatan dan
2774
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

fasilitas produksi, pengendalian kualitas dan pengendalian barang jadi. 2)Secara umum
aktivitas produksi telah efektif, namun masih terdapat beberapa permasalahan pada
aktivitas produksi antara lain kurang efektifnya perencanaan target produksi, instruksi
tertulis mengenai pemeliharaan dan perawatan peralatan tidak ada, sehingga PT Kapuas
Musi Madelyn perlu mengadakan beberapa tindakan perbaikan.

Kata Kunci : audit operasional, pengendalian intenal, tindakan perbaikan.

1. Pendahuluan

Perkembangan zaman yang pesat membuat dunia persaingan bisnis semakin hari semakin
ketat. Keadaan ini kian menjadi ancaman bagi setiap perusahaan yang ikut serta di
dalamnya. Dibutuhkan kemampuan dan cara khusus, salah satunya kemampuan
berinovasi agar perusahaan dapat memenangi persaingan dan mampu bertahan. Semakin
tingginya tingkat persaingan dalam dunia bisnis, menuntut perusahaan memiliki sistem
pengendalian internal yang memadai untuk mengontrol keseluruhan aktivitas atau
kegiatan dalam perusahaan.

Dalam aktivitas operasional perusahaan tidak terlepas dari dukungan salah satunya fungsi
yaitu fungsi produksi. Fungsi produksi digunakan untuk mentrasformasikan input menjadi
output dengan ketentuan yang telah diberlakukan perusahaan. Penentuan
kesembandingan hasil akhir diperlukan dalam menetapkan standar dan target produksi
dalam perusahaan. Hal ini menuntut evaluasi dan pemeriksaan atas aktivitas operasional
yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Pentingnya perusahaan melaksanakan audit
operasional karena hasil audit sebagai bahan pertimbangan untuk meninjau ketetapan
yang diberlakukan dan perlunya perbaikan terhadap hasil dan kegiatan perusahaan.

Sebagai salah satu perusahaan manufaktur di Palembang, PT Kapuas Musi Madelyn


yang bergerak di bidang pembuatan tangki, batching plant, penjualan semen dan
penyewaan mesin. Audit ini difokuskan pada fungsi atau aktivitas produksi pembuatan
tangki yang dituntut untuk memberikan hasil yang memuaskan. Namun masalah yang
terjadi di PT Kapuas Musi Madelyn yaitu rendahnya pengawasan atas standar dan target
yang ditetapkan, serta belum optimalnya sistem pengendalian internal perusahaan yang
menyebabkan produksi pembuatan tangki PT Kapuas Musi Madelyn tidak dapat tercapai
sesuai target dan mengakibatkan kegagalan produksi.

2. Tinjauan Pustaka

1. Auditing

2775
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara
objektif mengenai pernyataanpernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan
tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai
yang berkepentingan. (Mulyadi, 2014:9).

Tujuan audit ialah mengangkat tingkat kepercayaan dari pemakai laporan keuangan
terhadap laporan keuangan tersebut. Tujuan itu dicapai dengan pemberian opini oleh
auditor mengenai apakah laporan keuangan disusun dalam segala hal yang material sesuai
dengan bukti dan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. (Tuanakotta, 2014:84).

2. Audit Operasional

Audit Operasional merupakan suatu pelaksanaan fungsi pengawasan yang


dilakukan untuk menjamin kegiatan-kegiatan tersebut terselenggara berdasarkan berbagai
prinsip seperti efisiensi, efektivitas, produktivitas, koordinasi, fungsionalisasi dan lain
sebagainya untuk mengidentifikasi kegiatan, program dan aktivitas yang masih
memerlukan perbaikan sehingga dengan rekomendasi yang diberikan nantinya dapat
dicapai perbaikan. Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam audit operasional
yaitu tahap pendahuluan, review dan pengujian menajemen, audit terinci, pelaporan dan
tindak lanjut.

3. Pengendalian Internal

Pengendalian internal yaitu kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan
kepastian yang layak bagi manajemen bahwa perusahaan telah mencapai tujuan dan
sasarannya untuk menjamin tercapainya tujuan yang diharapkan dapat meminimalisasikan
kesalahan yang mungkin dapat terjadi serta mencegah terjadinya penyelewengan oleh
pihak yang tidak bertanggungjawab. Ada lima komponen yang saling terkait
berdasarkan teori pendekatan COSO, yaitu: lingkungan pengendalian, penilaian risiko,
aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi dan pemantauan.

3. Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada PT KAPUAS MUSI MADELYN yang beralamat di


Jalan Soekarno-Hatta N0.88 Palembang, Sumatera Selatan. Penelitian ini merupakan
penelitian yang menggunakan metode ex post facto yaitu penelitian yang dilakukan
untukmeneliti peristiwa yang telah terjadi kemudian merunut kebelakang untuk
mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut. (Sugiyono, 2014:7).

Instrumen penelitian dengan metode wawancara ini disusun berdasarkan indikator-


indikator yang telah dijabarkan dalam tabel operasional variabel sehingga masing-

2776
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

masing pertanyaan yang akan diajukan kepada setiap responden lebih jelas serta dapat
terstruktur. (Sugiyono, 2014: 398).

Penelitian ini dilakukan untuk meneliti kejadian yang telah terjadi di fungsi
produksi pada PT Kapuas Musi Madelyn dan menemukan penyebab kejadian tersebut.
Penelitian ini juga termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif. Analisis data deskriptif
kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini melingkupi bentuk temuan yang
merupakan kertas kerja auditor yang merupakan hasil dari suatu audit. Data yang didapat
dari deskriptif kualitatif melalui tiga tahapan yaitu :

1. Reduksi Data

Tahap pertama adalah data yang telah didapat dari wawancara dengan informan direduksi
oleh peneliti, yaitu ditulis rincian atas poin-poin yang fokus pada hal yang diteliti.

2. Penyajian Data

Tahap kedua adalah penyajian data. Setelah melakukan reduksi data maka data akan
disajikan dalam bentuk tabel atau uraian yang singkat, dalam tahap ini hasil wawancara
disajikan dalam bentuk uraian kalimat sehingga memudahkan peneliti dalam memahami
apa yang terjadi.

3. Penarikan kesimpulan/verifikasi

Tahap ketiga adalah penarikan kesimpulan yang dibuat berdasarkan pada data yang telah
diperoleh sehingga dapat menjawab rumusan masalah-masalah dalam penelitian ini yaitu
mengenai penerapan audit operasional dalam menilai pengendalian internal terhadap
aktivitas produksi PT Kapuas Musi Madelyn Palembang.

4. Hasil Dan Pembahasan

PT. Kapuas Musi Madelyn (KMM) merupakan perusahaan swasta yang bergerak
dibidang pembuatan tangki, batching plant, penjualan semen dan penyewaan mesin.
Beralatkan di Jl. Soekarno Hatta No. 88 Kel. Demang Lebar Daun Kec. Ilir Barat,
Palembang Sumatera Selatan.

Sesuai dengan rancangan penelitian yang telah disusun pada bab sebelumnya, hasil
penelitian akan disajikan dengan mengikuti kerangka kerja pelaksanaan, yaitu penerapan
audit operasional berdasarkan laporan hasil temuan audit serta aktivitas pengendalian
internal dengan menggunakan prinsip pendekatan COSO framework dengan cara
wawancara kepada kelompok responden, kemudian menyusun hasil verifikasi, menilai
prioritas, membandingkan dengan laporan hasil audit tahun sebelumnya, terakhir
membuat kesimpulan dan memetakannya ke dalam bagan aktivitas produksi.
2777
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai penerapan audit operasional dalam
menilai pengendalian internal terhadap aktivitas produksi PT Kapuas Musi Madelyn
Palembang, bahwa analisis audit operasional pada PT. Kapuas Musi Madelyn bertujuan
untuk menilai kinerja bagian produksi ditinjau dari tahap-tahap audit
operasional disertai dengan melakukan analisis data dengan dilandasi dengan teori yang
relevan dengan masalah yang diteliti pada PT. Kapuas Musi Madelyn, dari hasil
wawancara audit operasional berdasarkan hasil laporan temuan audit menyatakan bahwa :
Audit operasional pada bagian produksi dilakukan oleh internal audit yang
bertindak sebagai auditor internal. Produktivitas dan nilai tambah pada PT. Kapuas Musi
Madelyn, perusahaan telah memiliki standar produktivitas yang dijadikan sebagai
pedoman bagian produksi dan perusahaan juga telah memberikan tanggung jawab kepada
karyawan dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan aktivitasnya masing-
masing. Kelemahan yang didapatkan adalah masih ada beberapa karyawan yang sering
melakukan kesalahan akibat standar produksi/ standar operasional prosedur (SOP) tidak
dibuat secara tertulis maka sering terjadinya pengerjaan ulang, pemborosan bahan dan

kegagalan produk dalam memenuhi spesifikasi standar produk yang harus dicapai.

1) Pemeliharaan dan Perawatan Mesin. Kondisi:

PT. Kapuas Musi Madelyn tidak memiliki kebijakan atau prosedur tertulis dalam

pemeliharaan mesin serta jadwal perawatan mesin. Sehingga karyawan tidak mengetahui
penjadwalan secara jelas tentang pemeliharaan maupun perawatan mesin.

Kriteria:

Seharusnya masing-masing mesin peralatan memiliki prosedur atau instruksi tertulis


di bagian mesinnya. Prosedur atau instruksi berupa pemeliharaan dan perawatan mesin
sehingga karyawan dapat mengetahui waktu dan bagaimana cara merawat dan
memelihara mesin yang ada sehingga dapat menjaga umur ekonomis peralatan (mesin)
yang ada.

Sebab:

Belum adanya prosedur atau instrusi tertulis yang dibuat atau ditetapkan oleh PT. Kapuas
Musi Madelyn. Hal ini dikarenakan pimpinan beranggapan bahwa pemeliharaan dan
perawatan mesin produksi dapat diberitahukan secara lisan dari bagian manajemen atau
kepala gudang dan persediaan ke masing-masing karyawan produksi. Sehingga tidak
diperlukan prosedur secara tertulis karena pemberitahuan secara lisan dirasa cukup
memadai.

Akibat:
2778
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Dengan belum adanya prosedur tertulis maka karyawan seakan acuh dalam
perawatan dan pemelihara peralatan mesin produksi yang digunakan. Pemberitahuan
secara lisan memungkinkan terjadi masalah seperti kelupaan atau kesalahan dalam
merawat dan memelihara peralatan mesin produksi yang dapat merusak peralatan yang
ada.

Rekomendasi:

Sebaiknya prosedur atau instrusi tertulis ditempel di setiap peralatan atau mesin agar
karyawan yang berkaitan langsung dengan proses produksi pembuatan tangki dapat
mengetahui atau membacanya dengan seksama.

2) SOP (Standar Operasional Prosedur) Kondisi:

Belum adanya SOP (Standar Operasional Prosedur) tertulis menyebabkan tidak

jelasnya prosedur standar atau kriteria dalam suatu aktivitas yang dikerjakan. Ada
beberapa tangki yang gagal atau tidak memenuhi standar atau kriteria kualitas tangki
sehingga harus dilakukan pengerjaan ulang yang mengakibatkan pemborosan bahan

2779
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

baku. Seperti kesalahan pemotongan plat serta bocornya tangki pada saat di uji kualitas tangki.

Kriteria:

Adanya SOP (Standar Operasional Prosedur) agar semua pihak dapat memahami standar secara
rinci atas kegiatan yang dikerjakan. Agar tidak terjadi lagi kegagalan dalam produksi tangki
dan dapat memenuhi standar atau spesifikasi kualitas serta tidak terjadi pengerjaan ulang yang
mengakibatkan pemborosan bahan baku.

Sebab:

Terjadinya kegagalan produk yang dihasilkan karena belum adanya SOP (standar operasional
prosedur) tertulis mengenai tangki yang di produksi, infomasi hanya diberikan secara lisan.
Sering terjadi salah pemotongan plat, sehingga tidak sesuai dengan standar atau spesifikasi
produksi tangki. Seringkali tangki yang dihasilkan terdapat goresan akibat pengelasan yang
menyebabkan kebocoran tangki dan mengakibatkan tertundanya target pengiriman.

Akibatnya:

Tidak adanya SOP (standar operasional prosedur) tertulis menyebabkan karyawan masih sering
lalai seperti kesalahan dalam pemasangan baut. Terkadang baut yang harusnya 10 hanya di
pasang 8 buah. Sering ditemukan adanya goresan (indikasi kebocoran) atau bentuk yang tidak
sesuai atau tidak memenuhi standar kualitas tangki. Hal ini mengakibatkan tangki tersebut
tidak dapat di kirim Pengerjaan ulang terhadap tangki yang bermasalah inilah yang berdampak
adanya keterlambatan dalam waktu penyelesaian atau pemborosan waktu.

Rekomendasi:

Sebaiknya PT. Kapuas Musi Madelyn memiliki SOP (standar operasional prosedur)
mengenai pembuatan tangki yang dibuat secara tertulis dan menempelkannya di ruang produksi
atau gudang sehingga bagian pemotongan tidak kelupaan dengan jenis tangki yang dibuat. Agar
semua karyawan dapat mengetahui standar prosedur dalam produksi pembuatan tangki. Dengan
demikian, diharapkan mengurangi kemungkinan adanya kegagalan produk yang berujung pada
pengerjaan ulang produk.

2780
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

3) Tenaga Ahli

Kondisi:

Kurangnya tenaga ahli salah satunya bagian audit, yang menyebabkan adanya perbedaan
pandangan mengenai standar perusahaan.

Kriteria:

Adanya tenaga ahli khususnya bagian audit agar pemeriksaan dapat terstruktur dalam
penyusunan dokumen untuk proses pemeriksaan atau pengauditan.

Sebab:

Ketidaksesuaian fungsi akibat rangkap jabatan yang mengakibatkan tidak adanya pengendalian
terhadap dokumen.

Akibat:

Sistem pemeriksaan dilakukan dan dilaporkan secara manual sehingga tidak semua karyawan
bisa mengetahui hasil dari perbaikan kesalahan sistem.

Rekomendasi:

Adanya pembagian fungsi menurut keahlian, agar hasil dari perbaikan dapat dicantumkan dalam
suatu laporan atau dokumen yang bisa diketahui semua karyawan yang terlibat.

4) Perencanaan Target Produksi Tangki

Kondisi:

Berdasarkan hasil evaluasi wawancara yang dilakukan, diketahui bahwa PT. Kapuas Musi
Madelyn dalam merencanakan produksi pembuatan tangki dan kualitas peralatan mesin masih
kurang efektif. Hal ini disebabkan masih sering mendapat kendala atau sering terjadinya
kemacetan dalam penggunaan mesin produksi pada waktu proses produksi. Ketika terjadi
pemadaman listrik maka mesin otomatis akan berhenti sehingga harus menunggu bagian listrik
menghidupkan mesin genset terlebih dahulu.

Kriteria:

2781
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Seharusnya PT. Kapuas Musi Madelyn telah mempertimbangkan permasalahan yang ada
dalam proses produksi seperti terjadi pemadaman listrik atau kemacetan mesin yang dapat
menggangu kelancaran produksi pembuatan tangki.

Akibatnya:

Tangki yang dihasilkan tidak dapat memenuhi target yang direncanakan sebelumnya
yang mengakibatkan keterlambatan dalam penyelesaian produksi pembuatan tangki.

Rekomendasi:

Sebaiknya PT. Kapuas Musi Madelyn sebelum memulai operasi produksi pembuatan
tangki seharusnya melakukan perencanaan terlebih dahulu, agar dapat mengetahui kendala atau
permasalahan yang terjadi agar bisa menemukan solusi dari kendala atau permasalahan yang
terjadi. Selain itu setiap operator yang berhubungan dengan produksi pembuatan tangki bisa
tanggap dalam mengatasi masalah yang nantinya bisa terjadi sewaktu-waktu. Seperti adanya
bagian mekanik yang mengurus masalah genset. Sehingga jalannya proses produksi bisa lebih
efektif dan mampu memenuhi target waktu yang direncanakan.

5) Kebijakan Kualitas

Kondisi:

PT. Kapuas Musi Madelyn memiliki salinan kebijakan atau standar kualitas tangki namun
salinan kebijakan atau standar tersebut hanya diberikan pada kepala gudang dan persediaan
yang mengakibatkan adanya asimetri informasi. Karyawan yang berkaitan langsung dengan
proses produksi tidak dapat mengetahui secara jelas mengenai kualitas atau spesifikasi setiap
tangki yang ingin dicapai oleh perusahaan.

Kriteria:

PT. Kapuas Musi Madelyn seharusnya memberikan informasi yang sama mengenai standar
spesifikasi kualitas setiap tangki yang di produksi kepada setiap karyawan produksi yang
terkait langsung dengan proses produksi. Dengan begitu, karyawan mengetahui dan mampu
mengawasi jalannya proses produksi agar mengurangi adanya kemungkinan kesalahan dalam
produksi tangki.

Sebab:

2782
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Tidak adanya pembagian salinan kebijakan kualitas secara tertulis yang diberikan kepada
karyawan bagian produksi yang terkait langsung dalam proses produksi. Hal ini
dikarenakan bagian atau fungsi terutama bagian produksi hanya memiliki satu salinan kebijakan
kualitas yang dipegang oleh kepala gudang dan persediaan.

Akibat:

Dengan tidak adanya salinan kebijakan kualitas secara tertulis. Hal ini dikarenakan
karyawan yang tidak mengetahui mengenai standar atau kriteria kualitas tangki sehingga
yang terjadi kurangnya pengawasan terhadap produksi tangki. Rekomendasi:

Sebaiknya salinan kebijakan atau standar kualitas tangki diberitahukan secara

tertulis kepada setiap karyawan yang berkaitan langsung dengan proses produksi agar ada
pengawasan atau pengendalian dilakukan selama proses produksi tangki. Salinan standar atau
kebijakan kualitas yang dipegang oleh karyawan dapat ditempelkan di ruang atau pabrik
produksi. Dengan demikian, produksi memungkinkan tidak terjadinya kegagalan produk.

6) Keterlambatan Bahan Baku. Kondisi:

Sering terjadi keterlambatan bahan baku plat dan menyebabkan proses produksi

tangki menjadi terhambat sehingga aktivitas produksi menjadi kurang efektif dan
mengakibatkan pemborosan waktu.

Kriteria:

Seharusnya PT. Kapuas Musi Madelyn lebih berhati-hati dalam pemilihan pemasok, selain
memperhatikan harga, perusahaan juga harus memperhatikan kualitas bahan baku, dan kualitas
layanan serta memperhitungkan waktu pemesanan, sehingga keterlambatan tidak terjadi lagi.

Sebab:

PT. Kapuas Musi Madelyn hanya terfokus pada penekanan biaya produksi tangki sehingga
perusahaan cenderung mencari bahan baku plat dengan harga murah namun dengan kualitas yang
sesuai dengan standar.

Akibat:

2783
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Hal ini menyebabkan target produksi pembuatan tangki yang tidak tercapai karena keterlambatan
bahan baku selain itu tertundanya jadwal pengiriman tangki produksi. Hal ini dapat
mempengaruhi kepuasan pelanggan.

Rekomendasi:

Seharusnya dalam melakukan transaksi pembelian dengan pemasok, harus ada perjanjian atau
ketentuan khusus yang jelas mengenai pengiriman bahan baku plat sehingga dapat menghasilkan
kerja sama yang baik. Untuk mengantisipasi terjadinya keterlambatan dalam pengiriman bahan
baku plat yang dapat membuat keterlambatan dalam aktivitas produksi pembuatan tangki,
bagian produksi membuat reorder point sebelum kehabisan plat maupun baut sebagai bahan
baku.

Sedangkan, penerapan pengendalian internal PT Kapuas Musi Madelyn Palembang belum


sepenuhnya efektif, masih terdapat beberapa hal yang belum sesuai dengan lima komponen
COSO yaitu berdasarkan evaluasi perbandingan antara penerapan pengendalian internal
berdasarkan teori COSO dan implementasi pengendalian internal produksi PT Kapuas Musi
Madelyn.

Komponen Lingkungan Pengendalian

1. Perbaikan atas kesalahan terkadang tidak dilakukan tepat waktu.

2. Tanggung jawab atas pengawasan sepenuhnya ditanggung oleh kepala gudang dan
persediaan selajutnya pimpinan hanya mendapat laporan melalui telp/WhatsApp.

3. Masih terdapat rangkap jabatan yang diakibatkan kekurangan karyawan ahli di

bagian kantor.

Komponen Penilaian Risiko

Perubahan dan penggantian struktur organisasi belum dilakukan secara periodik hanya
disesuaikan dengan lapangan seperti jika ada karyawan resign.

Komponen Aktivitas Pengendalian

Masih terdapat rangkap jabatan serta pencatatan masih dilakukan secara manual belum
menggunakan sistem.

2784
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Komponen Informasi dan Komunikasi

1. Tidak ada pencatatan tertulis hanya nota sebagai bukti. Belum adanya sistem informasi
yang tersistem secara akurat, pencatatan masih dilakukan manual.

2. Pimpinan hanya mengadakan rapat jika ada proyek baru yang akan dikerjakan.

Komponen Pemantauan

1. Pimpinan tidak melakukan evaluasi berkelanjutan, hanya menerima laporan dari kepala
gudang dan persediaan melalui telpon/WhatsApp.

2. Penentuan kebijakan terkadang dilakukan tanpa mempertimbangkan laporan temuan


audit tahun sebelumnya.

Berdasarkan evaluasi perbandingan antara penerapan pengendalian internal berdasarkan teori


COSO dan implementasi pengendalian internal produksi PT Kapuas Musi Madelyn penerapan
pengendalian internal PT Kapuas Musi Madelyn Palembang belum sepenuhnya efektif, masih
terdapat beberapa hal yang belum sesuai dengan lima komponen teori COSO.

5. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai penerapan audit operasional dalam menilai
pengendalian internal terhadap aktivitas produksi PT Kapuas Musi Madelyn Palembang, dapat
disimpulkan bahwa secara umum aktivitas fungsi produksi belum efektif masih terdapat
beberapa permasalahan seperti :

1. Belum adanya jadwal pemeliharaan dan perawatan mesin

2. Belum adanya Standar Operasional Prosedur

3. Belum adanya standar kualitas secara tertulis

Sedangkan, penerapan pengendalian internal PT Kapuas Musi Madelyn, masih terdapat beberapa
hal yang belum sesuai dengan lima komponen COSO seperti berikut:

1. Komponen lingkungan pengendalian

Masih terjadi rangkap jabatan yang menyebabkan beban pekerjaan semakin berat, Tanggung
jawab atas pengawasan sepenuhnya masih ditanggung oleh kepala gudang dan persediaan.

2785
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

2. Komponen penilaian risiko

Untuk kriteria struktur organisasi belum dilakukan perubahan secara periodik,


penggantian hanya disesuaikan dengan kondisi lapangan.

3. Komponen aktivitas pengendalian

Pencatatan dan pembukuan masih dilakukan manual belum memiliki sistem khusus

4. Komponen informasi dan komunikasi

Belum adanya sistem informasi yang tersistem secara akurat, faktur transaksi hanya
tersedia satu rangkap dan langsung dijadikan arsip bagian akuntansi.

5. Komponen pemantauan

Belum dilakukan evaluasi berkelanjutan, semua pengawasan dilakukan kepala gudang dan
persediaan. Pimpinan hanya menerima laporan manual atas kegiatan produksi.

6. Daftar Pustaka

Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik.

Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti.

. 2012. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan

Publik. Jilid I. Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat.

. 2014. Auditing. Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat. Bayangkara, I.B.K.


2008. Audit Manajemen: Prosedur dan Operasi. Jakarta: LP-FEUI Kamus Besar Bahasa
Indonesia. 2005. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Mulyadi. 2013. Auditing. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

. 2014. Auditing. Edisi keenam. Jakarta: Salemba Empat. Sugiyono. 2013.


Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Tuanakotta, Theodorus M. 2014. Audit Berbasis ISA (International Standars on

Auditing). Jakarta: Salemba Empat.

2786
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Dhimandhanu Ridor, dkk. 2018. Audit Operasional pada Fungsi Produksi (Study Kasus PT
Ispat Panca Putera. Vol 07. Nomor 2, Desember 2018.
http://journal.unigres.ac.id/index.php/GemaEkonomi/article/download/765/633. 2

April 2019.

2787
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

ANALISIS POTENSI, EFEKTIVITAS, DAN KONTRIBUSI PENDAPATAN


PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA
PALEMBANG

Riswandi Wirayuda1, Yeni Widyanti2

1Fakultas Ekonomi dan Bisnis

e-mail: Yudhasaja40@gmail.com

2Fakultas Ekonomi dan Bisnis

e-mail: yeniwidyanti@binadarma.ac.id

Abstrak

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat efektivitas dan kontribusi pendapatan pajak
parkir terhadap pendapatan asli daerah kota Palembang dan menghitung tingkat potensi
pendapatan pajak parkir di kota Palembang di tahun-tahun selanjutnya. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu dalam penelitian ini akan menguraikan potensi
pajak parkir, efektivitas realisasi dengan target yang ditetapkan, dan kontribusi pajak parkir
terhadap pendapatan asli daerah. Hasil penetian menunjukan tingkat efektivitas pendapatan pajak
parkir di kota palembang yaitu dengan kategori sangat efektif karena realisasi penerimaan
pajak parkir selalu melebihi target yang ditentukan. Kontribusi pendapatan pajak parkir kota
palembang menunjukan kurang berkontribusi. Potensi pajak parkir menunjukan ditahun-tahun
selanjutnyamemungkinkan mengalami peningkatan yaitu di tahun 2019 dengan jumlah Rp
36.926.549.452,46, di tahun 2020 dengan jumlah Rp

41.944.867.523,04, di tahhun 2021 dengan jumlah Rp 47.645.175.019,43, ditahun 2022


dengan jumlah Rp 54.120.154.304,57 di tahun 2023 dengan jumlah Rp 61.475.083.274,56. Dari
perhitungan tersebut sebaiknya Badan Pengelola Pajak Daerah di kota Palembang harus
melakukan perhitungan kembali terhadap target yang akan ditentukan nantinya agar sesuai
dengan potensi yang dimiliki.

Kata kunci: Potensi, Efektivitas, kontribusi, Pajak Parkir.

2788
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Abstract

The purpose of this study was to determine the level of effectiveness and contribution of parking
tax revenues to the Palembang region's original income and to calculate the potential level of
parking tax revenues in Palembang in the following years. This study uses a qualitative
descriptive method, which in this study will describe the potential for parking tax, the
effectiveness of realization with the set targets, and the contribution of parking tax to local
original income. The results show that the level of effectiveness of parking tax revenue in
Palembang is very effective“because the realization“of parking“tax revenue“always exceeds
the specified target. Contribution of Palembang city parking tax revenue shows less
contribution. The potential of the parking tax shows that in the following years it will probably
increase in 2019 with a total of Rp 36,926,549,452.46, in 2020 with an amount of Rp
41,944,867,523,04, in 2021 with a total of Rp 47,645,175,019.43, in 2022 with the amount of Rp.
54,120,154,304,57 in 2023 with the amount of Rp. 61,475,083,274.56. From these calculations
the Regional Tax Management Agency should in Palembang have to re-calculate the target to be
determined later in order to match its potential.

Keywords: Potential, Effectiveness, contribution, Parking Tax.

PENDAHULUAN

Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia harus gencat dalam melakukan pembangunan
di semua sektor dalam mewujudkan menjadi negara maju dan tidak tertinggal dari negara-negara
lain. Untuk tercapainya pembangunan ini maka di perlukan bantuan dari masing- masing daerah
dikarenakan kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau. Pemerintah telah
memberikan hak kemandirian dan keleluasaan kepada masing-masing daerah untuk mengurus
rumah tanggaya sendiri atau sering disebut dengan otonomi daerah. Menurut undang-undang
No 32

Tahun 2004 sumber-sumber pendapatan daerah terdiri atas pendapatan asli daerah (PAD)
dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah.

Pendapatan asli daerah (PAD) merupakan salah satu kompenen sumber pendapatan daerah
sebagaimana telah di atur dalam Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal 1 angka 18 menyatakan bahwa
pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan aturan perundang-undangan. Semakin besar penerimaan PAD
suatu daerah maka semakin rendah tingkat ketergantungannya terhadap pemerintah pusat. Di

2789
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

kota Palembang, pendapatan asli daerah (PAD) pada umumnya digunakan untuk
kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan dalam melakukan pembangunan serta pelayanan umum
masyarakat.

Palembang merupakan kota yang saat ini berkembang pesat, hal ini terlihat dari perkembangan
pembangunan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi yang ada di kota Palembang sudah sangat
maju, dan beberapa event internasional yang diselengarakan di kota palembang yang mendorong
meningkatnnya penggunaan kendaraan bermotor di kota Palembang, sehingga
menjadikan penyediakan layanan parkir di kota Palembang semakin bertambah.
Namun bertambahnya penyedia layanan parkir di kota Palembang tidak berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan pajak parkir di kota Palembang.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Mengetahui tingkat potensi, efektivitas dan kontribusi pendapatan pajak parkir kota

Palembang.

2. Menjadikan tingkat potensi sebagai bantuan dalam menentukan terget yang akan di capai di
tahun selanjutnya.

3. Menjadikan tingkat efektivitas dan kontribusi sebagai tolak ukur agar bisa di perbaiki dalam

meningkatkan penerimaan di tahun selanjutnya.

TINJAUAN PUSTAKA Konsep Pajak

Menurut Mardiasmo (2018), pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar- besarnya kemakmuran rakyat.

Fungsi Pajak

Sebagai sumber penerimaan negara, pajak mempunyai 4 fungsi menurut Mardiasmo (2018)

yaitu sebagai berikut:

2790
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

1. Fungsi Budgetair

2. Fungsi Regulerend

Tarif Pajak

Mardiasmo (2018) menyatakan bahwa ada empat tarif pajak yaitu sebagai berikut :

a. Tarif Sebanding/proposional b. Tariif tetap

c. Tarif progresif

Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan asli daerah (PAD) merupakan salah satu kompenen sumber pendapatan daerah
sebagaimana telah di atur dalam Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal 1 angka 18 menyatakan bahwa pendapatan asli daerah
adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai
dengan aturan perundang-undangan.

Sumber-Sumber Pendapatan Asli Daerah

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33
Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, sumber-
sumber Pendapatan Asli Daerah terditi atas:

a. Pajak Daerah

b. Retribusi Daerah

c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

Pajak Daerah

Menurut Mardiasmo (2018), pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi
sebesar- besarnya kemakmuran rakyat.

2791
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Pajak Parkir

parkir menurut Azhari (2016:185) pajak parkir yang selanjutnya disebut pajak yang dikenakan
atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan oeh orang pribadi atau badan, baik yang
disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan berkaitan dengan pokok
usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan
kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran.

Dasar-Dasar Hukum Pemungutan Pajak Parkir

Dasar hukum pengenaan pajak parkir menurut Azhari (2016) adalah sebagai berikut

a. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. b.
Undang-undang No 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

c. Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat suara Paksa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3686).

d. Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.

e. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah


Pusat dan Daerah.

f. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang


Republik

Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Objek, Subjek dan Pengecualian Pajak Parkir

Menurut Azhari (2016), objek pajak parkir adalah semua penyelenggaraan tempat perkir yang
disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh penyelenggaraan parkir, dengan memungut bayaran
baik langsung ataupun tidak langsung. Objek pajak tersebut meliputi:

1. Penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan; baik yang disediakan berkaitan dengan
pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha;

2. Tempat penitipan kendaraan bermotor.

2792
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Ada beberapa pengecualian objek pajak parkir yaitu sebagai berikut :

1. Penyelenggaran tempat parkir oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

2. Penyelenggaraan tempat parkir oleh perkantoran yang hanya digunakan untuk


karyawannya sendiri.

3. Penyelenggaraan tempat parkir oleh Kedaulatan, Konsulat, Perwakilan Negara


Asing, dan Perwakilan Lembaga-lembaga Internasionaldengan asas timbal balik
sebagaimana berlaku untuk pajak negara.

4. Penyelenggaraan tempat parkir lainnya yang diatur dengan Peraturan Daerah.”

Subjek pajak adalah Orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas penyelengaraan
tempat parkir sedangkan wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan
tempat parkir.

Dasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Perhitungan Pajak Parkir

Siahaan (2013) mengatakan bahwa dasar pengenaan, tarif dan cara perhitungan pajak parkir
adalah sebagai berikut:

1 Dasar pengenaan pajak parkir

2 Tarif pajak parkir

3 Perhitungan pajak parkir

4 Secara umum perhitungan pajak parkir adalah sesuai dengan rumus sebagai berikut :
Pajak Terutang = Tarif Pajak × Dasar Pengenaan Pajak

= Tarif Pajak × Jumlah Pembayaran atau yang Seharusnya Dibayar kepada penyelenggara
tempat parkir.

Potensi

Menurut Kesit (2005) Potensi pajak parkir adalah kemampuan atau kekuatan untuk
menghasilkan pajak parkir atau kemampuan yang layak (pantas) dikenai pajak (taxable capacity)
dalam keadaan normal (100%). Potensi adalah kemampuan yang belum dibukakan , kuasa yang

2793
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

tersimpan, kekuatan yang belum tersentuh, keberhasilan yang belum digunakan, karunia yang
tersembunyi atau dengan kata lain potensi adalah kemampuan atau kekuatan atau daya.
Dimana potensi dapat merupakan bawaan atau bakat dari hasil stimulus atau latihan dalam
perkembangan potensi adalah kemampuan, kekuatan, kesanggupan, daya yang mempunyai
kemungkinan untuk dikembangkan. Dalam kamus ilmiah potensi diartikan sebagai kekuatan,
kesanggupan, kemampuan, pengaruh, daya dan kepungsian.

Efektivitas

Menurut Umar (1998) menyatakan bahwa efektivitas mengarah kepada pencapaian target yang
berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Tingkat efektivitas digunakan untuk
mengetahui seberapa jauh pencapaian dari realisasi penerimaan pajak parkir terhadap target
penerimaan pajak parkir yang telah ditetapkan pemerintah daerah.

Kontribusi

Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute, contribution yang maknanya adalah
keikutsertaan atau keterlibatan dalam suatu proses. Kontribusi digunakan untuk mengetahui
sejauh mana pajak daerah memberikan sumbangan dalam penerimaan PAD. Dalam
mengetahui kontribusi dilakukan dengan membandingkan penerimaan pajak daerah
(khususnya pajak parkir) periode tertentu dengan penerimaan PAD periode tertentu pula
(Mahmudi, 2010).

Penelitian Terdahulu

Penelitian dari Malombeke (2016) yang berjudul Analisis Potensi Dan Efektivitas Pemungutan
Pajak Parkir di Kabupaten Minahasa Utara dengan hasil penelitan yang menujukan secara
keseluruhan pemungutan Pajak Parkir sudah efektif. Sedangkan penelitian dari Kesek (2013)
yang berjudul Efektivitas dan Kontribusi Penerimaan Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli
Daerah Kota Manado hasil penelitian tersebut menunjukan secara keseluruhan dilihat dan rata-
rata setiap tahunnya sangat efektif dan besarnya kontribusi pajak parkir dalam
meningkatkan PAD kota Manado masih kurang. Penelitian dari Pangarepan & Wokes
(2016) Analisa Potensi dan Efektivitas Sistem Pemungutan Pajak Parkir dan Pajak Air
Tanah sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah Kota Manado menunjukkan bahwa
realisasi penerimaan pajak parkir dan pajak air tanah yang dimiliki kota manado untuk
tahun 2012 sampai 2014 mengalami peningkatan tiap tahunnya, namun masih terdapat
potensi yang belum digali secara optimal sehingga dapat berpengaruh terhadap pencapaian
target. Sedangkan penelitian dari Toding (2016) yang berjudul Analisis potensi dan Efektivitas

2794
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Pemungutan Pajak Hotel Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Palangka Raya
menujukan hasil Potensi pajak hotel dari tahun 2011-2014 mengalami peningkatan,
namun selama periode 2011 hingga tahun 2014 target dan realisasi penerimaan
Pajak Hotel belum pernah melampaui Potensi Rill.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Sugiyono (2018) Penelitian ini termasuk pada jenis penelitian deskriptif. Mendefinisikan
bahwa penelitian deskriptif merupakan jenis penelitian yang tujuannya untuk menyiapkan
gambaran lengkap mengenai latar sosial atau hubungan antara fenomena yang diuji.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung pada kantor Badan Pengelola Pajak Daerah kota Palembang, yang
beralamat Jalan Merdeka No. 21 Kecamatan Ilir Barat Palembang.

Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif yaitu menggambarkan dan
mengetahui permasalahan yang diteliti dalam hal ini yakni mengenai pajak parkir
dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Data yang akan dipergunakan dalam analisis
adalah data penerimaan pajak parkir, rasio rata-rata kenaikan realisasi penerimaan pajak
parkir, rasio efektivitas pajak parkir, rasio kontribusi Pajak parkir terhadap total penerimaan
Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang

Tabel 1 Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang Tahun 2014-2017

No Tahun Realisasi
1 2014 728.123.306.512,64
2 2015 736.926.505.928.58
3 2016 781.413.947.765.14

2795
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

4 2017 1.091.704.605.854.90
Sumber : BPKAD Kota Palembang

Perhitungan Efektivitas Pajak Parkir Kota Palembang

Tabel 2 Efektivitas Penerimaan Pajak Parkir

Pajak parkir
Tahun Target Realisasi Efektivitas (%)
2014 13.500.000.000 18.102.433.974 134.09
2015 19.612.000.000 21.117.176.973 107.67
2016 24.367.829.121 24.783.105.599 101.70
2017 28.000.000.000 28.018.461.348 100.06
2018 30.500.000.000 32.508.627.038 106.58
Sumber : BPPD Kota Palembang (data diolah)

Kontribusi Pajak Parkir Terhadap PAD

Tabel 3 Kontribusi Pendapatan pajak parkir terhadap PAD

Realisasi Pendapatan Realisasi Pajak parkir


Tahun (Rp) Kontribusi (%)
2014 Asli Daerah (Rp)
728.123.306.512,64 18.102.433.974 2.48
2015 736.926.505.928,58 21.117.176.973 2.86
2016 781.413.947.765,14 24.783.105.599 3.17
2017 1.091.704.605.854,90 28.018.461.348 2.56
Sumber : BPPD Kota Palembang (data diolah)

Perhitungan Potensi Pajak Parkir

Tabel 3 Perhitungan Kenaikan Pajak Parkir di Kota Palembang

Tahun Total Penerimaan (Rp) Kenaikan (Rp) Kenaikan (%)


2014 18.102.433.974,00
2015 21.117.176.973,00 3.014.742.999 14,27

2796
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

2016 24.783.105.599,00 3.665.928.626 14.75


2017 28.018.461.348,00 3.235.355.749 11,54
2018 32.508.627.038,00 4.490.165.690 13,81
Rata-rata kenaikan (%) 13,59
Sumber: Badan Pengelola Pajak Daerah (data diolah)

Persentase kenaikan Pajak Parkir di Kota Palembang dapat dihitung sebagai berikut:

Kenaikan (%) pajak parkir di kota Palembang tahun 2014 ke tahun 2015

Kenaikan (%) pajak parkir di kota Palembang tahun 2015 ke tahun 2016

Kenaikan (%) pajak parkir di kota Palembang tahun 2016 ke tahun 2017

Kenaikan (%) pajak parkir di kota Palembang tahun 2017 ke tahun 2018

Rata-rata kenaikan =

Setelah diketahui rata-rata kenaikan pendapatan pajak parkit kota Palembang dari tahun
ketahun lalu dapat menghitung potensi pajak parkir menggunakan rumus sebagai berikut:

(100 + perhitungan rata-rata kenaikan (%))


X pendapatan pajak parkir satu tahun

2797
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

100

Tahun 2018 = Rp 32.508.627.038

Tahun 2019 =

= Rp 36.926.549.452,46

Tahun 2020 =

= Rp 41.944.867.523,04

Tahun 2021 =

= Rp 47.645.175.019,43

Tahun 2022 =

2798
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

= Rp 54.120.154.304,57

Tahun 2023 =

= Rp 61.475.083.274,56

Pembahasan

Hasil penetian menunjukan tingkat efektivitas pendapatan pajak parkir di kota palembang yaitu
dengan kategori sangat efektif karena realisasi penerimaan pajak parkir selalu melebihi target
yang ditentukan. Kontribusi pendapatan pajak parkir kota palembang menunjukan kurang
berkontribusi. Potensi pajak parkir menunjukan ditahun-tahun selanjutnyamemungkinkan
mengalami peningkatan yaitu di tahun 2019 dengan jumlah Rp 36.926.549.452,46, di tahun 2020
dengan jumlah Rp 41.944.867.523,04, di tahhun 2021 dengan jumlah Rp 47.645.175.019,43,
ditahun 2022 dengan jumlah Rp 54.120.154.304,57 di tahun 2023 dengan jumlah Rp
61.475.083.274,56. Dari perhitungan

tersebut sebaiknya Badan Pengelola Pajak Daerah di kota Palembang harus melakukan
perhitungan kembali terhadap target yang akan ditentukan nantinya agar sesuai dengan potensi
yang dimiliki.

PENUTUP Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah di lakukan, dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari perhitungan tingkat efektivitas penerimaan pajak parkir, menunjukan bahwa


realisasi dari penerimaan pajak parkir sangat efektif. Hal ini menunjukan bahwa badan
pengelolaan pajak parkir kota Palembang dalam memungut pajak parkir sudah sangat baik.

2799
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Sedangkan perhitungan kontribusi pajak parkir terhadap pajak parkir yang telah dihitung
menunjukan peniilaian yang sangat kurang berkontribusi atau dengan nilai di bawah 10%.

2. Potensi penerimaan pajak parkir pada tahun 2019-2023 yang telah dihitung
menunjukan nilai bervariasi yang selalu meningkat. Hal ini menunjukan bahwa penerimaan
pajak parkir di kota palembang memungkinkan untuk meningkat di tahun-tahun selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Novelia. 2016. Analisi Potensi dan Efektivitas Pendapatan Pajak Parkir di Kabupaten
Minahasa Utara. Ekonomi Akuntansi. Universitas Sam Ratulangi Manado.

Raymond, Herman, Winston. 2017. Analisis Potensi, Efektivitas, efisien dan Kontribusi Pajak
Reklame Terhadap Penerimaan Pajak Daerah di Kabupaten Minahasa Utara. Ekonomi
Akuntansi. Universitas Sam Ratulangi Manado

Syahrul. 2016. Potensi Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar (Studi
Pada PD. Parkir Makassar Raya). Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam. Universitas Islam Negri
Alauddin Makasar

Siahaan, Marihot P. 2016. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali
Pers http://www.pajak.go.id (yang diakses tanggal 30 maret 2019) http://www.ortax.org (yang
diakses tanggal 30 maret 2019)

Mardiasmo. 2018. Perpajakan. Edisi Revisi. Yogyakarta. Penerbit: Andi Resmi, Siti. 2017.
Perpajakan: Teori dan Kasus. Salemba Empat. Jakarta Sanusi, Anwar. 2017. Metodologi
Penelitian Bisnis. Salemba Empat. Jakarta

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung. Penerbit:
Alfabeta

Sujarweni, V Wiratna. 2018. Metodologi Penelitian Bisnis dan Ekonomi Pendekatan


Kuantitatif. Yogyakarta. Penerbit: Pustakabarupress

Undang-Undang. Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang


Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal 1 angka 18. Jakarta

2800
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

2801
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN PEMOTONGAN PAJAK


PENGHASILAN PASAL 23 TERHADAP PENERIMAAN PAJAK”PADA
KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA PALEMBANG

Riza Widyastuti1), Yeni Widyanti2)


1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bina Darma

email: rizawidyastuti2808@gmail.com
2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bina Darma

email: yeniwidyanti@binadarma.ac.id

Abstract

Taxpayer Compliance is a compliance of taxpayers in implementing the applicable tax provisions. The
purpose of this study was to determine the level of compliance Article 23Income Tax withholding tax at
the Palembang Intermediate Tax Service Office (KPP Madya Palembang). This research applied
descriptive qualitative analysis method. There were two sources in collecting the data which were
primary data sources and secondary data sources. The sources of this research was obtained through
interviews with several institute employees which used literature studies and direct observation. The
results showed that the compliance of taxpayers at the Palembang Tax Service Office (KPP Madya
Palembang) as seen from the number of tax returned for Article 23 income tax in 2015 to 2018 was an
average of 30.8% to 49.3%, it meant that the level of compliance was low, it showed fromthe publishingof
Tax Bill, Warning Letter and Forced Letter. In the other hand, Tax Revenues had been implemented well
despite a decline in 2017. It happened because of the lack of taxpayer knowledgeabout the importance of
paying taxes.

Keywords: Taxpayer Compliance Level, Article 23 Income Tax, Tax Receipts

PENDAHULUAN

Pajak merupakan sumber terbesar dari peneriman negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran
rutin maupun pembangunan-pembangunan negara.“Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah pemotongan pajak
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang
berasal dari modal, penyerahan jasa, atau” penyelenggaraan “kegiatan selain yang telah dipotong Pajak
Penghasilan 21. Adapun pemotongan Pajak Penghasilan pasal 23 ini menggunakan withholding tax
system, artinya pihak ketiga diberikan kepercayaaan untuk melaksanakan kewajiban memotong atau
memungut pajak atas penghasilan yang dibayarkan kepada penerima penghasilan sekaligus
menyetorkannya ke kas negara. Dalam hal ini pemotongan PPh Pasal 23 dilakukan oleh pihak pemberi

2802
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

penghasilan sehubungan dengan pembayaran berupa deviden, bunga, royalty, sewa, dan jasa kepada WP
badan dalam negeri dan BUT. Kepatuhan pemotong PPh Pasal 23 ini baru akan dipotong, disetor dan
dilaporkan apabila terdapat objek PPh Pasal 23 yang terutang. Maka tidak setiap bulan Wajib Pajak
melaporkan SPT Masa PPh Pasal 23.

Hal tersebut berkaitan dengan kepatuhan wajib pajak,menurut Siti Kurnia Rahayu (2017 : 193) Kepatuhan
Wajib Pajak merupakan ketaatan wajib pajak dalam melaksanakan ketentuan perpajakan yang berlaku.
Wajib pajak yang patuh adalah Wajib Pajak yang taat memenuhi kewajiban perpajakan sesuai ketentuan
perundang-undangan. Kepatuhan Wajib Pajak dapat tercermin dalam selisih target atau rencana
penerimaan pajak dengan realisasi penerimaan pajak. Apabila realisasi penerimaan pajak lebih besar dari
target/rencana maka penerimaan pajak akan dikatakan Surplus atau Patuh, dan sebaliknya apabila target
penerimaan pajak lebih besar dari realisasi maka penerimaan pajak akan defisit atau tidak patuh.

Penelitian ini” akan “dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Madya Palembang. Alasan penulis melakukan
penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Palembang karena dalam realisasi penerimaan pajak
penghasilan pasal 23 mengalami fluktuasi atau naik turun dalam mencapai target. Hal ini dapat di lihat
dari data penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 23 selama empat tahun terakhir dari tahun 2015 sampai
dengan tahun 2018 pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Palembang yang dapat dilihat pada tabel
berikut” :

Tabel 1

Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 23

KPP Madya Palembang Tahun 2015-2018

No Tahun Wajib Wajib Target Realisasi %


Pajak Pajak
Terdaftar Aktif
1 2015 1.124 1.037 143.247.039.522 87.498.736.578 61,08%
2 2016 1.119 974 132.337.575.925 100.304.309.420 75,79%
3 2017 1.107 963 148.193.743.000 97.520.425.918 65,81%
4 2018 957 949 141.482.831.000 127.025.119.955 89,78%
Sumber :KPP Madya Palembang, 2019

Berdasarkan tabel 1 menjelaskan bahwa penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 23 pada KPP Madya
mengalami fluktuasi atau naik turun dalam mencapai target penerimaan pajak. Salah satu pengaruh
Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah dipengaruhi tingkat kepatuhan Wajib Pajak yang masih
kurang dalam melakukan Pembayaran Pajak penghasilan Pasal 23 atau tidak patuh dalam menyampaikan
kewajiban perpajakannya. Dapat juga dilihat fenomena kepatuhan Wajib Pajak terdaftar diatas bahwa
untuk wajib pajak terdaftar mengalami penurunan untuk 4 tahun terakhir. Berdasarkan uraian latar

2803
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul”“Analisis Tingkat Kepatuhan
Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 Terhadap Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak
Madya Palembang”.

KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Pajak

Pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang perubahan ke empat atas Undang-undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 Ayat 1 berbunyi
pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undag-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Pajak Penghasilan Pasal 23

UU RI No 36 Tahun 2008 menyebutkan bahwa PPh 23 dikenakan : Atas penghasilan tersebut di bawah
ini dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayaran oleh
badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap atau
perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap,
dipotong pajak oleh pihak yang berwajib membayarkan: deviden, bunga, royalty hadiah, penghargaan,
bonus dan sejenisnya selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21.

Subjek Pajak Penghasilan Pasal 23

Pemotong dan Penerima Penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal 23 dalam buku Abdul Halim
(2016 : 227) :

Pemotongan Pajak Pengahasilan Pasal 23

Badan Pemerintah”.

Subjek Pajak Badan dalam negeri”

Penyelenggaraan kegiatan”

Bentuk Usaha Tetap (BUT). ”

Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.

Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri tertentu yang ditunjuk Direktur Jenderal Pajak sesuai dengan
KEP-50/PJ/1994, di antaranya:

2804
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Akuntan, arsitek, dokter, notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), kecuali camat, pengacara, dan
konsultan yang melakukan pekerjaan bebas. ”

Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan atas pembayaran berupa
sewa. ””

Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 23:

Wajib Pajak (WP) dalam negeri dalam hal ini bisa orang pribadi atau badan. ”

Bentuk Usaha Tetap (BUT).

”Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2017: 193) Kepatuhan Wajib Pajak merupakan ketaatan wajib pajak dalam
melaksanakan ketentuan perpajakan yang berlaku. Wajib pajak yang patuh adalah Wajib Pajak yang taat
memenuhi kewajiban perpajakan sesuai ketentuan perundang-undangan. Kepatuhan formal Wajib Pajak
dapat memenuhi kepatuhannya dengan selalu menghitung, membayar, dan menyampaikan SPT. Wajib
Pajak harus menghitung, membayarkan, dan menyampaikan SPTnya dengan jujur dan benar sesuai
dengan yang terjadi dengan pendapatan yang sesungguhnya. Pelaporan SPT harus sesuai dengan Undang-
Undang PPh dan menyampaikannya ke Kantor Pelayanan Pajak sebelum batas waktu yang ditentukan.

Jenis-jenis kepatuhan Wajib Pajak menurut Siti Kurnia Rahayu (2017 : 193) sebagai berikut :

Kepatuhan Formal adalah ketaatan Wajib Pajak dalam memenuhi ketentuan formal perpajakan.

Kepatuhan material adalah ketaatan Wajib Pajak dalam memenuhi ketentuan material perpajakannya.

Kriteri Kepatuhan Wajib Pajak

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 74/PMK.03/2012, bahwa kriteria kepatuhan wajib
pajak adalah” :

Tepat waktu dalam menyampaikan SPT; “

Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk
mengamgsur atau menunda pembayaran pajak; “

Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah dengan
pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut; dan“

Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.

2805
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Nilai Tingkat Kepatuhan dikategorikan Sebagai berikut :

Tinggi : >80%

Cukup Tinggi : 61%- 80%

Rendah : <60%

Sumber : Surat Edaran Dirjen Pajak SE-8/PJ/2006

Surat Pemberitahuan Masa Dan Bukti Potong

Pengisian SPT dan bukti pemotongan PPh Pasal 23 UU PPh dibedakan menjadi dua yaitu :

Pemotongan PPh Pasal 23 memotong pajak kemudian menyampaikan SPT yang dilampiri dengan bukti
potong

Wajib Pajak menerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 23 sehingga memperoleh bukti potong PPh
Pasal 23 dari pihak pemberi penghasilan.

METODE PENELITIAN

Dalam Penelitian ini penulis melakukan penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak(KPP) Madya
Palembang. Jenis data yaitu dat kualitatif dan sumber data berasal dari data primer serta sekunder. Metode
pengumpulan data dengan cara studi Kepustakaan, observasi dan wawancara. Teknis Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif.“Deskriptif Kualitatif
adalah suatu metode yang bersifat penjelasan dan keterangan pelengkap mengenai hambatan yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan dan upaya peningkatan Kepatuhan Pemotongan pajak Penghasilan Pasal
23.”

Rasio Kepatuhan dalam pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT)

Kepatuhan =

Surat Tagihan Pajak

Rumus tagihan Pajak =

2806
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Penerimaan Pajak

Pencapaian Target =

Kontribusi

Penerimaan =

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat Kepatuhan Pemotongan PPh Pasal 23

Jumlah SPT Masa PPh Pasal 23

2015 2016 2017 2018

Bula
SPT WP %
n SPT WP % SPT WP % SPT WP %

Jan 333 1124 29,6 371 1119 33,1 417 1107 37,6 474 957 49,5

Feb 322 1124 28,6 356 1119 31,8 423 1107 38,2 444 957 46,3

Mar 338 1123 30,1 370 1119 33,0 416 1107 37,5 458 957 47,8

Apr 347 1123 30,9 372 1112 33,4 429 1107 38,7 457 957 47,7

Mei 345 1122 30,7 374 1112 33,6 418 1107 37,7 461 953 48,3

Jun 345 1122 30,7 388 1112 34,8 428 1107 38,6 450 952 47,2

Jul 349 1122 31,0 380 1110 34,2 427 1107 38,5 463 949 48,7

Agt 346 1121 30,7 364 1110 32,7 442 980 45,1 494 949 52,0

Sep 344 1121 30,6 382 1110 34,4 444 980 45,3 478 949 50,3

2807
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Okt 349 1120 31,1 391 1108 35,2 436 971 44,9 494 949 51,0

Nov 361 1120 32,2 405 1107 36,5 437 957 45,6 500 949 52,6

Des 382 1119 33,9 409 1107 36,9 455 957 47,5 491 949 51,7

Sumber : KPP Madya Palembang, data diolah (2019)

Dari data tabel diatas untuk tahun 2015 bahwa rata-rata kepatuhan Wajib Pajak sebesar 30,8%, tahun
2016 sebesar 33,9%, tahun 2017 sebesar 38,9% dan mengalami peningkatan pada tahun 2018 sebesar
49,3% diketahui Tingkat kepatuhan rata-rata kepatuhan yang rendah per bulan. Artinya dilihat dari
persenatse perbulan bahwa kepatuhan wajib pajak menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 23 rendah atau
tidak patuh. Walaupun KPP Madya Palembang merupakan kumpulan para Wajib Pajak dari wilayah
Sumatera Selatan dan Kepaulauan Bangka Belitung yang memiliki omset yang tinggi dan merupakan
Wajib Pajak patuh dalam melaporkan kewajiban perpajakan baik SPT Tahunan maupun SPT Masa.

Surat Tagihan Pajak

Surat Tagihan Pajak(STP)

Di Kantor Pelayanan Pajak(KPP) Madya

Tahun Nilai STP Target Penerimaan PPh 23 %

2015 2,542,342,495 143,247,039,522 1.77

2016 12,952,629,478 132,337,575,925 9.7

2017 3,095,735,175 148,193,743,000 2,08

2018 3,787,953,313 141,482,831,000 2.67

Berdasarkan data diatas masih ada surat tagihan pajak yang diterbitkan oleh KPP Madya Palembang.
Pada tahun 2015 untuk nilai yang diterbitkan hanya 1,77% dari target yang telah ditetapkan yang artinya
tidak terlalu banyak wajib pajak diterbitkan STP maka dikategorikan baik, tahun 2016 nilai yang
diterbitkan mencapai 9,7% dari target yang ditetapkan paling banyak diterbitkan STP artinya tidak baik,
tahun 2017 dan 2018 masing-masing sebesar 2,08% dan 2,67% kategori baik. Artinya untuk tahun 2016
paling banyak diterbitkan Surat Tagihan Pajak(STP) Pajak Penghasilan Pasal 23. Karena semakin sedikit
diterbitkan STP artinya banyak wajib yang patuh. Kenyataannya banyak wajib pajak yang tidak patuh.
Walaupun Persentasi SPT Masa PPh Pasal 23 tetapi masih ada yang diterbitkan Surat Tagihan
Pajak(STP). STP ini terbit karena Dari hasil penelitian dan pemeriksaan Surat Pemberitahuan terdapat
kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung”.

2808
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Surat Tagihan Pajak dibayar paling lambat 30 hari, 7 hari setelah masa 30 hari tersebut. Wajib Pajak
ditagih meggunakan surat teguran apabila belum dibayar, setelah 14 hari apabila belum membayar
diterbitkan surat paksa dalam rangka menagih hutang STP PPh Pasal 23. Walaupun telah diterbitkan surat
teguran tetapi Wajib Pajak ada yang belum juga membayar kewajiban perpajakan. Maka akan diterbitkan
surat paksa. Surat paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. Pajak
penghasilan pasal 23 ada yang diterbitkan surat paksa.

”Beberapa hal yang menyebabkan diterbitkannya Surat Paksa Pajak Penghasilan Pasal 23, antara lain:”

”Penanggung Pajak tidak mengakui adanya utang pajak. ”

”Penanggung Pajak lalai dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. ”

”Penanggung Pajak tidak mampu melunasi utang pajaknya. ”

”Penanggung Pajak mengajukan permohonan angsuran pembayaran karena kondisi keuangan yang tidak
memungkinkan jika dibayar sekaligus. ”

”Penanggung Pajak mengajukan keberatan atas jumlah tunggakan pajaknya. ”

Analisis Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 23

Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 23

KPP Madya Palembang Tahun 2015-2018

Tahun Target Penerimaan Realisasi PPh 23 %

2015 143,247,039,522 87,583,574,178 61.14%

2016 132,337,575,925 100,306,163,831 75.80%

2017 148,193,743,000 97,521,063,950 65.81%

2018 141,482,831,000 126,976,912,228 89.75%

Sumber : KPP Madya Palembang, data diolah (2019)

”Berdasarkan data diatas, target penerimaan PPh Pasal 23 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2015
pencapaian penerimaan sebesar 61,14% , Tahun 2016 penerimaan mengalami kenaikan sebesar 75,80%,
Tahun 2017 mengalami penurunan lagi sebesar 65,81% dan Penerimaan tertinggi pada tahun 2018
sebesar 89,75. Yang artinya penerimaan PPh Pasal 23 mengalami defisit atau kurang memenuhi target.

2809
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Seperti diketahui, target penerimaan pajak pada 2015 naik di atas 30 persen menjadi Rp1.296 triliun yang
berpengaruh ke kantor vertikal dibawahnnya, begitu juga dengan target penerimaan KPP Madya
Palembang yang mendapat terget yang cukup tinggi yang berpengaruh ke target penerimaan PPh pasal 23.

Analisis Kontribusi Penerimaan Pajak

Penerimaan PPh Pasal


Tahun Total Penerimaan Pajak Kontribusi
23

2015 87,583,574,178 3,311,717,899,732 2.6%

2016 100,306,163,831 2,910,044,094,322 3.4%

2017 97,521,063,950 2,912,110,913,358 3.3%

2018 126,976,912,228 3,118,372,479,628 4,07%

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa persentase kontribusi penerimaan pajak penghasilan Pasal 23
terhadap total penerimaan pajak pada tahun 2015 sebesar 2,6%. Kemudian mengalami peningkatan pada
tahun 2016 menjadi 3,4%. Namun mengalami penurunan pada tahun 2017 sebesar 3,3% dan mengalami
kenaikan lagi pada tahun 2018 sebesar 4,07%. Artinya kontribusi dari penerimaan Pajak Penghasilan
Pasal 23 cukup besar tapi memang tidak tercapai secara target.

Analisis Tingkat Kepatuhan Pemotongan PPh Pasal 23 Terhadap Penerimaan Pajak

Dengan penyampaian SPT Masa PPh Pasal 23 yang rendah pada tahun 2015 sampai dengan 2018
yaitu sebesar rata-rata kecil 30% sampai 49,3 dari 60% maka akan berdampak pada penerimaan pajak di
KPP Madya Palembang yang kurang mencapai target.untuk meningkatkan kepatuhan SPT Masa Pasal 23
diterbitkan Surat Tagihan Pajak PPh Pasal 23 melalui Penelitian dan pengawasan Acount
Representative(AR) untuk tahun 2015 sebesar 1,77%, tahun 2016 sebesar 9,7%, tahun 2017 dan 2018
sebesar 2,08% dan 2,67% ,karena semakin sedikit diterbitkan STP maka Wajib Pajak bisa dikatakan
Patuh, STP dari hasil penelitian dan pemeriksaan Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran
pajak sebagai akibat salah tulis atau salah hitung. Jika Wajib Pajak tidak melunasi utang Pajak selama
tujuh hari setelah tanggal jatuh tempo penanggung pajak atau Wajib Pajak belum melunasi utang
pajaknya, maka surat teguran akan sampai ke tangan penanggung pajak. Dan ditambah penyampaian surat
Paksa. Sehingga penerimaan pajak penghasilan mengalami fluktuasi atau naik turun dalam mencapai

2810
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

target penerimaan. Artinya kepatuhan wajib Pajak belum signifikan terhadap penerimaan pajak di KPP
Madya Palembang.

Hal yang menyebabkan tingkat kepatuhan rendah yaitu :

Belum banyaknya transaksi-transaksi atas objek PPh Pasal 23 yang ada di KPP Madya Palembang yang
diketahui oleh Wajib Pajak.

Sosialisasi atas jenis-jenis objek Pajak Penghasilan Pasal 23 belum dilakukan secara menyeluruh ke
semua Wajib Pajak.

Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Palembang seluruhnya merupakan Wajib Pajak Badan
tetapi jumlahnya terbatas sesuai yang ditetapkan oleh Kantor Pusat DJP (Direktorat Jenderal Pajak) yang
semuanya mempunyai kewajiban sebagai pemotong PPh Pasal 23 apabila terdapat objek PPh Pasal 23.

Kondisi ekonomi masing-masing Wajib Pajak berbeda antara satu dengan yang lain , hal ini berpengaruh
pada objek atau transaksi atas PPh Pasal 23. Sehingga Nilai Pelaporan SPT Masa PPh cukup rendah.

Pengawasan atas pelaporan dan pembayaran SPT Masa PPh Pasal 23 belum dilakukan secara optimal,
baik melalui himbauan AR atau pemeriksaan.

Upaya yang harus dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Madya Palembang dalam meningkatkan Kepatuhan
Wajib Pajak terhadap penerimaan adalah” :

“Mengadakan Sosialisasi dan pembinaan kepada Wajib Pajak tentang aturan PPh 23”

“Pengawasan pemenuhan kewajiban pembayaran dan pelaporan PPh 23”

“Melakukan pemeriksaan kepada Wajib Pajak dan memaksa Wajib Pajak lebih mempelajari “aturan
perpajakan”

“Memperkuat sistem IT untuk mempersempit ruang gerak Wajib Pajak dalam melakukan “penghindaran
pajak”.

SIMPULAN

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak Madya Palembang dapat disimpulkan
bahwa dari kewajiban perpajakan Wajib Pajak Pemotongan PPh Pasal 23 terhadap penerimaan pajak

2811
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

belum sepenuhnya dilaksanakan dengan baik, hal ini dapat dilihat dari Tingkat kepatuhan wajib Pajak
pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Palembang yang dilihat dari jumlah SPT Masa PPh Pasal 23 adalah
rendah. juga dengan diterbitkan Surat Tagihan Pajak, Surat Teguran dan Surat Paksa Pajak Penghasilan
Pasal 23 yang berdampak terhadap penerimaan. Artinya kepatuhan pemotong PPh Pasal 23 belum
signifikan terhadap penerimaan pajak.

Kepatuhan Rendah berdasarkan hasil penelitian di KPP Madya Palembang disebabkan Karena Belum
banyaknya transaksi-transaksi atas objek PPh Pasal 23 yang ada di KPP Madya Palembang yang
diketahui oleh Wajib Pajak. Sosialisasi atas jenis-jenis objek Pajak Penghasilan Pasal 23 belum dilakukan
secara menyeluruh ke semua Wajib Pajak. Dan Kondisi ekonomi masing-masing Wajib Pajak berbeda
antara satu dengan yang lain , hal ini berpengaruh pada objek atau transaksi atas PPh Pasal 23

REFERENSI

Direktorat Jenderal Pajak. 27 Juli. Surat Edaran Nomor SE-18/PJ/2006. Tentang Key PerPerformance
Indicator.

Halim, Abdul dkk. 2016. Perpajakan edisi 2.Jakarta: Salemba Empat.

Lainutu, Amina. 2013. Pengaruh Jumlah Wajib Pajak Pph 21 Terhadap Penerimaan Pph 21 Pada Kpp
Pratama Manado. Ekonomi Akuntansi.Universitas Sam Ratulangi Manado

Mardiasmo. 2018. Perpajakan.Yogyakarta: Andi.

Moleong, Lexy J. 2106. Metode Penelitian Kualitatif.Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.

Olivia dan Didik. 2017. Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dan Pemeriksaan Terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan. Ekonomika dan Bisnis. Universitas Diponegoro.

Peraturan Direktorat Jenderal Pajak. 2017. Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor Per 04/PJ/2017
tentang Bentuk, Isi, Tata Cara Pengisian Dan Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Penghasilan Pasal 23 Dan/Atau Pasal 26 serta Bentuk Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23
dan/Atau Pasal 26 serta Bentuk Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 Dan/Atau Pasal 26. Jakarta.

Pohan, Erlina Sari. 2018. Analisis Kepatuhan Wajib Pajak Badan Berdasarkan Realisasi Penerimaan
Pajak Penghasilan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cilegon. Program Studi Akuntansi. STIE Al-
Khariyah Cilegon.

”Putra, Anggun Bina. 2013. Analisis Tingkat Kepatuhan Pajak Penghasilan Pasal 23 Terhadap
Penerimaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukaharjo. Fakultas Ekonomi. Universitas
Sebelas Maret. ”

2812
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

2813
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

PENGA RUH K E S A D A R A N W A J I B P A J A K , P E N G E T A H U A N P A
JAK, SANKSI PERPAJAKAN DAN AKUNTABILITAS PELAY
ANAN PUBLIK PADA KEPATUHAN WAJIB PAJAK KENDAR
AAN BERMOTOR DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

Rizky Pratama, Yeni Widyanti

Jurnal Akuntansi, Universitas Bina Darma

e-mail: rizkypratama0110@gmail.com, Yeniwidyanti@binadarma.ac.id

Abstract

The purpose of this study is to determine the effect of awareness of taxpayers, tax knowledge,
tax sanctions and public service accountability on motor vehicle taxpayers compliance. The
population used in this study is motor vehicle taxpayers in South Sumatra Province. This
study uses SPSS for windows version 25. The results of this study are variable awareness and
tax knowledge affect motor vehicle taxpayer compliance. While the variable tax sanctions and
accountability of public services do not have a positive effect on motor vehicle taxpayer
compliance.

Keywords: Tax Knowledge, Tax Sanctions, Public Service Accountability, Taxpayer


Compliance, and Motor Vehicle Tax.

1. Pendahuluan

Salah satu sumber penerimaan dana Negara yang terbesar adalah berasal dari pajak. “Pajak
menjadi komponen yang sangat penting dalam penerimaan dana bagi Negara. Kontribusi
penerimaan pajak terhadap penerimaan Negara menjadi begitu penting sehingga penerimaan
pajak dapat mempengaruhi jalannya roda pemerintahan. Pajak digunakan untuk membiayai
pengeluaran- pengeluaran secara umum demi kepentingan masyarakat” (Halim,

2016).

Pajak berperan sebagai sumber penerimaan pada suatu Negara menjadi dominan, namun
masih belum berjalan secara optimal apabila jika Wajib Pajak tidak memiliki kesadaran dan
masih banyak yang belum menjadi Wajib Pajak yang taat dan patuh. “Apabila masyarakat
semakin sadar dan patuh akan peraturan perpajakan maka tentunya akan berimbas kepada
peningkatan

pendapatan pajak dalam Negeri. Semakin besar jumlah pajak yang diterima maka akan
semakin menguntungkan bagi Negara. Bagi suatu daerah, pajak sangat bermanfaat juga

2814
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

khususnya pada masyarakat setempat”. Salah satu manfaat “pajak daerah adalah untuk
mengatur dan mengelola pertumbuhan ekonomi daerah.

“Jika jumlah kendaraan bermotor mengalami peningkatan dan tidak diimbangi dengan
kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak, maka hal ini dapat
menyebabkan tunggakan dan denda yang cukup besar. Sebagian besar masyarakat, dinilai
telah sadar akan kewajibannya membayar pajak kepada negara”. Kesadaran itu sendiri timbul
dalam diri Wajib Pajak itu sendiri, sadar artinya merasa, tau atau ingat dan memiliki kemauan
alami tanpa dipaksa untuk melakukan kewajibannya karena Wajib Pajak

mengetahui manfaat yang didapatkan dari membayar pajak. Namun masih banyak yang
meragukan akan manfaat membayar pajak bahkan membandingkan besaran manfaat dengan
jumlah pajak yang dibayarkan. Pola pemikiran seperti inilah yang dapat menghambat
pertumbuhan kesadaran pajak Wajib Pajak di Wajib Pajak. Pengetahuan perpajakan yang
cukup menjadi dasar awal seorang Wajib Pajak menjadi ebih memahami akan pentingnya
pajak dengan menumbuhkan kesadaran pajak.

“Dalam penelitian ini, tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan masalah yang akan dianalisa
yaitu untuk mengetahui kesadaran Wajib Pajak, pengetahuan pajak, sanksi perpajakan dan
akuntabilitas pelayanan publik pada kepatuhan Wajib Pajak kendaraan bermotor di Provinsi
Sumatera Selatan”.

2. KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak

pada Kepatuhan Wajib Pajak

Kesadaran Wajib Pajak dalam membayar pajak tentunya berasal dari dalam diri individu itu
sendiri, karena kesadaran Wajib Pajak adalah suatu kondisi dimana Wajib Pajak mengetahui,
memahami dan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan benar dan sukarela. Sehingga hal
ini dianggap berkaitan dengan kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak. (Lestari 2015).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ketut Evi Susilawati dan Ketut Budiartha (2013)
menyatakan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh positif pada kepatuhan Wajib Pajak
dalam membayar pajak kendaraan bermotor. Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis
yang diajukan sebagai berikut.

H1 : Kesadaran Wajib Pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak Pengaruh
Pengetahuan Pajak pada

Kepatuhan Wajib Pajak


2815
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Pengetahuan dan pemahaman akan peraturan perpajakan merupakan suatu proses dimana
Wajib Pajak memahami dan mengetahui tentang peraturan dan undang-undang serta tata cara
perpajakan dan menerapkannya untuk melakukan kegiatan perpajakan. Pengetahuan dan
pemahaman akan peraturan perpajakan adalah proses dimana Wajib Pajak mengetahui tentang
perpajakan dan mengaplikasikan pengetahuan itu untuk membayar pajak (Wiratna,2018).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ketut Evi Susilawati dan Ketut Budiartha (2013)
mengemukakan bahwa pengetahuan tentang perpajakan berpengaruh positif terhadap
kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak.

H2 : Pengetahuan perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak

2816
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Pengaruh Sanksi Perpajakan pada

Kepatuhan Wajib Pajak

Sanksi perpajakan dianggap akan menambah masalah atau mempersulit wajib pajak itu
sendiri dalam membayar pajak. Untuk menghindari sanksi perpajakan baik secara
administratif maupun pidana, wajib pajak akan cenderung untuk taat dan patuh
melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara yang baik. (Nurlina, 2018). Pengaruh
Akuntabilitas Pelayanan Publik pada Kepatuhan Wajib Pajak

Berdasarkan peraturan direktur

jenderal pajak nomor PER-02/PJ/2004 pengertian pelayanan perpajakan adalah pelayanan


yang diberikan oleh unit kerja di lingkungan direktoral jenderal pajak kepada masyarakat
sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ketut Evi Susilawati dan Ketut Budiartha (2013)
mengemukakan bahwa sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib
Pajak dalam membayar pajak.

H3 : Sanksi perpajakan berpengaruh secara positif terhadap kepatuhan wajib pajak.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ketut Burdiartha (2013) mengemukakan bahwa
kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam
membayar pajak.

H2 : Kualitas pelayanan pajak berpengaruh secara positif terhadap kepatuhan Wajib


Pajak.

3. METODOLOGI PENELITIAN Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah kelompok

individu yang memiliki karakteristik tertentu dan dapat dibedakan dari kelompok lain yang
juga memiliki karakteristik tertentu (Nurlina, 2017). Populasi pada penelitian ini adalah
Wajib Pajak kendaraan bermotor yang terdapat Definisi Operasional Variabel

a. Kepatuhan Wajib Pajak (Y)


di Provinsi Sumatera Selatan yang berjumlah 1.225.824 Teknik sampel yang digunakan
dalam penelitian adalah Simple Random Sampling. Sampel dalam penelitian ini sebanyak
100 responden yaitu Wajib Pajak kendaraan bermotor di Provinsi Sumatera Selatan”.

2817
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

No. Indikator Pernyataan


1. Memiliki kepatuhan dalam menjalankan Saya selalu memenuhi

kewajiban perpajakan. kewajiban membayar


2. Memiliki kepatuhan dan ketaatan dalam Saya selalu membayar
pajak kendaraan bermotor.
memenuhi ketentuan formal perpajakan. pajak tepat pada waktunya.
3. Memiliki kepatuhan dan ketaatan dalam Saya selalu ingat waktu

memenuhi ketentuan material perpajakan. jatuh tempo pembayaran


pajak kendaraan bermotor.
4. Taat dalam menjalankan perpajakan dan Saya selalu melengkapi

memenuhi persyaratan perpajakan. berkas persyaratan


pembayaran pajak
kendaraan bermotor
b. Kesadaran Wajib Pajak (X1)

No. Indikator Pernyataan


1. Dorongan diri sendiri untuk membayar pajak Pajak merupakan bentuk

secara sukarela pengabdian masyarakat


2. Kasadaran adanya hal-hal negatif jika tidak kepada
Saya Negara.
sadar menunda

memenuhi kewajiban perpajakan. membayar pajak sangat


3. Kepercayaan masyarakat dalam membayar merugikan
Membayar Negara.
pajak
pajak
kendaraan bermotor
untuk pembiayaan negara dan daerah. merupakan bentuk
partisipasi dalam
menunjang pembangunan
4. Kasadaran adanya hak dan kewajiban pajak Saya tahu hasil dari
daerah.
memenuhi kewajiban membayar pajak. pemungutan pajak
dinikmati kembali oleh
Wajib Pajak walaupun
tidak secara langsung
c. Pengetahuan Pajak (X2)

No. Indikator Pernyataan

2818
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

1. Pengetahuan perpajakan diperoleh dengan Pengetahuan Wajib


mudah
Pajak tentang pajak dapat
dan banyak cara. dengan mudah diperoleh
dari media massa (seperti
televisi, dan radio,
spanduk, reklame, dan
2. Pengetahuan mengenai fungsi dan manfaat dari media cetak mengetahui
Masyarakat lainnya).

perpajakan fungsi dan manfaat pajak


yang digunakan untuk
membiayai pembangunan
negara dan sarana umum
bagi masyarakat.
3. Pengetahuan dalam melakukan kegiatan Masyarakat mengetahui

perpajakan. bagaimana cara


menghitung

jumlah pajak yang


4. Pengetahuan sistem perpajakan dan Undang- Masyarakat telah
ditanggungnya.
Undang perpajakan di Indonesia. mengetahui bahwa dalam
Undang- Undang jika
terlambat atau tidak membayar pajak dapat diberikan sanksi. Wajib Pajak yang

d. Sanksi Perpajakan

No. Indikator Pernyataan


1. Wajib pajak mengetahui mengenai tujuan sanksi Sanksi sangat diperlukan

pajak kendaraan bermotor. agar tercipta kedisplinan


dalam kewajiban
2. Pengenaan sanksi yang tegas merupakan salah Pengenaan sanksi harus
membayar pajak.

satu cara untuk mendidik Wajib Pajak. dilaksanakan dengan tegas


kepada semua wajib pajak
yang melanggar.

2819
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

3. Sanksi pajak harus dikenakan pada Wajib Pajak Sanksi yang diberikan

yang melanggar.. kepada wajib pajak harus


sesuai dengan
keterlambatan
pembayaran.
4. Sanksi harus sesuai peraturan dan ketentuan Penerapan sanksi pajak

Undang-undang. harus sesuai dengan


ketentuan yang berlaku.

e. Akuntabilitas Pelayanan Publik

No. Indikator Pernyataan


1. Pelayanan yang baik. Sanksi sangat diperlukan

agar tercipta kedisplinan


dalam kewajiban
2. Kemudahan dalam membayar pajak. Pengenaan
membayar pajak. harus
sanksi

dilaksanakan dengan tegas


kepada semua wajib pajak
yang melanggar.
3. Birokrasi yang tidak dipersulit Sanksi yang diberikan

kepada wajib pajak harus


sesuai dengan
keterlambatan
pembayaran.
4. Fasilitas-fasilitas dan aksi nyata melakukan Penerapan sanksi pajak

penyebaran dalam membantu masyarakat untuk harus sesuai dengan


melaksanakan kegiatan perpajakannya sudah ketentuan yang berlaku.
sangat baik.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuisioner. Suatu
kuisioner dikatakan sah atau valid jika pertanyaan pada kuisioner tersebut mampu
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner itu.

b. Uji Reliabilitas

Berdasarkan uji reliabilitas dapat diketahui bahwa setiap butir


2820
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

pertanyaan dinyatakan reliabel. Hal Uji signifikasi yang dilakukan adalah dengan
membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel, kriterianya adalah jika (Wiratna,

2018) r hitung > r tabel maka butir atau pertanyaan tersebut valid.

ini karena setiap butir pertanyaan pada setiap variabel memiliki nilai

Cronbach Alpha di atas 0.195

2821
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Uji Asumsi Klasik

1. Pada penelitian ini berdasarkan pengujian yang telah dilakukan dapat


dinyatakan data dalam

penelitian ini sudah lolos dalam

pengujian asumsi klasik diantaranya yaitu uji normalitas, uji heterokedasitas dan
uji

multikolinearitas.

1. Hipotesis 1: Kesadaran Wajib Pajak pada Kepatuhan Wajib Pajak

Hasil dari hipotesis pertama adalah kesadaran Wajib Pajak (X1) terhadap kepatuhan Wajib
Pajak kendaraan bermotor di Provinsi Sumatera Selatan. Kesadaran Wajib Pajak memiliki
nilai sig –t sebesar 0,000 < 0,05. Dengan demikian itu artinya kesadaran Wajib Pajak
berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H1
diterima. Mendukung penelitian Ketut Evi Susilawati dan Ketut Budiartha (2013).

2. Hipotesis 2: Pengetahuan Pajak pada Kepatuhan Wajib Pajak

Hasil dari hipotesis kedua adalah Pengetahuan Pajak (X2) terhadap kepatuhan Wajib Pajak
kendaraan bermotor di Provinsi Sumatera Selatan. Pengetahuan Pajak memiliki nilai sig –t
sebesar 0,022 < 0,05. Dengan demikian itu artinya pengetahuan Wajib Pajak berpengaruh
terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H2 diterima.
Mendukung penelitian Ketut Evi Susilawati dan Ketut Budiartha (2013).

3. Hipotesis 3: Sanksi Perpajakan pada Kepatuhan Wajib Pajak

Hasil dari hipotesis ketiga adalah sanksi perpajakan (X3) terhadap kepatuhan Wajib Pajak
kendaraan bermotor di Provinsi Sumatera Selatan. Sanksi Perpajakan memiliki nilai sig –t
sebesar 0,163 > 0,05. Maka hasil menunjukan bahwa tidak ada pengaruh positif sanksi pajak
(X3) terhadap kepatuhan Wajib Pajak kendaraan bermotor di Provinsi Sumatera Selatandan
disimpulkan bahwa H3 ditolak. Mendukung penelitian Susilawati, (2013).

4. Hipotesis 4: Akuntabilitas Pelayanan Publik pada Kepatuhan Wajib Pajak

Hasil dari hipotesis keempat adalah akuntabilitas pelayanan publik (X4) terhadap kepatuhan
Wajib Pajak kendaraan bermotor di Provinsi Sumatera Selatan. Akuntabilitas pelayanan
publik memiliki nilai sig –t sebesar 0,383 > 0,05. Maka hasil menunjukan bahwa tidak ada
pengaruh positif akuntabilitas pelayanan publik (X4) terhadap kepatuhan Wajib Pajak
kendaraan bermotor di Provinsi Sumatera Selatan dan H4 ditolak. Mendukung Penelitian
Muslikhatul Ummah (2018).
2822
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

5. KESIMPULAN

Berdasarkan data hasil penelitian yang telah diolah dan dianalisis, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh kesadaran Wajib Pajak pada kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan
bermotor di Provinsi Sumatera Selatan.

2. Terdapat pengaruh Pengetahuan pajak yang dimiliki Wajib Pajak pada kepatuhan Wajib

Pajak Kendaraan bermotor di Provinsi Sumatera Selatan.

3. Tidak terdapat pengaruh Sanksi Perpajakan pada kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan

Bermotor di Provinsi Sumatera Selatan

4. Tidak terdapat pengaruh kualitas pelayanan pada kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan
bermotor di Provinsi Sumatera Selatan.

REFERENSI

Derwiza Ertrivana, Meihendri, Herawati. 2014. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak,


Pengetahuan Pajak, Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan
Bermotor. Universitas Bung Hatta.

Dewi Kusuma Wardani Moh. Rifqi Asis. 2017. Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak,
Kesadaran Wajib Pajak, Dan Program Samsat Corner Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Kendaraan Bermotor. Akuntansi Dewantara Vol. 1 No. 2 Oktober 2017.

Lina Nurlaela. 2018. Pengaruh Self Assessment System dan Sanksi Perpajakan
terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak. Universitas Garut.

Meiliana Kurniawati dan Agus Arianto Toly. 2014. Analisis Keadilan Pajak, Biaya
Kepatuhan dan Tarif Pajak Terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai Penggelapan Pajak.
Tax & Accounting Review Vol.2 No.2 Tahun 2014.

Muhyidin, Nurlina. 2017 Metodologi Penelitian Ekonomi dan Sosial. Jakarta: Selemba
Empat. Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi Sebelas. Jakarta: Selemba
Empat.

2823
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Siswanto dan Suyanto. 2018. Metodologi Penelitian Kuantitatif Korelasional. Klaten:


BossScript.

Silalah, Ulber. 2018 Metodologi Analisis Data dan Interpretasi Hasil. Bandung: Refika
Aditama. Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta. Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Evaluasi. Cetakan Pertama. Bandung:
Alfabeta

Susilawati, Ketut Evi dan Ketut Budiartha. 2013. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak,
Pengetahuan Pajak, Sanksi Perpajakan dan Akuntabilitas Pelayanan Publik pada Kepatuhan
Wajib Pajak Kendaraan Bermotor. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.2 (2013):345-
357.

Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Edisi Sepuluh. Jakarta: Salemba Empat.

Wiratna. 2018. Metodologi Penelitian Bisnis dan Ekonomi Pendekatan Kuantitatif.


Yogyakarta: Pustaka Baru.

2824
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

ANALISIS IMPLEMENTASI PP NOMOR 23 TAHUN 2018 TERHADAP


PELAKU USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DALAM
PERSPEKTIF KEPATUHAN (STUDI KASUS DI ILIR BARAT
PALEMBANG)

Sabto Haji

Universitas Bina Darma

Email : sabtohaji@gmail.com

Yeni Widyanti, S.E., M.Ak.

Universitas Bina Darma

Email : yeniwidyanti@binadarma.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Implementasi dari PP Nomor 23 Tahun 2018
terhadap pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perspektif kepatuhan.
Adapun yang menjadi latar belakang penulisan ini karena berdasarkan data yang ada diketahui
bahwa jumlah unit usaha setiap tahun terus meningkat. Akan tetapi, jumlah penerimaan target
dan realisasi pajak tidak pernah terpenuhi. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis kualitatif, serta sumber data yang peneliti gunakan didalam penelitian ini yaitu data
primer adalah data hasil wawancara langsung serta data sekunder yaitu data yang didapatkan dari
buku-buku. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara observasi, wawancara,
dan dokumentasi. Analisis ini tidak didasarkan hitungan statistic, tapi dalam pernyataan dan
uraian yang selanjutnya akan disusun secara sistematis. Hasi lpenelitian ini menunjukkan bahwa
penerapan PP Nomor 23 Tahun 2018 terhadap UMKM masih belum optimal, dimana dengan
jumlah unit usaha yang semakin meningkat. Akan tetapi, jumlah penerimaan dan realisasi pajak
masih belum pernah mencapai target. Hal ini disebabkan karena kurangnya sosialisasi dari
Direktorat Jenderal Pajak dan tingkat kepatuhan pelaku UMKM dalam menjalankan kewajiban
perpajakannya.

Kata Kunci :Penerapan PP Nomor 23 Tahun 2018, Kepatuhan Pelaku UMKM.

2825
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

ABSTRACT

This study aims to analyze the implementation of PP Number 23 year 2018 on Micro, Small and
Medium Enterprises (UMKM) from a compliance perspective. As for the background of this
writing because based on available data it is known that the number of business units continues
to increase every year. However, that target amount of tax revenue and realization was never
met. The used analysis this in study is qualitative a analysis, and a source the of data used in this
study is primary data that is data from direct interviews and secondary data that data is obtained
from books. The data collection method in this study was by observation, interview and
documentation. This analysis is not based on statistical calculations, but in statements and
descriptions that will be arranged systematically. The results of this study indicate that the
application of PP Number 23 year 2018 to UMKM is still not optimal, where the number of
business units is increasing. However, the amount of tax revenue and realization has never
reached the target. This is due to the lack of socialization the from Directorate General of Taxes
and a level the compliance in UMKM actors in carrying out their tax obligations.

Keywords :Implementation of PP Number 23 year 2018, Compliance of UMKM

PENDAHULUAN

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sendiri dalam perkembangannya mengalami
peningkatan yang sangat pesat dari tahun ke tahun. Tidak hanya di kota-kota besar, namun juga
hampir seluruh kota di pelosok nusantara. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam
praktiknya merupakan kegiatan usaha yang mampu dan bisa berperan didalam proses
peningkatan penerimaan masyarakat dan mendorong tumbuhnya perekonomian. Pelaku Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mampu menghasilkan berbagai jenis produk usaha dan
menjadi salah satu terobosan yang bagus dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian baik
untuk masyarakat pelaku usaha itu sendiri maupun untuk negara. Semakin pesatnya pertumbuhan
para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam mengembangkan usahanya
diharapkan mampu untuk membuka banyak lapangan pekerjaan dan mengurangi tingkat
pengangguran yang terus bertambah.

2826
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Pemerintah sendiri telah membuat kebijakan baru dalam perlakuan khusus pajak
penghasilan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yaitu mematok tarif pajak lebih rendah
sehingga bisa memberikan pengaruh didalam pertumbuhan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM). Kebijakan perpajakan ini diatur dalam PP Nomor 23 Tahun 2018 sebesar 0,5% yang
berlaku mulai pada tanggal 1 Juli 2018 menggantikan peraturan lama yaitu PP Nomor 46 tahun
2013 sebesar 1% dari penghasilan Bruto. PP Nomor 23 tahun 2018 mengatur tarif pajak bagi
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang memiliki Omset kurang dari Rp 4,8 Milyar
dalam satu tahun masa pajak, dengan tarif pajak hanya sebesar 0,5% dari penghasilan Bruto. PP
Nomor 23 tahun 2018 di harapkan agar dapat supaya meningkatkan kepatuhan para wajib pajak
dan bertujuan untuk memudahkan wajib pajak untuk menghitung, menyetor, serta melaporkan
kewajiban pajaknya.

Banyak pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang berada di wilayah Ilir Barat
Palembang memilik pendapat yang berbeda-beda mengenai PP Nomor 23 Tahun 2018 tentang
pajak penghasilan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Dimana sebagian pelaku usaha
menganggap bahwa pengenaan tarif pajak lama yang bersifat final sebesar 1% dinilai cukup
memberatkan dan kadang sering dikeluhkan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM). Akankah dengan diterbitkannya PP Nomor 23 Tahun 2018 sebesar 0,5% dari
penghasilan bruto, beberapa Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Merasakan manfaat
dari penurunan tarif pajak baru dan diharapkan memberikan keringan pajak dan menambah
kepatuhan bagi para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) tersebut. Oleh karena
itu, diperlukan penelitian untuk mengetahui bagaimana penerapan dari PP Nomor 23 Tahun
2018.

Maka penulis tertarik untuk mengambil penelitian yang berjudul “Analisis Implementasi
PP Nomor 23 Tahun 2018 terhadap pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam
perspektif kepatuhan (Studi Kasus di Ilir Barat Palembang) ”.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian UMKM

Menurut Pandiangan (2014:12) menyatakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
seperti didalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM.
Dalam UU UMKM tersebut dijelaskan bahwa Usaha Mikro Kecil dan Menengah adalah usaha

2827
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

produktif milik badan atau perorangan yang memiliki kriteria seperti sebagaimana di atur
didalam UU UMKM.

Pajak

Menurut Mardiasmo (2018:3) menyatakan pajak adalah kewajiban yang terutang kepada negara
oleh badan atau orang pribadi berdasarkan UU dan bersifat memaksa. Serta tidak memperoleh
imbalan secara langsung dan digunakan untuk sebagai keperluan negara untuk sebesar-besarnya
bagi kemakmuran rakyat.

Sanksi Perpajakan

Menurut Mardiasmo (2018:62) menyatakan sanksi perpajakan adalah ketentuan atau jaminan
atas aturan UU perpajakan atau norma perpajakan yang harus ditaati/dituruti/dan dipatuhi. Dalam
kata lain sanksi pajak sebagai alat untuk pencegah supaya wajib pajak tidak melanggar norma
perpajakan. Ada 2 macam sanksi perpajakan, yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana.

Teori Kepatuhan Pajak

Menurut Widodo (2010:71) merujuk kepada hasil penelitian pengaruh moralitas dan budaya
pajak terhadap kepatuhan pajak yang memberikan nilai sebesar 40,1% mengindikasikan teori
kepatuhan atau Compliance Theory adalah teori yang menyatakan situasi dimana seseorang
harus taat atau patuh kepada perintah atau aturan yang diberikan.

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018

PP Nomor 23 Tahun 2018 yaitu peraturan tentang pendapatan atau penghasilan dari usaha yang
diperoleh wajib pajak yang mempunyai peredaran bruto tertentu. Peraturan ini mulai berlaku
pada 1 Juli 2018. Demikian tarif penghasilan pajak baru yaitu untuk UMKM sebesar 0,5% dari
omset dan diperuntukkan untuk UMKM yang beromset dibawah dari Rp 4,8 Milyar dalam
setahun.

Adapun batas untuk waktu ketentuan aturan pajak ini diterapkan berbeda-beda untuk
berbagai subjek pajak. Pertama, untuk subjek orang pribadi, insentifnya jangka waktu selama 7
Tahun. Kedua, untuk subjek pajak badan yang berbentuk perseroan terbatas Insentifnya
pengenaan waktunya berjangka selama 3 Tahun. Terakhir, bagi subjek pajak badan berbentuk
Firma, Koperasi, dan CV pengenaan waktunya berjangka selama 4 Tahun.

2828
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Jenis penelitian kualitatif merupakan
cara ilmiah agar atau untuk memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan tertentu agar dapat
meneliti pada situasi objek secara alami dengan peneliti adalah instrumen kunci Sugiyono
(2018:2). Penelitian ini lebih kepada logika berfikir untuk memilih antara rumusan masalah,
tujuan, teknik, dan/atau konsep berfikir agar mengetahui makna atas suatu fenomena. Penelitian
kualitatif yaitu penelitian yang dimaksud agar memahami fenomena terhadap apa yang dialami
oleh subjek penelitian.

Jenis Sampel

Pada penelitian ini peneliti memakai metode sampling pertimbangan atau purposive sampling.
Purposive sampling adalah suatu metode pemilihan sampel yang mana dipilih dengan cara tidak
acak memakai pertimbangan-pertimbangan pribadi (judgement sampling). Sugiyono (2018:85)
menyatakan bahwa purposive sampling adalah teknik sampling dengan memakai pertimbangan-
pertimbangan tertentu. Dalam penelitian ini sampel yang diguankan adalah UMKM yang berada
di Ilir Barat Palembang dengan pertimbangan kriteria yang dapat menjadi objek dari pajak PP
Nomor 23 Tahun 2018. Kriteria ini diantaranya adalah wajib pajak badan atau orang pribadi,
mempunyai peredaran bruto dibawah dari Rp 4,8 Milyar. Kemudian, bukan WPOP yang sedang
melakukan kegiatan usaha jasa atau perdagangan yang dalam usahanya memakai sarana atau
prasarana yang dapat di bongkar pasang.

Data Yang Digunakan

Pada penelitian ini data yang digunakan terdapat 2 jenis data, yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer yaitu data yang didapat langsung dari sumbernya. Sedangkan data
sekunder adalah data pendukung yang didapat dari sumber lain yang berkaitan dengan penelitian.

Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, adapun teknik dalam pengumpulan data dilakukan dengan beberapa
cara yaitu melalui observasi langsung ke sumbernya (UMKM). Disamping itu, dilakukan pula
wawancara kepada pelaku UMKM dan terakhir dokumentasi.

Teknik Analisis Data

2829
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif deskriptif. Menurut Tatik (2018)
Langkah-langkah untuk menganalisis data melalui 4 proses, yaitu mengumpulkan data,
membuang data yang tidak perlu, menganalisa data, dan terakhir yaitu menyimpulkan data.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian dari data langsung dari hasil wawancara kepada informan
UMKM diketahui bahwa penerapan PP Nomor 23 Tahun 2018 dirasakan masih belum optimal.
Masih banyak pelaku UMKM yang tidak mau membayar kewajiban pajaknya. Hal ini terjadi
karena kurangnya sosialiasasi yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak dan banyak pelaku
UMKM yang berfikir bahwa pengenaan pajak tidak adil untuk informan, karena belum tentu
informan memperoleh keuntungan atas usahanya, tetapi tetap diharuskan membayar pajak. Jadi
informan merasa dirugikan.

Informan UMKM

Adapun informan pada penelitian ini yaitu informan UMKM yang bergerak dalam bidang
pembuatan tahu, informan UMKM yang bergerak dalam bidang pembuatan tempe, informan
UMKM yang bergerak dalam bidang material bahan bangunan, informan UMKM yang bergerak
dalam bidang ATK dan Fotocopy, dan informan UMKM yang bergerak dalam bidang penjahit.

Analisis dan Pembahasan Penerapan PP Nomor 23 Tahun 2018 pada UMKM

Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa penerapan PP Nomor 23 Tahun 2018 terhadap
kelima informan UMKM masih belum optimal dan perlu dilakukan pengkajian kembali, dimana
terdapat empat informan UMKM belum melakukan penerapan pajak sesuai PP Nomor 23 Tahun
2018. Padahal jika dilihat dari kriteria usaha informan UMKM tersebut memenuhi syarat sebagai
wajib pajak.

Analisis Perspektif Informan UMKM tentang penerapan PP Nomor 23 Tahun 2018, Pemahaman
tentang Perpajakan, dan Sanksi perpajakan terhadap kepatuhan Informan UMKM

Hasil wawancara terhadap lima Informan UMKM diketahui bahwa perspektif informan
kepada penerapan PP Nomor 23 Tahun 2018, pemahaman tentang perpajakan, dan sanksi
perpajakan semuanya berpengaruh kepada kepatuhan informan UMKM sebagai wajib pajak.

2830
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Seperti diketahui bahwa, perspektif informan UMKM masih bersifat negatif. Dimana penerapan
PP Nomor 23 Tahun 2018 bisa menambah kepatuhan informan sebagai wajib pajak UMKM.
Dikarenakan peraturan ini telah menyederhanakan pengenaan tarif pajak sebesar 0,5 % dari
penghasilan bruto. Aturan yang sederhana bisa menambah kepatuhan wajib pajak, karena
memudahkan informan sebagai wajib pajak dalam menghitung, melapor, dan menyetor
pajaknya. Persepktif informan UMKM terhadap PP Nomor 23 Tahun 2018 diharapkan sama
dengan tujuan yang tercantum pada PP Nomor 23 Tahun 2018 sehingga meningkatkan
kepatuhan informan sebagai wajib pajak.

Pemahaman sendiri adalah seberapa mengerti seseorang kepada sesuatu. Apabila informan
UMKM memahami pajak maka dapat menambah kepatuhan informan sebagai wajib pajak. Dan
kalau informan UMKM tidak memahami pajak maka informan UMKM cenderung akan tidak
memahami kewajiban perpajakannya.

Sanksi perpajakan adalah hukuman yang diberikan pada seseorang yang tidak menaati peraturan.
Sanski perpajakan dapat memotivasi informan UMKM agar taat karena informan UMKM
berfikir kalau sanksi perpajakan akan membuat dan merugikan informan. Adanya sanksi pajak
diharapkan agar meningkatkan kepatuhan informan sebagai wajib pajak. Seperti uraian diatas,
perspektif informan UMKM kepada penerapan PP Nomor 23 Tahun 2018, pemahaman per
pajakan, dan sanksi per pajakan secara bersama-sama dapat berpengaruh signifikan positif
kepada kepatuhan informan sebagai wajib pajak UMKM.

Analisis Pembayaran Pajak UMKM Sebelum Diterbitkan PP Nomor 23 Tahun 2018

Hasil wawancara interview mendalam kepada kelima informan UMKM, hanya ada satu
informan UMKM yang menjalankan kewajiban perpajakannya. Empat informan belum
mengetahui tentang adanya penerapan kewajiban perpajakan untuk UMKM.

Empat informan UMKM yang tidak tahu kewajiban per pajakan, mengaku mempunyai
kendala sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban perpajakannya. Kendala yang informan
sampaikan yaitu jumlah penghasilan omset rata-rata yang dinilai masih rendah, usaha yang bisa
dibilang masih berbentuk usaha kecil dan keterbatasan sumber daya manusia untuk mengelola
usaha, sehingga tidak adanya sumber daya manusia yang secara khusus untuk mengurus
pembukuan serta per pajakan. Informan sebagai yang mempunyai UMKM merasa sulit dan
kerepotan apabila mengurusi pajaknya sendiri.

Empat dari lima informan sudah mempunyai NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dan
satu dari lima informan tidak memiliki NPWP (Nomor pokok Wajib Pajak) dari keempat orang

2831
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

yang mempunyai NPWP, cuma ada satu yang tercatat aktif membayar pajak penghasilan
usahanya sedangkan tiga orang tercatat tidak aktif membayar pajak penghasilan tempat
usahanya. Para informan UMKM juga menilai tarif pajak 0,5% dari omset tidak terlalu
memberatkan bagi mereka sebagai pelaku UMKM. Dari analisis peneliti dengan para informan,
alasan mereka tidak membayar pajak antara lain disebabkan karena penghasilan omset yang
masih rendah, ketidaktahuan tentang perpajakan dan kurangnya sosialisasi dari Direktorat
Jenderal Pajak.

Analisis Kepatuhan Pembayaran Pajak UMKM Setelah Diterbitkan PP Nomor 23 Tahun


2018

Berdasarkan hasil wawancara interview mendalam kepada lima informan UMKM, ada satu
UMKM yang tahu tentang pengenaan tarif baru ini, dan empat UMKM belum tahu. Kelima
informan UMKM mengapresiasi ketentuan ini dengan penurunan tarif pajak untuk UMKM.

Kelima informan UMKM mengatakan bersedia membayarkan pajak dengan pengenaan tarif baru
ini. Namun kelima informan UMKM mengharapkan memperoleh bimbingan serta informasi
lebih banyak untuk mengurus kewajiban per pajakannya. Dan informan mengharapkan kantor
pajak dapat memberikan pelayanan yang ramah. Para informan UMKM mengaku tidak/belum
pernah memperoleh sosialisasi per pajakan dari Kantor Pajak setempat. informan mengharapkan
sosialisasi per pajakan UMKM dapat segera diperoleh, sehingga dapat mendukung informan
untuk taat/patuh terhadap kewajiban perpajakannya.

KESIMPULAN

Kesimpulan pada penelitian ini, diketahui bahwa kepatuhan informan UMKM di pengaruhi oleh
Persepktif informan UMKM kepada Penerapan PP Nomor 23 Tahun 2018 adalah menunjukkan
hasil yang negatif karena informan merasa jika penerapan PP Nomor 23 Tahun 2018 tidak adil
untuk informan, karena belum tentunya informan memperoleh keuntungan dari usahanya, tetapi
tetap diharuskan membayar pajak. Jadi informan merasa dirugikan.

Pemahaman pajak kepada kepatuhan informan UMKM, diketahui bahwa kepatuhan informan
tersebut dipengaruhi oleh pemahaman tentang perpajakan, karena informan yang sungguh-
sungguh paham tentang perpajakan maka cenderung melakukan kewajiban perpajakannya sesuai
dengan yang mereka pahami. Pemahaman informan tentang perpajakan berpengaruh bagi
informan dalam melakukan tindakan sesuai dengan yang informan ketahui.

2832
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Sanksi perpajakan terhadap kepatuhan informan UMKM, diketahui bahwa sanksi perpajakan
dinilai masih kurang tegas, dimana informan berfikir bahwa sanksi pajak belum diterapkan
dengan tegas, jadi tidak membayarkan pajak tidak akan jadi masalah. Dengan begitu sanksi tidak
terlalu berpengaruh kepada kepatuhan informan sebagai wajib pajak.

DAFTAR PUSTAKA

2018. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 Tentang Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran
Bruto Tertentu.

Hendri. 2018. Analisis Implementasi Sosialisasi peraturan pemerintah Nomor 23 tahun 2018
bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Jakarta: Jurnal Vokasi Indonesia
Universitas Indonesia.

Mardiasmo. 2018. Perpajakan Edisi Terbaru 2018. Jakarta: Andi

Pandiangan, Liberti. 2014. Mudahnya menghitung pajak UMKM. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Prabantari, Faizara & Ardiyanto MD. 2017. Implementasi pajak penghasilan berdasarkan
peraturan pemerintah nomor 46 tahun 2013 (studi kasus UMKM di jawa tengah dan daerah
istimewah Yogyakarta). Semarang: Jurnal Diponegoro Journal Of Accounting Vol. 6 No. 4
Tahun 2017.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: ALFABETA

Tatik. 2018. Potensi kepatuhan pembayaran pajak pada pelaku usaha umkm (usaha mikro kecil
dan menengah) pasca penerbitan peraturan pemerintah nomor 23 tahun 2018 (studi kasus pada
UMKM di Kabupaten Sleman-Yogyakarta). Purwokerto: Jurnal Seminar Nasional dan call for
paper sustainable competitive Advantage (SCA) 8 Universitas Islam Indonesia.

Widi Widodo, dkk. 2010. Moralitas, Budaya dan Kepatuhan Pajak. Bandung: ALFABETA

2833
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

EVALUASI SISTEM AKUNTANSI PENGGAJIAN PADA BUMDes


SUMBERREJO

Sandra Repita Yolanda, Septiani Fransisca

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bina Darma

Email : sandrarepitayolanda@gmail.com, Septiani.Fransisca@binadarma.ac.id

Abstract

BUMDes is a village-owned business entity whose whole or most of its capital


comes from the village through the inclusion of village wealth directly and is managed by the
village government. As one of the business entities managed by BUMDes Sumberrejo village
government must pay close attention to the existing payroll accounting system in BUMDes
Sumberrejo, whether it is in accordance with applicable regulations or not. The purpose of this
study is to evaluate the payroll accounting system at BUMDes Sumberrejo. The data analysis
technique used in this study was a qualitative descriptive technique through 3 stages: interviews,
observation and documentation. This research shows that BUMDes Sumberrejo has not
implemented a good payroll accounting system in accordance with applicable internal control
elements. This is seen from a number of functions that do not yet exist in SumberDjo BUMDes
such as the personnel or time record function, financial functions and accounting functions that
should be present in the payroll accounting system in accordance with applicable internal
control elements. In addition BUMDes Sumberrejo also does not have complete documents in
accordance with the payroll accounting system including: appointment documents, proof of
attendance, payroll and wages, proof of tax payments or annual tax returns and salary
reconciliation. BUMDes Sumberrejo currently only has proof of salary transfers obtained from
deposits made by treasurers through bank tellers.

Keywords: BUMDes, Payroll Accounting Systems, Internal Control

PENDAHULUAN

2834
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Sistem pengendalian intern terkait dengan dengan aspek yang ada didalam perusahaan salah
satunya adalah sistem akuntansi penggajian. Dimana aspek ini perlu diperhatikan dengan serius
karena aspek ini menyangkut dengan kesejahteraan sumber daya manusia yang akan
mempengaruhi prestasi dan semangat kerja karyawan. Sejalan dengan upaya Pemerintah
Indonesia saat ini yang mengupayakan peningkatan kesejahteraan hidup bagi para tenaga kerja di
Indonesia, maka perusahaan perlu memperhatikan dengan baik mengenai sistem akuntansi
penggajian yang ada didalam perusahaannya. Gaji didefinisikan sebagai pemberian atas prestasi
kerja yang telah dicapai dari usaha yang dilakukan tenaga kerja. Sehingga gaji yang dianggap
sebagai tolak ukur dari prestasi yang dicapai tenaga kerja memerlukan ketelitian dalam proses
penggolongan, penghitungan, penetapan, pencatatan serta pembayarannya. Dimana pembayaran
gaji telah disetujui oleh perusahaan dan tenaga kerja untuk pekerjaan yang sudah atau akan
dikerjakan (Tampi, 2015).

BUMDes Sumberrejo berdiri pada tanggal 25 Januari 2016 di Desa Sidorejo, berdiri atas
kesepakatan kepala desa dan perwakilan tokoh masyarakat Desa Sidorejo. Desa Sidorejo
merupakan salah satu desa di Kecamatan Keluang Kabupaten Musi Banyuasin. Pendirian Dan
pembangunan BUMDes Sumberrejo dimaksudkan untuk memfasilitasi desa menjadi desa
otonom dan mandiri, dengan dasar tujuan menyediakan jasa simpan pinjam yang minim bunga
untuk membantu masyarakat berwirausaha dan menyediakan tempat promosi bagi masyarakat.
BUMDes Sumberrejo bukan hanya sebagai wadah promosi bagi masyarakat khusunya Desa
Sidorejo, tapi juga sebagai tempat pemenuhan kebutuhan pokok. BUMDes Sumberrejo memiliki
berbagai unit usaha diantaranya : unit usaha simpan pinjam, unit usaha dagang yaitu berupa
BUMDes Mart, dan unit usaha jasa online yang bekerjasama dengan MMBC Tour And Travel
untuk mempermudah masyarakat khususnya dalam hal jasa online.

Sistem akuntansi penggajian yang ada pada BUMDes masih sangat sederhana dimana sistem
penggajiannya dilakukan oleh bendahara BUMDes Sumberrejo dengan cara menyetorkan
sejumlah uang cash yang telah dianggarkan untuk pengajian pegawai BUMDes Sumberrjo
melalui teller bank untuk kemudian di transfer ke rekening masing-masing pegawai BUMDes
Sumberrejo tanpa melakukan persetujuan dengan pihak lain. Hal ini karena pihak BUMDes
merasa bahwa gaji merupakan hal yang tetap dan pasti dikeluarkan untuk setiap bulannya kepada
karyawan BUMDes. Namun pihak bendahara tetap menyimpan bukti setor bank atas
pembayaran gaji pegawai BUMDes sebagai bukti yang kemudian akan diserahkan kepada
sekertaris BUMDes. Dimana gaji setiap karyawan dari Pembina, direktur, sekertaris, bendahara,
dan pegawai lainnya telah ditetapkan perbulan sebesar Rp1.500.000. Sistem penggajian
BUMDes Sumberrejo hanya diperhatikan sesuai jadwal yang sudah ditentukan oleh direktur

2835
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

BUMDes. Karyawan BUMDes Sumberrejo bekerja sesuai jadwal kerja yang telah ditentukan
oleh direktur dan setiap karyawan mempunyai jadwal cuti kerja satu hari untuk setiap minggunya
tanpa mengurangi gaji yang ada. Namun apabila ada karyawan yang tidak bisa atau berhalangan
hadir kerja maka bisa melaporkan dengan meminta izin kepada direktur BUMDes Sumberrejo
dan hal ini dapat mengurangi gaji karyawan dengan ketetapan bahwa satu hari tidak masuk kerja
maka akan dipotong gaji sebesar Rp50.000. Hal ini menunjukan bahwa BUMDes Sumberrejo
belum menerapkan sistem akuntansi penggajian yang sesuai dengan unsur-unsur pengendalian
intern yang ada. Pemberian gaji yang diberikan BUMDes Sumberrejo kepada tenaga kerjanya
harus sesuai dengan aturan dan jumlah yang benar dan tepat waktu kepada semua tenaga kerja
sesuai dengan peraturan Undang-Undang Pengendalian Internal untuk menghindari masalah dan
kecurangan yang tidak diinginkan dan untuk melihat bagaimana pengendalian internal yang ada
dalam BUMDes Sumberrejo. Dimana dengan adanya pemberian gaji yang tidak efektif dapat
menimbulkan masalah bagi perusahaan terutama berkaitan dengan sumber daya
manusia.Terdapat beberapa unsur-unsur penting yang terdapat pada sistem akuntansi penggajian
diantaranya yaitu: dokumen yang digunakan dalam sistem tersebut, catatan akuntansi
mendukung yang digunakan, fungsi terkait yang digunakan, dan jaringan prosedur yang
membentuk sistem (Qudus dkk, 2015).

BUMDes Sumberrejo harus memperhatikan dengan teliti mengenai sistem akuntansi penggajian
yang ada didalam BUMDes Sumberrejo saat ini, apakah sudah sesuai dengan aturan yang
berlaku atau belum. Sebagai acuan dalam penelitian ini maka peneliti mengambil beberapa
contoh jurnal diantaranya : penelitian oleh Abdi Putra (2015), dengan hasil penelitiannya
menjelaskan bahwa bahwa sistem dan prosedur akuntansi pembayaran gaji dan upah yang
diterapkan perusahaan PT. Bara Dinamika Muda Sukses belum sepenuhnya memenuhi unsur-
unsur pengendalian intern. Penelitian oleh Ribka Fininalce Tampi dan Tantje J Tinangon (2015),
dengan hasil penelitian bahwa sistem informasi akuntansi penggajian yang diterapkan pada
Grand Sentral Tomohon telah efektif. Sedangkan penelitian oleh Marleyn Sofia Mandagi dan
Ventje Ilat (2015), dengan hasil penelitian bahwa sistem penggajian pada Kantor Jasa Penilaian
Publik Benedictus Darmapuspita dan Rekansudah berjalan cukup efektif dan telah menerapkan
dengan baik prinsip pengendalia intern.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Sistem Akuntansi

2836
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Sistem akuntansi adalah suatu koordinasi sedemikian rupa dari organisasi formulir,
catatan, dan laporan untuk menyediakan informasi keuangan guna memudahkan pengelolaan
perusahaan yang dibutuhkan oleh manajemen (Mulayadi, 2016).

Pengertian Gaji dan Upah

Gaji pada umumnya merupakan pembayaran atas penyerahan jasa yang dilakukan oleh
karyawan yang mempunyai jenjang jabatan manajer, sedangkan upah umumnya dibayarkan atas
penyerahan jasa yang dilakukan oleh karyawan pelaksana. Gaji umumnya dibayarkan secara
tetap perbulan, sedangkan upah dibayarkan berdasarkan hari kerja, jam kerja, jumlah dari satuan
produk yang dihasilkan karyawan (Mulyadi, 2016).

Pengertian Sistem Akuntansi Penggajian

Sistem akuntansi penggajian dalam perusahaan melibatkan fungsi kepegawain yang bertugas
dalam pengangkatan karyawan, menetapkan jabatan, menetapkan tariff gaji dan upah, promosi
dan penurunan pangkat, memutasi karyawan, memberhentikan karyawan, dan menetapkan
berbagai tunjangan kesejahteraan bagi karyawannya serta menghitung gaji karyawan, fungsi
keuangan bertanggung jawab atas pelaksanaan gaji serta berbagai tunjangan kesejahteraan
karyawannya dan fungsi akuntansi bertanggung jawab atas pencatatan biaya tenaga kerja dan
distribusi biaya tenaga kerja untuk kepentingan perhitungan harga pokok produk dan penyediaan
informasi guna pengawasan biaya tenaga kerja (Mulyadi, 2016).

Unsur Pengendalian Intern

Unsur-unsur pengendalian intern sistem akuntansi penggajian adalah sebagai berikut (Mulyadi,
2016) :

Organisasi

Sistem Otorisasi

Prosedur Pencatatan

Praktik yang Sehat

METODOLOGI PENELITIAN

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah BUMDes Sumberrejo di Desa Sumberrejo
Kecamatan Keluang Kabupaten Musi Banyuasin. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini

2837
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan adalah data yang
berhubungan dengan sistem akuntansi penggajian pada BUMDes Sumberrejo. Data diperoleh
secara langsung oleh peneliti dari obyek yaitu BUMDes Sumberrejo di Desa Sidorejo Kecamatan
Keluang Kabupaten Musi Banyuasin. Dimana pada penelitian ini data primer diperoleh langsung
oleh peneliti dari BUMDes Sumberrejo melalaui : wawancara, observasi dan dokumentasi.
Sedangkan data sekunder berupa data laporan penggajian karyawan BUMDes Sumberrejo.

Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara yaitu sebagai berikut :
wawancara dilakukan dengan melakukan wawancara secara langsung dengan direktur dan
sekertaris BUMDes Sumberrejo guna memperoleh data yang menunjang penelitian, observasi
dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung pada BUMDes Sumberrejo
mengenai sistem akuntansi penggajian yang ada pada BUMDes Sumberrejo dan dokumentasi
yaitu dokumen yang digunakan berupa laporan gaji karyawan tahun 2017-2018 BUMDes
Sumberrejo.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-kualitatif. Menurut
Anwar Sanusi (2016), desain penelitian deskriptif adalah desain penelitian yang disusun dalam
rangka memberikan gambaran secara sistematis tentang informasi ilmiah yang berasal dari
subjek atau objek penelitian. Penelitian deskriptif berfokus pada penjelasan sistematis tentang
fakta yang diperoleh saat penelitian dilakukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BUMDes Sumberrejo berdiri pada tanggal 25 Januari 2016 atas kesepakatan kepala desa
bersama perangkat desa dan perwakilan tokoh masyarakat Desa Sidorejo dengan maksud yaitu
untuk mendirikan Badan Usaha yang bergerak dalam bidang yang sesuai dalam kewenangan
desa dan mampu memberikan pelayanan pada masyarakat, menggerakkan perekonomian desa
dan mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli desa. Tujuan BUMDes Sumbeerejo
yaitu meningkatkan pendapatan asli desa, berperan dalam memajukan pertumbuhan ekonomi
desa,memberikan wadah promosi bagi usaha masyarakat desa, serta menyediakan lowongan
pekerjaan untuk masyarakat desa.

Sistem Akuntansi Penggajian BUMDes Sumberrejo

Sistem akuntansi penggajian yang ada pada BUMDes Sumberrejo saat ini hanya melibatkan dua
orang pegawai BUMDes yaitu bendahara dan sekertaris. Adapun tahapan yang dilakukan oleh

2838
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

bendahara dan sekertaris BUMDes Sumberrejo dalam sistem akuntansi penggajian BUMDes
Sumberrejo adalah sebagai berikut :

Bendahara Sekertaris

Mulai 1

Memeriksa Bukti Setor


dan Bank
Mengecek

Daftar Pegawai T

Selesai

Menyetorka
n Gaji
Melalui
Teller Bank

Bukti Setor
Bank

2839
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Prosedur Sistem Akuntansi Penggajian BUMDes Sumberrejo

Prosedur sistem akuntansi penggajian BUMDes Sumberrejo yang dilakukan oleh


Bendahara dan Sekertaris BUMDes Sumberrejo adalah sebagai berikut :

Bendahara

Adapun prosedur sistem akuntansi penggajian yang dilakukan oleh bendahara adalah sebagai
berikut :

Bendahara BUMDes Sumberrejo memulai dengan memeriksa dan mengecek terlebih dahulu
daftar pegawai BUMDes Sumberrejo.

Setelah melakukan pemeriksaan dan pengecekan daftar pegawai BUMDes Sumberrejo


selanjutnya Bendahara melakukan penyetoran gaji pegawai berupa uang cash yang telah
dianggarkan untuk gaji pegawai BUMDes melalui Teller Bank.

Setelah Bendahara menyetorkan gaji pegawai melalui teller bank maka bendahara memperoleh
bukti dari setor bank yang di setorkannya untuk membayar gaji pegawai BUMDes.

Setelah Bendahara memperoleh bukti setor gaji dari bank, kemudian bukti setor tersebut
diserahkan kepada sekertaris.

Sekretaris

Adapun prosedur sistem akuntansi penggajian yang dilakukan oleh sekertaris adalah sebagai
berikut :

Sekertaris menerima bukti setor bank pembayaran gaji pegawai BUMDes Sumberrejo dari
bendahara

2840
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Kemudian bukti setor bank tersebut diarsipkan oleh sekertaris untuk bukti dalam pencatatan
laporan laba rugi berupa beban gaji yang dibuat oleh sekertaris BUMDes setiap tahunnya.

Setelah bukti setor bank diarsipkan maka tugas sekertaris pada sistem akuntansi penggajian
selesai.

Unsur-Unsur Pengendalian Internal

Unsur-Unsur Pengendalian Internal Sistem Akuntansi Penggajian

Organisasi

Fungsi pembuatan daftar gaji dan upah harus terpisah dari fungsi keuangan

Pada sistem penggajian BUMDes Sumberrejo, fungsi pembuatan daftar gaji dan upah belum
terpisah dengan fungsi keuangan karena gaji dan upah dianggap biaya yang rutin dikeluarkan
setiap bulannya oleh bendahara sehingga semua yang gaji dan upah karyawan yang dikeluarkan
dijumlahkan dan masuk pada beban gaji yang ada pada laporan laba rugi yang dibuat oleh
sekertaris BUMDes.

Fungsi pencatatan waktu hadir harus terpisah dari fungsi operasi.

Pada sistem penggajian BUMDes Sumberrejo tidak memiliki pencatatan waktu hadir yang
terpisah dari fungsi operasi. Karena setiap karyawan bekerja sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan oleh Direktur BUMDes. Namun ada sistem pemotongan gaji setiap kali ada karyawan
yang melakukan izin langsung kepada Direktur BUMDes Sumberrejo dengan pemotongan gaji
sebesar Rp50.000 per harinya.

Sistem Otorisasi

Setiap orang yang namanya tercantum dalam daftar gaji dan upah harus memiliki surat
keputusan pengangkatan sebagai karyawan perusahaan yang ditandatangani oleh Direktur
Utama.

Pada BUMDes Sumberrejo setiap karyawannya tidak memiliki surat keputusan pengangkatan
sebagai karyawan BUMDes Sumberrejo karena semua karyawan yang ada pada BUMDes
Sumberrejo merupakan hasil pilihan dari musyawarah Kepala desa dan masyarakat sekitar desa
Sidorejo.

2841
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Setiap perubahan gaji dan upah karyawan karena perubahan pangkat, perubahan tarif gaji dan
upah, tambahan keluarga harus didasarkan pada surat keputusan Direktur Keuangan.

Sejauh ini jumlah gaji dan upah karyawan BUMDes Sumberrejo sama rata dari pembina,
direktur dan karyawan yaitu sejumlah Rp1.500.000 per orangnya jadi perubahan pangkat tidak
mempengaruhi jumlah tarif gaji dan upah yang diterima dan tidak adanya penambahan keluarga.

Setiap potongan atas gaji dan upah karyawan selain dari pajak penghasilan karyawan harus
didasarkan atas surat potongan gaji dan upah yang diotorisasi oleh fungsi kepegawaian.

Pada saat ini pada BUMDes Sumberrejo tidak melakukan potongan gaji dan upah selain dari
pajak penghasilan karena gaji yang diperoleh oleh pegawai BUMDes Sumberrejo itu sendiri
belum dikenkan pajak penghasilan karena jumlahnya dibawah PTKP sehingga BUMDes
Sumberrejo belum melakukan otorisasi mengenai surat potongan gaji dan upah.

Kartu jam hadir harus diotorisasi oleh fungsi pencatat waktu.

Pada BUMDes Sumberrejo tidak ada kartu jam hadir sehingga didiberlakukannya otorisasi oleh
fungsi pencatat waktu karena ketika ada pegawai yang tidak masuk kerja maka dia hanya perlu
meminta izin kepada Direktur BUMDes dan akan dikenakan potongan gaji perharinya sebesar
Rp50.000.

Perintah lembur harus diotorisasi oleh kepala departemen karyawan yang bersangkutan.

Pada BUMDes Sumberrejo tidak menggunakan sistem otorisasi mengenai perintah lembur oleh
departemen pegawai yang bersangkutan karena setiap pegawai telah ditentukan jadwal per shift
yaitu pagi dari pukul 08:00 sampai pukul 15:00 dan shift sore dimulai dari pukul 15:00 sampai
dengan pukul 22:00 malam.

Daftar gaji dan upah harus diotorisasi oleh fungsi personalia.

BUMDes Sumberrejo saat tidak membuat daftar gaji dan upah sehingga tidak adanya proses
otorisasi oleh fungsi personalia karena pada BUMDes Sumberrejo juga saat ini tidak ada fungsi
peronalia.

Bukti kas keluar untuk pembayaran gaji dan upah harus diotorisasi oleh fungsi akuntansi.

Pada saat ini BUMDes Sumberrejo tidak memiliki fungsi akuntansi, sehingga bukti kas keluar
atas pembayarn gaji dan upah pegawai BUMDes tidak diotorisasi. Hal ini juga karena

2842
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

pembayarn gaji itu sendiri langsung dilakukan oleh bendahara berupa penyetoran gaji melalui
teller bank tanpa adanya otorisasi dari pihak manapun.

Proses Pencatatan

Perubahan dalam catatan penghasilan karyawan direkonsiliasi dengan daftar gaji dan upah
karyawan.

Perubahan dalam catatan penghasilan karyawan BUMDes Sumberrejo saat ini


belumdirekonsiliasi dengan daftar gaji dan upah karyawan karena pada saat ini BUMDes tidak
memiliki daftar gaji dan upah, dikarenakan semua jumlah dari gaji setiap pegawai BUMDes
apapun jabatannya adalah sama yaitu sebesar Rp1.500.000.

Tarif upah yang dicantumkan dalam kartu jam kerja diverifikasi ketelitiannya oleh fungsi
akuntansi.

Pada saat ini BUMDes Sumberrejo tidak mencantumkan tariff upah dalam kartu jam kerja yang
diverifikasikan ketelitianya oleh fungsi akuntansi karena BUMDes Sumberrejo sendiri tidak
memberlakukan kartu jam kerja . Hal ini disebabkan karena semua karyawan BUMDes hanya
perlu masuk kerja berdasarkan jadwal yang sudah ditentukan oleh Direktur BUMDes
Sumberrejo.

Praktik Yang Sehat

Kartu jam hadir harus dibandingkan dengan kartu jam kerja sebelum kartu yang terakhir ini
dipakai sebagai dasar distribusin biaya tenaga kerja langsung.

Saat ini BUMDes Sumberrejo tidak membuat kartu jam hadir dan kartu jam kerja, sehingga tidak
diberlakukannya pembandingan antara kartu jam hadir dengan kartu jam kerja sebagai dasar
distribusin biaya tenaga kerja langsung.

Pemasukan kartu jam hadir ke dalam mesin pencatat waktu harus diawasi oleh fungsi pencatat
waktu.

Pada saat ini BUMDes Sumberrejo belum melakukan pemasukan kartu jam hadir ke dalam
mesin pencatat waktu karena BUMDes Sumberrejo sendiri belum memberlakukan atau membuat
sistem kartu jam hadir.

Pembuatan daftar gaji dan upah harus diverifikasi kebenaran dan ketelitian perhitungannya oleh
fungsi akuntansi sebelum dilakukan pembayaran.

2843
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Saat ini bendahara BUMDes Sumberrejo selaku pemegang wewenang untuk menyetorkan gaji
kepada setiap karyawan BUMDes tidak melakukan verifikasi terlebih dahulu terhadap kebenaran
dan ketelitian perhitungan kepada pihak akuntansi sebelum melakukan pembayaran. Karena
bendahara langsung saja melakukan penyetoran gaji melalui teller bank yang kemudian langsung
dilakukan transfer gaji ke rekening setiap karyawan BUMDes per tanggal pembayaran gaji
karyawan setiap bulannya tanpa meminta verifikasi dari fungsi akuntansi.

Penghitungan pajak peghasilan karyawan direkonsiliasi dengan catatan penghasilan karyawan.

BUMDes Sumberrejo belum melakukan penghitungan pajak penghasilan kepada setiap


karyawannya dikarenakan pada saat ini gaji yang diperoleh oleh setiap karyawan masih dibawah
rata-rata dibawah PTKP sehingga belum adanya tahap rekonsiliasi mengenai pajak penghasilan
karyawab dengan catatan penghasilan karyawan.

Catatan penghasilan karyawan disimpan oleh fungsi pembuat daftar gaji dan upah.

Catatan penghasilan karyawan hanya dibuat oleh sekertaris BUMDes Sumberrejo dalam laporan
laba rugi yang dibuat pertahun oleh sekertaris dengan dasar bukti transfer yang diberikan oleh
bendahara. Namun saat ini BUMDes Sumberrejo tidak membuat daftar gaji dan upah. Semua
pembayaran gaji dan upah pegawai BUMDes hanya berdasarkan daftar pegawai yang ada.

Dari penjabaran diatas maka jelas terlihat bahwa sistem akuntansi penggajian yang
ada di BUMDes Sumberrejo belum baik dari segi sistem pengendaliannya, dilihat dari unsur-
unsur pengendalian internal yang ada BUMDes Sumberrejo belum melakukan penerapan atau
penyesuaian sesuai dengan aturan yang ada dari sistem akuntansi penggajian itu sendiri. Dimana
tidak ada satu unsur pun dari unsurunsur pengendalian internal yang berlaku telah dilaksanakan
atau dibuat oleh BUMDes Sumberrejo. Kelengkapan dokumen yang seharusnya ada pada sistem
akuntansi penggajian BUMDes Sumberrjo pun belum lengkap, dimana BUMDes Sumberrejo
hanya memiliki bukti transfer pembayaran gaji atas penyetoran gaji yang dilakukan bendahara
melalui teller bank. Sedangkan dokumen lengkap sesuai sistem akuntansi penggajian seharusnya
membuat dan memiliki dokumendokumen diantara seperti : sk pembimbing, bukti kehadiran,
daftar upah, bukti setor pajak atau SPT tahunan dan rekonsiliasi gaji.

SIMPULAN

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil oleh peneliti dalam penelitin ini yaitu bahwa BUMDes
Sumberrejo belum menerapkan sistem akuntansi penggajian yang sesuai dengan unsur

2844
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

pengendalian intern yang terdiri dari beberapa fungsi penting dan melengkapi dokumen penting
terkait sistem penggajian BUMDes, karena saat ini BUMDes hanya memiliki dokumen berupa
bukti transfer gaji yang disetorkan bendahara memalui teller bank. Sistem penggajian BUMDes
Sumberrejo saat ini pun hanya dilakukan oleh satu orang pegawai saja yaitu bendahara
BUMDes. Hal ini sangat belum sesuai degan pengendalian intern yang seharusnya ada pada
sistem akuntansi penggajian. Kelengkapan dokumen yang sesuai dan seharusnya ada bahkan
harus dibuat oleh BUMDes Sumberrejo itu sendiri sesuai degan sistem akuntansi penggajian
yang berlaku yaitu sk pembimbing, bukti kehadiran, daftar gaji dan upah, bukti setor pajak atau
SPT tahunan, ddan rekonsiliasi gaji.

REFERENSI

Mandagi dan Ventje Ilat. 2015. Evaluasi Penerapan Sistem Akuntansi Penggajian Pada

Kantor Jasa Penilaian Publik Benedictus Darmapuspita dan Rekan Di Jakarta. Jurnal

EMBA. 3 (2) : 840-851

Mulyadi, 2016. Sistem Akuntansi. Jakarta : Salemba Empat.

Putra, Adi 2015. Analisis Sistem Dan Pengendalian Intern Pembayaran Gaji dan Upah

Karyawan Pada Pt Bara Dinamika MUda Sukses Di Malinau. eJurnal Ilmu

Administrasi Bisnis. 3 (1) : 127-137.

Putri, Nabila. 2017. Analisis Sistem Akuntansi Penggajian Pada Karyawan Dala Menunjang

Pengendalian Internal Pada CV Nusantara Kbah Mandiri Trenggalek Tahun 2016.

Simki Economic. 1 (4) : 1-16.

Sanusi, Anwar. 2016. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta : Salemba Empat.

Tampi dan Jantje J. Tinangon. 2015. Analisis Sistem Pengendalian Intern Terhadap

Penggajian Pada Grand Sentral Supermarket Tomohon. Jurnal EMBA. 3 (3) : 63-73

Qudus dkk, 2015. Analisis Sistem Akuntansi Penggajian dan Pengupahan Dalam Upaya

Mendukung Pengendalian Intern. Jurnal Administrasi Bisnis. 25 (2) : 1-7

2845
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

2846
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

ANALISIS DETERMINAN VOLUNTARY GRAPHICS DISCLOSURE PADA


PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DI INDONESIA

Santi Agustianti1, Verawaty2

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bina Darma Palembang

santiagustianti12@gmail.com1, verawaty_mahyudin@yahoo.com2

Abstract

This study aims to examine the determinants of voluntary graphics disclosure in Local
Government Financial Statements (LKPD) provincial government in Indonesia. The population
of this study is all provincial governments that present LKPD in 2015-2017. Based on the results
of hypothesis testing, local government wealth, the level of local government dependency and
BPK audit findings have a significant positive effect on voluntary graphics disclosure.
Hypothesis test results of local government performance, size of local government, location of
local government and the age of regional heads do not significantly influence voluntary graphics
disclosure. However, the results of the regional head education background test and the age of
the regional government have a significant negative effect on voluntary graphics disclosure.

Keywords: financial statements local government, voluntary graphics disclosure, characteristics,


provincial government.

PENDAHULUAN

Sejak dilakukannya reformasi di Indonesia, telah banyak perubahan yang dilakukan dalam sistem
pemerintahan Indonesia. Pernyataan tersebut dibuktikan dengan terus dilakukannya revisi undang-undang
tentang pemerintahan daerah yang direvisi terakhir dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 2015.
Disahkannya peraturan tersebut membuat Indonesia menerapkan sistem desentralisasi dengan otonomi
daerah.

Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, otonomi daerah dapat diartikan sebagai pelimpahan
hak, kewajiban dan kewenangan kepada daerah otonom, sehingga dapat mengatur atau mengurus
pemerintahan dan kepentingan masyarakatnya sendiri. Jadi, pada prinsipnya kebijakan otonomi daerah
akan membuat kewenangan-kewenangan yang selama ini tersentralisasi di tangan pusat menjadi

2847
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

terdesentralisasi ke daerah otonom. Namun, dengan dilaksanakannya otonomi daerah, selain mempunyai
hak dan wewenang untuk mengelola daerahnya, pemerintah daerah juga diwajibkan untuk menyusun
laporan sebagai pelaksanaan otonomi daerah.

Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, salah satu laporan yang
wajib disusun adalah laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) sebagai bentuk pertanggungjawaban
atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Laporan keuangan tersebut harus
diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan wajib disampaikan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) selaku wakil rakyat paling lambat enam bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Menurut Mulyana (2006), mekanisme pelaporan keuangan pemerintah daerah tersebut dilakukan dalam
rangka mewujudkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan daerah. Selain itu, pelaporan
keuangan juga bermanfaat bagi pengguna informasi dalam pengambilan keputusan (Diamond, 2002).

Pemerintah daerah membutuhkan informasi keuangan yang disajikan dalam LKPD untuk keperluan
manajerial seperti dalam hal perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan di bidang
pemerintahan daerah. Oleh karena itu, komunikasi dalam penyampaian informasi LKPD harus efektif
sehingga diharapkan mampu memberikan peranan pentingnya dalam mendukung dan membantu kegiatan
manajemen pemerintahan daerah, sebagaimana dinyatakan dalam Kerangka Konseptual Standar
Akuntansi Pemerintah (SAP).

Namun demikian, pemanfaatan informasi dalam LKPD belum banyak digunakan oleh para penyelenggara
pemerintahan daerah, baik DPRD maupun kepala daerah dalam pengambilan keputusan di bidang
manajemen pemerintahan daerah, baik dalam bidang perencanaan, pelaksanaan maupun pengendalian dan
pengambilan keputusan (Suhartanto, 2013). Hal tersebut dapat disebabkan oleh banyak faktor, baik dari
penyusun laporan keuangan, pengguna laporan keuangan maupun penyajian laporan keuangan. Selain itu,
menurut Courtis (1995) dalam Hapsari (2015), kesulitan lain yang dihadapi berkaitan dengan
pengkomunikasian laporan tahunan adalah di dalam laporan keuangan tradisional lebih bersifat naratif
sehinggan menyebabkan information overload, yang artinya di dalam penulisannnya terlihat lebih
kompleks sehingga melebihi kapasitas komprehensif pembacanya. Hasil penelitian Agustijanti (2016),
menunjukkan bahwa LKPD yang mudah dipahami menjadi penentu kebermanfaatan informasi dan
sebaliknya menurut Rezaee dan Porter (1993) dalam Supriyanto dan Probohudono (2017), menyatakan
bahwa penyajian informasi dalam laporan keuangan yang terlalu kompleks adalah penyebab kurang
dimanfaatkannya informasi. Oleh karena itu, penelitian sebelumnya menyatakan bahwa penyajian
informasi berpengaruh terhadap pemanfaatan informasi bagi para pengguna laporan keuangan (Sanjaya,
dkk, 2014).

Menurut Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010, penyajian informasi dalam LKPD dapat dilakukan
dengan menggunakan grafik, daftar, bagan, narasi, skedul atau bentuk lain yang dapat mempermudah
pengguna untuk memahaminya. Dengan demikian, penyajian informasi dalam LKPD bersifat
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Tampilan grafik dalam LKPD dapat digunakan oleh pihak

2848
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

pemerintah sebagai alternatif dalam mengkomunikasikan informasi yang lebih efektif kepada pengguna
laporan, karena grafik menawarkan “universal language” yang artinya penggunaan grafik dianggap dapat
memudahkan pengguna informasi dalam laporan keuangan karena sifatnya yang tidak terbatas pada
perbedaan bahasa, pendidikan, serta batasan budaya (Warganegara, dkk, 2013). Menurut Canadian
Institute of Chartered Accountants [CICA] (1993) dalam Hapsari (2015), ringkasan informasi yang
dipresentasikan melalui grafik dapat digunakan untuk mempersingkat waktu ketika menganalisis data,
membantu daya ingat karena menyajikan poin-poin penting dalam laporan keuangan dan memfasilitasi
pemahaman dengan lebih baik. Selain itu, grafik juga digunakan untuk memperjelas hubungan antar data
dan menyoroti trend dari informasi yang di disajikan dilaporan keuangan.

Pengungkapan atau pelaporan akuntansi sektor publik secara sukarela dengan menggunakan grafik
merupakan konten yang biasa disebut voluntary graphics disclosure. Menurut Huang, dkk (2008),
pengungkapan informasi dengan menggunakan grafik tidak hanya sebatas agar LKPD terlihat lebih
menarik dan variatif jika dibandingkan dengan laporan keuangan tradisional yang hanya menggunakan
narasi dalam pengungkapan informasnya, tetapi penggunan grafik juga meminimalkan waktu yang
dibutuhkan pembaca untuk menganalisis informasi terkait dan membantu menyoroti poin utama
informasi, sehingga diharapkan voluntary graphics disclosure dapat meningkatkan kualitas penyajian
LKPD.

Voluntary graphics disclosure merupakan suatu jenis metode pengungkapan menggunakan grafik yang
diharapkan dapat memberikan informasi yang akurat kepada para pemegang kepentingan pemerintah
daerah, sehingga dapat digunakan untuk mengambil keputusan dengan tepat. Berdasarkan penelitian
Supriyanto dan Probohudono (2017), praktik voluntary graphics disclosure dalam LKPD tahun 2015
yang telah diaudit dengan menggunakan sampel pemerintah kota dan pemerintah kabupaten di Indonesia
menunjukkan bahwa 228 dari 499 LKPD menggunakan grafik. Dengan rincian, 183 dari 408 pemerintah
kabupaten menyajikan grafik dalam LKPD (44,85%) dan 45 dari 91 pemerintah kota menggunakan grafik
dalam LKPD (49,45%). Hal ini berarti penggunaan grafik dalam LKPD termasuk dalam kategori sedang
yaitu sebesar 44,88%. Namun demikian, hingga saat ini penelitian mengenai penyajian dan pengungkapan
dengan grafik paling banyak diteliti pada sektor privat, sedangkan pada sektor publik masih sangat minim
dilakukan.

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, hal tersebut dikaitkan dengan beberapa determinan


voluntary graphics disclosure antara lain, kinerja pemerintah daerah, ukuran pemerintah daerah, kekayaan
pemerintah daerah, tingkat ketergantungan pemerintah daerah, lokasi pemerintah daerah, umur kepala
daerah, latar belakang pendidikan kepala daerah, temuan audit BPK dan umur pemerintah daerah. Pada
penelitian ini, peneliti mengacu pada Supriyanto dan Probohudono (2017) yang menggunakan tiga
variabel independen yaitu kinerja pemerintah daerah, tingkat ketergantungan pemerintah daerah dan
lokasi pemerintah daerah. Peneliti menambah enam variabel independen yang terdiri dari dua variabel
tambahan mengacu pada penelitian Simbolon dan Kurniawan (2018) yaitu ukuran pemerintah daerah dan
kekayaan pemerintah daerah, dua variabel mengacu pada penelitian Ismoyo (2010) yaitu umur kepala

2849
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

daerah dan latar belakang pendidikan kepala daerah dan satu variabel tambahan mengacu pada penelitian
Permadi (2017) yaitu temuan audit BPK serta satu variabel tambahan lainnya yaitu umur pemerintah
daerah yang mengacu pada penelitian Ernawati (2016), sehingga total variabel yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak sembilan variabel independen.

Peneliti juga ingin menguji variabel-variabel tersebut karena hasil penelitian voluntary graphics
disclosure masih menghasilkan temuan jika diterapkan pada kondisi lingkungan yang berbeda. Pemilihan
objek peneliti yaitu di pemerintah daerah provinsi yang ada di Indonesia. Sejauh ini penelitian mengenai
voluntary graphics disclosure lebih banyak dilakukan pada sektor swasta sedangkan penelitian mengenai
voluntary graphics disclosure pada LKPD masih sangat jarang dilakukan, padahal metode grafik terus
digunakan sebagai teknik penyajian informasi dalam LKPD.

KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Pengaruh Kinerja Pemerintah Daerah terhadap Voluntary Graphics Disclosure

Menurut Supriyanto dan Probohudono (2017), kinerja pemerintah daerah tidak dapat diukur
dengan kinerja keuangan, seperti halnya dalam perusahaan swasta. Namun, variabel yang lebih
tepat digunakan untuk mengukur kinerja pemerintah daerah adalah kinerja non keuangan. Pada
penelitian ini, hasil evaluasi AKIP.dapat digunakan untuk mengukur kinerja pemerintah daerah.
Pemerintah daerah yang memiliki kinerja yang baik dianggap dapat melakukan tugas dan
wewenangnya dengan baik pula. Salah satunya dalam melakukan pengungkapan informasi di
dalam LKPD.

Berdasarkan penelitian Dilla dan Janvrin (2010) dan Saha dan Akter (2013) menunjukkan bahwa
organisasi dengan kinerja yang meningkat, akan lebih menggunakan grafik dalam pengungkapan
informasi. Hal ini didukung penelitian Uyar (2009) yang menunjukkan bahwa kinerja organisasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap voluntary graphics disclosure. Namun berbeda
dengan penelitian Warganegara, dkk (2013) dan penelitian Supriyanto dan Probohudono (2017)
yang menyatakan bahwa kinerja pemerintah daerah tidak berpengaruh terhadap voluntary
graphics disclosure. Dari beberapa penelitian terdahulu, masih adanya temuan hasil penelitian
yang tidak konsisten. Hasil penelitian tentang voluntary graphics disclosure masih menghasilkan
temuan yang tidak konsisten, sehingga perlu dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui
konsistensi temuan dan mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H1: Kinerja pemerintah daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap voluntary graphics
disclosure dalam LKPD

2850
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Pengaruh Ukuran Pemerintah Daerah terhadap Voluntary Graphics Disclosure.

Ukuran pemerintah daerah ditunjukkan dengan jumlah total aset. Semakin besar aset yang
dimiliki suatu daerah maka semakin besar pula kemampuan pemerintah daerah dalam melakukan
pengungkapan. Selain itu, dengan aset yang besar mengindikasikan jumlah kekayaan yang besar
pula. Hal ini akan menyebabkan pengawasan dari masyarakat akan bertambah karena
kekhawatiran adanya penyelewengan dana, sehingga pemerintah daerah dituntut untuk
melakukan pengungkapan yang lebih baik, salah satunya dengan menggunakan voluntary
graphics disclosure.

Penelitian mengenai voluntary graphics disclosure di Indonesia pernah dilakukan Hapsari (2015)
dengan mengambil objek pada perusahaan swasta dan menggunakan variabel ukuran perusahaan.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap
voluntary graphics disclosure. Variabel tersebut dipadankan dengan variabel yang terdapat pada
pemerintah daerah yaitu ukuran pemerintah daerah, sehingga diharapkan ukuran pemerintah
daerah berpengaruh positif terhadap voluntary graphics disclosure. Hal ini didukung dengan
penelitian Permadi (2017) dan Simbolon dan Kurniawan (2018) yang menyatakan bahwa ukuran
pemerintah daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan informasi dalam
LKPD. Berbeda dengan penelitian Suhardjanto dan Yulianingtyas (2011), yang menunjukkan
bahwa ukuran pemerintah daerah tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan yang
dilakukan oleh pemerintah daerah. Hasil penelitian tentang voluntary graphics disclosure masih
menghasilkan temuan yang tidak konsisten, sehingga perlu dilakukan pengujian lebih lanjut
untuk mengetahui konsistensi temuan dan mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H2: Ukuran pemerintah daerah berpengaruh positif dan signfikan terhadap voluntary graphics
disclosure dalam LKPD

Pengaruh Kekayaan Pemerintah Daerah terhadap Voluntary Graphics Disclosure

Kekayaan pemerintah daerah dapat diukur berdasarkan besarnya PAD. Menurut Undang-Undang
No. 32 Tahun 2004, PAD terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Peningkatan PAD sebagai
kemampuan pemerintah daearah diharapkan dapat meningkatkan pengungkapan yang dilakukan
oleh pemerintah daerah termasuk voluntary graphics disclosure.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Hilmi dan Martani (2012) dan Verawaty (2018),
menunjukkan hasil variabel PAD berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan dalam
LKPD. Hal ini dapat dikaitkan dengan voluntary graphics disclosure. Pengungkapan yang baik

2851
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

menunjukkan bahwa metode dan gaya pengungkapan yang dipakai juga lebih efektif, salah satu
metode yang dianggap efektif untuk menyampaikan informasi dalam LKPD adalah
pengungkapan berbasis grafik (voluntary graphics disclosure.). Berbeda dengan penelitian
Mutiha (2017) yang memperoleh hasil bahwa kekayaan daerah berpengaruh negatif terhadap
tingkat pengungkapan LKPD. Selain itu, penelitian Hendriyani dan Tahar (2015) dan Simbolon
dan Kurniawan (2018) menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara kekayaan daerah dan
pengungkapan dalam LKPD. Hasil penelitian tentang voluntary graphics disclosure masih
menghasilkan temuan yang tidak konsisten, sehingga perlu dilakukan pengujian lebih lanjut
untuk mengetahui konsistensi temuan dan mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H3: Kekayaan pemerintah daerah berpengaruh positif dan signifkan terhadap voluntary
graphics disclosure dalam LKPD.

Pengaruh Tingkat Ketergantungan Pemerintah Daerah terhadap Voluntary Graphics Disclosure

Pemerintah pusat memberikan dana perimbangan berupa Dana Alokasi Umum (DAU) untuk
membantu pemda memenuhi kebutuhannya. DAU tersebut dikucurkan dalam rangka
melaksanakan asas desentralisasi. Pemberian DAU harus mengikuti formulasi perhitungan yang
telah ditetapkan dengan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004. Pemerintah daerah dengan
kapasitas fiskal yang lebih kecil daripada kebutuhan fiskal akan mendapatkan DAU yang lebih
besar. Dengan demikian, pemerintah daerah yang menerima DAU yang besar menunjukkan
bahwa pemda tersebut tidak mandiri secara finansial, sehingga tanggung jawab dalam melakukan
pengungkapan juga lebih besar.

Berdasarkan penelitian Puspita dan Martani (2012), variabel DAU berpengaruh positif terhadap
pengungkapan yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Namun hal ini berbeda dengan
Supriyanto dan Probohudono (2017) dan Hendriyani dan Tahar (2015), variabel DAU memiliki
pengaruh negatif terhadap pengungkapan informasi dalam LKPD berupa voluntary graphics
disclosure. Penelitian Hilmi dan Martani (2012), Permadi (2017) dan Verawaty (2017)
menyatakan variabel DAU tidak berpengaruh terhadap pengungkapan di dalam LKPD. Hasil
penelitian tentang voluntary graphics disclosure masih menghasilkan temuan yang tidak
konsisten, sehingga perlu dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui konsistensi temuan
dan mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H4: Tingkat ketergantungan pemerintah daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap
voluntary graphics disclosure dalam LKPD

Pengaruh Lokasi Pemerintah Daerah terhadap Voluntary Graphics Disclosure

2852
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Menurut Supriyanto dan Probohudono (2017), selama tiga dekade terakhir, pembangunan di
segala bidang yang terjadi di Indonesia lebih cenderung dilakukan Jawa sentris. Hal tersebut
menyebabkan kesenjangan antara pemerintah daerah di Pulau Jawa dan pemda di luar Pulau
Jawa. Kesenjangan terjadi di sektor perekonomian, fasilitas pendidikan, dan infrastruktur.
Kesenjangan tersebut menjadikan kualitas SDM di pulau Jawa lebih baik daripada non Jawa.
Tingginya kualitas SDM, baiknya kualitas infrastruktur dan perekonomian menjadikan tingkat
pengungkapan informasi dalam LKPD di pulau Jawa lebih baik.

Penelitian Supriyanto dan Probohudono (2017), menunjukkan bahwa lokasi pemerintah daerah
berpengaruh positif terhadap voluntary graphics disclosure. Hal ini didukung penelitian Arifin,
dkk (2016) dan Narulitasari (2016) yang menunjukkan bahwa pemda di Jawa lebih baik dalam
hal pengungkapan informasi dalam LKPD daripada pemda di luar Jawa, sedangkan penelitian
Pujiyanti (2011) dan Suhardjanto dan Yulianingtyas (2011), tidak terdapat pengaruh antara
lokasi pemerintah daerah terhadap pengungkapan yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Hasil
penelitian tentang voluntary graphics disclosure masih menghasilkan temuan yang tidak
konsisten, sehingga perlu dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui konsistensi temuan
dan mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H5: Lokasi pemerintah daerah berpengaruh positif dan signifikan erhadap voluntary graphics
disclosure dalam LKPD

Pengaruh Umur Kepala Daerah terhadap Voluntary Graphics Disclosure

Menurut Ismoyo (2011), umur menjadi salah satu variabel dalam karakteristik kepala daerah
yang berpengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan. Umur seseorang menggambarkan
kedewasaan dan kematangan seseorang, sehingga dengan umur kepala daerah yang tinggi
mengindikasikan kedewasaan dan kematangan dalam berpikir yang berakibat pada pengambilan
keputusan yang lebih baik dalam pengelolaan dan pengungkapan laporan keuangan (Bamber,
dkk, 2010).

Berdasarkan penelitian Sutaryo (2013), Prasetyo (2014) dan Misdi (2015), menunjukkan bahwa
umur kepala daerah berpengaruh positif terhadap kinerja keungan pemerintah daerah yang
ditandai dengan pengungkapan yang semakin baik. Namun berbeda dengan penelitian Ismoyo
(2011), umur kepala daerah tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan LKPD di
pemerintah daerah, termasuk voluntary graphics disclosure. Hasil penelitian tentang voluntary
graphics disclosure masih menghasilkan temuan yang tidak konsisten, sehingga perlu dilakukan
pengujian lebih lanjut untuk mengetahui konsistensi temuan dan mengajukan hipotesis sebagai
berikut:

2853
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

H6: Umur kepala daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap voluntary graphics
disclosure dalam LKPD

Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Kepala Daerah terhadap Voluntary Graphics Disclosure

Latar belakang pendidikan merupakan historis pendidikan yang pernah dilampaui oleh
seseorang. Menurut Lawrence (1998) dalam Misdi (2015) menyatakan bahwa seseorang dengan
pengetahuan dan keahlian mempunyai kesanggupan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan
spesifik. Selain itu Bamber, dkk (2010) menyatakan bahwa pemimpin dengan latar belakang
akuntansi atau ekonomi memiliki gaya pengungkapan yang lebih baik. Salah satu indikator
bahwa pengungkapan telah dilakukan dengan baik yaitu informasi yang tersaji di dalam laporan
keuangan mudah dipahami, kepala daerah dengan latar belakang ekonomi akan lebih
memungkinkan untuk menggunakan grafik berupa voluntary graphics disclosure dalam
menampilkan informasi di LKPD karena dianggap mudah dipahami bagi para pemangku
kepentingan.

Hal ini sesuai dengan penelitian Ismoyo (2011), Sutaryo (2013) dan Misdi (2015) yang
menunjukkan bahwa kepala daerah yang memiliki latar belakang pendidikan ekonomi atau
akuntansi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah. Hal ini
mengimplikasikan tingkat pengungkapan yang dilakukan oleh pemerintah daerah juga semakin
baik dan secara langsung akan mempengaruhi penerapan voluntary graphics disclosure menjadi
lebih baik. Namun, hal ini berbeda dengan penelitian Simbolon dan Kurniawan (2018) dan
Setyaningrum dan Syafitri (2012), latar belakang pendidikan kepala daerah tidak berpengaruh
terhadap tingkat pengungkapan informasi dalam LKPD termasuk voluntary graphics disclosure.
Hasil penelitian tentang voluntary graphics disclosure masih menghasilkan temuan yang tidak
konsisten, sehingga perlu dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui konsistensi temuan
dan mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H7: Latar belakang pendidikan kepala daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap
voluntary graphics disclosure dalam LKPD.

Pengaruh Temuan Audit BPK terhadap Voluntary Graphics Disclosure

Temuan audit BPK merupakan kasus-kasus yang ditemukan BPK dalam LKPD atas pelanggaran
yang dilakukan suatu daerah terhadap ketentuan pengendalian intern maupun terhadap ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Dengan adanya temuan audit, maka BPK akan meminta
melakukan koreksi dan meningkatkan pengungkapan, sehingga semakin besar jumlah temuan

2854
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

BPK, maka semakin besar jumlah tambahan pengungkapan yang akan diminta oleh BPK dalam
LKPD, salah satunya dapat berupa voluntary graphics disclosure.

Berdasarkan penelitian Liestiani (2008), menyatakan bahwa jumlah temuan audit BPK
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan yang dilakukan pemerintah daerah.
Namun berbeda dengan Permadi (2017) yang menyatakan bahwa temuan audit BPK
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengungkapan LKPD termasuk voluntary graphics
disclosure, dan penelitian Hilmi dan Martani (2012) dan Hendriyani dan Tahar (2015) yang
menyatakan tidak adanya hubungan antara temuan audit BPK terhadap pengungkapan yang
dilakukan oleh pemerintah daerah, salah satu bentuknya berupa voluntary graphics disclosure.
Hasil penelitian tentang voluntary graphics disclosure masih menghasilkan temuan yang tidak
konsisten, sehingga perlu dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui konsistensi temuan
dan mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H8: Temuan audit BPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap voluntary graphics
disclosure dalam LKPD.

Pengaruh Umur Pemerintah Daerah terhadap Voluntary Graphics Disclosure

Menurut Mandasari (2009), umur pemerintah daerah dapat diartikan seberapa lama daerah
tersebut telah ada. Pemerintah daerah dengan umur yang lebih tua biasanya lebih menjalankan
pemerintahan dengan cara yang konvensional, sehingga laporan keuangan yang disajikan juga
lebih bersifat tradisional. Sebaliknya pemerintah daerah yang baru terbentuk biasanya lebih
berani untuk melakukan inovasi dan mencoba berbagai metode yang dianggap lebih baik untuk
melakukan tanggung jawabnya berupa pengungkapan informasi di dalam LKPD, sehingga umur
pemerintah daerah berbanding terbalik dengan pengungkapan informasi dalam LKPD salah
satunya dengan menggunakan voluntary graphics disclosure.

Hal ini sesuai dengan penelitian Ernawati (2016), umur pemerintah daerah berpengaruh negatif
terhadap pengungkapan yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Namun hal ini berbeda dengan
Setyaningrum dan Syafitri (2012), variabel umur pemerintah daerah memiliki pengaruh positif
terhadap terhadap pengungkapan informasi di dalam LKPD salah satunya dapat berupa voluntary
graphics disclosure. Penelitian Permadi (2017) dan Simbolon dan Kurniawan (2018)
menyatakan umur pemerintah daerah tidak berpengaruh terhadap pengungkapan dalam LKPD.
Hasil penelitian tentang voluntary graphics disclosure masih menghasilkan temuan yang tidak
konsisten, sehingga perlu dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui konsistensi temuan
dan mengajukan hipotesis sebagai berikut:

2855
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

H9: Umur pemerintah daerah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap voluntary graphics
disclosure dalam LKPD.

METODOLOGI PENELITIAN

Secara umum, objek dalam penelitian ini adalah adalah pemerintah daerah tingkat I (provinsi) di
Indonesia yang menyajikan LKPD periode tahun anggaran 2015-2017. Terdapat 34 pemerintah
daerah di seluruh Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui determinan atau faktor-
faktor yang mempengaruhi metode pengungkapan berbasis grafik (voluntary graphics
disclosure) pada pemerintah daerah provinsi di Indonesia dengan menggunakan satu variabel
terikat (dependen) dan sembilan variabel bebas (independen). Variabel terikat dalam penelitian
ini yaitu voluntary graphics disclosure yang dihitung dari jumlah grafik di dalam LKPD dan
variabel bebas yang terdiri dari kinerja pemerintah daerah (skor evaluasi nilai AKIP), ukuran
pemerintah daerah (total aset), kekayaan pemerintah daerah (jumlah PAD), tingkat
ketergantungan pemerintah daerah (perbandingan antara DAU dengan total realisasi
pendapatan), lokasi pemerintah daerah (Pulau Jawa atau Luar Pulau Jawa), umur kepala daerah,
latar belakang pendidikan kepala daerah (ekonomi atau non ekonomi), temuan audit BPK
(jumlah temuan audit oleh BPK) dan umur pemerintah daerah.

Metode pemilihan sampel pada penelitian ini ditentukan dengan metode purposive sampling.
Dari populasi sebanyak 34 pemerintah daerah provinsi di Indonesia yang memenuhi kriteria dan
dapat digunakan menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu ada 22 pemerintah daerah provinsi di
Indonesia. Adapun kriteria penentuan dalam sampel ini adalah sebagai berikut; Dengan kriteria
sampel yaitu: 1. Pemerintah daerah provinsi di Indonesia yang menyajikan LKPD periode 2015-
2017 yang telah diaudit oleh BPK RI; 2. Pemerintah daerah provinsi yang menyediakan
komponen LKPD yang memiliki data lengkap terkait dengan variabel-variabel di dalam
penelitian ini pada tahun 2015-2017; 3. Pemerintah daerah provinsi yang menyajikan grafik di
dalam LKPD pada tahun 2015-2017. Metode analisis kuantitatif yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis regresi berganda (multivariative regression).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Seluruh variabel di dalam penelitian ini telah lolos uji asumsi klasik. Hasil uji normalitas dengan
menggunakan Kolmogorov-Smirnov (K-S) menunjukkan nilai Asymp. Sig (2-tailed) di atas α =

2856
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

0,05 yang artinya data telah terdistribusi normal, hasil uji autokorelasi dengan menggunakan Run
Test menunjukkan nilai Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari α = 0,05 yang artinya pada
penelitian ini tidak terjadi autokorelasi, hasil uji multikolinearitas menunjukkan nilai tolerance
untuk seluruh variabel lebih besar dari 10% dan VIF lebih kecil dari 10 yang artinya bahwa data
di dalam penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas dan hasil uji heteroskedastisitas dengan
melihat pola grafik Scatterplot dimana titik titik menyebar tanpa membentuk sebuah pola
sehingga dapat disimpulkan bawa dalam penelitian ini tidak terdapat masalah heterokedastisitas.

Uji Koefisien Determinasi

Tabel 4.1

Koesien Determinasi

Model R Square Adjusted R


Square
1 ,327 ,214
Tabel menunjukkan nilai adjusted sebesar 0,214 yang memiliki arti bahwa 21,4% tingkat
volntary graphics disclosure dapat dijelaskan oleh variabel KINERJA, SIZE, WEALTH,
DEPEND, LOKASI, AGE, BACKG, AUDIT dan UMUR, sedangkan sisanya 78,6%
dipengaruhi oleh variabel lain di luar model.

Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Tabel 4.2

Hasil Uji Statistik F

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 758,372 9 84,264 2,911 ,007b

Residual 1562,987 54 28,944

Total 2321,359 63

a. Dependent Variable: VGD

2857
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

b. Predictors: (Constant), UMUR, BACKG, DEPEND, AUDIT, AGE, LOKASI,


KINERJA, SIZE, WEALTH

Berdasarkan tabel dapat dilihat nilai F hitung sebesar 2,911 dengan probabilitas sebesar 0,007
lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis alternatif diterima. Hal ini berarti model regresi dapat
digunakan untuk memprediksi belanja modal atau dapat dikatakan variabel KINERJA, SIZE,
WEALTH, DEPEND, LOKASI, AGE, BACKG, AUDIT dan UMUR secara simultan
berpengaruh terhadap variabel dependennya yaitu voluntary graphics disclosure.

Analisis Regresi

Tabel 4.3

Hasil Analisis Regresi

Coefficients

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta T Sig.

1 (Constant) -61,903 37,953 -1,631 ,109

KINERJA ,510 1,080 ,094 ,472 ,639

SIZE -,669 1,282 -,119 -,522 ,604

WEALTH 3,217 1,624 ,669 1,980 ,053

DEPEND 19,563 6,276 ,510 3,117 ,003

LOKASI 1,772 2,841 ,132 ,624 ,535

AGE -,067 ,078 -,128 -,859 ,394

BACKG -4,257 1,647 -,347 -2,585 ,012

2858
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

AUDIT ,339 ,162 ,289 2,093 ,041

UMUR -,138 ,072 -,367 -1,908 ,062

a. Dependent Variable: VGD

4.2 Pembahasan

1. Pengaruh Kinerja Pemerintah Daerah terhadap Voluntary Graphics Disclosure

Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa hipotesis pertama ditolak. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa kinerja pemerintah daerah tidak berpengaruh terhadap voluntary
graphics disclosure dengan signifikansi 0,639 yang dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,10
(α = 10%) dan nilai koefisien regresi sebesar 0,472. Maka dari itu, berdasarkan hasil hipotesis
tersebut menyatakan bahwa kinerja pemerintah daerah tidak berpengaruh positif terhadap
voluntary graphics disclosure.

Hasil analisis ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Uyar (2009), Dilla dan Janvrin (2010)
dan Saha dan Akter (2013) yang menyatakan bahwa kinerja pemerintah daerah berpengaruh
positif terhadap voluntary graphics disclosure. Akan tetapi, hasil analisis ini konsisten dengan
hasil penelitian Supriyanto dan Probohudono (2017) yang menyatakan bahwa kinerja pemerintah
daerah tidak berpengaruh terhadap voluntary graphics disclosure.

Penelitian ini mendukung penelitian Supriyanto dan Probohudono (2017) bahwa kinerja
pemerintah daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap voluntary graphics disclosure. Hal ini
dikarenakan pemerintah daerah yang memiliki kinerja yang baik dengan ditunjukkannya skor
hasil evaluasi AKIP yang tinggi, belum tentu akan menyajikan informasi pengungkapan dalam
LKPD dengan menggunakan grafik yang lebih banyak. Hal tersebut dikarenakan adanya
perbedaan antara Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang digunakan
untuk memberikan penilaian skor evaluasi AKIP dan LKPD, keduanya merupakan laporan
pertanggungjawaban yang berbeda yang dihasilkan oleh sistem yang berbeda pula. LKPD
dihasilkan oleh Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA), sedangkan LAKIP dihasilkan
dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang dikerjakan secara manual.
Selain itu, organisasi perangkat daerah selaku pusat pertanggungjawaban penyusunan kedua
laporan tersebut juga berbeda. Untuk LKPD menjadi tanggung jawab Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, sedangkan LAKIP merupakan tanggung jawab
Sekretariat Daerah. Oleh karena belum terintegrasinya sistem tersebut membuat dokumen yang
dihasilkan tidak sejalan. Dengan demikian, tingginya skor evaluasi AKIP suatu pemerintah

2859
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

daerah tidak menjamin pemerintah daerah tersebut melakukan pengungkapan dalam LKPD
dengan metode yang baik berupa voluntary graphics disclosure.

2. Pengaruh Ukuran Pemerintah Daerah terhadap Voluntary Graphics Disclosure

Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa hipotesis kedua ditolak. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa ukuran pemerintah daerah tidak berpengaruh terhadap voluntary graphics
disclosure dengan signifikansi 0,604 yang dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,10 (α = 10%)
dan nilai koefisien regresi sebesar -0,522. Maka dari itu, berdasarkan hasil hipotesis tersebut
menyatakan bahwa ukuran pemerintah daerah tidak berpengaruh positif terhadap voluntary
graphics disclosure.

Hasil analisis ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Hapsari (2015), Permadi (2017) dan
Simbolon dan Kurniawan (2018) yang menyatakan bahwa ukuran pemerintah daerah
berpengaruh positif terhadap voluntary graphics disclosure. Akan tetapi, hasil analisis ini
konsisten dengan hasil penelitian Suhardjanto dan Yulianingtyas (2011) yang menyatakan bahwa
ukuran pemerintah daerah tidak berpengaruh terhadap informasi pengungkapan dalam LKPD
termasuk di dalamnya voluntary graphics disclosure.

Penelitian ini mendukung Suhardjanto dan Yulianingtyas (2011) bahwa ukuran pemerintah
daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap voluntary graphics disclosure. Pemerintah daerah
yang berukuran besar yang ditunjukkan dengan total aset yang lebih besar mendapat pengawasan
lebih besar dari investor, regulator, dan sorotan masyarakat dibanding pemerintah daerah dengan
ukuran kecil, sehingga pemerintah daerah dengan total aset yang lebih besar akan lebih berhati-
hati dalam melaporkan keuangannya agar dapat tetap menjaga tingkat kepercayaan para
pemangku kepentingan. Hal ini menyebabkan pemerintah daerah lebih berfokus pada tingkat
kewajaran laporan keuangan daripada rincian informasi yang disajikan di dalam LKPD yang
salah satunya berupa voluntary graphics disclosure. Selain itu, daerah yang berukuran besar
memiliki masalah pengelolaan aset yang lebih kompleks daripada daerah yang berukuran kecil
dan cenderung memperoleh catatan dari BPK, sedangkan terdapat permasalahan dalam
pengelolaan serta kurangnya pemahaman dalam pelaporan membuat aset tidak berpengaruh
signifikan dalam pengungkapan informasi di dalam LKPD berupa voluntary graphics disclosure.

3 Pengaruh Kekayaan Pemerintah Daerah terhadap Voluntary Graphics Disclosure

Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa hipotesis ketiga diterima. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa kekayaan pemerintah daerah berpengaruh terhadap voluntary graphics
disclosure dengan signifikansi 0,053 yang dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,10 (α = 10%)

2860
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

dan nilai koefisien regresi sebesar 1,980. Maka dari itu, berdasarkan hasil hipotesis tersebut
menyatakan bahwa kekayaan pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap voluntary graphics
disclosure.

Hasil analisis ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Hendriyani dan Tahar (2015) dan
Simbolon dan Kurniawan (2018) yang menyatakan bah wa ukuran pemerintah daerah tidak
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan di dalam LKPD termasuk voluntary graphics
disclosure. Akan tetapi, hasil analisis ini konsisten dengan hasil penelitian Hilmi dan Martani
(2012) dan Verawaty (2012) yang menyatakan bahwa ukuran pemerintah daerah yang
ditunjukkan dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif terhadap informasi
pengungkapan dalam LKPD termasuk di dalamnya adalah voluntary graphics disclosure.

Kekayaan pemerintah daerah yang ditunjukkan dengan PAD yang dimiliki suatu pemerintah
daerah menunjukkan kemampuan kemandirian dari daerah tersebut karena PAD merupakan
sumber pendapatan penting bagi sebuah daerah dalam memenuhi belanjanya. Menurut Undang-
Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, PAD
didefinisikan sebagai pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan
daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pemerintah daerah yang memiliki PAD
yang tinggi akan menunjukkan kepada para stakeholder bahwa pemerintah daerah tersebut
memiliki kinerja yang baik pula, dimana ketika kinerja pemerintah daerah berjalan dengan baik
maka pelaporan dan pengungkapan informasi di dalam LKPD juga akan semakin baik sehingga
metode yang digunakan lebih efektif dan menggunakan grafik lebih banyak guna merangkum
informasi didalamnya. Dengan demikian, besarnya kekayaan daerah yang ditunjukkan dengan
PAD berpengaruh positif dan signikan terhadap pengungkapan dalam LKPD dengan metode
yang baik berupa voluntary graphics disclosure.

4 Pengaruh Tingkat Ketergantungan Pemerintah Daerah terhadap Voluntary Graphics Disclosure

Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa hipotesis keempat diterima. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan pemerintah daerah berpengaruh terhadap
voluntary graphics disclosure dengan signifikansi 0,003 yang dimana nilai tersebut lebih kecil
dari 0,01 (α = 1%) dan nilai koefisien regresi sebesar 3,117. Maka dari itu, berdasarkan hasil
hipotesis tersebut menyatakan bahwa tingkat ketergantungan pemerintah daerah berpengaruh
positif terhadap voluntary graphics disclosure.

Hasil analisis ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Hilmi dan Martani (2012), Permadi
(2017) dan Verawaty (2017) yang menyatakan bahwa tingkat ketergantungan pemerintah daerah
yang ditunjukkan dengan DAU tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan

2861
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

dalam LKPD berupa voluntary graphics disclosure. Akan tetapi, hasil analisis ini konsisten
dengan hasil penelitian Puspita dan Martani (2012) yang menyatakan bahwa ukuran pemerintah
daerah yang ditunjukkan dengan DAU berpengaruh positif terhadap informasi pengungkapan
dalam LKPD termasuk di dalamnya voluntary graphics disclosure. Selain itu, hasil ini juga
didukung dengan hasil penelitian Supriyanto dan Probohudono (2017) yang menyatakan bahwa
tingkat ketergantungan pemerintah daerah berpengaruh secara signifikan dengan arah yang
negatif terhadap voluntary graphics disclosure dalam LKPD.

Tingkat ketergantungan pemerintah daerah ditunjukkan dengan Dana Alokasi Umum (DAU).
Menurut Undang-Undang No. 33 tahun 2004 DAU didefinisikan sebagai dana perimbangan yang
didapat pemerintah daerah dari hasil transfer pemerintah pusat yang bersumber dari pendapatan
APBN yang bertujuan untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaaan
desentralisasi.

Pemerintah daerah yang menerima DAU dengan jumlah yang lebih besar menunjukkan bahwa
pemerintah daerah tersebut tidak mandiri secara finansial. Hal ini akan menyebabkan tuntutan
kepada pemerintah daerah untuk melakukan pengungkapan berbagai informasi dalam LKPD
dengan lebih baik juga akan semakin besar. Hal ini sebagai bentuk pertanggungjawaban atas
dana perimbangan yang diterima oleh pemerintah daerah. Salah satu metode yang dianggap
efektif digunakan dalam pengungkapan informasi dalam LKPD adalah voluntary graphics
disclosure. Dengan demikian, besarnya tingkat ketergantungan pemerintah daerah berpengaruh
positif dan signikan terhadap pengungkapan informasi dalam LKPD berupa voluntary graphics
disclosure.

5. Pengaruh Lokasi Pemerintah Daerah terhadap Voluntary Graphics Disclosure

Hasil pengujian hipotesis kelima menunjukkan bahwa hipotesis kelima ditolak. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa lokasi pemerintah daerah tidak berpengaruh terhadap voluntary graphics
disclosure dengan signifikansi 0,535 yang dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,10 (α = 10%)
dan nilai koefisien regresi sebesar 0,624. Maka dari itu, berdasarkan hasil hipotesis tersebut
menyatakan bahwa lokasi pemerintah daerah tidak berpengaruh terhadap voluntary graphics
disclosure.

Hasil analisis ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Supriyanto dan Probohudono (2017) dan
Narulitasari (2016) yang menyatakan bahwa lokasi pemerintah daerah berpengaruh signifikan
terhadap voluntary graphics disclosure. Akan tetapi, hasil analisis ini konsisten dengan hasil
penelitian Pujiyanti (2011) dan Suhardjanto dan Yulianingtyas (2011) yang menyatakan bahwa

2862
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

lokasi pemerintah daerah tidak berpengaruh terhadap informasi pengungkapan dalam LKPD
termasuk di dalamnya voluntary graphics disclosure.

Selama beberapa dekade terakhir, pembangunan di segala bidang yang ada Indonesia masih
bersifat Jawa sentris sehingga menyebabkan kesenjangan antara pemerintah daerah yang berada
di Pulau Jawa dan di luar Pulau Jawa baik dalam bidang infrastruktur maupun ekonomi.
Kesenjangan ini menjadi faktor pendorong kualitas SDM yang berada di Pulau Jawa lebih baik
jika dibandingkan dengan yang berada di luar Pulau Jawa. Tingginya kualitas SDM, infrastruktur
dan perekonomian tentu berpengaruh terhadap metode dan gaya pengungkapan yang digunakan
oleh pemerintah daerah di Pulau Jawa.

Namun, hasil penelitian ini mendukung Pujiyanti (2011) bahwa lokasi pemerintah daerah tidak
berpengaruh signifikan terhadap voluntary graphics disclosure. Hal ini disebabkan karena
standar akuntansi pemerintah (SAP) yang dibuat oleh pemerintah ditujukan untuk
menstandarisasi dan menyeragamkan LKPD di seluruh Indonesia (Robinson & Harun, 2004).
Oleh karena itu, baik pemerintah daerah di Pulau Jawa maupun di luar Pulau Jawa cenderung
memakai cara dan metode yang sama dalam melakukan pengungkapan informasi di dalam
LKPD. Dengan demikian, lokasi pemerintah daerah tidak berpengaruh terhadap pengungkapan
informasi dalam LKPD berupa voluntary graphics disclosure.

6. Pengaruh Umur Kepala Daerah terhadap Voluntary Graphics Disclosure

Hasil pengujian hipotesis keenam menunjukkan bahwa hipotesis keenam ditolak. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa umur kepala daerah tidak berpengaruh terhadap voluntary
graphics disclosure dengan signifikansi 0,394 yang dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,10 (α
= 10%) dan nilai koefisien regresi sebesar -0,859. Maka dari itu, berdasarkan hasil hipotesis
tersebut menyatakan bahwa umur kepala daerah tidak berpengaruh terhadap voluntary graphics
disclosure.

Hasil analisis ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Sutaryo (2013), Prasetyo (2014) dan
Misdi (2015) yang menyatakan bahwa umur kepala daerah berpengaruh positif signifikan
terhadap pengungkapan informasi dalam LKPD termasuk voluntary graphics disclosure. Akan
tetapi, hasil analisis ini konsisten dengan hasil penelitian Ismoyo (2011) yang menyatakan bahwa
umur kepala daerah tidak berpengaruh terhadap informasi pengungkapan dalam LKPD termasuk
di dalamnya voluntary graphics disclosure.

Hal ini dimungkinkan karena walaupun seorang manajer yang lebih tua berhubungan erat dengan
kecenderungan untuk melihat dan mengevaluasi informasi dengan lebih akurat dan lebih baik

2863
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

dalam mengambil keputusan (Hambrick dan Mason, 1984 dalam Ismoyo, 2011), kepala daerah
yang memiliki umur yang lebih tua belum tentu memiliki pemahaman yang memadai mengenai
akuntansi dan pelaporannya, terutama terkait pengungkapan informasi di dalam LKPD termasuk
metode-metode yang digunakan di dalamnya, salah satunya berupa voluntary graphics
disclosure. Dengan demikian, tingkat umur kepala daerah tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan informasi dalam LKPD berupa voluntary graphics disclosure

7. Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Kepala Daerah terhadap Voluntary Graphics Disclosure

Hasil pengujian hipotesis ketujuh menunjukkan bahwa hipotesis ketujuh ditolak. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan kepala daerah berpengaruh terhadap voluntary
graphics disclosure dengan signifikansi 0,012 yang dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 (α
= 5%) dan nilai koefisien regresi sebesar -2,585. Maka dari itu, berdasarkan hasil hipotesis
tersebut menyatakan bahwa meskipun latar belakang pendidikan kepala daerah berpengaruh
voluntary graphics disclosure tetapi karena arahnya negatif maka hipotesis ketujuh ditolak.

Hasil analisis ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Simbolon dan Kurniawan (2018) dan
Setyaningrum dan Syafitri (2015) yang menyatakan bahwa latar belakang pendidikan kepala
daerah tidak berpengaruh terhadap pengungkapan informasi dalam LKPD termasuk voluntary
graphics disclosure. Akan tetapi, hasil analisis ini konsisten dengan hasil penelitian Ismoyo
(2011), Sutaryo (2013) dan Misdi (2015) yang menyatakan bahwa umur kepala daerah
berpengaruh signifikan terhadap informasi pengungkapan dalam LKPD berupa voluntary
graphics disclosure tetapi dengan arah yang negatif.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah menyebutkan bahwa kepala daerah sebagai Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan
Daerah (PKPKD), yang artinya kepala daerah memiliki wewenang untuk menyelenggarakan
keseluruhan pengelolaan keuangan daerah. Seharusnya kepala daerah yang berlatar belakang
ekonomi, lebih dapat mengelola keuangan daerah secara lebih baik, tetapi pada kenyataannya
kepala daerah banyak yang tidak memiliki latar belakang pendidikan ekonomi tetapi dapat
melakukan pengungkapan informasi dalam LKPD dengan cara dan metode yang lebih baik,
salah satunya berupa voluntary graphics disclosure. Hal ini disebabkan dalam dunia kerja, latar
belakang pendidikan bukan merupakan faktor utama dalam menilai kinerja seorang pemimpin
atau kepala daerah untuk mengelola dan melaporkan keuangan daerah tetapi juga ada
pengalaman pekerjaan dan tingkat pemahaman kepala daerah yang harus dipertimbangkan untuk
menentukan keputusan yang diambilnya dalam melakukan pengungkapan di LKPD. Dengan

2864
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

demikian, latar belakang pendidikan kepala daerah memiliki pengaruh negatif terhadap
pengungkapan informasi dalam LKPD berupa voluntary graphics disclosure.

8. Pengaruh Temuan Audit BPK Pemerintah Daerah terhadap Voluntary Graphics Disclosure

Hasil pengujian hipotesis kedelapan menunjukkan bahwa hipotesis kedelapan diterima. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa temuan audit BPK berpengaruh terhadap voluntary graphics
disclosure dengan signifikansi 0,041 yang dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 (α = 5%)
dan nilai koefisien regresi sebesar 2,093. Maka dari itu, berdasarkan hasil hipotesis tersebut
menyatakan bahwa temuan audit BPK berpengaruh positif terhadap voluntary graphics
disclosure.

Hasil analisis ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Hilmi dan Martani (2012) dan
Hendriyani dan Tahar (2015) yang menyatakan bahwa temuan audit BPK tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan informasi dalam LKPD termasuk voluntary graphics disclosure. Akan
tetapi, hasil analisis ini konsisten dengan hasil penelitian Liestiani (2008) yang menyatakan
bahwa temuan audit BPK berpengaruh positif terhadap informasi pengungkapan dalam LKPD
termasuk di dalamnya voluntary graphics disclosure.

Hal tersebut dikarenakan dengan banyaknya jumlah temuan audit yang didapatkan oleh BPK
mendorong pemerintah daerah untuk melakukan pengungkapan dengan lebih lengkap lagi dalam
LKPD dengan menambah berbagai rincian informasi di dalamnya termasuk jumlah grafikyang
dianggap sebagai metode yang lebih efektif untuk menjelaskan informasi pengungkapan dalam
melakukan pengungkapan Adanya perbaikan sesuai dengan rekomendasi tersebut diharapkan
dapat memberi dampak positif berupa hasil opini audit yang bersifat wajar. Dengan demikian,
jumlah temuan audit BPK berpengaruh positif dan signikan terhadap pengungkapan dalam
LKPD berupa voluntary graphics disclosure.

9. Pengaruh Umur Pemerintah Daerah terhadap Voluntary Graphics Disclosure

Hasil pengujian hipotesis kesembilan menunjukkan bahwa hipotesis kesembilan diterima. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa umur pemerintah daerah berpengaruh terhadap voluntary
graphics disclosure dengan signifikansi 0,062 yang dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,10 (α
= 10%) dan nilai koefisien regresi sebesar -1,908. Maka dari itu, berdasarkan hasil hipotesis
tersebut menyatakan bahwa temuan audit BPK berpengaruh negatif terhadap voluntary graphics
disclosure.

2865
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Hasil analisis ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Permadi (2017) dan Simbolon dan
Kurniawan (2018) yang menyatakan bahwa umur pemerintah daerah tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan informasi dalam LKPD termasuk voluntary graphics disclosure. Akan tetapi,
hasil analisis ini konsisten dengan hasil penelitian Ernawati (2016) yang menyatakan bahwa
temuan audit BPK berpengaruh negatif terhadap informasi pengungkapan dalam LKPD termasuk
di dalamnya voluntary graphics disclosure.

Umur pemerintah daerah merupakan usia pemerintah daerah yang dihitung sejak disahkannya
undang-undang pembentukan masing-masing pemerintah daerah. Pemerintah daerah dengan
umur administratif yang lebih tua secara pengalaman lebih unggul daripada pemerintah daerah
yang masih baru. Namun hal ini juga dapat berdampak negatif terhadap rincian infomasi yang
disajikan di dalam LKPD. Hal ini dikarenakan pemerintah daerah dengan umur yang lebih tua
biasanya lebih menjalankan pemerintahan dengan cara yang konvensional, sehingga laporan
keuangan yang disajikan juga lebih bersifat tradisional dan informasi yang dihasilkan di dalam
LKPD juga cenderung menggunakan metode yang sama setiap tahunnya. Sebaliknya pemerintah
daerah lebih muda atau baru terbentuk biasanya lebih berani untuk melakukan inovasi dan
mencoba berbagai metode yang dianggap lebih baik untuk melakukan tanggung jawabnya
berupa pengungkapan informasi di dalam LKPD, sehingga umur pemerintah daerah berbanding
terbalik dengan pengungkapan informasi dalam LKPD salah satunya dengan menggunakan
voluntary graphics disclosure. Dengan demikian, umur pemerintah daerah berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap pengungkapan dalam LKPD berupa voluntary graphics disclosure.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel kekayaan pemerintah daerah, tingkat
ketergantungan pemerintah daerah dan temuan audit BPK berpengaruh positif signifikan
terhadap voluntary graphics disclosure, sedangkan variabel kinerja pemerintah daerah, ukuran
pemerintah daerah, lokasi pemerintah daerah dan umur kepala daerah tidak berpengaruh
signifikan terhadap voluntary graphics disclosure serta variabel latar belakang belakang
pendidikan kepala daerah dan umur pemerintah daerah berpengaruh negatif signifikan terhadap
voluntary graphics disclosure. Dari hasil penelitian ini, diharapkan pemerintah daerah dapat
menjadikannya sebagai bahan evaluasi dalam mengungkapkan informasi dalam LKPD termasuk
dalam menggunakan voluntary graphics disclosure di dalamnya. Selain itu, mengingat
pentingnya voluntary graphics disclosure, regulator dalam hal ini Komite Standar Akuntansi
Pemerintah diharapkan dapat mempertimbangkannya sebagai dasar untuk membuat regulasi

2866
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

mengenai format penyajian informasi dalam LKPD termasuk mengenai penggunaan grafik di
dalamnya. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah variabel independen dan
variabel kontrol lainnya atau dapat mengggunakan variabel yang sama dalam penelitian ini tetapi
dengan menggunakan alat ukur yang berbeda, dan juga agar dapat menambah objek penelitian
dengan menggunakan seluruh pemerintah daerah di Indonesia bukan hanya pada tingkat provinsi
tetapi juga pada tingkat kabupaten dan kota serta memperpanjang periode penelitian.

REFERENSI

Agustijanti, D. (2016). Studi Eksplorasi Pemanfaatan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah


untuk Pengambilan Keputusan Ekonomi pada Pemerintah Kabupaten Klaten. Disertasi.
Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta. Diakses dari
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?act=view&buku_id=102013&mod=penelitian_detail&
sub=PenelitianDetail&typ=html.

Arifin, J., Tower, G., dan Porter, S. (2016). Financial Reporting Compliance in Indonesian Local
Governments: Mimetic Pressure Dominates. JAAI, 19(1): 68-84.

Bamber, L. S., Jiang, J.X., dan Wang, I.Y. (2010). What‟s My Style? The Influence of Top
Managers on Voluntary Corporate Financial Disclosure. The AccountingReview, 85 (4): 1131–
1162.

Canadian Institute of Chartered Accountants (CICA). (1993). Using Ratios and Graphics in
Financial Reporting. CICA: Ontario.

Courtis, J.K. (1995). Corporate Annual Report Graphical Communication in Hong Kong:
Effective or Misleading?. The Journal of Business Communication, 34(3): 267-288.

Diamond, J. (2002). Performance Budgeting – Is Accrual Accounting Required?. IMF


WorkingPaper. Fiscal Affairs Department.

Dilla, W. N., dan Janvrin, D. J. (2010). Voluntary Disclosure in Annual Reports: The
Association between Magnitude and Direction of Change in Corporate Financial Performance
and Graph Use. Accounting Horizons, 24(2): 257-278.

Ernawati, T. (2016). Pengaruh Ukuran Pemerintah Daerah, Jumlah SKPD, Umur Pemerintah
Daerah dan Temuan Audit terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah

2867
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Daerah (LKPD) (Studi Empiris LKPD Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012-
2014). Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta: Surakarta. Diakses dari
http://eprints.ums.ac.id/45419/18/NASKAH%20PUBLIKASI%20OK.pdf

Hambrick, D., dan P. Mason. (1984). UpperEchelons: The Organization as A Reflection of Its
Top Managers. Academy of Management Review, 9(2): 193-106.

Hapsari, C.A. (2015). Faktor Determinan Tingkat Pengungkapan Sukarela Berbasis Grafik
dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik Di Indonesia. Skripsi. Universitas Diponegoro:
Semarang. Diakses dari http://eprints.undip.ac.id/45754/.

Hendriyani,T., dan Tahar, A. (2015). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat


Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Ekonomi
(JBE), 22(1): 23-33.

Hilmi, A.Z., dan Martani. D. (2012). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat
Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi. Paper dipresentasikan pada Simposium
Nasional Akuntansi (SNA) XV, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, 20-23
September 2012.

Huang, S.Y., Chung, Y.H., dan Cheng, W.W. (2008). The Effects Between Numerical
Tabulations and Graphs of Financial Information on The Judgment of Investors. Review of
Business Information Systems, 12(4): 41-56.

Ismoyo, R. (2011). Pengaruh Karakteristik Kepala Daerah dan Karakteristik Keuangan


Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah terhadap Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Wajib
dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Tesis. Universitas Sebelas Maret: Surakarta.
Diakses dari https://eprints.uns.ac.id/7785/.

Liestiani, A. (2008). Pengungkapan LKPD Kabupaten/Kota di Indonesia untuk Tahun Anggaran


2006. Skripsi. Universitas Indonesia: Depok. Diakses dari http://lib.ui.ac.id/daftikol2?id=102.

Mandasari, P. (2009), Practices of Mandatory Disclosure Compliance in Indonesian Local


Government. Tesis. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Misdi. (2015). Pengaruh Karakteristik Kepala Daerah terhadap Kinerja Keuangan Daerah
(Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2011 s.d 2012).
Tesis. Universitas Sebelas Maret: Surakarta. Diakses dari
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/43632/MTUxMzQ0/PENGARUH-

2868
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

KARAKTERISTIK-KEPALA-DAERAH-TERHADAP-KINERJA-KEUANGAN-DAERAH-
Studi-Empiris-Pada-Pemerintah-Daerah-Kabupaten-Kota-di-Jawa-Timur-Tahun-2011-sd-2012-
abstrak.pdf.

Mulyana, B. (2006). Pengaruh Penyajian Neraca Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan
terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah. Disertasi. Universitas
Gadjah Mada: Yogyakarta. Diakses dari
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=vie
w&typ=html&buku_id=29394.

Mutiha, A.H. (2017). Faktor Penentu Aksesibilitas Internet Financial Reporting Pada E-
Government Pemerintah Kota/Kabupaten Di Jawa Barat. Paper dipresentasikan pada Seminar
Nasional Akuntansi dan Bisnis, Universitas Widyatama, Bandung, 20 Juli 2017.

Narulitasari, D. (2016). Pengungkapan Intellectual Capital dan Karakteristik Pemerintah Daerah


Kabupaten/Kota di Indonesia. Disertasi. Universitas Sebelas Maret: Surakarta. Diakses dari
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/54774/MjM5NzQy/Pengungkapan-Intellectual-
Capital-dan-Karakteristik-Pemerintah-Daerah-KabupatenKota-di-Indonesia-abstrak.pdf.

Permadi, R. (2017). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan


Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah: Jakarta. Diakses dari
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35541/2/ROMI%20PERMADI-
FEB.pdf.

Prasetyo, A. (2014). Karakteristik Kepala Daerah dan Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah


Daerah Di Indonesia. Tesis. Universitas Sebelas Maret: Surakarta. Diakses dari
http://repository.ut.ac.id/2220/.

Pujiyanti, U. (2011). Indonesian Local Government Compliance of Mandatory Disclosure on


Governmental Accounting Standard. Disertasi. Universitas Sebelas Maret: Surakarta. Diakses
dari https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/19172/Indonesian-Local-Government-Compliance-
of-Mandatory-Disclosure-on-Governmental-Accounting-Standard.

Puspita, R., dan Martani, D. (2012). Analisis pengaruh kinerja dan karakteristik PEMDA
terhadap tingkat pengungkapan dan kualitas informasi dalam website PEMDA. Paper
dipresentasikan pada Simposium Nasional Akuntansi (SNA) XV, Universitas Lambung
Mangkurat, Banjarmasin, 20-23 September 2012.\

2869
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Rezaee, Z., dan Porter, G. L. (1993). Can the Annual Report be Improved?. Review of Business,
15(1): 38-41.

Robinson, P dan Harun. (2004). Reforming The Indonesian Public Sector: The Introduction of
Accrual Accounting, Fourth Asia Pacific Interdiciplinary Research inAccounting Conference 4–
6 July, Singapore, 35-54.

Saha, A.K., dan Akter, S. (2013). Corporate Governance and Voluntary Disclosure Pratices of
inancialand Non-financial Sector Companies in Bangladesh. JAMAR, 11(2): 45-62.

Sanjaya, I.D.N.K.P., Sujana, E., dan Sulindawati, N.I.G.E. (2014). Pengaruh Penyajian Laporan
Keuangan dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah terhadap Penggunaan Inormasi
Keuangan Daerah (Studi Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Buleleng). E-journal
S1 Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha,2(1).

Setyaningrum, D., dan Syafitri, F. (2012). Analisis Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah
Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Indonesia, 9(2): 154-170.

Simbolon, H.A.U., dan Kurniawan, C.H. (2018). Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah
terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan di Seluruh Provinsi Indonesia, MODUS. Vol
30 (1): 54-70.

Suhardjanto, D., dan Yulianingtyas, R.R. (2011). Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah
terhadap Kepatuhan Pengungkapan Wajib dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi
Empiris pada Kabupaten/Kota di Indonesia). Jurnal Akuntansi &Auditing, 8(1): 30-42.

Suhartanto. (2013). Efektivitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dalam Mendukung


Pengambilan Keputusan Manajemen Pemerintah Daerah. Pusdiklat Pengawasan BPKP. Diakses
dari
http://pusdiklatwas.bpkp.go.id/asset/files/post/20130528_163218/Efektivitas%20LKPD%20Peng
ambilan%20Keputusan.docx.

Supriyanto, dan Probohudono, Agung Nur. (2017). Voluntary Graphics Disclosure Practices in
Distict/ City Governments In Indonesia. Paper dipresentasikan pada Simposium Nasional
Akuntansi (SNA) XX, Universitas Jember, Jember, 27-30 September 2017.

Sutaryo, S. (2013). Karakteristik Eksekutif dan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Sebuah
Telaah Teoritis dan Empiris). Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Staff UNS.

2870
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Uyar, A. (2009). An Analysis of Graphic Disclosure in Annual Reports: The Case of Turkey.
ManagerialAuditingJournal, 24(5): 423 – 444.

Warganegara, D.L, Hutagaol, Y.R.I, dan Bachrumsyah, T F. (2013). The Incidence Of Financial
Graphics In Indonesian IPO Prospectus. Jurnal Keuangan Dan Perbankan, 17(2): 169-180.

Verawaty, V. (2017). Determinan Transparansi Informasi Keuangan Daerah melalui E-


Government Pemerintah Daerah di Sumatera Selatan. AKUISISI. 13(2): 92-107.

Verawaty., dan Prima, W. (2018). Determinan Aksesibilitas Internet Financial Reporting melalui
E-Government di Sumatera Bagian Selatan. Paper dipresentasikan pada Seminar Nasional
Global Competitive Advantage, Universitas Bina Darma, Palembang, 25 September 2018.

2871
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN SOSIAL


(SOCIAL DISCLOSURE) DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Septi Nur Elisa CahyoSari1 Sitt Nurhayati Nafsiah2 Citra Indah Merina3

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bina Darma Palembang

Septinurelisacs@gmail.com1siti_nurhayati@binadarma.ac.id2citraindah@binadarma.ac.id3

ABSTRAK

Pengungkapan sosial merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari
kegiatan ekonomi terhadap, sering kali perusahaan menghilangkan faktor-faktor yang tidak ada
hubungannya dalam menghasilkan laba, seperti faktor kesejahteraan masyarakat, kerusakan
lingkungan, dan ketenagakerjaan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis umur
perusahaan, konsentrasi kepemilikan, ukuran dewan komisaris, dan leverage terhadap
pengungkapan sosial.dalam laporan tahunan. Analisis ini menggunakan variable independen
yaitu umur perusahaan, konsentrasi kepemilikan, ukuran dewan komisaris dan leverage dan
variable dependen pengungkapan sosial. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, yaitu
penelitian dengan cara menganalisis angka dengan angka-angka. Populasi pada sektor
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel yang digunakan 72 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan purposive sampling.
Penelitian menggunakan data sekunder berupa annual report.Metodeanalisis yang digunakan
untuk menguji pengaruh variable independen terhadap variable dependen adalah analisis regresi
linear berganda, dengan pengujian hipotesis uji statistik t dan uji statistik F.

Kata Kunci : Pengungkapan Sosial, Umur Perusahaan, Konsentrasi Kepemilikan,Ukuran


Dewan komisarisdan Leverage,

ABSTRACT

The purpose of this study is to analyze the company's age, ownership concentration, board size,
and leverage on social disclosure. in an annual report. This analysis uses independent variables
namely company age, ownership concentration, board size and leverage and social disclosure
dependent variables. “This research includes quantitative research, namely research by

2872
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

analyzing numbers with numbers. The population in the manufacturing sector is listed on the
Indonesia Stock Exchange. The sample used was 72 manufacturing companies listed on the
Indonesia Stock Exchange using purposive sampling. The study uses secondary data in the form
of annual report. The analytical method used to test the effect of the independent variable on the
dependent variable is multiple linear regression analysis, by testing the hypothesis of the
statistical test t and the statistical test F.:”

Keywords: Social Disclosure, Company Age, Ownership Concentration, Board of


Commissioners Size and Leverage,

PENDAHULUAN

Latar Belakang

“Kegiatan perekonomian di Indonesia saat ini telah berkembang dengan pesat.Hal tersebut
digambarkan dengan banyaknya perusahaan-perusahaan dalam segala bidang yang berdiri dan
berkembang dengan baik. Perusahaan- perusahaan tersebut banyak yang berorientasi pada laba
dan hanya didirikan untuk menghasilkan dan meningkatkan laba bagi perusahaan. Perusahaan
akan berusaha untuk menghindari faktor-faktor yang mengakibatkan berkurangnya laba pada
perusahaan. Sering kali perusahaan menghilangkan faktor-faktor yang tidak ada hubunganya
dalam menghasilkan laba, seperti faktor kesejahteraan masyarakat, kerusakan lingkungan, dan
ketenagakerjaan”.

Beberapa kasus yang terkait dengan ketidakpuasan publik atas aktivitas perusahaan di Indonesia,
sebagai contoh yaitu pada 29 Mei 2006 terjadi kasus kerusakan lingkungan akibat aktivitas
perusahaan pada PT. Lapindo Brantas di Sidoarjo, Jawa Timur yang baru ditutup pada akhir
tahun 2015 lalu akibat kerusakan tersebut banyak ketidak puasan public bahkan sampai saat ini
pun semburan lumpur serta sisa kerusakan alam yang terjadi masih ada dan banyak korban
lumpur yang belum dapatkan pertanggungjawaban. Selain itu ada juga dampak negatif aktifitas
pertambangan yang terjadi di wilayah papua yaitu erosi limbah batuan telah mencemari perairan
di gunung dan gundukan limbah batuan yang tidak stabil telah menyebakan sejumlah
kecelakaan.Dampak ini disebabkan oleh suatu pertambangan yang telah dilakukan oleh PT
Freeport di Papua.

Tujuan Penelitian

2873
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

“Sesuai dengan latar belakang masalah, rumusan masalah dan batasan masalah diatas, maka
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui umur perusahaan terhadap pengungkapan sosial,
mengetahui kepemilikan saham terhadap pengungkapan sosial, mengetahui ukuran dewan
komisaris terhadap pengungkapan sosial dan untuk mengetahui leverage terhadap pengungkapan
sosial.”

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

“Akuntansi sosial merupakan perluasan dari ilmu akuntansi, dimana aspek sosial dimasukkan
kedalam penerapan akuntansi yang selama ini identik dengan keuangan dan profit.
Perkembangan akuntansi sosial merupakan jawaban dari tuntutan akan lebih sosialnya suatu
organisasi dan menjalankan usahanya. Dalam bab ini penulis akan menguraikan beberapa
tinjauan teoritis mengenai akuntansi pertanggungjawaban sosial”

2.1.1 Definisi Pengungkapan

“Pengungkapan merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan dan langkah akhir dalam
proses akuntansi yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh statemen keuangan
(Choi , 2013).”

“Pengungkapan dalam laporan tahunan merupakan sumber informasi untuk pengambilan


keputusan investasi serta memberikan informasi kepada masyarakat secara publik.”

2.1.3 Sifat dan Kualitas Pengungkapan

Terdapat 7 sifat dan kualitas laporankeuangan yang harus dipenuhi agar informasi yang
diberikan dapat berguna bagi pemakainya ;

Relevan dan Material

Formalitas dan Kenyataan

Tingkat Kepercayaan

Bebas dan Prasangka

Dapat dibandingkan

2874
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Konsisten

Dapat dipahami

Tipe Pengungkapan

“Pengungkapan perusahaan meliputi pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan


pengungkapan sukarela (voluntary disclosure).Pengungkapan wajib adalah pengungkapan
informasi yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku, sedangkan pengungkapan sukarela
adalah pengungkapan diluar yang diwajibkan oleh peraturan.”

Indeks Pengungkapan Sosial Perusahaan

2.2.1 Definisi Pengungkapan sosial

“Pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan yang sering juga disebut sebagai


social disclosure, corporate social reporting, social accounting, atau corporate social
responsibility merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari
kegiatan ekonomi terhadap kelompok “

2.2.2 Definisi Indeks Pengungkapan Sosial

Suatu alat berbasis kualitatif yang dirancang untuk mengukur serangkaian item yang apabila
dikumpulkan (dijumlahkan), menghasilkan skor pengganti yang mengindikasikan tingkat
pengungkapan dalam konteks tertentu untuk indeks yang direncanakan tersebut.

dukungan dan bimbingan kepada setiap organisasi.

Teori Pengungkapan Sosial

Digunakan oleh peneliti untukmenjelaskan kecendrungan pengungkapan sosial dalam 3


kelompok utama, yaitu :

Decision Usefulness Studies

“Studi yang dilakukan oleh para penelliti yang mengemukakan teori ini menemukan bukti bahwa
informasi sosial dibutuhkan oleh para pengguna,para analisi, banker dan pihak lain yang
dilibatkan dalam penelitian tersebut diminta melakukan pemeringkatan terhadap informasi
akuntansi. Informasi akuntansi tersebut tidak terbatas pada informasi akuntansi tradisional yang
telah dikenal selama ini, namun juga merupakan informasi lain yang relatif harus dalam wacana

2875
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

akuntansi. Mereka menampatkan informasi aktivitas sosial perusahaan pada posisi yang
moderately important.”

Economic Theory Studies

“Teori ekonomi dalam corporate responsibility reporting ini mendasarkan diri pada economic
agency theory. Penggunaan agency theory menganalogikan manajemen adalah agen dari suatu
prinsipal lazimnya, principal diartikan sebagai pemegang saham atau tradisional users lain.
Namun, pengertianya meluas menjadi interest group perusahaan yang bersangkutan.“

Social and political Theory Studies

“Menggunakan stakeholder, teori legitimasi, organisasi, dan ekonomi politik.Teori stakeholder


mengasumsikan bahwa perusahaan ditentukan oleh para stakeholders. Perusahaan berusaha
mencari pembenaran dari para stakeholders dalam menjalankan perusahaannya.”

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

“Adalah data objek kuantitatif yang bersumberdari data sekunder, yaitu berupa laporan
tahunanyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2017, data diperoleh dengan
mengunduh melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id”

Teknik Pengumpulan Data

“Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode dokumentasi, metode ini dilakukan
untuk mengumpulkan data sekunder dari berbagai sumber, baik secara pribadi maupun
kelembagaan (Sanusi, 2014).Sumber data diperoleh dari Bursa Efek Indonesia, penelitian
terdahulu, buku, dan situs internet yang berkaitan dengan informasi yang diperlukan”.

“Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda yang pada dasarnya
merupakan perluasan dari regresi linear sederhana, yaitu menambah jumlah variabel bebas yang
sebelumnya hanya satu menjadi dua atau lebih variabel bebas (Sanusi, 2014).”

Analisis Statistik Deskriptif

2876
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

“Analisis statistik deskriptif menurut Sanusi (2014) adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud untuk membuat kesimpulan yang berlaku umum atau
generalisasi. Alat analisis yang digunakan adalah mean, nilai maksimum, nilai minimum, dan
standar deviasi untuk mendeskripsikan variabel penelitian”.

Analisis Regresi

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Moderated Regression Analysis
(MRA) dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS).MRA
atau uji interaksi “merupakan aplikasi khusus regresi liner berganda dimana dalam persamaan
regresinya mengandung unsur interaksi atau perkalian antaradua atau lebih variabel independen
(Ghozali, 2016).Tahap analisis yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu uji asumsi klasik,
perumusan model Moderated Regression Analysis (MRA), dan uji hipotesis.”

Model regresi pada penelitian ini adalah:

IPS = a + b1AGE + b2 OWN + b3UDK + b4LEV


+e

HASIL DAN PEMBAHASAN

“Bursa Efek Indonesia membagi kelompok industri-industri perusahasan berdasarkan sektor-


sektor yang dikelolanya terdiri dari : sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor industri dasar
kimia, sektor aneka industri, sektor industri barang konsumsi, sektor properti, sektor
infrastruktur, sektor keuangan, dan sektor perdagangan jasa investasi.”

“Populasi dalam penelitian ini meliputi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2017. Menurut data pada (Indonesia Capital Market Directory) ICMD terdapat 147 perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan sampel yang berhasil diperoleh melalui
metode purposive sampling adalah 59 perusahaan selama tahun 2017,”

dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatives sesuai dengan kriteria yang
ditentukan.

Adapun kriteria yang digunakan sebagai berikut :

Merupakan Perusahaan Manufaktur di Indonesia

2877
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Saham aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia

Tersedia laporan annual report untuk tahun 2017 yang dinyatakan dalam rupiah

Daftar perusahaan yang mengumumkan informasi pengungkapan corporate social


responsibilitty (CSR) tahun 2017

Tabel 4.1

Deskripsi Penarikan Sampel Penelitian

No Keterangan Jumlah Frekuensi


1 Merupakan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek 59 100%
Indonesia Tahun 2017 dari Sektor Industri Dasar dan
Kimia
2 Tidak Memiliki Annual Report Tahun 2017 0 100%
3 Tidak Memiliki Kelengkapan Data dan Informasi 0 100%
Mengenai Variabel Yang Di Teliti
Jumlah Sampel Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar 59 100%
di Bursa Efek Indonesia Berdasrakan Sektor Industri
Dasar dan Kimia di Tahun 2017
Sumber : Data yang diolah,219

Deskripsi Variabel

Perhitungan Variabel Bebas (Variable Independent)

Umur Perusahaan (Age)

“Umur perusahaan merupakan awal perusahaan beroperasi hingga perusahaan tersebut dapat
mempertahankan eksistensinya dalam dunia bisnis (suvive).Pada penelitian ini umur perusahaan
diukur mulai tanggal beroperasinya perusahaan hingga akhir tahun 2017”.

Perhitungan umur perusahaan (age) dilakukan dengan menggunkan rumus yang telah dijelaskan
di bab III yaitu, Age = Tahun Annual Report Yang Diteliti – Tahunan Perusahaan Awal Berdiri.

Konsentrasi Kepemilikan (Ownership)

“Kepemilikan adalah sejumlah saham perusahaan yang tersebar dan dimiliki oleh beberapa
pemegang saham. Semakin besar tingkat kepemilikan maka akan semakin besar power voting

2878
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

yang dimiliki dalam pengambilan keputusan perusahaan. Pada penelitian ini konsentrasi
kepemilikan diukur berdasarkan persentase kepemilikan saham terbesar yang dimiliki pemegang
saham tertinggi pada tahun 2017”

Perhitungan konsentrasi kepemilikan (ownership) dilakukan dengan menggunakan rumus yang


telah dijelaskan di bab III yaitu, OWN = Persentase Konsentrasi Kepemilikan.

Ukuran Dewan Komisaris (UDK)

“Dewan komisaris yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah anggota dewan
komisaris.Pada penelitian ini ukuran dewan komisaris diukur berdasarkan jumlah anggota
dewan komisaris pada tahun 2017”.

Perhitungan ukuran dewan komisaris (UDK) dilakukan dengan menggunakan rumus yang telah
dijelaskan di bab III yaitu, UDK = Jumlah Anggota Dewan Komisaris.

Leverage (LEV)

“Leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan hutang untuk membiayai investasi


perusahaan. Semakin tinggi angka leverage, maka semakin tinggi ketergantungan perusahaan
kepada hutang”.

perhitungan Leverage dilakukan dengan menggunakan rumus yang telah dijelaskan di bab III
yaitu, LEV = Total Hutang : Hutang Ekuitas.

Perhitungan Variabel Terikat (Variable Dependent)

Indeks Pengungkapan Sosial (IPS)

“Variabel dependen adalah pengungkapan tanggungjawab sosial. Pengungkapan tanggungjawab


sosial diukur dengan indikator indeks pengungkapan sosial. Dalam membuat indeks
pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan dubutuhkan instrumen yang bisa
mencerminkan informasi-informasi yang diinginkan. Intrumen yang digunakan adalah suatu
daftra (check list) Check list dilakukan dengan melihat pengungkapan tanggungjawab sosial
perusahaan dalam tujuh kategori yaitu: lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan tenaga
kerja, lain-lain tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan umum”.

2879
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif dari data yang diambil untuk penelitian ini adalah data sekunder
berupa laporan tahunan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2017.Berikut ini tabel statistik deskriptif untuk masing-masing variabel penelitian.

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel independen dan
variabel dependen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.

Uji Multikolonieritas

Pengujian multikolinearitas adalah pengujian yang mempunyai tujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen

Uji Heteroskedastisitas

Hasil Uji Heteroskedastisitas

4,7 Pembahasan

2880
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

4.7.1 Pengauruh Umur Perusahaan terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

“Hasil pengujian variabel Umur Perusahaan (AGE) menunjukkan bahwa variabel tersebut
mempunyai nilai t hitung = 0,182 dengan signifikansi sebesar 0,856. Dari signifikansi hasil
pengujian ternyata lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Umur Perusahaan tidak
berpengaruh terhadap indeks pengungkapan sosial. Beberapa perusahaan dengan umur yang
lama ada yang memiliki indeks pengungungkapan yang besar maupun kecil. Dengan demikian,
tidak adanya pengaruh umur perusahaan antara perusahaan yang berumur muda dan perusahaan
yang berumur tua yang memiliki pengalaman lebih banyak dalam publikasi laporan keuangan”.

4.7.2 Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan terhadap Pengungkapan TanggungJawab Sosial

“Hasil pengujian variabel Konsentrasi Kepemilikan (OWN) menunjukkan bahwa variabel


tersebut mempunyai nilai t hitung = 1,897 dengan signifikansi sebesar 0,063. Dari signifikansi
hasil pengujian ternyata lebih besar dari 0,10 maka dapat disimpulkan bahwa Konsentrasi
Kepemilikan berpengaruh terhadap indeks pengungkapan sosial”.

4.7.2 Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan terhadap Pengungkapan TanggungJawab Sosial

“Hasil pengujian variabel Konsentrasi Kepemilikan (OWN) menunjukkan bahwa variabel


tersebut mempunyai nilai t hitung = 1,897 dengan signifikansi sebesar 0,063. Dari signifikansi
hasil pengujian ternyata lebih besar dari 0,10 maka dapat disimpulkan bahwa Konsentrasi
Kepemilikan berpengaruh terhadap indeks pengungkapan sosiaL”

4.7.4 Pengaruh Leverage terhadap Pengungkapan TanggungJawab Sosial

“Hasil pengujian variabel Leverage (LEV) menunjukkan bahwa variabel tersebut mempunyai
nilai t hitung = 0,852 dengan signifikansi sebesar 0,398. Dari signifikansi hasil pengujian
ternyata lebih besar dari 0,05 , maka dapat disimpulkan bahwa leverage tidak berpengaruh
signifikan terhadap indeks pengungkapan sosial.Ketergantungan perusahaan terhadap hutang
dalam membiayai kegiatan operasinya tercermin dalam tingkat leverage”.

PENUTUP

2881
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Kesimpulan

Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa variabel umur perusahaan tidak memiliki
pengaruh terhadap pengungkapan sosial dalam laporan tahunan. Hal ini berarti semakin kecil
umur perusahaan akan meningkatkan skor pengungkapan sosial.

Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa variabel Konsentrasi Kepemilikan


memiliki pengaruh terhadap pengungkapan sosial dalam laporan tahunan. Hal ini berarti semakin
besar persentase kepemilikan saham akan meningkatkan skor pengungkapan sosial.

Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa variabel Ukuran Dewan Komisaris
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sosial dalam laporan tahunan. Hal ini berarti
semakin besar ukuran dewan komisaris yang digunakan akan meningkatkan skor pengungkapan
sosial.

Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa variabel leverage tidak


memilikipengaruh terhadap pengungkapan sosial dalam laporan tahunan. Hal ini berarti
leverage semakin kecil leverage yang digunakanakan meningkatkan skor pengungkapan sosial.

Saran

Perusahaan

sebaiknya mulai melakukan pengungkapan sosial secara lengkap sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan, karna masih banyak perusahaan yang belum melakukan pengungkaan sosial

Investor

Sebaiknya mulai mempertimbangkan mengenai kegiatan CSR yang diungkapkan oleh


perusahaan dalam melakukan keputusan investasi.Investor harus menilai keberlanjutan
perusahaan tidak hanya dari tingkat devidenya namun juga tanggungjawab sosialnya.

Penelitian selanjutnya

sebaiknya mengunakan beberapa atau semua sektor perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

2882
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Ana Wahyuningsih, Nera Marinda Mahdar, 2018 “ pengaruh size, leverage, dan profitabilitas
terhadap pengungkapan CSR pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI)”

Astri puspaningsih, 2011 “Pengaruh Karateristik Perusahaan terhadap pengungkapan


tanggungjawab sosial pada perusahaan manufaktur di BEI Tahun 2008-2009”

Eko Triyono, 2010 “Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggungjawab sosial


(Study Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Selama
Tahun 2005-2008)” Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

2883
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

ANALISIS AKUNTANSI BIAYA LINGKUNGAN DALAM PROSES


PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT MUHMMADIYAH PALEMBANG

Serly Purnialita¹Henni Indriyani²

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bina Darma

Email : Fakultas spurnialita@gmail.com, henniinayah@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to analyze the process of identifying, recognizing, measuring, presenting and disclosing
environmental costs in the waste treatment process in the financial statements. The analysis used in this
study is descriptive qualitative, which is a technique carried out by analyzing data and assessing all
relevant data and generally accepted facts and then from the results of the analysis draw conclusions that
represent the existing problems. The results of this study indicate that the Muhammadiyah Hospital in
Palembang has carried out the waste treatment process well, it's just that the hospital has not made a
special report on environmental costs specifically on the financial statement notes and is still grouped in
other operational costs.

Keywords: Identification, Recognition, Measurement, Presentation, Disclosure of Environmental Costs

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses identifikasi, pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan biaya lingkungan dalam proses pengolahan limbah pada laporan keuangan. Analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu teknik yang dilakukan dengan cara
menganalisis data dan menilai semua data yang relavan dan fakta yang berlaku umum kemudian dari hasil
analisis di tarik kesimpulan yang mewakili masalah-masalah yang ada. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa Rumah Sakit Muhammadiyah palembang sudah melakukan proses terhadap
pengolahan limbah dengan baik, hanya saja rumah sakit belum membuat laporan khusus dalam biaya-
biaya lingkungan secara khusus atas catatan dari laporan keuangan dan masih dikelompokkan dalam
biaya-biaya operasional lainnya.

Kata Kunci : Identifikasi, Pengakuan, Pengukuran, Penyajian, pengungkapan Biaya Lingkungan

1. LATAR BELAKANG

2884
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

“Persoalan mengenai lingkungan saat ini semakin mendapatkan perhatian dan dianggap sebagai isu yang
penting. Bagaimana tidak banyak kasus – kasus kerusakan lingkungan yang terjadi di Indonesia, secara
tidak sadar dampak atas kerusakan lingkungan mulai kita rasakan saat ini. Mulai banyak seruan – seruan
mengenai pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, akan tetapi hal tersebut seakan tidak berpengaruh
justru kerusakan lingkungan makin banyak terjadi. Kerusakan lingkungan yang terjadi berkaitan dengan
dampak operasi perusahaan, perlu adanya alat kontrol dan sistem tata kelola mengenai dampak kerusakan
lingkungan yang diakibatkan operasi perusahaan, akuntansi lingkungan dianggap sebagai solusi terbaik
dalam mengatasi masalah kerusakan lingkungan, akutansi lingkungan merupakan bentuk pertanggung
jawaban perusahaan atas pengelolaan dampak kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh operasi
perusahaan”.

“Permasalahan lingkungan yang terjadi saat ini memunculkan banyak respon dari berbagai pihak untuk
melakukan upaya dalam mengatasi kerusakan lingkungan, di antaranya konsumen, stakeholder,
pemerintah dan pihak terkait dalam lingkungan hidup baik secara independen, nasional maupun
internasional seperti United States Environmental Protection Agency (US EPA) yang mengeluarkan data
Toxic Inventory (TRI), International Organization for Standardization yang menetapkan ISO 14000,
United Nation (PBB) melalui United Nations Environment Programme (UNEP) dan United Nations
Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), Global Reporting Intiative (GRI) yang
mengeluarkan pedoman pelaporan pengungkapan lingkungan sukarela, dan yang lainnya (Fitriyani &
Mutmainah, 2011)”.

“Limbah produksi yang dihasilkan oleh operasional perusahaan berbahaya bagi lingkungan sehingga
limbah sebagai residu operasional perusahaan memerlukan pengelolaan dan penanganan khusus oleh
perusahaan agar tidak menyebabkan dampak negatif yang lebih besar terhadap lingkungan tempat
perusahaan beroperasi. Maka oleh sebab itu pentingnya akuntansi lingkungan”.

Akuntansi lingkungan berkaitan dengan dampak lingkungan sebuah bisnis, akuntansi lingkungan nasional
berusaha untuk mencapai yang sama pada tingkat internasional. Islamey (2016) menyatakan “akuntansi
lingkungan merupakan perkembangan dari akuntansi sosial pada bidang ilmu akuntansi yang berfungsi
untuk mengidentifikasi, mengakui, mengukur, menyajikan, dan mengungkapkan akuntansi lingkungan.
Definisi ini, dapat disimpulkan bahawa biaya lingkungan pada dasarnya terjadi akibat adanya proses
produksi yang menghasilkan suatu limbah atau sampah yang berdampak pada lingkungan, serta biaya
lingkungan terjdi karena proses pencegahan agar tidak terjadi pencemaran”.

“Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang sudah memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang
dapat memudahkan rumah sakit dalam pengolahan limbah dan dapat mencegah terjadinya kerusakan
lingkungan. Selama proses pengolahan limbah terdapat biaya yang harus dikeluarkan oleh Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang untuk membiayai aktivitas pengolahan limbah yang merupakan biaya
pencegahan pencernaan. Suatu Penelitian yang mengambil objek pada Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang dapat bergerak dibidang jasa pelayanan kesehatan masyarakat. Telihat dari limbah dihasilkan

2885
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

oleh rumah sakit yaitu terdapat limbah B3 limbah cair dan limbah padat yang dapat membahayakan
lingkungan sekitar, oleh sebab itu sangat dibutuhkan adanya pengolahan limbah yang baik”.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Akuntansi Lingkungan Secra Umum

Badan Perlindungan Amerika Serikat (US EPA) akuntansi lingkungan merupakan suatu fungsi
yang sangat penting tentang akuntansi lingkungan adalah untuk menggambarkan biaya-biaya lingkungan
supaya diperhatikan oleh para stakeholders perusahaan yang mampu mendorong dalam
pengindentifikasian cara-cara mengurangi dan menghindara biaya-biaya ketika pada waktu yang
bersamaan sedang memperbaiki kualitas lingkungan ( Ardianto, 2014 ).

“Masalah lingkungan saat ini tidak lagi merupakan masalah yang hanya diperhatikan oleh pakar
lingkungan melainkan telah menjadi masalah ekonomi. Secara tidak langsung akutan dan akuntansi
lingkungan dapat berperan dalam membantu masalah penanganan lingkungan. Menurut Gunawan ( 2012
) akuntansi lingkungan telah menjadi perhatian akuntan karena perusahan perlu menyampaikan informasi
mengenai aktivitas perlindungan lingkungan pada stakeholder. Proses mengklasifikasikan biaya
lingkungan terdapat empat kategori yaitu, biaya pencegahan, biaya deteksi, biaya kegagalan internal, dan
biaya kegagalan eksternal, (Hansen dan Mowen, 2009) yaitu, Biaya pencegahan, Biaya deteksi, Biaya
kegagalan internal, Biaya kegagalan eksternal.

Pencatatan untuk mengelola segala macam yang berkaitan dengan limbah sebuah perusahaan didahului
dengan perencanaan yang akan dikelompokkan dalam pos-pos tertentu sehingga dapat diketahui
kebutuhan rill setiap tahunnya. Pengelompokkan dalam tahap analisis lingkungan sebagaimana yang
ditentukan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) tahun 2015 antara lain yaitu,
Identifikasi, Pengakuan, pengkuran, penyajian, dan pengungkapan”.

2. Peran Akuntansi Lingkungan

Menurut Gunawan(2012) akuntansi lingkungan telah menjadi perhatian akuntan karena perusahan perlu
menyampaikan informasi mengenai aktivitas perlindungan lingkungan pada stakeholder. “Masalah
lingkungan saat ini tidak lagi merupakan masalah yang hanya diperhatikan oleh pakar lingkungan
melainkan telah menjadi masalah ekonomi. Secara tidak langsung akutan dan akuntansi lingkungan dapat
berperan dalam membantu masalah penanganan lingkungan”.

Perusahaan tidak hanya menyampaikan informasi mengenai keuangan tetapi juga perlu memperhatikan
kepentingan lingkungan dimana perusahaan beroperasi. Akuntansi lingkungan adalah istilah yang
berkaitan dengan dimasukkannya biaya lingkungan kedalam praktik akuntansi perusahaanatau lembaga
pemerintah. Biaya lingkungan adalah dampak baik moneter maupun non moneter yang harus dipikul
sebagai akibat dari kegiatan yang mempengaruhi kualitas lingkungan. Akuntansi lingkungan

2886
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

dipertimbangkan karena menjadi perhatian bagi pemegang saham dan adanya kesadaran lingkungan
dengan cara mengurangi biaya yang berhubungan dengan lingkungan. Karena denngan memperhatikan
kualitas lingkungan maka akan memberikan ketertarikan bagi para investor untuk menanamkan
modalnyake perusahaan tersebut. Menurut Fasua (2011) fungsi akuntansi lingkungan dibagi menjadi
2yaitu:

Fungsi Internal

Fungsi Eksternal

3. Biaya Lingkungan

Dampak dari pencemaran lingkungan akan memunculkan kerugian yang harus ditanggung oleh
masyarakat. Kerugian tersebut bias berbentuk biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk mencegah dan
mengatasi pencemaran yang terjadi, Biaya tersebut diistilahkan dengan biaya lingkungan.

Gunawan ( 2012 ) menyatakan, “biaya lingkungan merupakan biaya yang ditimbulkan akibat
adanya kualitas lingkungan yang rendah akibat proses dari produksi yang dilakukan perusahaan. Biaya
lingkungan perlu dilaporkan secara terpisah berdasarkan klasifikasi biayanya. Hal ini dilakukan supaya
laporan biaya lingkungan dapat dijadikan informasi informative untuk mengevaluasi kinerja terhadap
operasional perusahaan yang berdampak lingkungan”.

4. Perlakuan Akuntansi Terhadap Pengalokasian Biaya Lingkungan


“Pencatatan untuk mengelola segala macam yang berkaitan dengan limbah sebuah perusahaan
didahului dengan perencanaan yang akan dikelompokkan dalam pospos tertentu sehingga dapat diketahui
kebutuhan rill setiap tahunnya. Pengelompokkan dalam tahap analisis lingkungan sebagaimana yang
ditentukan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) tahun 2015 antara lain sebagai
berikut”:

Proses Identifikasi

“Pertama kali perusahaan akan menentukan biaya untuk pengolahan biaya penanggulangan
eksternality yang mungkin terjadi dalam kegiatan operasional usahanya adalah dengan
mengindetifikasi dampak negatif tersebut”.

Proses Pengakuan

“Apabila sudah diidentifikasi selanjutnya diakui sebagai akun atau rekening biaya pada saat penerimaan
manfaat dari sejumalah nilai yang telah dikeluarkan untuk pembiayaan lingkungan tersebut”. “Kerangka
Dasar Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) paragraf 82 tahun 2015 pengakuan (recognition)
merupakan proses pembentukan suatu pos yang memenuhi definisi unsur serta kriteria pengakuan yang
dikemukakan dalam neraca atau laporan laba rugi”. Pos yang memenuhi kriteria tersebut harus diakui

2887
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

dalam neraca atau laporan laba rugi. “Singkatnya, biaya yang digunakan oleh perusahaan setiap bulannya
untuk mengelola limbah perusahaan dengan cara mengambil dari biaya yang sudah dicadangkan
(dianggarakan) sebelumya yakni melalui pembiayaan dibayar dimuka”.

Proses Pengukuran

“Menurut ( PSAK ) paragraf 99 tahun 2015, pengukuran merupakan proses penetapan jumlah uang untuk
mengakui dan memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan laba rugi”.”Dasar
pengukuran lazimnya digunakan perusahaan untuk penyusunan suatu laopran keuangan adalah biaya
historis, Pengukuran ini dapat yang sesuai dengan kondisi perusahaan bersangkutan masing-
masing perusahaan memiliki standar pengukuran yang berbeda-beda karena dalam SAK dan teori-teori
yang masih belum ada untuk mengatur khusus terhadap pengukuran biaya lingkungan dilakukan untuk
menentukan kebutuhan pengalokasian pembiayaan ( Mulyani, 2013 )”.

Proses Penyajian

“ Penyajian ( presentation ) adalah dimana tentang cara-cara melaporkan elemen maupun pos terhadap
seperangkat statemen keuangan agar elemen atau pos tersebut cukup informatif, Kerangka Dasar
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan ( PSAK ) paragraf 86 tahun 2015, penyajian laporan keuangan
mengungkapkan bahwa beberapa entitas juga menyajikan, dari laporan mengenai lingkungan hidup dan
laporan nilai tambahan, khususnya bagi industri, dimana faktor lingkungan hidup adalah signifikan dan
ketika karyawan dianggap sebagai kelompok pengguna laporan keuangan yang memegang peran
penting”.

Proses Pengungkapan

Secara konseptual, pengungkapan adalah bagian integral dari pelaporan keuangan. Secara teknis
pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi yaitu penyajian informasi dalam
bentuk seperangkat penuh statemen keuangan. Pengungkapan berkaitan dengan cara pembeberan
atau penjelasaan hal-hal informatif yang dianggap penting dan bermanfaat bagi pemakai selain
apa yang dapat dinyatakan melalui statemen keuangan utama. Pengungkapan ini bersifar
kualitatif ke dalam seperangkat statemen keuangan dimana masalah penentuan masuk tidaknya
informasi”.

“Dasar Kerangka Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) paragraf 117 tahun
2015, entitas dapat mengungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan tentang dasar
pengukuran yang digunakan dalam menyusun laporan data kebijakan akuntansi lain yang
diterapkan yang relavan lebih memahami laopran keuangan”.

3. METODE PENELITIAN

2888
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

“ Penelitian ini menggunakan pendekat deskriptif untuk menganalisis akuntansi biaya lingkungan dalam
proses pengolahan limbah rumah sakit muhammadiyah palembang, dalam rangka memberikan gambaran
secar sistematis tentang ilmiah yang berasal dari subjek dan objek penelitian yang berfokus pada fakta
yang diperoleh saat penelitin, Objek dalam penelitian ini adalah Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang, Jenis data penelitian menggunakan jenis data kualitatif berupa data primer dengan melakukan
wawancara ,dokumentasi langsung mengenai data dengan unit keuangan yang berkaitan dengan perlakuan
akuntansi terhadap biaya pengelolahan limbah yang dihasilkan oleh Rumah Sakit muhammadiyah
palembang, Data sekunder berupa dokumen-dokumen unit akuntansi dan unit pengelolahan limbah yang
berupa laporan keuangan yang digunakan untuk mengidentifikasi perlakuan akuntansi dalam mengelolah
limbah Rumah Sakit”.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam peneitian ini adalah berikut:

Wawancara

“Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menyiapkan pertanyaan secara terperinci dan
tanya jawab secara langsung kepada responden. Wawancara ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui dan memperoleh data yang konkret dan lengkap sebagai bahan analisis dalam penelitian”.

Dokumentasi

“Metode dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti berupa mengumpulan data dokumen laporan
keuangan akuntansi biaya rumah sakit yang berkaitan dengan objek penelitian terkait dengan pengolahan
limbah yang ada dan perlakuan akuntansi biaya lingkungan dalam pengelolahan limbah pada Rumah
Sakit Muhammadiyah Palembang”.

Studi Kepustakaan

Selain melakukann penelitian langsung terhadap masalah yang ada hal ini dilakukan untuk melancarkan
proses penelitian dan sebagai landasan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Studi kepustakaan
dilakukan dengan membaca artikel-artikel, buku-buku referensi maupun lainnya yang berkaitan dengan
masalah yang ada.

Teknik Analisis Data

“Teknik analisis yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif Kualitatif,
Penelitian deskriptif kualitatif yaitu mendeskripsikan dan menganalisis permasalahan tentang biaya

2889
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

lingkungan yang ada, yang diperoleh dari objek yang dipilih serta mengutip dari teori dan ketentuan yang
berlaku umum kemudian dari hasil analisis penulis menarik kesimpulan yang mewakili masalah-masalah
yang ada. Dari kesimpulan tersebut dapat dijadikan saran-saran yang dianggap perlu bagi penerapan
akuntansi biaya lingkungan dalam proses pengolahan limbah pada Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang”.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi

“ Rumah sakit Muhammadiyah Mengidentifikasikan limbah yang dihasilkan yaitu limbah padat dan
limbah cair seperti yang telah dinyatakan oleh bapak Dading Kalbuadi, A.Md Kl selaku ketua bagian IPL
yaitu”:

“Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat dan limbah cair limbah padat dibagi dua limbah padat
medis dan non medis, namun tidak semua limbah non medis msuk kategori non medis. Misalnya apabila
suatu kertas sebagian sampah non medis tapi terkontaminasi oleh darah maka sampah tersebut akan
masuk bagian dari sampah medis”.

“Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dengan adanya kedua jenis limbah yang dihasilkan oleh
rumah sakit maka peneliti melakukan penelusuran dan membandingkan dengan data sekunder yang
diperoleh dari rumah sakit untuk mengetahui biaya lingkungan yang dikelurakan oleh rumah sakit terkait
dengan pengolahan limbah, Setelah melakukan penelusuran berdasarkan bukti-bukti adanya limbah yang
dihasilkan Rumah Sakit Muhammadiyah dalam pengolahan limbah rumah sakit maka, diketahui adanya
biaya-biaya lingkungan terkait dalam pengolahan limbah yang telah dikeluarkan oleh rumah sakit.
Rumah sakit telah mengeluarkan biaya-biaya terkait kegiatan lingkungannya tetapi belum diidentifikasi
secara khusus oleh pihak rumah sakit karena biaya biaya yang terkait pada limbah masih dilaporkan
bersamaan dengan biaya operasional lain di laporan keuangan”.

Pengakuan

Berhubungan dengan kedalam sistem pencatatan akan berpengaruh pada laporan


keuangan perusahaan.”Dalam mengakui biaya-biaya terkait , jadi apabila sudah digunakan dan
memberikan manfaat, tetapi belum mengeluarkan kas atau belum melakukan transaksi secara
tunai maka biaya tersebut belum dicatat atau belum diakui, seperti yang dikemukakan oleh Ibu
Fitriani Ibnu, SE menyatakan bahwa”:

“biaya limbah dialokasikan ke dalam belanja modal, belanja umum & adm dan di masukkan kedalam
laporan operasional, laporan arus kas dan neraca di akui pada saat biaya pengeluaran itu berlangsung”

2890
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

“Berdasarkan hasil yang telah didapatkan bahwa biaya pengolahan limbah pada Rumah
Sakit Muhammadiyah dialokasikan pada belanja modal, biaya umum dan administrasi, belanja barang dan
jasa disajikan dalam bentuk laporan operasional, arus kas, neraca dalam pencatatannya biaya untuk
pengolahan limbah sudah terdapat no rekening tersendiri”.

Jurnal

Biaya pengiriman abu Rp. 5.475.000,00

Kas Rp. 5.475.000,00

Biaya peralatan kebersihan dan bahan pembersih Rp. 65.350.000,00

Kas Rp. 65.350.000,00

Pengukuran

“Rumah Sakit Muhammadiyah dalam pengukuran biaya pengolahan limbah dimana rumah sakit
mengukur biaya pengeluran pengolahan limbah dari biaya historis yang sesuai dengan harga pembelian
pada saat belanja pada anggran periode sebelumnya”.

Penyajian

“Penyajian merupakan masalah dalam dapat disajikan dalam sebuah laporan keuangan. Biaya
pengolahan limbah dilporkan dalam laporan keuangan dan disajikan bersama dengan biaya yang terkait
sejenis”. Berikut ini merupakan pernyataan oleh Ibu Fitriani Ibnu, SE yaitu:

“biaya yang terkait dalam pengolahan limbah termasuk ke dalam belanja modal, biaya umum dan
belanja barang dan jasa dalam laporan keuangan dikelompokkan kedalam biaya yang sejenis, jadi tidak
disajikan tersendiri di dalam laporan keuangan”.

1.”Biaya yang terdapat di dalam biaya pemeliharaan berupa biaya untuk pemeliharaan pada mesin
incinerator dan pada pemeliharaan yang terkait IPAL, “Sedangkan biaya barang dan jasa berupa
pembeliaan bahan-bahan yang terkait dengan pengolhaan limbah, oleh sebab itu dalam laporan
operasional biaya lingkungan dikelompokkam ke dalam biaya pemelihaaran, biaya barang dan jasa‟‟

2.”Rumah sakit menyajikan semua dana yang masuk dan keluar kedalam lapora arus kas, dimana seluruh
jumlah pendapatan dikelompokkam kedalam arus kas masuk dan semua dana yang dikeluarkan rumah
sakit untuk kebutuhan belanja operasional dikelompokkan kedalam arus kas keluar sedangkan semua
dana untuk belanja kebutuhan pengolahan limbah atau yang terkait dengan lingkungan dikelompokkan
kedalam belanja barang dan jasa dari sebuah aktivitas rumah sakit”.

2891
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

3.”Berdasarkan data yang diperoleh rumah sakit bahwasanya laporan yang berkaitan dengan kualitas
lingkungan disajikan dalam bentuk neraca yang dikelompokkan dalam aset tetap yang nerupakan akun
peralatan dan mesin Biaya lingkungan masuk kedalam kataogeri akun peralatan dan mesin karena setiap
kegiatan operasional yang berkaitan dengan pengolahan limbah dengan kualitas lingkungan dibutuhkan
adanya pembelian dan penggunaan alat dan mesin”. Menurut PSAK tahun 2015 No. 1 paragraf 15 laporan
keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan kinerjs keuangan dan arus kas entitas. Penyajian yang
wajar mensyaratkan penyajian secara jujur dampak dari transaksi, dengan kondisi yang sesuai dengan
definisi dan creteria pengakuan aset, liabilitas, penghasilan beban dalam kerangka penyusunan dan
penyajian laporan keuangan”.

Pengungkapan

“Berkaitan dengan Pengungkapan penjelasan hal-hal informatif yang dianggap penting dan
bermanfaat bagi pemakain yang dapat dinyatakan melalui statmen keuangan utama. untuk pengungkapan
kebijakan akuntansi disini diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, tetapi untuk yang terkait
dngan biaya-biaya lingkungan belum ada penjelasan atau pengungkapan secra khusus biaya lingkungan
dalam catatan atas laporan keuangan karena sudah dikelompokkan kedalam biaya-biaya lain atau belanja
yang sejenis dalam laporan keuangan”.

KESIMPULAN

Hasil dari analisis data dalam pembahasan yang telah dilakukan peneliti terhadap sebagai berikut:

a.”Rumah Sakit Muhammadiyah mengakui biaya pengolahan limbah dengan menggunakan satuan
rupiah”

b.”Penyajian biaya lingkungan Rumah Sakit Muhammadiya, didalam laporan operasional masuk pada
biaya pemeliharaan, biaya brang dan jasa, dalam laporan arus kas dikelompopkkan kedalam belanja
barang dan jasa, dalam laporan neraca dikelompokkan pada akun peralatan dan mesin”

c.”Rumah sakit belum menerapkan akuntansi lingkungan atas biaya-biaya lingkungan seperti biaya
pencegahan, biaya deteksi, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal”

DAFTAR PUSTAKA

“Mulyani, Nita Sari 2013 Analisis Penerapan Akuntansi Biaya Lingkungan pada Pabrik Gondorukem
dan Terpentin (PGT) Grahan-Jember Skripsi: Fakultas Ekonomi Univrsitas Jember”.

“Widiastuti, B.K. 211. Pengukuran dan Pelaporan Biays Lingkungan (Studi Kasus Rumah Sakit Jogja).
E-journal: Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta”.

2892
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Gunawan, E. 2012. Tinjauan Teoritis Biaya Lingkungan Terhadap Kualitas Produk dan Konsekuensinya
Terhadap Keunggulan Kompetitif Perusahaan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi. Vol. 1. (2):47-50.

Hadi, S. (2012). Analisis penerapan akuntansi lingkungan pada PT istana cipta sembada banyuwangi.
Skripsi: Fakultas Ekonomi Universitas Jember.

Hansen dan Mowen. 2005. Management Accounting Buku 2 Edisi 7. Jakarta:Salemba Empats.

2893
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

VOLUME PENJUALAN MEMODERASI PENGARUH BIAYA PRODUKSI,


BIAYA PROMOSI DAN BIAYA DISTRIBUSI TERHADAP LABA
PERUSAHAAN’PADA PT.’PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG”

“Shella Oktaria¹ Siti Nurhayati Nafsiah²

„Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Binadarma Palembang‟

Email : Shella.oktaria97@gmail.com Siti_nurhayati@binadarma.ac.id”

Abstract

This study aims to examine the sales volume moderating the effect of production costs, promotion costs and
distribution costs on company profits.lthis research is quantitative research.”This object used in this study is
PT.”Pupuk Sriwidjaja Palembang,the data used are the monthly financial statements from 2014-2017 which
amounted to 48 periods including sales, production costs, promotion costs, distribution costs and
profits.”Hypothesis testing using SPSS version 16.0 software,including the classic assumption test,lmultiple linear
regression analysis, moderation regression analysis and hypothesis testing.”The results of testing the hypothesis in
this study indicate that the cost of production and promotion costs have no effect on corporate profits, while the
distribution costs have a positive and significant effect on company profits.”In addition, sales volume variables that
moderated production costs,promotion costs, and distribution costs do not affect the company’s profit.”

Keywords : Sales volume, production costs, promotion costs, distribution costs, and company profits.”

“Abstak”

Penelitian ini bertujuan untuk menguji‟volume penjualan memoderasi pengaruh biaya produksi, biaya promosi dan
biaya distribusi terhadap laba‟perusahaa.”Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif.”Objek yang digunakan
dalam penelitian ini PT.”Pupuk Sriwidjaja Palembang, data yang digunakan yaitu laporan keuangan bulanan dari
tahun 2014-2017 yang berjumlah 48 periode yang meliputi penjualan,‟biaya produksi, biaya promosi, biaya
distribusi dan‟laba.”Pengujian hipotesis menggunakan software SPSS versi 16.0, antara lain uji asumsi
klasik,vanalisis regresi linier‟berganda,vanalisis regresi moderasi‟dan uji hipotesis.”Hasil pengujian hipotesis dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa biaya produksi‟dan biaya promosi tidak berpengaruh terhadap laba
perusahaan,”sedangkan untuk biaya dsitribusi‟berpengaruh posltif dan signifikan terhadap Iaba
perusahaan.”Selain‟itu,vuntuk variabel volume penjualan yang memoderasi‟biaya produksi,vbiaya promosi dan
biaya distribusi‟tidak berpengaruh‟terhadap laba‟perusahaan.”

Kata Kunci :”Volume Penjualan, Biaya Produksi, Biaya Promosi,‟Biaya Distribusi, Laba‟Perusahaan.”

2894
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

1.”PENDAHULUAN”

Perusahaan adalah‟salah satu sarana yang‟menunjang program pemerintah di berbagai


sektor‟perekonomian.”Persaingan‟dunia usaha yang semakin‟ketat,”membuat perusahaan agar
dapat bekerja lebih efisien sehingga tetap bertahan pada bidangnya.”Tujuan perusahaan
yaitu‟untuk‟memperoleh laba yang sebesar-besarnya‟sehingga dapat menjaga kelangsungan
hidup‟perusahaan.”Laba atau rugi sering diartikan untuk menilai kinerja‟perusahaan,njika tujuan
perusahaan tercapai maka kelangsungan hidup perusahaan mampu‟dipertahankan.”

Menurut Kotler (1999) dalam Syukriadi (2016), faktor yang dapat mempengaruhi hasil penjualan
yaitu faktor harga, produk, penjualan, promosi dan”distribusi.”Perusahaan perlu‟melakukan
pengendalian biaya produksi yang efektif sehingga kegiatan operasionalnyabdapat berjalan
dengan baik dan‟efisiensi menurut‟Edison dan Sapta‟(2010).”Kemampuan organisasi tersebut
untuk dapat menetapkan blaya produksi akan mempengaruhi besar kecilnya laba yang
dihasilkan.”Apabilambiaya produksi meningkat,bdiikuti dengan penjualan yang‟meningkat,
maka laba perusahaan akan ikut meningkat.”Tetapi jika volume penjualan menurun dan biaya
produksi mengalami peningkatan maka laba perusahaan akan menurun. ”

Permasalahan‟yang dihadapi oleh pengusaha,mtidak hanya untuk meningkatkan


hasil‟produksinya,mtetapi bagaimana cara untuk menjual barang tersebut.”Meskipun perusahaan
memproduksi barang dengan kualitas yang baik, dan harga yang relatif murah‟dan tersebar di
berbagi tempat, tetapi jika konsumen tidak diberitahu adanya produk tersebut, maka tidak akan
bisa laku dan akan sia-sia.”

Promosi adalah cara untuk mengkomunikasikan barang kepada konsumen dengan memberitau
keunggulan dari produk yang dijual.”Oleh sebab itu,bperusahaan harus terus menerus menjaga
komunikasi dengan konsumen.”Menurut Sutodjo (1997) dalam Syukriadi (2016),nmenyatakan
bahwa semakin tinggi biaya promosi yang dikeluarkan maka akan semakin tinggi volume
penjualan yang diperoleh. Perusahaan‟selalu ingin meningkatkan jumlah penjualan sehingga
dapat memperoleh laba yang maksimal.”

Selain faktor produksi dan promosi,bfaktor yang sangat penting yaitu


distribusi.”Saluran‟distribusi merupakan proses penyaluran barang dari produsen ke
konsumen‟dengan‟tujuan untuk memperlancar penyampaian barang dalam waktu
yang‟tepat.”Menurut Kurniadi (2010),bpemilihan saluran distribusi sangat penting, karena
apabila saluran distribusi ini dapat memperhambat penyampaian barang, maka permasalahan ini
dapat mempengaruhi penjualan perusahaan.”

2895
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

2. TINJAUAN PUSTAKA”

Teori Kegunaan Keputusan‟Informasi”

Teori kegunaan keputusan informasi dikenal sejak tahun 1954 dan telah menjadi referensi dan
penyusunan kerangka konseptual Financial Accounting Standard Boards (FASB),nyaitu
statement of financial accounting concepts (SFAC) yang berlaku di Amerika‟Serikat.”Teori
kegunaan keputusan informasi memiliki dua kriteria yaitu relevan dan reliable.”Relevan dapat
diartikan jika informasi tersebut dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dengan
menguatkan atau dapat mengubah pengambilan keputusan itu.”Sedangkan untuk reliable
merupakan‟informasi akuntansi‟yang dapat dipercaya,bsehingga ‟menyebabkan pemakai
informasi membuat suatu‟keputusan begantung pada informasi tersebut.”

Laba”

Laba atau keuntungan merupakan tujuan utama suatu perusahaan.”Laba yang diperoleh
perusahaan akan digunakan untuk berbagai kepentingan‟serta‟untuk meningkatkan kesejahteraan
perusahaan atas jasa yang diperolehnya‟menurut Yuwanita (2014) dalam Syukriadi
(2016).”Menurut Laki et all (2019), untuk mendapatkan laba yaitu dengan melihat selisih lebih
dari pendapatan atas rugi atau beban yang berhubungan dengan usaha dan penghasilan.”Menurut
Syukriadi (2016), laba terbagi menjadi : laba kotor, laba usaha (operasional), laba sebelum
dikurangi pajak, laba sesudah dikurangi pajak.”

Biaya Produksi”

Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mengelola bahan baku menjadi produk
yang siap untuk dijual. Menurut Bustami (2009), blaya produksi yang digunakan dalam proses
produksl‟yaitu :‟bahan baku langsung, tenaga keja langsung, dan overhead‟pabrik.”Pengendalian
biaya dilakukan agar rencana dapat terlaksana sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan,
apabila rencana tidak sesuai maka dilakukan analisis terhadap ketidaksesuaian tersebut menurut
Arens dan Leobbecke (2008).”

Biaya Promosi”

Promosi merupakan kegiatan dari pemasaran yang memberikan informasi kepada konsumen
mengenai gambaran suatu produk dan memberitahu keunggulan sehingga konsumen tertarik
untuk membelinya.”Menurut Rangkuti (2009), dalam Laki et all (2019), biaya promosi
merupakan biaya pemasaran, dimana besar kecilnya biaya promosi yang dikeluarkan akan
mempengaruhi tingkat penjualan perusahaan.”

2896
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Biaya Distribusi”

Biaya distribusi‟merupakan‟biaya yang berhubungan dengan semua kegiatan, mulai dari barang
telah dibeli sampai‟barang tiba di tempat pelanggan‟menurut Prihantara et all (2015).”Saluran
distribusi sebaiknya dilakukan dengan tepat dan teratur, sehingga produk dapat bersaing dipasar
dan produk yang dihasilkan bisa terjual sebanyak mungkin dan laba yang diperoleh perusahaan
akan maksimal.”Dalam mempertimbangkan‟saluran distribusi,”perusahaan harus
mempertimbangkan masalah harga, produk‟dan promosi yang dilakukan.”

Volume Penjualan”

Volume penjualan merupakan jumlah total yang dihasilkan dari kegiatan penjualan‟barang,
karena jika‟semakin besar jumlah penjualan yang dihasilkan perusahaan, maka semakin
besar‟pula‟kemungkinan laba yang akan dihasilkan perusahaan‟tersebut.”Oleh karena itu volume
penjualan‟adalah satu hal yang‟penting yang harus dievaluasi untuk kemungkinan perusahaan
agar tidak‟rugi.”

Pengembangan Hipotesis”

Pengaruh Biaya Produksi Terhadap Laba Perusahaan”

Biaya produksi adalah faktor yang penting untuk‟mempengaruhi tinggi rendahnya harga jual‟dari
produk yang telah dihasilkan. Untuk dapat mencapai produksi yang efisien maka perlu
pengendalian biaya produksi yang akan dikeluarkan, untuk itu perusahaan harus memperkecil
pengeluaran biaya khusunya proses produksi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Putra
(2014),/menyatakan‟bahwa biaya produksi berpengaruh terhadap laba perusahaan. Penelitian
Rustami et’all (2014), yang menunjukkan bahwa adanya pengaruh antara biaya produksi
terhadap laba secara simultan dan parsial. Sedangkan penelitian Syukriadi (2016), menyatakan
bahwa‟biaya produksi secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
laba‟perusahaan. Beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai biaya produksi, maka hipotesis
pertama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut”:

H1 : Biaya Produksi Berpengaruh Positif Terhadap‟Laba Perusahaan”

Pengaruh Biaya Promosi Terhadap Laba Perusahaan”

Promosi dilakukan agar konsumen tertarik untuk membeli produk yang ditrawarkan, sehingga
tujuan perusahaan dapat tercapai yaitu dengan meningkatkan penjualan maka laba yang
diperolah akan besar.”Berdasarkan penelitian Widnyana et all (2014), biaya promosi secara

2897
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba‟perusahaan.”Menurut Rustami et all


(2014), menyatakan bahwa adanya pengaruh secara simultan dan parsial dari biaya promosi
terhadap laba perusahaan. Menurut Syukriadi (2016), secara parsial biaya promosi berpengaruh
positif dan sifnifikan terhadap laba perusahaan,‟sedangkan menurut Laki et all (2019),‟yang
menunjukkan bahwa adanya perngaruh biaya promosi terhadap laba perusahaan.”Sehingga
bedasarkan hasil penelitian terdahulu mengenai biaya produksi, maka hipotesis kedua‟dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut”:

H2 : Biaya Promosi Berpengaruh Positif Terhadap Laba Perusahaan”

Pengaruh Biaya Distribusi Terhadap Laba Perusahaan”

Distribusi harus dilakukan dengan tepat dan teratur,‟bila perusahaan salah dalam memilih saluran
distribusi maka akan menghambat kelancaran arus barang. Oleh karena itu,‟pentingnya
pemilihan saluran distribusi yang digunakan perusahaan.”Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Widnyana et all (2014),‟yang menyatakan bahwa biaya distribusi berpengaruh posltif terhadap
laba‟perusahaan. Menurut Syukriadi (2016),‟secara parsial biaya distribusi berpengaruh positif
terhadap laba perusahaan, sedangkan penelitian menurut Laki et all (2019),‟biaya distribusi
berpengaruh terhadap‟laba. Dari beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai biaya
distribusi,;maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah sebagai berikut”:

H3 : Biaya Distribusi‟Berpengaruh Positif Terhadap‟Laba Perusahaan”

Pengaruh Volume Penjualan Pada Biaya Produksi Terhadap Laba Perusahaan”

Biaya produksi yang diharapkan dapat memberikan masukan terhadap laba perusahaan, karena
besar kecilnya laba akan dipengaruhi oleh tingkat penjualan dipasaran.”Menurut Rustami et all
(2014),’yang berpendapat bahwa,‟jika biaya produksi meningkat diikuti dengan meningkatnya
volume penjualan, maka laba‟akan ikut meningkat, tetapi apabila biaya produksi meningkat
sedangkan‟volume penjualan menurun maka laba‟perusahaan akan ikut menurun.”

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Syukriadi (2016), yang menyatakan bahwa secara parsial
volume penjualan memoderasi biaya produksi memiliki‟pengaruh positif dan signifikan
terhadap‟laba.”Dari beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai volume penjualan yang
memoderasi biaya produksi, maka hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut”:

H4 : Volume Penjualan Pada Biaya Produksi Berpengaruh Positif Terhadap Laba Perusahaan”

2898
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Pengaruh Volume Penjualan Pada Biaya Promosi Terhadap Laba Perusahaan”

Biaya promosi merupakan biaya yang dikeluarkan dalam menjalankan kegiatan


pemasarannya,/jika‟semakin tinggi biaya promosi yang dikeluarkan,‟maka semakin tinggi pula
volume penjualan yang diperoleh‟perusahaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Prihantara
et all (2015),‟yang menyatakan bahwa volume penjualan yang memoderasi biaya promosi
terhdap laba mempunyai pengaruh positif dan signifikan.”Sedangkan menurut Syukriadi
(2016),‟secara parsial volume penjualan yang memoderasi‟biaya promosi berpengaruh positif
dan signifikan terhadap‟laba.”Beberapa penelitian terdahulu mengenai volume penjualan yang
memoderasi biaya promosi,‟maka hipotesis kelima dalam penelitian ini adalah sebagai berikut”:

H5 : Volume Penjulan Pada Biaya Promosi Berpengaruh Positif Terhadap Laba Perusahaan”

Pengaruh Volume Penjualan Pada‟Biaya Distribusi Terhadap Laba Perusahaan”

Dengan adanya pengelolaan‟biaya distribusi yang‟efektif dan efisien yang mempunyai peranan
yang sangat penting dalam meningkatkan‟volume penjualan,‟sehingga dengan meningkatnya
volume penjualan maka tujuan perusahaan untuk memperoleh laba yang maksimal akan tercapai.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prihantara et all (2015),‟yang menyatakan
bahwa‟volume penjualan dalam memoderasi biaya distribusi terhadap laba‟berpengaruh positif
dan‟signifikan. Sedangkan menurut‟Syukriadi (2016),‟menyatakan bahwa volume penjualan
yang memoderasi biaya distribusi secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba
perusahaan.”Sehingga dari beberapa‟hasil penelitian‟terdahulu‟mengenai volume penjualan‟yang
memoderasi biaya distribusi, maka hipotesis keenam dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut”:

H6 : ‟Volume Penjualan‟Pada‟Biaya Distribusi Berpengaruh‟Positif‟Terhadap Laba Perusahaan

3. Metodelogi‟Penelitian”

Objek yang digunakan‟dalam penelitian ini‟yaitu PT.”Pupuk Sriwidjaja Palembang. Data yang
digunakan yaitu laporan keuangan bulanan‟berupa biaya produksi, biaya promosi, biaya
distribusi, penjualan dan laba‟tahun 2014-2017 yang‟berjumlah‟48 sampel.”Metode penelitian
yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dengan jenis data sekunder. Adapun data
sekunder yang digunakan data yang diperoleh dari sumber yang sudah ada yang berupa
bukti,‟catatan, dan laporan historis yang tersusun dalam arsip yang dipublikasikan ataupun tidak
dipublikasikan.”Dimana data yang diperoleh terdiri dari 5 jenis data yaitu laba,
volume‟penjualan, biaya produksi, biaya promosi dan biaya‟distribusi.”

2899
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini‟yaitu uji asumsi klasik, analisis regresi
linier berganda,’analisis regresi moderasi dan uji hipotesis.”Analisis regresi linier berganda
dilakukan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap satu
variabel‟dependen.”Analisis regresi moderasi/(MRA) merupakan aplikasi khusus dimana dalam
persamaan regresinya mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau lebih
variabel‟independen).”

Model regresi berganda ditunjukkan pada persamaan‟sebagai berikut”:

Y=α + β1X1 + β2X2 + β3X3 +


e
Model regresi moderasi (moderated regression analysis) ditunjukkan pada persamaan sebagai
berikut”: m

“Y=α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4‟+ β5(X1*X4) + β6(X2*X4) +


β7(X3*X4) + e”

Keterangan :”

Y = Laba Perusahaan”

X1 = Biaya Produksi”

X2 = Biaya Promosi”

X3 = Biaya Distribusi”

X4 = Volume Penjualan”

X1*X4 = Interaksi antara biaya produksi dengan volume penjualan”‟

X2*X4 = Interaksi antara biaya promosi dengan volume penjualan”

X3*X4 = Interaksi antara biaya distribusi dengan volume penjualan”

α = Kostanta”

β1-β7 = Koefisien Regresi”

2900
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

e = Error Term”

4. Hasil dan Pembahasan”

Uji Statistik Deskriptif”

Tabel 4.1”

Hasil Uji Statistik Deskriptif”

Descriptive Statistics”

Std.
Minimu Maximu Deviatio
N n n Mean n
“Statistic Std.
” Statistic Statistic Statistic Error Statistic
Laba 48.222 1.1992
48 33.16 72.89 8.30862
2 5
Biaya 6.0360 10.492
48 480.62 782.50 72.69434
produksi E2 52
Biaya 5.6589 57.323 397.1510
48 1.07 997.50
promosi E2 82 8
Biaya
48 1.08 12.38 5.4782 .39271 2.72077
distribusi
Volume 7.3836 14.822 102.6948
48 510.88 965.38
Penjualan E2 72 1
Sumber:”Output SPSS 16”

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata tertinggi pada variabel
volume penjualan‟yaitu 7,3836E2,‟sedangkan‟nilai‟yang terendah adalah variabel biaya promosi
yaitu‟1,07. Dan untuk nilai‟standar deviasi tertinggi pada variabel‟biaya promosi 397,15108 dan
untuk yang nilai terendah adalah variabel biaya distribusi yaitu 2,72077.

Uji Asumsi Klasik”

Uji Normalitas”

Tabel 4.2”

Hasil Uji Normalitas‟One Sample‟Kolmogorov Smirnov”

2901
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

‟‟One Sample Kolmogorov Smirnov Test‟


‟Unstandardized
Residual‟
‟N ‟ 48
‟Normal ‟Mean ‟ .0000000
Parametersa‟ ‟Std.
6.55772092
Deviation‟
Most ‟Absolute ‟ .107
ExtremeDifferences‟ ‟Positive ‟ .107
‟Negative ‟ -.081
‟Kolmogorov Smirnov Z ‟ .738
‟Asymp. Sig. (2-tailed) ‟ .647
Sumber : Output SPSS 16

Berdasarkan hasil‟dari‟uji‟statistik kolmogorov smirnov dapat dilihat bahwa nilai


signifikansi diatas 5% yaitu nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,647.”Hal ini dapat
disimpulkan bahwa data terdistribusi normal.”

Gambar 4.1”

Hasil Uji Normalitas-Histogram”

Sumber :”Output SPSS 16

Berdasarkan hasil pengujian menggunakan‟histogram‟diatas,‟dapat dilihat bahwa‟bentuk


grafik‟normal tidak melenceng‟kekanan ataupun kekiri. Sehingga dapat disimpulkan berdasarkan
uji kolmogorov smirnov dan grafik histogram data terdistribusi normal.”

Uji Multikolinieritas”

2902
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Tabel 4.3”

Hasil Uji Multikolinearitas”

”Coefficientsa”

‟Collinearity Statistics‟

Tolerance VIF
Model
1 ‟ (constant) ‟
‟Biaya
.828 1.208
Produksi‟
‟Biaya Promosi‟ .653 1.531
‟Biaya
.884 1.131
Distribusi‟
‟Volume
.608 1.643
Penjualan‟
Sumber :”Output SPSS 16”

Berdasarkan hasil‟pengujian multikolinearitas, „nilai tolerance untuk seluruh variabel


lebih besar dari‟0,10 dan‟VIF lebih kecil dari‟10,00. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi gejala‟multikolinearitas.”

Uji Heteroskedatisitas”

Gambar 4.2”

Hasil Uji Heteroskedatisitas-Scatterplot”

2903
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Sumber :”Output SPSS 16

Berdasarkan hasil‟pengujian‟menggunakan scatterplot‟yang menunjukkan bahwa tidak


terjadi heteroskedatisitas,‟hal ini dapat disimpulkan karena dapat dilihat pada gambar‟4.2 grafik
scatterplot menyebar secara acak,‟baik diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y.”

Tabel 4.4”

Hasil Uji Heteroskedatisitas Spearman’s Rho”

Correlations”

‟Unstandardized
Residual‟
‟Spearman‟s ‟Biaya produksi‟ ‟Correlation .023
rho‟ Coefficient‟
.875
‟Sig. (2-tailed) ‟
‟N ‟ 48
‟Biaya promosi‟ ‟Correlation -.161
Coefficient‟
.274
‟Sig. (2-tailed) ‟
‟N ‟ 48
‟Biaya distribusi‟ ‟Correlation -.030
Coefficient‟
.840
‟Sig. (2-tailed) ‟
‟N‟ 48
„Volume „Correlation .082
penjualan„ Coefficient„
.578
„Sig. (2-tailed) „
„N„ 48
„Unstandardized„ „Correlation „1.000
Residual Coefficient„
.
„Sig. (2-tailed) „
„N„ 48
**.”Correlation is significant at the 0.01 level‟(2-tailed).”

Sumber :”Output SPSS 16”

Berdasarkan„hasil pengujian menggunakan spearman’s rho yang menunjukkan bahwa nilai‟Sig.


(2-tailed)‟untuk semua variabel diatas nilai standar signifikansi 0,05. Sehingga kedua model
regresi layak digunakan untuk memprediksi laba.”

2904
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Uji Autokorelasi”

Tabel 4.5”

Hasil Uji Autokorelasi Durbin Watson” „

Model Summaryb”

„R „Adjusted R „Std. Error of „Durbin


„Model„ „R„ Square„ Square„ the estimate„ watson„

1 .614a .377 .319 6.85595 1.125

“a. predictors: (constant), volume penjualan, biaya„distribusi, „biaya„promosi, biaya„produksi”

“b. dependent variabel: Laba”

Sumber :”Output SPSS 16”

Berdasarkan hasil pengujian autokorelasi menggunakan„durbin watson yang„menunjukkan„nilai


durbin watson‟1,125‟yang lebih besar dibanding dengan tingkat signifikansi 0,05. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak adanya autokorelasi pada penelitian ini.”

Uji„Hipotesis”

Analisis„Koefisien Determinasi”

Tabel 4.6”

Hasil Uji„Koefisien Determinasi‟(R2) ”

Model Summary”

“Adjusted
“R R “Std. Error of
“Model” “R” Square”„ Square” the estimate”

1 .605a .366 .323 6.83746

“a. Predictors: (constant), biaya distribusi, biaya produksi, biaya promosi”

2905
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

“Sumber: Output SPSS„16”

Berdasarkan hasil pengujian menggunakan koefisien determinasi menunjukkan nilai R


square mempunyai nila sebesar 0.323 > 0,05. Hal ini dapat diartikan bahwa secara bersama-sama
pengaruh upaya biaya produksi,‟biaya promosi dan biaya distribusi memberikan pengaruh
sebesar 32,3% terhadap laba perusahaan,‟sedangkan sisanya‟67,7%‟dipengaruhi oleh variabel
lain diluar‟model. ”

Uji Simultan (Uji F)”

Tabel 4.7”

Hasil Uji Simultan (Uji F)”m

‟ ANOVAb”m ‟

‟Sum of ‟Mean
‟Model ‟ Squares‟ ‟Df ‟ Square‟ ‟F ‟ ‟Sig.‟

1 ‟Regression
1187.522 3 395.841 8.467 .000a

‟Residual ‟ 2057.039 44 46.751

‟Total ‟ 3244.561 47

“a. Predictor: (contant), biaya distribusi,‟biaya produksi, biaya promosi”

“b. Dependent variabel: Laba”

Sumber: Output SPSS‟16”

Berdasarkan hasil uji simultan yang menunjukkan bahwa variabel independen secara bersama-
sama mempengaruhi variabel dependen,’hal ini dapat disimpulkan karena,‟dilihat dari hasil F
hitung sebesar‟8,467 dengan tingkat signifikansinya‟0,000 yang lebih kecil dibandingkan dengan
0,05.”

Uji Parsial (Uji t)”

Tabel 4.8”

2906
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Hasil Hitung Uji t”m

Coefficientsa”

‟Unstandardized ‟Standardized
‟Coefficients Coefficients‟

Model B Std. Error Beta T Sig.

1 ‟ (Constant) ‟ 49.601 8.821 5.623 .000

‟Biaya
.008 .014 .074 .614 .543
produksi‟

‟Biaya
.004 .003 .193 1.547 .129
promosi‟

‟Biaya
1.601 .382 .524 4.194 .000
distribusi‟

a. Dependent variabel: Laba

Sumber :”Output SPSS 16

Berdasarkan hasil pengujian parsial diatas, dapat disimpulkan bahwa”:

Hasil hipotesis pertama variabel biaya produksi pada penelitian ini yaitu‟nilai t hitung‟ (0,614) <
t tabel (1,680), dan‟nilai signifikansi‟0,543 >‟0,05, hal ini‟menunjukkan‟bahwa H0 diterima dan
H1 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa‟variabel biaya promosi tidak berpengaruh
terhadap laba perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan dan penurunan laba
juga‟ditentukan oleh produksi yang‟dihasilkan,‟apabila biaya produksi kecil dan produk yang
tersedia juga kecil‟maka laba perusahaan akan‟menurun.”

Hasil hipotesis kedua variabel biaya promosi dalam penelitian ini yaitu nilai t hitung (1,547) < t
tabel (1,680),/dan nilai signifikansi 0,129 > 0,05, hal ini menunjukkan‟bahwa H0 diterima dan
H1‟ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa‟variabel biaya produksi‟tidak berpengaruh
terhadap laba‟perusahaan.”Hal‟ini menunjukkan bahwa‟kurangnya‟biaya promosi

2907
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

yang‟dikeluarkan oleh perusahaan dan kurangnya komunikasi kepada masyarakat, sehingga ini
berdampak pada menurunnya laba.”

Hasil hipotesis ketiga variabel biaya distribusi dalam penelitian ini yaitu nilai t hitung (4,194) < t
tabel (1,680), dan nilai signifikansi 0,000 <‟0,05, hal ini menunjukkan bahwa‟H0‟ditolak‟dan H1
diterima,‟sehingga dapat disimpulkan bahwa‟variabel biaya distribusi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap laba perusahaan. Hasil penelitian ini‟mendukung penelitian yang
telah‟dilakukan oleh‟Prihantara et all (2015), Syukriadi (2016), Laki et all (2019). Hal ini
menunjukkan bahwa saluran distribusi perusahaan telah tersalurkan dengan baik sehingga
produk dapat terjual sebanyak mungkin,‟jika hal ini terus menerus dilakukan maka akan
berdampak pada peningkatan laba perusahaan.”

Uji Interaksi”

Tabel 4.9“

Hasil Uji Interaksi“

Coefficientsa”

‟Unstandardized ‟Standardized
Coefficients‟ Coefficients‟

‟Std.
‟Model ‟ ‟B ‟ Error‟ ‟Beta ‟T ‟Sig.

1 ‟ (Constant) ‟ 49.890 9.278 5.377 .000

biaya produksi .027 .021 .237 1.300 .201

biaya promosi .001 .006 .058 .201 .841

biaya distribusi 2.703 .704 .885 3.841 .000

biaya
produksi*volume -2.987 1.752 -.344 -1.705 .096
penjulan

2908
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

biaya
promosi*volume .509 .998 .138 .510 .613
penjulan

biaya
distribusi*volume 1.606 .964 .401 1.667 .103
penjulan

“a. Dependent Variable: Laba“

Sumber :”Output SPSS 16”

Hasil hipotesis keempat variabel volume penjualan memoderasi biaya produksi dalam
penelitian ini adalah nilai t hitung sebesar -1,705 dengan tingkat signifikan 0,096 yang lebih
besar dibandingkan 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa‟volume penjualan‟yang
memoderasi‟biaya produksi secara‟signifikan tidak‟berpengaruh terhadap
laba‟perusahaan.”Dengan demikian‟dapat‟disimpulkan bahwa volume penjualan‟dalam
memoderasi‟biaya produksi bukan merupakan variabel moderasi‟karena hanya memberikan
koefisien yang tidak signifikan.”

Hasil hipotesis kelima variabel volume penjualan memoderasi biaya promosi dalam
penelitian ini adalah nilai t hitung sebesar 0,510‟dengan tingkat signifikan‟0,613 yang lebih
besar dibanding 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa volume penjualan yang memoderasi
biaya promosi tidak‟berpengaruh secara signifikan terhadap‟laba perusahaan.”Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa‟volume penjualan dalam memoderasi biaya promosi‟bukan merupakan
variabel moderasi‟karena hanya memberikan koefisien yang tidak signifikan.”

Hasil hipotesis keenam variabel volume penjualan memoderasi biaya distribusi dalam
penelitian ini adalah nilai t hitung sebesar‟1,667 dengan tingkat signifikan sebesar 0,103 yang
lebih besar dari 0,05.”Sehingga dapat disimpulkan bahwa volume penjualan yang memoderasi
biaya distribusi tidak‟berpengaruh secara signifikan terhadap‟laba perusahaan.”Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa‟volume penjualan dalam memoderasi biaya distribusi‟bukan
merupakan variabel moderasi‟karena hanya memberikan koefisien yang tidak signifikan.”

5.”Kesimpulan‟

Kesimpulan”

2909
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Penelitian ini membuktikan bahwa hipotesis biaya produksi dan biaya promosi tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap laba perusahaan.”Hal ini dibuktikan dari hasil hitung
variabel biaya produksi sebesar 0,614 dengan tingkat signifikansi‟0,543 yang lebih besar
dari‟0,05. Dan hasil hitung biaya promosi sebesar 1,547‟dengan tingkat signifikansi‟0,129 yang
lebih besar dari 0,05.”Ini menunjukkan bahwa masih kurangnya biaya produksi dan biaya
promosi yang dilakukan PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang,‟jika hal‟ini terus dilakukan maka
perusahaan akan‟terus‟mengalami penurunan penjualan‟dan laba perusahaan menjadi tidak
maksimal.”

Sedangkan untuk biaya distribusi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap laba
perusahaan.”Hal ini dibuktikan dari hasil hitung sebesar‟4,194 dan tingkat signifikansi 0,000
yang lebih kecil dari 0,05.”Ini menunjukkan bahwa biaya distribusi yang dilakukan PT.”Pupuk
Sriwidjaja Palembang sudah sangat baik,‟jika hal ini terus dilakukan maka perusahaan akan terus
menerus mengalami peningkatan penjualan dan laba yang diperoleh akan maksimal.”

Penelitian ini juga membuktikan bahwa hipotesis‟volume penjualan‟yang memoderasi


variabel‟biaya produksi,’biaya promosi dan biaya distribusi‟menunjukkan bahwa interaksi antara
variabel independen terhadap variabel moderasi tidak berpengaruh terhadap laba perusahaan
(variabel dependen). Hal ini dibuktikan dari hasil uji interaksi volume penjualan pada biaya
produksi sebesar‟-1,705 dengan‟tingkat signifikansi‟0,096 yang lebih besar dari 0,05. Hasil uji
interaksi volume penjualan pada biaya promosi sebesar 0,510 dengan tingkat signifikansinya
0,613 yang lebih besar dari 0,05.”Dan hasil dari uji interkasi volume penjualan pada biaya
distribusi sebesar 1,667‟dengan tingkat signifikansim0,103‟yang lebih besar darim0,05.”Ini
menunjukkan bahwa‟masih kurangnya‟biaya produksi, biaya promosi dan biaya distribusi yang
dikeluarkan perusahaan‟sehingga berdampak pada penjualan, serta laba yang mengalami
penurunan.”

6.”DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A., Dan‟James, L. Loebbecke. 2008. Auditing Pendekatan‟Terpadu.”

Bustami,’Bastian. 2009.‟Akuntansi Biaya Melalui Pendekatan Manajerial.‟EdisI”

Pertama, Jakarta :‟Mitra Wacana‟Media.”

Edison., Dan Sapta, U. 2010.‟Pengaruh Biaya Standar Terhadap Pengendalian Biaya Produksi
Studi Kasus Pada PT ITP‟Tbk. Jurnal Ranggagading.

2910
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Kurniadi, Firmansyah. 2010.‟Pengaruh Biaya Promosi Dan Distribusi Terhadap Peningkatan


Volume Penjualan Pada CV. Sejati Di Sragen. Surakarta.”

Laki, Melisa Feronika.‟Grace, B. Nangoi., Dan Heince, R. N Wokas. 2019. Pengaruh Biaya
Promosi Dan Biaya Distribusi Terhadap Laba Pada PT.‟Megamitra Makmur Sentoda Manado.”

Prihantara, Kadek Dody‟Slamat. I, Wayan Suwendra., Dan‟Ni, Nyoman Yulianthini.


2015.”Pengaruh Biayapromosi Dan Biaya Distribusi Terhadap Volume Penjualan Pada UD
Nata Jati Mebel. e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha.”

Putra,‟Yonnade Arga. 2014.”Analisis Pengaruh Biaya Produksi Dan Penjualan Terhadap Laba
Perusahaan (Studi Pada Usaha Mikro Kecil Menengah Di Kecamatan Jaten
Kabupaten‟Karanganyar).”

Rustami, Putu. I, Ketut‟Kirya.,‟Dan‟Wayan, Cipta.”2014.’Pengaruh Biaya Produksi, Biaya


Promosi, Dan Volume Penjualan Terhadap Laba Pada Perusahaan Kopi Bubuk Banyuatis. E-
Journal Bisma Universitas Pendidikan‟Ganesha.”

Syukriadi, Muhammad. 2016.”Pengaruh Biaya Produksi, Biaya Promosi, Dan Biaya Distribusi
Terhadap Laba Perusahaan Dengan Volume Penjualan Sebagai Variabel Moderasi (Studi Kasus
Pada CV. Citra Sari Makassar).”

Terjemahan Oleh Amir Abadi Yusuf, Buku Dua,‟Edisi Indonesia.’Salemba Empat, Jakarta.”

Widnyana,‟Made Juni.‟I, Made Nuridja., Dan I, Ketut Dunia. 2014.”Pengaruh Biaya Promosi
Dan Biaya Distribusi Terhadap Laba UD Surya Logam Desa Temukus Tahun‟2010-
2012.’Jurusan Pendidikan Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja”

2911
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

PENGARUH PERSEPSI ETIS MAHASISWA AKUNTANSI DALAM


PRAKTIK AKUNTANSI KREATIF DI PERUSAHAAN

Shinta Pricia Anggita1, Siti Nurhayati Nafsiah2

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Bina Darma Palembang

Email : shintapricia3@gmail.com1, siti_nurhayati@binadarma.ac.id2

Abstract

This study aims to analyze the factors that influence the ethical perceptions of accounting
students in creative accounting practices in companies consisting of intellectual intelligence
emotional intelligence, and spiritual intelligence. The data used in this study are primary data
distributed in three universities located in Palembang, south Sumatra. The population in this
study were accounting students of Palembang binadarma university, Palembang PGRI university
and Palembang Muhamadiyah University 2016. Batch of population in this study were 470
accounting students and the sample used was 82 accounting students at three diplomatic
universities. Analysis of the data used in this study uses multiple linear regression analysis. The
results showed that intellectual intelligence, emotional intelligence, and spiritual intelligence had
a positive influence on the company”s creative practices

Keywords : Intellectual Intelligence, Emotional Intelligence, Spiritual Intelligence, Ethical


Perceptions Of Accounting Students In Creative Accounting Practices In Companies

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi persepsi etis
mahasiswa akuntansi dalam praktik akuntansi kreatif di perusahaan yang terdiri dari kecerdasan
intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Data yang digunakan pada
penelitian ini yaitu data primer yang disebar ditiga universitas yang berada dikawasan plaju kota
Palembang sumatera selatan. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa akuntansi
universitas binadarma Palembang, universitas PGRI Palembang, dan Universitas Muhamadiyah
Palembang Angkatan 2016. Populasi pada penelitian ini sebanyak 470 mahasiswa akuntansi dan

2912
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

sampel yang digunakan sebanyak 82 mahasiswa akuntansi di tiga universitas diplaju. Analisis
data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil
penelitian yang menunjukan bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan
kecerdasan spiritual mempunyai pengaruh positif terhadap praktik akuntansi kreatif di
perusahaan.

Kata Kunci : Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Persepsi Etis
Mahasiswa Akuntansi Dalam Praktik Akuntansi Kreatif Di Perusahaan

Pendahuluan

Creative Accounting menurut Bhasin (2016) merupakan praktik yang mengikuti (atau mungkin
tidak) prinsip atau standar akuntansi, tapi menyimpang dari tujuan yang sesungguhnya demi
menunjukkan citra yang diinginkan oleh perusahaan kepada para pemangku kepentingan.Salah
satu tindakan menyimpang dari tujuan yang sesungguhnya misalnya adalah kegiatan akuntansi
perusahaan harus di ungkapkan secara penuh pada periode berjalan namun tidak dilakukan.
Dengan kata lain, praktik Creative Accounting mereduksi reliabilitas atas informasi keuangan.
Para pelaku Creative Accounting menggunakan celah dari prinsip dan standar yang ada atau
bahkan teknik-teknik yang digunakan tidak atau belum diungkapkan di dalam standar akuntansi
keuangan sehingga praktik ini tidak di katakan perilaku Fraud.

Ada beberapa perusahaan yang menggunakan praktik akuntansi kreatif misalnya saja adanya
manipulasi laporan keuangan pada PT Kereta Api Indonesia yang saat itu transparansi serta
kejujuran dalam pengelolaan lembaga yang merupakan salah satu derivasi amanah reformasi
ternyata belum sepenuhnya dilaksanakan oleh salah satu badan usaha milik negara, yakni Kereta
Api Indonesia, dalam laporan keuangan pada tahun 2005 , ia mengumumkan bahwa keuntungan
sebesar Rp. 6,90 Milyar telah diraihnya. Padahal, apabila dicermati sebenarnya ia mengalami
kerugian sebesar Rp. 63 Milyar. Kerugian ini terjadi karena PT Kereta Api Indonesia telah tiga
tahun tidak dapat menagih pajak ke pihak ketiga. Dengan adanya kasus tersebut maka pandangan
tentang creative accounting ini dilakukan salah satu caranya dengan memberikan pemahaman
dini di dunia akademis, yaitu kepada mahasiswa akuntansi yang nantinya akan terjun ke dunia
bisnis.

Mahasiswa akuntansi sebagai calon- calon akuntan di masa mendatang harus memahami dunia
akuntansi itu sendiri walaupun masih dalam tataran teoritis, namun hal ini tidak boleh dianggap
masalah kecil. Dalam hal ini tentunya akan lebih menarik untuk mengetahui tanggapan
mahasiwa akuntansi mengenai fenomena-fenomena praktik akuntansi kreatif. Oleh karena itu
mahasiswa akuntansi mempunyai hubungan yang sangat erat kaitannya dengan praktik akuntansi

2913
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

kreatif karena persepsi etis mahasiswa akuntansi sebagai calon pembisnis, akuntan, investor atau
auditor. Maka dari itu dalam penelitian ini penulis menjadikan mahasiswa jurusan akuntansi
sebagai subjek penelitian tentang praktik akuntansi kreatif.

Menurut Robin dan Judge (2007) kecerdasan intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan
untuk melakukan berbagai aktivitas mental. Semakin tinggi IQ seseorang, maka akan semakin
tinggi juga kemampuannya untuk menghadapi masalah yang berhubungan dengan kemampuan
spasial, numerical, dan linguistic. Maka dari itu, kecerdasan intelektual yang baik
memungkinkan seorang mahasiswa akuntansi tersebut dapat lebih memahami apakah praktik
akuntansi kreatif diperusahaan etis atau tidak dilakukan. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan oleh Risela (2016) yang menyatakan bahwa kecerdasan intelektual berpengaruh positif
terhadap akuntansi kreatif, kemudian Adinda (2015) bahwa kecerdasan intelektual berpengaruh
positif terhadap perilaku etis mahasiswa akuntansi dalam praktik pelaporan keuangan.

Kecerdasan emosional menjadikan seseorang mampu mengelola emosi dan mengenali perasaan
diri sendiri dan orang lain. Termasuk di antaranya kemampuan memotivasi diri sendiri,
kemampuan mengelola emosi pribadi, dan kemampuan berinteraksi sosial.Disamping itu,
kecerdasan emosi merupakan konsep yang baru-baru ini menerima banyak perhatian dalam
literatur ilmu sosial.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Risela (2016) menerangkan bahwa kecerdasan emosional
berpengaruh positif terhadap akuntansi kreatif, lalu penelitian Novitasari (2017) bahwa
kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi.

Menurut Zohar dan Marshal (2002) Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi
dan memecahkan persoalan makna dan nilai yang menempatkan perilaku dan hidup manusia
dalam konteks yang lebih luas dan kaya yang memungkinkan seseorang untuk menyatukan hal-
hal yang bersifat intrapersonal dan interpersonal, serta menjembatani kesenjangan antara diri
sendiri dan orang lain. Penelitian yang telah dilakukan oleh Risela (2016) menunjukan adanya
pengaruh positif terhadap akuntansi kreatif. Kecerdasan spiritual digunakan untuk menyelesaikan
masalah kaidah dan nilai- nilai spiritual, dengan adanya kecerdasan spiritual maka akan
membawa seseorang untuk mencapai kebahagian hakikinya. Meskipun penelitian mengenai
persepsi etis mahasiswa akuntansi telah banyak dilakukan, namun penelitian sebelumnya hanya
berfokus pada bagaimana persepsi etis mahasiswa akuntansi mengenai praktik akuntansi kreatif
tersebut.Peneliti ingin menganalisis apakah tingkat kecerdasan seseorang mempengaruhi
persepsi etis mahasiswa akuntansi dalam praktik akuntansi kreatif di perusahaan.Tingkat

2914
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual.

2. Tinjauan Pustaka

2.1 Persepsi

Menurut Dewi (2010) persepsi adalah aktivitas yang memberikan kemungkinan manusia untuk
mengendalikan rangsangan-rangsangan yang sampai kepada dirinya melalui panca indra untuk
diberikan respon dan tanggapan yang diberikan oleh seseorang mengenai suatu tindakan yang
dilakukan.

2.2 Etika

Etika adalah sikap atau perilaku yang ada pada dalam diri seseorang bagaimana seorang
individu beretika yang baik dan benar serta apabila telah bekerja disebuah perusahaan seorang
akuntansi apakah telah mengikuti sesuai prosedur yang ada berdasarkan prinsip dan norma-
norma yang ada.

2.3 Akuntansi Kreatif

Creative Accounting adalah suatu proses atau tahapan dalam suatu usaha seseorang untuk
pengembangan suatu ide dengan cara menggunakan kemampuan tersebut untuk memanipulasi
suatu pelaporan keuangan serta praktik akuntansi kreatif adalah penggunaankemampuan
akuntansi seseorang untuk memanfaatkan teknik kebijakan akuntansi guna mendapatkan hasil
yang diinginkan tergantung motivasi pelaku aktivitas akuntansi.

2.4 Tujuan Akuntansi Kreatif

Tujuan Creative Accounting untuk pelarian pajak, menipu bank demi mendapatkan pinjaman
baru, atau mempertahankan pinjaman yang sudah diberikan oleh bank dengan syarat-syarat
tertentu, mencapai target yang ditentukan oleh analisis pasar, atau mengecoh pemegang saham
untuk menciptakan kesan bahwa manajemen berhasil mencapai hasil yang cemerlang.

2.5 Alasan Praktik Akuntansi Kreatif

2915
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Adanya konflik antara manajemen dan stakeholder, pembayaran pajak, konflik kepentingan, dan
kosmetika akuntansi

2.6 Unsur- Unsur Akuntansi Kreatif

Menurut Charles dan Eugene (2002) membagi akuntansi kreatif menjadi beberapan unsur, yaitu:
Pengakuan Pendapatan yang Terlalu Dini atau Pendapatan Fiktif, kapitalisasi agresif dan
kebijakan amortisasi yang diperpanjang, kesalahan pelaporan asset dan kewajiban, prilaku kreatif
laporan laba rugi dan masalah pelaporan arus kas

2.7 Persepsi Mahasiswa Mengenai Praktik Akuntansi Kreatif

Mahasiswa akuntansi mempunyai tanggapan dan persepsi yang berbeda- beda mengenai praktik
creative accounting karna seorang akuntan hendaknya lebih teliti dan hati hati dalam proses
penyajian laporan keuangan apabila mereka telah bekerja dan memulai bisnisnya didalam
perusahaan sehingga disaat proses belajar mengajar mahasiswa akuntansi lebih memahami
apakan tidak tersebut merupakan tindakan yang etik atau tidak untuk dipraktikkan kedalam
kedunia kerja apabila telah menjadi seorang akuntan.

2.8 Pengembangan Hipotesis

2.8.1 Kecerdasan Intelektual

Menurut Risela (2016) Kecerdasan Intelektual merupakan kecerdasan intelegensia yang diuji
dari hasil tes kemampuan dalam menyelesaikan suatu problem yang biasanya diaplikasikan
dalam angka- angka dan sejenisnya yang biasa dilakukan dalam dunia pendidikan dan hasil tes
itu akan diberi nilai maka nilai itulah dijadikan ukuran kemampuan intelektual seseorang.

: Kecerdasan Intelektual berpengaruh positif terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi


dalam praktik akuntansi kreatif.

2.8.2 Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri,
ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta
mengatur keadaan jiwa Adinda(2015). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Saputra
(2018) menunjukan berpengaruh positif terhadap tingkat pemahaman akuntansi, Adinda (2015)
menyatakan bahwa berpengaruh terhadap persepsi mahasiswa akuntansi dalam praktik pelaporan

2916
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

keuangan, Risela (2016) di universitas negeri Yogyakarta kecerdasan emosional berpengaruh


positif terhadap persepsi mahasiswa mengenai praktik akuntansi kreatif.

: Kecerdasan Emosional berpengaruh positif terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi


dalam praktik akuntansi kreatif.

2.8.3 Kecerdasan Spiritual

Menurut Saputra (2018) Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan
memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan prilaku dan hidup
seseorang dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa
tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna. seseorang yang memiliki kecerdasan
spiritual yang tinggi akan memotivasi mahasiswa untuk selalu bekerja dengan jujur misalnya saja
dapat menghindari praktik akuntansi kreatif apabila telah menjadi seorang auditor, akuntan dan
lain sebagainya, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga memiliki motivasi untuk selalu
belajar secara jujur dan memiliki kreativias yang tinggi pula. Risela (2016) di universitas negeri
Yogyakarta kecerdasan spiritual berpengaruh positif terhadap persepsi mahasiswa mengenai
praktik akuntansi kreatif. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan pengujian berdasarkan
temuan penelitian persepsi mahasiswa akuntansi dalam praktik akuntansi kreatif di perusahaan
kedalam hipotesis sebagai berikut :

: Kecerdasan spiritual berpengaruh positif terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi


dalam praktik akuntansi kreatif.

2.8.4 Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan Intelektual merupakan kecerdasan intelegensia yang diuji dari hasil tes kemampuan
dalam menyelesaikan suatu problem yang biasanya diaplikasikan dalam angka- angka dan
sejenisnya yang biasa dilakukan dalam dunia pendidikan dan hasil tes itu akan diberi nilai maka
nilai itulah dijadikan ukuran kemampuan intelektual seseorang. Kecerdasan emosional adalah
kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi
kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa Goleman
(2003).Menurut Saputra (2018) Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan
memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan prilaku dan hidup
seseorang dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa
tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna.

2917
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

H4: Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Dan Kecerdasan Spiritual Bersama-


Sama Berpengaruh Positif Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Dalam Praktik
Akuntansi Kreatif.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk menguji hipotesis.
Dalam penelitian ini terdapat 3 variabel independen yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosional, dan kecerdasan spiritual, sedangkan variabel dependennya yaitu persepsi etis
mahasiswa akuntansi dalam praktik akuntansi kreatif di perusahaan. Populasi pada penelitian ini
adalah mahasiswa akuntansi angkatan 2016 yang aktif belajar di Universitas Binadarma
Palembang, Universitas PGRI Palembang, dan Universtitas Muhamadiyah Palembang yang
sudah menempuh mata kuliah auditing dan etika bisnis profesi berjumlah 470 dan sampel yang
digunakan sebanyak 82 dengan menggunakan rumus slovin.

2.1 Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer, sehingga teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket atau kuisioner yan dibagikan kepada
mahasiswa program studi akuntansi angkatan 2016 di Universitas PGRI Palembang, Universitas
Binadarma Palembang, dan Universitas Muhamadiyah Palembang berdasarkan jumlah sampel yang telah
ditentukan.

Hasil Dan Pembahasan

4.1 Uji Asumsi Klasik

4.1.2 Uji Linearitas

Variabel Signifikansi Keterangan


Kecerdasan intelektual 0,050 Linear
Kecerdasan emosional 0,182 Linear
Kecerdasan spiritual 0,153 Linear
Hasil uji linearitas diatas dapat dilihat bahwa semua variabel mempunyai hubungan yang linear
karena nilai signifikansi lebih dari 0,05 yang berarti variabel kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosional, dan kecerdasan spiritual linear.

2918
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

4.1.3 Uji Normalitas


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 82

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 4.06457794

Most Extreme Differences Absolute .090

Positive .090

Negative -.047

Test Statistic .090

Asymp. Sig. (2-tailed) .095c

Hasil uji normalitas diatas menunjukan bahwa nilai residual dari semua variabel mempunyai
nilai signifikansi sebesar 0,095 yang artinya semua variabel berdistribusi normal karena (0,095>
0,05).

Uji Multikolinearitas

Variabel Toleranc VIF Kesimpulan


e
Kecerdasan 0,793 1,260 Tidak terjadi
intelektual multikolinearitas
Kecerdasan 0,872 1,147 Tidak terjadi
emosional multikolinearitas
Kecerdasan 0,799 1,252 Tidak terjadi
spiritual multikolinearitas

Dari data diatas dapat dilihat bahwa semua variabel yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosional, dan kecerdasan spiritual nilai toleransi diatas 0,1 dan nilai VIF dibawah 10 sehingga
dapat disimpulkan pada penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas.

2919
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Uji Heteroskesdatisitas

Variabel Sig Kesimpulan


Kecerdasan 0,162 Tidak terjadi heteroskesdatisitas
intelektual
Kecerdasan 0,502 Tidak terjadi heteroskesdatisitas
emosional
Kecerdasan 0,589 Tidak terjadi heteroskesdatisitas
spiritual

Pada tabel penelitian diatas menunjukan bahwa semua variabel tidak terjadi heteroskesdatisitas
karena nilai signifikansi dari ketiga variabel tersebut lebih dari 0,05

Uji Hipotesis (Uji T)


a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta T Sig.

1 (Constant) 3.827 5.142 .744 .459

X1 .400 .141 .292 2.841 .006

X2 .288 .143 .199 2.022 .047

X3 .349 .125 .286 2.780 .007

a. Dependent Variable: Y

Berdasarkan hasil uji penelitian diatas yang menunjukan bahwa dengan melakukan perbandingan
t hitung dengan t tabel yang dapat dilihat bahwa nilai t hitung kecerdasan intelektual sebesar
2,841 dengan t tabel sebesar 1,664 lalu kecerdasan emosional sebesar 2,022 dengan t tabel
sebesar 1,664 dan kecerdasan spiritual sebesar 2,789 dengan t tabel sebesar 1,664 hal ini
menunjukan pada tingkat probabilitas 0,05 dengan jumlah 82 dan 4 variabel. Dapat disimpulkan
bahwa t hitung lebih besar dari pada t tabel dan nilai signifikansi < 0,05 yang berarti variabel
kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh positif
terhadap praktik akuntansi kreatif

2920
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Analisis Regresi Linear Berganda

Persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:

Y‟ = a + + + +e

= 3,827+ 0,400+ 0,288+ 0,349+ e

Variabel kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mempunyai konstanta


sebesar 3,827 maka nilainya adalah 0 maka persepsi etis mahasiswa akuntansi dalam praktik
akuntansi kreatif di perusahaan sebesar 3,827. Kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan
kecerdasan spiritual mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 0,400, 0,288 dan 0,349 jika
variabel independen lain nilainya tidak berubah dan kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosional dan kecerdasan spiritual mengalami peningkatan sebesar 0,01 maka variabel
dependen akan mengalami peningkatan sebesar 0,400, 0,288 dan 0,349. Oleh karena itu,
kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap persepsi etis
mahasiswa akuntansi dalam praktik akuntansi kreatif di perusahaan mempunyai koefisien yang
bernilai positif dan terjadi hubungan yang positif.

4.4 Uji F
ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

b
1 Regression 702.121 3 234.040 13.642 .000

Residual 1338.184 78 17.156

Total 2040.305 81

a. Dependent Variable: Y

b. Predictors: (Constant), X1, X2, X3

Berdasarkan hasil uji f pada tabel diatas menunjukan bahwa f hitung sebesar 13,642 dengan
tingkat kesalahan sebesar 0,05 dengan f tabel sebesar 2,72 hal ini berarti nilai F hitung lebih
besar daripada F tabel 13,642 > 2,72 . dengan melihat nilai signifikansi sebesar 0,000 berarti<
dari 0,05. Dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel ini yang terdiri dari kecerdasan intelektual,
kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual bersama- sama berpengaruh positif terhadap
persepsi etis mahasiswa akuntansi dalam praktik akuntansi kreatif di perusahaan.

2921
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

4.5 Analisis Korelasi Berganda

Model Summary

Std. Error of the


Model R R Square Adjusted R Square Estimate

1 .587a .344 .319 4.14201

a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1

Berdasarkan tabel korelasi berganda diatas nilai R sebesar 0,587.Hal ini berarti terjadi hubungan
yang sedang antara variabel kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi dalam praktik akuntansi kreatif di
perusahaan.

4.6 Uji Koefisien Determinasi


Model Summary

Std. Error of the


Model R R Square Adjusted R Square Estimate

1 .587a .344 .319 4.14201

a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1

Berdasarkan tabel koefisien determinasi diatas dapat dilihat bahwa nilai adjusted sebesar
31,9%. Hal ini menunjukan bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan
spiritual mempunyai pengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi dalam praktik
akuntansi kreatif di perusahaan. Akan tetapi masih ada 68,1% yang di pengaruhi oleh variabel
lain selain dari kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual terhadap
persepsi etis mahasiswa akuntansi dalam praktik akuntansi kreatif di perusahaan.

4.7 Pembahasan

2922
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Hasil penelitian menunjukan bahwa kecerdasan intelektual berpengaruh posirif terhadap persepsi
etis mahasiswa akuntansi dalam praktik akuntansi kreatif di perusahaan karena dibuktikan
dengan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa nilai t hitung lebih besar dari t tabel (2,841>
1,664)., dengan signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,006 < 0,05) dan terdapat nilai positif sebesar
0,400. Hal ini berarti penelitian dapat dibuktikan dengan hasil penelitian dan pembahasan yang
ada. Oleh karena itu hipotesis kecerdasan intelektual berpengaruh positif terhadap persepsi etis
mahasiswa akuntansi dalam praktik akuntansi kreatif di perusahaan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh posirif terhadap persepsi
etis mahasiswa akuntansi dalam praktik akuntansi kreatif di perusahaan karena dibuktikan
dengan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa nilai t hitung lebih besar dari t tabel (2,022 >
1,664), dengan signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,047 < 0,05) dan terdapat nilai positif sebesar
0,288. Hal ini berarti penelitian dapat dibuktikan dengan hasil penelitian dan pembahasan yang
ada. Oleh karena itu hipotesis kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap persepsi etis
mahasiswa akuntansi dalam praktik akuntansi kreatif di perusahaan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh positif terhadap persepsi
etis mahasiswa akuntansi dalam praktik akuntansi kreatif di perusahaan karena dibuktikan
dengan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa nilai t hitung lebih besar dari t tabel (2,780 >
1,664)., dengan signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,007 < 0,05) dan terdapat nilai positif sebesar
0,349. Hal ini berarti penelitian dapat dibuktikan dengan hasil penelitian dan pembahasan yang
ada.Oleh karena itu hipotesis kecerdasan spiritual berpengaruh positif terhadap persepsi etis
mahasiswa akuntansi dalam praktik akuntansi kreatif di perusahaan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan


kecerdasan spiritual berpengaruh positif terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi dalam
praktik akuntansi kreatif di perusahaan karena dibuktikan dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan bahwa nilai F hitung lebih besar daripada F tabel (13,642 > 2,72) dengan signifikansi
lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) dengan nilai r sebesar 0,587 dan adjused r square sebesar
0,319 (31,9%) hal ini berarti penelitian dapat dibuktikan dengan hasil penelitian dan pembahasan
yang ada. Oleh karena itu hipotesis kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan
kecerdasan spiritual bersama- sama berpengaruh positif terhadap persepsi etis mahasiswa
akuntansi dalam praktik akuntansi kreatif di perusahaan.

Hasil penelitian kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual sejalan
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Risela (2016) yang berjudul Pengaruh EQ,IQ dan
SQ terhadap akuntansi kreatif mengenai persepsi etis mahasiswa akuntansi. Penelitian ini

2923
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

menunjukan bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual


berpengaruh positif terhadap akuntansi kreatif mengenai persepsi etis mahasiswa akuntansi.
Kemudian sependapat dengan penelitian yang dilakukan, kemudian penelitian Saputra(2018)
Pengaruh EQ, IQ dan SQ terhadap pemahaman akuntansi bahwa kecerdasan intelelektual,
kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap tingkat pemahaman
akuntansi.

Kesimpulan

Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis“faktor- faktor yang mempengaruhi persepsi etis
mahasiswa akuntansi dalam praktik akuntansi kreatif di perusahaan” yang terdiri dari empat
variabel yaitu “kecerdasan intelektual, “kecerdasan emosional” dan “kecerdasan spiritual”serta
persepsi etis mahasiswa akuntansi dalam praktik akuntaansi kreatif di perusahaan. Berdasarkan
hasil analisa yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut” :

Kecerdasan intelektual”mempunyai pengaruh positif terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi


dalam praktik akuntansi kreatif di perusahaan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil penelitian
yang menunjukan bahwa nilai t hitung > t tabel. Kemudian dapat disimpulkan bahwa variabel
kecerdasan intelektual berpengaruh positif terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi dalam
praktik akuntansi kreatif di perusahaan, dengan nilai signifikansi kurang dari 0,05.

Kecerdasan emosional” mempunyai pengaruh positif terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi
dalam praktik akuntansi kreatif di perusahaan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil penelitian
yang menunjukan bahwa nilai t hitung > t tabel.“Kemudian dapat disimpulkan bahwa variabel
“kecerdasan emosional”berpengaruh positif”terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi dalam
praktik akuntansi kreatif di perusahaan, dengan nilai signifikansi kurang dari 0,05.

Kecerdasan spiritual” mempunyai pengaruh positif terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi
dalam praktik akuntansi kreatif di perusahaan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil penelitian
yang menunjukan bahwa nilai t hitung > t tabel. Kemudian dapat disimpulkan bahwa variabel
“kecerdasan spiritual”berpengaruh positif terhadap “persepsi etis mahasiswa akuntansi dalam
praktik akuntansi kreatif di perusahaan”, dengan nilai signifikansi kurang dari 0,05.

Kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan Kecerdasan spiritual mempunyai pengaruh


positif terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi dalam praktik akuntansi kreatif di perusahaan.

2924
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil penelitian yang menunjukan bahwa nilai F hitung > F
tabel. Dapat disimpulkan bahwa variabel kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan
kecerdasan spiritual berpengaruh positif terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi dalam
praktik akuntansi kreatif di perusahaan, dengan nilai signifikansi kurang dari 0,05.

Daftar Pustaka

Adinda, kezia. 2016. Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Intelektual Terhadap
Perilaku Etis Mahasiswa Akuntansi Dalam Pelaporan Keuangan. ( Studi Kasus Pada Mahasiswa
Akuntansi Universitas Diponegoro),” Skripsi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas
Diponegoro.

Amin, 1991, Konsepsi Etika Ghazali dan Immanuel Kant. Jurnal Al- Jamiah Majalah Ilmu
pengetahuan Agama Islam, UIN Sunan Kalijaga, No.45, hlm. 1-19, ISSN 0126-012 X,
Yogyakarta.

Bhasin, Madan Lal. 2016. “Survey of Creative Accounting Practices: An Empirical Study.”
Wulfenia Journal 23 (1):143–62.

Charles W. Mulford dan Eugene. 2002. The financial numbers game Cambridge : jhon wiley &
sons inc.

Dewi, Herwinda N. 2010. Pengaruh Orientasi Etis, Gender dan Tingkat Pengetahuan terhadap
Persepsi Mahasiswa Akuntansi atas Perilaku Tidak Etis Akuntan (Studi Pada Universitas Kristen
Satya Wacana). Skripsi Universitas Diponegoro.

Goleman, Daniel. 2003. Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta:
Gramedia.

Graham, Gordon. 2014. Teori-Teori Etika. Bandung: Nusa Media.

https://kbbi.web.id/persepsi

Lubis, A.I. 2010. Akuntansi keprilakuan. Jakarta: salemba empat.

2925
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Novitasari, Dwi. 2017. “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Persepsi Tekanan Etis Dan Muatan
Etika Dalam Pengajaran Akuntansi Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi”. Jurnal
Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta

Robbins dan Judge. Perilaku Organisasi Buku 2. Jakarta: Salemba Empat, 2008.

Sulistiawan, 2006. Praktik Creative Accounting: Sebuah Kajian Analitis.Jurnal Akuntansi dan
Teknologi Informasi. 2(2): 57-72.

Zohar dan Marshall. 2002. Kecerdasan Spiritual Terjemahan Rahmani Astuti, Ahmad Nadjib,
Ahmad Baiquni. Bandung : Mizan

2926
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

ANALISIS PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN BERBASIS SAK EMKM


PADA UMKM KAIN BLONGSONG KCHARIS JAYA
DI PALEMBANG

Suci Daryati, Siti Nurhayati Nafsiah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bina Darma

Emai : sucidaryati29@gmail.com, siti_nurhayati@binadarma.ac.id

Abstract

Kcharis Jaya is one of the micro small and medium enterprises (MSMEs) which was founded in
1970. Kcharis Jaya is a legacy business that is still running today. Mr. Habibi, as the owner of
Kcharis Jaya's third generation, continued the business that was passed on to him. Kcharis Jaya
has not presented the financial statements in accordance with the requirements of accounting
standards based on SAK EMKM, which consists of statements of financial position, income
statements, and notes to financial statements. The purpose of this study is to analyze financial
statements based on SAK EMKM. The data analysis technique used is descriptive qualitative
through 3 stages consisting of interviews, observation and documentation. This research shows
that Kcharis Jaya MSME has not implemented a good financial accounting system in
accordance with the financial accounting system of micro, small and medium-sized entities
(EMKMs) that have been formed. this is due to the lack of understanding of micro, small and
medium enterprises (MSMEs) about correct financial accounting standards.

Keywords: UMKM Kcharis Jaya, small and medium micro entity financial accounting system

PENDAHULUAN

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yaitu usaha produktif yang dimiliki suatu badan
usaha ataupun perorangan yang telah memenuhi kriteria sebagai usaha mikro. Seperti yang telah
diatur dalam peraturan perundang-undangan No. 20 tahun 2008, sesuai pengertian UMKM
tersebut maka kriteria UMKM dibedakan meliputi usaha mikro, usaha kecil, dan usaha
menengah. Salah satu UMKM yang terdapat di Kota Palembang yaitu Kcharis Jaya milik Bapak

2927
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Habibi. Kcharis Jaya berdiri pada tahun 1970. Kcharis Jaya adalah usaha warisan yang masih
berjalan sampai saat ini. Bapak Habibi selaku pemilik Kcharis Jaya generasi ketiga yang
meneruskan usaha yang telah diwariskan kepadanya. Kcharis Jaya memproduksi berbagai
macam kain, antara lain kain tenun tanjung, jumputan, blongket, bahan tanjung khas Palembang,
kain blongong, dll. Kcharis Jaya juga memproduksi bahan siap pakai, seperti baju, sarung dan
peci. Kcharis Jaya juga menyediakan lapangan pekerjaan dan membantu perekonomian untuk
masyarakat disekitar.

Permasalahan yang terjadi pada UMKM Kain Blongsong Kcharis Jaya yaitu belum tersusunnya
laporan keuangan yang disajikan dengan prosedur yang ada pada EMKM, ini mengakibatkan
laporan keuangannya belum relevan dan belum tersusun dengan baik, hal tersebut karena
UMKM kurang memahami tentang pencatatan akuntansi yang baik dan benar.

TINJAUAN PUSTAKA

Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil dan Menengah

Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia menertibkan Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) sebagai bentuk dorongan untuk mendukung
perkembangan ataupun pertumbuhan UMKM di Indonesia pada tahun 2009. Kemudian pada tahun 2016,
DSAK IAI menerbitkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (EMKM)
sebagai salah satu upaya dalam mendukung kemajuan perekonomian yang ada di Indonesia.

Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Usaha mikro adalah badan usaha perorangan yang memiliki kriteria sesuai Undang-Undang (UU) Nomor
20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), yaitu :

Kriteria Usaha Mikro :

Mempunyai kekayaan bersih tidak lebih dari Rp50.000.000

Mempunyai hasil penjualan tahunan tidak lebihi dari Rp.300.000.000.

Kriteria Usaha Kecil :

Mempunyai kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000 dan paling banyak Rp.500.000.000

Mempunyai penghasil dari penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000 dan paling banyak
Rp.2.500.000.000.

Kriteria Usaha Menengah :

2928
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Mempunyai kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000 dan paling banyak Rp10.000.000.000

Mempunyai penghasil dari penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000 dan paling banyak
Rp50.000.000.000.

Kriteria sebagaimana dimaksud diatas nilai nominalnya dapat berubah sesuai dengan perkembangan
ekonomi yang diatur sesuai dengan Peraturan Presiden.

Laporan Keuangan

Menurut SAK EMKM (2018:1) laporan keuangan yaitu untuk menyediakan informasi posisi keuangan
dan kinerja suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan
ekonomik oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta laporan keuangan khusus untuk
memenuhi kebutuhan informasi tersebut. Pengguna tersebut meliputi penyediaan sumber daya bagi
entitas, seperti creator maupun investor. Dalam memenuhi tujuannya, laporan keuangan juga
menunjukkan pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

Neraca

Neraca adalah bagian dari sebuah laporan keuangan yang mencatat informasi mengenai aset, kewajiban
pembayaran pada pihak-pihak yang terkait dalam operasional perusahaan, dan modal pada waktu
tertentu.Neraca keuangan atau laporan posisi keuangan merupakan salah satu dari serangkaian laporan
keuangan yang wajib dibuat untuk melaporkan kekayaan dan kewajiban bisnis. Laporan neraca keuangan
akan memperlihatkan berapa jumlah harta dan kewajiban, sekaligus memperlihatkan ekuitas pemilik
bisnis secara sistematis.

Laba Rugi

Laporan laba rugi adalah suatu laporan keuangan yang di dalamnya menjelaskan tentang kinerja
keuangan suatu entitas bisnis dalam satu periode akuntansi.Di dalam laporan ini terdapat informasi
ringkas mengenai jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk operasional suatu perusahaan serta laba
yang didapatkan selama perusahaan tersebut beroperasi.Laporan laba rugi entitas bisnis sangat diperlukan
untuk mengetahui kondisi dan perkembangan perusahan, apakah memperoleh laba selama menjalankan
usaha atau justru merugi.

Catatan Atas Laporan Keuangan

Laporan arus kas adalah laporan yang menunjukkan perincian dari arus kas masuk (penerimaan) dan
keluar (pengeluaran) suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Dalam laporan keuangan arus kas

2929
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

(cash flow statement) meliputi jumlah kas yang diterima, seperti pendapatan tunai dan investasi tunai dari
pemilik, serta jumlah kas yang dikeluarkan perusahaan, seperti beban-beban yang harus dikeluarkan,
pembayaran utang, dan pengambilan prive.

METODOLOGI PENELITIAN

Objek dalam penelitian yang dilakukan pada penelitian ini yaitu Kain Blongsong Kcharis Jaya di Kota
Palembang. Subjek dalam penelitian ini yaitu penerususaha UMKM Kcharis Jaya. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. data primer pada penelitian ini berupa wawancara
yang diperoleh secara langsung dari UMKM Kain Blongsong Kcharis Jaya. Sedangkan data sekunder
berupa pencatatan laporan keuangan UMKM Kain Blongsong Kcharis Jaya.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara langsung kepada pemilih UMKM Kcharis Jaya yaitu
Bapak Habibi dengan mengajukan beberapa pertanyaan seputar UMKM Kcharis Jaya. Pada penelitian ini
juga menggunakan observasi dengan cara mengadakan pengamatan langsung pada UMKM Kcahris Jaya
terhadap penyusunan laporan keuangan berbasis Standar Akuntansi Keuangan Entitas, Mikro, Kecil dan
Menengah (SAK EMKM). Kemudian peneliti melakukan dokumentasi tempat usaha dan laporan yang
ada pada UMKM Kcharis Jaya.

Teknik analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Menurut
Anwar Sanusi (2016), desain penelitian deskriptif yaitu sebuah desain penelitian yang disusun untuk
memberikan gambaran secara sistematis tentang informasi ilmiah yang berasal dari sobjek atau subjek
penelitian. Penelitian deskriptif ini berfokus pada penjelasan sistematis tentang fakta yang diperoleh saat
terjadinya penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kcharis Jaya berdiri pada tahun 1970. Kcharis Jaya adalah usaha warisan yang masih berjalan sampai saat
ini. Bapak Habibi selaku pemilik Kcharis Jaya generasi ketiga yang meneruskan usaha yang telah
diwariskan kepadanya. Kcharis Jaya memproduksi berbagai macam kain, antara lain kain tenun tanjung,
jumputan, blongket, bahan tanjung khas Palembang, kain blongong, dll. Kcharis Jaya juga memproduksi
bahan siap pakai, seperti baju, sarung dan peci. Kcharis Jaya juga menyediakan lapangan pekerjaan dan
membantu perekonomian untuk masyarakat disekitar.

2930
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Deskripsi Data Laporan Keuangan Kcharis Jaya

Dari hasil wawancara kepada pemilik Kcharis Jaya menunjukkan bahwa pemahaman tentang SAK
EMKM masih rendah, dikarenakan kurangnya pengetahuan mengenai SAK EMKM. Pencatatan laporan
pembukuan yang dilakukan oleh Kcharis Jaya masih manual dan sederhana. Pencatatan yang dilakukan
hanya sebatas untuk mengetahui pemasukan dan pengeluaran kas. Laporan pembukuan dibuat oleh
pemilik Kcharis Jaya, karena pemilik sendiri selaku bagian administrasi yang mencatat langsung
pengeluaran dan pemasukan yang telah diterima. Omset yang diperoleh selama 3 bulan terhitung dari
Oktober sd Desember 2018 yaitu sebesar Rp251.605.000 dan pada bulan Januari sd Maret 2019 yaitu
sebesar Rp332.915.000 dari penjualan sarung dan selendang. Untuk UMKM dalam menyusun laporan
keuangan menggunakan acuan SAK EMKM. Penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM
untuk merancang pengeloaan keuangan dalam menghasilkan informasi keuangan yang akurat antara lain
bukti transaksi, jurnal, buku besar, neraca, laba-rugi dan catatan atas laporan keuangan yang sesuai
dengan SAK EMKM.

Pencatatan

Bukti Transaksi

Berdasarkan hasil penelitian UMKM Kcharis Jaya di Kota Palembang tidak mempunyai bukti transaksi,
maka peneliti merancang dan menyarankan kepada UMKM Kcharis Jaya untuk menggunakan bukti
transaksi sebagai berikut :

Surat order pembelian

Surat orderan pembelian dapat digunakan Kcharis Jaya sebagai dokumen yang dikirimkan
kepada pemasok sebagai order resmi yang dikeluarkan. Surat order yang digunakan yaitu tiga
rangkap dan sebaiknya dengan warna yang berbeda. Tembusan surat orderan meliputi :

Lembar pertama untuk pemasok, dokumen pertama diberikan kepada pemasok untuk meminta
tanda tangan kepada pemasok bahwa telah menyetujui pesanannya.

Lembar kedua diberikan kepada bagian pembelian, diberikan sesuai dengan tanggal pembelian
dan melakukan penyelidikan pada barang jika barang yang telah dipesan tidak datang pada
waktu yang telah ditentukan.

2931
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Lembar ketiga diberikan untuk bagian administrasi, lembar yang ketiga ini sebagai arsip untuk
mencatat kewajiban, jumlah persediaan dari pembelian dan sebagai suatu perintah untuk
mengeluarkan bukti kas keluar.

Berdasarkan tembusan yang telah dibuat, lembar kedua dan ketiga diberikan untuk bagian dalam UMKM
Kcharis Jaya, bagian tersebut adalah bagian yang berbeda dengan orang yang berbeda juga.

Bukti kas masuk

Bukti kas masuk yang dapat digunakan Kcharis Jaya sebagai dasar catatan atas berkurangnya
piutang atau pelunasan piutang oleh pelanggan dari transaksi penjualan kredit. Jumlah dokumen
yang digunakan yaitu dua lembar dan sebaiknya dengan warna yang berbeda. Tembusan masing-
masing lembar yaitu :

Lembar pertama diberikan untuk bagian pelanggan, sebagai bukti pembayaran utang kepada
krediturnya.

Lembar kedua diberikan untuk bagian administrasi, lembar ini sebagai arsip untuk mencatat
transaksi penjualan ke dalam jurnal umum.

Bukti kas keluar

Bukti kas keluar dapat digunakan oleh Kcharis Jaya sebagai perintah mengeluarkan kas untuk
pembayaran dari transaksi pembelian tunai maupun kredit dan dapat juga digunakan untuk
pengeluaran lainnya. Jumlah dokumen yang digunakan yaitu dua lembar dengan warna yang
berbeda. Tembusan masing-masing lembar, yaitu :

Lembar pertama diberikan kepada bagian pelanggan , sebagai bukti atas pembayaran utang
kepada kreditur.

Lembar kedua diberikan kepada bagian administrasi sebagai arsip untuk mencatat transaksi
penjualan kedalam jurnal penjualan ataupun jurnal umum.

Adanya transaksi pembelian barang Kcharis Jaya mengeluarkan kas dalam jumlah yang besar.
Jumlah tersebut dapat ditulis dalam sebuah cek. Apabila jumlah kas yang dikeluarkan relative
kecil seperti untuk perlengkapan Kcharis Jaya maka kas yang dikeluarkan dapat secara tunai.

Faktur penjualan tunai

2932
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Faktur penjualan dapat digunakan untuk mencatat transaksi penjualan yang dilakukan secara
tunai dan kredit oleh pembeli. Faktur ini diisi oleh bagian penjualan setelah menerima
pemesanan dari konsumen yang telah disetujui oleh bagian penjualan. Jumlah faktur yang
digunakan yaitu dua lembar yang berbeda. Tembusan masing-masing yaitu :

Lembar pertama diberikan kepada pelanggan sebagai bukti melakukan transaksi pembelian
secara tunai.

Lembar kedua diberikan kepada penjual sebagai arsip utuk mencatat transaksi penjualan kedalam
penerimaan kas atau jurnal umum.

Jurnal

Berdasarkan hasil penelitian pada Kchari Jaya di Kota Palembang tidak melakukan pencatatan
pada buku jurnal dengan alasan bahwa kurangnya pengetahuan akan jurnal itu sendiri, selama ini
Kcharis Jaya hanya mencatat setiap transaksi yang terjadi pada buku penerimaan dan
pengeluaran saja. Jurnal dapat membantu dalam melakukan pencatatan secara kronologis
terhadap setiap transaksi yang telah terjadi. Jurnal juga dapat membantu dalam menemukan
kekeliruan terhadap pencatatan yang dilakukan pada pembukuan dan sebaiknya Kcharis Jaya
membuat jurnal agat kuangannya dapat lebih mudah dipahami dan relevan. Berikut ini gambaran
jurnal yang dibuat penulis untuk Kcharis Jaya, jurnal umum sesuai berdasarkan transaksi
UMKM Kcharis Jaya di Kota Palembang.

Penyajian Wajar

Kcharis Jaya telah menyajikan laporan keuangan jujur atas transaksi, peristiwa, dan kondisinya
yang telah dituangkan dalam laporan yang dicatat manual berdasarkan pengeluaran dan
pemasukan yang telah diterima. Peneliti merekomendasikan melakukan penyajian wajar
berdasarkan SAK EMKM.

Kepatuhan terhadap SAK EMKM

Kcharis Jaya dalam menyusun laporan keuangannya belum patuh terhadap SAK EMKM. Oleh
sebab itu peneliti merekomendasikan kepatuhan terhadap SAK EMKM dalam penyajian laporan
keuangan.

Frekuensi Pelaporan

2933
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Kcharis Jaya belum menyajikan secara lengkap laporan keuangannya, sehingga peneliti
merekomendasikan penyajian laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM.

Penyajian yang konsisten

Kcharis Jaya belum menyajikan laporan keuangan yang disusun secara konsisten. Peneliti
merekomendasikan penyaajian laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM sehingga laporan
keuangan dapat tersusun secara konsisten.

Laporan Keuangan

Laporan Posisi Keuangan

Laporan posisi keuangan Kcharis Jaya periode Oktober sd Desember 2018 yang disusun peneliti
berdasarkan SAK EMKM di atas sehingga diperoleh total asset sebesar Rp793.000.000 dengan
menjumlahkan asset lancar dan asset tetap serta diperoleh hasil dari ekuitas sebesar
Rp793.000.000. sedangkan untuk periode Januari sd Maret 2019 diperoleh total asset sebesar
Rp856.000.000 dengan menjumlahkan asset lancar dan asset tetap serta diperoleh hasil dari
ekuitas sebesar Rp856.000.000.

Laporan Laba Rugi

Laporan Laba Rugi Kcharis Jaya tahun 2018 yang direkomendasikan oleh peneliti menghasilkan
laba neto sebesar Rp94.419.000 yaitu dari hasil pendapatan dikurangi dengan beban-beban.
Untuk Periode Januari sd Maret 2019 yang direkomendasikan oleh peneliti menghasilkan laba
neto sebesar Rp146.678.000 yaitu dari hasil pendapatan dikurangi dengan beban-beban.

Catatan Atas Laporan Keuangan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti. Kcharis Jaya belum menyajikan catatan atas
laporan keuangan pada laporan keuangannya. Peneliti merekomendasikan catatan atas laporan
keuangan berdasarkan SAK EMKM sebagai berikut :

Laporan keuangan disusun berdasarkan SAK EMKM dan disusun menggunakan dasar akrual
terdiri dari laporan neraca, laporan laba rugi, dan catatan atas laporan keuangan.

Laporan posisi keuangan

2934
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Akun-akun pada laporan posisi keuangan periode Oktober sd Desember 2018 dan Januari sd
Maret 2019 sebagai berikut :

Aset

Aset dalam laporan posisi keuangan dicatat sebesar biaya perolehannya. Total aset pada Kcharis
Jaya Palembang pada bulan Oktober sd Desember 2018 sebesar Rp793.000.000. sedangkan pada
bulan Januari sd Maret 2019 sebesar Rp856.000.000 dimana asset tersebut terdiri dari :

Aset lancar

Aset lancar adalah aset yang dapat dimiliki untuk dijual atau digunakan dalam jangka waktu 12
bulan setelah akhir periode pelaporan. Dimana asset lancar pada Kcharis Jaya Palembang tahun
2018 dan 2019 terdiri dari :

Kas

Kas Kcharis Jaya Palembang terdiri dari kas ditangan dimana pada tahun 2018 sebesar
Rp100.000.000 dan pada tahun 2019 tidak mengalami perubahan yaitu sebesar Rp100.000.000
kas tersebut digunakan untuk memenuhi beban operasional sehari-hari.

Persediaan

Persediaan berupa asset untuk dijual dalam kegiatan usaha, dimana Kcharis Jaya Palembang
memiliki persediaan barang pada tahun 2018 sebesar Rp239.000.000 dan pada tahun 2019
sebesar Rp309.000.000 berupa persediaan bahan-bahan pokok sehari-hari yang merupakan
persediaan untuk dijual kembali.

Aset Tetap

Aset Tetap yaitu asset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan
barang atau jasa. Dimana asset tetap pada Kcharis Jaya Palembang tahun 2018 dan 2019 terdiri
dari :

Bangunan

Bangunan yang dimiliki Kcharis Jaya Palembang berupa rumah milik sendiri dengan nilai
sebesar Rp200.000.000.

2935
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Inventaris

Inventaris yang dimiliki Kcharis Jaya Palembang berupa alat tenun pada tahun 2018 dengan nilai
sebesar Rp254.000.000 dan Kcharis Jaya menambahkan alat tenun pada tahun 2019 sehingga
nilai inventaris bertambah menjadi sebesar Rp304.000.000.

Liabilitas

Liabilitas adalah hutang yang harus dilunasi pada masa yang akan datang pada pihak lainnya.
Liabilitas yang dimiliki Kcharis Jaya Palembang terdiri dari :

Kewajiban Jangka Pendek

Kewajiban atau hutang perusahaan kepada pihak ke tiga yang harus dilunasi dalam waktu kurang
atau sama dengan satu tahun. Kewajiban jangka pendek Kcharis Jaya berupa hutang modal pada
tahun 2018 sebesar Rp120.000.000 dan pada tahun 2019 sebesar Rp150.000.000.

Kewajiban Jangka Panjang

yaitu hutang yang jatuh tempo lebih dari satu tahun. Kewajiban jangka panjang Kcharis Jaya
berupa hutang bank pada tahun 2018 sebesar Rp157.600.000 dan pada tahun 2019 sebesar
Rp200.000.000.

Ekuitas

Ekuitas merupakan hak residual terhadap aset. Ekuitas yang dimiliki Kcharis Jaya tahun 2018
sebesar Rp793.000.000 dan tahun 2019 sebasar Rp856.000.000 terdiri dari :

Modal

Modal yang dimiliki Kcharis Jaya Palembang pada tahun 2018 yaitu sebesar Rp419.187.000 dan
pada tahun 2019 sebesar Rp357.122.000 dimana modal tersebut diperoleh dari modal pribadi.

Saldo laba

Laba yang diperoleh Kcharis Jaya Palembang pada tahun 2018 adalah sebesar Rp96.213.000 dan
pada tahun 2019 sebesar Rp148.878.000.

2936
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Penyajian Laporan Keuangan

Laporan laba rugi pada Kcharis Jaya Palembang tahun 2018 dan tahun 2019 terdiri dari beberapa
akun pendapatan dan beban :

Laba Bruto

Pendapatan Penjualan

Pendapatan penjualan yang diperoleh Kcharis Jaya Palembang pada tahun 2018 sebesar
Rp251.605.000 dan pada tahun 2019 sebesar Rp332.915.000.

Beban Pokok Produksi

Beban pokok produksi Kcharis Jaya pada tahun 2018 sebesar Rp145.615.000 dan pada tahun
2019 sebesar Rp168.115.000.

Beban

Beban yang ada pada Kcharis Jaya Palembang tahun 2018 sebesar Rp9.777.000 dan pada tahun
2019 sebesar Rp15.922.000.

Biaya Gaji

Biaya gaji Kcharis Jaya Palembang pada tahun 2018 yaitu sebesar Rp8.880.000 dan pada tahun
2019 sebesar Rp14.822.000biaya yang dikeluarkan untuk menggaji karyawan.

Beban Listrik

Beban listrik yang dikeluarkan Kcharis Jaya Palembang pada tahun 2018 sebesar Rp705.000 dan
pada tahun 2019 sebesar Rp855.000 biaya yang dikeluarkan untuk penerangan toko.

Beban air

Beban air yang dikeluarkan Kcharis Jaya Palembang pada tahun 2018 sebesar Rp1.629.000 dan
pada tahun 2019 sebesar Rp1.929.000 merupakan biaya yang dikeluarkan untuk penerangan
dalam kegiatan usaha.

2937
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Beban kantong plastic

Beban kantong plastik yang dikeluarkan Kcharis Jaya Palembang pada tahun 2018 sebasar
Rp357.000 dan pada tahun 2019 sebesar Rp516.000biaya yang dikeluarkan untuk proses jual beli
produk.

Beban pajak

Beban pajak yang dikeluarkan Kcharis Jaya Palembang sebesar Rp0.

SIMPULAN

Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu Kcharis Jaya belum menyajikan
laporan keuangan sesuai dengan SAK EMKM. Hal ini disebabkan dari tingkat pengetahuan
pemilik UMKM Kcharis Jaya mengenai SAK EMKM itu sendiri. Kurangnya kemampuan dan
pemahaman pelaku UMKM Kcharis Jaya dalam hal keuangan dan akuntansi mengakibatkan
laporan keuangan yang disusun hanya sebatas pengetahuannya saja. Kcharis Jaya hanya
menyajikan laporan dalam bentuk manual, yaitu pemasukan dan pengeluaran yang belum sesuai
dengan SAK EMKM yang seharusnya menyajikan 3 (tiga) laporan keuangan yaitu laporan
neraca, laba rugi dan catatan atas laporan keuangan. Rekomendasi yang dibuat oleh peneliti
menyajikan kembali laporan keuangan Kcharis Jaya berdasarkan SAK EMKM yaitu menyajikan
kembali laporan posisi keuangan menjadi laporan neraca, laporan laba-rugi dan membuat catatan
atas laporan keuangan berdasarkan data yang diterima dari UMKM Kcharis Jaya. Hasil dari
setiap akun pada laporan keuangan yang telah dibuat peneliti berdasarkan SAK EMKM sama
dengan data yang telah diterima dari UMKM Kcharis Jaya, hanya saja peneliti melakukan input
ulang laporan keuangan sesuai SAK EMKM sehingga laporan lebih tersusun dengan baik.

Saran

Saran dari peneliti dalam penelitian ini yaitu menyarankan agar Kcharis Jaya terus meningkatkan
kemampuan dan pemahamannya terutama pada bidang keuangan dan akuntansi dengan
mengikuti pelatihan mengenai laporan keuangan berbasis SAK EMKM. Ini dapat membantu
pemilik UMKM dalam penyusunan laporan keuangan yang sesuai dan dapat digunakan untuk
melakukan pengajuan modal kerja pada pihak perbankan atau kreditur, sehingga dapat
membantu pelaku UMKM untuk mengembangkan usahanya.

REFERENSI

2938
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Dwi, Hikman, 2017. 3 Peran Penting UMKM, Penggerak Sektor Ekonomi Indonesia di Tingkat
Menengah ke Bawah. [Online]. Tersedia : http://www.hipwee.com/opini/3-peran-penting-
umkm-penggerak-sektor-ekonomi-di-indonesia-tingkat-menengah-ke-bawah/.

Barus, Nina Esterlin dkk, 2018. Implementasi SAK EMKM (Entitas Mikro, Kecil dan
Menengah) Pada UMKM Borneo Food Truck Samarinda Community. Journal of Accounting
and Business Management. 2(2):176-183.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2018. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil dan
Menengah. Jakarta : IAI

Rahadiansyah, Rifky, 2018. Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, Dan
Menengah (SAK EMKM) Pada UMKM Keripik Tempe Rohani Sanan Kota
Malang.SkripsiAkuntansi. 1-65

Sanusi, Anwar, 2016. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta : salemba empat

Tatik, 2018. Implementasi SAK EMKM (Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil Dan
Menengah) Pada Laporan Keuangan UMKM (Studi Kasus Pada UMKM XYZ
Yogyakarta).JurnalRelasi. XIV(02):1-14.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

2939
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN MODAL KERJA DALAM


MENINGKATKAN PROFITABILITAS PADA KOPERASI WANITA
KELUARGA PUSRI (KWKP) PALEMBANG

Suci Maulidia Utami, Rolia Wahasusmiah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bina Darma

Email : usuci8655@gmail.com rolia.wahasusmiah@binadarma.ac,id

Abstract

This study aim ito determine and yanaly the management of sources and use of working capital
in increasing profitability at the Palembang Women's Pusri Family Cooperative. This report has
been carried out in the context of gathering information on the 2015 financial statements up to
2018, namely the statement of financial position and income statement at the Women's
Cooperative Family Pusri from December 2015 to December 2018 and the history and
organizational structure of the cooperative. Based on primary data in the form of financial
statements obtained through observation, interviews, and documentation. The results of this
study are the Women's Cooperative Family Pusri is still not stable, because in the period of 3
(three) years the cooperative has increased and decreased both in current assets and current
debt. This report uses the theoretical basis of profitability ratios, the aim being to see the
development of the cooperative's financial position within a certain timeframe, whether
decreasing or increasing.

Keywords: Sourcesd and Use of Working Capitaly, Profitability Ratios, Financial Statements

1. Pendahuluan

Pada era globalisasi sekarang ini, yang secara tidak langsung telah memasuki persaingan secara
global , masyarakat modern seperti sekarang ini setiap organisasi atau lembaga pasti memerlukan
modal atau dana guna untuk menjalankan aktivitas untuk mencapai suatu tujuan. Tidak hanya itu
untuk penggunaan modal yang cukup, maka sangat diperlukan profitabilitas yang baik, dengan
adanya profitabilitas maka pelaksanaan sumber dan penggunaan modal kerja dapat berkembang
secara maksimal.

2940
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Profitabilitas merupakan rasio untuk mengukur efektivitas perusahaan secara keseluruhan yang
ditunjukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan
penjualan. Perusahaan yang mempertahankan eksistensinya dan menciptakan tingkat
profitabilitas secara maksimal, harus menerapkan strategi yang inovatif dan kreatif.

Modal kerja sebagai salah satu sumber daya untuk melaksanakan kegiatan koperasi sehari-hari
yang mendukung KWKP untuk mencapai tujuan dengan laba yang diinginkan. Dengan
berjalannya sumber dan penggunaan moda kerja maka dapat dilihat berdasarkan hasil laba dalam
profitabilitas, maka dari itu peneliti ingin melihat perkembangan profitabilitas dari tahun 2015-
2018. Setiap penciptaan aktiva, di samping berpotensi menghasilkan keuntungan juga
menimbulkan resiko. Oleh karena itu modai juga harus dapat digunakan untuk menjaga
kemungkinan terjadinya resiko kerugian atas investasi pada aktiva, terutama yang berasal dari
dana-dana pihak ketiga atau masyarakat.

Sebagaijrangka mencapai tujuan dalam meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat,


manajemen koperasi tentu saja harus mengelola modal yang ada sebaik mungkin, supaya dapat
memberikan hasil usaha yang kemudian dapat dimanfaatkan kembali untuk kesejahteraan
anggota. Agar dalam pelaksanaan kegiatan koperasi berhasil diperlukan sejumlah modal kerja
yang cukup. Modal koperasi terdiri atas modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri
meliputi simpanan pokok, simpanan wajib, dan dana cadangan. Modal pinjaman koperasi berasal
dari anggota dan calon anggota, koperasi lainnya dan anggota yang didasari dengan perjanjian
kerjasama antar koperasi, bank dan lembaga keuangan lainnya.

2. Tinjauan Pustaka

Koperasix

Koperasi berasal dari bahasa Inggris yaitu cooperation berarti kerja sama. Menurut Subandi
(2015), koperasi adalah suatu perkumpulan yang didirikan oleh orang-orang yang memiliki
kemampuan ekonomi terbatas, yang bertujuan untuk memperjuangkan peningkatan
kesejahteraan ekonomi anggotanya. Menurut Rudianto (2015), koperasi adalah perkumpulan
orang yang secara sukarela mempersatukan diri untuk berjuang meningkatkan kesejahteraan
ekonomi mereka melalui pembentukan sebuah badan usaha yang dikelola secara demokratis.
Menurut Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor

2941
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

16/Per/M.KUKM/IX/2016, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau
badan hukum koperasi dengan melandaskan kegitannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan.

Laporan Keuangan

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2015:2) laporan keuangan adalah bagian dari proses
pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba
rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara misalnya laporan
arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang
merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

Sumber Modal Kerja

1. Hasil operasi perusahaan, adalah jumlah net income yang nampak dalam laporan perhitungan
rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi, jumlah ini menunjukkan jumlah modal
kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan

2. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek). Surat berharga
yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek adalah salah satu elemen aktiva lancar yang
segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan

3. Penjualan aktiva tidak lancar. Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil
penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak
diperlukan lagi oleh perusahaan

Penggunaan Modal Kerja

Menurut Kasmir (2015), penggunaan modal kerja adalah transaksi yang menyebabkan
penurunan modal kerja. Hubungan antara sumber dan penggunaan modal kerja sangat erat,
artinya penggunaan modal kerja dipilih dari sumber kerja tertentu atau sebaliknya. Penggunaan
modal kerja akan dapat mempengaruhi jumlah modal kerja itu sendiri, hutang jangka panjang
lainnya guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya.

2942
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Profitabilitas

Menurut Kasmir (2015) profitabilitas adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba suatu periode tertentu. Rasio ini juga dapat memberikan ukuran tingkat
efektivitas manajemen perusahaan yang dapat ditunjukkan dari laba yang di peroleh dari
penjualan. Secara umum rasio profitabilitas terdiri dari :

1. Margin Laba kotor (GrossxProfitxMargin)

Rasio ini untuk mengukur seberapa efisien perusahaan menggunakan bahan dan tenaga kerjanya
untuk memproduksi dan menjual produk-produknya untuk menghasilkan keuntungan.

Gross Profit Margin = LabaxKotor X 100%

Penjualan

2. Margin Laba Bersih (NetxProfitxMargin)

Rasio ini berguna untuk mengukur tingkat efektivitas perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dengan melihat besamya laba bersih setelah pajak.

Gross Profit Margin = Laba Kotor X 100%

Penjualan

3. Return on Invesment (ROI)

Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap
satu asset yang digunakan.

ROI = Laba Bersih X 100%

Total Aset

2943
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

3. Metodologi Penelitian

Objek Penelitian

Adapun yang menjadi objek penelitian adalah koperasi wanita keluarga Pusri (KWKP) Jalan
Kacapiring No. 11 Komp. Pusri Palembang.

Jenis Data

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data kualitatif. Menurut Sugiyono (2016),
data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, skema, dan gambar.

Sumber Data

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa metode untuk memperoleh dan
mengumpulkan data-data yang diperlukan, baik data primer maupun data sekunder.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif.
Menurut Sugiyono (2016:147), analisis deskriptif adalah menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

4. Hasil dan Pembahasan

Analisis Laporan Perubahan Modal Kerja

Berikut ini adalah laporan perubahan modal kerja Koperasi Wanita Keluarga Pusri

Laporan Perubahan Modal Kerja koperasi wanita keluarga Pusri Tahun 2015-2016

31 Desember Modal Kerja


Akun
2015 2016 Naik Turun
Aset Lancar Rp Rp Rp Rp
Kas dan 2.800.409.740,32 2.603.009.399,29 197.400.341,03

2944
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Setara Kas
Piutang Usaha 4.901.223.986,80 4.700.455.624,80 200.768.362
Persediaan 454.649.870,50 406.185.425,89 48.464.444,61
Uang Muka - 164.913.390,46 164.913.390,46
Pajak
Biaya Dibayar 16.386.249,00 156.039.600,00 139.653,351
Dimuka
Total Aktiva 8.172.669.846,62 8.030.603.440,44
Lancar
Liabilitas
Jangka
Pendek
Hutang Usaha 29.902.470,33 11.652.685,92 18.249.784,41
Simpanan 3.123.538,523,14 3.188.908.876,31 65.370.353,17
Sukarela
Hutang Pajak 124.871.136,03 90.690.787,66 34.180.348,37
Hutang lain- 4.586.689,78 9.414.088,90 4.827.399,12
lain
Dana-dana 642.918.771,90 200.493.179,31 442.425.592,59
SHU
Biaya yang 345.000.000,00 446.519.007,00 101.519.007
Masih Harus
Dibayar
Total 4.270.817.591,2 3.947.678.625,1
Liabilitas
Jangka
Pendek
Total 476.283.500,75 941.488.873,05
Bertambahnya 465.205.372,3
Modal Kerja

Total 941.488.873,05 941.488.873,05

Sumber : Data diolah 2019

Berdasarkan tabel diatas total aktiva lancar pada tahun 2015 lebih besar dari pada tahun 2016
karena pada pihak koperasi itu tidak melakukan pembayaran uang muka pajak sehingga adanya
kenaikan total aktiva lancar. Karena pada tahun 2015 adanya kenaikan hutang lancar pada
simpanan sukarela dan hutang pajak yang disebabkan karena pihak koperasi tidak melakukan
pembayaran hutang atau kurang bayar kepada fiskus. Pada tahun 2016 pihak koperasi sedikitnya

2945
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

melakukan peminjaman kepada bank sehingga pihak koperasi dapat melakukan pelunasan secara
tepat sesuai jatuh tempo yang telah ditetapkan.

Bertambahnya modal kerja pada tahun 2015 dan 2016 diakibatkan karena koperasi mengalami
kenaikan pada uang muka pajak, biaya dibayar dimuka, koperasi juga melakukan simpanan
sukarela, adanya hutang lain-lain serta masih ada biaya yang masih harus dibayar koperasi
tersebut.

Analisis Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja

Berikut ini adalah laporan sumber dan penggunaan Modal kerja Koperasi Wanita Keluarga Pusri
Palembang

Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Koperasi Wanita Keluarga Pusri Tahun 2015

Sumber-sumber Penggunaan
Akumulasi Rp Kewajiban Jangka Rp
Penyusutan 880.347.580,43 Pendek 3.627.898.8
Aset Tetap 19,28
Simpanan Rp Penambahan Aset Rp
Wajib 484.451.800,00 Tetap Perlengkapan 5.501.000,0
Alat Tulis 0
Simpanan Rp 7.770.000.00 Penyusutan Inventaris Rp
Pokok 67.448.454,
53
Cadangan Rp Dana-dana SHU Rp
3.448.015.693,04 642.918.77
1,90
SHU Tahun Rp
Berjalan 642.918,771,87
Jumlah Rp Jumlah Penggunaan Rp
Sumber 5.463.503.845,3 Modal Kerja 4.343.767.0
Modal Kerja 45,7
Kenaikan Rp
Modal Kerja 1.119.736.7
99,6
Total Rp 5.463.503.845,3 Rp
5.463.503.8
45,3
Sumber : Data Diolah 2019

2946
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Berdasarkan tabel diatas pada sumber modal kerja lebih besar dari pada penggunaannya karena
pada koperasi ini adanya dana cadangan anggota yang besar sehingga dapat membayar
penyusutan asset tetap, serta simpanan wajib dan simpanan pokok dapat terpenuhi dari dana
cadangan koperasi tersebut.

Berdasarkan perhitungan pada laporan sumber dan penggunaan modal kerja koperasi wanita
keluarga Pusri tahun 2015 koperasi tersebut mengalami kenaikan modal kerja sebesar Rp
1.119.736.799,6, kenaikan tersebut disebabkan oleh koperasi melakukan pembelian asset tetap
tentu untuk kemajuan koperasi.

Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Koperasi Wanita Keluarga Pusri Tahun 2016

Sumber-sumber Penggunaan
Akumulasi Rp Kewajiban Jangka Rp
Penyusutan 892.406.908,74 Pendek 3.747.185.445,79
Aset Tetap
Simpanan Rp Penambahan Rp
Wajib 476,144,400.00 Perlengkapan Alat 7.610.500,00
Tulis
Cadangan Rp Simpanan Pokok Rp
3.640.891.324,61 7.215.000,00

Simpanan Sukarela Rp
3.188.908.876,31
Deposito Rp
79.716.205,85
Penyusutan Rp
Inventaris 34.089.641,63
Modal Donasi Rp
500.000,00
SHU Tahun Rp
Berjalan 200.493.179,30
Jumlah Rp Jumlah Penggunaan Rp
Sumber 5.009.442.633,4 Modal Kerja 7.265.718.848,9
Modal Kerja
Penurunan Rp
Modal Kerja 2.256.276.216
Total Rp Rp
7.265.718.849,9 7.265.718.848,9
Sumber :xDataxDiolahx2019

2947
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Berdasarkan tabel di atas pada tahun 2016 penggunaan modal kerja lebih besar dari pada sumber
modal kerja, karena koperasi memiliki kewajiban jangka pendek yang besar sehingga dapat
pembelian asset tetap, serta koperasi dapat melakukan simpanan pokok dan simpanan sukarela,
koperasi juga dapat melakukan deposito dan koperasi mendapatkan modal donasi.

Berdasarkan perhitungan pada laporan sumber dan penggunaan modal kerja koperasi wanita
keluarga Pusri tahun 2016 koperasi tersebut mengalami penurunan modal kerja sebesar Rp
2.256.276.216, penurunan modal kerja ini dikarenakan koperasi ini memiliki dana cadangan
yang besar sehingga dapat mengurangi penyusutan asset tetap. Kebijakan yang diambil pada
tahun ini kurang tepat karena akibat penggunaan modal kerja yang lebih besar daripada sumber
modal kerja, maka koperasi ini mengalami kekurangan modal kerja yang berdampak kurangbaik
bagi operasional koperasi.

Laporan”Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Koperasi Wanita Keluarga Pusri Tahun 2016

Sumber-sumber Penggunaan
Akumulasi Rp Kewajiban Jangka Rp
Penyusutan 892.406.908,74 Pendek 3.747.185.445,79
Aset Tetap
Simpanan Rp Penambahan Rp
Wajib 476,144,400.00 Perlengkapan Alat 7.610.500,00
Tulis
Cadangan Rp Simpanan Pokok Rp
3.640.891.324,61 7.215.000,00

Simpanan Sukarela Rp
3.188.908.876,31
Deposito Rp
79.716.205,85
Penyusutan Rp
Inventaris 34.089.641,63
Modal Donasi Rp
500.000,00
SHU Tahun Rp
Berjalan 200.493.179,30
Jumlah Rp Jumlah Penggunaan Rp
Sumber 5.009.442.633,4 Modal Kerja 7.265.718.848,9
Modal Kerja
Penurunan Rp
Modal Kerja 2.256.276.216

2948
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Total Rp Rp
7.265.718.849,9 7.265.718.848,9
Sumber : Data Diolah 2019

Berdasarkan tabel di atas pada tahun 2016 penggunaan modal kerja lebih besar dari pada sumber
modal kerja, karena koperasi memiliki kewajiban jangka pendek yang besar sehingga dapat
pembelian asset tetap, serta koperasi dapat melakukan simpanan pokok dan simpanan sukarela,
koperasi juga dapat melakukan deposito dan koperasi mendapatkan modal donasi.

Berdasarkan perhitungan pada laporan sumber dan penggunaan modal kerja koperasi wanita
keluarga Pusri tahun 2016 koperasi tersebut mengalami penurunan modal kerja sebesar Rp
2.256.276.216, penurunan modal kerja ini dikarenakan koperasi ini memiliki dana cadangan
yang besar sehingga dapat mengurangi penyusutan asset tetap. Kebijakan yang diambil pada
tahun ini kurang tepat karena akibat penggunaan modal kerja yang lebih besar daripada sumber
modal kerja, maka koperasi ini mengalami kekurangan modal kerja yang berdampak kurangbaik
bagi operasional koperasi.

Analisis Rasio Profitabilitas

Gross Profit Margin

Tahun Laba Kotor Penjualan GPM


(Rp) (Rp)
2015 1.788.703.215,70 6.751.615.942.00 26,49%
2016 1.343.380.641,38 7.387.142.371,18 18,18%
2017 1.415.283.967,78 7.124.679.873,51 19,86%
2018 1.843.382.945,07 11.297.356.052,00 16,31%
Sumber : Data Diolah 2019

Berdasarkan perhitungan gros profit margin di atas, dapat diketahui pada tahun 2015 sampai
dengan tahun 2018 cenderung mengalami kenaikan dan penurunan yang sangat signifikan,
karena koperasi ini mengalami peningkatan penjualan sehingga terjadinya laba kotor yang
dipengaruhi oleh harga pokok penjualan. Pada tahun 2015 GPM sebesar 26,49%, pada tahun
2016 GPM mengalami penurunan sebesar 18,18%, karena koperasi ini melakukan penjualan
yang besar sehingga menyebabkan laba kotornya kecil. Pada tahun 2017 mengalami peningkatan
sebesar 19,86%. Pada tahun 2018 mengalami penurunan kembali yaitu sebesar 16,31% .Hal ini
disebabkan karena adanya peningkatan penjualan namun laba kotornya kecil.

5. Kesimpulan

2949
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Berdasarkan hasil analisis yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal
berikut ini :

1. Sumber modal kerja terbesar koperasi ini berasal dari dana cadangan. Sedangkan sumber
lainnya berasal dari berkurangnya asset tetap, simpanan wajib, simpanan pokok. Sedangkan
penggunaan modal kerja ditujukan untuk membayar kewajiban jangka pendek, pembelian
perlengkapan alat tulis, dan dana-dana SHU.

2. Jika dilhat hasil rasio profiabilitas, rasio profitabilitas koperasi wanita keluarga Pusri
belum cukup stabil. Hasil dari rasio profitabilitas ini menunjukkan bahwa dari kurun waktu 3
(tiga) tahun koperasi mengalami kenaikan dan penurunan profitabilitas.

6. Daftar Pustaka

Agus Suratinoyo. (2016). Analisis Laporan Sumber-Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Dalam Meningkatkan Profitabilitas Perusahaan Pada PT Fast Food. Tbk.Vol. 16 No. 03, pp 1-10

Indonesia, I. A. (2018). Penyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 1) Tentang Laporan


Keuangan. Jakarta.

Kasmir. (2015). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta. Penerbit: Pt Raja Grafindo Persada

Lina Fauziyyah, Achmad Husaini. (2018). Analisis Sumber dan Penggunaan .Modal Kerja
Dalam Upaya Meningkatkan Profitabilitas Perusahaan (Studi pada PT Express Transindo Utama
Tbk Periode 2013-2016). Vol. 48 No. 1, pp 155-164

Nanang Dwi Hermawan, Siti Sunrowiyati. (2016). Analisis Sumber dan Penggunaan Modal
Kerja Terhadap Peneningkatan Profitabilitas Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan
Berdikari Jaya Craft Kota Blitar). Vol. 8 No. 8, pp 50-66

Nurhayati. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Dalam Upaya Meningkatkan
Profitabilitas Pada PT. Telekomunikasi Indonesia (PERSERO) Tbk. Vol. 55 No. 06, pp 135-155

Riyanto, Bambang (2015). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi ke 4. Yogyakarta:


BPPE. Penerbit: Salemba Empat

Rudianto. (2015). Akuntansi Koperasi. Edisi Kedua. Jakarta. Penerbit: Erlangga

Subandi. (2015). Ekonomi Koperasi: Teori dan Praktik. Bandung. Penerbit: Alfabeta

2950
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Sugiyono.(2016). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung. Penerbit: Alfabeta

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia, (2016), diakses 6 Mei
2019. www.depkop.go.id.

2951
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

ANALISIS PENYUSUNAN ANGGARAN PENJUALAN PADA PT. BINTANG


SRIWIJAYA PALEMBANG

Suci Wulandari 1, Andrian Noviardy2

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Bina Darma

Email : uciwd20@gmail.com1, andrian.noviardy@binadarma.ac.id2

ABSTRACT

This study aims to determine and analyze the process of preparing the sales budget at PT. Sriwijaya Stars
Palembang. The data used in this study are primary data that is collecting data that the author gets from
the object of research in the form of budget data and product sales realization of PT. Sriwijaya
Palembang star in 2017-2018. Analysis of the data used in this study is a qualitative descriptive analysis.
The results of the study are PT. Bintang Sriwijaya Palembang has not yet determined the basics of the
budget as in determining the strategy used and in preparing the company's sales plan not to include or
communicate sales plans to interested parties such as marketing and finance, lack of involvement in
marketing and finance in the preparation of the sales budget and lack of coordinating parts of employees
to superiors, so that budgeting occurs when budget targets are too high.

Keywords : budgeting, budget, sale

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis proses penyusunan anggaran penjualan pada
PT. Bintang Sriwijaya Palembang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu
pengumpulan data yang penulis dapatkan dari tempat objek penelitian berupa data anggaran dan realisasi
penjualan produk PT. Bintang Sriwijaya Palembang di tahun 2017-2018. Analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis deskriftif kualitatif. Adapun hasil dalam penelitian yaitu PT. Bintang
Sriwijaya Palembang belum melakukan penentuan dasar-dasar anggaran seperti dalam penetapan strategi
yang dipakai dan dalam penyusunan rencana penjualan perusahaan tidak mengikutsertakan atau
mengkomunikasikan rencana penjualan kepada pihak yang berkepentingan seperti bagian pemasaran dan
keuangan, kurang terlibatnya bagian pemasaran dan keuangan dalam penyusunan anggaran penjualan
serta kurangnya koordinasi bagian-bagian karyawan ke atasan, sehingga penyusunan anggaran terjadi
target anggaran yang terlalu tinggi.

Kata Kunci : Penyusunan Anggaran , Anggaran ,Penjualan

2952
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

2953
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pesatnya perkembangan dunia usaha, manajemen dituntut jeli serta mampu memanfaatkan peluang
yang ada dalam menerapkan persaingan mengenai usahanya sehingga tujuan perusahaan akan
tercapai. Perusahaan tumbuh dan berkembang seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas yangg
dijalankan oleh perusahaan. Perkembangan suatu perusahaan menuntut kemampuan dan kecakapan
para pengelola dalam menjalankan perusahaannya, termasuk didalamnya kemampuan dalam
mengambil keputusan terhadap masalah yang dihadapi oleh perusahaan. Keputusan-keputusan yang
tepat oleh manajer berdasarkan hasil pcngukuran dan pengevaluasian terhadap pelaksanaan aktivitas
yang dijalankan oleh perusahaan. Salah satu bentuk dari berbagai rencana yang disusun oleh suatu
perusahaan untuk menentukan kegiatan operasionalnya dalam mencapai tujuan adalah menetapkan
suatu anggaran perusahaan. Anggaran merupakan hasil dari suatu proses penyusunan anggaran yang
biasa disebut dengan penganggaran.

Menurut Sasongko dan Rumondang (2018 : 2) anggaran adalah rencana kegiatan yang akan
dijalankan oleh manajemen dalam satu periode yang tertuang secara kuantitatif. Informasi yang
diperoleh dari anggaran diantaranya jumlah produk dan harga jualnya untuk tahun depan. Anggaran
membantu manajemen dalam melakukan koordinasi dan penerapannya dalam upaya memperoleh
tujuan yang tertuang di dalam anggaran. Anggaran memberikan gambaran kepada manajemen tentang
sumber daya yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan yang telah ditentukan
dalam anggaran kemudian anggaran juga menjelaskan koordinasi antar bagian dalam perusahaan
sehingga tujuan bersama perusahaan dapat tercapai.

Salah satu dari bentuk anggaran perusahaan adalah penjualan, yang merupakan suatu bentuk
perencanaan dari kegiatan operasional perusahaan yang mencakup kegiatan penjualan barang atau
jasa. Menurut Murdayanti (2019 : 13) anggaran penjualan merupakan dasar penyusunan anggaran
lainnya dan umumnya disusun terlebuh dahulu sebelum menyusun anggaran lainnya. Hal ini
sehubungan anggaran penjualan umumnya mengambarkan penghasilan yang akan diterima karena ada
penjualan. Anggaran penjualan memiliki peranan strategi dalam menunjang perusahaan untuk
mencapai tujuannya. Jika pelaksanaan anggaran penjualan tidak berjalan dengan baik maka
peningkatan laba yang yang diinginkan perusahaan akan susah untuk direalisasikan. Anggaran
penjualan ialah suatu rencana kualitas yang menyatakan dalam bentuk angka dari produk yang akan
dijual perusahaan pada periode tertentu.

Penyusunan anggaran dapat dilakukan secara komprehensif dan secara parsial. Secara komprehensif
berarti perusahaan melakukan penyusunan anggaran dalam ruang lingkup yang menyeluruh, dimana
jenis kegiatan yang dicakupnya meliputi seluruh aktivitas perusahaan, baik bidang pemasaran,
produksi, keuangan, dan administrasi umum. Sedangkan secara parsial adalah anggaran perusahaan
yang disusun dengan ruang lingkup yang terbatas yang hanya mencakup sebagian dari kegiatan
perusahaan, misalnya perusahaan hanya menyusun anggaran penjualan.

2954
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

PT. Bintang Sriwijaya Palembang merupakan salah satu bentuk perusahaan yang bergerak dalam
bidang distributor dan supplier minuman, makanan dan kosmetik seperti Pocari Sweat, Nutrifood,
Kusuka, Intrasari, Yulia Kosmetik dan lain-lain. Dari tabel di atas diketahui target dan realisasi
penjualan produk PT. Bintang Sriwijaya Palembang tahun 2018 mengalami penurunan, hanya pada
bulan Februari, Maret, Juni dan Desember 2018 yang tercapai. Adanya ke tidak tercapaian realisasi
penjualan dari target yang telah ditetapkan hal ini disebabkan karena semakin banyaknya
bermunculan pesaing menuntut perusahaan untuk senantiasa memperhatikan kebutuhan dan keinginan
konsumen.

Sistem penyusunan anggaran penjualan yang digunakan PT. Bintang Sriwijaya Palembang yaitu top
down, dimana anggaran ditetapkan sendiri oleh pimpinan. Penyusunan anggaran dengan cara ini
kurang efektif dalam penyusunan anggaran penjualan. Prosedur penyusunan anggaran penjualan pada
PT. Bintang Sriwijaya Palembang adalah menganalisis kekuatan dan kelemahan perusahaan yang
diperlukan untuk menjaga rencana penjualan. Kekuatan dalam perusahaan PT. Bintang Sriwijaya
Palembang yaitu harga produk yang kompetitif dan jumlah penjualan produk yang meningkat dari
tahun ke tahun, kelemahannya yaitu jumlah pedagang yang bersedia menjualkan produk masih relatif
kecil.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
ke dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Penyusunan Anggaran Penjualan pada PT. Bintang
Sriwijaya Palembang”.

Perumusan Masalah

Dari uraian diatas terlihat bahwa yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini yaitu Bagaimana
proses penyusunan anggaran penjualan pada PT. Bintang Sriwijaya Palembang?

Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian tidak menyimpang dari permasalahan yang ada, penulis membatasi pembahasan
hanya pada proses penyusunan anggaran penjualan pada PT. Bintang Sriwijaya Palembang tahun
2017-2018.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis proses penyusunan anggaran
penjualan pada PT. Bintang Sriwijaya Palembang.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

2955
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis yaitu memperkaya ilmu akuntansi
khususnya mata kuliah penganggaran biaya.

Sebagai masukan empiris untuk pengembangan ilmu akuntansi khususnya yang berkaitan dengan
penyusunan anggaran penjualan.

Manfaat Praktis

Bagi PT. Bintang Sriwijaya Palembang

Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan keputusan dan kebijakan perusahaan dalam
kaitannya penyusunan anggaran penjualan.

Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang penyusunan
anggaran penjualan.

Bagi Pihak Lain

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak lain yang membacanya, khususnya bagi pihak
yang memerlukan sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya yang mempunyai bahasan serupa
atau yang berhubungan dengan topik pembahasan ini.

TINJAUAN PUSTAKA DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

Anggaran

Menurut Sasongko dan Rumondang (2018 : 2) anggaran adalah rencana kegiatan yang akan
dijalankan oleh manajemen dalam satu periode yang tertuang secara kuantitatif. Informasi yang
diperoleh dari anggaran diantaranya jumlah produk dan harga jualnya untuk tahun depan.

Prosedur Penyusunan Anggaran Penjualan

Beberapa langkah dalam penyusunan anggaran penjualan yang dikemukakan oleh Adisaputro dan
Asri (2013 : 127) yaitu :

Penentuan Dasar-dasar Anggaran

Penentuan tujuan umum dan khusus yang di inginkan.

Menyatakan harapan atau sasaran secara jelas sehingga bisa menghindari kerancuan dan memberikan
arah terhadap apa yang hendak dicapai perusahaan.

2956
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Penentuan stratcgis pasar yang dipakai.

Strategi pemasaran pada dasamya adalah rencana yang menyeluruh, terpadu, dan menyatu dibidang
pemasaran, yang memberikan panduan tentang kegiatan yang akan dijalankan imtuk dapat
tercapainya tujuan pemasaran.

Penyusunan Rencana Penjualan

Analisis Ekonomi

Dengan mengadakan proyeksi terhadap aspek-aspek makro seperti : kependudukan danteknologi.

Analisis Penjualan Yang Lalu

Untuk mengetahui kemampuan masyarakat menyerap produk sejenis yang dihasilkan oleh industri.

Analisis Penentuan Penjualan Yang Akan Datang

Kemampuan perusahaan mencapai target penjualan dimasa depan, dengan memperhatikan faktor-
faktor produksi seperti tenaga kerja dan keadaan permodalan.

Menyusun Forecast Penjualan

Meramalkan jumlah penjualan yang diharapkan dengan anggapan segala sesuatu berjalan seperti masa
yang lalu. Metode yang digunakan dalam perusahaan adalah banyak sekali seperti metode komposisi
tenaga penjual, metode opini para eksekutif, metode statistika penjualan. Tapi yang sering digunakan
adalah melode kuadrat terkecil atau lebih sering disebut dengan metode trend.

Dengan mempergunakan metode kuadrat terkecil ini, perusahaan akan dapat melakukan perhitungan
peramalan produk perusahaan melalui metode least square. Adapun bentuk metode least square yang
sering digunakan untuk penyusunan peramalan penjualan produk perusahaan tersebut adalah :

Y = a + bx untuk trend garis lurus

∑Y = n.a + b∑y

Menentukan jumlah penjualan yang dianggarkan

Penjualan yang dianggarakan biasanya ditetapkan oleh perusahaan dan di tentukan pada awal tahun
dengan dipengaruhi beberapa faktor seperti pertumbuhan ekonomi, kebutuhan pasar maupun dari
faktor intemal seperti pencapaian target tahun lalu dan kesiapan produk yang akan dipasarkan.
Menentukan target penjualan sangatlah penting, ketika sebuah perusahaan menentukan target tanpa
dasar kalkulasi yang benar maka implikasi bisa bermacam-macam.

Penetapan target yang benar adalah tidak hanya menentukan dasar angka target tersebut saja,
melainkan juga harus berhubungan erat dengan faktor-faktor lainya seperti insentif, rencana

2957
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

pengembangan produk, kebijakan perusahaan, dan term of payment yang berhubungan dengan team
sales.

Mengkomunikasikan rencana penjualan yang telah disetujui pada pihak yang berkepentingan.

Metode Penyusunan Anggaran Penjualan

Sofyan (2005 : 90) metode yang dapat dipergunakan dalam menyusun anggaran adalah sebagai
berikut :

Metode Top Down

Dalam metode ini, anggaran disusun dan ditetapkan sendiri oleh pimpinan dan anggaran ini
dilaksanakan oleh bawahan tanpa ada keterlibatan bawahan dalam penyusunan. Metode ini ada
baiknya digunakan bila karyawan tidak mampu menyusun anggaran atau dianggap terlalu lama dan
tidak tetap jika diserahkan kepada bawahannya. Hal ini bisa terjadi didalam perusahaan yang
karyawannya tidak memiliki cukup keahlian dalam menyusun anggaran, atasan bisa saja
menggunakan jasa konsultan atau tim khusus untuk mclaksanakan.

Metode Bottom Up

Dalam metode ini. anggaran disusun berdasarkan hasil keputusan karyawan. Anggaran disusun mulai
dari bawahan sampai atasan, dimana bawahan diserahkan sepenuhnya menyusun anggaran yang telah
ditentukan pada masa yang akan datang. Metode ini digunakan jika karyawan sudah memiliki
kemampuan dalam menyusun anggaran dan tidak dikhawatirkan akan menimbulkan proses yang lama
dan berlarut.

Metode Campuran antara Top Down dan Bottom Up

Metode terakhir ini merupakan campuran dari kedua metode diatas. Penyusunan anggaran dimulai
dari atas dan selanjutnya diserahkan untuk dilengkapi dan dilanjuti oleh karyawan bawahan.

OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah PT. Bintang Sriwijaya Palembang yang beralamat di Jalan Pangeran Ayin
No. 503 Kenten Laut, 30163 Kabupaten Banyuasin Palembang.

Metode Penelitian

Definisi Operasional

2958
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Proses penyusunan anggaran adalah Kegiatan penyusunan rencana anggaran penjualan oleh
perusahaan untuk satu periode yang dinyatakan dalam satuan moneter. Dengan indikator sebagai
berikut :

Penentuan dasar-dasar penjualan

Penentuan tujuan umum

Penentuan strategi pasar

Penyusunan rencana penjualan

Analisis ekonomi

Analisis penjualan masa lalu

Analisis penjualan yang akan datang

Menyusun forecast penjualan

Menentukan jumlah penjualan yang dianggarkan

Mengkomunikasikan rencana penjualan

Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu pengumpulan data yang penulis
dapatkan dari tempat objek penelitian berupa data anggaran dan realisasi penjualan produk PT.
Bintang Sriwijaya Palembang di tahun 2017-2018, struktur organisasi PT. Bintang Sriwijaya
Palembang dan data yang disajikan dalam bentuk tabel, buku-buku pedoman dan diagram

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap objek yang
diteliti pada waktu terjadinya kejadian.

Penelitian dengan melakukan tanya jawab secara langsung kepada pegawai yang berwenang di PT.
Bintang Sriwijaya Palembang untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan dalam
penulisan.

Data-data yang diperoleh melalui catatan-catatan, laporan keuangan PT. Bintang Sriwijaya
Palembang dan laporan-laporan yang dianggap perlu pada penelitian ini.

Teknik Analisis Data

2959
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriftif kualitatif. Penelitian
deskriptif kualitatif adalah penelitian yang menggambarkan atau melukiskan objek penelitian
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data Anggaran dan Realisasi Penjualan PT. Bintang Sriwijaya Palembang Tahun 2017-2018

Penjualan yang dilaksanakan PT. Bintang Sriwijaya Palembang dilakukan dengan cara penjulan tunai
atau cash. Untuk melihat proses penyusunan anggaran penjualan pada PT. Bintang Sriwijaya
Palembang dapat dilihat dari anggaran dan realisasi penjualan yang diperoleh dari perusahaan tahun
2017-2018. Anggaran penjualan ialah dasar penyusunan anggaran sebelum menyusun anggaran
lainnya. Hal ini sehubungan anggaran penjualan umumnya mengambarkan penghasilan yang akan
diterima karena ada penjualan. Anggaran penjualan memiliki peranan strategi dalam menunjang
perusahaan untuk mencapai tujuannya. Jika pelaksanaan anggaran penjualan tidak berjalan dengan
baik maka peningkatan laba yang yang diinginkan perusahaan akan susah untuk direalisasikan.
Anggaran penjualan merupakan rencana kualitas yang menyatakan dalam angka dari produk yang
akan dijual perusahaan pada periode tertentu.

Penyusunan anggaran dapat dilakukan secara komprehensif dan secara parsial. Secara komprehensif
berarti perusahaan melakukan penyusunan anggaran dalam ruang lingkup yang menyeluruh, dimana
jenis kegiatan yang dicakupnya meliputi seluruh aktivitas perusahaan, baik bidang pemasaran,
keuangan dan administrasi umum. Sedangkan secara parsial adalah anggaran perusahaan yang
disusun dengan ruang lingkup yang terbatas yang hanya mencakup sebagian dari kegiatan perusahaan,
misalnya perusahaan hanya menyusun anggaran penjualan.

Dari uraian diatas, maka penulis dapat simpulkan bahwa pentingnya penyusunan anggaran penjualan
pada PT. Bintang Sriwijaya Palembang tahun 2017-2018. Berikut ini penulis menyajikan anggaran
dan realisasi penjualan PT. Bintang Sriwijaya Palembang tahun 2017-2018.

Dari data anggaran penjualan tahun 2017 realisasi penjualan yang tercapai pada bulan Maret, Juni
dan Desember. Tahun 2018 realisasi penjualan yang tercapai pada bulan Februari, Maret, Juni dan
Desember. Berdasarkan realisasi diatas anggaran tidak sesuai dengan anggaran penjualan yang telah
ditetapkan perusahaan setiap bulannya dengan kata lain anggaran penjualan tidak tercapai atau tidak
sesuai dengan target yang telah ditetapkan perusahaan, maka dari itu manajemen perusahaan
bertanggung jawab atas tidak tercapainya anggaran penjualan yang telah ditetapkan dan harus mencari
solusi supaya realisasi penjualan tercapai sesuai yang diinginkan perusahaan bila perlu perusahaan
harus melibatkan bawahannya untuk membantu mencari solusinya agar anggaran penjualan yang
dibuat setiap bulannya tercapai dengan target yang telah ditetapkan perusahaan dan tidak langsung
menganggap bawahan tidak bisa atau lama dalam menyusun anggaran penjualan mencoba melibatkan
bawahan dalam menyusun anggaran tersebut.

Pembahasan

2960
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Penyusunan Anggaran Penjualan PT. Bintang Sriwijaya Palembang setiap tahun dilakukan, dimana
anggaran penjualan perusahaan dibuat oleh pimpinan. Anggaran yang telah disusun digunakan oleh
perusahaan untuk menjadi pedoman dalam kegiatan penjualan yang harus dicapai dimana merupakan
suatu bentuk perencanaan dari kegiatan operasional perusahaan yang mencakup kegiatan penjualan
barang. Anggaran ini merupakan perencanaan terperinci tentang penjualan barang yang didalamnya
meliputi rencana tentang kuanititas barang dijual.

Pimpinan PT. Bintang Sriwijaya Palembang menetapkan sendiri anggaran penjualan dan anggaran
dilaksanakan tanpa adannya keterlibatan bawahan dalam penyusunannya (top down). untuk menilai
bagaimana pencapaian anggaran yang yang sudah dibuat tersebut terhadap realisasi penjualan yang
terjadi guna mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk perbaikan. Adapun uraian
penyusunan anggaran pada PT. Bintang Sriwijaya Palembang sebagai berikut :

Penentuan Dasar-Dasar Anggaran

Penentuan tujuan umum

Menyatakan harapan atau sasaran secara jelas sehingga bisa menghindari kerancuan dan memberikan
arah terhadap apa yang hendak dicapai perusahaan. Penentuan tujuan yang diinginkan PT. Bintang
Sriwijaya Palembang bertujuan untuk mengurangi pemborosan dengan cara mengurangi
ketidakpastian dan memberikan pengarahan yang lengkap dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu
tercapainya target penjualan serta melakukan komunikasi dan evaluasi kepada karyawan PT. Bintang
Sriwijaya Palembang sehingga anggaran dapat dimengerti dan dilaksanakan dengan maksimal.

Penentuan startegi pemasaran

Strategi pemasaran pada dasamya adalah rencana yang menyeluruh, terpadu, dan menyatu dibidang
pemasaran, yang memberikan panduan tentang kegiatan yang akan dijalankan imtuk dapat
tercapainya tujuan pemasaran. Strategi pemasaran adalah serangkaian tercapainya tujuan dan sasaran,
kebijakan dan aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran dari waktu ke waktu pada
masing-masing tingkatan dan acuan serta alokasinya terutama sebagai tanggapan dalam mengahadapi
lingkungan dan keadaan persaingan yang selalu berubah.

Strategi pemasaran yang dilakukan PT. Bintang Sriwijaya Palembang yaitu mempromosikan produk-
produk perusahaan seperti Pocari Sweat, Nutrifood, Kusuka, Intrasari, Yulia Kosmetik dan lain-lain
kepada konsumen (masyarakat) serta mendorong konsumen menggunakan produk perusahaan.
Strategi ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh hasil yang optimal yaitu target penjualan sesuai
dengan yang dianggaran oleh perusahaan. Adapun strategi pemasaran (marketing mix) PT. Bintang
Sriwijaya Palembang yaitu sebagai berikut :

Produk (Product)

2961
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Produk-produk yang ditawarkan PT. Bintang Sriwijaya Palembang sudah memenuhi persyaratan dari
Departemen Kesehatan Republik Indonesia serta sudah dilakukan standard produk yang meliputi
kemasan dan isi. Dimana kemasan harus dibuat dari bahan yang tidak mengandung Toxic Substances
(zat beracun) atau sesuatu yang dapat menganggu kesehatan dan tidak berpengaruh terhadap mutu.
Setiap kemasan produk memuat informasi yang dibutuhkan konsumen seperti Brand (merek),
produsen, isi, logo perusahaan dan tanggal expired (kadaluarsa) produk. Perusahaan memperhatikan
kebutuhan dan keinginan konsumen yaitu dengan memberikan pelayanan yang terbaik demi
tercapainya tujuan perusahaan dalam menjalankan segala kebutuhan dari konsumen.

Harga (Price)

PT. Bintang Sriwijaya Palembang dalam menentukan harga pasar yang tepat bagi produk yang
ditawarkan yaitu lebih murah dan bersaing disbanding dengan produk kompetitor (pesaing),
mempertahankan harga serta meningkatkan kualitas produk yang ditawarkan.

Dalam penjelasan tersebut, pihak perusahaan menciptakan harga yang tepat dalam menentukan
keuntungan yang sewajarnya. Menetapkan harga terlalu tinggi akan menyebabkan peningkatan jumlah
konsumen akan menurun, namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang dapat
diperoleh perusahaan. Apabila perusahaan salah dalam menentukan harga maka akan berdampak
keterpurukan suatu perusahaan mengalami kegagalan yang mengakibatkan konsumen pergi
menghindar, sehingga menyebabkan target penjualan tidak tercapai.

Promosi (Promotion)

Dengan seringnya melakukan kegiatan promosi kepada konsumen diharapkan konsumen akan tertarik
menggunakan ditawarkan oleh perusahaan. Strategi promosi sangatlah penting untuk memasarkan
produk yang kita miliki dengan penyusunan strategi pemasaran yang efektif dan efisien. Dengan
promosi diharapkan konsumen mengunakan produk tersebut dan mendorong konsumen yang sudah
ada agar membeli produk lebih sering lagi, sehingga terjadi pembelian ulang dan volume penjualan
produk meningkat.

PT. Bintang Sriwijaya Palembang dalam memperkenalkan produknya tidak melakukan promosi
melalui media cetak maupun elektronik, sampai saat ini promosi yang dilakukan perusahaan hanya
dengan promosi penjualan dengan cara memberikan potongan harga. Potongan harga diberikan
perusahaan apabila konsumen membeli dalam jumlah banyak.

Tempat (Place)

Perusahaan terletak di Jalan Pangeran Ayin No. 503 Kenten Laut, 30163 Kabupaten Banyuasin
Palembang yang merupakan lokasi yang strategis guna mencari konsumen potensial. Pemasaran
produk yang ditawarkan PT. Bintang Sriwijaya Palembang menjangkau kebanyak tempat baik
didalam Kota Palembang maupun diluar daerah, konsumen yang ada meliputi toko, swalayan, warung
dan lain-lain.

Penyusunan Rencana Penjualan

2962
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Analisis Ekonomi

Analisis ini cenderung digunakan untuk mengetahui keadaan-keadaan yang bersifat makro dari suatu
keadaan ekonomi. Unsur-unsur makro ekonomi yang biasa dianalisis melalui analisis ekonomi ini
adalah kependudukan dan teknologi. Langkah pertama dalam analisis ekonomi sering melibatkan
pengumpulan data sumber daya. Sumber daya ini mencakup konsep-konsep tidak berwujud, seperti
tenaga kerja dan waktu. serta barang-barang berwujud seperti uang atau barang. Data yang diperlukan
untuk analisis sumber daya temasuk informasi kependudukan, dan teknologi

Tingkat penduduk mempengaruhi faktor-faktor dalam penyusunan anggaran dan penggunaan


teknologi tidak mempengaruhi dalam penyusunan anggaran. Pada PT. Bintang Sriwijaya Palembang
analisis ekonomi sebagai bagian dari upaya untuk menetapkan dan mencapai tujuan ekonomi dimasa
depan.

Analisis penjualan masa lalu

Untuk mengetahui kemampuan masyarakat (konsumen) menyerap produk sejenis yang dihasilkan
oleh industri. Pada PT. Bintang Sriwijaya Palembang di dalam menyusun anggaran penjualan
menggunakan penjualan tahun lalu sebagai pedoman penyusunan anggaran.

Analisis penjualan yang akan datang

Kemampuan perusahaan mencapai target penjualan dimasa depan, dengan memperhatikan faktor-
faktor produksi seperti tenaga kerja dan keadaan permodalan. Dilakukan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan mencapai target penjualan dimasa depan, dengan memperhatikan faktor-
faktor seperti kurangnya ketersediaan tenaga kerja yang ada pada PT. Bintang Sriwijaya Palembang
dalam mendistribusikan barang dagang sangat berpengaruh pada pencapaian target penjualan.
Perusahaan hanya memperkerjakan beberapa pegawainya dalam mendistribusikan produk. Modal
yang ada pada PT. Bintang Sriwijaya Palembang merupakan penyebab anggaran tidak tercapai.
Keterbatasan modal dalam perusahaan ini menyebabkan perusahaan belum dapat meningkatkan
strategi pemasaran lebih baik yang diharapkan pencapaian anggaran penjualan dapat terealisasi.
Berdasarkan uraian mengenai penyusunan anggaran penjualan pada PT. Bintang Sriwijaya Palembang
dapat dijelaskan bahwa perusahaan ini dalam menyusun anggaran penjualan tidak mempertimbangkan
faktor-faktor yang ada sesuai dengan teori hal ini dengan penetapan anggaran yang terus meningkat
tapi tak pemah terealisasi dan juga menyebabkan penyusunan anggaran yang dihasilkan kurang efektif
dan efisien.

Menentukan jumlah penjualan yang dianggarkan

Penjualan yang dianggarkan biasanya ditetapkan oleh perusahaan dan di tentukan pada awal tahun
dengan dipengaruhi beberapa faktor seperti pertumbuhan ekonomi, kebutuhan pasar maupun dari
faktor intemal seperti pencapaian target tahun lalu dan kesiapan produk yang akan dipasarkan.
Menentukan target penjualan sangatlah penting. ketika sebuah perusahaan menentukan target tanpa
dasar kalkulasi yang benar maka implikasi bisa bermacam-macam. Penetapan target yang benar
adalah tidak hanya menentukan dasar angka target tersebut saja, melainkan juga harus berhubungan

2963
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

erat dengan faktor-faktor lainya seperti insentif, rencana pengembangan produk, kebijakan
pemsahaan. dan term of payment yang berhubungan dengan team sales. Ketepatan dalam menentukan
target penjualan sangat berdampak kepada keberanian perusahaan dalam menentukan anggaran lain
baik yang bersifat variabel maupun yang bersifat tetap. Dalam menentukan anggaran penjualan
pimpinan PT. Bintang Sriwijaya Palembang tidak memperhatikan faktor-faktor yang berhubungan
dengan penetapan target penjualan. PT. Bintang Sriwijaya Palembang memakai cara standar yaitu
dengan menaikkan secara berkala penjualan bulan lalu ditambah target penjualan sekarang, sehingga
menyebabkan jumlah penjualan yang dianggarkan sangat tinggi.

Menyusun forecast penjualan

Meramalkan penjualan yang diharapkan dengan anggapan segala sesuatu berjalan seperti masa lalu.
Sebelum menyusun anggaran penjualan dilakukan peramalan penjualan. Perusahaan melihat data
penjualan perusahaan dan kemudian dilihat bagaimana pencapaian target penjualan periode
sebelumnya. Metode ini tentunya akan memakan waktu yang cukup banyak, karena data jumlah
penjualan aklual baru dapal diperoleh pada akhir lahun, sedangkan manajemen tidak memiliki waktu
yang banyak untuk menyusun anggaran periode berikutnya apabila perusahaan tidak menyusun
anggaran penjualan tepat waktu, akan mengaiami kesulitan dalam melakukan kegiatan penjualan
periode selanjutnya.

Dalam meramalkan penjualan dimasa yang akan datang PT. Bintang Sriwijaya Palembang
menggunakan metode kuantitatif yaitu perhitungan angka dengan metode least square.

Y = a + bx untuk trend garis lurus

∑Y = n.a + b∑y

Tabel 1

Forecast Penjualan Produk

PT. Bintang Sriwijaya Palembang

Tahun 2017-2018

Realisasi Penjualan
Tahun X X.Y X²
(Y)

2017 1 56,725,435,115 56,725,435,115 1

2018 2 70,982,479,123 141,964,958,247 4

2964
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

∑ 3 127,707,914,238 198,690,393,361 5

Sumber : Hasil Olahan Data

n.XY - X.Y
b=
n.X 2 - X 
2

Y  X 
a= b 
n  n 

Keterangan :

Y = Penjualan

X = Parameter yang dimulai dari angka 1

a dan b = Persamaan garis trend

Adapun uraian forecast penjualan produk PT. Bintang Sriwijaya Palembang pada tahun 2018 sebagai
berikut :

n.XY - X.Y
b=
n.X 2 - X 
2

2 198.690.39 3.361 - 3 127.707.914.2 38


b=
25 - 9

397.380.78 6.723 - 383.123.74 2.714


b=
10 - 9

14.257.044 .009
b=
1
b = 14.257.044.009

Y  X 
a= b 
n  n 

127.707.91 4.238 3


a=  14.257.044 .009  
2 2

a = 63.853.957.119  21.385.566.013

2965
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

a = 42.468.391.106

Forecast Penjualan :

Y = a + bx

= 42.468.391.106 + 14.257.044.009 (3)

= 85.239.523.133

Anggaran penjualan untuk tahun 2019 sebesar Rp.85.239.523.133.

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat pada tahun 2017 perusahaan membuat anggaran penjualan
sebesar Rp.63.486.992.075 yang terealisasi sebesar 89.35% yaitu Rp.56.725.435.115. Tahun 2018
perusahaan membuat anggaran penjualan sebesar Rp.75.251.991.064 yang terealisasi sebesar 94.33%
yaitu Rp.70.982.479.123. Walaupun tingkat pencapaian anggaran penjualan perusahaan setiap
tahunnya mengalami peningkatan dan penurunan, namun dapat dilihat bahwa penjualan perusahaan
mengalami kenaikkan yang cukup bagus setiap tahunnya.

Perusahaan perlu lebih mempertimbangkan dalam menentukan anggaran penjualan suatu periode.
Melihat dari peningkatan penjualan tiap tahunnya, apabila dihitung secara kuantitatif, maka dengan
cara yang demikian dapat diperoleh forecast penjualan yang lebih objektif dan lebih menghemat
waktu. Dari kenaikkan penjualan yang terjadi pada PT. Bintang Sriwijaya Palembang dan setelah di
hitung secara kuantitatif maka anggaran penjualan untuk tahun 2019 yaitu Rp.85.239.523.133.
Dengan cara tersebut dapat memungkinkan anggaran penjualan yang sesuai dengan tingkat
pencapaian yang mungkin dapat dicapai perusahaan.

Mengkomunikasikan rencana penjualan

Penjualan yang dianggarkan biasanya ditetapkan oleh perusahaan dan di tentukan pada awal tahun
dengan dipengaruhi beberapa faktor seperti pertumbuhan ekonomi, kebutuhan pasar maupun dari
faktor intemal seperti pencapaian target tahun lalu dan kesiapan produk yang akan dipasarkan.
Menentukan target penjualan sangatlah penting, ketika sebuah perusahaan menentukan target tanpa
dasar kalkulasi yang benar maka implikasi bisa bermacam-macam. Didalam penyusunan anggaran
PT. Bintang Sriwijaya Palembang hanya melihat realisasi anggaran pada tahun sebelumnya, maka hal
ini menyebabkan anggaran yang dihasilkan mengalami penurunan. Penyusunan anggaran PT. Bintang
Sriwijaya Palembang tidak menerapkan dengan benar, hal ini dapat terjadi karena dalam proses
pembuatan anggaran perusahaan tidak melibatkan bawahannya, sebaiknya PT. Bintang Sriwijaya
Palembang dalam proses pembuatan anggaran penjualan melibatkan bawahannya seperti bagian
penjualan dimana peran serta partisipasi dari masing-masing karyawan yang berkaitan dapat
menimbulkan tanggungjawab dari para karyawan untuk melaksanakan anggaran yang lalu.

Hasil penelitian ini mendukung pendapat Meiliani (2016) yang menyatakan proses penyusunan
anggaran kurang menerapkan dasar-dasar dalam menentukan anggaran dan mengkomunikasikan

2966
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

rencana penjualan pada pihak yang berkepentingan serta kurangnya koordinasi bagian-bagian
karyawan ke atasan, sehingga penyusunan anggaran terjadi target anggaran yang terlalu tinggi.

Anggaran yang terdapat dalam perusahaan adalah anggaran penjualan. Menurut Murdayanti (2019 :
13) anggaran penjualan merupakan dasar penyusunan anggaran lainnya dan umumnya disusun
terlebuh dahulu sebelum menyusun anggaran lainnya. Hal ini sehubungan anggaran penjualan
umumnya mengambarkan penghasilan yang akan diterima karena ada penjualan. Anggaran penjualan
memiliki peranan strategi dalam menunjang perusahaan untuk mencapai tujuannya. Jika pelaksanaan
anggaran penjualan tidak berjalan dengan baik maka peningkatan laba yang yang diinginkan
perusahaan akan susah untuk direalisasikan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari apa yang telah diuraikan pada bab-bab terdahulu, maka pada bab V ini penulis akan mencoba
untuk menarik kesimpulan dan memberikan saran-saran yang mungkin bermanfaat dan berguna bagi
PT. Bintang Sriwijaya Palembang dalam menentukan keputusan dan kebijakan perusahaan dalam
kaitannya penyusunan anggaran penjualan.

Kesimpulan

PT. Bintang Sriwijaya Palembang belum melakukan penentuan dasar-dasar anggaran seperti dalam
penetapan strategi yang dipakai dan dalam penyusunan rencana penjualan perusahaan tidak
mengikutsertakan atau mengkomunikasikan rencana penjualan kepada pihak yang berkepentingan
seperti bagian pemasaran dan keuangan, kurang terlibatnya bagian pemasaran dan keuangan dalam
penyusunan anggaran penjualan serta kurangnya koordinasi bagian-bagian karyawan ke atasan,
sehingga penyusunan anggaran terjadi target anggaran yang terlalu tinggi.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas dapat sampaikan saran-saran sebagai berikut :

Perusahaan harus meningkatkan kerjasama tiap bagian seperti bagian pemasaran dan keuangan agar
dapat mempertimbangkan dan meningkatkan anggaran penjualan yang lebih baik, seperti
membutuhkan bagian pemasaran agar tahu tingkat perekonomian dipasaran yang terjadi.

Perusahaan perlu mempertimbangkan dalam menentukan anggaran penjualan suatu periode. Melihat
dari peningkatan penjualan apabila dihitung secara kuantitatif, maka dengan cara yang demikian dapal
diperoleh peramalan penjualan yang lebih objektif dan lebih menghemat waktu efisien. Dari
kenaikkan penjualan yang terjadi pada PT. Bintang Sriwijaya Palembang dan setelah dihitung secara
kuantitatif maka anggaran penjualan yang sesuai dengan tingkat pencapaian yang mungkin dapat
dicapai oleh suatu perusahaan.

2967
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

DAFTAR PUSTAKA

Barsi, Ramlah. 2013. Analisis Penyusunan Anggaran Penjualan DalamMenilai Kinerja Manajer
Pada PT. Patria Anugrah Sentosa Palembang. Jurnal EMBA. Vol.1 No.4 Desember 2013.

Gunawan, Adisaputro, dan Asri, Marwan.2013. Anggaran Perusahaan. Buku 1. Yogyakarta : BPFE.

Indriantoro,Nur dan Bambang Supomo. 2012. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi Dan
Manajemen,Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Korompot, Rizka. 2015. Analisis Penyusunan Anggaran pada Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Kota Kotamobagu Tahun Anggaran 2014. Jurnal EMBA. Vol.3 No.1
2015.

Kurniawati,Dessi. 2017. Analisis Anggaran Penjualan Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT.
Wahana Persada Karton Palembang. Jurnal Ilmiah Ekonomi Global Masa Kini. Vol.8 No.1
Desember 2017.

Meiliani, Dini. 2016. Analisis Penyusunan Anggaran Penjualan pada CV. Usaha bersama
Palembang. Skripsi Publikasi.

Mulyadi. 2007. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Jakarta : Salemba. Empat.

Munandar, M. 2007. Budgeting : Perencanaan Kerja, Pengkoordinasian Kerja, Pengawasan Kerja,


Yogyakarta : BPFE-Universitas Gajah Mada.

Murdayanti, Yunika. 2019. Anggaran Perusahaan, Konsep dan Aplikasi. Jakarta : In Media.

Nafarin,M. 2009. Penganggaran Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat.

Putrayasa, I Made Agus. 2018. Penganggaran dan Analisis Anggaran Penjualan pada CV.
Sumberjaya pada tahun 2016. Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan. Vo.14 No.1 Maret 2018.

Ranti, Tika. 2015. Analisis Penyusunan Anggaran Penjualan dalam Kinerja Manajer Pada PT.
Patria Anugrah Sentoso Palembang. Jurnal Ekonomi dan Bisnis.

Robert N, Anthony, dan Vijay, Govindarajan. 2009. Management Control System. Jakarta: Salemba
Empat.

Sasongko, Catur dan Rumondang, Safrida, 2018. Anggaran. Jakarta: Salemba Empat.

Setiawan, Hendra dan Agung Ginanjar. 2011. Analisis penyusunan anggaran dalam kaitannya
dengan rencana akuntansi pertanggungjawaban manajemen Pada PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor.
Jurnal Ilmiah Rangga Gading. Vol.11. No.1 April 2011.

Sofyan, Syafti Harahap.2005. Budgeting, Penganggaran Perencanaan Lengkap. Jakarta : PT.Raja


GraJindo Persada.

2968
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Dalam Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

2969
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

PENGARUH DANA PERIMBANGAN DAN KEMANDIRIAN


KEUANGAN DAERAH TERHADAP KESERASIAN ANGGRAN
KABUPATEN/KOTA PROVINSI SUMATERA SELATAN

Tiara Indan Sakti, Heni Indriyani,S.E.,Ak.,M.Si.,CA

Program Studi Akutansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bina Darma Palembang.

Jl. Jendral A. Yani, Kecamatan Seberang Ulu I, Kota Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia.

Email :Tiaraindan@gmail.com1,,henniinayah@gmail.com

Abstrak

Berdasrkan pembahasan mengenai “dana perimbangan dan kemandirian keuangan daerah dan
kemandirian keuangan daerah terhadap keserasian anggaran Kabupaten/Kota provinsi sumatera selatan tahun
2015-2017 yang penulis sajiakn dalam Bab IV”. maka penulis menyimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:Hipotesis yang menyatakan bahwa variabel dana perimbangan dan kemandirian keuangan daerah
berpengaruh positif terhadap keserasian anggaran dimana hasil pengujian H1(hipotesis satu) dan H2 (hipotesi
dua) menyatakan bahwa dana perimbangan terhadap keserasian anggarn diterima, karena nilai t hitung lebih
besar drai pa da t tabel , berarti proporsi dana perimbangan,kemandirian keuangan daerah lebih besar dari
keserasian anggaran.

Kata Kunci: Dana Perimbangan, Kemandirian Keuangan Daerah dan Keserasian Anngaran.

Abstract

Based on the discussion of the balance funds and regional financial independence and local
financial independence of the district / city budget harmony in the province of South
Sumatra in 2015-2017 which the authors serve in Chapter IV, the authors conclude several
things as follows:”The hypothesis which states that the variable balance funds and regional
financial independence has a positive effect on the harmony of the budget in which the
results of testing H1 (hypothesis one) and H2 (hypothesis two) states that the balancing
funds against harmony are accepted, because the t value is greater than the t table, means
the proportion of balance funds, the independence of regional finances is greater than the
harmony of the budget”.

Keywords: Balancing Funds, Regional Financial Independence and Budget Harmony.

PENDAHULUAN

Pemerintahandi indonesia mulai tahun 2001 memberikan otonomi daerah disempurnakan


dengan perimbangan keuangan pemerintah pusat kepada daerah.adapun yang
dilaksanaknnya otonomi daerah adalah agar pemerintah pusat dan pemerintah derah
melakukan tugas dan fungsi dalam usaha efektif dan efisiensi serta bertanggung jawab lebih
bertanggung jawab (Suwandewi, 2000).
2970
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Keuangan penerimbangan keuangan daerah antara pemerintah daerah dengan pemerintah


pusat di indonesia tercermin dalam pelayanan publi dan penyelenggaran pemerintah
didasarkan atas desntralisasi,dekonsentrasi dan tugas pembantuan.tujuan pelaksanaan
otonomi daerah ialah dimana kepala daerah diserahkan urusannya,tugas,pelaksaan
desentralisasi dan wewenang.untuk dapat mengatur dan mengurus sendiri urusan
operasionalnya dengan tetap berpedoman pada peraturan per undang undangan.

Penerapan daerah otonomi membawa logis konsekuensi logis berupa pemerintah


peyelenggaraan pelaksanaan dan daerah pembangunan keuangan manajemen yang sehat,
maka itu diperlukan sistem pengelolaan keuangan yang baik.dana pengelolaan APBD harus
transfaran , efisiensi , efektif dan akuntabel. Selain itu juga dari pendapatan transfer
pemerintah pusat diperoleh. Yaitu terdiri dari : pendapatan bagi hasil bukan pajak ,dana
alokasi umum, dan pendapatan alokasi khusus.secara tepat pemerintah harus
mengalokasikan pendapatan diperoleh sehingga dalam pengeluaran terjadinya keserasian
anggran.

Alat ukur yang digunakan kinerja dalam menganalisis kinerja pemerintah daerah adalah
melakukan rasio keuangan terhadap APBD yang telah ditetapkan dan dilaksanakan (
Halim, 2007). Kinerja keuangan terhadap kabupten pemerintah merupakan yang terpenting
informasinya dapat kebijakan dalam pengelolaan keuangan daerah apakah nilai pemerintah
kabupaten berhasil melakukan keuangannya dengan baik. Sehingga dapat brdampak positif
terhadap keserasian anggaran. Kinerja keuangan pada APBD dilakukan analisis dengan cara
melihat perbnadingan hasil yang dicapai pertahunnya. Sehingga dapat diketahui bagaiman
kecenderungan terjadi. Kapasitas rendah dalam pengelolaan keuangan daerah akan sering
dapat menimbulkan siklus efek negatif.sehingga tingkat pelayanan masyarakat mampu
meningkatkan keserasian anggran.

Konteks keuangan dalam pengelolaan keuangan salah satunya yaitu dana perimbnagan,
sebagai sumber pendapatan dari APBN . dana dapat diberikan untuk mendukung
kewenangan pelaksanaan pemerintah daerah dalam tujuan pemberian otonomi kepada
daerah. Peningkatan pelayanan terutamanya yang semakin baik ( Djeanuari, 2012).

Dimana kemandirian keuangan daerah ini merupakan rasio yang menunjukan pemerintah
daerah dalam pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat sehingga dapat membiyai
sendiri kegiatan oprasional pemerintahnya seperti pembayaran pajak dan retribusi yang
diperlukan daerah ( Amalia et.al., 2014).

Fenomenayang terjadi di sumatera selatan pada tahun 205-2017 menunjukan bahwa rasio
keserasian anggaran pada tahun 2015-2017 yaitu pada tahun 2015 rata rata 71,51% 2016
rata rat 81,18% dan tahun 2017 rata ratanya 71,94%. Sehingga dengan adanya rasio ini saya
menggunakan 17 kabupaten/kota dengan 51 analisis untuk hasil dan pembahasan rasio
keserasian anggran.yang mencakup belanja operasi dan total belanja daerah.

2971
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Sehingga semain tinggi kontribusi pendapatan asli daerah ini kemampuan untuk dapat
membiayai sendiri kegiatan operasionalnya, sehingga dapat menunjukan kinerja yang
positif . sheingga kebuuthan dalam pembnaguann dearah dapat mendukung plaksanaanya
tersebut (pambudi , 2008).

Adapun dalam penelitian ini objek yang dipilih adalah sumatera selatan yang didalamnya
terjadi proses pengelolaan data keserasian anggaran per kabupaten yang ada disumatera
selatan. Berdasarakan uraian diatas penulis tertarik mengambil judul”PENGARUH DANA
PERIMBANGAN DAN KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP
KESERASIAN ANGGARAN”.

TINJAUAN PUSTAKA

Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan merupakan kontrak perjanjian antara dua pihak atau lebih yang
menjalin suatu hubungan, dimana pihak pertama disebut prinsipal dan pihak kedua disebut
aegen.”Prinsipal merupakan pihak yang bertindak sebagai pemberi perintah dan bertugas
untuk mengawasi, memberikan penilaian dan masukan atas tugas yang telah dijalankan oleh
agen”.

Jika dikaitkan dengan dana perimbangan dan kemandirian keuangan daerah


terhadap keserasian anggarn,makaagency theory menekankan bahwa dengan adanya
kebijakan dari pemerintah provinsi sebagai agen kepada prinsipalnya yaitu pemerintah
daerah diharapkan pemerintah daerah yang diberikan wewenang dalam membuat keputusan
dapat menggunakannya bagi kehidupan orang banyak di daerahnya. Pemerintah daerah
dapat meningkatkan perekonomian di daerahnya dan berdampak pada pertumbuhan
ekonomi yang meningkat.

Dana Perimbangan

“Dana yang berasal dari penerimaan APBN yang dialokasikan untuk daerah dalam
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi disebut dana
perimbangan”. ”Penggunaan Dana Alokasi Umum dan penerimaan umum lainnya dalam
APBD harus tetap pada kerangka pencapaian tujuan pemberian otonomi kepada daerah
yaitu peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik”, seperti
pelayanan di bidang kesehatan dan pendidikan.dana perimbangan adalah dana yang
dialokasikan oleh pemerintah pusat untuk keperluan pembangunan pada pemerintahan
daerah. Terdapat tiga jenis dana perimbangan yaitu dana alokasi umum, dana alokasi
khusus, dan dana bagi hasil.

Dana Bagi Hasil (DBH)

”Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah
2972
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

dalam rangka pelaksanaan desentralisasi”. Dana Bagi Hasil yang diperoleh pemerintah
daerah diharapkan mampu untuk meningkatan alokasi Belanja Daerahguna meningkatkan
pelayanan publik bagi daerah sebagai tujuan dari desentralisasi.

Dana bagi hasil yang bersumber dari sumber daya alam berasal dari kehutanan;
pertambangan umum; perikanan; pertambangan minyak bumi; pertambangan gas bumi; dan
pertambangan panas bumi Menurut Kementerian Dalam Negeri dalam artikel Dana
Perimbangan, Sumber Pendapatan Daerah Terbesar (2013), sesuai pasal 5 UU No. 33 tahun
2004 sumber pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi selain PAD
adalah Dana Perimbangan yang terdiri dari DAU, DAK, DBH, sehingga DBH ditujukan
untuk memberikan keleluasaan bagi pemerintah daerah dalam menyikapi aspirasi
masyarakat dan prioritas daerah guna mempercepat upaya peningkatan kesejahteraan dan
pelayanan umum kepada masyarakat dan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan
ekonomi daerah.

Dana Alokasi Umum (DAU)

Dana Alokasi Umum merupakan salah satu transfer dana Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah Daerah yang bersumber dari pendapatan APBN, yang dialokasikan dengan
tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.jenis transfer dana antar tingkat pemerintahan
yang tidak terikat dengan program pengeluaran tertentu disebut DAU. DAU ini
dimaksudkan untuk mengantikan transfer berupa subsidi daerah otonom dan inpres.

Dana Alokasi Khusus (DAK)

”Dana alokasi khusus merupakan dana perimbangan yang dialokasikan oleh pemerintah pusat
melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ke Daerah tertentu dengan tujuan untuk
mendanai kebutuhan khusus yang merupakan urusan daerah dan juga prioritas nasional”. Adapun
indikator DAK adalahumum, KhususTeknis.

“Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu
dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah
dan sesuai dengan prioritas nasional merupakan pengertian dari Dana Alokasi Khusus
(DAK)”. Program yang menjadi prioritas nasional dimuat dalam Rencana Kerja Pemerintah
dalam tahun anggaran bersangkutan.

Kemandirian Keuangan

“Rasio keserasian belanja menggambarkan bagaimana Pemerintah Daerah memprioritaskan


alokasi dananya pada belanja rutin dan belanja publik secara optimal”.Tolak ukur rasio
kemandirian keuangan daerah dapat dijelaskan dengan menggunakan skala seperti dalam
table tersebut:
2973
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Tabel 2.1

Skala Interval Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Kemampuan Keuangan Daerah RKKD Pola Hubungan

Rendah Sekali 0 – 25% Instruktif

Rendah 25% - 50% Konsultatif

Sedang 50% - 75% Partisipatif

Tinggi 75%-100% Delegatif

Sumber: Halim (2012)

“Jika rasio kemandirian keuangan daerah menurun maka, hal ini menunjukkan kemandirian
keuangan daerah cenderung menurun walaupun PAD meningkat karena peningkatnya lebih
lambat dibandingkan dengan peningkatan bantuan dan sumbangan”.

Keserasian Anggaran

“Berdasarkan undang-undang “nomor 25 tahun 2009 mengatakan bahwa belanja


publik yaitu belanja Administrasi Umum”, Belanja Operasi dan Pemeliharaan, serta Belanja
Modal/Pembangunan yang dialokasikan pada atau digunakan untuk membiayai kegiatan
yang hasil, manfaat, dan dampaknya secara langsung dinikmati oleh masyarakat (publik)”.

Keserasian anggaran merupakan suatu kesesuaian anggaran yang dialokasilan oleh


pemerintah pusat kepada pemerintahan daerah. Keserasian anggaran menunjukkan adalah
alokasi anggaran untuk kepentingan di masa depan.

Pengaruh Dana Perimbangan Terhadap KeserasianAnggaran.

“Dana Perimbangan yaitu salah satu sumber penerimaan daerah yang berasal dari
APBN dalammempengaruhikegiatan kewenangan pemerintah daerah untuk mencapai
tujuan pemberian otonomi untuk daerah, adalahyang utama untuk meningkatkan pelayanan
serta membuat masyarakat yang sejahtera semakin baik (Widjaja, 2002)”.

“Dana ini diberikan untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintahan daerah


dalam mencapai tujuan pemberian otonomi kepada daerah, terutama peningkatan pelayanan
dan kesejahteraan yang semakin baik”(Djaenuri, 2012)”.

Pengaruh Kemandirian Keuangan Daerah Terhadap Keserasian Anggaran.

2974
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

“Kemandirian keuangan daerah adalah kemampuan pemerintah daerah dalam


membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada
masyarakat yang membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pedapatan yang diperlukan
daerah”. Kemandirian keuangan daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya PAD dibandingkan
dengan pendapatan daerah bersumber dari bantuan pemerintah pusat ataupun dari pinjaman
(Welly dan Djuniar, 2017:5).

“Kemandirian keuangan daerah adalah rasio yang dapat menunjukkan kemampuan


pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan
pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber
pendapatan yang diperlukan daerah (Amalia et al., 2014)”.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Deskriptif kuantitatif berupa “dana
perimbangan,kemandirian keuangan daerah dan keserasian anggaran yang diperoleh dari
BPK Kota Palembang”. Cakupan data adalah pada kabupaten/kota di seluruh provinsi
sumatera selatan dengan waktu penelitian dari tahun 20015 – 2017.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui “pengaruh dana perimbangan,kemandirian


keuangan terhadap keserasian anggaran dengan menggunakan satu variabel terikat
(dependent) dan dua variabel bebas (independent)”. Variabel terikat (dependent) dalam
penelitian ini yaitu nilai keserasian anggaran dan variabel bebas (independent) terdiri dari
dana perimbangan dan kemandirian keuangan daerah.

“Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder”, yaitu sumber yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber data penelitian ini diperoleh
dari:

“Laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) Provinsi Sumatera Selatan”

Berbagai artikel, jurnal, dan beberapa penelitian terdahulu dari berbagai sumber.

Dana Perimbangan

Menurut Widjaja (2002) Dana Perimbangan merupakan sumber pendapatan daerah yang berasal
dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan
pemberian otonomi kepada daerah, yaitu terutama peningkatan pelayanan dan kesejahteraan
masyarakat yang semakin baik.

Dana perimbangan adalah jumlah dana berupa DAU,DAK, dan bagi hasil pajak yang
diterima oleh kabupaten/kota di provinsi sumatera selatan dari pemerintah pusat setiap
tahunnya untuk membiayai pelakasanaan pemerintah daerah pada kabupaten/kota provinsi
sumatera selatan tahun 2015-2017.

2975
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Rasio kemandirian

Menurut Syamsudin (2015), rasio kemandirian merupakan perbandingan antara


ketergantungan pendapatan asli daerah dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber
lain. Rasio ini juga menggambarkan ketergantungan pemerintah daerah terhadap sumber
dana eksternal. Semakin tinggi rasio kemandirian, maka tingkat ketergantungan daerah
terhadap pihak eksternal semakin rendah, begitu pula sebaliknya.

Indikator dalam menghitung rasio kemandirian pada penelitian ini adalah PAD tahun 2015-
2017. Menurut Hamzah (2008) rasio kemandirian menggambarkan ketergantungan
pemerintah terhadap sumber dana eksternal atau total pendapatan daerah, yang dirumskan
sbegai berikut:

Rasio Kemandirian= PAD/ Bantuan Pemerintah Pusat+Pinjaman

Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat (dependent) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang


menjadi akibat karena adanya variabel bebas (independent). Variabel terikat

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Keserasian anggaran.

Rasio Keserasian

Rasio keserasian menggambarkan bagimana pemerintah daearh dalam membelanjakan


pendapatan daerahnya.Rasio ini untuk meggambarkan bagaimana pemerintah daerah dalam
memprioritaskan alokasi dananya pada belanja operasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dana Perimbangan

Dana perimbangan adalah dana yang dialokasikan oleh pemerintah pusat untuk
keperluan pembangunan pada pemerintah daerah. Dimana dana perimbangan terdiri dari
“Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK),
serta transfer lainnya”.Dana transfer lainnya yang antara lain dana penyesuaian dan dana
2976
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

otonomi khusus.suatu kebutuhan pengeluaran yang akan menjadi tanggung jawab


daerahsehingga dapat dibiayai oleh kebutuhan daerah itu sendiri.

Dimana hasil perhitungan menunjukan Kabupaten/Kota yang memiliki nilai Dana


Perimbangan tertinggi yaitu Kabupaten Musi Banyu Asin pada tahun 2017
Rp.2.562.668.541.277,53 Ln Rp.28.5720702363502487 dengan nilai Dana Perimbangan
terendah Kota Pagaralam Rp.551.013.347.100,00 Ln Rp.27,”Dari 17 Kabupaten/Kota
Provinsi Sumatera Selatan”.dengan 51 analisis dengan rentang tahun 2015-2017 tersebut
nilai standar rata-rata Dana Perimbangan sebesar Rp.1.155.422.268.425,44

Kemandirian keuangan daerah

Adapun yang ditunjkan oleh kemandirian keuangan daerah kemampuan pemerintah


daerah dalam membiayai sendiri kegiatan oprasionalnya sendiri pembangunan,dan
pelayanan kepada masyarakat dimana dapat diketahui bahwa kemnadirian keuangan daerah
ini suatu kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola keuangan tanpa melibatkan
pemerintah pusat.dengan demikian apabila tingkat ketergantungan rendah maka tingkat
kemandirian daerah tinggi dan sebaliknya apabila tingkat ketergantungan tinggi maka
kemandirian daerah rendah.

Dimana hasil ini menunjukan bahwa perhitungan Rasio Kemandirian Keuangan


Daerah Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan tingakat kemandirian masih sangat
rendah atau termaksud dalam pola hubungan yang instruktif. Yang berarti peran pemerintah
pusat lebih dominan dari pada kemandirian daerah. Dapat diliahat dan diketahui bahwa
Rasio Kemandirian Keuangan Daerah selama 3tahun terakhir (2015-2017) pada priode
tahun 2015 dihasilkan yaitu 0,13% pada priode tahun 2016 masih stabil dengan hasil 0,13%
pada priode tahun 2017 mengalami peningkatan 0,14%.

Rasio Keserasian Anggaran

“Rasio Keserasian Anggaran ini menggambarkan “bagaimana pemerintah daerah


memperioritaskan alokasi dananya pada belanja operasi dan belanja modal semakin tinggi
persentase dana yang akan dialokasikan belanja operasi”.makan sarana dan prasarana
ekonomi cenderung semakin kecil. Dimana dapat disimpulkan bahwa keserasian anggaran
menunjukan suatu kondisi dimana terdapat kesesuaian antara anggaran pemerintah pusat
kepada pemerintah belanja daerah.

Dimana hasil menyatakan bahwa Berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui


rasio keserasian bahwa realisasi anggaran belanja dearah Kabupaten/Kota Provinsi
Sumatera Selatan2015-2017 tidak setabil mulai dari tahun 2015 Rp.16.584.862.063.719
mengalami penurunan dengan hasil Rp.15.446.856.952.771 dan kembali meningkat pada
tahun 2017 Rp.17.453.774.086.298.

2977
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Total Realisasi Belanja Daerah Juga tidak mengalami peningkatan melainnkan tidak
setabil ditahun 2015 Rp.23.599.886.273.677,10 tahun 2016 Rp.21.713.113.059.315,20 dan
meningkat kembali ditahun 2017 dengan total Rp.24.197.442.767.340,40.

Dari perihitungan Rasio Keserasian pada belanja operasi diatas dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan mulai dari tahun 2015 menjadi 0,70% dan pada tahun 2016 0,71%
dan kembali meningkat pada tahun 2017 sebesar 0,72%.Sehingga dapat diperhitungkan
bahwa rasio belanja operasi masih dioperasikan dan dapat dibuktikan dari perhitungan raiso
belanja operasi yang masih besar.

Statistik Deskriptif

Statistik Deskriptifsuatu teknik analisis kuantitatif adalah untuk dapat mengukur


kekuatan hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen.Dimana bentuk
penelitian Analisis kuantitatif yang berdasarkan data yang dikumpulkan selama penelitian
secara sistematis mengenai fakta – fakta dan sifat – sifat dari objek yang diteliti.

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan dapat menguji apakah dalam “model regresi variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal”.

Hasil pengujian normalitas menunjukan bahwa residual model regeresi pada penelitian ini
sudah berdistribusi normal , hal ini bisa dilihat dari dari hasil uji Kolmogorov-Smirnov Z
nilai Asymp.Sig.(2-tailed) 0,200 lebih besar dari 0,05.

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan dapat mengetahui hubungan yang terjadi antara variabel-
variabel yang diteliti.Ada tidaknya autokorelasi maka digunakan bagian dari uji statistik
non-parametrik yaitu uji Runs Test.

2978
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Pengambilan keputusan dalam penelitian ini dalam mendeteksi uji autokorelasi adalah
“melihat probabilitas Asymp.Sig (2-tailed), jika nilai Asymp.Sig (2-tailed) lebih besar dari
0,005 maka penelitian bebas dari autokorelasi”. Pada hasil uji Runs Test penelitian ini
menunjukan nilai Asymp.Sig (2-tailed) adalah 0,141 lebih besar dari 0,05 maka
dikumpulkan tidak ada autokorelasi.

Uji Multikolineritas

Uji multikolineritas adanya hubungan antara odel regeeresi dalam suatu variabel.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas ( Ghozali,
2016 ).

Pada pembahasan ini apabila VIF < 10, maka model regresi akan bebas dari
multikolinieritas.hasil uji multikolinieritas dalam penelitian ini menunjukan bahwa seluruh
variabel memiliki nilai VIF kurang dari 10.

Uji Heteroskedasitas

Interpretasi heteroskedisitas dilakukan dengan melihat signifikan antara variabel


indeendent secara persial terhadap Abs_Residual. Berikut hasil dari uji heteroskedasitas:

Tabel menunjukan nilai signifikansi untuk setiap variabel bebas terhadap nilai
absolute residual lebih besar 0,05 jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala
heteroskedasitas
2979
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Hasil Uji Regresi Berganda

Pengujian regresi linier berganda ini dilakuakan dengan dana


perimbangan,kemandirian keuangan daerah dan sebagai variabel terikat keserasian
anggaran.

Variabel dana perimbangan memiliki koifisien yang positif yaitu senila

0,080 menunjukan bahwa setiap kenaikan dana perimbangan senilai 1, maka Keserasian
anggaran akan meningkat 0,080 dengan asumsi bahwa variabel indipenden lainnya tetap.

Variabel kemandirian keuangan daerah memiliki koifisien yang positif yaitu senila
0,407 menunjukan bahwa setiap kenaikan kemandirian keuangan daerah senilai 1, maka
pertumbuhan ekonomi akan meningkat 0,407 dengan asumsi bahwa variabel indipenden
lainnya tetap.

Hasil Pengujian Hipotesis

Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinan (R2) yang digunakan untuk dapat mengukur berapa jauh
kemampuan model dapat menjelaskan variabel dependen.Nilai Koefisien determinan adalah
0 sampai 1 (0<R2<1).

Berdasarkan tabel diatas nilai koefisien determinasi (R2) untuk persamaan substruktural
sebesar Adjusted R Square = 0,291 yang berarti variabel dependen pada penelitian mampu
dijelaskan oleh variabel independen sebesar 29,1% kesimpulannya 29,1%. Perubahan yang
terjadi pada dana perimbangan (X1), kemandirian keuangan daerah (X2), sedangkan
sisanya 70,9“dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini”.

Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

2980
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

DalamUji F atau uji hipotesis simultan yang dapat digunakan untuk melihat apakah
secara keseluruhan “variabel bebas (independen) memiliki pengaruh secara bersama sam
aterhadap variabel terikat (dependen)”.

Hasil dari uji F sebesar 10,446 dengan signifikan senilai 0,000 lebih kecil dari0,05
maka hipotesis alternatif diterima. Hal ini berarti dana perimbangan , kemandirian
keuangan daerah berpengaruh secara simultan terhadap keserasian anggaran sebagai
variabel dipendennya

Uji Signifikan Parsial (Uji T)

Uji T atau uji hipotesis persial digunakan untuk mengetahui apakah secara persial
variabel bebas berpengaruh secara signifikan atau tidaknya terhadap variabel terikat yaitu
keserasian anggaran

Nilai thitung dana perimbangan senilai 3,422 dan nilai ttarif signifikans 1 arah 0,05 dengan “df
= n – k atau df = 47 – 2 = 45 adalah 1.67943”. Nilai Sig penelitian adalah 0,001 dan nilai
α= 0,05 Jadi nilai thitung > nilai ttabel (3,422 <1.67943). Artinya terdapat “pengaruh positif
dan signifikan dana perimbangan terhadap keserasian anggaran pada Kabupaten/Kota
provinsi sumatera selatan tahun 2015-2017”.

Nilai thitung kemandirian keuangan daerah senilai 2,740 dan nilai ttarif signifikans 1 arah
“0,05 dengan “df = n – k atau df = 47 – 2 = 45 adalah 1.67943” . Nilai Sig penelitian adalah
“0,009 dan nilai α= 0,05 Jadi nilai thitung > nilai ttabel (2,740 <1.67943)”.yang artinya
terdapat pengaruh “positif dan signifikan dana perimbangan terhadap keserasian anggaran
pada Kabupaten/Kota provinsi sumatera selatan tahun 2015-2017”.

Kesimpulan

Berdasrkan pembahasan mengenai “dana perimbangan dan kemandirian keuangan


daerah dan kemandirian keuangan daerah terhadap keserasian anggaran Kabupaten/Kota
provinsi sumatera selatan tahun 2015-2017”.yang penulis sajiakn di Bab IV, beberapa hal
yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini sebagai berikut:

2981
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Hipotesis yang menyatakan bahwa variabel dana perimbangan berpengaruh positif


terhadap keserasian anggaran dimana hasil pengujian H1(hipotesis satu) menyatakan bahwa
dana perimbangan terhadap keserasian anggarn diterima, karena nilai t hitung lebih besar
drai pada t tabel , berarti proporsi dana perimbangan dari keserasian anggaran.

Hipotesis “yang menyatakan bahwa variabel kemandirian keuangan daerah berpengaruh


positif terhadap keserasian anggaran”.dimana hasil pengujian H2 (hipotesi dua) menyatakan
bahwa dana perimbangan terhadap keserasian anggarn diterima, karena nilai t hitung lebih
besar drai pada t tabel , berarti proporsi kemandirian keuangan daerah lebih besar dari
keserasian anggaran.

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik (BPS).(2017). Laporan Realisasi Anngaran 2015-2017.

Dharmawati, Mentari Kurnia. 2016. Jurnal berjudul, Analisis Rasio Keuangan Anggran
Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Dalam Menilai Kinerja Keuangan Permerintah
Daerah Kabupaten Banyuwangi.

Djuniar, Lis dan Welly. 2016. Jurnal berjudul,Kinerja Keuangan Pemerintah Provinsi Sumatera
Selatan Berdasarkan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2009-2015.
dalamJurnal Ekonomi/Volume XXII, No. 01, Maret 2017: 1-21. (Online). diunduh Maret 2019.

Ghozali, Imam. (2013). “Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS 23 (Edisi 8).
Cetakan ke VIII.Semarang : Badan Penerbit Universitas Dipenogoro.

Halim, A. 2004. Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta”.: UPP AMP YPKN.

Halim, A. 2007. Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi 3. Jakarta. Selemba Empat.

Hamid, Aceng Abdul. 2018. Jurnal berjudul Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Daerah
terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Majalengka Jawa Barat. dalam
Jurnal Sekuritas (Saham, Ekonomi, Keuangan dan Investasi). (Online).

Kuncoro, Mudrajat. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah : Reformasi ,Perencanaan, Strategi
dan peluang. Jakarta: Erlanga.

Lubis, Putri Kemala Dewi. 2007. Jurnal berjudul, “Analisis Rasio Keuangan Untuk Mengukur
Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Labuhan Batu Tahun Anggaran 2011-2013”.

Mahmudi. (2010). Manajemen Keuangan Daerah. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Nugraha dan Amelia, Tia. 2017. Jurnal berjudul Pengaruh Dana Perimbangan dan Kemandirian
Keuangan Daerah terhadap Kesejahteraan Masyarakat Pada Kabupaten dan Kota di Jawa Barat
Tahun 2011-2014. dalam Jurnal Wacana Kinerja. (Online).

2982
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Nugroho.(2012). “Pengaruh Belanja Modal terhadap Pertumbuhan Kinerja Keuangan


daerah dengan Pendapatan Asli Daerah sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus di
Provinsi Jawa Tengah). Universitas Dipenogoro, Semarang”.

Nordiawan, Deddi. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Salemba Empat. Jakarta.

Pambudi, S. B. 2008. Analisis Pengaruh Tingkat Kemandirian Fiskal terhadap Indeks Pembangunan
Mnausia Kabupaten/Kota di Jawa barat . Bogor:Skripsi Institut Pertanian Bogor.

Pratiwi, Tri Yuni. 2018. Jurnal berjudul, Pengaruh Pendapatan Asli Daerah,Dana Perimbangan dan
Belanja Modal Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2016-2018.

Smandewi, Anak Agung Istri Agung. 2014. Jurnal, Pengaruh Dana Perimbangan dan
Kemandirian Keuangan Daerah terhadap Keserasian Anggaran dan Kesejahteraan
Masyarakat Pada Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. dalam E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana 3.7 (2014).

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:


Alfabeta.

Syarifin, Pipin dan Jubaedah, Dedah. 2005. Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Alokasi
Umum, dan Dana Bagi Hasil.

Undang-Undanng RepublikikIndonesia Nomor 25 Tahun 2009 pasal 1 tentang belanja


publik.

“Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara


Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah”.

“Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah”.

2983
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LAPORAN


KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PALI

Tri Suhartati1 M.Titan Terzaghi2

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bina Darma

Email: trisuhartati311@yahoo.com itan00771@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yng mempengruhi kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah kabupaten Pali. Populasi yang digunakan sebanyak 34
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) kabupaten Pali. Teknik pengambilan sampling yang
digunakan dalam penelitian menggunakan sampel jenuh. Pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan kuesioner, kuesioner yang dapat diolah sebagai data penelitian
adalah sebanyak 87 responden dari 29 organisasi perangkat daeraah dengan respon rate
sebesar 87%. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Linier Berganda
dengan SPSS versi 22. Secara parsial variabel penerapan standar akuntansi pemerintahan,
komitmen organisasi memiliki pengaruh positif dan signifikan. Sedangkan variabel sistem
pegendalian internal pemerintahan, kompetensi sumber daya manusia, sistem informasi
akuntansi, pemanfaatan teknologi informasi tidak berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan pemerintah kabupaten Pali.

Kata kunci: Penerpan Standar Akuntansi Pemerintahan, Kompetensi Sumber Daya


Manusia, Komitmen Organisasi, Pemanfataan Teknologi Informasi, Kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah

ABSTRACT

This study aims to examine the factors tshat affect the quality of the Pali district
government financial statements. The population used is 34 Regional Apparatus
Organizations (OPD) of the Pali district. The sampling technique used in the study used
saturated samples. Collecting data in this study using a questionnaire, a questionnaire that
can be processed as research data is as many as 87 respondents from 29 regional
organizations with a response rate of 85%. The method used in this study is Multiple Linear
Regression with SPSS version 22. Partially, the implementation variable of government
accounting standards, organizational commitment has a positive and significant influence.
While the government's internal control system variables, human resource competencies,
accounting information systems, the use of information technology have no effect on the
quality of the Pali district government's financial statements.

2984
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Keywords: Application of Government Accounting Standards, Human Resources


Competence, Organizational Commitment, Utilization of Information Technology, Quality
of Local Government Financial Statements

PENDAHULUAN

Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas keberhasilaan pemerintahan dalam


rangka pengelolaan keuangan daerah mendorong pemerintah untuk menerapkan
akuntabilitas publik. Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban pemerintah
kepada masyrakat atas pemanfaatan dan pengelolaan keuangan daerah. Berdasarkan PP No.
71 Tahun 2010 Standar Akuntansi Pemerintahan merupakan serangkaian prosedur,
penyelenggaraan, peralatan, elemen lain dalam mewujudkan fungsi keuangan yang
memenuhi syarat kualitatif laporan.

Terkait pelaporan keuangan, meningkatkan kulits laporan keuangan merupakan


salah satu tujuan pentinh kegiatan pengendalian interal. Berdasarkan Undang-undang No 60
Tahun 2008, sistem pengendalian internal merupakan suatu sistem yang diselenggarakan
diseluruh lingkungan pemerintahan. Sistem pengendalian internal adalah suatu kegiatan
yang dilakukan untuk meminimalisir terjadinya penyimpangan, melindungi aset kekayaan
yang dimiliki negara dan sebagai suatu kontrol dalam meningkatkan efesiensi dan
efektivitas kinerja pemerintah serta sebagai bentuk ketaatan terhadap peraturan perundng-
undangan.

Peraturan No 56 Tahun 2005 mengatur mrengenai sistem informasi keuangan


daerah, yaitu suatu sistem mendokumentasikn, mengadministrasikn serta mengelola data
pengelolaan keuangan daerah. Sistem informasi akuntansi adalah sistem yang dapat
membantu kegiatan pelaporan keuangan agar laporan tersebut dapat disajikan dan
diinformasikan dengan baik. Dengan adanya sistem informasi akuntansi diharapkan dapat
memberikan manfaat dalam mendorong peningkatan kinerja aparatur pemerintah dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan.

Komitmen organisasi merupakan suatu keyakinan dan dukungan atas tercapainya


tujuan yang menjadi tujun organisasi itu sendiri. Komitmen organsasi merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan dimana dilingkungan pemerintahan,
pegawai atau aparat yang memiliki komitmen yang tinggi sangat dibutuhkan untuk
mengoptimalka informasi agar informasi yang tertuang dalam laporan keuangan sesuai
dengan aturan sehingga berguna dalam pengambilan suatu keputusan. Faktor lain yang
dapat mempengaruhi kulitas laporan keuangan yaitu pemanfaataan teknologi informasi.
Teknologi merupakan sarana yang membantu pemerintah dalam hal penyusunan laporan
keuangan agar dalam prosesnya dapat lebih efektif dan efisien.

Kualitas pertanggungjawaban yang baik dapat dicerimkan dengan semakin


meningkatkanya opini audit atas laporan keuangan pemerintah yang diberikan oleh Badan
Pemeriksan Kuangan. Ketika suatu laporan mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian
2985
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

artinya laporan keuangan yang disajikan sudah disusun sesuai dengan standar yang
ditetapkan. Berdasarkan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I 2018, memuat hasil
pemeriksaan atas 542 (100%) laporan pemerintah derah dari 542 LKPD Tahun 2017.
Terhadap 542 LKPD tersebut, BPK memberikan 411 opini WTP (76%), 113 opini WDP
(21%), dan 18 opini TMP (3%). Apabila dibandingkan dengan capaian tahun 2016, kualitas
LKPD tahun 2017 mengalami peningkatan 6 poin persen dari 70% pada tahun 2016
menjadi 76% pada tahun 2017. Meskipun secara umum kualitas LKPD mengalami
peningkatan, tetapi terdapat 14 dari 542 (3%) LKPD yang mengalami penurunan opini
satunya adalah Pemerintah Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir.

Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) merupakan daerah otonom baru hasil
pemekaran dari Kabupaten Muara Enim yang resmi disahkan tanggal 11 Januari 2013.
Sebagai Kabupaten baru, Penukal Abab Lematang Ilir masih memiliki banyak kekurangan
baik dalam aspek perekonomian, teknologi, pembangunan, sumber daya manusia dan aspek
lainnya. Hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan serta pengelolaan pertanggungjawaban ats penggunaan sumber daya publik
salah satunya dalam penyusunan laporan keuangan. Opini Badan Pemerikasaan Keuangan
atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kabupaten Penukal Abab Lematang
Ilir belum maksimal. Opini tersebut didapat atas permasalahan yang ditemukan oleh
Badan Pemeriksa Keuangan di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir. Beberapa temuan
permasalahan yang berhasil ditemukan yaitu penemuaan daftar akun yang disajikan tidak
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan atau tidak didukung dengan bukti yang
cukup pada LKPD tahun 2017 seperti aset lancar, aset tetap, belanja operasi dan beban
operasi-laporan operasional. Hal ini mencerminkan bahwa dalam penyusunan laporan
pertanggungjawaban masih terdapat ketidakpatuhan yang terjadi dimana dalam penyusun
laporan keuangan belum sepenuhnya sesuai ketentuan serta masih adanya indikasi
pelanggaran yang dilakukan oleh aparatur pemerintah yang melanggar peraturan
perundang-undangan yang dapat berdampak terhadap laporan keuangan.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah Kabupaten Pali”.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Kegunaan-Keputusan (Decision Usefulness Theory)

Teori kegunaan keputusan (decision usefulness theory) dikemukakan pertama kali pada
tahun 1954. Teori kegunaan keputusan mencakup mengenai syarat dari kualitas informasi
akuntansi yang berguna dalam keputusan yang akan diambil oleh pengguna laporan.
Kegunaan keputusan informasi akuntansi mengandung komponen-komponen yang perlu

2986
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

dipertimbangkan dalam penyajian informasi akuntansi agar cakupan yang termuat


didalamnya dapat memenuhi kebutuhan pengguna dalam pengambilan keputusan.

Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan

Standar Akuntansi Pemerintahan atau yang dikenal dengan istilah SAP merupakan
standar akuntansi merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang mengatur mengenai
penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintahan. Pembuatan Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD) yang mengikuti prinsip-prinsip yang tertuang dalam Standar
Akuntansi Pemerintahan akan menghasilkan LKPD yang lebih berkualitas (Purba, 2017).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Purba (2017) menunjukkan bahwa penerapan standar
akuntansi pemerintahan berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah
daerah. Berdasarkan uraian tersebut, dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan berpengaruh positif terhadap Kualitas


Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Sistem Pengendalian Internal Pemerintah

Sistem Pengendalian Internal Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP adalah sistem
pengendalian intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah
pusat dan pemerintah daerah untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif,
efisien, transparan, dan akuntabel. Jika semakin tinggi penerapan sistem pengendalian
intern, maka semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap kualitas laporan keuangan
(Rahmawati, dkk 2018). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2018) menun
jukkan bahwa sistem pengendalian internal pemerintah berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan pemerintah daerah. Berdasarkan uraian tersebut, dirumuskan hipotesis
sebagai berikut :

H2 : Sistem Pengendalian Internal Pemerintahan berpengaruh positif terhadap Kualitas


Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

Kompetensi Sumber Daya Manusia

Dalam menjalankan tugas pertanggungjawaban atas penyusunan dan penyajian


laporan keuangan pemerintah daerah sumber daya manusia harus memiliki pengetahuan,
pemahaman, pengalaman dalam menyusun laporan keuangan. Kegagalan sumber daya
manusia dalam memahami prosedur penyusunan laporan keuangan akan berdampak
terhadap ketidaksesuaian laporan yang disajikan karena tidak sesuai dengan standar yang

2987
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

ditetapkan dalam pelaporan keuangan. Oleh karena itu, untuk menghasilkan laporan
keuangan daerah yang berkualitas dibutuhkan sumber daya manusia yang memahami dan
kompeten dalam akuntansi pemerintahan, akuntansi keuangan daerah, bahkan
organisasional tentang pemerintahan (Hanif, 2017). Hasil penelitian yang dilakukan Asril
(2017) menunjukkan bahwa kompetensi sumber daya manusia berpengaruh terhadap
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Berdasarkan uraian tersebut, dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :

H3 : Kompetensi Sumber Daya Manusia berpengaruh positif terhadap Kualitas Laporan


Keuangan Pemerintah Daerah.

Sistem Informasi Akuntansi

Sistem informasi akuntansi merupakan kumpulan sumber daya seperti manusia dan
peralatan yang diatur untuk mengubah data menjadi informasi (Bodnar dan Hopwood 2000
dalam Saputra 2015). Dengan bantuan sistem informasi akuntansi akan memberikan
manfaat kepada entitas yaitu meningkatkan kecepatan waktu pelaporan, meningkatkan
keamanan, meningkatkan efisiensi biaya dan meningkatkan kualitas hasil (Asril, 2017).
Semakin baik sistem informasi akuntansi yang digunakan maka kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah akan semakin meningkat. Hasil penelitian yang dilakukan Yunita (2015)
dan Saipullah (2017) menunjukkan bahwa sistem informasi akuntansi berpengaruh terhadap
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Berdasarkan uraian tersebut, dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :

H4 : Sistem Infomasi Akuntansi berpengaruh positif terhadap Kualitas Laporan Keuangan


Pemerintah Daerah.

Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi merupakan keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap nilai
dan sasaran (goal) yang ingin dicapai organisasi. Komitmen organisasi merupakan salah
satu sikap yang merefleksikan perasaan suka atau tidak suka terhadap organisasi tempat
bekerja (Robbins dalam Siahaan, 2017). Jika komitmen suatu organisasi baik, maka akan
menghasilkan laporan kemuangan yang akurat, relevan dan andal (Maksyur, 2015). Hasil
penelitian yang dilakukan Maksyur (2015) dan Siahaan (2017) menunjukkan bahwa
komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah
daerah. Berdasarkan uraian tersebut, dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H5 : Komitmen Organisasi berpengaruh positif terhadap Kualitas Laporan Keuangan


Pemerintah Daerah.

2988
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Pemanfaatan Teknologi Informasi

Teknologi Informasi (TI) merupakan gambaran dari setiap teknologi yang


membantu manusia dalam berkomunikasi, menyimpan, memanipulasi, menghasilkan, dan
menyebarkan informasi (Arad, Hamed dan Hoda Arad dalam Siahaan, 2017). Pemanfaatan
teknologi informasi akan sangat membantu mempercepat proses pengolahan data transaksi
dan penyajian laporan keuangan sehingga laporan keuangan tersebut tidak kehilangan nilai
informasi. Semakin tinggi pemanfaatan teknologi informasi. maka kualitas laporan
keuangan juga akan semakin tinggi dan pemanfaatan teknologi informasi juga akan sangat
membantu mempercepat proses pengolahan data transaksi dan penyajian laporan keuangan
pemerintah daerah (Rahmawati, dkk 2018). Hasil penelitian yang dilakukan Maksyur
(2015), Purba (2017), Rahmawati, dkk (2018) dan Siahaan (2017) menunjukkan bahwa
komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah
daerah.

H6 : Pemanfaatan Teknologi Informasi berpengaruh positif terhadap Kualitas Laporan


Keuangan Pemerintah Daerah.

METODOLOGI PENELITIAN

Populasi Dan Sampel

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian’ini’adalah asosiatif kausal


(hubungan sebab akibat) yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel
atau lebih serta pengaruhnya ( Wiratna, 2015). Populasi dalam penelitian ini adalah 34 OPD
kabupaten Pali. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh.
Sampling jenuh merupakan teknik pengambilans sampel dimana seluruh anggota populasi
digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini jumlah sampel yang
dapat digunakan sebagai data penelitian adalah 29 Organisasi Perangkat Daerah dengan
responden penelitian adalah bagian keuangan.

Variabel Operasional

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas laporan keuangan. Adapun
indikator yang digunakan yaitu berdasarkan karakteristik kualitatif laporan dengan
instrumen daftar pernyataan yang diadopsi dari Purba (2017), terdiri dari sebelas pernyataan
dengan menggunkan skala ukur likert 5 poin.

2989
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sistem penerapan
standar akuntansi pemerintahan. Untuk mengukur penerapan
standar’akuntansi’pemerintahan indikator digunakan penerapan standar akuntansi
pemerintahan berbasis akrual dengan instrumen daftar pernyataan yang diadopsi dari Purba
(2017), terdiri dari empat belas pernyataan dengan menggunkan skala ukur likert 5 poin.
Variabel sistem pengendalian internal pemerintah diukur dengan indikator yang digunakan
yaitu lingkungan pengendalian, penilaian resiko, aktivitas pengendalian, informasi dan
komunikasi, pemantauan dengan instrumen daftar pernyataan yang diadopsi dari Asril
(2017), terdiri dari sembilan pernyataan dengan menggunkan skala ukur likert 5 poin.
Variabel kompetensi sumber daya manusia diukur dengan menggunakan indikator yang
digunakan yaitu pengetahuan, keahlian, perilaku dengan instrumen daftar pernyataan yang
diadopsi dari Purba (2017), terdiri dari delapan pernyataan dengan menggunkan skala ukur
likert 5 poin.Variabel sistem infromasi akuntansi, indikator yang digunakan yaitu sumber
daya manusia, alat, data, ddan informasi dengan instrumen daftar pernyataan yang diadopsi
dari Saipullah (2017), terdiri dari tujuh pernyataan dengan menggunkan skala ukur likert 5
poin. Variabel komitmen organisasi, diukur dengan indikator yang digunakan yaitu
affective commitment, continuence commitment, normatif commitment dengan instrumen
daftar pernyataan yang diadopsi dari Siahaan (2017), terdiri dari delapan pernyataan dengan
menggunkan skala ukur likert 5 poin. Untuk varibel pemanfaatan teknologi informasi,
adapun indikator yang digunakan yaitu sistem akuntansi sesuai standar, jaringan internet,
aplikasi, laporan keuangan, software sesuai UU dengan instrumen daftar pernyataan yang
diadopsi dari Purba (2017), terdiri dari lima pernyataan dengan menggunkan skala ukur
likert 5 poin.

Teknik Analisis

Analisis”regresi”berganda ini”digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh


dari’variabel independen’’terhadap’variabel’dependennya. Dimana untuk’menguji semua
hipotesis’1-6, digunakan model persamaan sebagai’berikut:

Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4+ β5 X5 + β6 X6+ e

Keterangan:

Y : Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

α : Konstanta

β1 : koefisien regresi variabel Penerapan Sistem Akuntansi Pemerintahan

β2 : koefisien regresi variabel Sistem Pengendalian Internal Pemerintah


2990
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

β3 : koefisien regresi variabel Kompetensi Sumber Daya Manusia

β4 : koefisien regresi variabel Sistem Informasi Akuntansi

β5 : koefisien regresi variabel Komitmen Organisasi

β4 : koefisien regresi variabel Pemanfaatan Teknologi Informasi

X1 : Penerapan Sistem Akuntansi Pemerintahan

X2 : Sistem Pengendalian Internal Pemerintah

X3 : Kompetensi Sumber Daya Manusia

X4 : Sistem Informasi Akuntansi

X5 : Komitmen Organisasi

X6 : Pemanfaatan Teknologi Informasi

e : eror

HASIL DAN PEMBAHASAN

Adapun populasi yang digunakan dalam penelitian yaitu sebaanyak 34 organisasi perangkat
daerah. Junlah sampel yang dapat dijadikan data dalam penelitian yaitu sebanyak 29
organisasi perangkat daerah dengan jumlah reponden sebanyak 87 responden.

Hasil Uji Validitas

’Untuk’mengukur’sah’atau’valid’tidaknya’suatu’kuesioner uji yang digunakan adalah


uji’validitas.Uji”validitas”dengan”analisis”reliabilitas”dapat”dilihat”pada”output”item total
dari statistic pada kolom corrected item total correlation. Untuk menentukan item layak
atau tidak maka batas nilai minimal korelasi 0,05 dapat digunakan sehingga item yang
memiliki nilai koefisien korelasi dibawah 0,05 dianggap tidak valid (V.Wiratna, 2015).
Hasil uji validitas dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai r hitung pada semua
variabel penelitian lebih besar dari pada nilai r tabel yaitu 0,2018. Hal ini menunjukkan
bahwa semua item pernyataan yang digunakan dinyatakan valid.

Hasil’Uji’Reliabilitas

2991
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Uji’reliabilitas’dilakukan terhadap item pertanyaan yang dinyatakan valid.Uji ini


digunakan untuk mengukur sutu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau
konstruk. Suatu kuesioner dikatakn reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pernyatan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu’variabel’dikatakan
reliabel jika memiliki Cronbach Alpha >0,60 (V.Wiratna, 2015).

Tabel 4.1

Uji Reliabilitas

Nilai Cronbach Nilai


Variabel Alpha Perbandingan Keterangan

Kualitas LKPD 0,898 0,600 Reliabel

Penerapan SAP 0,934 0,600 Reliabel

SPIP 0,876 0,600 Reliabel

Kompetensi SDM 0,807 0,600 Reliabel

Sistem Informasi Akuntansi 0,880 0,600 Reliabel

Komitmen Organisasi 0,829 0,600 Reliabel

Pemanfaatan TI 0,846 0,600 Reliabel

Hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai Cronbacch
Alpha semua variabel yang digunakan lebih besar dari nilai perbandingan yaitu sebesar
0,60. Hal ini menunjukkan bahwa semua item pernyataan dikatakan reliabel.

Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah nilai residu yang dihasilkan dari regresi
terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai
residual yang terdistribusi normal. Beberapa metode uji normalisasi yaitu dengan melihat
penyebaran data pada sumber diagonal pada grafik normal P-P plot of Regression atau
dengan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov (Romie, 2017).

2992
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Gambar 4.1

Uji Normalitas

Berdasarkan gambar 4.1 grafik normal P-P plot of Regression, dapat dilihat bahwa titik-
titik menyebar disekitar garis dan penyebarannya mengikuti garis diagonal, hal ini
menunjukkan bahwa model regresi bedistribusi normal atau layak dipakai dalam penelitian
ini karena memenuhi asumsi normalitas.

Hasil Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah ditemukan adanya korelasi yang sempurna atau mendekati


sempurna antarvariabel independen pada model regresi. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Dilihat nilai tolerance dan
inflation factor (VIF). Diketahui nilai tolerance > 0,1 dari nilai VIF < 10 maka disimpulkan
tidak terjadi multikolinearitas pada model regresi (Romie, 2017).

Tabel 4.2

Uji Multikolinearitas

Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
Penerapan SAP .617 1.621
SPIP .508 1.970
Kompetensi SDM .442 2.264
SIA .475 2.103
Komitmen Organisasi .620 1.613
Pemanfaatan TI .536 1.866
Hasil Uji Multikolinearitas pada penelitian ini menjunjukkan bahwa tidak tejadi
multikolinearitas karena nilai tolerance semua variabel independen > 0,1 dan nilai VIF dari
semua variabel indpenden < 10.

2993
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Hasil’Uji’Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu


periode pengamatan ke periode’pengamatan yang lain. Cara memprediksi’ada tidaknya
heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat’dengan pola gambar Scatterplot, regresi
yang tidak’terjadi heteroskedastisitas’jika titik-titik’data menyebar’di atas’dan’di bawah
atau di sekitar angka 0, titik-titik data tidak boleh membentuk suatu pola yang
membentuk’pola’bergelombang’melebar’kemudian menyempit dan melebar kembali,
penyebaran titik-titik’data tidak’berpola’(V.Wiratna, 2015).

Gambar 4.2

Uji Heteroskedastisitas

Pola gambar Scarrerplot diatas dapat dilihat bahwa titik-titik data menyebar di atas
dan di bawah atau di sekitar angka 0, titik-titik data tidak membentuk pola bergelombang
melebar kemudian menyempit dan melebar kembali, serta penyebaran titik-titik data tidak
berpola. Dapat disimpulkan bahwa data pada penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas.

Hasil Regresi Linear Berganda

Penguji ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas


laporan keuangan pemerintah daerah

Tabel 4.3

Regresi Linear Berganda

Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients

2994
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

B Std. Error Beta

1 (Constant) 21.098 4.746

Penerapan SAP .468 .069 .689

SPIP -.044 .139 -.035

Kompetensi SDM -.002 .179 -.002

SIA -.258 .184 -.160

Komitmen Organisasi .332 .144 .231

Pemanfaatan TI -.128 .246 -.056

Berdasarkan tabel diatas, hasil koefisien regresi masing-masing variabel di peroleh


persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:

Y = 21.098 + 0,468X1 - 0,044X2 - 0,002X3 - 0,258X4 + 0,332X5 -0,128X6 + e

Hasil Uji’Koefisien’Determinasi’(R2)

Pengujian koefisien determinasi ini dilakukan untuk mengukur seberapa jauh


kemampuan suatu model’dalam’menerangkan’variasi’variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara’nol’dan’satu.

Tabel 4.4

Koefisien Determinasi
b
Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate

a
1 .709 .502 .465 3.466

Hasil uji koefisien determinasi (R2) menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0,465
atau sebesar 46,5 % variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen,
sedangkan sebesar 53,5 % variabel terikat dijelaskan lain oleh variabel lain diluar model
yang tidak diteliti.

Hasil Uji Fisher

2995
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel secara bersama-sama


variabel independen mempengaruhi variabel dependen.

Tabel 4.5

Uji Fisher
a
ANOVA

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

b
1 Regression 970.485 6 161.748 13.466 .000

Residual 960.894 80 12.011

Total 1931.379 86

Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel independen
secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen, dimana nilai F hitung sebesar
13.466 lebih > dari niali F tabel yaitu sebesar 2,21, serta nilai signifikansinya lebih besar
dari 0,05.

Hasil”Uji”t

Tabel 4.6

Uji T

Coefficientsa
Unstandardized s Standardized
Coefficients Coefficients T Sig.
Model B Std. Error Beta
1 (Constant) 21.098 4.746 4.445 .000
Penerapan SAP .468 .069 .689 6.816 .000
SPIP -.044 .139 -.035 -.315 .753
Kompetensi SDM -.002 .179 -.002 -.013 .989
SIA -.258 .184 -.160 -1.403 .165
Komitmen Organisasi .332 .144 .231 2.301 .024
Pemanfaatan TI -.128 .246 -.056 -.521 .604
.

2996
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Pengaruh Penerapan’Standar’Akuntansi’Pemerintahan Terhadap Kualitas Laporan


Keuangan Pemerintah’Daerah

Hasil’penelitian untuk variabel penerapan standar”akuntansi”pemerintahan”memilki


nilai koefisien regresi negatif dengan nilai t hitung sebesar 6,816 > 2,21 dan nilai
signifikansi sebesar 0,000 dimana tingkat signifikansi < 0,05. Artinya penerapan standar
akuntansi pemerintahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah. Artinya apabila suatu laporan’keuangan’yang disusun dengan
mengikuti’prinsip-prinsip’yang mengacu pada standar akuntansi’pemerintahan, laporan
keuangan tersebut akan disajikan secara wajar sesuai dan dengan aturan yang ditetapkan
sehingga informasi yang termuat didalam laporan akan berguna bagi pihak pengguna
laporan dalam pengambilan suatu keputusan, ketaatan akan peraturan ini akan memberikan
dampak pada’peningkatan’kualitas’laporan’keuangan.

Pengaruh Sistem Pengendalian Internal Pemerintahan Terhadap Kualitas Laporan


Keuangan Pemerintah Daerah

Berdasarkan’hasil penelitian, sistem pengendalian internal pemerintah memilki nilai


koefisien regresi negatif dengan nilai t hitung sebesar -0,315 < 2,21 dan nilai signifikansi
sebesar 0,753 dimana tingkat signifikansi >0,05. Artinya sistem pengendalian internal
pemerintah tidak berpengaruh terhadap’kualitas’laporan keuangan pemerintah daerah. Hal
ini dikarenakan belum optimalnya pelaksanaan tugas dan tanggung jawab, belum adanya
pembagian tugas dalam menjalan fungsi keuangan, serta dengan masih kurang tegasnya
sanksi bagi pelanggar peraturan akan membuat banyak pihak mengesampingkan pentingnya
untuk mematuhi peraturan tersebut, hal ini dapat mengakibatkan adanya cela bagi sumber
daya manusia untuk melakukan tindakan yang melnaggar peraturan.

Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia Terhadap Kualitas Laporan Keuangan


Pemerintah Daerah

Berdasarkan hasil penelitian, kompetensi sumber daya manusia memilki nilai


koefisien regresi negatif dengan t”hitung ”sebesar”-0,013 < 2,21 dan nilai signifikansi
sebesar 0,989 dimana tingkat signifikansi >0,05. Artinya’kompetensi’sumber’daya’manusia
tidak’berpengaruh’terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Hal ini
dikarenakan karena masih terbatasnya jumlah sumber daya manusia yang menjalankan
tugas dan tanggung jawab di subbagian akuntansi/tata usaha keuangan beberapa organisasi
perangkat daerah, sehingga masih adanya organisasi perangkat daerah yang hanya memiliki
satu pegawai yang menjalankan semua fungsi akuntansi dan sebagian besar pegawai yang
menjalankan fungsi dibagian keuangan organisasi tidak semuanya memiliki latar
pendidikan akuntansi.
2997
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Pengaruh Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah


Daerah

Berdasarkan hasil penelitian, sistem informasi akuntansi memilki nilai koefisien


regresi negatif dengan nilai ”t”hitung ”sebesar -1,403 < 2,21,’nilai signifikansi”sebesar
0,165 dimana”tingkat signifikansi >0,05. Artinya sistem informasi akuntansi tidak
berpengaruh terhdap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Hal ini dikarenakan
sumber daya yang berperan dalam proses pelaporan belum sepenunya mampu
melaksanakan sistem yang ada sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, kurangnya bukti
dan tidak lengkapnya dokumen yang diperlukan dalam pelaporan serta masih kurangnya
fasilitas dari perangkat keras yang diperlukan dalam mendukung pelaksanaan proses
pelaporan dan terjadinya eror pada sistem yang ada akan karena kurangnya rutinya
melakukan pembaharuan pada aplikasi yang digunakan dalam menyusun laporan. Sehingga
jika terjadinya kesalahan pada sistem maka akan menghambat proses pelaksanaan
pengolahan data menjadi informasi yang berguna dalam pengambilan suatu keputusan.

Pengaruh”Komitmen”Organisasi”Terhadap”Kualitas”Laporan”Keuangan”Pemerintah”Daer
ah

Berdasarkan”hasil”penelitian, komitmen”orgaisasi memilki nilai koefisien regresi


positif dengan nilai t hitung sebesar 2,301 > 2,21 dan nilai signifikansi sebesar 0,024
dimana tingkat signifikansi <0.05. Artinya komitemen organisasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Hal ini dikarenakan
organisasi pemerintah daerah kabupaten pali memiliki komitmen yang tinggi dalam
mencapai pembangunan dan kemajuan kabupaten Pali. Setiap organisasi perangkat daerah
pemerintah daerah kabupaten pali telah mengoptimalkan seluruh informasi yang dimiliki
untuk mewujudkan laporan keuangan pemerintahan yang baik, andal, dan sesuai aturan agar
tercapainya tujuan penyusunan laporan keuangan yang berkualitas, sehingga informasi yang
disampaikan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
bagi pemangku kepentingan.

Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Kualitas Laporan Keuangan


Pemerintah Daerah

Berdasarkan’hasil’penelitian, pemanfaatan’teknologi informasi memilki nilai


koefisien regresi negatif dengan nilai t hitung sebesar -0,521 < 2,21 dan nilai signifikansi
sebesar 0,604 dimana tingkat signifikansi >0,05. Artinya pemanfaatan teknologi informasi
tidak berpengaruh terhadap’kualitas laporan’keuangan’pemerintah’daerah. Hal ini

2998
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

dikarenakan disebabkan karena fasilitas yang masih terbatas dan ketersediaan jaringan yang
belum sepenuhnya memadai sehingga tidak dapat dimanfaatkan secara optimal, serta sering
terjadinya eror pada sistem yang ada yang disebabkan kurangnya perbaikan yang dilakukan
secara rutin di pemerintahan daerah kabupaten Pali, dengan kurang optimalnya penyediaan
teknologi yang ada akan mengakibatkan gangguan pada proses pengolahan dan penyebaran
informasi yang mengakibatkan terjadinya ketidaktepatan waktu dalam proses penyampaian
laporan keuangan.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian terdapat dua variabel independen yang berpengaruh


positif dan signifikan terhadap kualitas laporan pemerintah daerah yaitu variabel penerapan
standar akuntansi pemerintahan dan variabel komitmen organisasi. Sedangkan variabel
variabel sistem”pengendalian”internal”pemerintah, kompetensi sumber daya manusia,
sistem informasi akuntansi dan pemanfaatan teknologi informasi tidak berpengaruh.

DAFTAR PUSTAKA

Asril, M. Yusuf. (2017). Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia, Penerapan Sistem
Informasi Akuntansi Keuangan Daerah, Dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Medan. Skripsi Universitas
Sumatera Utara.

Astika, Rahmawati dkk. (2018). Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah,


Pemanfaatan Teknologi Informasi, Dan Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kualitas
Laporan Keuangan SKPD Kota Tanggerang Selatan). Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan
Akuntansi (JEBA). Volume 20 Nomor 2 Tahun 2018.

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (2018). Ikhtisar Hasil Pemeriksaan


Semester I Tahun 2018. Diakses pada Maret 2018. Jakarta: https://www.bpk.go.id

PP’Nomor’71 Tahun’2010’Tentang’Standar Akuntansi’Pemerintahan.

PP’Nomor’56Tahun 2005 Tentang’Sistem’Informasi’Keuangan Akuntansi Daerah.

PP Nomor’60 Tahun’2008’Tentang’Sistem’Pengendalian’Intern’Pemerintah.

Priyastama Romie. (2017). SPSS pengolahan data & analisis data. Yogyakarta: Start Up.

2999
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Purba, Muhammad Hanif. (2017). Pengaruh Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi


Pemerintahan Berbasis Akrual, Kebijakan Akuntansi, Pemanfaatan Teknologi Informasi,
dan Kompetensi Sumber Daya Manusia, Terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah Kabupaten Deli Serdang.

Saipullah, Lif. (2017). Pengaruh Penggunaan Sistem Informasi Akuntansi, Kualitas Sumber
Daya Manusia,dan Sistem Pengendalian Internal Terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah Dengan Lingkungan Eksternal Sebagai Variabel Moderating. Skripsi
UIN alauddin Makasar.

Saputra, Berry Wan. (2015). Pengaruh Implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan,


Sistem Informasi Akuntansi Dan Sistem Pengendalian Internal Terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Pada SKPD Kota Pekanbaru). JOM. FEKON Vol. 2
No. 2 Oktober 2015.

Siahaan, Andika. (2017). Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan


Teknologi Informasi, Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Pemerintah Kota Ambon. Skripsi Universitas Hasanuddin Makasar.

Sugiyono. (2017). Metode’Penelitian’Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:


Penerbit’Alfabeta.

Sujarweni, V.Wiratna. (2015). Metodologi’Penelitian’Bisnis & Ekonomi. Cetakan Pertama.


’Yogyakarta: Penerbit Pustaka Baru Press.

3000
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

PENGARUH EKSTENSIFIKASI PAJAK, INTENSIFIKASI PAJAK DAN


KEPATUHAN WAJIB PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK
PENGHASILAN ORANG PRIBADI PADA KPP PRATAMA
PALEMBANG ILIR BARAT

Venny Oktavia Putri1, Yeni Widyanti2


1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bina Darma

Email: vennyoktavia97@gmail.com
2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bina Darma

Email: yeniwidyanti@binadarma.ac.id

Abstract

The government is making an increase in tax revenue. Many efforts were made, tax revenue
increased every year but still did not meet the specified target. The purpose of the research
is to

examine the effect of tax extensification, tax intensification and taxpayer


compliance on

personal income tax revenue. The research population is personal taxpayer


registered in Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Ilir Barat 2015-2018. The
sampling technique in this research uses nonprobability sampling with sampling jenuh
method. The research sample is the result of tax extensification, registered taxpayers,
notification letter reported and tax revenue realization during of period of 4 years (48
months) from 2015-2018. The research method used is a quantitative research method with
secondary data types. Data collection techniques in this research are documentation and
study of literature. Hypothesis test using SPSS 22 software these include multiple linear
regression and t test. The results indicate that tax extensification variable has no effect on
personal income tax revenue and for tax intensification also taxpayer compliance has an
effect on personal income tax revenue.

Keywords: personal income tax revenue, tax extensification, tax intensification and
taxpayer compliance

1. Pendahuluan
3001
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Saat ini pemerintah sedang melakukan peningkatan terhadap penerimaan pajak. Hal ini
dilakukan karena pajak menjadi sumber utama dalam meningkatkan kas Negara. Di KPP
Pratama Palembang Ilir Barat, penerimaan pajaknya sudah mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Tetapi walaupun mengalami peningkatan, penerimaannya masih belum
memenuhi target yang telah ditentukan. Penerimaan pajak tersebut tidak meningkat
dengan sendirinya melainkan terdapat banyak faktor yang bisa mempengaruhinya. Dalam
penelitian ini, akan terlihat apa saja faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan pajak.
Terdapat tiga variabel yang akan dilihat pengaruhnya yaitu ekstensifikasi pajak,
intensifikasi pajak dan kepatuhan Wajib Pajak.

Ekstensifikasi pajak adalah kegiatan yang dilakukan fiskus untuk penambahan jumlah

Wajib pajak terdaftar dan perluasan basis pajak dalam administrasi DJP, dimana fiskus
mencari Wajib Pajak manakah yang harus dikenakan pajak melalui pendaftaran
NPWP. Sedangkan intensifikasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk menambah
penerimaan pajak dari Wajib Pajak yang sudah terdaftar, dimana Wajib Pajak terdaftar
tersebut diungkap laporannya yang diindikasi tidak benar dikarenakan banyaknya Wajib
Pajak yang tidak melakukan kewajibannya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Kepatuhan Wajib Pajak juga sangat dibutuhkan dalam peningkatan sumber penerimaan
pajak, Wajib pajak dikatakan patuh apabila tepat waktu menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT) untuk semua jenis pajak, tidak mempunyai tunggakan kecuali
mendapat izin mengangsur atau menunda pembayaran dan tidak pernah dijatuhi hukuman
karena melakukan tindak pidana dibidang perpajakan.

Berikut merupakan data mengenai jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi, Wajib Pajak Orang
Pribadi yang membayar pajak, realisasi dan target penerimaan pajak serta Surat
Pemberitahuan (SPT) yang diterima di KPP Pratama Palembang Ilir Barat.

Tabel 1.1

Data fisik di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Ilir Barat Tahun 2015-2018

WPOP
WPOP SPT Bayar Target Penerimaan Realisasi Penerimaan
Tahun Terdaftar Diterima Pajak
Pajak Pajak
2015 119.301 49.250 28.177 Rp.1.087.012.594.023 Rp. 959.707.546.314

2016 128.691 50.477 36.178 Rp.1.353.629.811.993 Rp. 1.180.744.721.584

2017 138.849 46.715 43.486 Rp.1.407.583.325.000 Rp. 1.267.059.009.991

3002
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

2018 150.656 46.591 41.021 Rp.1.524.675.629.000 Rp. 1.505.113.182.267


Sumber : KPP Pratama Palembang Ilir Barat

Berdasarkan tabel di atas terlihat jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi dan realisasi
penerimaan pajak meningkat dari tahun ke tahun. Namun jika dilihat dari Surat
Pemberitahuan (SPT) yang diterima, peningkatannya tidak stabil karena hanya tahun 2015
ke tahun 2016 yang mengalami peningkatan sedangkan ditahun selanjutnya terdapat
penurunan dan hanya sedikit dari sejumlah Wajib Pajak terdaftar di tahun-tahun tersebut
yang melaporkan Surat Pemberitahuannya, sama halnya dengan Wajib Pajak Orang Pribadi
yang membayar pajak yaitu peningkatannya juga tidak stabil karena hanya dari tahun 2015
sampai dengan 2017 saja yang meningkat sedangkan di tahun 2018 mengalami
penurunan dan hanya sedikit dari sejumlah Wajib Pajak terdaftar yang membayar
pajaknya. Hal ini disebabkan karena masih banyaknya Wajib Pajak yang sudah memiliki
NPWP namun kurang patuh dan enggan melaporkan kewajibannya serta banyaknya Wajib
Pajak yang sudah mempunyai penghasilan yang tidak mendaftarkan diri, maka dari itu
pemerintah mengupayakan kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak.

Dengan adanya kegiatan ekstensifikasi pajak (penambahan jumlah Wajib Pajak baru) dan
intensifikasi pajak (penggalian potensi pajak) yang maksimal diharapkan dapat
meningkatkan

jumlah Wajib Pajak yang mempunyai NPWP yang secara tidak langsung dapat
meningkatkan jumlah penerimaan pajak. Berdasarkan latar belakang diatas maka
penulis tertarik untuk

menulis mengenai bagaimana ekstensifikasi pajak, intensifikasi pajak dan kepatuhan


Wajib

Pajak memungkinkan penambahan penerimaan pajak penghasilan dengan judul


“Pengaruh

Ekstensifikasi Pajak, Intensifikasi Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap

Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada KPP Pratama Palembang Ilir Barat”

2. Kajian Literatur dan Pengembangan Hipotesis

2.1 Ekstensifikasi Pajak

Menurut Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-06/PJ.9/2001, ekstensifikasi Wajib Pajak
adalah kegiatan yang berkaitan dengan penambahan jumlah Wajib Pajak terdaftar dan
perluasan basis pajak dalam administrasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

3003
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

2.2 Intensifikasi Pajak

Menurut Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-06/PJ.9/2001, Intensifikasi pajak adalah
kegiatan optimalisasi penggalian penerimaan pajak terhadap objek serta subjek pajak yang
telah

terdaftar atau tercatat dalam administrasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan hasil
dari

pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak.

3004
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

2.3 Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Pohan (2014) dalam Utami (2018), kepatuhan identik dengan kedisiplinan.
Kedisiplinan timbul karena kekhawatiran menerima sanksi hukuman apabila tidak
melakukan

tindakan sesuai dengan ketentuan yang ada jadi ada dorongan dari luar dirinya.

2.4 Penerimaan Pajak Penghasilan

Menurut Slamet Irianto (2015) dalam Fazlurahman (2016), penerimaan pajak adalah
pemasukan yang paling potensial bagi Negara karena besarnya pajak seiring dengan laju
pertumbuhan penduduk, perekonomian, dan stabilitas politik.

2.5 Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis

Variabel dependen dalm penelitian ini adalah penerimaan pajak penghasilan orang pribadi,
sedangkan variabel independen yang digunakan adalah ekstensifiaksi pajak,

intensifikasi pajak dan kepatuhan Wajib Pajak. Sehingga dapat dilihat dalam gambar berikut

yang merupakan kerangka pemikiran dalam penelitian ini:

Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian ini adalah sebagai
berikut:

H1 : Ekstensifikasi pajak tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan orang


pribadi

H2 : Intensifikasi pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan orang pribadi

H3 : Kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan orang


pribadi

3. Metodologi Penelitian

3.1 Objek Penelitian


3005
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Objek penelitian ini adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Ilir Barat yang
beralamat di Jl. Tasik, Kambang Iwak Kel. Talang Semut Kec. Bukit Kecil Kota
Palembang.

3.2 Operasional Variabel

Tabel 3.1

Operasional Variabel

Variabel Indikator Pengukuran


Penambahan Jumlah Wajib
1. Ekstensifikasi Pajak (X1) Nominal
Pajak Terdaftar
Wajib Pajak yang membayar
2. Intensifikasi Pajak (X2) Nominal
pajak Pemberitahuan yang di
Surat
3. Kepatuhan Wajib Pajak (X3) Nominal
4. Penerimaan Pajak Penghasilan terima
Realisasi Penerimaan Pajak Nominal
Sumber:
Orang
data diolah
Pribadi2019
(Y)

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama

Palembang Ilir Barat tahun 2015-2018 dengan sampel penelitian yaitu hasil ekstensifiaksi
pajak,

Wajib Pajak yang membayar pajak, SPT dilaporkan dan realisasi penerimaan pajak
selama kurun waktu 4 tahun (48 bulan) dari tahun 2015-2018. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan cara nonprobability sampling dengan metode sampling
jenuh.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dengan jenis data
sekunder. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi dan
studi

kepustakaan.

3.5 Teknik Analisis Data

3.5.1 Uji Regresi Linear Berganda

Menurut Sanusi (2017), analisis regresi linear berganda merupakan perluasan dari regresi
linear sederhana, yaitu dengan menambah jumlah variabel bebas yang sebelumnya hanya
satu
3006
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

menjadi dua atau lebih variabel bebas. Jadi analisis regresi berganda akan dilakukan
bila

jumlah variabel independennya minimal 2. Adapun persamaan regresi linear


berganda ditetapkan sebagai berikut:

PPOP = α + β1 EP + β2 IP + β3 KWP + ε

Keterangan:

α : Konstanta

β1- β3 : Koefesien Regresi

PPOP : Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

EP : Ekstensifikasi Pajak

IP : Intensifikasi Pajak

KWP : Kepatuhan Wajib Pajak

ε : error

3.5.2 Uji T

Uji t adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas
terhadap variabel terikat secara parsial dengan taraf signifikansi 5%. Adapun kriteria
pengujian

hipotesis uji t yaitu jika nilai signifikan t > 0.05 maka hipotesis ditolak, yang menyatakan
bahwa variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen dan
sebaliknya.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN Rancangan Analisis Data

Data penelitian ini adalah Wajib Pajak orang pribadi terdaftar setiap bulan pada tahun

2015-2018 yaitu 48 bulan. Data tersebut berupa WPOP hasil ekstensifikasi pajak, jumlah
Wajib

Pajak Orang Pribadi yang membayar pajak, jumlah realisasi penerimaan pajak serta
jumlah penerimaan SPT Tahunan.

3007
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Uji Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda merupakan perluasan dari regresi linear sederhana, yaitu
dengan menambah jumlah variabel bebas yang sebelumnya hanya satu menjadi dua atau

lebih variabel bebas (Sanusi, 2017). Berikut adalah hasil perhitungan analisis regresi
berganda
Persamaan
pada penelitian tersebut
yang dibantu dapat
dengan menunjukkan
menggunakan jika SPSS
program seluruh
versivariabel bebas :
22.0 for Windows
(indepen
Tabel 4.6

Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Coefficientsa

Intensifikasi Pajak (X2) KepatuhanUnstandardized


26091772.692 Coefficients
4970311.340
Wajib Pajak
Model B Std. Error
-4226793.447 837133.009
1 (X3)(Constant) 29807241429.6 24707942153.3
75 68
Ekstensiifikasi Pajak (X1) 10264564.845 29669801.201

a. Dependent Variable: Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (Y)

Setelah melakukan analisis regresi linear berganda dari tabel di atas, maka nilai-nilai
koefisien regresi tersebut dapat dimasukkkan ke dalam persamaan regresi yang disusun
dalam

persamaan regresi linar berganda sebagai berikut:

PPOP = 29807241429.675 + 10264564.845 EP + 26091772.692 IP –

4226793.447 KWP + ε dent)


3008
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

yaitu ekstensifikasi, intensifikasi dan kepatuhan Wajib Pajak bernilai 0, maka penerimaan
pajak penghasilan orang pribadi nilainya 29807241429.675.

Variabel ekstensifikasi pajak memiliki koefisien yang positif yaitu 10264564.845.

Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan ekstensifikasi pajak sebesar 1,


maka penerimaan pajak penghasilan orang pribadi akan meningkat sebesar
10264564.845 dengan

asumsi bahwa variabel independen lainnya tetap.

Variabel intensifikasi pajak memiliki koefisien yang positif yaitu 26091772.692. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap peningkatan intensifikasi pajak sebesar 1, maka penerimaan

pajak penghasilan orang pribadi akan meningkat sebesar 26091772.692 dengan asumsi
bahwa variabel independen lainnya tetap.

Variabel kepatuhan Wajib Pajak memiliki koefisien yang negatif yaitu -4226793.447. Hal
ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan kepatuhan Wajib Pajak sebesar 1, maka
penerimaan pajak penghasilan orang pribadi akan menurun sebesar -4226793.447
dengan

asumsi bahwa variabel independen yang lainnya tetap.

Uji t (Secara Parsial)

Uji t adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas
terhadap variabel terikat secara parsial dengan taraf signifikansi 5%. Berikut adalah hasil
uji t pada penelitian yang dibantu dengan menggunakan program SPSS versi 22.0 for
Windows :

Tabel 4.8

Hasil Uji t

Coefficientsa
Model T Sig.
1 (Constant) 1.206 .234
Ekstensiifikasi Pajak (X1) .346 .731
Intensifikasi Pajak (X2) 5.250 .000
Kepatuhan Wajib Pajak
-5.049 .000
(X3)

3009
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

3010
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

berikut:

a. Dependent Variable: Penerimaan Pajak Penghasilan Orang

Pribadi (Y)

Dari hasil pengujian hipotesis secara parsial di atas, maka dapat dianalisis sebagai

1. Variabel Ekstensifikasi Pajak (EP)

Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh nilai signifikansi 0,731 > level of signification (α)
= 0,05. Karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 dan thitung sebesar 0,346 < ttabel 2,015,
sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak yang artinya tidak terdapat pengaruh signifikan
antara ekstensfikasi pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan orang pribadi.

2. Variabel Intensifikasi Pajak (IP)

Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh nilai signifikansi 0,00 < level of
signification (α) = 0,05. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan nilai thitung sebesar

5,250 > ttabel 2,015, sehingga dapat disimpulkan bahwa H2 diterima maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh signifikan antara intensifikasi pajak terhadap penerimaan pajak

penghasilan orang pribadi.

3. Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (KWP)

Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh nilai signifikansi 0,00 < level of

3011
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

signification (α) = 0,05. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan thitung sebesar -5,049

> ttabel 2,015, sehingga dapat disimpulkan bahwa H3 diterima maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh signifikan antara kepatuhan Wajib Pajak terhadap penerimaan pajak

penghasilan orang pribadi.

PEMBAHASAN

Pengaruh Ekstensifikasi Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Ekstensifikasi pajak tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan orang

Ekstensifikasi pajak tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan orang pribadi,
dimana hasil pengujian regresi liniear berganda untuk hipotesis pertama ditolak. Hal ini dapat
dilihat dari uji hipotesis dimana tingkat signifikan ekstensifikasi pajak menunjukkan nilai 0,731
yang lebih besar dari tingkat signifikan 0,05 dan diperoleh juga nilai thitung sebesar 0, 346,
dimana thitung berada pada daerah H1 ditolak maka angka tersebut menunjukkan bahwa tidak
terdapat pengaruh antara ekstensifikasi pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan orang
pribadi pada KPP Pratama Palembang Ilir Barat tahun 2015-2018.

Pengujian hipotesis pertama dinyatakan tidak berpengaruh yang berarti walaupun hasil
ekstensifikasi pajak meningkat namun belum tentu penerimaan pajak penghasilan juga akan
meningkat dikarenakan ekstensifikasi pajak hanya kegiatan yang berkaitan dengan penambahan
jumlah Wajib Pajak terdaftar dan perluasan basis pajak dalam administrasi Direktorat Jenderal
Pajak (DJP), sehingga ekstensifikasi pajak ini belum mengoptimalisasikan penggalian
penerimaan pajak.

Pengaruh Intensifikasi Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Intensifikasi pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan orang pribadi. Hal ini
dapat dilihat dari uji hipotesis dimana tingkat signifikan intensifikasi pajak yang

menunjukkan nilai 0,00 yang lebih kecil dari tingkat signifikan 0,05 dan diperoleh juga nilai
thitung sebesar 5,250, dimana thitung berada pada daerah H2 diterima maka angka tersebut

3012
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara intensifikasi pajak terhadap penerimaan pajak
penghasilan orang pribadi pada KPP Pratama Palembang Ilir Barat tahun 2015-2018.

Intensifikasi pajak ini dilakukan oleh fiskus dengan mengandalkan Wajib Pajak yang sudah

terdaftar atau tercatat, dimana proses pelaksanaan dari kegiatan ini dimulai dari melakukan
pembinaan, sosialisasi peraturan terkait pajak, pengawasan serta pemeriksaan yang dilakukan
dengan penyuluhan, melihat dari berbagai media, bentuk himbauan, konseling, penelitian
bahkan penyidikan apabila terdapat indikasi adanya pelanggaran hukum seperti Wajib Pajak
terdaftar yang diindikasi laporannya tidak benar atau tidak sesuai karena banyaknya Wajib
Pajak yang tidak melakukan kewajiban pajaknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang

Pribadi

Kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan orang pribadi. Hal
ini dapat dilihat dari uji hipotesis dimana tingkat signifikan Kepatuhan Wajib Pajak yang
menunjukkan nilai 0,00 yang lebih kecil dari tingkat signifikan 0,05 dan diperoleh juga nilai
thitung sebesar -5,049, dimana thitung berada pada daerah H3 diterima maka angka tersebut
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara kepatuhan Wajib Pajak terhadap
penerimaan pajak penghasilan orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang
Ilir Barat tahun 2015-2018.

Hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT)
maka akan semakin meningkatkan penerimaan pajak, yang berarti apabila Wajib Pajak memiliki
rasa patuh dan kesadaran diri dalam melakukan kewajiban perpajakannya seperti pelaporan Surat
Pemberitahuan maka penerimaan pajak bisa meningkat.

5 Simpulan

Berdasarkan pembahasan mengenai pengaruh ekstensifikasi pajak, intensifikasi pajak dan


kepatuhan Wajib Pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan orang pribadi pada KPP Pratama
Palembang Ilir Barat, maka penulis menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

3013
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

1. Hasil pengujian hipotesis pertama menyatakan bahwa variabel ekstensifikasi pajak tidak
berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan orang pribadi, hal ini dikarenakan

ekstensifikasi pajak hanya kegiatan yang berkaitan dengan penambahan jumlah Wajib pajak
terdaftar dan perluasan basis pajak dalam administrasi Direktorat Jenderal Pajak sehingga

ekstensifikasi pajak ini belum mengoptimalkan penggalian penerimaan pajak.

2. Hasil pengujian hipotesis kedua menyatakan berpengaruh terhadap penerimaan pajak


penghasilan orang pribadi, yang artinya intensifikasi pajak ini menjadi tolak ukur atas

meningkatnya penerimaan pajak penghasilan orang pribadi karena semakin baik kegiatan
intensifikasi pajak berupa sosialisasi, ataupun konseling maka akan semakin tinggi

penerimaan pajak penghasilan orang pribadi.

3. Hasil pengujian hipotesis ketiga menyatakan variabel kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh
terhadap penerimaan pajak penghasilan orang pribadi, karena semakin tinggi pelaporan

Surat Pemberitahuan (SPT) maka akan semakin meningkatkan penerimaan pajak, yang
berarti apabila Wajib Pajak memiliki rasa patuh dan kesadaran diri dalam melakukan

kewajiban perpajakannya seperti pelaporan Surat Pemberitahuan maka penerimaan pajak bisa
meningkat.

6 Referensi

Alimin dan Suhayati. 2017. Pengaruh Ekstensifikasi Pajak dan Intensifikasi Pajak Terhadap

Penerimaan Pajak Penghasilan (Studi Kasus pada KPP Pratama Majalaya). Ekonomi dan
Bisnis. Universitas Ilmu Komputer

Anggraeni, Wndy dkk. 2014. Pengaruh Ekstensifikasi Pajak dan Tingkat Kepatuhan Wajib
Pajak Terhadap Tingkat Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21) di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Cibeunying. Ilmu Ekonomi dan Bisnis. Universitas Islam

Bandung

Anti, Mawar Warih. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak

3014
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Surakarta. Ekonomi

Akuntansi. Universitas Muhammadyah Surakarta

Fazlurahman, Faesal. 2016. Pengaruh Ekstensifikasi Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak

Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi pada KPP Pratama Badnung Karees
Tahun 2010-2015. Ekonomi Akuntansi. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

Hasibuan, Indry Anggina dkk. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Penerimaan

Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Pratama Padang. Ekonomi Akuntansi. Universitas
Bung Hatta

Hehakaya, Kezia Ayu. 2016. Pengaruh Ekstensifikasi Pajak dan Intensifikasi Pajak Terhadap

Peningkatan Penerimaan Pajak (Studi Kasus pada KPP Pratama Subang.). Ekonomi dan

Bisnis. Universitas Ilmu Komputer

Hudany, Reida Wulan. 2016. Pengaruh Ekstensifikasi Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak,
Pemeriksaan Pajak, Penagihan Pajak dan Surat Paksa Pajak Terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan Orang Pribadi di KPP Pratama Solok. Ekonomi Akuntansi. Universitas Riau

http://www.pajak.go.id (yang diakses tanggal 17 maret 2019)

http://www.ortax.org (yang diakses tanggal 17 maret 2019)

Peraturan Direktorat Jenderal Pajak. 2001. Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-

06/PJ.9/2001 Tentang Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak.


Jakarta

Sanusi, Anwar. 2017. Metodologi Penelitian Bisnis. Salemba Empat. Jakarta

Simamora Patar dan Deni Suryaman. 2015. Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang

Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Pratama

Cibinong. Ekonomi Akuntansi. Universitas Pakuan

3015
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung. Penerbit:
Alfabeta

Sujarweni, V Wiratna. 2018. Metodologi Penelitian Bisnis dan Ekonomi Pendekatan

Kuantitatif. Yogyakarta. Penerbit: Pustakabarupress

Suyanto dan Kiftia Yahya. 2016. Pengaruh Sosialisasi Perpajakan dan Ekstensifikasi Pajak

Tehadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Pratama Wonosari

Yogyakarta. Ekonomi Akuntansi. Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa. Yogyakarta

Utami, Sri Putri. 2018. Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak dan Pemeriksaan Pajak Terhadap

Penerimaan Pajak di KPP Makasar Utara. Ekonomi Akuntansi. Universitas Hasanuddin

3016
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

DETERMINAN AKSESIBILITAS INTERNET FINANCIAL REPORTING


MELALUI E-GOVERNMENT DENGAN OPINI AUDIT SEBAGAI
PEMODERASI

Viranda Nugraha Pratama1, Verawaty2.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bina Darma Palembang

E-mail: nugraha.viranda@yahoo.co.id 1

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bina Darma Palembang

E-mail: verawaty_mahyudin@yahoo.com2

Abstract

The accessibility of financial statements is easy for a person to obtain information about financial
statements, there are still some local governments who have not conducted Internet Financial
Reporting through E-Government. This research is a type of quantitative study thas uses
independent variabels to identify accessibility Internet Financial Reporting through E-
Government. The samples in this study were obtained using purposive sampling so that the
sample obtained as much as 54 sample with assisted SPSS software. Results of this study found
that the income per capita variabel positively impacted the Internet Financial Reporting through
E-Government, while debt level, regional genuine revenue, regional expenditure, government
type, and the audit opinion has no effect on the Internet Financial Reporting through E-
Government. The variabel size and regional wealth negatively affects the Internet Financial
Reporting through E-Government.

Keywords: Internet Financial Reporting through E-Government, size, income per capita, debt
level, regional genuine revenue, regional expenditure, regional wealth, government type, and the
audit opinion.

1. PENDAHULUAN

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pemerintahan atau yang disebut dengan e-
government membuat masyarakat semakin mudah dalam mengakses kebijakan pemerintah

3017
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

sehingga program yang dirancangkan pemerintah dapat berjalan dengan lancar. E-government
juga dapat mendukung pengelolaan pemerintahan yang lebih efisien, dan bisa meningkatkan
komunikasi antara pemerintah dengan sektor usaha dan industri. Masyarakat dapat memberi
masukan mengenai kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sehingga dapat
memperbaiki kinerja pemerintah.

Penggunaan teknologi informasi dalam pengungkapan informasi keuangan melalui media


internet (Internet Financial Reporting-IFR) telah dilakukan oleh beberapa pemerintah daerah di
Indonesia sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah kepada
para stakeholder. Hal ini sesuai dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor
188.52/1797/SJ/2012 tentang Peningkatan Transparansi Pengelolaan Anggaran Daerah yang
menginstruksikan kepada Gubernur, Bupati dan Walikota seluruh Indonesia untuk menyiapkan
menu konten dengan nama “Transparansi Pengelolaan Anggaran Daerah (TPAD)” dalam website
resmi pemerintah daerah serta memuat 12 dokumen pengelolaan anggaran dalam website
terkait. Praktek IFR didorong dengan adanya Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun
2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem
Informasi Keuangan Daerah dan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik yang menyatakan bahwa adanya penyajian informasi keuangan
daerah melalui situs resmi pemerintah daerah serta setiap informasi publik bersifat terbuka, dan
dapat diakses oleh setiap pengguna informasi publik dengan cepat, tepat waktu, biaya ringan dan
cara sederhana. Dengan keberadaan sebuah website, pastinya pemerintah berharap proses
publikasi secara terbuka. Beberapa pemerintah daerah dengan pemanfaatan teknologi
internet yang pesat, sedangkan di beberapa pemerintah lainnya dengan pemanfaatan teknologi
internet yang lamban dalam mengungkapkan laporan keuangannya. Di samping itu, diharapkan
dengan adanya IFR dapat membantu kelangsungan sebuah pemerintah dalam beroperasi sesuai
dengan perkembangan zaman.

Hasil survei yang telah dilakukan pada periode penelitian terkait dengan website pemerintah
daerah yang dimiliki oleh populasi penelitian, yaitu 60 pemerintah daerah di Sumatera bagian
Selatan menunjukkan bahwa 90% e-government pemerintah daerah dalam status online yang
berjumlah 54 e-government, sisanya 6,67% e-government yang dimiliki dalam status error
(kemungkinan dalam status under maintenance) atau hanya 4 e- government, 1,67% pemerintah
daerah yang tidak memiliki laporan keuangan yang lengkap yaitu 1 e-government, dan 1,67%
pemerintah daerah bahkan belum memiliki e-government, yaitu 1 pemerintah daerah. Hasil survei
juga menunjukkan bahwa 90% e-government pemerintah daerah telah melakukan transparasi

3018
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

pengelolaan anggaran daerah sesuai Instruksi Mendagri Nomor 188.52/1797/SJ/2012,


pengungkapan informasi keuangan melalui e-government.

Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Pasal 9 (4), kewajiban menyebarkan informasi
publik dapat disampaikan kepada masyarakat dengan cara mudah diakses, salah satunya
melalui e-government yang terlebih hampir semua pemerintah daerah memilikinya. Dengan
demikian IFR dapat diterapkan sebagai salah satu konten didalamnya.

Penerapan IFR diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas dan transparansi pemerintah daerah
yang menjadi objek perhatian khusus para pemangku kepentingan pemerintah serta untuk
menciptakan pemerintahan yang bersih dan bebas dari praktek korupsi. Perilaku korupsi yang
terjadi dalam pemerintah daerah dapat menimbulkan krisis kepercayaan stakeholder pemerintah.
Oleh karena itu, perlu adanya tindakan lebih lanjut dalam optimalisasi IFR sebagai bentuk
peningkatan transparansi dan akuntabilitas pemerintah daerah. Manfaat lain dari praktek IFR di
lingkungan pemerintah daerah yakni dapat meningkatkan partisipasi publik dan pengawasan
anggaran terhadap pemerintah daerah dalam menjamin pengelolaan keuangan daerah sesuai
aturan.

Praktek IFR merupakan salah satu perwujudan e-government terus dikembangkan di Indonesia,
terbukti dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 95 Tahun 2018
tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE), yang menjelaskan bahwa untuk
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, transparan, dan akuntabel serta
pelayanan publik yang berkualitas dan terpercaya diperlukan integrasi dan efisiensi
manajemen sistem pemerintahan berbasis elektronik secara nasional. Hal ini merupakan salah
satu upaya pemerintah dalam merespon tuntutan masyarakat dan sebagai upaya menciptakan
pemerintahan yang bersih dan bebas dari praktek korupsi.

2. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANG HIPOTESIS

2.1 E-Government

Peningkatan fitur e-government telah dilakukan saat dikeluarkannya Instruksi Presiden RI


Nomor 3 Tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi nasional pengembangan e-government.
Dengan e-government diharapkan pemerintah mampu meningkatkan kemampuan mengelola,
menyalurkan, mendistribusikan informasi, dan pelayanan publik dengan memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi agar lebih efektif dan efisien.

3019
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Menteri Komunikasi dan Informatika megeluarkan Permenkominfo Nomor

28/Per/M.Kominfo/9/2006 tentang penggunaan nama domain go.id untuk situs web resmi
pemerintahan pusat dan daerah. Dilanjutkan dengan terbitnya dokumen cetak biru (blueprint)
sistem aplikasi e-government bagi lembaga pemerintah daerah oleh Kemenkominfo RI.

2.2 Size

Suatu pemerintah daerah yang memiliki ukuran yang besar tentu fungsi akuntansi dan anggaran
yang lebih besar untuk pelayanan teknologi informasi sehingga pemerintah daerah akan
mendapatkan pengawasan yang lebih besar (Goff dan Pittman, 2004) dalam (Verawaty, 2015).
Pemerintah daerah yang besar juga lebih kompleks dalam pengelolaan keuangannya, sehingga
semakin banyak informasi keuangan yang harus dilaporkan.

H1: Size berpengaruh positif terhadap aksesibilitas Internet Financial Reporting

melalui e-government.

2.3 Income per capita

Pendapatan per kapita merupakan gambaran dari tingkat kesejahteraan masyarakat pada suatu
wilayah. Hal ini juga dapat digunakan sebagai ukuran dari tingkat produktivitas masyarakat.
Semakin tinggi pendapatan masyarakat dalam suatu daerah maka semakin tinggi pula
kemampuan dalam mengadopsi teknologi untuk mendapatkan informasi. Seiring dengan
perkembangan teknologi yang pesat, masyarakat memanfaatkan internet sebagai media untuk
mendapatkan informasi.

H2: Income per capita berpengaruh positif terhadap aksesibilitas Internet

Financial Reporting melalui e-government.

2.4 Debt Level

Hutang merupakan kesanggupan oleh pemerintah dalam menjamin dana yang dipinjam dalam
memberikan pelayanan dan program-program bagi masyarakat baik untuk sekarang dan di masa
yang akan datang (Verawaty, 2015). Hutang yang semakin tinggi akan menyebabkan
pengawasan semakin tinggi dalam penggunaan dana yang dipinjam dan

3020
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

seberapa tingkat kesanggupan dalam pengembaliannya kelak. E-Government menjadi media


yang digunakan oleh debitur dalam memfasilitasi kreditur dalam melakukan pegawasan terhadap
kinerja pemerintah.

H3: Debt level berpengaruh positif terhadap aksesibilitas Internet Financial

Reporting melalui e-government.

2.5 Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah salah satu sumber dana pembiayaan pembangunan daerah
pada kenyataannya belum cukup memberikan sumbangan bagi pertumbuhan daerah, hal ini
mengharuskan pemerintah daerah menggali dan meningkatkan pendapatan daerah terutama
sumber pendapatan asli daerah. Daerah dengan pendapatan yang tinggi akan memiliki
pengawasan politis yang lebih tinggi oleh kelompok masyarakat dan akan lebih banyak
permintaan akan informasi dengan mengikutsertakan informasi terkait ukuran-ukuran kinerja.

H4: Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap aksesibilitas Internet

Financial Reporting melalui e-government.

2.6 Belanja Daerah

Belanja daerah digunakan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
Hal ini terwujud dalam pelayanan kepada masyarakat berupa peningkatan pelayanan dasar,
pendidikan, penyediaan fasiltas pelayanan kesehatan, fasilitas sosial, fasilitas umum yang layak
dan mengembangkan sistem jaminan sosial. Belanja daerah yang tinggi akan memberikan
pelayanan yang lebih baik dan berkualitas kepada masyarakat maka keinginan untuk
mengungkapkan informasi melalui website semakin tinggi.

H5: Belanja daerah berpengaruh positif terhadap aksesibilitas Internet Financial

Reporting melalui e-government.

2.7 Kekayaan Daerah

3021
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Kekayaan yang besar cenderung rentan terhadap penyalahgunaan. Hal inilah yang mendorong
masyarakat menjadi lebih tertarik dalam mengawasi kinerja pemerintah daerah dan menuntut
transparansi atas pengelolaan keuangan pemerintah daerah. Kekayaan daerah yang tinggi akan
memiliki tingkat pemantauan politik dan informasi yang lebih tinggi atas gambaran tentang
kinerja pemerintah daerah (Styles dan Tennyson, 2007).

H6: Kekayaan daerah berpengaruh positif terhadap aksesibilitas Internet

Financial Reporting melalui e-government.

2.8 Tipe Pemerintah

Pemerintah Daerah di Indonesia mempunyai 2 tipe pemerintahan dari Pemda Tingkat I dan
Pemda Tingkat II, dimana Pemda tingkat I yaitu provinsi dan Pemda tingkat II yaitu kabupaten
dan kota. Tipe pemerintahan yang berbentuk kota yang penduduknya lebih banyak dan lebih
banyak informasi yang diungkap pada situsnya, adanya akses internet yang lebih baik pada
daerah kota menyebabkan tingkat pengungkapan pada daerah kota lebih tinggi daripada di
kabupaten, (Laswad dkk, 2005) dalam (Nosihana dan Yaya,

2016).

H7: Tipe pemerintah berpengaruh positif terhadap aksesibilitas Internet

Financial Reporting melalui e-government.

2.9 Opini Audit

Opini audit merupakan pernyataan profesional sebagai kesimpulan atas pemeriksaan mengenai
kewajaran penyajian informasi keuangan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan laporan
keuangan merupakan cara untuk mengawasi atau memonitor pemerintah daerah. Ketika
pemerintah daerah mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) seharusnya mendorong
pemerintah daerah melakukan praktik internet financial reporting pada websitenya, dengan tujuan
agar masyarakat mengetahui bahwa kepala daerah beserta jajarannya telah melakukan kinerja
sesuai dengan kepatuhan perundang-undangan, standar akuntansi pemerintahan, kecukupan
pengungkapan dan penerapan efektivitas sistem pengendalian intern dengan baik.

H8: Opini audit dapat memoderasi pada hubungan antara pendapatan asli daerah terhadap
aksesibilitas Internet Financial Reporting melalui e-government.

3. METODE PENELITIAN

3022
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Objek dalam penelitian ini adalah pemerintah daerah di Sumatera Bagian Selatan. Pada tahun
2017 terdapat 60 pemerintah daerah di Sumatera Bagian Selatan. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui determinan yang mempengaruhi aksesibilitas Internet Financial Reporting melalui
e-government pada pemerintah daerah di Sumatera Bagian Selatan dengan menggunakan satu
variabel terikat (dependent), tujuh variabel bebas (independent), dan satu variabel moderasi
(moderation). Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu aksesibilitas Internet Financial
Reporting (Calculation of Accessibility Index), variabel bebas yang terdiri dari size (jumlah
penduduk), income percapita (PDRB perkapita atas dasar harga berlaku), debt level (rasio hutang
dan jumlah penduduk), Pendapatan Asli Daerah (rasio total PAD dan total pendapatan), belanja
daerah (rasio total belanja langsung dengan total belanja), kekayaan daerah (total aset) dan tipe
pemerintah (1 untuk pemerintah kota dan 0 untuk pemerintah kabupaten), serta variabel moderasi
opini audit (1 untuk opini audit WTP dan 0 untuk opini audit selain WTP).

Metode pemilihan sampel pada penelitian ini ditentukan dengan metode purposive sampling.
Dari populasi sebanyak 60 pemerintah daerah di Sumatera Bagian Selatan, maka pemerintah
daerah yang memenuhi kriteria menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu ada 54 pemerintah
daerah di Sumatera Bagian Selatan. Adapun kriteria penentuan dalam sampel ini adalah sebagai
berikut; 1. Merupakan pemerintah daerah di Sumatera Bagian Selatan; 2. Pemerintah daerah
memiliki e-government yang dapat diakses dengan domain go.id dan tidak dalam perbaikan; serta
3. Memiliki kelengkapan data dan informasi keuangan mengenai-mengenai variabel-variabel
yang diteliti. Metode analisis kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi berganda (multivariative regression).

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskriptif Objek Penelitian

Berdasarkan kriteria penelitian didapatkan jumlah sampel yaitu 54 pemerintah daerah yang
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1

Deskripsi Penarikan Sampel Penelitian

No. Keterangan Jumlah Frekuensi


1. Pemerintah daerah di Sumatera Bagian Selatan tahun 2017 60 100%

3023
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Pemerintah daerah dengan e-government yang dimiliki dalam


2. 4 6,67%
status error

3. Pemerintah daerah belum memiliki e-government 1 1,67%


Pemerintah daerah yang tidak memiliki laporan keuangan yang
lengkap
4. 1 1,67%
Total Pemerintah Daerah Sampel 54 90%

Jumlah Tahun Penelitian 1 -

Jumlah Sampel Penelitian 54 90%

4.2 Deskriptif Variabel

Dari seluruh sampel yang ada maka dibuat statistik deskriptif guna melihat gambaran
deskriptif data tersebut yang terdapat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2

Statistik Deskriptif Variabel

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


Internet Financial Reporting 54 1,00 8,00 2,9074 1,93545

Size 54 4,95 6,21 5,4915 ,29430

Income Per Capita 54 9,41 11,12 10,0637 ,37911

Debt Level 54 2,53 7,10 4,7002 ,70284

Pendapatan Asli Daerah 54 ,01 ,32 ,0974 ,06343


Belanja Daerah Kekayaan
54
Daerah tabel statistik deskriptif,43 ,78 ,5596 ,07071
Berdasarkan variabel
penelitian, terlihat bahwa dari 54 pemerintah
daerahValid
di Sumatera Bagian Selatan
N (Listwise) 54 yang menjadi sampel
27,77 30,24 penelitian, Internet
28,3778 Financial Reporting
,47565
(IFR) mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar 2,9074. Size memiliki nilai rata-rata (mean)
54
sebesar 5,4915. Income per capita mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar 10,0637. Debt level
mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar 4,7002. Pendapatan Asli Daerah mempunyai nilai rata-

3024
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

rata (mean) sebesar 0,0974. Belanja daerah mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar 0,5596.
Kekayaan daerah mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar 28,3778.

Variabel tipe pemerintah dan opini audit yang menggunakan variabel dummy pengujiannya
dilakukan secara terpisah dengan menggunakan analisis frekuensi. Berikut hasil pengujian
analisis frekuensi yang telah dilakukan:

Tabel 4.3

Hasil Analisis Frekuensi Tipe Pemerintah

Tipe Pemerintah

Cumulative

Valid Pemerintah Kabupaten 44


Frequency 81,5
Percent 81,5
Valid Percent Percent
81,5
10 18,5 18,5 100,0
Pemerintah Kota 54 100,0 100,0

Total

Berdasarkan tabel 4.13 di atas, hasil analisis frekuensi tipe pemerintah, menunjukkan bahwa
pemerintah daerah di Sumatera Bagian Selatan pada tahun 2017 yang memiliki tipe pemerintah
kota sebanyak 10 pemerintah daerah dengan persentase 18,5% dan tipe pemerintah kabupaten
sebanyak 44 pemerintah daerah dengan persentase 81,5%.

Tabel 4.4

Hasil Analisis Frekuensi Opini Audit

Opini Audit

Cumulative

Valid Opini Audit Selain WTP 16


Frequency 29,6
Percent 29,6
Valid Percent 29,6
Percent
38 70,4 70,4 100,0
Opini Audit WTP Total 54 100,0 100,0

3025
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Berdasarkan tabel 4.14 di atas, hasil analisis frekuensi opini audit, menunjukkan bahwa
pemerintah daerah di Sumatera Bagian Selatan pada tahun 2017 yang mendapat opini wajar
tanpa pengecualian sebanyak 38 pemerintah daerah dengan persentase 70,4% dan pemerintah
daerah di Sumatera Bagian Selatan pada tahun 2017 yang mendapat opini selain wajar tanpa
pengecualian sebanyak 16 pemerintah daerah dengan persentase 29,6%.

4.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Tujuan dari pengujian ini yaitu melihat hubungan satu variabel ke variabel lainnya. Berikut
berupa hasilnya, yakni:

IFRit = 38,104 - 3,770SIZE + 4,826INCOME + 0,439DEBT - 6,024PAD -

0,066BELANJA - 2,290KEKAYAAN - 0,387TIPE + 7,664(OP*PAD) + e

Untuk variabel size mendapatkan nilai sebesar -3,770 artinya bila terjadi kenaikan size sebesar 1
(satuan) maka terjadi penurunan sebesar yang disebutkan. Untuk variabel income per capita
mendapatkan nilai sebesar 4,826 yang berarti bila terjadi kenaikan income per capita sebesar 1,
maka terjadi peningkatan sebesar yang disebutkan. Untuk variabel debt level mendapatkan nilai
sebesar 0,439 yang berarti bila terjadi kenaikan debt level sebesar 1 akan terjadi peningkatan
sebesar yang disebutkan. Untuk variabel pendapatan asli daerah mendapatkan nilai sebesar -
6,024 yang berarti bila terjadi kenaikan pendapatan asli daerah sebesar 1, akan terjadinya
penurunan pendapatan asli daerah sebesar yang disebutkan. Untuk variable belanja daerah
mendapatkan nilai sebesar -0,066 yang berarti bila terjadi kenaikan belanja daerah sebesar 1,
maka terjadi penurunan sebesar yang disebutkan. Untuk variabel kekayaan daerah mendapatkan
nilai sebesar -2,290 yang berarti bila terjadi kenaikan kekayaan daerah sebesar 1, maka terjadi
penurunan kekayaan daerah sebesar yang disebutkan. Untuk variabel tipe pemerintah
mendapatkan nilai sebesar -0,387 yang berarti bila terjadi tipe pemerintah sebesar 1, maka terjadi
penurunan sebesar yang disebutkan. Untuk variabel opini audit mendapatkan nilai sebesar 7,664
yang berarti bila terjadi kenaikan opini audit sebesar 1, maka terjadi peningkatan sebesar yang
disebutkan.

3026
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

4.4 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Tujuan dari uji tersebut untuk melihat seberapa tingginya variabilitas variabel dependen yang
bisa dijelaskan dalam variabel independen, berikut hasilnya, yaitu:

Tabel 4.5

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model Summary

Adjusted R

1
Model ,465R a ,216
R Square Square
,076 1,85995
Std. Error of the Estimate
a. Predictors: (Constant), Opini Audit * Pendapatan Asli Daerah, Belanja Daerah , Debt Level ,

Income per Capita, Tipe Pemerintah Daerah, Pendapatan Asli Daerah , Kekayaan Daerah, Size

Berdasarkan hasil uji R2 tersebut, model summary besarnya koefisien determinasi ditunjukkan
pada nilai adjusted R2 yaitu sebesar 0,076. Hal ini berarti bahwa 7,6% variabel Internet Financial
Reporting dapat dijelaskan oleh variabel size, income per capita, debt level, pendapatan asli
daerah, belanja daerah, kekayaan daerah, tipe pemerintah, dan opini audit, sedangkan sisanya
92,4% variabel dependen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini atau
faktor-faktor lain diluar model penelitian.

4.5 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Tujuan dari pengujian tersebut untuk membuktikan apakah secara bersama-sama atau secara
simultan seluruh variabel bebas berpengaruh atau tidaknya terhadap variabel terikat. Berikut
hasilnya, yakni:

Tabel 4.6

Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

3027
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

1 Regression 42,863 8 5,358 1,549 ,168b


Residual 155,674 45 3,459
Total 198,537 53
a. Dependent Variable: Internet Financial Reporting

b. Predictors: (Constant), Opini Audit * Pendapatan Asli Daerah, Belanja Daerah , Debt Level , Income per Capita,
Tipe Pemerintah Daerah, Pendapatan Asli Daerah , Kekayaan Daerah, Size

Setelah dilihat dari tabel diatas, maka jelas bahwa secara bersama-sama atau simultan seluruh
variabel yang ada atau kedelapan variabel tersebut hasilnya tidak berpengaruh signifikan
terhadap Internet Financial Reporting.

4.6 Uji Signifikansi Parsial (Uji T)

Berbeda pengujian secara simultan, pengujian ini bertujuan untuk menghitung masing-masing
hasil variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk mengetahui pengaruh tersebut maka
digunakan tingkat signifikansi sebesar 1%, 5% dan 10%. Berikut hasilnya, yakni:

Tabel 4.7

Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Coefficientsa

Standardized

B
Unstandardized Std. Error
Coefficients Coefficients
Beta
1 (Constant) 38,104 23,398 1,629 ,110
Model -3,770 2,076 -,573 -1,816
t ,076
Sig.
Size 4,826 1,601 ,945 3,014 ,004
,439 ,394 ,160 1,115 ,271
Income per Capita Debt
Level Pendapatan Asli
-6,024 7,044 -,197 -,855 ,397
Daerah -,066 4,141 -,002 -,016 ,987
-2,290 1,142 -,563 -2,005 ,051
Belanja Daerah Kekayaan
Daerah Tipe Pemerintah -,387 ,939 -,078 -,413 ,682
Daerah
7,664 6,437 ,291 1,191 ,240
a. Dependent
Opini Variable: Internet Financial Reporting
Audit * Pendapatan
Asli Daerah

3028
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Dapat dilihat dari tabel diatas, bahwa secara sendiri-sendiri atau secara parsial untuk variabel
income per capita menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap variabel independen, yaitu
Internet Financial Reporting dengan tingkat signifikansi 1%. Adapun variable size dan
kekayaan daerah menunjukkan hubungan yang signifikansi terhadap variabel dependen
dengan tingkat signifikansi 10%. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikan untuk income
per capita sebesar 0,004 (sig.<1%), sedangkan nilai probabilitas signifikan untuk size dan
kekayaan daerah sebesar 0,076, 0,051 (sig. <10%).

5. SIMPULAN

Berdasarkan hasil uji yang telah dilakukan menunjukkan bahwa income per

capita berpengaruh positif signifikan terhadap Internet Financial Reporting, sedangkan debt
level, pendapatan asli daerah, belanja daerah, tipe pemerintah, dan opini audit tidak berpengaruh
terhadap Internet Financial Reporting, serta size dan kekayaan daerah berpengaruh negatif
signifikan terhadap Internet Financial Reporting melalui e- government pada Pemerintah
Daerah di Sumatera bagian Selatan. Pemerintah daerah berkewajiban dalam memberikan
informasi kepada publik dengan tepat waktu, dapat diakses dengan cepat, efisien, mudah
dijangkau masyarakat, dan mudah dipahami. Selain itu, pemerintah daerah di harapkan untuk
terus memperbarui dan mengembangkan website pemerintahannya serta lebih transparansi dalam
mempublikasikan informasi laporan keuangan sehingga pihak-pihak yang berkepentingan
mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

6. REFERENSI

Afryansyah, R. D., & Haryanto. (2013). Faktor faktor yang mempengaruhi pengungkapan

informasi akuntansi di internet oleh pemerintah daerah. Journal of Accounting,

2(3), 1–11.

Heriningsih, S., & Rusherlistyani. (2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat

Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. 13(September), 11–19. Hilmi, A. Z., &
Martani, D. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat

3029
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi. Simposium Nasional

Akuntansi XV Banjarmasin, 61(2), 61–65.

Kadek Aris Dwi Pratama, D. N. S. W., & Sujana, E. (2015). Pengaruh Kompleksitas Pemerintah
Daerah, Ukuran Pemerintah Daerah, Kekayaan Daerah, dan Belanja Daerah terhadap Pelaporan
Keuangan Pemerintah Daerah (Studi pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Bali Tahun 2010-2013).
E-Journal SI Ak Universitas Pendidikan Ganesha, 3(1).

Laswad, F., Fisher, R., & Oyelere, P. (2005). Determinants of Voluntary Internet Financial
Reporting by Local Government Authorities. Journal of Accounting and Public Policy.
https://doi.org/10.1016/j.jaccpubpol.2004.12.006

Mutiha, A. H. (2016). Faktor Penentu Aksesibilitas Internet Financial Reporting pada E-


Government Pemerintah Kota/Kabupaten di Jawa Barat. Simposium Nasional

Akuntansi Bandung Universitas Widyatama, 550–560.

Nosihana, A., & Yaya, R. (2016). Internet Financial Reporting dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhinya Pada Pemerintah Kota dan Kabupaten di Indonesia. Jurnal

Dinamika Akuntansi Dan Bisnis, 3(2), 89–104.

Rizky Arinda Putri. (2015). Faktor Karakteristik dan Tingkat Akuntabilitas Pemerintah dalam
Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di Provinsi Jawa

Tengah Tahun 2012-2013. (71).

Sanusi, A. 2017. Metodologi Penelitian Bisnis Disertai Contoh Proposal Penelitian Bidang

Ilmu Ekonomi dan Manajemen. Jakarta. Salemba Empat.

inaga, Y. F. (2011). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaporan Keuangan Di Internet


Secara Sukarela oleh Pemerintah Daerah. Skripsi. Universitas Diponegoro, Semarang.

Styles, A. K., & Tennyson, M. (2007). The Accessibility of Financial Reporting of U.S.

Municipalities on The Internet. Journal of Public Budgeting, Accounting & Financial


Management. https://doi.org/10.1108/jpbafm-19-01-2007-b003

Sutaryo, & Budiatmanto. (2013). Determinan Internet Financial Reporting di Indonesia.

3030
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Simposium Nasional Akuntansi, 4(2), 946. https://doi.org/10.17509/jaset.v4i2.10095

Verawaty. (2015). Determinan Aksesibilitas Internet Financial Reporting melalui E- Government


Pemerintah Daerah di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi.

Wilopo, I. A. (2017). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akuntabilitas dan

Transparansi Informasi Keuangan Daerah melalui Website. JESI (Jurnal Ekonomi Syariah
Indonesia), 7(1), 61. https://doi.org/10.21927/jesi.2017.7(1).61-78

Yustina Hiola, Rosidi, & Mulawarman, A. D. (2017). Pengaruh Kinerja Keuangan

Terhadap Kepatuhan Pengungkapan Informasi Keuangan di Website Dengan Opini Audit dan
Lingkungan Politik sebagai Pemoderasi (Studi Pada Pemerintah Provinsi, Kota dan Kabupaten
di Sulawesi). 1–24

3031
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

PENGARUH EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM INFORMA


SI AKUNTANSI, PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI
DAN KUALITAS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI TERHA
DAP K I N E R J A K A R Y A W A N
(Studi Kasus Pada Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 Palembang)

Wayan Artane1, Fitriasuri2

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bina Darma

e-mail: artane1996@gmail.com, e-mail: fitriasuri@binadarma.ac.id

Abstract

This study aims to determine the effect of the Effectiveness of Application of Accounting Information
Systems, Utilization of Information Technology and Quality of Accounting Information Systems on
Employee Performance (Case Study in the Joint Life Insurance Company of Bumiputera 1912
Palembang). The sample in this study amounted to 34 employees of AJB Bumiputera 1912
Palembang. In this study the sampling technique was carried out using a purposive sampling method
or sampling with certain considerations. “The results of the study that there is an effect of the
Effectiveness of the Application of Accounting Information Systems on Employee Performance at AJB
Bumiputera 1912 Palembang. T test results obtained sig t value of 0.040 <α = 0.05 and tcount> t
table (2.141> 2.032). There is no effect of the Utilization of Information Technology on Employee
Performance at AJB Bumiputera 1912 Palembang. T test results obtained sig t value of 0.171> α =
0.05 and tcount> t table (1,402 <2,032). There is an influence of the Quality of Accounting
Information Systems on Employee Performance at AJB Bumiputera 1912 Palembang. T test results
obtained sig t value of 0.044<α = 0.05 and tcount> t table (2.105> 2.032). There is an effect of the
Effectiveness of Application of Accounting Information Systems, Utilization of Information
Technology and Quality of Accounting Information Systems on Employee Performance at AJB
Bumiputera 1912 Palembang. F test results showed that the sig F value of 0.037 <α = 0.05 and
Fcount> Ftable (3,200> 2.88).

Keywords: Effectiveness of Application of Accounting Information Systems, Utilization of Information


Technology, Quality of Accounting Information Systems and Employee Performance.

PENDAHULUAN

Era informasi dan globalisasi saat ini menyebabkan lingkungan bisnis mengalami perubahan
yang sangat pesat dengan tingkat persaingan yang ketat. perusahaan-perusahaan dituntut
untuk melakukan kegiatan operasioanl secara efektif dan efisien untuk mempertahankan
eksistensinya. Untuk itu sistem informasi harus digunakan dan diterapkan oleh setiap
3032
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

perusahaan terhadap karyawannya baik dalam mengolah data dan menghasilkan informasi
sehingga hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan kinerja karyawan
disuatu perusahaan.

Dalam menjalankan bisnis di era informasi dan globalisasi saat ini, perusahaan akan mampu
mencapai tujuannya dengan adanya dukungan dari kinerja karyawan yang baik. kinerja
karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan

dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya
(Mangkunegara, 2017). Kinerja karyawan yang baik harus mendapatkan dukungan dari
sistem informasi. Sistem informasi yang diterapkan dalam perusahaan akan sangat membantu
meningkatkan kinerja karyawan dalam upaya efisiensi dan efektifitas pekerjaan atau tugas
yang dilakukan. Salah satu sistem informasi yang digunakan oleh perusahaan adalah sistem
informasi akuntansi. Sistem informasi akuntansi merupakan kumpulan sumber daya, seperti
manusia dan peralatan yang dirancang untuk mengubah data keuangan dan data lainnya
kedalam informasi kemudian informasi tersebut digunakan untuk mengambil sebuah
keputusan (Bodnar dan Hopwood, 2006).

Efektivitas penerapan sistem informasi akuntansi adalah salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja karyawan. Menurut (Susanto, 2013) efektivitas merupakan sebuah
informasi yang secara lengkap mendukung kebutuhan pemakai dalam proses bisnis dan tugas
serta disajikan secara tepat waktu dan mudah dimengerti oleh para penggunannya. Hubungan
efektivitas penerapan sistem informasi akuntansi terhadap kinerja karyawan adalah
kemudahan pemakaian sistem informasi akuntansi yang sesuai dengan kemampuan dan
tuntunan dalam tugasnya, akan memberikan dorongan untuk memanfaatkan sistem informasi
akuntansi sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan itu sendiri.

Faktor selanjutnya yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan adalah pemanfaatan teknologi
informasi. Pemanfaatan teknologi informasi merupakan manfaat yang diharapkan oleh
pengguna sistem informasi dalam melaksanakan tugasnya (Haag dan Keen, dalam Kadir,
2013). Hal tersebut mengindikasikan bahwa apabila karyawan dapat memanfaatkan teknologi
informasi sesuai dengan kebutuhan dan tugas mereka dengan baik, maka teknologi informasi
dapat meningkatkan kinerja karyawan maupun perusahaan jauh lebih optimal.

Kualitas sistem informasi akuntansi juga dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Menurut
(Susanto, 2013) mendefinisikan kualitas sistem informasi akuntansi merupakan integrasi
semua unsur dan subunsur yang terkait dalam membentuk sistem informasi akuntansi untuk
menghasilkan informasi yang berkualitas. Sistem informasi yang berkualitas digunakan untuk
mengurangi ketidak pastian dalam pengambilan suatu keputusan dan mendorong aktivitas
kerja yang lebih baik. Artinya, apabila sistem informasi yang diterapkan di suatu perusahaan
memiliki kualitas yang baik maka para karyawan akan termotivasi untuk bekerja lebih baik

3033
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

pula sehingga hal tersebut berdampak pada peningkatan kinerja karyawan itu sendiri. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh efektivitas sitem informasi akuntansi,
pemanfaatan teknologi informasi dan kualitas sistem informasi akuntansi terhadap kinerja
karyawan pada Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 palembang baik secara

parsial maupun simultan.

TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Karyawan

Menurut Mangkunegara (2017) pengertian kinerja karyawan adalah sebagai berikut “kinerja
karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya”.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan merupakan hasil
kerja baik secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam
melaksanakan tugas yang telah menjadi tanggungjawabnya.

Sistem Informasi Akuntansi

Sistem informasi akuntansi merupakan kumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan
yang dirancang untuk mengubah data keuangan dan data lainnya kedalam informasi
kemudian informasi tersebut digunakan untuk mengambil sebuah keputusan (Bodnar dan
Hopwood, 2006). Sistem informasi yang diterapkan dalam perusahaan akan sangat membantu
meningkatkan kinerja karyawan dalam upaya efisiensi dan efektifitas pekerjaan atau tugas
yang dilakukan. Sehingga, apabila karyawan memiliki kinerja yang baik dalam
memanfaatkan sistem informasi pada perusahaan akan berdampak pada kinerja perusahaan itu
sendiri (Pratiwi dan Dharmadiaksa, 2018).

Efektivitas Penerapn sistem Informasi Akuntansi

Menurut (Susanto, 2013) efektivitas merupakan sebuah informasi yang secara lengkap
mendukung kebutuhan pemakai dalam proses bisnis dan tugas serta disajikan secara tepat
waktu dan mudah dimengerti oleh para penggunannya. Hubungan efektivitas penerapan
sistem informasi akuntansi terhadap kinerja karyawan adalah kemudahan pemakaian sistem
informasi akuntansi yang sesuai dengan kemampuan dan tuntunan dalam tugas para
karyawan, akan memberikan dorongan untuk lebih memanfaatkan sistem informasi akuntansi
yang diterapkan oleh perusahaan sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan itu sendiri
(Lukiman, 2016).

Pemanfaatan Teknologi Informasi Akuntansi

3034
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Pemanfaatan teknologi informasi merupakan manfaat yang diharapkan oleh pengguna sistem
informasi dalam melaksanakan tugasnya (Haag dan Keen, dalam Kadir, 2013). Hubungan
pemanfaatan teknologi informasi terhadap kinerja karyawan yaitu pemanfaatan teknologi
informasi dilakukan dengan tepat oleh karyawan sesuai dengan kebutuhan dan tugas mereka
dengan baik, akan menghasilkan informasi yang relevan dan akurat. Hal tersebut menunjukan
bahwa apabila karyawan dapat memanfaatkan teknologi informasi sesuai dengan kebutuhan
dan tugas mereka dengan baik, maka teknologi informasi dapat meningkatkan kinerja
karyawan maupun perusahaan jauh lebih optimal (Pratiwi dan Dharmadiaksa, 2018).

Kualitas Sistem Informasi Akuntasi

Menurut (Susanto, 2013) mendefinisikan kualitas sistem informasi akuntansi merupakan


integrasi semua unsur dan subunsur yang terkait dalam membentuk sistem informasi
akuntansi untuk menghasilkan informasi yang berkualitas. Hubungan kualitas sistem
informasi akuntansi terhadap kinerja karyawan yaitu sistem informasi yang berkualitas
digunakan untuk mengurangi ketidak pastian dalam pengambilan suatu keputusan dan
mendorong aktivitas kerja yang lebih baik. Artinya, apabila sistem informasi yang diterapkan
di suatu perusahaan memiliki kualitas yang baik maka para karyawan akan termotivasi untuk
bekerja lebih baik pula sehingga hal tersebut berdampak pada peningkatan kinerja karyawan
itu sendiri (Kasandra, 2016).

Kerangka Pemikiran

Efektivitas Penerapan
Sistem Informasi
Akuntansi (X1)

Pemanfaatan Kinerja Karyawan


Teknologi Informasi (Y)
(X2)

Kualitas Sistem
Informasi Akuntansi
(X3)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Hipotesis

3035
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

H1 : Terdapat pengaruh Efektivitas Penerapan Sistem Informasi Akuntansi terhadap Kinerja


Karyawan Pada AJB Bumiputera 1912 Palembang.

H2 : Terdapat pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi terhadap Kinerja Karyawan Pada


AJB Bumiputera 1912 Palembang.

H3 : Terdapat pengaruh Kualitas Sistem Informasi Akuntansi terhadap Kinerja Karyawan


Pada AJB Bumiputera 1912 Palembang.

H4 : Terdapat pengaruh Efektivitas Penerapan Sistem Informasi Akuntansi, Pemanfaatan


Teknologi Informasi dan Kualitas Sistem Informasi Akuntansi terhadap Kinerja Karyawan
Pada AJB Bumiputera 1912 Palembang.

METODELOGI PENELITIAN Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2016) populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah karyawan AJB Bumiputera 1912 Palembang yang berjumlah 36
orang. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling.
Purposive Sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2016). sampel dalam penelitian ini sebanyak 34 responden yaitu karyawan yang
menggunakan sistem informasi akuntansi pada AJB Bumiputera 1912 Palembang.

Teknik Analisis data

Analisis kuantitatif merupakan analisis menggunakan rumus-rumus statistik yang disesuaikan


dengan penelitian, untuk melihat hasil dari pada kuesioner tersebut diuji melalui pengujian
statistik.

Uji Instrument

Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2014) menyatakan bahwa uji validitas merupakan suatu langkah
pengujian yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu instrument, dengan tujuan untuk
mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian. Kriteria pengujian
instrumen dinyatakan valid jika R < α (0,05) atau butir pernyataan dinyatakan valid jika r
hitung > r tabel.

Uji Reliabilitas

3036
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukan konsistensi suatu alat pengukur dalam
mengukur gejala yang sama. Instrumen dinyatakan reliabel jika Crombach Alpa > 0,6
(Sugiyono, 2014).

Regresi Linier Berganda

Regresi Linier Berganda dilakukan bila jumlah independennya lebih dari dua. Y= a + b 1X1 +
b2X2 + b3X3 + e

Dimana:

Y = Kinerja Karyawan a = Konstanta

b1 = Koefisiensi regresi dari X1

X1 = Efektivitas Penerapan Sistem Informasi Akuntansi b2 = Koefisiensi regresi dari


X2

X2 = Pemanfaatan Teknologi Informasi b3 = Koefisiensi regresi dari X3

X3 = Kualitas Sistem Informasi Akuntansi e = Residu

Koefisien Determinasi

Nilai R2 ini berkisar antara 0 – 1, semakin mendekati 1 nilai R2 tersebut berarti semakin besar
variabel independen mampu menerangkan variabel dependen.

Uji t

Uji t dikenal dengan uji parsial, yaitu untuk menguji bagaimana pengaruh masing-masing
variabel bebas secara sendir-sendir terhadap variabel terikat.

Uji F

Uji F dikenal dengan uji serentak, yaitu uji untuk melihat bagaimana pengaruh semua
variabel bebasnya secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikatnya atau untuk
menguji apakah model regresi yang kita buat baik/signifikan atau tidak baik/ non signifikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2014) menyatakan bahwa uji validitas merupakan suatu langkah
pengujian yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu instrument, dengan tujuan untuk
mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian. Kriteria pengujian
3037
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

instrumen dinyatakan valid jika R < α (0,05) atau butir pernyataan dinyatakan valid jika r
hitung > r tabel.

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas

Pernyataan Pearson Correlation (r r tabel Keterangan


hitung)

Variabel Efektivitas Penerapan Sistem Informasi Akuntansi (X1)

X1.1 0.549** 0,344 Valid

X1.2 0.586** 0,344 Valid

X1.3 0.450** 0,344 Valid

X1.4 0.414* 0,344 Valid

X1.5 0.552** 0,344 Valid

X1.6 0.325 0,344 Tidak Valid

X1.7 0.496** 0,344 Valid

X1.8 0.545** 0,344 Valid

X1.9 0.373* 0,344 Valid

X1.10 0.627** 0,344 Valid

X1.11 0.349* 0,344 Valid

X1.12 0.530** 0,344 Valid

Variabel Pemanfaatan Teknologi Informasi (X2)

X2.1 0.619** 0,344 Valid

X2.2 0.477** 0,344 Valid

X2.3 0.567** 0,344 Valid

X2.4 0.682** 0,344 Valid

X2.5 0.423** 0,344 Valid

3038
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

X2.6 0.600** 0,344 Valid

Variabel Kualitas Sistem Informasi Akuntansi (X3)

X3.1 0.746** 0,344 Valid

X3.2 0.669** 0,344 Valid

X3.3 0.782** 0,344 Valid

X3.4 0.167 0,344 Tidak Valid

X3.5 0.852** 0,344 Valid

X3.6 0.859** 0,344 Valid

X3.7 0.763** 0,344 Valid

X3.8 0.067 0,344 Tidak Valid

X3.9 0.659* 0,344 Valid

X3.10 0.613** 0,344 Valid

Variabel Kinerja Karyawan (Y)

Y.1 0.669** 0,344 Valid

Y.2 0.706** 0,344 Valid

Y.3 0.736** 0,344 Valid

Y.4 0.491* 0,344 Valid

Y.5 0.738** 0,344 Valid

Y.6 0.700** 0,344 Valid

Y.7 0.499** 0,344 Valid

Y.8 0.208 0,344 Tidak Valid

Y.9 0.447* 0,344 Valid

Y.10 0.479** 0,344 Valid

3039
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Y.11 0.388* 0,344 Valid

Y.12 0.471** 0,344 Valid

Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukan konsistensi suatu alat pengukur dalam
mengukur gejala yang sama. Instrumen dinyatakan reliabel jika Crombach Alpa > 0,6
(Sugiyono, 2014).

Variabel Nilai N of items Keterangan

Cronbach‟s Alpha

Efektivitas Penerapan Sistem 0,716 11 Reliabel

Informasi Akuntansi (X1)

Pemanfaatan Teknologi 0,652 6 Reliabel

Informasi (X2)

Kualitas Sistem 0,896 8 Reliabel


Informasi

Akuntansi (X3)

Kinerja Karyawan (Y) 0,813 11 Reliabel

Uji Normalitas

Uji nomalitas digunakan untuk mengetahui apakah nilai residual yang digunakan terdistribusi
normal atau tidak.

Gambar 4.1

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

3040
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Regresi Linier Berganda

Tabel 4.11

Hasil Regresi Linier Berganda


Coefficientsa

Unstandardiz ed Standardized
Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta


Model t Sig.

1 (Cons tant) 2.228 13.486 .165 .870

Efektifitas

Penerapan Sistem .384 .179 .347 2.141 .040

Informasi Akuntansi

Pemanfaatan

.570 .406 .227 1.402 .171


Teknologi Informas i

Kualitas Sis tem

.304 .144 .336 2.105 .044


Informasi Akuntansi

a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan

Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Y= 2,228 + 0,384 X1 + 0,570 X2 + 0,304 X3+ e

Konstanta sebesar 2,228 menyatakan bahwa jika tidak ada peningkatan variabel Efektifitas
Penerapan Sistem Informasi Akuntansi, Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Kualitas
Sistem Informasi Akuntansi maka Kinerja Karyawan tetap sebesar 2,228 unit skor, sedangkan

3041
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

dengan melihat besarnya koefisien regresi bahwa variabel Penerapan Sistem Informasi
Akuntansi sebesar 0,384 (38,4%), Pemanfaatan Teknologi Informasi sebesar 0,570 (57%) dan
Kualitas Sistem Informasi Akuntansi sebesar 0,304 (30,4%) artinya setiap perubahan atau
peningkatan variabel Efektivitas Penerapan Sistem Informasi Akuntansi, Pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Kualitas Sistem Informasi Akuntansi sebesar 100% maka
mengakibatkan peningkatan pula pada variabel Kinerja Karyawan.

Koefisien Determinan

Tabel 4.12

Hasil Koefisien Determinan

3042
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Uji t

Pengaruh Efektivitas Penerapan Sistem Informasi Akuntansi, Pemanfaatan Teknologi Informasi


dan Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Kinerja Karyawan dapat dilihat dari nilai
koefisien determinasinya R Square sebesar 0,242 atau 24,2%. sedangkan sisanya sebesar 75,8%
berpengaruh dengan faktor lain yang tidak diteliti.

Uji t dikenal dengan uji parsial, yaitu untuk menguji bagaimana pengaruh masing-masing
variabel bebas secara sendir-sendir terhadap variabel terikat. Uji ini dilakukan dengan
mambandingkan thitung dan ttabel atau sig t dan α (0,05). Adapun kriteria pengujian uji t yaitu Ho
diterima jika Sig t ≥ 0,05 atau thitung < ttabel dan Ho ditolak jika Sig t < 0,05 atau thitung > ttabel.

Tabel 4.13 Hasil Uji t

Variabel X1

Berdasarkan data hasil uji statistik t pada tabel 4.13, diperoleh nilai sig t variabel Efektivitas
Penerapan Sistem Informasi Akuntansi sebesar 0,040 < α = 0,05 dan thitung

> ttabel (2,141 > 2,042), maka dapat dinyatakan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak.

Variabel X2

Berdasarkan data hasil uji statistik t pada tabel 4.13, diperoleh nilai sig t variabel Pemanfaatan
Teknologi Informasi sebesar 0,171 > α = 0,05 dan thitung > ttabel (1.402 < 2,042), maka dapat
dinyatakan bahwa H2 ditolak dan H0 diterima.

Variabel X3

3043
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Berdasarkan data hasil uji statistik t pada tabel 4.13, diperoleh nilai sig t variabel Kualitas Sistem
Informasi Akuntansi sebesar 0,044 < α = 0,05 dan thitung > ttabel (2.105

> 2,042), maka dapat dinyatakan bahwa H3 diterima dan H0 ditolak.

Uji F

Uji F dikenal dengan uji serentak, yaitu uji untuk melihat bagaimana pengaruh semua variabel
bebasnya secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikatnya atau untuk menguji
apakah model regresi yang kita buat baik/signifikan atau tidak baik/ non signifikan. Adapun
kriteria pengujian uji F yaitu Ho diterima jika Sig F ≥ 0,05 atau Fhitung < Ftabel dan Ho ditolak jika
Sig F < 0,05 atau Fhitung > Ftabel.

Tabel 4.14 Hasil Uji F

Berdasarkan tabel diatas hasil pengujian menunjukkan bahwa sig F sebesar 0,037

< 0,05 dan Fhitung sebesar 3,200 lebih besar dari Ftabel sebesar 2,88 (3,200 > 2,88) maka maka
dapat dinyatakan bahwa H4 diterima dan H0 ditolak.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, Efektivitas Penerapan Sistem Informasi Akuntansi berpengaruh terhadap
Kinerja Karyawan. Menurut Susanto (2013) efektivitas merupakan sebuah informasi yang secara lengkap
mendukung kebutuhan pemakai dalam proses bisnis dan tugas serta disajikan secara tepat waktu dan
mudah dimengerti oleh para penggunannya. Hubungan efektivitas penerapan sistem informasi akuntansi
terhadap kinerja karyawan adalah kemudahan pemakaian sistem informasi akuntansi yang sesuai dengan

3044
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

kemampuan dan tuntunan dalam tugasnya, akan memberikan dorongan untuk memanfaatkan sistem
informasi akuntansi sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan itu sendiri.

Berdasarkan hasil penelitian, Pemanfaatan Teknologi Informasi tidak berpengaruh terhadap Kinerja
Karyawan. Pemanfaatan teknologi informasi merupakan manfaat yang diharapkan oleh pengguna sistem
informasi dalam melaksanakan tugasnya (Haag dan Keen, dalam Kadir, 2013). Hal ini tidak dapat
dibuktikan karena karyawan tidak memanfaatkan teknologi informasi sesuai dengan kebutuhan dan tugas
mereka dengan baik sehingga tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

Berdasarkan hasil penelitian, Kualitas Sistem Informasi Akuntansi berpengaruh terhadap Kinerja
Karyawan. Menurut Susanto (2013) mendefinisikan kualitas sistem informasi akuntansi merupakan
integrasi semua unsur dan subunsur yang terkait dalam membentuk sistem informasi akuntansi untuk
menghasilkan informasi yang berkualitas. Sistem informasi yang berkualitas digunakan untuk
mengurangi ketidak pastian dalam pengambilan suatu keputusan dan mendorong aktivitas kerja yang
lebih baik. Artinya, apabila sistem informasi yang diterapkan di suatu perusahaan memiliki kualitas yang
baik maka para karyawan akan termotivasi untuk bekerja lebih baik pula sehingga hal tersebut berdampak
pada peningkatan kinerja karyawan itu sendiri.

KESIMPULAN DA SARAN Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian yang telah diolah dan dianalisis, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :

Terdapat pengaruh Efektivitas Penerapan Sistem Informasi Akuntansi terhadap Kinerja Karyawan pada
AJB Bumiputera 1912 Palembang.

Tidak ada pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi terhadap Kinerja Karyawan pada AJB Bumiputera
1912 Palembang.

Terdapat pengaruh Kualitas Sistem Informasi Akuntansi terhadap Kinerja Karyawan pada AJB
Bumiputera 1912 Palembang.

Terdapat pengaruh Efektivitas Penerapan Sistem Informasi Akuntansi, Pemanfaatan Teknologi Informasi
dan Kualitas Sistem Informasi Akuntansi secara simultan terhadap Kinerja Karyawan pada AJB
Bumiputera 1912 Palembang.

DAFTAR PUSTAKA

3045
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Astuti, N.M.M.P & Dharmadiaksa, Ida Bagus. 2014. “Pengaruh Efektivitas Penerapan Sistem
Informasi Akuntansi, Pemanfaatan dan Kesesuaian Tugas Pada Kinerja Karyawan”. E- Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana Vol. 9 No. 2.

Ardana, Drs. I Cenik & Lukman, Hendro. 2016. Sistem Informasi Akuntansi, Bogor: Mitra Wacana
Media.

Ashianti, Agnes & Fani, Albertus. 2013. “Pengaruh Kesesuain Tuga-Teknologi, Kepercayaan dan
Efektivitas Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Kinerja Individu Pada Pasar swalayan Di Kota
Tanggerang”. Jurnal Akuntansi Universitas Multimedia Nusantara Tanggerang Vol. 5 No. 2.

Asiyatun. 2012. “Pengaruh Kesesuaian Tugas-Teknologi, Keahlian Pengguna dan Pemanfaatan Teknologi
Informasi Terhadap Kinerja Karyawan Di BPD Jawa Tengah Kantor Cabang Surakarta”. Jurnal Skripsi
Fakultas Ekonomi Universitas Surakarta.

Bodnar, Geroge H. & Hopwood, William S. 2006. Sistem Informasi Akuntansi. Edisi 9, Jakarta: Salemba
Empat.

Diana, Anastasia & Setiawati, Lilis. 2011. Sistem Informasi Akuntansi, -Pengembangan- Pemrosesan-
Pelaporan, Edisi Pertama, Cetakan Pertama. Yogyakarta: Andi.

DeLone, W. H & McLean, Ephaim R. 2003. “Information Sistem Succes: The Quest for the Dependent
Variable”. Information System Reserch. Diakses 5 April 2019.

Dekeng, Setyo & Rahmawati, Desi Ari. 2015. “Pengaruh Kualitas Informasi dan Kualitas Sistem
Informasi Terhadap Kepuasan Serta Kinerja Karyawan”.Jurnal Bisnis dan Ekonomi Universitas PGRI
Yogyakarta Vol.6 No.1.

Kasandra, Ni Made Ayu & Juliarsa, Gede. 2016. “Pengaruh Kualitas Penerapan SIA,
Pemanfaatan dan Kepercayaan Teknologi Informasi Pada Kinerja Karyawan”. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana Vol. 14. No. 1.

Kassaydina, Valencia C & Wenny, Cherrya D. 2011. “Pengaruh Kualitas Sistem Informasi Akuntansi
Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Jaya Masawan Putra Sejahtera”. Jurnal Akuntansi STIE Multi Data
Palembang.

Kadir, Abdul & Triwahyuni, Terra CH. 2013. Pengenalan Teknologi Informasi. Yogyakarta: Andi.

Lukiman, Renaldy H. & Lestariando JB. Widodo. 2016. “Pengaruh Penerapan Sistem Informasi
Akuntansi, Pemanfaatan Sistem Informasi, Efektivitas Penggunaan Sistem Informasi Akuntansi,

3046
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Kepercayaan Atas Teknologi Sistem Informasi Akuntansi, dan Teknologi Informasi Terhadap
Kinerja Individu Karyawan ( Studi Pada Perusahaan Manufaktur Wilayah Tanggerang)”. Ultima
Accounting Universitas MultiMedia Vol. 8 No. 2.

Mangkunegara. 2017. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Cetakan 14. Bandung: Rosda.

Ocktotawwa, Aghni Tasya. 2015. “Pengaruh Efektivitas Sistem Informasi Akuntansi, Pemanfaatan,
Kesesuain Tugas dan Keahlian Pemakai Komputer Terhadap Kinerja Karyawan”. Jurnal Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Pasundan.

Pratiwi, Luh Putu Eka Agustina & Dharmadiaksa, Ida Bagus. 2018. “Pengaruh Pemanfaatan dan
Relevansi Teknologi Informasi Serta Efektivitas Sistem Informasi Pada Kinerja Karyawan”.E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol. 23 No. 1.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2013.
Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2014. Metode
Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2016. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Susanto, Azhar. 2013. Sistem Informasi Akuntansi, -Struktur-Pengendalian-Resiko-


Pengembangan.Edisi Perdana, Cetakan Pertama. Bandung: Lingga Jaya.

TMBooks, 2015. Sistem Informasi Akuntansi, Konsep dan Penerapan. Yogyakarta: Andi.

UU, No. 2 Tahun. 1991. “Tentang Pengertian Asuransi”.Diakses 7 Maret 2019, Dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Asuransi.

Widowati, Endah. 2004. “Pengukuran Konsep Efektivitas Sistem Informasi”. Universitas Gajah Mada
Yogyakarta.

3047
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM PADA


KOPERASI KREDIT SENTOSA PALEMBANG

Yohanes1 Andrian Noviardy 2

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bina Darma

Email : yohanesschrijvers244@gmail.com, andrian.noviardy@binadarma.ac.id

Abstrack

This research aims to determine the level of health in Sentosa is the credit cooperatives in
Palembang which is seen from the aspect of the capital and growth aspects, as well as
management aspects that are guided by the regulation of the Deputy Field of Ministry
supervision Cooperatives and UKM No.06/Dep.6/IV/2016. The research methods used are
qualitative descriptive methods with primary and secondary data. Primary data in the from of
questionnaire for research in management aspects while secondary data in the from of financial
financial statement data of Sentosa Palembang in 2016-2018. Data collection techniques are
conducted with the study of libraries, interviews and questionnaires. The results of the study
showed the health level research in Sentosa Palembang in 2016 the average final score 28.8
showing a fairly healthy predicate. In 2017 the average final score of 29.4 showed a fairly
healthy predicate. At 2018 the average final score of 30.0 shows a fairly healthy predicate.

Keyword : Sentosa Credit Cooperative, Cooperative Health Level

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesehatan koperasi kredit sentosa palembang
yang dilihat dari Aspek Permodalan, Aspek Kemandirian dan Pertumbuhan, serta Aspek
Manajemen yang berpedoman pada Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementrian Koperasi
dan UKM Nomor 06/Per/Dep.6/IV/2016. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
deskriptif kualitatif dengan data primer dan sekunder. Data Primer berupa isian kuesioner untuk
penilaian aspek manajemen sedangkan data sekunder berupa data laporan keuangan koperasi
kredit sentosa tahun Palembang 2016-2018. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi
pustaka, wawancara dan kuesioner. Hasil penelitian menunjukan penilaian tingkat kesehatan
koperasi kredit sentosa Palembang pada tahun 2016 skor akhir rata-rata sebesar 28.8 yang
menunjukkan predikat cukup sehat. Pada tahun 2017 skor akhir rata-rata sebesar 29.4 yang

3048
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

menunjukkan predikat cukup sehat. Pada tahun 2018 skor akhir rata-rata sebesar 30.0 yang
menunjukan predikat cukup sehat.

Kata Kunci : Koperasi Kredit Sentosa, Tingkat Kesehatan Koperasi

PENDAHULUAN

Koperasi mrerupakan suatu bentuk usaha satu-satunya yang termuat dalam Undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia Pasal 33 ayat 1 tahun 1945 yang berisi “Perekonomian
disusun sebagai usaha bersama atas kekeluargaan”. Ketentuan tersebut termuat sesuai dengan
prinsip Koperasi, oleh sebab itu koperasi memiliki peran nyata dalam menyusun perekonomian
yang terjadi berdasarkan asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi yang mengutamakan
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.

Koperasi bukan saja memiliki tujuan yang berorintasi untuk mencari keuntungan (non
profit oriented) melainkan berorientasi pada manfaat (benefit oriented), karena pada dasarnya
koperasi bertujuan untuk mensejahterakan para anggotanya. Sekalipun koperasi tidak
mengutamakan keuntungannya saja, akan tetapi koperasi juga harus memperoleh
penghasilan/pendapatan yang berguna untuk menstabilkan kelangsungan kegiatan
operasionalnya, sehingga akhir periode dapat menghasilkan sisa hasil usaha (SHU).

Dalam kemajuan Koperasi Kredit Sentosa Palembang diperlukan partisipasi dari para
anggotanya yang berupa aktif dalam membayar simpanan dan aktif juga dalam memanfaatkan
pelayanan yang disediakan oleh Koperasi Kredit Sentosa Palembang. Para anggota koperasi
memiliki keleluasan dalam pinjam yang disediakan Koperasi Kredit Sentosa Palembang
tergantung pada modal sendiri yang disetor, semakin besar modal sendiri maka semakin besar
pula pinjaman yang akan diberikan. Hal ini tentunya akan meningkatkan Sisa Hasil Usaha SHU
yang dapat diperoleh pihak Koperasi Kredit Sentosa Palembang.

Dalam tahun 2016 sampai 2018 sisa hasil usaha (SHU) Koperasi Kredit Sentosa
Palembang mengalami penurunan dan peningkatan, sehingga para anggota Koperasi Kredit
Sentosa Palembang selalu mempertanyakan bagaimana kestabilan kesehatan yang terjadi pada
Koperasi Kredit Sentosa Palembang. Pada penelitian ini Penulis melakukan penelitian yang akan
membahas kelanjutan tentang bagaimana tingkat kesehatan yang terjadi pada Koperasi Kredit
Sentosa Palembang periode 2016 sampai 2018.

3049
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Koperasi

Menurut UU Nomor 17 Tahun 2012 Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh
perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai
modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang
ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi. Berdasarkan pengertian
diatas, Peneliti dapat mendefinisikan bahwa koperasi adalah suatu usaha yang didirikan oleh
perseorangan atau badan hukum, yang berhimpun secara sukarela dalam memenuhi kebutuhan
anggotanya, kemudian koperasi juga dikendalikan secara demokratis yang bertujuan untuk
meningkatkan kestabilan ekonomi para anggotanya.

Aspek Permodalan

Modal adalah segala sesuatu baik berupa uang maupun keseluruhan barang-barang yang
masih ada dalam proses produksi dan digunakan untuk biaya usaha. Menurut Hendrojogi
(2014:23), permodalan yaitu suratu dana yang dimiliki dan dapat digunakan untuk menjalankan
usaha koperasi. Modal juga memiliki arti yang lebih ditekankan pada nilai, daya beli, dan
kekuasaan dalam menggunakan apa saja yang terkandung dalam barang modal.

Analisis yang akan dilakukan pada aspek permodalan memiliki kemampuan koperasi
dalam memanfaatkan apa yang terkandung dalam barang modal. Dalamm Aspek Permodalan
kita dapat menemukan hasil yang akan dinilai berdasarkan rasio modal sendiri terhadap total
asset, rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan berisiko, dan rasio kecukupan modal
sendiri.

Aspek Kemandirian dan Pertumbuhan

Menurut Bernadib (2011) Kemandirian perusahaan adalah sesuatu yang mencakup


perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi masalah, mempunyai rasa percaya diri, dapat
melakukan sesuatu sendiri tanpa menggantungkan diri terhadap orang lain. Artinya kemampuan
koperasi dalam bertindak secara mandiri sesuai dengan peran dan fungsi yang akan dilakukan
dalam kegiatan operasional, tanpa adanya tekanan-tekanan dari pihak manapun.

Penilaian terhadap kemandirian dan pertumbuhan dalam KUKM/Nomor.06


/Per/Dep.6/IV/2016 didasarkan pada 3 (tiga) rasio, yaitu rentabilitas aset, rentabilitas ekuitas, dan
kemandirian operasional.

3050
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Aspek Manajemen

Menurut James A.F.Stoner (2006) Manajemen adalah suatu perencanaan,


pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta
penggunaan semua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam perkoperasian, manajemen adalah suatu proses atau
perencanaan yang dilakukan oleh pengurus dalam menjalankan oprasionalnya untuk membangun
usaha bersama. Agar dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai koperasi harus memperhatikan
system manajemen yang baik, guna dapat menerapkan fungsi-fungsi manajemen.

Penilaian aspek manajemen koperasi simpan pinjam dalam


KUKM/No.06/Per/Dep.6/IV/2016 memiliki 5 komponen manajemen yaitu manajemen umum,
manajemen kelembagaan, manajemen permodalan, manajemen aktiva, dan manajemen
likuiditas.

METODELOGI PENELITIAN

Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah Koperasi Kredit Sentosa terletak di lingkungan umat
katolik dipemukiman padat lorong lintas Demang Lebar Daun Ilir Barat I Jalan Kamboja
No.1360 Palembang.

Sumber Data

Data sekunder adalah data yang berasal dari laporan pertanggungjawaban pengurus yang
disampaikan dalam Rapat Tahunan Anggota (RAT), khususnya laporan keuangan koperasi kredit
sentosa palembang dari tahun 2016 samapai 2018. Dalam data sekunder ini menggunakan teknik
pengumpulanya dengan cara dokumentasi.

Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2013:231) dokumen adalah catatan peristiwa yang
sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Metode dokumentasi dalam penelitian ini lebih menekankan pada pencarian fakta dan
pengumpulan data dalam bentuk arsip laporan keuangan pada Koperasi Kredit Sentosa
Palembang.

Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara yang seara tersetruktur
berpedoman pada Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Tahun 2016 yang digunakan
untuk mengetahui tingkat kesehatan pada Koperasi Kredit Sentosa Palembang.

3051
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2013:231) wawancara merupakan pertemuan dua


orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksiakan
makna dalam suatu topik tertentu.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif Kualitatif
dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Koperasi dan UKM No.06/Per/Dep.6/IV/2016.
Dalam melakukan penelitian KSP dan USP Koperasi maka terhadap aspek yang dinilai dibobot
penilaian sesuai dengan besarnya pengaruh terhadap kesehatan koperasi tersebut. Penilaian
terhadap ketiga aspek tersebut akan dilakukan dengan menggunakan nilai yang diperoleh antara
angka 0 samapai 40.

Tabel.1

Penetapan Predikat Tingkat Kesehatan KSP dan USP

Skor Predikat
30.00 ≤ x ≤ 40.00 Sehat
20.00 ≤ x ≤ 30.00 Cukup Sehat
10.00 ≤ x < 20.00 Dalam Pengawasan
< 10.00 Dalam Pengawasan Khusus
Sumber : KUKM/Nomor.06 /Per/Dep.6/IV/2016

Keterangan :

Pentetapan Predikat Koperasi berdasarkan skor yang di peroleh ditetapkan sebagai berikut :

Skor penilaian sama dengan 30 sampai 40, memperoleh predikat yang ditetapkan yaitu “Sehat”

Skor Penilaian sama dengan 20 sampai 30, memperoleh predikat yang ditetapkan yaitu “Cukup
Sehat”

Skor Penilaian sama dengan 10 Sampai 20, memperoleh predikat yang ditetapkan yaitu “Dalam
Pengawasan”

Skor Penilaian yang lebih kecil atau dibawah 19, memperoleh predikat “Dalam Pengawasan
Khusus”

3052
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

1.Aspek Permodalan

Rasio Modal Sendiri Terhadap Total Aset

Modal Sendiri X 100%

Total Aset

Rasio modal sendiri terhadap Total Asset Koperasi Kredit Sentosa pada tahun 2016-2018
diperoleh dari hasil perhitungan pada data keuangan koperasi, dimana dalam tiga tahun terakhir
rasio modal sendiri terhadap total aset mengalami peningkatan rasio, pada tahun 2016
memperoleh rasio sebesar 44,41%, pada tahun 2017 memperoleh rasio sebesar 45,12%, pada
tahun 2018 memperoleh rasio sebesar 47,24% peningkatan rasio modal sendiri terhadap total
asset ini dikarenakan modal sendiri atau nilai agunan peminjam telah menyeimbangkan dengan
total asset dari pinjaman yang dilakukan oleh peminjam. Untuk penskoran rasio modal sendiri
terhadap total asset bahwa pada tahun 2016 memperoleh skor sebesar 6.0, pada tahun 2017
memperoleh skor sebesar 6.0, pada tahun 2018 memperoleh skor sebesar 6.0 hal ini dikarenakan
menurut peraturan pemerintah KUKM No.06/Per/Dep/IV/2016 besarnya rasio yang diperoleh
pada perhitungan rasio dapat memperngaruhi skor yang akan dihasilkan pada penskoran rasio
ini, rasio yang diperoleh berada pada rentang 41%-60% yang berarti memperoleh skor sebesar
6.0.

Rasio Modal Sendiri Terhadap Pinjaman Yang Beresiko

Modal Sendiri X100%

Pinjaman Diberikan yang Berisiko

Rasio modal sendiri terhadap pinjaman beresiko Koperasi Kredit Sentosa pada tahun 2016-
2018 yang diperoleh dari hasil perhitungan pada data keuangan koperasi, dimana rasio modal
sendiri terhadap pinjaman diberikan berisko dalam setiap tahun nya mengalami peningkatan,
pada tahun 2016 memperoleh rasio sebesar 118,78%, pada tahun 2017 memperoleh rasio sebesar
132,88%, pada tahun 2018 memperoleh rasio sebesar 156,21%. peningkatan rasio ini terjadi
dikarenakan koperasi telah menyeimbangkan modal sendiri para anggotanya dengan pinjaman
diberikan yang beresiko sehingga dapat menjamin pinjaman yang dikeluarkan oleh pihak

3053
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

koperasi kepada peminjam, Untuk penskoran rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan
berisiko bahwa pada tahun 2016 memperoleh skor sebesar 6.0, pada tahun 2017 memperoleh
skor sebesar 6.0, pada tahun 2018 memperoleh skor sebesar 6.0. hal ini dikarenakan menurut
peraturan pemerintah KUKM No.06/Per/Dep.6/IV/2016 bahwa setiap besarnya rasio yang
diperoleh pada perhitungan rasio dapat mempengaruhi besarnya skor yang akan dihasilkan,
dalam hal ini skor yang peroleh pada tabel diatas dikarenakan rasio berada dalam rentang 91%-
100% dengan nilai maksimum dari rasio sebesar 100 sehingga memperoleh skor sebesar 6.0.

Rasio Kecukupan Modal Sendiri

Modal Sendiri Tertimbang X 100%

Aktiva Tertimbang Menurut Resiko

Rasio Kecukupan Modal Sendiri terhadap Koperasi Kredit Sentosa pada tahun 2016-2018
yang diperoleh dari hasil perhitungan pada data keuangan koperasi, dimana dalam tiga tahun
terakhir rasio kecukupan modal sendiri mengalami peningkatan dan penurunan rasio, pada tahun
2016 memperoleh rasio sebesar 88,83%, pada tahun 2017 memperoleh rasio sebesar 87,37%,
pada tahun 2018 memperoleh rasio sebesar 88,73%. Hal ini dikarenakan modal sendiri terhadap
ATMR mengalami kenaikan dan penurunan dalam menampung resiko kerugian yang
kemungkinan dihadapi oleh pihak koperasi, untuk penskoran rasio kecukupan modal sendiri
bahwa pada tahun 2016 memperoleh skor sebesar 3.0, pada tahun 2017 memperoleh skor sebesar
3.0, pada tahun 2018 memperoleh skor sebesar 3.0. hal ini terjadi dikarenakan menurut peraturan
pemerintah KUKM No.06/Per/Dep.6/IV/2016 bahwa setiap rasio yang diperoleh dapat
menghasilkan besarnya skor, pada tabel diatas bahwa rasio yang diperoleh melebihi 8% maka
skor yang diperoleh sebesar 3.0.

2.Aspek Kemandirian dan Pertumbuhan

Rasio Rentabilitas Aset

SHU Sebelum Pajak X100%

Total Aset

Rasio Rentabilitas Aset terhadap Koperasi Kredit Sentosa pada tahun 2016-2018 yang
diperoleh dari hasil perhitungan pada data keuangan koperasi, dimana dalam tiga tahun terakhir
rasio rentabilitas asset mengalami peningkatan yang minim, pada tahun 2016 memperoleh rasio
sebesar 0.04%, pada tahun 2017 memperoleh rasio sebesar 0,07%, pada tahun 2018 memperoleh

3054
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

rasio sebesar 0,17% peningkatan rasio yang minim ini terjadi dikarenakan SHU sebelum pajak
pada setiap tahun nya mengalami peningkatan, walaupun tidak menyeimbangkan terhadap total
asset yang dimiliki sehingga peningkatanya pun terjadi sangat minim. Untuk penskoran rasio
rentabilitas asset bahwa pada tahun 2016 memperoleh rasio 0,04%, pada tahun 2017 memperoleh
rasio 0,07%, pada tahun 2018 memperoleh rasio 0,17%. Hal ini dikarenakan menurut peraturan
pemerintah KUKM No.06/Per/Dep.6/IV/2016 bahwa setiap rasio yang dihasilkan dapat
menentukan skor yang akan diperoleh, dalam skor yang diperoleh pada tabel diatas bahwa rasio
yang kurang dari 5% memperoleh skor sebesar 0,75.

Rasio Rentabilitas Modal Sendiri

SHU Bagian Anggota X 100%

Total Modal Sendiri

Rasio Rentabilitas Modal Sendiri terhadap Koperasi Kredit Sentosa pada tahun 2016-2018
yang diperoleh dari hasil perhitungan pada data keuangan koperasi, dimana dalam tiga tahun
terakhir rasio rentabilitas modal sendiri mengalami peningkatan dan penurunan, pada tahun 2016
memperoleh rasio sebesar 0.09%, pada tahun 2017 memperoleh rasio sebesar 0,07%, pada tahun
2018 memperoleh rasio sebesar 0,18%. Hal ini terjadi dikarenakan pada SHU bagian anggota
yang diperoleh tidak sesuai dengan modal sendiri yang ada. Untuk SHU bagian anggota ini
diperoleh dari 50% dari SHU sebelum pajak. Untuk penskoran rasio rentabilitas modal sendiri
bahwa pada tahun 2016 memperoleh rasio 0,09%, pada tahun 2017 memperoleh rasio 0,07%,
pada tahun 2018 memperoleh rasio 0,17%, menurut peraturan pemerintah KUKM
No.06/Per/Dep.6/IV/2016 skor diperoleh dari besarnya rasio yang telah diperoleh, dalam
penskoran pada tabel diatas bahwa rasio yang diperoleh kurang dari 3% maka memperoleh skor
sebesar 0,75.

Rasio Kemandirian Operasional Pelayanan

Partisipasi Netto X 100%

Beban Usaha + Beban Koperasi

Rasio Kemandirian Operasional Pelayanan terhadap Koperasi Kredit Sentosa pada tahun 2016-
2018 yang diperoleh dari hasil perhitungan pada data keuangan koperasi, dimana dalam tiga
tahun terakhir rasio kemandirian operasional pelayanan mengalami peningkatan dan penurunan,
pada tahun 2016 memperoleh rasio sebesar 43,99%, pada tahun 2017 memperoleh rasio sebesar
38,46%, pada tahun 2018 memperoleh rasio sebesar 59,10%, hal ini dikarenakan partisipasi netto

3055
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

yang dimiliki lebih rendah dari pada bebanyang dikeluarkan koperasi. Untuk partisipasi netto ini
diperoleh dari jumlah partisipasi bruto dikurangi dengan jumlah biaya atas modal sedangkan
beban usaha meliputi biaya modal, biaya personalia, dan biaya adm&umum yang ditambahkan
beban koperasi yaitu biaya organisasi. Untuk penskoran rasio kemandirian operasional pelayanan
bahwa pada tahun 2016 memperoleh rasio 43,99%, pada tahun 2017 memperoleh rasio 38,46%,
pada tahun 2018 memperoleh rasio 59,10%, Menurut peraturah pemerintah KUKM
No.06/Per/Dep.6/IV/2016 skor tersebut dihasilkan dari besarnya rasio yang telah diperoleh,
untuk ketentuan yang telah ditetapkan bahwa rasio yang diperoleh kurang dari 100% maka
memperoleh skor 0.

3. Aspek Manajemen

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan pada Aspek Manajemen memperoleh hasil, dan
kemudian dilakukan penskoran sebagai berikut :

Manajemen Umum

Untuk penskoran manajemen umum bahwa dalam tiga tahun terakhir aspek manajemen umum
memperoleh 12 jumlah jawaban “ya” dari 12 pertanyaan pada setiap tahun nya, sehingga untuk
skor manajemen umum memperoleh skor 3.0 disetiap tahun nya. Penskoran ini ditetapkan
berdasarkan peraturan pemerintah KUKM No.06/Per/Dep.6/IV/2016.

Manajemen Kelembagaan

Untuk penskoran manajemen kelembagaan bahwa dalam tiga tahun terakhir aspek manajemen
kelembagaan memperoleh 6 jumlah jawaban “ya” dari 6 pertanyaan pada setiap tahun nya,
sehingga untuk skor manajemen kelembagaan memperoleh skor 3.0 disetiap tahun nya.
Penskoran ini ditetapkan berdasarkan peraturan pemerintah KUKM No.06/Per/Dep.6/IV/2016.

Manajemen Permodalan

Untuk penskoran manajemen permodalan dalam tahun 2016 memperoleh jumlah jawaban “ya”
sebanyak 2 dari 5 pertanyaan dan memperoleh skor 1,2, pada tahun 2017 memperoleh jawaban
“ya” sebanyak 3 dari 5 pertanyaan dan memperoleh skor 1,8, sedangkan pada tahun 2018
memperoleh jawaban “ya” 4 dari 5 pertanyaan dan memperoleh skor 2,4. Penskoran ini
ditetapkan berdasarkan peraturan pemerintah KUKM No.06/Per/Dep.6/IV/2016.

Manajemen Aktiva

3056
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Untuk penskoran manajemen aktiva bahwa dalam tiga tahun terakhir aspek manajemen aktiva
memperoleh 7 jumlah jawaban “ya” dari 10 pertanyaan pada setiap tahun nya, sehingga untuk
manajemen aktiva memperoleh skor 2.1 disetiap tahun nya. Penskoran ini ditetapkan
berdasarkan peraturan pemerintah KUKM No.06/Per/Dep.6/IV/2016.

Manajemen Likuiditas

Untuk penskoran manajemen likuiditas bahwa dalam tiga tahun terakhir aspek manajemen
likuiditas memperoleh 5 jumlah jawaban “ya” dari 5 pertanyaan pada setiap tahun nya, sehingga
untuk skor manajemen likuiditas memperoleh skor 3.0 disetiap tahun nya. Penskoran ini
ditetapkan berdasarkan peraturan pemerintah KUKM No.06/Per/Dep.6/IV/2016.

Penetapan Kesehatan Koperasi Kredit Sentosa Palembang

Dari ketiga aspek yang dinilai dalam penilaian kesehatan koperasi Kredit Sentosa yaitu aspek
permodalan, aspek kemandirian dan pertumbuhan, serta aspek manajemen. Selanjutnya dari skor
masing-masing aspek kemudian diakumulasikan untuk menentukan kriteria kesehatan koperasi
simpan pinjam. Penilaian skor untuk menetapkan kesehatan Koperasi Kredi Sentosa tahun 2016-
2018 akan ditampilkan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel .2

Rangkuman Penilaian Kesehatan Koperasi

Kredit Sentosa Tahun 2016-2018

Tahun Rata-
No Aspek yang Dinilai
2016 2017 2018 Rata
1 Permodalan 15.0 15.0 15.0 15.0
a. RasioModal Sendiri 6.0 6.0 6.0 6.0
Terhadap Total Aset
b. Rasio Modal Sendiri 6.0 6.0 6.0 6.0
Terhadap Pinjaman Diberikan
yang beresiko
c. Rasio Kecukupan Modal 3.0 3.0 3.0 3.0
Sendiri
2 Kemandirian dan Pertumbuhan 1.5 1.5 1.5 1.5
a. Rasio Rentabilitas Aset 0.75 0.75 0.75 0.75
b. Rasio Rentabilitas Modal 0.75 0.75 0.75 0.75
Sendiri
c. Rasio Kemandirian 0 0 0 -
Operasional Pelayanan

3057
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

3 Manajemen 12.3 12.9 13.5 12.9


a. Manajemen Umum 3.0 3.0 3.0 3.0
b. Manajemen Kelembagaan 3.0 3.0 3.0 3.0
c. Manajemen Permodalan 1.2 1.8 2.4 1.8
d. Manajemen Aktiva 2.1 2.1 2.1 2.1
e. Manajemen Likuiditas 3.0 3.0 3.0 3.0
Skor Akhir 28.8 29.4 30.0 29.4
Cukup Cukup Cukup Cukup
Predikat Tingkat Kesehatan Koperasi
Sehat Sehat Sehat Sehat
Sumber : Data dioah penuis (2019)

Berdasarkan tabel 2 diatas yaitu rangkuman penilaian atau penskoran tingkat kesehatan
Koperasi Kredit Sentosa Palembang periode 2016-2018 yang meliputi tiga aspek diantara nya
aspek permodalan, aspek kemandirian dan pertumbuhan, dan aspek manajemen bahwa dalam
tiga tahun berturut-turut memperoleh tingkat kesehatan dengan predikat yang sama yaitu
“CUKUP SEHAT” pada tahun 2016 memperoleh skor 28.8, pada tahun 2017 memperoleh skor
29.4, pada tahun 2018 memperoleh skor 30.0.

KESIMPULAN

1.Berdasarkan perhitungan aspek permodalan pada Koperasi Kredit Sentosa bahwa rasio modal
sendiri terhadap total aset, rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan beresiko, rasio
kecukupan modal sendiri memperoleh kualitas yang baik karena koperasi telah menyeimbangkan
modal sendiri terhadap total aset koperasi sehingga dapat meminimalisirkan kerugian yang akan
terjadi dikemudian hari seperti hutang tak tertagih atau belum tertagih yang nantinya akan
diputar kembali menjadi modal sendiri.

2. Berdasarkan perhitungan aspek kemandirian dan pertumbuhan bahwa rasio rentabilitas aset,
rasio rentabilitas modal sendiri, rasio kemandirian operasional pelayanan memperoleh kualitas
yang tidak baik hal ini dikarenakan SHU yang diperoleh tidak sesuai dengan modal dan aset
yang telah dimiliki para anggotanya.

3. Berdasarkan perhitungan aspek manajemen bahwa kualitas yang dimiliki pada aspek ini
memiliki kualitas cukup baik, hal ini dikarenakan pada aspek manajemen umum, manajemen
kelembagaan, dan manajemen likuiditas telah memenuhi semua ketentuan yang telah ditetapkan
pada peraturan pemerintah KUKM.

DAFTAR PUSTAKA

3058
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Bernadib, (2011). Hubungan Kemandirian dengan Prestasi belajar Ips pada Siswa kelas 5
sdn2 Banyumas pringsewu. Skripsi. Diakses melalui: http://digilib.unila.ac.id

Brigham dan Houton. (2009). Pertumbuhan menurut para ahli.Diakses melalui:


http://cirebonskripsiblogspot.com

Esterberg. (2013). Pengertian-pengertian menurut Sugiyono. Diakses melalui:


http://rayend.blogspot.com

Hendar S.E.,M.Si. (2010). Manajemen Perusahaan Koperasi. Semarang;Penerbit Erlangga

Hendrojogi. (2014). Unit Simpan Pinjam Koperasi. Jurnal. Hal.13 Diakses melalui:
http://eprints.mercubuana-yogya.ac.id

Indriawato, Nurita; Agung winarno, dan Trisetia Wijiyanti. (2017). Tingkat Kesehatan Koperasi
Simpan Pinjam dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jurnal. FE Universitas Negeri Malang

Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia Nomor
06/Per/Dep.6/IV/2016 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit
Pinjam Koperasi

Peraturan Menteri Negara Koperasi dan KUKM Nomor 21/Per/M.KUKM/IX/2008 tentang


Pedoman Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi

Stoner, James A F. (2006). Pengertian Manajemen menurut para ahli terlengkap. Diakses
melalui: http://seputarilmu.com

Sudaryanti, Dedeh Sri dan Nana Sahroni. (2015). Analisis Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam
berdasarkan Aspek Permodalan, Manajemen, Likuiditas, Serta Kemandirian dan
Pertumbuhan. Jurnal. FE Universitas Siliwangi

Sudrajat, Muhamad Agus. (2018). Analisis Tingkat Kesehatan Koperasi Simpan Wanita di Kota
Madiun. Jurnal. FE Universitas PGRI Madiun

Tyas, Rohmaning. (2014). Analisis Tingkat Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam Bina Usaha
Kelurahan Muktisari Kota Banjar Jawa Barat 2011-2013. Skripsi. FE universitas UNY

Undang-undang Repiblik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 tentang Pengkoperasian.

3059
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

ANALISIS PENERAPAN SAK EMKM PADA BATIQ COLET PENGRAJIN


KAIN JUMPUTAN PALEMBANG

Yunita, Septiani Fransisca

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bina Darma

Email : yuniyuni048@gmail.com,Septiani.fransisca@binadarma.ac.id

Micro, small and medium enterprises are an important part of a country's or regional economy.
This important role has encouraged many countries, including Indonesia, to continue working to
develop MSMEs. Even though it is small in the scale of the number of workers, assets and
turnover, but because the number is quite large, the role of MSME is quite important in
supporting the economy, especially in the city of Palembang. This requires Batiq Colet to present
an accurate and trustworthy report that should be in accordance with SAK EMKM. The purpose
of this study was to determine how the presentation of Batiq Colet's financial statements based
on SAK EMK. The data analysis technique in this study is a qualitative descriptive technique
with data collection techniques conducted by researchers through interviews and documentation.
The results of research conducted by researchers show that Batiq Colet Palembang has not
presented financial reports based on SAK EMKM because Batiq Colet Palembang only records
cash only in its financial statements. Whereas based on SAK EMKM there should be 3 (three)
financial statements, namely: statement of financial position, income statement, and notes to the
financial statements.

PENDAHULUAN

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Usaha Mikro adalah kegiatan yang sering
dikerjakan warga masyarakat di Indonesia. UMKM sangat banyak membantu warga dalam
terjadinya lapangan kerja bagi warga Palembang. ciri-ciri UMKM antara lain dilakukan sendiri
manajemennya, modal terbatas yang disediakan sendiri, daerah pemasarannya lokal atau warga
sekitar saja aset kecil seperti rumahan, dan jumlah karyawan yang di pekerjakan terbatas saja.
Pelaporan UMKM pada umumnya mencatat kas barang masuk dan keluar saja, jumlah dagangan

3060
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

yang dibeli dan dijual, jumlah piutang dan hutang, tidak mengunakan SAK yang ada, ini belum
termasuk kriteria keuangan yang sebenarnya. Batiq Colet belum menyajikan laporan keuangan
berdasarkan SAK EMKM. Batiq Colet hanya mencatan pemasukan kas secara sederhana dan
manual. Sehingga belum sesuai dengan SAK EMKM yang terdiri dari 3 (tiga) jenis laporan
keuangan yaitu laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, dan catatan atas laporan keuangan.

Batiq Colet berdiri pada tahun 2014 di Kota Palembang. Batiq colet memproduksi berbagai
macam motif kain, antara lain motif bintik tujuh, janur kembang, bintik lima, Sembilan bintik,
terong unggu, lima bintang, dan bintik-bintik hitam. Tidak hanya menjual kain jumputan batiq
colet juga menjual berbagai macam produk seperti baju, selendang, hijab dan mukenah. Batiq
Colet membantu menumbuhkan perekonomian masyarakat dan menyediakan lapangan pekerjaan
untuk masyarakat sekitar.

Adapun kendala yang dihadapi Batiq Colet yang perlu dikaji diantaranya : kurangnya
kemampuan Batiq Colet dalam jenjang pendidikan dan kurangnya pengalaman dalam bidang
akuntansi, Batiq Colet belum menerapkan SAK EMKM dalam penyajian laporan keuangannya.

TINJAUAN PUSTAKA

Landasan Teori

Grand Theory adalah panduan yang dilakukan dalam memperoleh arah yang tepat dalam
melakukan penelitian ilmiah, sehingga dalam mangkaji pustaka yang ada akan mendapatkan
teoritikal dasar dan empirik yang kuat untuk menyusun hipotesis dan pengembangan model
penelitian yang diinginkan.

Grand Theory yang digunakan oleh penelitian untuk Batiq Colet Palembang adalah teori agensi.
Teori yang pertama kali dipopulerkan oleh Meckling (1976). Meckling mendefinisikan
hubungan antara keagenan sebagai sebuah kontrak dimana satu atau lebih menyewa orang lain
untuk melakukan jasa bagi kepentingan mereka dengan mendelegasikan beberapa wewenang
pembuatan keputusan kepada agen.

Tujuan laporan keuangan

Tujuan laporan keuangan IAI (2018), adalah untuk menyediakan informasi posisi keuangan dan
keuangan kinerja kepada pemilik agar bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta laporan
keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi tersebut.

3061
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Penyajian dalam laporan kuangan

Penyajian dalam laporan keuangan IAI (2018), adalah penyajian yang dilakukan secara wajar
atau terang-terangan tanpa manipulasi data dengan penyajian jujur terhadap pengaruh transaksi,
kondisi serta peristiwa lain yang harus dengan definisi dan kriteria pengakuan terhadap aset,
liabilitas dan juga beban.

METODOLOGI PENELITIAN

Objek penelitian dalam penelitian ini dilakukan pada Batiq Colet kain jumputan Palembang, di
Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan
data sekunder. Data ini digunakan oleh peneliti untuk menganalisis data, dan mengevaluasi data
yang digunakan. Dalam penelitian ini berhubungan dengan penerapan SAK EMKM pada Batiq
Colet kain jumputan Palembang.

Data diperoleh secara langsung dari obyek yaitu Batiq Colet Palembang dengan teknik-teknik
antara lain : Data primer pada penelitian ini diperoleh langsung dari Batiq Colet di Kota
Palembang, melalui wawancara, observasi dan dokumentasi, sedangkan data sekunder pada
penelitian ini berupa laporan penerimaan kas pada Batiq Colet.

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap Batiq Colet pengumpulan data dilakukan
dengan beberapa cara yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi, dengan cara sebagai berikut:
Wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab secara langsung dengan pemilik Batiq Colet
guna untuk mendapatkan data untuk keterangan yang menunjang analisis dalam penelitian,
Observasi dimana peneliti melakukan atau mengadakan pengamatan secara langsung pada Batiq
Colet terhadap penyajian laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM, dan Dokumentasi dimana
dalam penelitian ini dokumen yang digunakan peneliti adalah laporan penerimaan kas Batiq
Colet di Kota Palembang Sumsel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Adapun laporan keuangan yang dibuat oleh Batiq colet berupa laporan pemasukan kas yang
sederhana. Sehinga diperlukan adanya penerapan SAK EMKM pada laporan keuangan yang
terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan laba rugi dan catatan atas laporan keuangan sebagai
berikut :

Laporan posisi keuangan

3062
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Penyajian laporan posisi keuangan menurut rekomendasi peneliti per 31Oktober-31 Desember
2018 berdasarkan SAK EMKM yaitu sebagai berikut :

Laporan posisi keuangan Batiq Colet


Per 31 Oktober-31 Desember 2018
Berdasarkan SAK EMKM
Aset Liabilitas &ekuitas
Pos Jumlah Pos Jumlah
(Rp) (Rp)
1.1 Aset Lancar 2.1 Kewajiban Jangka Pendek
1.1 Kas 12.248.000 2.1.1 Hutang Modal 0
1.2 Persediaan Barang 8.440.000 Jumlah Kewajiban JangkaPendek 0
Jumlah Aset Lancar 21.688.000
2.2 Kewajiban Jangka Panjang
2.1 Aset Tetap 2.2.1 Hutang Bank 0
2.2 Bangunan 130.000.000 Jumlah Kewajiban Jangka panjang 0
2.3 Nilai Awal 7.410.000
Inventaris 137.410.000 3.1 Ekuitas
Jumlah Aset Tetap 3.1.1 Modal 50.000.000
Lapo 3.1.2 Laba 109.098.000
ran per 31Oktober-31Desember
Posis 2018
i
Keua
Jumlah Aset 159.098.000 Jumlah Liabilitas & Ekuitas 159.098.000
ngan

Penyajian laporan posisi keuangan menurut rekomendasi peneliti per31Januari-31 Maret 2019
berdasarkan SAK EMKM yaitu sebagai berikut :

Laporan Posisi Keuangan Batiq Colet


Per 31 Januari-31 Maret 2019
Berdasarkan SAK EMKM
Aset Liabilitas &ekuitas
Pos Jumlah Pos Jumlah
(Rp) (Rp)

3063
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

1.1 Aset Lancar 2.1 Kewajiban Jangka Pendek 0


1.1 Kas 12.248.000 2.1.1 Hutang Modal 0
1.2 Persediaan Barang 44.000.000 Jumlah Kewajiban JangkaPendek
Jumlah Aset Lancar 56.248.000 0
2.2 Kewajiban Jangka Panjang 0
2.1 Aset Tetap 2.2.1 Hutang Bank
2.2 Bangunan 130.000.000 Jumlah Kewajiban Jangka panjang
2.3 Inventaris 25.000.000
2.4 Ruko 17.300.000 3.1 Ekuitas
Jumlah Aset Tetap 172.300.000 3.1.1 Modal 50.000.000
3.1.2 Laba Per 228.173.000
31Oktober-31Desember
2018
Jumlah Aset 278.173.000 Jumlah Liabilitas & Ekuitas 278.173.000

Laporan Laba Rugi

Berikut laporan laba rugi Batiq Colet per 31 Oktober- 31 Desember 2018 yang di sajikan sebagai
rekomendasi dari peneliti berdasarkan SAK EMKM sebagai berikut :

Laporan Laba Rugi Batiq Colet Per 31 Oktober-31


Desember 2018
Dalam (Rp)
Pendapatan Penjualan 170.408.000
Beban Pokok Produksi 43.530.000
Laba Bruto 126.878.000

Beban
Biaya Gaji 15.300.000
Biaya listrik 1.500.000
Biaya Air 600.000
Biaya Kantong Plastik 80.000
Biaya Pajak 0
Jumlah Beban 17.780.000

Laba Neto 109.098.000

3064
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Laporan Laba Rugi

Berikut laporan laba rugi Batiq Colet per 31 Januari-31 Maret 2019 yang di sajikan sebagai
rekomendasi dari peneliti berdasarkan SAK EMKM sebagai berikut :

Laporan Laba Rugi Batiq Colet Per 31 Januari- 31


Desember 2019
Dalam (Rp)

Pendapatan Penjualan 289.483.000


Beban Pokok Produksi 43.530.000
Laba Bruto 245.953.000

Beban 15.300.000
Biaya Gaji 1.500.000
Biaya listrik 600.000
Biaya Air 80.000
Biaya Kantong Plastik 0
Biaya Pajak 17.780.000
Jumlah Beban

Laba Neto 228.173.000

Penjabaran diatas menjelaskan mengenai rekomendasi penyajian SAK EMKM pada Batiq Colet
Palembang yang dibuat oleh peneliti, dimana peneliti menyajikan 3 jenis laporan keuangan
diantaranya yaitu 3 terdapat tiga jenis : laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, dan catatan
atas laporan keuangan. Batiq Colet Palembang hanya mencatat kas masuk saja di laporan
keuangannya belum ada pemisah antara beban dan pendapatan. Untuk hasil laporan posisi
keuangan Batiq Colet Palembang tahun 2018 yaitu sebesar Rp159.098.000 dan pada tahun 2019
yaitu sebesar Rp278.173.000.

3065
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Laporan laba rugi tidak disajikan sebelumnya oleh Batiq Colet Palembang maka peneliti
merekomendasikan dan menyajikan laporan laba rugi untuk Batiq Colet Palembang. Laporan
laba rugi yang direkomendasikan oleh peneliti laba neto yang diperoleh paada tahun 2018
sebesar Rp109.098.000 dan untuk tahun 2019 mengalami kenaikan laba neto yaitu sebesar
Rp228.173.000.

Catatan atas laporan keuangan tidak disajikan sebelumnya oleh Batiq Colet Palembang maka
peneliti merekomendasikan dan menyajikan catatan atas laporan keuangan untuk Batiq Colet
Palembang tidak disajikan sebelumnya oleh Batiq Colet Palembang maka peneliti
merekomendasikan dan menyajikan catatan atas laporan keuangan untuk Batiq Colet Palembang.
Catatan atas laporan keuangan yang disajikan oleh peneliti berupa penjabaran dan penjelasan
setiap akun-akun yang ada pada laporan keuangan yang telah disajikan oleh peneliti berdasarkan
SAK EMKM. Catatan atas laporan keuangan yang disajikan oleh peneliti menjelaskan secara
rinci dari mana dan untuk apa nilai dari setiap akun pada laporan keuangan Batiq Colet
Palembang diperoleh. Hal ini dapat mempermudah bagi Batiq Colet Palembang untuk
mengetahui secara rinci setiap akun yang ada pada laporan keuangan yang disajikan oleh Batiq
Colet Palembang.

SIMPULAN

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat peneliti simpulkan dari penelitian ini adalah Batiq Colet belum
menyajikan laporan keuangan sesuai dengan SAK EMKM. Hal ini disebabkan oleh berbagai
faktor diantaranya dilatarbelakangi kurangnya pendidikan yang sangat kurang, tidak adanya
niatan dari pemilik Batiq Colet untuk mengikuti pelatihan tentang akuntansi, serta tidak adanya
kemaun dari pemilik batiq Colet dalam kebutuhan akuntansi. Batiq Colet hanya mencatat kas
masuk dalam laporan keuangannya sehinga belum sesuai dengan SAK EMKM yang terdiri dari
3 jenis penyajian laporan keuangaan yaitu laporan posisi keuanga, laporan laba rugi, dan catatan
atas laporan keuangan. Rekomendasi yang dibuat oleh peneliti menyajikan kembali laporan
keuangan Batiq Colet Palembang berdasarkan SAK EMKM.

SARAN

Saran dari peneliti dalam penelitian ini yaitu menyarankan agar Batiq Colet terus meningkatkan
kemampuan dan pemahaman terhadap bidang keuangan dan akuntansi dengan mengikuti latihan

3066
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

tentang laaporan keuangan berbasis SAK EMKM guna meningkatkan kualitas Batiq Colet
Palembang agar terus dapat bersaing dengan unit usaha lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Amani, Tatik 2018. Penerapan SAK EMKM Sebagai Dasar Penyusunan Laporan Keuangan
UMKM Di UD Putri Soleha Probolinggo. jurnal ilmiah ilmu akuntansi, keuaangan dan
pajak.2(2):2598-2885.

Djuwito dkk. 2017. Penerapan Penyusunan Laporan Keuangan Pada Usaha Kecil Menengah
Berdasarkan SAK EMKM Di Surabaya.

Putra. 2018. Pemetaan Penerapan Standar Akuntaansi Keuangan EMKM Pada MKM Di Kota
Tangerang Selatan.komunikasi ilmiah akuntansi dan perpajakan.11(2)2086-7629.

Rachmanti. 2019. Analisis Penyusunan Laporan Keuangan UMKM Batik Jumputan Dahlia
Berdasrkan SAK EMKM.jurnal balance.xvi(1)31-52.

Rangga, Efrizal. 2018 Mengenal kain Jumputan dan Kain Jupri, Busana Khas Palembang yang
Sedang Digandrungi Gandrungi Kaum Milenial. (online). Tersedia :
(http://palembang.tribunnews.com).

Sanusi, Anwar. 2016. Metodologi Penelitian Bisnis Jakarta:Selemba Empat.

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM.

3067
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

ANALISISPOTENSI RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DALAM


MENINGKATKAN PENERIMAAN RETRIBUSI DI KOTA PALEMBANG

Zulkarnain

Universitas Bina Darma

Email :zulkarnain890@gmail.com

Dr. Fitriasuri, S.E.,Ak.,M.M.

Universitas Bina Darma

Email :fitriasuri@binadarma.ac.id

Abstrack

This study aims to determine the potential for parking levies on the edge of public roads owned
by the City of Palembang and to find out what factors are causing the achievement of the target
of parking charges on the side of public roads in the city of Palembang. This type of research in
this research is descriptive. The population in this study is the protocol section which is levied on
parking fees on the edge of public roads in the city of Palembang amounting to 330 parking
points and in determining the sample using Proportionate Stratified Random Sampling
techniques with an error rate of 10%. The data used are primary data and secondary data.Data
collection techniques used in this study were interviews and documentation.Data analysis
methods used in this study are qualitative and quantitative analysis. Data analysis technique
used to calculate the potential of parking charges on the edge of public roads is to calculate the
average of the vehicles parked and multiplied by the applicable rate. The results showed that the
city of Palembang has a very large parking fee potential seen from the calculation of the
potential that took a sample of 149 parking points out of a total population of 330 parking points
of Rp. 8,905,320,000. Constraints and problems faced are the determination of targets that have
not been realistic, the development of parking attendants has not yet reached the aspects of
regulation, control, education, and training.

Keywords: Potential, Parking Retribution, Retribution Receipt.

Abstrak

3068
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar potensi retribusi parkir di tepi jalan umum yang
dimiliki Kota Palembang dan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan tidak
tercapainya target retribusi parkir di tepi jalan umum di Kota Palembang. Jenis penelitian dalam
penelitian ini adalah deskriptif.Populasi dalam penelitian ini yaitu ruas protokol yang dikenakan
pungutan retribusi parkir di tepi jalan umum di Kota Palembang yang berjumlah 330 titik parkir
dan dalam menentukan sampel menggunakan teknik pengambilan sampel Proportionate
Stratified Random Sampling dengan taraf kesalahan 10%. Data yang digunakan adalah data
primer dan data sekunder.Teknik Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara dan dokumentasi.Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis kualitatif dan kuantitatif. Teknik analisis data yang digunakan untuk menghitung potensi
retribusi parkir di tepi jalan umum adalah dengan cara menghitung rata-rata kendaraan yang
parkir dan dikalikan dengan tarif yang berlaku. Hasil penelitian menunjukan bahwa Kota
Palembang memiliki potensi retribusi parkir yang sangat besar dilihat dari perhitungan potensi
yang mengambil sampel berjumlah 149 titik parkir dari jumlah populasi 330 titik parkirsebesar
Rp. 8.905.320.000. Kendala dan permasalahan yang di hadapi adalah Penentuan target yang
belum realistis, pembinaan Juru Parkirbelum mencapai aspek pengaturan, pengendalian,
pendidikan, dan pelatihan.

Kata Kunci: Potensi, Retribusi Parkir, Penerimaan Retribusi.

PENDAHULUAN

Retribusi parkir merupakan retribusi jasaumum yang merupakan bagian dari masyarakat yang
berkaitan dengan fasilitas pelayanan penyediaan di bidang lahan parkir yang baik yang tidak
mengganggu pengguna jalan lainnya. Menyadari pentingnya retribusi parkir maka pemerintah
Kota Palembang telah mempunyai kerangka dengan ditetapkannya peraturan retribusi
daerah.Ditetapkannya retribusi daerah tersebut merupakan langkah nyata bagi pemerintah untuk
menghimpun potensi dalam negeri sebagai sumber penerimaan daerah untuk memasukan uang
sebanyak-banyaknya ke Kas Negara sebagai sumber pembiayaan pembangunan.

Menurut Mahmudi (2009: 48) Potensi adalah sesuatu yang sebenarnya sudah ada, hanya belum
didapat atau diperoleh ditangan. Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata potensi
artinya adalahsesuatu kemampuan yang masih bisa dikembangkan lebih lanjut.

Kota Palembang merupakan salah satu kota besar yang berkembang pesat di Pulau Sumatera,
dengan kegiatan perekonomian serta perdagangan dan jasa lainnya, serta dukungan sarana dan

3069
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

prasarana serta fasilitas kota yang memadai seperti Perhotelan, Bandara Sultan Mahmud
Badarudin II, Lintas Rel Terpadu (LRT), Stasiun Kereta Api Kertapati, Dermaga Boom Baru,
Terminal Bus dan pusat-pusat perbelanjaan antara lain International Plaza (IP), Palembang Indah
Mall (PIM), Palembang Square (PS), Palembang Trade Centre (PTC), Palembang Icon (PI), OPI
Mall, Transmart, serta banyaknya pasar-pasar Tradisional yang ada di Kota Palembang seperti
Pasar 16 Ilir, Pasar Induk Jakabaring,Pasar Cinde, Pasar Sekanak, Pasar Lemabang, Pasar 26 Ilir,
Pasar Tradisional Km 5 dan masih banyak lagi, yang menjadikan Kota Palembang sebagai Kota
Metropolitan yang mandiri dan berkualitas. Dengan banyaknya sarana dan prasarana yang ada di
Kota Palembang tentunya ini juga bisa menjadi sumber-sumber pendapatan daerah yang dapat
digunakan untuk pembangunan di Kota Palembang.Salah satunya adalah pendapatan daerah
melalui Retribusi Parkir yang efektif.

Kontribusi Retribusi Parkir pada tahun 2012-2018 dalam pendapatan daerah di Kota Palembang
belum teroptimalisasi secara maksimal. Hal ini dapat dilihat dari data berikut:

Tabel 1

Target dan Realisasi Retribusi Parkir Ditepi Jalan Umum di Kota Palembang Tahun 2012 – 2018

Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) Pencapaian (%)


2012 11.555.000.000 5.723.811.192 49,56%
2013 6.297.000.000 5.253.836.863 83,43%
2014 7.241.550.000 6.322.212.321 87,30%
2015 7.241.550.000 6.713.224.000 92,70%
2016 12.191.000.000 6.906.283.500 56,07%
2017 10.000.000.000 5.719.644.800 57,02%
2018 10.000.000.000 5.223.818.800 52,23%
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Palembang (2019)

Berdasarkan Tabel 1 diatas menunjukan bahwa pendapatan dari Retribusi Parkir di tepi jalan
umum dalam tujuh tahun terakhir belum pernah memenuhi target yang telah di tetapkan, bahkan
realisasi retribusi parkir di tiga tahun terakhir tidak mencapai 60%. Seharusnya dengan
banyaknya sarana dan prasarana yang ada di Kota Palembang yang mendukung dan kebutuhan
tempat parkir di Kota Palembang yang sangat besar karena disebabkan oleh pertumbuhan
kendaraan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya maka tidak seharusnya realisasi
retribusi parkir tidak tercapai dari target yang ditetapkan dengan potensi retribusi parkir yang
ada.

3070
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Analisis Potensi Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum dalam Meningkatkan Penerimaan
Retribusi di Kota Palembang”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar potensi retribusi parkir ditepi jalan umumdi Kota
Palembang dan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan tidak tercapainya
target retribusi parkir di tepi jalan umum yang sudah ditetapkan oleh pemerintah Kota
Palembang.

TINJAUAN PUSTAKA

Retribusi Daerah

Menurut Susyanti dan Dahlan (2015: 266) pengertian Retribusi Daerah berdasarkan Undang-
undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 1, yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus di sediakan dan
diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Objek Retribusi Daerah

Menurut Susyanti dan Dahlan (2015: 266) Objek Retribusi Daerah berdasarkan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 terdiri dari Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, Retribusi
Perizinan Tertentu.

Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah
untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau
badan.

Retribusi Jasa Usaha adalah Pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan
menganut prinsip komersial karna pada dasarnya dapat pula disediakan oleh pihak swasta.

Retribusi Perizinan Tertentu adalah Pelayanan perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada
orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan
pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas
tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

Retribusi Parkir

3071
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 4 Tahun 2008 Pasal 1, Retribusi Parkir di
tepi jalan umum adalah biaya yang di pungut atas pemberian pelayanan dan fasilitas tempat
parkir di daerah bagian milik jalan.

Tarif dan Golongan Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 16 Tahun 2011 Pasal 9 ketentuan tarif
dan golongan retribusi parkir di tepi jalan umum adalah sebagai berikut :

Tabel 2

Tarif Retribusi Parkir Kota Palembang

No Keterangan Tarif
1 Sepeda Rp 500
2 Sepeda Motor Rp 1.000
3 Mobil Penumpang dan Sejenisnya (Station
Wagon, Jeep, Sedan, dan Pick Up) Rp 2.000
4 Bus Kecil, Truk Engkel dan Sejenisnya Rp 3.000
5 Bus Sedang, Bus Besar, Truk/Tangki, Box dan
Sejenisnya Rp 5.000
6 Truck gandeng, Tronton/Truk Tiga Sumbu Keatas,
Truk Tempel, Truk Peti Kemas dan Sejenisnya Rp 10.000
Sumber: Peraturan Daerah Kota Palembang No. 16 Tahun 2011

Tata Cara Pemungutan Retribusi Parkir

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota palembang Nomor 16 Tahun 2011 Pasal 13 ayat 1-6 :

Pemungutan retribusi parkir dilarang diborongkan

Retribusi Jasa Umum Penyelenggara Transportasi yang terutang dipungut dengan menggunkan
SKRD atau dokumen yang lain di persamakan.

Dokumen lain yang dipersamakan di maksud pada ayat 1 (1) dapat berupa karcis, kupon, atau
kartu langganan.

3072
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Petugas/ pejabat dilingkungan Dinas Perhubungan yang membidangi pelayanan Retribusi jasa
umum penyelenggaraan transportasi, di tunjuk sebagai walikota sebagai pungut terhadap
retribusi sebagaimana di maksud pada ayat (1).

Hasil pungutan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disetor ke Kas umum Daerah.

Tata cara pelaksanaan pemungutan Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

Potensi Retribusi Parkir

Potensi retribusi parkir adalah suatu kemampuan yang terpendam dan dapat dirasakan hasilnya
yang layak dikenakan atas jasa penggunaan tepi jalan umum yang merupakan fasilitas milik
pemerintah sebagai tempat parkir setelah kemampuan itu digali atau dikembangkan untuk
menghasilkan retribusi parkir.

Faktor-Faktor Penyebab Tidak Tercapainya Target Peneriman Retribusi Parkir Di Tepi Jalan
Umum

Menurut Kaho (2010: 180) faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan retribusi yaitu :

Faktor pengetahuan organisasi, keberhasilan suatu aktivitas bersama sekelompok orang yang
menggunakan organisasi sebagai alat, sangat bergantung pada pengetahuan anggota-anggotanya
dan pimpinannya akan asas-asas (prinsip-prinsip) organisasi.

Asas-asas organisasi yaitu Perumusan tujuan yang jelas, Pembagian tugas kerja, Delegasi
kekuasaan, Tingkat Pengawasan, Kesatuan Pemerintah dan Tanggung jawab.

Disiplin kerja pegawai, disiplin dapat ditegaskan sebagai sesuatu kekuatan yang berkembang
didalam tubuh pekerja sendiri dan menyebabkan dia dapat menyesuaikan diri dengan sukarela
kepada keputusan-keputusan, peraturan-peraturan, nilai-nilai tinggi dari pekerjaan dan tingkah
laku.

Pengawasan yang efektif, pengawasan merupakan suatu proses dimana pimpinan ingin
mengetahui apakan hasil pelaksanaan yang dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana,
perintah dan tujuan kebijakan yang ditentukan.

3073
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui potensi retribusi parkir dalam meningkatkan penerimaan retribusi
daerah di Kota Palembang. Lokasi penelitian ini dilakukan di beberapa ruas jalan protokol yang
terkena retribusi parkir ditepi jalan umum di Kota Palembang dan Dinas Perhubungan Kota
Palembang. Populasi dalam penelitian ini yaitu ruas protokol yang dikenakan pungutan retribusi
parkir di tepi jalan umum di Kota Palembang yang berjumlah 330 titik parkir dan
untukmenentukan sampel mengunakan teknik pengambilan sampel Proportionate Stratified
Random Sampling dengan taraf kesalahan 10%. Data yang akan diperlukan dalam penelitian ini
adalah data primer dan sekunder.Teknik yang digunakan dalam pengumpulan datayaitu
wawancara dan dokumentasi.Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis kualitatif dan
kuantitatif.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Perhitungan PotensiRetribusi parkir di Tepi Jalan Umumyang dimiliki Kota Palembang

Teknik analisis dalam menghitung potensi retribusi parkir yang di kutip dari contoh dalam buku
Mahmudi (2009: 74) adalah:

Menentukan lokasi parkir di tepi jalan umum di masing-masing wilayahnya dengan mengambil
sampel di setiap zona.

Melakukan observasi untuk mengumpulkan informasi dan data yang dibutuhkan dengan
melakukan wawancara kepada pihak yang berwenang atau pihak yang dianggap dapat
memberikan informasi yang dibutuhkan.

Menghitung rata-rata jumlah kendaraan yang parkir per hari dengan rumus berikut ini:

Rumus menghitung Rata-rata Mobil Parkir per hari:

Rata-Rata Mobil Parkir


= ∑ Mobil Parkir
∑ Situasi
Rumus menghitung Rata-rata Motor Parkir per hari:
Rata-Rata Sepeda Motor Parkir
= ∑ Sepeda Motor Parkir
∑ Situasi

3074
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Berikut tabel yang digunakan untuk perhitungan rata-rata jumlah kendaraan yang Parkir per hari:

Jumlah Rata-rata Mobil Rata-rata Sepeda


Situasi Kendaraan
(N) Parkir per Hari Motor Parkir per Hari

Mobil -
Ramai Sepeda
- Rata-Rata Sepeda
Motor Rata-Rata Mobil
Motor
Parkir
Mobil -
= ∑ Sepeda Motor
Normal = ∑ Mobil Parkir
Sepeda Parkir
-
Motor ∑ Situasi
∑ Situasi
Mobil -
Sepi Sepeda
-
Motor

Sumber: Mahmudi 2009

Menghitung potensi retribusi parkir

Setelah diketahui rata-rata jumlah kendaraan parkir per hari, maka selanjutnya dapat dihitung
potensinya dengan cara mengkalikan rata-rata jumlah kendaraan parkir dengan tariff retribusi
parkir dengan rumus berikut ini:

[( Rata-rata Mobil x TR) + (Rata-rata Sepeda Motor x TR)] x 360 hari

Keterangan : TR = Tarif

Dalam menghitung potensi retribusi parkir dibutuhkan rata-ratakendaraan yang parkir yang
dibagi menjadi tiga situasi yaitu normal (08:00-11:00), ramai (11:00-16:00) dan sepi (16:00-
20:00) berikut disajikan perhitungan potansi retribusi parkir di tepi jalan umum di ruas jalan
protokol yang ada di Kota Palembang:

3075
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Tabel 3

Potensi Penerimaan Retribusi Parkir di Kota Palembang

Jumlah
Titi Rata- Rata Pendapatan
Ruas Jalan k Tarif
Kendaraan
Protokol Par Parkir Parkir Parkir
kir
Mobil Motor Mobil Motor Mobil Motor

Jl. Letkol
Iskandar 4 2.000 1.000 153 433 306.000 433.000

Jl. Letnan Jaimas 3 2.000 1.000 167 450 334.000 450.000

Jl. Radial 2 2.000 1.000 157 250 314.000 250.000

Jl. Letkol
Iskandar 3 2.000 1.000 100 450 200.000 450.000

Jl. Radial 6 2.000 1.000 390 600 780.000 600.000

Jl. Cinde Welang 3 2.000 1.000 200 500 400.000 500.000

Jl. Sekanak 2 2.000 1.000 150 333 300.000 333.000

Jl. KH. A. Dahlan 4 2.000 1.000 140 280 280.000 280.000

Jl. Kapt. A Rifai 4 2.000 1.000 240 600 480.000 600.000

Jl. Jend.
Sudirman 16 2.000 1.000 0 0 0 0

Jl. Letkol
Iskandar 4 2.000 1.000 80 800 160.000 800.000

Jl. Kol Atmo 15 2.000 1.000 625 1.100 1.250.000 1.100.000

6 2.000 1.000 100 320 200.000 320.000


Jl. Beringin

3076
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

jangut

Jl. Rustam Efendi 7 2.000 1.000 350 723 700.000 723.000

Jl. Kebumen 8 2.000 1.000 380 603 760.000 603.000

Jl. Masjid Lama 6 2.000 1.000 200 540 400.000 540.000

Jl. Veteran 10 2.000 1.000 433 633 866.000 633.000

Jl. Kol Atmo 8 2.000 1.000 333 640 666.000 640.000

Jl. Kol Atmo 7 2.000 1.000 337 540 674.000 540.000

Jl. Veteran 15 2.000 1.000 500 1.117 1.000.000 1.117.000

Jl. KH. Azhari 3 2.000 1.000 100 313 200.000 313.000

Jl. A. Yani 4 2.000 1.000 113 180 226.000 180.000

Jl. DI Panjaitan 2 2.000 1.000 133 247 266.000 247.000

KM 9 1 2.000 1.000 100 200 200.000 200.000

Km 5 5 2.000 1.000 350 817 700.000 817.000

Jl. Siaran 1 2.000 1.000 103 200 206.000 200.000

14 11.868.00 12.869.00
Jumlah 9 2.000 1.000 5.934 12.869 0 0

Jumlah pendapatan retribusi parkir perhari 24.737.000

Jumlah pendapatan parkir pertahun (360hari) 8.905.320.000

Sumber: Data Hasil Olahan (2019)

Berdasarkan perhitungan tabel 3 diatas potensi retribusi parkir diatas dapat kita lihat bahwa
jumlah pendapatan parkir pertahunnya yaitu sebesar Rp 8.905.320.000 dari 149 titik parkir yang
ada di kota Palembang. Berdasarkan data yang di peroleh dari Dinas Perhubungan Kota
Palembang jumlah titik parkir yang ada di Kota Palembang yaitu sebanyak 330 titik parkir, yang
berarti apabila pengelolaan retribusi parkir dikelola dengan baik dan benar maka jumlah

3077
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

pendapatan daerah melalui retribusi parkir juga akan mengalami peningkatan yang dapat
digunakan untuk pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kota Palembang.

Analisis Potensi Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum Dalam Meningkatkan Peneriman Retribusi
parkir di Kota Palembang

Retribusi parkir merupakan salah satu sumber pendapatan yang potensial di Kota Palembang.Hal
ini dapat dilihat dari pertumbuhan tingkat perekonomian dan pertumbuhan kendaraan yang ada
di Kota Palembang.Sehingga sangat penting untuk menganalisis potensi retribusi parkir untuk di
lakukannya upaya peningkatan ke depannya.

Berdasarkan data tabel 1 di atas menunjukan bahwa realisasi Retribusi Parkir di Tepi Jalan
Umum tidak pernah mencapai target yang telah ditentukan oleh Dinas Perhubungan. Bahkan
pada tahun 2015 sampai 2018 realisasi Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum justru mengalami
penurunan yang cukup signifikan, hal ini berbanding terbalik dengan tingkat pertumbuhan
kendaraan dan perkembangan yang terjadi di Kota Palembang yang justru semakin meningkat
setiap tahunnya. Jika dibandingkan dengan perhitungan potensi penerimaan retribusi parkir di
tabel 3 di atas sebesar Rp. 8.905.320.000 dari 149 titik maka jumlah realisasi retribusi parkir di
tepi jalan umum di Kota Palembang tahun 2012 sampai 2018 tabel 1 di atas bisa dikatakan masih
sangat minim. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa penerimaan retribusi parkir masih dikatakan
terlalu kecil jika dibandingkan dengan potensi penerimaan retribusi parkir yang ada di Kota
Palembang. Untuk itu di perlukan sistem pengelolaan yang baik untuk mencapai penerimaan
retribusi parkir yang maksimal, seluruh elemen pemerintah dan masyarakat perlu memiliki
kesadaran secara bersama-sama untuk menuntaskan permasalahan yang ada dan memberikan
tindakan atau sanksi yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan peraturan
pemerintah yang ada, sehingga dapat memaksimalkan penerimaan retribusi parkir yang ada di
Kota Palembang.

Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Tidak Tercapainya Penerimaan Retribusi Parkir

Faktor Pengetahuan Organisasi

Pengetahuan tentang tujuan pemungutan retribusi parkir

Dalam hal pengetahuan organisasi tentang tujuan pemungutan retribusi parkir, Staf Dinas
Perhubungan Ade Retno dan para staf lainnya telah mengetahui bahwa retribusi parkir adalah
salah satu sumber pendapatan daerah untuk memenuhi kebutuhan daerah itu sendiri.Sedangkan

3078
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Acep juru parkir di jalan Radial dan juru parkir lainnya banyak yang tidak mengetahui tujuan
dilakukannya pemungutan retribusi parkir, hal ini karena kurangnya sosialisasi yang dilakukan
oleh kepala bagian bidang perparkiran kepada juru parkir.dan pembinaan perparkiran belum
menyentuh aspek pengaturan, pengendalian, pendidikan, dan pelatihan sumber daya manusia
petugas parkir.

Pengetahuan tentang pembagian tugas

Masing-masing Staf Dinas Perhubungan telah mengetahui mengenai tugas dan kewajiban
masing-masing divisi sehingga dalam kegiatannya mereka sudah mengetahui apa saja yang harus
mereka lakukan.

Faktor Disiplin Kerja Pegawai

Ketepatan jam kerja

Berdasarkan observasi untuk ketepatan jam kerja dari pihak Dinas Perhubungan sudah cukup
tepat waktu. Hal itu dapat dilihat dengan absensi yang sudah menggunakan fingger print sistem
hampir semua staf selalu datang tepat waktu meskipun ada beberapa yang sedikit terlambat
namun masih dalam batasan wajar sedangkan untuk juru parkir tidak ada batasan waktu karena
juru parkir di targetkan setoran perharinya.

Ketepatan setoran

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Palembang No. 16 Tahun 2011 Pasal 16 yaitu penerimaan
retribusi harus disetor ke Kas Umum Daerah selambat-lambatnya 1 X 24 jam. Menurut Acep
juru parkir di jalan Radial pemungutan setoran setiap harinya dilakukan di sore hari. Pemungutan
setoran dilakukan pukul 15.00 sampai dengan pukul 17.00 setiap harinya oleh kolektor kemudian
disetorkan ke kantor untuk menyetorkan kepada bendahara, dalam pemungutan retribusi parkir
petugas Dinas Perhubungan sudah melakukan tugasnya sesuai dengan prosedur yang sudah
ditetapkan oleh Dinas Perhubungan.

Faktor Pengawasan Yang Efektif

Pencapaian target

Untuk pencapaian target masih sangat rendah dari target yang sudah di tetapkan. Hal ini terjadi
karena adanya penetapan setoran di awal pada setiap wilayahnya, dengan cara melihat

3079
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

pemasukan uang dari juru parkir kepada kolektor atau staf Dinas Perhubungan disetiap harinya
yang ditugaskan untuk mengambil uang dan mengawasi keadaan dilapangan. Tentunya
perhitungan ini kurang efektif dilakukan, dikarenakan setiap harinya pemasukan dari juru parkir
kepada kolektor selalu mengalami perubahan.karena tingkat keramaian parkir setiap harinya
selalu berubah-ubah.

Pelanggaran

Berdasarkan Observasi hampir di setiap wilayah retribusi parkir di Kota Palembang, juru parkir
tidak memberikan karcis kepada pengguna lahan parkir sehingga juru parkir selalu menagih tarif
parkir ke penguna lahan parkir dengan tarif yang tidak sesuai dengan yang sudah ditentukan
oleh Dinas Perhubungan Kota Palembang. Hal ini tentunya sangat meresahkan masyarakat
umum terutama penguna lahan parkir.Selain itu masih banyak juga dijumpai parkir-parkir liar
yang tidak terdafatar pada Dinas Perhubungan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka penulis menarik
kesimpulan sebagai berikut :

Potensi retribusi parkir di tepi jalan umum di Kota Palembang sangat besar, dapat dilihat dari
perhitungan pontensinya sebesar Rp 8.905.320.000 dari 149 titik parkir. Dapat diartikan bahwa
pendapatan daerah pada retribusi parkir di tepi jalan umum dapat meningkatkan pendapatan asli
daerah melalui Retribusi Daerah.

Penerimaan retribusi parkir di tepi jalan umum di Dinas Perhubungan Kota Palembang tidak
pernah mencapai target, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

Penentuan target yang belum realistis.

Pembinaan Juru Parkir hanya sebatas penyediaan izin menyelenggarakan parkir dan belum
mencapai aspek pengaturan, pengendalian, pendidikan, dan pelatihan.

Pengawasan dan pengendalian dilapangan yang belum optimal karena masih terdapatnya parkir-
parkir liar yang tidak terdaftar pada Dinas Perhubungan. Hal ini membuat dana yang seharusnya
untuk PAD tetapi malah dinikmati oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

DAFTAR PUSTAKA

3080
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019

Dinas Perhubungan, 2019. Data Ruas Jalan Protokol yang Terkena Retribusi Parkir di Tepi
Jalan Umum.Kota Palembang.

Dinas Perhubungan, 2019. Data Target dan Realisasi Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum di
Kota Palembang Tahun 2012-2018.Kota Palembang.

Kaho, Josef R. 2010. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia.Jakarta : PT. Raja
Grafindo.

Mahmudi, 2009.Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta : Erlangga.

Siahaan, Marihot P. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.Penerbit Rajawali Pers.

Susyanti, Jeni dan Ahmad Dahlan. 2015. Perpajakan. Malang : Empatdua Media.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan dan Retribusi
Parkir.

Peraturan Daerah Kota palembang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa Umum
Penyelenggaraan Transportasi.

3081

Anda mungkin juga menyukai