Anda di halaman 1dari 26

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH

(SAK SYARIAH)
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Topik Khusus
Akuntansi Keuangan

Disusun oleh :
Muhammad Rizaldy Agustian (5211171219)
Dina Nurdiana (5211171222)
Muhammad Iqbal Tawakal (5211171226)

Akuntansi - F

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa sebab atas


segala rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, kami
dapat menyelesaikan makalah mengenai “Standar Akuntansi
Keuangan Syariah (SAK Syariah)” yang bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen Dr. Ira
Novianti, SE., M.Ak., Ak., CA dalam mata kuliah Topik Khusus
Akuntansi Keuangan.
Makalah ini telah disusun secara maksimal atas
bantuan dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat selesai
dengan lancar dan tepat waktu. Untuk itu, kami selaku
penyusun, mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
tidak bisa kami sebutkan satu persatu atas segala bantuan dan
dukungannya.
Kami menyadari, makalah yang dibuat jauh dari
sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca,
guna menghasilkan makalah yang lebih baik.
Kami berharap, makalah mengenai “Standar Akuntansi
Keuangan Syariah (SAK Syariah)” yang kami susun dapat
memberikan manfaat dan inpirasi bagi pembaca.

Cimahi, 27 September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2

1.3 Tujuan .............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3

2.1 Pengertian Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah) .. 3

2.2 Sejarah Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah) ....... 4

2.3 Tujuan Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah) ........ 5

2.4 Apa Isi dari Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah) 5

2.5 Laporan Keuangan yang Sesuai dengan SAK ............................... 18

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 22

1. Kesimpulan .................................................................................... 22

2. Saran .............................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setelah krisis keuangan global di tahun 90-an muncul,
banyak perusahaan-perusahaan yang bangkrut dan akhirnya
gulung tikar terutama perusahaan-perusahaan yang memiliki
pinjaman di bank konvensional. Namun ada beberapa
perusahaan yang mampu bertahan dari dahsyatnya krisis
ekonomi tersebut. Kebanyakan diantaranya adalah perusahaan
yang menggunakan prinsip syariah dalam kegiatan usahanya.
Belajar kondisi tersebut, saat ini banyak bermunculan
perusahaan-perusahaan yang menjalankan bisnisnya dengan
menggunakan prinsip keuangan syariah baik secara menyeluruh
ataupun sebagian saja. Namun di dalam dunia ekonomi, prinsip
syariah adalah metode yang baru dan banyak orang yang
mengenalnya, begitu juga di bidang akuntansi. Sehingga
diperlukan sebuah standar yang dapat menyelaraskan pelaporan
keuangan untuk perusahaan yang bergerak dengan
menggunakan prinsip syariah.

Sama seperti standar akuntansi keuangan konvensional,


standar akuntansi keuangan syariah disusun oleh suatu
lembaga resmi (Standard Setting Body) dalam SAK Syariah ini
dibuat oleh The Accounting and Auditing Organization for
Islamic Financial Institution (AAOIFI) yang berbasis di
Dubai. Standar akuntansi ini dipakai dan diadopsi oleh banyak
negara-negara yang menerapkan prinsip ekonomi islam.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari SAK Syariah?
2. Bagaimana sejarah dari SAK Syariah?
3. Apa tujuan dari SAK Syariah?
4. Apa isi dari SAK Syariah?
5. Bagaimana contoh laporan keuangan yang sesuai dengan
SAK Syariah?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian SAK Syariah.
2. Untuk mengetahui sejarah SAK Syariah.
3. Untuk mengetahui tujuan SAK Syariah.
4. Untuk mengetahui isi dari SAK Syariah.
5. Untuk mengetahui contoh laporan keuangan yang sesuai
dengan SAK Syariah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK


Syariah)
Standar Akuntansi Syariah (SAS) adalah Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Syariah yang ditujukan
untuk entitas yang melakukan transaksi syariah baik entitas
lembaga syariah maupun lembaga non syariah. Pengembangan
SAS dilakukan dengan mengikuti model SAK umum namun
berbasis syariah dengan mengacu kepada fatwa MUI.

SAS ini terdiri dari PSAK 100 sampai dengan PSAK


106 yang mencakup:

a. Kerangka Konseptual
b. Penyajian Laporan Keuangan Syariah
c. Akuntansi Murabahah
d. Musyarakah
e. Mudharabah
f. Salam
g. Istishna
Adapun prinsip atau kualitas dalam Standar Keuangan
Akuntansi Syariah:
1. Keadilan
2. Harga Sekarang/Fair Value
3. Materialitas dari sudut syariah
4. Objectivity/Verifiability
5. Reliability/The Truth
6. Social Commitment
7. Uniformity
8. Comparability
9. Concistency
10. Materiality

3
2.2 Sejarah Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK
Syariah)
Terhitung Sejak 1992-2002 atau 10 tahun lembaga
keuangan baik bank syariah maupun entitas syariah yang lain
tidak memiliki PSAK khusus yang mengatur transaksi dan
kegiatan berbasis syariah. PSAK 59 sebagai produk pertama
DSAK – IAI untuk entitas syariah perlu diajungkan jempol dan
merupakan awal dari pengakuan dan eksistensi keberadaan
akuntansi syariah di Indonesia. PSAK ini disahkan tanggal 1
Mei 2002, berlaku mulai 1 Januari 2003 atau pembukuan yang
berakhir tahun 2003 . hanya berlaku hanya dalam tempo 5
tahun.

PSAK 59 dikhususkan untuk kegiatan transaksi syariah


hanya di sektor perbankan syariah, ini sangat ironis karena
ketika itu sudah mulai menjamur entitas syariah selain dari
perbankan syariah, seperti asuransi syariah, pegadaian syariah,
koperasi syariah. Maka seiring tuntutan akan kebutuhan
akuntansi untuk entitas syariah yang lain maka komite akuntansi
syariah dewan standar akuntasi keuangan (KAS DSAK)
menerbitkan enam pernyataan standar akuntansi keuangan
(PSAK) bagi seluruh lembaga keuangan syariah (LKS) yang
disahkan tanggal 27 Juni 2007 dan berlaku mulai tanggal 1
Januari 2008 atau pembukuan tahun yang berakhir tahun 2008.

Keenam PSAK itu adalah PSAK No 101 tentang


penyajian laporan keuangan syariah, PSAK No 102 tentang
akuntansi Murabahah (Jual beli), PSAK No 103 tentang
Akuntansi Salam, PSAK No 104 tentang Akuntansi Isthisna,
PSAK No 105 tentang Akuntansi Mudarabah (Bagi hasil), dan
PSAK No 106 tentang Akuntansi Musyarakah (Kemitraan).

4
Keenam PSAK merupakan standar akuntansi yang
mengatur seluruh transaksi keuangan syariah dari berbagai LKS.
Dalam penyusunaan keenam PSAK, KAS DSAK mendasarkan
pada pernyataan akuntansi perbankan syariah indonesia (PAPSI)
Bank Indonesia. Selain itu, penyusunan keenam PSAK juga
mendasarkan pada sejumlah fatwa akad keuangan syariah yang
diterbitkan oleh dewan syariah nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN MUI).

2.3 Tujuan Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK


Syariah)
Tujuan dari Standar Akuntansi Syariah (SAK Syariah)
adalah menjadi panduan wajib bagi masyarakat maupun
instansi-instansi yang mempelajari, mengelola, dan
menggunakan sistem keuangan. PSAK mendefinisikan dan
mendeskripsikan secara teliti tentang rincian sistem keuangan
dan produk-produk komersial yang digunakan dalam perbankan
syariah.

SAK Syariah digunakan oleh entitas yang melakukan


transaksi syariah baik entitas lembaga syariah maupun lembaga
non syariah. Dalam SAK Syariah ini pengembangan dilakukan
dengan model SAK umum namun SAK ini berbasis syariah
dengan acuan fatwa MUI.

2.4 Apa Isi dari Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK


Syariah)
1. PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah
PSAK No. 101 ini berfungsi untuk mengatur penyajian
dan pengungkapan laporan keuangan untuk tujuan
umum (general purpose financial statements) untuk entitas
syariah yang selanjutnya disebut “laporan
keuangan”. Pengakuan, pengukuran, penyajian dan

5
pengungkapan transaksi dan peristiwa tertentu diatur dalam
Pernyatan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
PSAK 101 memberikan penjelasan atas karakteristik
umum pada laporan keuangan syariah, antara lain terkait:
 Penyajian secara wajar dan kepatuhan terhadap SAK;
 Dasar akrual;
 Materialitas dan penggabungan;
 Saling hapus;
 Frekuensi pelaporan;
 Informasi komparatif; dan
 Konsistensi Penyajian
Komponen laporan keuangan entitas syariah yang
lengkap terdiri dari:
 Neraca
 Laporan Laba Rugi
 Laporan Arus Kas
 Laporan Perubahan Ekuitas
 Laporan Sumber Dana Penggunaan Dana Zakat
 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
 Catatan Atas Laporan Keuangan
2. PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan,
pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi
murabahah.
Ruang lingkup pernyataan ini diterapkan untuk
lembaga keuangan syariah dan koperasi syariah yang
melakukan transaksi murabahah baik sebagai penjual maupun
pembeli; dan pihak-pihak yang melakukan transaksi
murabahah dengan lembaga keuangan syariah atau koperasi
syariah.
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga
jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang

6
disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya
perolehan barang tersebut kepada pembeli.

a. Akuntansi untuk Penjual


Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai
persediaan sebesar biaya perolehan.
b. Akuntansi untuk Pembeli Akhir
Aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah
diakui sebesar biaya perolehan murabahah tunai. Selisih
antara harga beli yang disepakati dengan biaya perolehan
tunai diakui sebagai beban murabahah tangguhan.
c. Penyajian
Piutang murabahah disajikan sebesar nilai neto yang
dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah
dikurangi penyisihan kerugian piutang.
 Marjin murabahah tangguhan disajikan sebagai
pengurang (contra account) piutang murabahah.
 Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai
pengurang (contra account) utang murabahah.
3. PSAK 103 tentang Akuntansi Salam
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan,
pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi salam.
Ruang Lingkup Pernyataan ini diterapkan untuk entitas
yang melakukan transaksi salam, baik sebagai penjual atau
pembeli. Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan
perlakuan akuntansi atas obligasi syariah (sukuk) yang
menggunakan akad salam.
Salam adalah akad jual beli barang pesanan (muslam
fiih) dengan pengiriman di kemudian hari oleh penjual
(muslam illaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli
pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat
tertentu.

7
a. Akuntansi untuk Pembeli
Piutang salam diakui pada saat modal usaha salam
dibayarkan atau dialihkan kepada penjual. Pembeli menyajikan
modal usaha salam yang diberikan sebagai piutang salam.Denda
yang diterima oleh pembeli diakui sebagai bagian dana
kebajikan.
Pembeli dalam transaksi salam mengungkapkan:
a) Besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri
maupun yang dibiayai secara bersama-sama dengan pihak
lain;
b) Jenis dan kuantitas barang pesanan; dan
c) Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK 101: Penyajian
Laporan Keuangan Syariah.
b. Akuntansi untuk Penjual
Kewajiban salam diakui pada saat penjual menerima modal
usaha salam sebesar modal usaha salam yang
diterima. Kewajiban salam dihentikan pengakuannya
(derecognation) pada saat penyerahan barang kepada
pembeli. Penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima
sebagai kewajiban salam.
Penjual dalam transaksi salam mengungkapkan:
a) Piutang salam kepada produsen (dalam salam paralel) yang
memiliki hubungan
istimewa;
b) Jenis dan kuantitas barang pesanan; dan
c) Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK 101: Penyajian
Laporan Keuangan Syariah
4. PSAK 104 tentang Akuntansi Istishna'
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan,
pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi
istishna’.

8
Ruang Lingkup Pernyataan ini diterapkan untuk
lembaga keuangan syariah dan koperasi syariah yang
melakukan transaksi istishna’, baik sebagai penjual maupun
pembeli.
Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan
tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli,
mustashni’) dan penjual (pembuat, shani’).
Berdasarkan akad istishna’, pembeli menugaskan
penjual untuk menyediakan barang pesanan (mashnu’) sesuai
spesifikasi yang disyaratkan untuk diserahkan kepada
pembeli, dengan cara pembayaran di muka atau tangguh.
Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh
pembeli dan penjual di awal akad. Ketentuan harga barang
pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad.
a. Akuntansi untuk Penjual
Pendapatan istishna’ diakui dengan menggunakan
metode persentase penyelesaian atau metode akad selesai.
Akad adalah selesai jika proses pembuatan barang pesanan
selesai dan diserahkan kepada pembeli.
Penjual menyajikan:
 Piutang istishna’ yang berasal dari transaksi istishna’ sebesar
jumlah yang belum dilunasi oleh pembeli akhir.
 Termin istishna’ yang berasal dari transaksi istishna’ sebesar
jumlah tagihan termin penjual kepada pembeli akhir.

Akuntansi pembeli
 Beban istishna’ tangguhan: selisih antara harga beli dan
biaya perolehan tunai.
 Beban istishna’ tangguhan diamortisasi secara
proporsional sesuai dengan porsi pelunasan hutang
istishna’

9
Pernyataan ini berlaku efektif untuk laporan keuangan
entitas yang mencakup periode laporan yang dimulai pada
atau setelah tanggal 1 Januari 2008.
Pernyataan ini menggantikan PSAK No. 59 tentang
Akuntansi Perbankan Syariah, yang berhubungan dengan
pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan
transaksi istishna’.
5. PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan,
pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi
mudharabah.
Ruang Lingkup Pernyataan ini diterapkan untuk entitas
yang melakukan transaksi mudharabah baik sebagai pemilik
dana (shahibul maal) maupun pengelola dana (mudharib).
Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan
akuntansi atas obligasi syariah (sukuk) yang menggunakan
akad mudharabah.
Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua
pihak di mana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan
seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana)
bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi di antara
mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial
hanya ditanggung oleh pemilik dana.
Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana
diakui sebagai investasi mudharabah pada saat pembayaran
kas atau penyerahan aset nonkas kepada pengelola dana.
Dana yang diterima dari pemilik dana dalam
akad mudharabah diakui sebagai dana syirkah temporer
sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang diterima.
Pada akhir periode akuntansi, dana syirkah temporer diukur
sebesar nilai tercatatnya.

10
PSAK 105 juga memberikan ketentuan penyajian dan
pengungkapan bagi pemilik dana dan pengelola dana
mudharabah.

6. PSAK 106 tentang Akuntansi Musyarakah


Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan,
pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi
musyarakah. Ruang Lingkup Pernyataan ini diterapkan untuk
entitas yang melakukan transaksi musyarakah
Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan
akuntansi atas obligasi syariah (sukuk) yang menggunakan
akad musyarakah.
Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak
atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana masing-masing
pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa
keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan
kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana. Dana tersebut
meliputi kas atau aset nonkas yang diperkenankan oleh
syariah.
PSAK 106 juga memberikan ketentuan pengakuan
akuntansi untuk mitra aktif dan mitra pasif, pada saat akad,
selama akad, dan saat akhir akad.
Pernyataan ini juga memberikan ketentuan minimum
penyajian bagi mitra aktif dan mitra pasif. Untuk mendukung
transparansi pelaporan transaksi Mitra mengungkapkan hal-
hal yang terkait transaksi musyarakah, seperti isi kesepakatan
utama usaha musyarakah, pengelola usaha, dan
pengungkapan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan
Keuangan.
7. PSAK Syariah 107 tentang Akuntansi Ijarah
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan,
pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi ijarah.

11
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu
aset dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah)
tanpa diikuti dengan pemindahan. Aset ijarah adalah aset baik
berwujud maupun tidak berwujud, yang atas manfaatnya
disewakan.
PSAK 107 memberikan pengaturan akuntansi baik dari
sisi pemilik (mu’jir) dan penyewa (Musta’jir).

Akuntansi Pemilik Akuntansi Penyewa


(Mu’jir) (Musta’jir)

Objek ijarah diakui


pada saat objek ijarah
Biaya Perolehan
diperoleh sebesar biaya
perolehan.

Objek ijarah disusutkan


atau diamortisasi, jika
berupa aset yang dapat
disusutkan atau
diamortisasi, sesuai
Penyusutan dan
dengan kebijakan
Amortisasi
penyusutan atau
amortisasi untuk aset
sejenis selama umur
manfaatnya (umur
ekonomis).

Pendapatan sewa selama


Beban sewa diakui
masa akad diakui pada
Pendapatan dan selama masa akad
saat manfaat atas aset
Beban pada saat manfaat atas
telah diserahkan kepada
aset telah diterima.
penyewa.

12
Pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah
dikurangi beban yang terkait, misalnya beban penyusutan, beban
pemeliharaan dan perbaikan, dan sebagainya.

8. PSAK Syariah 108 Akuntansi Transaksi Asuransi


Syariah
PSAK 108 mengatur mengatur pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan transaksi asuransi syariah.
Transaksi asuransi syariah yang dimaksud dalam
Pernyataan ini adalah transaksi yang terkait dengan
kontribusi peserta, surplus dan defisit underwriting,
penyisihan teknis, dan saldo dana tabarru’.
Berbeda dengan PSAK 108 yang disahkan di tahun
2009, PSAK 108 (revisi 2016) memberikan definisi asuransi
jangka pendek dan jangka panjang. Klasifikasi tersebut
mengacu ke PSAK 28: Akuntansi Kontrak Asuransi
Kerugian dan PSAK 36: Akuntansi Kontrak Asuransi Jiwa.
Akad asuransi syariah jangka pendek adalah akad
asuransi syariah yang memberi proteksi untuk periode sampai
dengan dua belas bulan, atau memberi proteksi untuk periode
lebih dari dua belas bulan dan memungkinkan penyesuaian
persyaratan akad pada ulang tahun polis.
Akad asuransi syariah jangka panjang adalah akad
asuransi syariah selain akad asuransi syariah jangka pendek.
Dalam hal pengakuan awal, kontribusi peserta diakui
sebagai pendapatan dari dana tabarru’ dengan ketentuan
sebagai berikut:
a) Untuk akad asuransi syariah jangka pendek, kontribusi
peserta diakui sebagai pendapatan dari dana tabarru’
sesuai periode akad asuransi;
b) Untuk akad asuransi syariah jangka panjang, kontribusi
peserta diakui sebagai pendapatan dari dana tabarru’ pada
saat jatuh tempo pembayaran dari peserta.

13
Penyisihan Teknis

Penyisihan teknis diukur sebagai berikut:

a) Kontribusi yang belum menjadi hak dihitung secara


individual dari setiap pertanggungan dan besarnya
penyisihan ditetapkan secara proporsional dengan jumlah
proteksi yang diberikan.
b) Manfaat polis masa depan dihitung dengan mencerminkan
estimasi pembayaran seluruh manfaat yang diperjanjikan
dan penerimaan kontribusi peserta di masa mendatang,
dengan mempertimbangkan estimasi tingkat imbal hasil
investasi dana tabbaru’.
c) Klaim yang masih dalam proses diukur sebesar estimasi
jumlah klaim yang masih dalam proses oleh entitas
pengelola. Jumlah perkiraan tersebut harus mencukupi
untuk mampu memenuhi klaim yang terjadi dan
dilaporkan sampai dengan akhir periode pelaporan.
d) Klaim yang terjadi tetapi belum dilaporkan diukur sebesar
estimasi jumlah klaim yang akan dibayarkan pada tanggal
pelaporan berdasarkan pada pengalaman masa lalu yang
terkait dengan klaim paling kini yang dilaporkan.
e) Perhitungan penyisihan teknis tersebut memasukan bagian
reasuransi atas klaim.

Dari sisi pengungkapan, revisi PSAK 108 menambah


persyaratan pengungkapan yang mengacu ke PSAK 36.

9. PSAK Syariah 109 Akuntansi Zakat dan Infaq/Sedekah


Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan,
pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi zakat dan
infak/sedekah.
Ruang Lingkup dalam ED PSAK Syariah 109,
pernyataan ini berlaku untuk amil yang menerima dan
menyalurkan zakat dan infak/sedekah. Amil yang menerima

14
dan menyalurkan zakat dan infak/sedekah, yang selanjutnya
disebut “amil”, merupakan organisasi pengelola zakat yang
pembentukannya dimaksudkan untuk mengumpulkan dan
menyalurkan zakat dan infak/sedekah.
Pernyataan ini tidak berlaku untuk entitas syariah yang
menerima dan menyalurkan zakat dan infak/sedekah, tetapi
bukan kegiatan utamanya. Entitas tersebut mengacu ke PSAK
101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh
muzakki sesuai dengan ketentuan syariah untuk diberikan
kepada yang berhak menerimanya (mustahiq).
Infak/sedekah adalah harta yang diberikan secara
sukarela oleh pemiliknya, baik peruntukannya dibatasi
(ditentukan) maupun yang tidak dibatasi. Karakteristik zakat
merupakan kewajiban syariah yang harus diserahkan oleh
muzakki kepada mustahiq baik melalui amil maupun secara
langsung. Ketentuan zakat mengatur mengenai persyaratan
nisab, haul (baik yang periodik maupun yang tidak periodik),
tarif zakat (qadar), dan peruntukkannya.
Infak/sedekah merupakan donasi sukarela, baik tertentu
maupun tidak tertentu peruntukannya. Zakat dan
infak/sedekah yang diterima oleh amil harus dikelola sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah dan tata kelola yang baik.
10. PSAK Syariah 110 tentang Akuntansi Sukuk
PSAK 110 mengatur mengaturpengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan transaksi sukuk ijarah
dansukuk mudharabah.
Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang
melakukan transaksi sukuk ijarah dan sukukmudharabah,
baik sebagai penerbit sukuk maupun investor sukuk.

15
Sukuk adalah efek syariah berupa sertifikat atau bukti
kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagianyang
tidak tertentu (tidak terpisahkan atau tidak terbagi) atas:

a. Aset berwujud tertentu


b. Manfaat atas aset berwujud tertentu baik yang sudah ada
maupun yang akan ada
c. Jasa yang sudah adamaupun yang akan ada
d. Aset proyek tertentu
e. Kegiatan investasi yang telah ditentukan

Akuntansi Penerbit Akuntansi Investor

Sukuk ijarah diakui pada


saat entitas menjadi pihak
yang terikat dengan
ketentuan penerbitan
Entitas mengakui
sukuk ijarah. Sukuk ijarah
Pengakuan investasi pada sukuk ijarah
diakui sebesar nilai
Awal dan sukuk mudharabah
nominal, disesuaikan
sebesar biaya perolehan.
dengan premium atau
diskonto, dan biaya
transaksi terkait dengan
penerbitannya.

Pendapatan investasi dan


Sukuk ijarah disajikan
Penyajian beban amortisasi disajikan
sebagai liabilitas.
secara neto dalam laba rugi.

Untuk sukuk ijarah,


Entitas mengungkapkan
entitas mengungkapkan
hal-hal berikut ini:
Pengungkapan hal-hal berikut:
d) Klasifikasi investasi
a) Uraian tentang
berdasarkan jumlah
persyaratan utama dalam

16
penerbitan sukuk ijarah, investasi;
termasuk: e) Tujuan model usaha
i. ringkasan akad syariah yang digunakan;
yang digunakan; f) Jumlah investasi yang
ii. aset atau manfaat yang direklasifikasikan, jika
mendasari; ada, dan penyebabnya;
iii. besaran imbalan;
g) Nilai wajar untuk
iv. nilai nominal;
investasi yang diukur
v. jangka waktu;
pada biaya perolehan;
vi. persyaratan penting
dan
lain.
h) Lain-lain.
b) Penjelasan mengenai aset
atau manfaat yang
mendasari penerbitan
sukuk ijarah, termasuk
jenis dan umur
ekonomik; dan
c) Lain-lain.

Berbeda dengan PSAK 110 yang diterbitkan pertama


kali pada tahun 2011, PSAK 110 (revisi 2015) memberikan
perubahan terkait klasifikasi sukuk pada laporan keuangan
investor. Investasi sukuk kini diklasifikasikan berdasarkan
model usaha dan arus kaskontraktual.

Pada sisi investor,investasi sukuk diklasifikasikan


sebagai diukur pada biaya perolehan jika:

a. Investasi tersebut dimiliki dalam suatu model usaha yang


bertujuan utama untuk memperoleh arus kaskontraktual; dan
b. persyaratan kontraktual menentukan tanggal tertentu
pembayaran pokok dan/atau hasilnya.

17
2.5 Laporan Keuangan yang Sesuai dengan SAK Syariah
1. Neraca
PT Asuransi Syariah “X”
Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Per 31 Desember 20x1
Aset
Kas dan setara kas xxx
Piutang kontribusi xxx
Piutang reasuransi xxx
Piutang xxx
Murabahah xxx
Salam xxx
Istishna’ xxx
Investasi pada surat berharga xxx
Pembiayaan xxx
Mudharabah xxx
Musyarakah xxx
Investasi pada entitas lain xxx
Properti investasi xxx
Aset tetap dan akumulasi penyusutan xxx
Jumlah aset xxx

Kewajiban
Penyisihan kontribusi yang belum menjadi hak xxx
Utang klaim xxx
Klaim yang sudah terjadi tetapi belum dilaporkan xxx
Bagian reasuransi dari pihak lain atas klaim yang
masih harus dibayar xxx
Bagian peserta atas surplus underwriting dana
tabarru’ yang masih harus dibayar xxx
Utang reasuransi xxx
Utang dividen xxx
Utang pajak xxx

18
Jumlah kewajiban xxx
Dana Peserta
Dana syirkah temporer
Mudharabah xxx
Dana tabarru’ xxx
Jumlah dana peserta xxx
Ekuitas
Modal disetor xxx
Tambahan modal disetor xxx
Saldo Laba xxx
Jumlah ekuitas xxx
Jumlah kewajiban, dana peserta, dan ekuitas xxx

2. Laporan Surplus Defisit Underwriting Dana Tabarru’

PT Asuransi Syariah “X”


Laporan Surplus Defisit Underwriting Dana Tabarru’
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 20x1
Pendapatan Asuransi
Kontribusi bruto xxx
Ujrah pengelola (xxx)
Bagian reasuransi (atas risiko) (xxx)
Perubahan kontribusi yang belum menjadi hak (xxx)
Jumlah pendapatan asuransi xxx
Beban Asuransi
Pembayaran klaim xxx
Klaim yang ditanggung reasuransi dan pihak lain (xxx)
Klaim yang masih harus dibayar xxx
Klaim yang masih harus dibayar yang
ditanggung reasuransi dan pihak lain (xxx)
Penyisihan teknis:
Beban Penyisihan teknis xxx
Jumlah beban asuransi xxx
Surplus (Defisit) Neto Asuransi xxx

19
Pendapatan Investasi
Total pendapatan investasi xxx
-/- Beban pengelolaan portofolio investasi xxx
Pendapatan investasi neto xxx
Surplus (Defisit) Underwriting Dana Tabarru’ xxx

3. Laporan Perubahan Dana Tabarru


Asuransi Syariah “X”
Laporan Perubahan Dana Tabarru
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 20x1
Surplus underwriting dana tabarru’ (dasar akrual) xxx
Distribusi ke peserta (xxx)
Distribusi ke pengelola (xxx)
Surplus yang tersedia untuk dana tabarru’ xxx
Saldo awal xxx
Saldo akhir xxx
4. Laporan Laba Rugi

Asuransi Syariah “X”


Laporan Laba Rugi
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 20x1
Pendapatan
Pendapatan pengelolaan operasi asuransi (ujrah) xxx
Pendapatan pengelolaan portofolio investasi
dana peserta xxx
Pendapatan pembagian surplus underwriting xxx
Pendapatan investasi xxx
Jumlah pendapatan xxx
Beban
Beban komisi xxx
Ujrah dibayar xxx
Beban umum dan administrasi xxx
Beban pemasaran xxx
Beban pengembangan xxx

20
Jumlah beban xxx
Laba Usaha xxx
Pendapatan (beban) nonusaha neto xxx
Laba Sebelum Pajak xxx
Beban pajak xxx
Laba Neto xxx

21
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Pada saat ini, banyak pebisnis-pebisnis yang mulai
merambah dan beralih menggunakan prinsip syariah dalam
usahanya. Oleh karena itu, pembuatan dan penyusunan standar
akuntansi keuangan syariah perlu dibuat untuk menyambut
tantangan dan perkembangan tersebut. Namun tidak banyak
orang yang mengetahui tentang cabang akuntansi yang
tergolong baru ini. Sehingga diperlukan pengenalan dan
pelatihan untuk mensosialisasikan standar akuntansi keuangan
syariah ini.

2. Saran
Dengan adanya Standar Akuntansi Syariah (SAK
Syariah) diharapkan dapat menjadi panduan bagi masyarakat
maupun instansi-instansi yang mempelajari, mengelola, dan
menggunakan sistem keuangan. PSAK mendefinisikan dan
mendeskripsikan secara teliti tentang rincian sistem keuangan
dan produk-produk komersial yang digunakan dalam
perbankan syariah.

22
DAFTAR PUSTAKA
(Sumber: Wiyono, Slamet (2009), Ebook Membumikan
Akuntansi Syariah di Indonesisia, Shambie Publisher,
Tangerang)
https://ikhwamuji.wordpress.com/2014/01/07/standar-akuntansi-
keuangan-dan-perkembangannya-di-indonesia-melaui-ifrs/
http://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2011/03/Standar-
Akuntansi-Keuanan-Entitas-Tanpa-Akuntanbilitas-Publik-SAK-
ETAP.pdf
http://carmelcurhatmodeon.blogspot.co.id/2012/04/badan-
pembuat-standar-akuntansi-di.html
http://www.organisasi.org/1970/01/arti-singkatan-psak-
kepanjangan-dari-psak-kamus-akronim-bahasa-indonesia.html
http://www.ilmu-ekonomi.com/2012/02/pernyataan-standar-
akuntansi-keuangan.html
http://jurnalakuntansikeuangan.com/istilah-definisi-akuntansi-
psak/
https://makalahubb.blogspot.com/2017/05/makalah-akuntansi-
syariah-konsep-riba.html

https://www.akuntansionline.id/standar-akuntansi-keuangan-
syariah/

http://www.iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-
keuangan/pernyataan-sas

23

Anda mungkin juga menyukai