(SAK SYARIAH)
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Topik Khusus
Akuntansi Keuangan
Disusun oleh :
Muhammad Rizaldy Agustian (5211171219)
Dina Nurdiana (5211171222)
Muhammad Iqbal Tawakal (5211171226)
Akuntansi - F
Penyusun
i
DAFTAR ISI
2.4 Apa Isi dari Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah) 5
1. Kesimpulan .................................................................................... 22
2. Saran .............................................................................................. 22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari SAK Syariah?
2. Bagaimana sejarah dari SAK Syariah?
3. Apa tujuan dari SAK Syariah?
4. Apa isi dari SAK Syariah?
5. Bagaimana contoh laporan keuangan yang sesuai dengan
SAK Syariah?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian SAK Syariah.
2. Untuk mengetahui sejarah SAK Syariah.
3. Untuk mengetahui tujuan SAK Syariah.
4. Untuk mengetahui isi dari SAK Syariah.
5. Untuk mengetahui contoh laporan keuangan yang sesuai
dengan SAK Syariah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
a. Kerangka Konseptual
b. Penyajian Laporan Keuangan Syariah
c. Akuntansi Murabahah
d. Musyarakah
e. Mudharabah
f. Salam
g. Istishna
Adapun prinsip atau kualitas dalam Standar Keuangan
Akuntansi Syariah:
1. Keadilan
2. Harga Sekarang/Fair Value
3. Materialitas dari sudut syariah
4. Objectivity/Verifiability
5. Reliability/The Truth
6. Social Commitment
7. Uniformity
8. Comparability
9. Concistency
10. Materiality
3
2.2 Sejarah Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK
Syariah)
Terhitung Sejak 1992-2002 atau 10 tahun lembaga
keuangan baik bank syariah maupun entitas syariah yang lain
tidak memiliki PSAK khusus yang mengatur transaksi dan
kegiatan berbasis syariah. PSAK 59 sebagai produk pertama
DSAK – IAI untuk entitas syariah perlu diajungkan jempol dan
merupakan awal dari pengakuan dan eksistensi keberadaan
akuntansi syariah di Indonesia. PSAK ini disahkan tanggal 1
Mei 2002, berlaku mulai 1 Januari 2003 atau pembukuan yang
berakhir tahun 2003 . hanya berlaku hanya dalam tempo 5
tahun.
4
Keenam PSAK merupakan standar akuntansi yang
mengatur seluruh transaksi keuangan syariah dari berbagai LKS.
Dalam penyusunaan keenam PSAK, KAS DSAK mendasarkan
pada pernyataan akuntansi perbankan syariah indonesia (PAPSI)
Bank Indonesia. Selain itu, penyusunan keenam PSAK juga
mendasarkan pada sejumlah fatwa akad keuangan syariah yang
diterbitkan oleh dewan syariah nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN MUI).
5
pengungkapan transaksi dan peristiwa tertentu diatur dalam
Pernyatan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
PSAK 101 memberikan penjelasan atas karakteristik
umum pada laporan keuangan syariah, antara lain terkait:
Penyajian secara wajar dan kepatuhan terhadap SAK;
Dasar akrual;
Materialitas dan penggabungan;
Saling hapus;
Frekuensi pelaporan;
Informasi komparatif; dan
Konsistensi Penyajian
Komponen laporan keuangan entitas syariah yang
lengkap terdiri dari:
Neraca
Laporan Laba Rugi
Laporan Arus Kas
Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Sumber Dana Penggunaan Dana Zakat
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
Catatan Atas Laporan Keuangan
2. PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan,
pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi
murabahah.
Ruang lingkup pernyataan ini diterapkan untuk
lembaga keuangan syariah dan koperasi syariah yang
melakukan transaksi murabahah baik sebagai penjual maupun
pembeli; dan pihak-pihak yang melakukan transaksi
murabahah dengan lembaga keuangan syariah atau koperasi
syariah.
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga
jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang
6
disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya
perolehan barang tersebut kepada pembeli.
7
a. Akuntansi untuk Pembeli
Piutang salam diakui pada saat modal usaha salam
dibayarkan atau dialihkan kepada penjual. Pembeli menyajikan
modal usaha salam yang diberikan sebagai piutang salam.Denda
yang diterima oleh pembeli diakui sebagai bagian dana
kebajikan.
Pembeli dalam transaksi salam mengungkapkan:
a) Besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri
maupun yang dibiayai secara bersama-sama dengan pihak
lain;
b) Jenis dan kuantitas barang pesanan; dan
c) Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK 101: Penyajian
Laporan Keuangan Syariah.
b. Akuntansi untuk Penjual
Kewajiban salam diakui pada saat penjual menerima modal
usaha salam sebesar modal usaha salam yang
diterima. Kewajiban salam dihentikan pengakuannya
(derecognation) pada saat penyerahan barang kepada
pembeli. Penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima
sebagai kewajiban salam.
Penjual dalam transaksi salam mengungkapkan:
a) Piutang salam kepada produsen (dalam salam paralel) yang
memiliki hubungan
istimewa;
b) Jenis dan kuantitas barang pesanan; dan
c) Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK 101: Penyajian
Laporan Keuangan Syariah
4. PSAK 104 tentang Akuntansi Istishna'
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan,
pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi
istishna’.
8
Ruang Lingkup Pernyataan ini diterapkan untuk
lembaga keuangan syariah dan koperasi syariah yang
melakukan transaksi istishna’, baik sebagai penjual maupun
pembeli.
Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan
tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli,
mustashni’) dan penjual (pembuat, shani’).
Berdasarkan akad istishna’, pembeli menugaskan
penjual untuk menyediakan barang pesanan (mashnu’) sesuai
spesifikasi yang disyaratkan untuk diserahkan kepada
pembeli, dengan cara pembayaran di muka atau tangguh.
Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh
pembeli dan penjual di awal akad. Ketentuan harga barang
pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad.
a. Akuntansi untuk Penjual
Pendapatan istishna’ diakui dengan menggunakan
metode persentase penyelesaian atau metode akad selesai.
Akad adalah selesai jika proses pembuatan barang pesanan
selesai dan diserahkan kepada pembeli.
Penjual menyajikan:
Piutang istishna’ yang berasal dari transaksi istishna’ sebesar
jumlah yang belum dilunasi oleh pembeli akhir.
Termin istishna’ yang berasal dari transaksi istishna’ sebesar
jumlah tagihan termin penjual kepada pembeli akhir.
Akuntansi pembeli
Beban istishna’ tangguhan: selisih antara harga beli dan
biaya perolehan tunai.
Beban istishna’ tangguhan diamortisasi secara
proporsional sesuai dengan porsi pelunasan hutang
istishna’
9
Pernyataan ini berlaku efektif untuk laporan keuangan
entitas yang mencakup periode laporan yang dimulai pada
atau setelah tanggal 1 Januari 2008.
Pernyataan ini menggantikan PSAK No. 59 tentang
Akuntansi Perbankan Syariah, yang berhubungan dengan
pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan
transaksi istishna’.
5. PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan,
pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi
mudharabah.
Ruang Lingkup Pernyataan ini diterapkan untuk entitas
yang melakukan transaksi mudharabah baik sebagai pemilik
dana (shahibul maal) maupun pengelola dana (mudharib).
Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan
akuntansi atas obligasi syariah (sukuk) yang menggunakan
akad mudharabah.
Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua
pihak di mana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan
seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana)
bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi di antara
mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial
hanya ditanggung oleh pemilik dana.
Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana
diakui sebagai investasi mudharabah pada saat pembayaran
kas atau penyerahan aset nonkas kepada pengelola dana.
Dana yang diterima dari pemilik dana dalam
akad mudharabah diakui sebagai dana syirkah temporer
sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang diterima.
Pada akhir periode akuntansi, dana syirkah temporer diukur
sebesar nilai tercatatnya.
10
PSAK 105 juga memberikan ketentuan penyajian dan
pengungkapan bagi pemilik dana dan pengelola dana
mudharabah.
11
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu
aset dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah)
tanpa diikuti dengan pemindahan. Aset ijarah adalah aset baik
berwujud maupun tidak berwujud, yang atas manfaatnya
disewakan.
PSAK 107 memberikan pengaturan akuntansi baik dari
sisi pemilik (mu’jir) dan penyewa (Musta’jir).
12
Pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah
dikurangi beban yang terkait, misalnya beban penyusutan, beban
pemeliharaan dan perbaikan, dan sebagainya.
13
Penyisihan Teknis
14
dan menyalurkan zakat dan infak/sedekah, yang selanjutnya
disebut “amil”, merupakan organisasi pengelola zakat yang
pembentukannya dimaksudkan untuk mengumpulkan dan
menyalurkan zakat dan infak/sedekah.
Pernyataan ini tidak berlaku untuk entitas syariah yang
menerima dan menyalurkan zakat dan infak/sedekah, tetapi
bukan kegiatan utamanya. Entitas tersebut mengacu ke PSAK
101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh
muzakki sesuai dengan ketentuan syariah untuk diberikan
kepada yang berhak menerimanya (mustahiq).
Infak/sedekah adalah harta yang diberikan secara
sukarela oleh pemiliknya, baik peruntukannya dibatasi
(ditentukan) maupun yang tidak dibatasi. Karakteristik zakat
merupakan kewajiban syariah yang harus diserahkan oleh
muzakki kepada mustahiq baik melalui amil maupun secara
langsung. Ketentuan zakat mengatur mengenai persyaratan
nisab, haul (baik yang periodik maupun yang tidak periodik),
tarif zakat (qadar), dan peruntukkannya.
Infak/sedekah merupakan donasi sukarela, baik tertentu
maupun tidak tertentu peruntukannya. Zakat dan
infak/sedekah yang diterima oleh amil harus dikelola sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah dan tata kelola yang baik.
10. PSAK Syariah 110 tentang Akuntansi Sukuk
PSAK 110 mengatur mengaturpengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan transaksi sukuk ijarah
dansukuk mudharabah.
Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang
melakukan transaksi sukuk ijarah dan sukukmudharabah,
baik sebagai penerbit sukuk maupun investor sukuk.
15
Sukuk adalah efek syariah berupa sertifikat atau bukti
kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagianyang
tidak tertentu (tidak terpisahkan atau tidak terbagi) atas:
16
penerbitan sukuk ijarah, investasi;
termasuk: e) Tujuan model usaha
i. ringkasan akad syariah yang digunakan;
yang digunakan; f) Jumlah investasi yang
ii. aset atau manfaat yang direklasifikasikan, jika
mendasari; ada, dan penyebabnya;
iii. besaran imbalan;
g) Nilai wajar untuk
iv. nilai nominal;
investasi yang diukur
v. jangka waktu;
pada biaya perolehan;
vi. persyaratan penting
dan
lain.
h) Lain-lain.
b) Penjelasan mengenai aset
atau manfaat yang
mendasari penerbitan
sukuk ijarah, termasuk
jenis dan umur
ekonomik; dan
c) Lain-lain.
17
2.5 Laporan Keuangan yang Sesuai dengan SAK Syariah
1. Neraca
PT Asuransi Syariah “X”
Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Per 31 Desember 20x1
Aset
Kas dan setara kas xxx
Piutang kontribusi xxx
Piutang reasuransi xxx
Piutang xxx
Murabahah xxx
Salam xxx
Istishna’ xxx
Investasi pada surat berharga xxx
Pembiayaan xxx
Mudharabah xxx
Musyarakah xxx
Investasi pada entitas lain xxx
Properti investasi xxx
Aset tetap dan akumulasi penyusutan xxx
Jumlah aset xxx
Kewajiban
Penyisihan kontribusi yang belum menjadi hak xxx
Utang klaim xxx
Klaim yang sudah terjadi tetapi belum dilaporkan xxx
Bagian reasuransi dari pihak lain atas klaim yang
masih harus dibayar xxx
Bagian peserta atas surplus underwriting dana
tabarru’ yang masih harus dibayar xxx
Utang reasuransi xxx
Utang dividen xxx
Utang pajak xxx
18
Jumlah kewajiban xxx
Dana Peserta
Dana syirkah temporer
Mudharabah xxx
Dana tabarru’ xxx
Jumlah dana peserta xxx
Ekuitas
Modal disetor xxx
Tambahan modal disetor xxx
Saldo Laba xxx
Jumlah ekuitas xxx
Jumlah kewajiban, dana peserta, dan ekuitas xxx
19
Pendapatan Investasi
Total pendapatan investasi xxx
-/- Beban pengelolaan portofolio investasi xxx
Pendapatan investasi neto xxx
Surplus (Defisit) Underwriting Dana Tabarru’ xxx
20
Jumlah beban xxx
Laba Usaha xxx
Pendapatan (beban) nonusaha neto xxx
Laba Sebelum Pajak xxx
Beban pajak xxx
Laba Neto xxx
21
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pada saat ini, banyak pebisnis-pebisnis yang mulai
merambah dan beralih menggunakan prinsip syariah dalam
usahanya. Oleh karena itu, pembuatan dan penyusunan standar
akuntansi keuangan syariah perlu dibuat untuk menyambut
tantangan dan perkembangan tersebut. Namun tidak banyak
orang yang mengetahui tentang cabang akuntansi yang
tergolong baru ini. Sehingga diperlukan pengenalan dan
pelatihan untuk mensosialisasikan standar akuntansi keuangan
syariah ini.
2. Saran
Dengan adanya Standar Akuntansi Syariah (SAK
Syariah) diharapkan dapat menjadi panduan bagi masyarakat
maupun instansi-instansi yang mempelajari, mengelola, dan
menggunakan sistem keuangan. PSAK mendefinisikan dan
mendeskripsikan secara teliti tentang rincian sistem keuangan
dan produk-produk komersial yang digunakan dalam
perbankan syariah.
22
DAFTAR PUSTAKA
(Sumber: Wiyono, Slamet (2009), Ebook Membumikan
Akuntansi Syariah di Indonesisia, Shambie Publisher,
Tangerang)
https://ikhwamuji.wordpress.com/2014/01/07/standar-akuntansi-
keuangan-dan-perkembangannya-di-indonesia-melaui-ifrs/
http://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2011/03/Standar-
Akuntansi-Keuanan-Entitas-Tanpa-Akuntanbilitas-Publik-SAK-
ETAP.pdf
http://carmelcurhatmodeon.blogspot.co.id/2012/04/badan-
pembuat-standar-akuntansi-di.html
http://www.organisasi.org/1970/01/arti-singkatan-psak-
kepanjangan-dari-psak-kamus-akronim-bahasa-indonesia.html
http://www.ilmu-ekonomi.com/2012/02/pernyataan-standar-
akuntansi-keuangan.html
http://jurnalakuntansikeuangan.com/istilah-definisi-akuntansi-
psak/
https://makalahubb.blogspot.com/2017/05/makalah-akuntansi-
syariah-konsep-riba.html
https://www.akuntansionline.id/standar-akuntansi-keuangan-
syariah/
http://www.iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-
keuangan/pernyataan-sas
23