Disusun oleh:
Kelompok 2
1. Dianing Widya Kusumastuti (S432102004)
2. Dio Rizka (S432102005)
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2021
Abstrak
Tujuan dari penyusunan artikel “Transfer pricing practices andspecific anti-avoidance
rules in Asian developing countries” adalah untuk mengkaji adanya pergeseran pendapatan
(profit shifting) dengan menggunakan Transfer Pricing (TP) yang tidak hanya meliputi
instrument penjualan namun juga pembelian, pelayanan/jasa manajemen, di negara
berkembang Asia. Selain itu, artikel tersebut juga mejelaskan peran SAAR (aturan untuk
penghindaran pajak) di berbagai jenis transaksi. Metode penelitian yang digunakan
merupakan data panel dari 200 sampel anak perusahaan multinasional di sepuluh negara
selama tahun 2010-2014. Hasil penelitian antara lain mengungkapkan praktik TP tidak
ditemukan dalam transaksi penjualan namun ditemukan pada transaksi pembelian, biaya
layanan/jasa manajemen, dan pendapatan layanan terhadap pihak-pihak tertentu.
A. Pendahuluan
Beberapa hasil penelitian sebelumnya, mengungkapkan bahwa transaksi yang
terjadi pada lintas negara seringkali menjadi pemicu penghindaran pajak perusahaan. Latar
belakang yang menjadi seringnya tindakan tersebut terjadi demi mendapatkan keuntungan
yang lebih besar. Beberapa hasil penelitian seperti Haris, dkk (1993) mengatakan
pergeseran pendapatan akan lebih rentan pada perusahaan dengan tarif pajak yang tinggi ke
negara-negara yang rendah, utamanya pada instrumen pendanaan utang. Sehingga hal
seperti ini akan menyebabkan erosi dasar pengurangan laba. Maka demikian, untuk
meminimalisir tindakan semacam itu, diperlukan kombinasi SAAR dalam penelitian ini.
Penelitian Rohse dan Riedel (2013), membuktikan peran SAAR terbukti dapat mencegah
income shifting atau pergeseran pendapatan di negara Eropa.
Berdasarkan laporan Investasi Dunia negara bagian Asia memiliki tingkat FDI
yang paling tertinggi dibandingkan dengan negara bagian yang lain. Maka karena itu
dicurigai tindakan profit shifting rentan terjadi, selain itu negara Asia memiliki alasan
pendukung lain yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam menjalankan profit shifting,
diantaranya adalah pengurangan beban pajak akibat tarif pajak yang terlalu tinggi, system
penegakan hukum yang tergolong rendah, jumlah perusahaan yang berkembang di negara
berkembang Asia lebih tinggi daripada di negara maju Asia sehingga membawa
memberikan keuntungan melalui transaksi lintas batas oleh perusahaan induk. Umumnya,
perusahaan multinasional melakukan profit shifting dengan cara mengalihkan dari
perusahaan anak yang memiliki tarif pajak tinggi ke perusahaan anak yang rendah.
Penelitian tersebut menyajikan bukti empiris yang kuat bahwa perbedaan pajak
antar negara menginduksi TP dalam transaksi pembelian dan layanan manajemen untuk
mengurangi beban pajak. Ini mendukung survei yang menunjukkan bahwa perusahaan
melakukan lebih banyak TP dalam transaksi layanan manajemen. Selain itu, hasil penelitian
ini menawarkan bukti mendalam tentang bagaimana SAAR hanya mampu mencegah
praktik TP dalam pendapatan layanan penjualan dan manajemen, tetapi tidak dalam
transaksi pembelian atau biaya layanan manajemen. Hasil tersebut akan memberikan
wawasan kepada fiskus untuk selalu terus menyempurnakan regulasi TP sehingga SAAR
mampu mencegah praktik tersebut, khususnya dalam transaksi pembelian dan biaya jasa
pengelolaan. Hasil lebih lanjut menjelaskan bahwa aktivitas TP terdeteksi dalam transaksi
pembelian dan biaya layanan manajemen karena kelemahan SAAR.
B. Tinjauan Literatur
1. Penghindaran Pajak International
Menurut penelitian yang dilakukan Rego (2003) menyimpulkan bahwa transaksi
lintas negara kerap menjadi penghindaran pajak secara international, apalagi pada
perusahaan besar yang memiliki tarif pajak yang variatif utamanya. Penghindaran
pajak dapat terjadi apabila perusahaan memiliki cabang di seberang negara lain,
penyebab adanya pemutusan untuk hal seperti itu tidak lain adalah tarif pajak.
Perusahaan induk dapat meminimalkan pembiayaan pajak dengan cara menstransfer
pendapatan ke perusahaan yang memiliki tingkat tarif pajak rendah, tindakan
tersebut relatif dikenal dengan nama income shifting atau pergeseran pendapatan.
2. Harga Transfer
Merupakan pembiayaan yang wajib dikeluarkan dalam melakukan perdagangan
international secara internal atau bahkan terlibat dengan pihak-pihak lain yang
dimungkinkan akan menimbulkan harga internal atau disebut dengan harga transfer.
Penelitian sebelumnya telah menghasilkan suatu pernyataan yang mana menyatakan
bahwa untuk mengidentifikasi TP dapat menggunakan instrument penjualan, dan
untuk mengidentifikasi layanan/jasa manajemen maka menggunakan survey dari
konsultan pajak.
3. Aturan tanpa Penghindaran Khusus.
Upaya pemerintah dalam menekan perusahaan dalam melakukan praktik
penghindaran pajak, kini termuat dalam peraturan yang dinamakan SAAR. Dimana
dalam SAAR tersebut terkandung informasi secara teknis bagaimana cara
mencegah, mendeteksi, praktik penghindaran pajak. Efektivitas penerapan SAAR
telah menimbulkan perbedaan di berbagai kalangan peneliti, namun kini telah
dirangkum oleh penelitian Lohse dan Riedel (2013) yang menggunakan instrument
pengukuran paling lengkap yaitu keberadaan aturan TP, aturan dokumentasi TP,
penalti khusus TP dan ketersediaan perjanjian penetapan harga di muka yang dapat
mengurangi aktivitas pengalihan keuntungan.
C. Hipotesis
1. Pengaruh perbedaan tarif pajak pada praktik transer pricing (TP) guna
penghindaran pajak
Salah satu tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan dan
kinerja operasionalnya adalah menghindari pajak guna mendapatkan keuntungan
lebih dan kesempatan lebih dalam mencapai peluang karir. Minimalnya pajak yang
dibayarkan tentu akan mempengaruhi tingkat likuiditas, arus kas, neraca, dan
kinerja perusahaan baik keuangan maupun non keuangan seperti reputasi kinerja
atas manajemen perusahaan. Pernyataan tersebut disampaikan oleh (Grubert and
Mutti, 1991; Shackleford and Shevlin, 2001 & dan Taylor and Richardson, 2012).
Upaya penghindaran pajak dapat dilakukan melalui Transfer Pricing (TP) dengan
cara menstransfer keuntungan dari perusahaan dengan tarif pajak yang tinggi ke
tarif pajak yang rendah. Selain itu, pernyataan tersebut juga didukung oleh
Beuselinck et al. (2014) jika tarif pengeluaran pajak dalam negri lebih rendah maka
pergeseran pendapatan akan beralih ke luar negri sehingga pergeseran pendapatan
akan lebih rentan pada negara yang penegakan hukumnya lemah.
Praktik TP seringkali membawa dampak pada instrument penjualan, hal
tersebut juga diungkapkan oleh peneliti terdahulu, semakin besar selisih tarif pajak
dan semakin tinggi volume penjualan kepada pihak berelasi, maka akan semakin
kecil pembayaran pajak perusahaan yang dilakukan. Instrument lain yang
diungkapkan membawa pengaruh terhadap penghindaran pajak adalah layanan/jasa
manajemen, hal tersebut dilatar belakangi karena otoritas pajak kesulitan dalam
melakukan pendeteksian sehingga memerlukan bantuan jasa manajemen.
Pernyataan tersebut diungkapkan oleh by Jacob (1996), Connover (2000), Olibe and
Rezaee (2008) and Clausing (2003) then Kristiaji (2015). Sehingga dapat dikatakan
selain instrument penjualan dan layanan manajemen, masih berkemungkinan
ditemukan pada instrument pembelian.
H1: Semakin besar perbedaan antara tarif pajak negara asal dan dari pihak
berelasi maka akan semakin besar peluang penggunaan transfer pricing
guna penghindaran pajak.
2. Pengaruh aturan anti-penghindaran khusus (SAAR) pada praktik penetapan
harga transfer
Aturan anti penghindaran khusus adalah peraturan anti penghindaran pajak
yang secara khusus mengatur ketentuan untuk mencegah jenis penghindaran pajak
tertentu. Contoh SAAR dalam mencegah TP adalah pemberian kesepakatan harga
yang wajar dan kesepakatan harga di muka. Beberapa penelitian sudah
membuktikan bahwa penerapan SAAR akan menjadi sangat efektif apabila
perumusan SAAR diuraikan secara jelas dan memiliki sanski yang tegas, apalagi
apabila sebuah negara telah menerapkan secara ketat maka akan semakin tipis
peluang terjadinya penghindaran pajak (Bartelsman and Beetsma (2003). Penelitian
Beuselinck et al. (2014) sebelumnya telah merumuskan bagaimana mengukur
lingkungan perpajakan terkait TP dengan memberikan skor pada penerapan aturan
pengungkapan pihak terkait. Hasil penelitian mereka menyiratkan bahwa jika suatu
negara dengan tarif pajak tinggi memiliki lingkungan pajak yang rendah, pergeseran
pendapatan akan mengalir ke perusahaan di negara-negara dengan tarif pajak
rendah. Namun demikian, jika negara-negara dengan tarif pajak tinggi
memberlakukan lingkungan hukum pajak yang tinggi, pergeseran pendapatan yang
mengalir ke perusahaan-perusahaan yang berlokasi di negara-negara dengan tarif
pajak rendah akan berkurang sehingga akan mengurangi tarif pembayaran pajak dari
mengalirnya pendapatan.
H2: Penetapan harga transfer yang ketat akan SAAR di negara-negara
dengan tarif pajak yang lebih tinggi akan melemahkan penggunaan
transfer pricing guna penghindaran pajak perusahaan.
D. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Sari, dkk
(2020) adalah sebagai berikut :
1. Variabel Independen : variabel independen yang digunakan adalah
transfer pricing. Menurut penelitian Jacob’s (1996) dan Connover’s
(2000), proksi TP adalah proporsi penjualan kepada pihak berelasi di luar
negeri terhadap total ekuitas.
Pengukuran TP juga menggunakan proksi pembelian dari pihak berelasi di
luar negeri. Proksi tersebut digunakan karena transaksi TP tidak hanya
terdiri dari penjualan tetapi juga pembelian.
Biaya jasa manajemen sebagai proksi dari TP, dihitung dengan cara :
Pendapatan jasa manajemen sebagai proksi dari TP, dihitung dengan cara :