Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS CORPORATE GOVERNANCE DAN REFORMASI

PERPAJAKAN TERHADAP MANAJEMEN LABA DAN


MANAJEMEN PAJAK PADA PERUSAHAAN TERDAFTAR DI BEI

SELLY SEPTIANI
DWI MARTANI
Universitas Indonesia

Abstract
This study aimed to analyze corporate governance and tax reform toward
ABTD (Abnormal Book-Tax Differences). High level of ABTD indicates firm
has strong incentives for doing tax and earning management. Besides that,
measurement of corporate governance performance is based on Asean CG
Scorecards but only for assessment role of board of commissioner, boardof
director, and audit committee. This study used 113 sample from all listed
firm in BEI from 2008-2012, except mining, agriculture, financial, and
construction. The results suggest that (1) firm did tax management
alongside earning management during decreasing tax rate (2) tax
management depends on tax facility for tax rate lower 5% for company has
40% or more public share ownership (3)earning management depends on
financial condition of firm, either they are in profit or loss (4) proactive
approach by board of commissioner and board of directormight be able to
minimize company tax expense.

Keyword: abnormal book-tax differences, Asean CG Scorecard, tax


reform, corporate governance.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan coporate
governance dan reformasi perpajakan terhadap ABTD (Abnormal Book-Tax
Differences).ABTD yang tinggi mengindikasikanperusahaan memiliki
insentif yang besar untuk melakukan manajemen pajak dan manajemen laba.
Disamping itu, pengukuran tata kelola perusahaan menggunakan Asean CG
Scorecards namun hanya untuk penilaian peran dewan komisaris, dewan
direksi, dan komite audit. Penelitian ini menggunakan 113 sampel
perusahaan yang terdaftar di BEI dari tahun 2008-2012, kecuali untuk
perusahaan yang bergerak pada bidang industri pertambangan, pertanian,
keuangan, dan konstruksi. Hasil penelitian ini diantaranya (1) perusahaan
melakukan manajemen pajak sekaligus manajemen laba pada saat
penurunan tarif pajak (2) manajemen pajak yang dilakukan perusahaan
dipengaruhi oleh fasilitas perpajakan yaitu dengan tarif pajak lebih rendah
5% untuk perusahaan yang 40% atau lebih sahamnya dimiliki oleh public
(3) manajemen laba dipengaruhi oleh kondisi perusahaan mengalami
kerugian atau memperoleh laba (4) peran dewan komisaris dan direksi
secara efektif dapat meminimalkan beban pajak perusahaan.

Kata Kunci: Abnormal book-tax differences, Asean CG Scorecards,


reformasi perpajakan, tata kelola perusahaan.
1. Pendahuluan
Sebagai suatu negara yang berdaulat, Indonesia memiliki tujuan pembangunan
nasional guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.Namun, hal ini
tentu harus didukung oleh pendanaan yang memadai, baik yang bersumber dari
pemerintah maupun swasta.Salah satu sumber dana pemerintah adalah melalui
pemungutan pajak. Dalam rangka meningkatkan penerimaan negara yang bersumber
dari pajak, pemerintah melakukan reformasi peraturan perpajakan pada tahun 2008,
yang mengakibatkan perubahan tarif pajak bagi PPh badan dari yang sebelumnya
bersifat progressif dengan tarif pajak sebesar 10% hingga 30% menjadi tarif
proporsional sebesar 28% pada tahun 2009, dan pada tahun 2010 tarif tersebut direvisi
kembali menjadi 25% yang masih berlaku hingga saat ini. Disamping itu, berdasarkan
pasal 17 ayar 2b UU No 36 tahun 2008, pemerintah juga memberikan fasilitas
pengurangan tarif pajak sebesar 5% bagi perusahaan terbuka yang 40% atau lebih
sahamnya yang disetor serta diperdagangkan di BEI dimiliki oleh publik
Reformasi perpajakan ini menimbulkan insentif perusahaan untuk melakukan
manajemen laba negatif (income decreasing) dengan melakukan penangguhan
pendapatan maupun mempercepat pengakuan beban pada saat satu tahun sebelum
penurunan tarif.(Guenther, 1994); Lin et al., 2012). Disisi lain, perusahaan secara umum
memiliki tujuan meningkatkan kesejahteraan para pemegang sahamnya dengan cara
memberikan kontribusi laba yang besar sehingga tidak jarang perusahaan melakukan
manajemen laba untuk menjaga labanya tetap tinggi. Namun, keinginan untuk
memberikan kontribusi laba yang besar pada para pemegang saham dihadapkan pada
pajak yang merupakan beban sebagai pengurang laba, sehingga tidak jarang perusahaan
juga melakukan manajemen pajak, baik yang bersifat avoidance maupun evasion guna
meminimalkan kewajiban pajak perusahaan tersebut.Pelaporan laba yang rendah tentu
dapat memperburuk citra perusahaan di mata stakeholder, oleh karena itu, perusahaan
cenderung memanfaatkan celah pada undangan-undang perpajakan maupun peraturan
standar akuntansi yang berlaku (PSAK), agar labanya tetap tinggi sedangkan laba
fiskalnya rendah.
Undang-undang perpajakan memiliki perbedaan yang tidak sedikit dengan
standar akuntansi, sebagai contoh UU pajak tidak menentukan secara spesifik
pengakuan pendapatan dan beban-beban yang terkait dengan pendapatan tersebut,
sedangkan standar akuntansi memuat ketentuan hal tersebut serta memberikan
keleluasaan perusahaan dalam memilih kebijakan akuntansinya. Perbedaan ini
menyebabkan terjadinya temporary differences maupun permanent differences yang
berimplikasi pada perbedaan book income dan taxable income perusahaan atau lebih
dikenal book-tax differences (BTD). BTD memberikan gambaran elemen dari
penghindaran pajak (Hanlon and Shevlin, 2010) dan juga gambaran manajemen laba
(Mills et al., 2001; Philips et al., 2003).Pada konsepnya BTD terdiri dari dua yaitu
normal book-tax differences (NBTD)dan abnormal book-tax differences (ABTD).
NBTD merupakan perbedaan laba akuntansi dan fiskal yang wajar serta tunduk pada
standar akuntansi dan undang-undang perpajakan.Sebaliknya ABTD mencerminkan
perbedaan yang tidak wajar yang disebabkan oleh manajemen laba maupun manajemen
pajak.
Penelitian yang dilakukan Tang and Firth, 2011 meneliti adanya hubungan
ABTD terhadap faktor manajemen laba dan manajemen pajak pada perusahaan di
China.Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen laba dapat dijelaskan oleh 7.4%
ABTD, manajemen pajak dapat dijelaskan oleh 27.8% ABTD, sedangkan interaksi
keduanya dapat dijelaskan dengan 3.2% ABTD.
Manajemen sebagai pihak yang mengelola operasi perusahaan (agent) memiliki
informasi internal perusahaan lebih banyak dibandingkan pemegang saham (principal).
Kondisi ini memicu terjadinya asimetri informasi dan konflik kepentingan antaraagent
dan principal yang berakibat pada praktik manajemen laba yang dilakukan oleh agent
(Richardson, 1998). Konflik tersebut dapat diatasi dengan good corporate governance
sebagai suatu mekanisme yang digunakan perusahaan untuk mengontrol tindakan
manajer.Oleh karena itu penerapan prinsip-prinsip good corporate governance
diharapkan dapat mengurangi praktik manajemen laba dan manajemen pajak yang
dilakukan oleh pengelola perusahaan.
Selama ini telah banyak tolak ukur untuk mengukur praktik good corporate
governance perusahaan, salah satunya adalah Asean CG Scorecards yang dibentuk oleh
Asean Capital Market Forum (ACMF) pada tahun 2011 yang bertujuan untuk
meningkatkan konvergensi dan integrasi pasar modal Indonesia serta meningkatkan
corporate governance di Asean.
Penelitian ini merupakan modifikasi dari penelitian Tang and Firth,
2011.Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah ABTD sebagai
pendeteksi manajemen laba dan manajemen pajak pada saat reformasi perpajakan dan
juga untuk menunjukkan hubungan antara ABTD dengan praktik corporate
governance.Oleh karena itu terdapat beberapa perubahan dari model penelitian
sebelumnya yaitu dengan adanya penghapusan variable applicable tax rate dan numbers
karena di Indonesia tidak ada perbedaan tarif pajak diantara berbagai industri, serta
menambahkan variabel facility untuk menunjukkan perusahaan yang mendapatkan
fasilitas pengurangan tarif PPh badan, variabel leverage untuk menghitung tingkat
hutang perusahaan, variabel dummy year untuk menunjukkan periode sebelum dan
sesudah perubahan tarif pajak, serta variabel board, audit committee, audit internal
untuk penilaian corporate governance yang berfokus kepada monitoring praktik
manajemen laba dan manajemen pajak. Penilaian corporate governance menggunakan
pedoman Asean CG Scorecards.
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah:
1. Mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh penurunan tarif PPh badan
terhadap ABTD.
2. Mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh faktor-faktor pendeteksi
manajemen pajak terhadap ABTD.
3. Mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh faktor-faktor pendeteksi
manajemen laba terhadap ABTD.
4. Mendapatlan bukti empiris mengenai pengaruh penilaian corporate
governance terhadap ABTD.

2. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis


2.1 Book-Tax Differences
Penyajian laba akuntansi yang disusun berdasarkan PSAK mempunyai tujuan
yang berbeda dengan laba fiskal yang berdasarkan UU Perpajakan Indonesia.Laporan
keuangan akuntansi bertujuan untuk memberikan gambaran posisi keuangan, kinerja
keuangan, serta arus kas perusahaan yang dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan ekonomi oleh penggunanya (PSAK 1 Rev 2009).Sedangkan menurut UU
Perpajakan, laporan keuangan bertujuan untuk membuat SPT PPh Badan perusahaan
yang bersangkutan sehingga dapat dibayarkan pajak terutangnya demi menjalankan
kewajibannya kepada negara.Atas dasar perbedaan tujuan, peraturan, dan prinsip dari
laba komersial dan fiskal tersebut, maka timbul book tax differences (BTD) yang
merupakan selisih antara laba komersial dan fiskal.
Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa BTD dapat menjadi
pendeteksi praktik manajemen laba maupun manajemen pajak. Philips et al., 2003,
menemukan bahwa perusahaan yang melakukan manajemen laba dengan menjaga laba
akuntansinya tetap tinggi sedangkan laba kena pajaknya rendah akan menghasilkan
BTD yang tercermin pada beban pajak tangguhan yang besar. Mills et al., 2001,
menemukan bahwa BTD yang besar berhubungan positif dengan pola penyajian laba
sebelumnya, financial distress, dan bonus threshold. Joss et al., 2000, menyatakan
bahwa perusahaan yang memiliki earning respon coefficient yang kecil ditunjukkan
dengan besarnya nilai BTD. Sedangkan penelitian yang menyatakan BTD dapat
mendeteksi manajemen pajak diantaranya Frank et al., 2009, yang menemukan
hubungan positif antara BTD dan perusahaan yang melakukan tax shelter.
Book tax differences terbentuk oleh 2 perbedaan (Kieso, 2011) yaitu: 1)
Perbedaan permanen yang disebabkan oleh adanya laba yang merupakan bagian dari
laba komersial akan tetapi tidak masuk dalam perhitungan laba pajak dan adanya beban
yang merupakan pengurang bagi laba komersial akan tetapi tidak boleh dikurangkan
dari laba pajak yang bersifat permanen, sehingga perbedaan ini tidak bisa terpulihkan di
masa yang akan datang. 2) Perbedaan temporer yang disebabkan adanya perbedaan
jumlah asset atau liabilitasnya dalam laporan kuangan komersial dan laporan keuangan
fiskal (PSAK 46 Revisi 2010) perbedaan ini dapat terpulihkan di masa depan, sehingga
jika dihitung secara keseluruhan tidak terjadi perbedaan, perbedaan hanya terjadi pada
beberapa periode saja.
2.2 Asean CG Scorecards
Berbagai persiapan untuk menghadapi Asean Economic Community telah
dilakukan jauh sebelum tahun 2015. Salah satunya adalah, dibentuknya ACMF (Asean
Capital Market Forum) pada tahun 2009 yang melakukan inisiasi membentuk Asean
corporate governance pada tahun 2011 dengan pembiayaan dari Bank ADB. Asean
corporate governance tediri dari Asean CG Scorecard dan peringkat corporate
governance perusahaan terbuka se-Asean yang bertujuan untuk mencapai konvergensi
dan integrasi pasar modal.
Namun, dalam praktiknya terdapat beberapa perbedaan antara praktik corporate
governance di Indonesia dan pedoman Asean CG Scorecards.Tabel dibawah ini
menjelaskan beberapa perbedaan tersebut.
Tabel 1 Perbedaan CG di Indonesia dan Asean CG Scorecards
Praktik CG di Indonesia Pedoman Asean CG Scorecards
Jumlah dewan komisaris dan direksi Jumlah dewan komisaris dan direksi
disesuaikan dengan kompleksitas minimal 6 orang dan tidak lebih dari 12
perusahaan orang.
Jumlah komisaris independen yang juga Mayoritas jumlah anggota komite audit
merupakan anggota komite audit berasal dari komisaris independen.
minimal adalah 1, atau mencakup 30%
dari jumlah keseluruhan komite audit.
Minimal 1 anggota komite audit terlepas Anggota komite audit yang berasal dari
apakah berasal dari komisaris komisaris independen harus memiliki latar
independen atau dari luar perusahaan, belakang akuntansi
memiliki latar belakang akuntansi /
keuangan.
Pengangkatan dan pemberhentian Pengangkatan dan pemberhentian audit
internal audit dilakukan oleh direktur internal dilakukan oleh dewan direksi
utama dengan persetujuan dewan dengan persetujuan komite audit
komisaris
Sumber: data telah diolah kembali

2.3 Pengembangan Hipotesis


Penelitian ini menghubungkan dampak reformasi perpajakan dengan
manajemen laba yang dilakukan secara bersama-sama dengan manajemen pajak dengan
menggunakan proxy ABTD. Perusahaan yang terlibat pada manajemen pajak dan
manajemen laba ditunjukkan dengan nilai ABTD yang besar (Tang and Firth,
2011).Disamping itu, penurunan tarif pajak biasanya ditanggapi oleh perusahaan dengan
melakukan manajemen laba negatif pada saat satu tahun sebelum penurunan tarif pajak
(Guenther., 1994 & Lin et al., 2011). Sehingga, dapat dikembangkan hipotesis sebagai
berikut:
H 1 : Manajemen laba dan manajemen pajak pada periode sebelum penurunan tarif
pajak terjadi lebih tinggi dari pada setelah penurunan tarif pajak.
Klassen and Shackelford, 1998 menyatakan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi manajemen pajak adalah adanya perbedaan dalam kebijakan pengenaan
tarif pajak. Di Indonesia, pada saat reformasi Pemerintah memberikan fasilitas berupa
pengurangan tarif sebesar 5% bagi perusahaan yang kepemilikan sahamnya dimiliki
oleh publik 40% atau lebih (Pasal 17 ayat (2b)). Sehingga, dapat dikembangkan
hipotesis sebagai berikut:
H 2 : Perusahaan yang mendapatkan fasilitas perpajakan melakukan manajemen laba
dan manajemen pajak yang lebih rendah
Hasil penelitian Lanis and Richardson, 2011 menyatakan bahwa perusahaan
yang memiliki komisaris independen, jumlah outside board of director yang besar,
memiliki komite audit serta pengungkapan laporan internal auditnya melakukan praktik
manajemen laba dan manajemen pajak yang lebih rendah. Sejak tahun 2011, negara-
negara di Asean telah sepakat untuk membuat sebuah pengkuran corporate governance
untuk perusahaan publik di Asia Tenggara, demi dapat meningkatkan praktik good
corporate governance di Asean sekaligus mempersiapkan Asean Economic Community
pada tahun 2015. Penilaian tersebut terdiri dari beberapa pertanyaan yang mencakup
lima prinsip OECD, setiap pertanyaan yang dapat terjawab diberi nilai 1 sedangkann
nilai 0 untuk sebaliknya. Sehingga dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut:
H 3 : Terdapat hubungan negatif antara tata kelola perusahaan dengan manajemen laba
dan manajemen pajak.
Menurut Scoot, 2012 salah satu motivasi perusahaan yang melakukan
manajemen laba adalah IPO (initial public offering), perusahaan menyajikan laba yang
ada di prospektus sebagai sinyal kepada investor mengenai nilai perusahaan sehingga
dapat mempengaruhi keputusan investor.Begitu juga hal dengan perusahaan yang
melakukan right issue, yang bertujuan agar sahamnya dapat lebih banyak dibeli oleh
investor. Sehingga dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut
H 4 : Perusahaan yang melakukan right issue melakukan manajemen laba dan
manajemen pajak yang lebih besar
Telah banyak penelitian yang menyebutkan bahwa mencegah perusahaan
mengalami kerugian merupakan salah satu insentif untuk melakukan manajemen laba
(Burgstahler & Dichev, 1997).Perusahaan yang hanya memperoleh laba yang kecil atau
yang mengalami kerugian membuat reputasinya menjadi buruk di mata stakeholder
serta menanggung biaya agensi yang tinggi (Shackelford, et al., 2001). Sehingga dapat
dikembangkan hipotesis sebagai berikut:
H 5 : Perusahaan yang mengalami kerugian melakukan manajemen laba dan manajemen
pajak yang lebih besar
Frank et al., 2009 menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara rasio
tingkat hutang dengan manajemen pajak, hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki
hutang yang besar akan memanfaatkan beban bunga hutang tersebut untuk menjadi
pengurang dalam laba kena pajak yang nantinya akan menurunkan laba kena pajak.
Sehingga dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut:
H 6 : Terdapat hubungan positif antara tingkat hutang dengan manajemen laba dan
manajemen pajak
Berdasalan penelitian sebelumnya, perusahaan yang berukuran besar mendapatkan
monitoring yang lebih ketat oleh stakeholder, sheingga perusahaan tersebut akan lebih
berhati-hati dan transparan dalm melaporkan kondisi keuangannya. Oleh karena itu,
perusahaan tersebut akan lebih sedikit dalam melakukan manajemen laba dan
manajemen pajaknya. Hal ini didukung oleh penelitian Siregar and Utama, 2005; Tang
and Firth, 2011 yang menemukan bahwa adanya hubungan negatif signifikan antara
ukurna perusahaan dengan manajemen laba.Oleh karena itu, dalam penelitian ini
diprediksi variabel kontrol ukuran perusahaan memiliki hubungan negative signifikan
terhadap manajemen laba dan manajemen pajak.

3. Data dan Sampel Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder berupa laporan
tahunan serta laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2008 hingga 2012.Data sekunder ini dapat diperoleh melalui Pusat Data Ekonomi
dan Bisnis (PDEB) FEUI, website Indonesia Stock Exchange (IDX), serta website
perusahaan dari perusahaan terkait.
Pengambilan sampel dilakukan denganpurposive sampling, dengan metode non
probability, karena keterbatasan data annual report perusahaan yang listed dari tahun
2008-2012. Sampel yang diambil merupakan sampel yang memenuhi syarat sebagai
berikut:
1) Perusahaan merupakan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari
tahun 2008-2012.
2) Perusahaan yang dipilih merupakan bagian dari semua jenis industri kecuali 50
perusahaan yang bergerak di bidang kontruksi, 76 perusahaan yang bergerak
pada bidang keuangan, 30 perusahaan yang bergerak pada bidang pertambangan,
dan 15 perusahaan yang bergerak pada bidang pertanian. Hal ini, dikarenakan
perusahaan yang bergerak pada bidang konstruksi merupakan wajib pajak PPh
Final, sedangkan perusahaan yang bergerak pada bidang keuangan,
pertambangan, dan pertanian merupakan perusahaan yang dalam ketentuan
perpajakan diperbolehkan membentuk dan memupuk dana cadangan.
3) Perusahaan yang memiliki kelengkapan data laporan tahunan serta laporan
keuangan dari tahun 2008-2012.
Berdasarkan kriteria yang ditetapkan, maka didapatkan sampel akhir sebanyak 113
perusahaan dengan periode lima tahun, total menjadi 565 observasi.
Tabel 2. Ikhtisar Pemilihan Sampel
Jumlah seluruh perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012 465
Perusahaan yang bergerak di bidang keuangan (74)
Perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi (54)
Perusahaan yang bergerak di bidang pertanian (18)
Perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan (36)
Data tidak tersedia secara lengkap (170)

Sampel perusahaan 113


Total sampel selama 5 tahun 565
Sumber: data telah diolah kembali
3.1 Model Penelitian
ABTDit = α0 + α1 YEARit + α2 FACit + α3 CGit + α4 SEONit + α5 LOSSit + α6 LEVit
+ α7 SIZEit + εit … … … (𝟑𝟑. 𝟏𝟏)
Dari model ini hasil yang diharapkan adalah: α1 > 0, α2 < 0, α3 < 0, α4 > 0, α5 > 0, α6 > 0,
α7 < 0.
dimana:
ABTD : abnormal book tax differences yang merupakan residual regresi dari
book-tax differences dari model estimasi Manzon dan Plesko (2002)
YEAR : variabel dummy tahun sebelum terjadinya perubahan pajak, 1 untuk 2008
dan 2009, 0 untuk 2010, 2011, 2012.
FAC : variabel dummy yang sama dengan 1 jika perusahaan mendapatkan
fasilitas pengurangan tarif PPh Badan, 0 jika tidak.
CG : penilaiancorporate governance perusahaan dengan pengukuran Asean
CG Scorecards.
SEON : variabel dummy yang sama dengan 1 jika perusahaan melakukan right
issue +1, 0 jika tidak.
LOSS : variabel dummy yang sama dengan 1 jika perusahaan mengalami
kerugian pada tahun t, 0 jika tidak.
LEV : tingkat utang perusahaan.
SIZE : logaritma total asset
3.2 Operasionalisasi Variabel
Adapun variabel yang digunakan di dalam penelitian ini, yaitu
3.2.1 Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel terikat yang besaran nilainya
dipengaruhi oleh variabel bebas.Variabel dependen di dalam penelitian ini adalah
ABTD. ABTD diukur dengan estimasi residual dari model BTD. Model BTD ini
merupakan model Manzon dan Plesko (2002) yang menyatakan BTD. Model tersebut
antara lain:
BTDit = β0 + β1 ∆INVit + β2 ∆REVit + β3 NOLit + β4 TLUit + β5 ∆EBit + εit
dimana:
BTD : book-tax differences untuk perusahaan i pada tahun t
∆INV it R : perubahan investasi baik fixed asset maupun intangible asset pada
perusahaan dari tahun t -1 ke tahun t
∆REV it R : perubahan pendapatan perusahaan dari tahun t -1 ke tahun t
NOLit : nilai net operating losses secara akuntansi
TLU it : nilai dari tax losses utilized perusahaan i pada tahun t
∆EB it
R : perubahan employee benefit perusahaan dari tahun t -1 ke tahun t
3.2.2 Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel bebas yang mempengaruhi variabel
terikat yang terdiri dari variabel utama independen dan variabel independen
pengendali.Adapun variabel independen utama pada penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1) Fasilitas perpajakan (FAC)
Variabel ini berbentuk dummy, 1 untuk perusahaan yang mendapatkan fasilitas
pengurangan tarif sebesar 5% dengan syarat minimal 40% saham yang disetorkan
dimiliki oleh publik dan 0 untuk sebaliknya. Perusahaan yang mendapatkan fasilitas ini
dikenai tarif 23% pada tahun 2009 dan 20% pada tahun 2010. Sebaliknya perusahaan
yang tidak mendapatkan fasilitas akan dikenai tarif normal. Berdasarkan penelitian
Klassen and Shackelford, 1998 perusahaan yang dikenai tarif pajak yang tinggi
cenderung untuk melakukan tax planning guna meminimalkan beban pajaknya
2) Leverage (LEV)
Graham et al.,2006membuktikan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat rasio hutang
yang rendah cenderung untuk melakukan tax shelter. Perhitungan leverage dirumuskan
sebagai berikut:
𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 =
𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
3) Seasoned equity offering (SEON)
SEO merupakan right issue atau tambahan saham yang dikeluarkan oleh perusahaan
dengan tujuan untuk mencari dana. Berdasarkan penelitian Marquardt and Wiedman,
2004 sebelum melakukan right issue, perusahaan cenderung melakukan manajemen
laba untuk memperlihatkan kondisi serta kinerja perusahaannya yang baik. Variabel ini
berbentuk dummy, 1 untuk perusahaan yang melakukan right issue pada satu tahun
setelahnya, 0 untuk sebaliknya.
4) Loss
Berdasarkan penelitian Burgstahler and Dichev, 1997 penghindaran terhadap kerugian
merupakan insentif yang kuat untuk melakukan manajemen laba, disamping itu
perusahaan yang mengalami kerugian secara berturut-turut dapat memperburuk citra
perusahaan di mata stakeholder, sehingga perusahaan berusaha untuk menjaga labanya
tetap naik dari tahun ke tahun untuk menunjukkan prospek yang bagus kepada
pemegang saham. Variabel ini berbentuk dummy, 1 jika perusahaan mengalami
kerugian, 0 untuk sebaliknya.
5) Penilaian kinerja Dewan Komisaris dan Direksi (BOARD), Komite Audit (AC), dan
Audit Internal (AI)
Pada tahun 2011, dikenalkan metode penilaian tata kelola perusahaan yang baru untuk
perusahaan-perusahaan di Asia Tenggara guna meningkatkan praktik good corporate
governance sehingga dapat meningkatkan daya tarik investor global. Variabel ini
menitikberatkan penilaian pada peran dewan komisaris, dewan direksi, komite audit,
serta audit internal.
6) YEAR
Variabel ini berbentuk dummy, untuk melihat perilaku perusahaan terhadap praktik
manajemen laba dan manajemen pajak pada tahun sebelum dan sesudah reformasi UU
Perpajakan.Diberi nilai 1 untuk tahun 2008 dan 2009, 0 untuk tahun 2010, 2011, dan
2012.
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah logaritma dari total asset perusahaan yang
disimbolkan dengan SIZE

4. Hasil Penelitian dan Analisis


4.1 Statistik Deskriptif
Variabel dependen ABTD merupakan residual regresi variabel BTD, yang
dijadikan sebagai proxy untuk mendeteksi praktik manajemen laba dan manajemen
pajak. Berdasarkan tabel 3, rata-rata ABTD ditunjukkan dengan nilai negatif serta
simpangan baku untuk ABTD adalah 12.63%, yang menunjukkan bahwa rentang nilai
ABTD yang diteliti cukup besar. Dan nilai maksimum (minimum) ABTD adalah
1.440496 (-0.897207).Rata-rata variable BOARD adalah 0.275425, nilai ini
menunjukkan bahwa penilaian dewan komisaris dan direksi yang masih
rendah.Sedangkan nilai maksimum (minimum) BOARD adalah 0.576923 (0.076923).
Variabel AC merupakan penilaian komite audit menunjukkan rata-rata 0.543716
dengan nilai maksimum (minimum) adalah 1 dan 0.1 menunjukkan nilai yang sempurna
dan 0 menunjukkan bahwa masih terdapat perusahaan yang belum membentuk komite
auditnya. Untuk variable AI menunjukkan nilai rata-rata 0.400589, serta nilai
maksimum dan minimumnya adalah 0.6667 dan 0. Variabel LEV menunjukkan rata-
rata 0.296919, dan nilai maksimum(minimum) adalah 2.121409 (0.0000).Variabel SIZE
menunjukkan rata-rata 27.73385, sedangkan nilai maksimum (minimum) adalah
32.34387 (22.64266), sedangkan variabel FAC hanya terpenuhi 17%, SEON 3%, dan
LOSS 19%.
Tabel 3 Statistik Deskriptif Model Utama
Variabel Mean Maximum Minimum Standar Deviasi
ABTD -8.849E-10 1.440496 -0.897207 0.126364
BOARD 0.275425 0.576923 0.076923 0.078146
AC 0.543716 1.000000 0.000000 0.200841
AI 0.400589 0.666667 0.000000 0.220590
LEV 0.296919 2.121409 0.000000 0.337537
SIZE 27.73385 32.34387 22.64266 1.771346
Dummy Variabel Dummy=1 Dummy=0
FAC 17% 83%
SEON 3% 97%
LOSS 19% 81%
YEAR 40% 60%
Keterangan Tabel: Tabel ini merepresentasikan statistik deskriptif dari model utama
penelitian. Definisi masing-masing variabel adalah sebagai berikut: ABTD = abnormal
book-tax differences yang didapat dari error regresi book-tax differences; BOARD=
penilaian Asean CG Scorecards dewan komisaris dan direksi; AC= penilaian Asean CG
Scorecards komite audit; AI= penilaian Asean CG Scorecards audit internal; LEV=
tingkat leverage perusahaan; FAC= bernilai 1 jika perusahaan mendapatkan pengurangan
tarif 5%, 0 sebaliknya; SEON= bernilai 1 jik perusahaan melakukan right issue pada
tahun +1, 0 untuk sebaliknya; SEON= bernilai 1 jika perusahaan mengalami kerugian
pada tahun t, 0 sebaliknya; YEAR= bernilai 1 untuk tahun 2008 dan 2009, 0 sebaliknya;
SIZE= logaritma total asset
Sumber: data telah diolah kembali
4.2 Hasil Regresi ABTD
Pada tabel 4 dapat dilihat variabel year menunjukkan hubungan positif
signifikan yang menunjukkan bahwa pada tahun sebelum penurunan tarif pajak yaitu
tahun 2008 dan 2009 perusahaan cenderung untuk melakukan manajemen laba
sekaligus manajemen pajak melalui penangguhan pendapatan atau pengakuan beban
lebih cepat yang dapat menyebabkan laba kena pajak menjadi lebih kecil dengan begitu
beban pajak yang dibayarkan juga menjadi kecil.Hasil ini konsisten dengan penelitian
Guenther, 1994 dan Lin et al., 2012.Selanjutnya, variabel penerimaan fasilitas
penurunan tarif sebesar 5% (FAC) memiliki hubungan negatif signifikan dengan
variabel independen ABTD.Hal ini membuktikan bahwa fasilitas penurunan tarif
cenderung untuk mengurangi nilai ABTD, sehingga nilai ABTD menjadi lebih
kecil.ABTD yang kecil memiliki arti bahwa perusahaan tersebut melakukan manajemen
pajak dan manajemen laba yang lebih rendah.Hasil pengujian ini konsisten dengan
hipotesis awal, Klassen and Shackelford, 1998 serta Gupta and Mills, 2002.
Variabel board menunjukkan hubungan positif signifikan terhadap ABTD yang
membuktikan bahwa perusahaan yang memiliki penilaian board yang tinggi cenderung
untuk meningkatkan nilai ABTD-nya.Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis
awal.Namun, penelitian ini konsisten dengan Coles et al., 2008 yang menyatakan bahwa
perusahaan yang kompleks memiliki ukuran board besar dan banyak independent board
cenderung untuk mengefisiensikan beban pajaknya. Beban pajak yang efisien
merupakan salah satu alat untuk melakukan manajemen laba dan manajemen pajak.
Variabel komite audit menunjukkan hubungan negatif tidak signifikan. Hasil
pengujian ini tidak konsisten dengan hipotesis awal.Namun, penelitian ini konsisten
dengan penelitian Siregar dan Utama, 2005 yang menyatakan bahwa keberadaan komite
audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Xie et al.,2003 menyatakan bahwa
salah satu faktor penting untuk mencegah adanya manajemen laba adalah latar belakang
keuangan yang dimiliki oleh komite audit, sedangkan di Indonesia, masih banyak ketua
komite audit perusahaan bukanlah berasal dari orang yang berpengalaman di bidang
akuntansi akan tetapi orang yang berpengalaman di bidang industri perusahaan tersebut,
dan masih sedikitnya jumlah rapat yang dilakukan komite audit pertahunnya. Hal ini
diduga menjadi penyebab komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap ABTD.
Variabel audit internal menunjukkan hubungan positif tidak signifikan. Hasil
penelitian ini tidak konsisten dengan hipotesis awal namun konsisten dengan penelitian
Davidson, et al., 2005 yang menemukan bahwa fungsi audit internal tidak berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba. Di Indonesia, kebanyakan audit internal hanya
berfokus terhadap pengendalian risiko operasional perusahaan dan tidak spesifik untuk
melakukan monitoring terhadap tax compliance. Hal ini diduga menjadi penyebab tidak
signifikannya pengaruh audit internal.

Tabel 4 Hasil Regresi Model Utama


Variabel Hipotesis ABTD-BOARD ABTD-AC ABTD-AI
Koefisien P-value Koefisien P-value Koefisien P-value
YEAR + .03530 0.000*** .02287 0.011** .02810 0.000***
FAC - -.08772 0.000*** -.08163 0.000*** - 0.000***
.08611
BOARD - .35915 0.000***
AC - -.01787 0.686
AI - .03659 0.285
SEON + -.01059 0.349 -.01746 0.262 -.01723 0.265
LOSS + -.17249 0.000*** -.17560 0.000*** -.17409 0.000***
LEV + .013162 0.358 -.00594 0.448 .00030 0.496
SIZE - .01915 0.073* .02185 0.050** .03659 0.073*
CONS -.10672 0.031 .00280 0.477 -.02520 0.313
N 565 565 565
Adjusted R2 23.05% 21.71% 21.85%
F Stat 0.0000*** 0.0000*** 0.0000***
* signifikan pada α = 10%, ** signifikan pada α = 5%, *** signifikan pada α = 1% (one
tailed)Keterangan Tabel: Tabel ini mempresentasikan Model ABTD-ACG, ABTD-BOARD, ABTD-
AC, dan ABTD-AI. Dengan menggunakan regresi berganda. Estimasi dilakukan dengan menggunakan
analisis data panel. Variabel dependen pada semua model ini adalah ABTD. Variabel independen pada
semua model ini adalah FAC, SEON, LOSS, TD, YEAR, ACG, BOARD, AC, AI dan SIZE. Definisi
masing-masing variabel adalah sebagai berikut: (i) ABTD= Abnormal book-tax differences; (2) FAC=
variabel dummy, 1 jika perusahaan mendapatkan penurunan tarif, dan 0 sebaliknya; (3) SEON=
variabel dummy, 1 jika perusahaan melakukan right issue, dan 0 sebaliknya; (4) LOSS= variabel
dummy, 1 jika perusahaan mengalami kerugian, dan 0 sebaliknya; (5) LEV= tingkat hutang perusahaan
dibagi total asset; (6) YEAR= variabel dummy, 1 untuk tahun 2008 dan 2009, dan 0 sebaliknya; (7)
BOARD= variabel penilaian dewan komisaris dan direksi; (8) AC= variabel penilaian komite audit; (9)
AI= variabel penilaian internal audit; (10) SIZE= logaritma dari total asset perusahaan.
Sumber: data telah diolah kembali
Variabel seon merupakan variabel untuk mendeteksi manajemen laba, namun
variabel ini menunjukkan hubungan negatif tidak signifikan.Hal ini tidak konsisten
dengan penelitian Tang and Firth, 2011.Pada penelitian ini, sampel perusahaan yang
melakukan right issue sangat sedikit yaitu hanya 3%.Alasan ini diduga menjadi
penyebab variabel ini menunjukkan hubungan tidak signifikan terhadap ABTD.
Variabel loss menunjukkan hubungan negatif signifikan terhadap ABTD pada
tingkat keyakinan 99%.Hal ini memiliki arti bahwa kondisi rugi yang dialami
perusahaan cenderung untuk mengurangi ABTD. Hal ini disebabkan, berdasarkan
peraturan perpajakan, perusahaan yang mengalami kerugian akan dibebaskan dari
pengenaan pajak dan kerugian tersebut dapat dikompensasikan selama lima tahun ke
depan. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hipotesis awal, penelitian Tang and
Firth, 2011.Namun, hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Wijaya, 2010 yang
menyatakan bahwa perusahaan yang mengalami kerugian melakukan manajemen laba
yang lebih rendah dibandingkan perusahaan yang mendapatkan laba.
Hasil regresi variabel leverage pada semua model regresi identik memiliki
hubungan tidak signifikan dengan berbagai tanda. Hasil penelitian ini tidak konsisten
dengan penelitian penelitian Frank et al., 2009. Hal ini dikarenakan, dengan tingkat
leverage yang besar, perusahaan akan memanfaatkan beban bunga untuk mengurangi
laba kena pajak yang akan berimplikasi menurunkan beban pajak. Di Indonesia,
peraturan pajak terkait hutang diatur dalam SE-46/PJ.4/1995 yang menyatakan bahwa
beban bunga baru dapat dibebankan sebagian jika bunga yang dibayar atas pinjaman
melebihi jumlah rata-rata pendapatan bunga yang ditempatkan didalam deposito
berjangka dan menteri keuangan mempunyai wewenang untuk menentukan
perbandingan utang terhadap modal untuk perhitungan pajak terutang. Disamping itu,
perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi cenderung mendapatkan
monitoring yang ketat dari bondholder. Hal ini diduga menjadi penyebab leverage tidak
berpengaruh signifikan terhadap manajemen pajak.
Variabel ukuran perusahaan menunjukkan hubungan positif signifikan.Hasil
penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Siregar and Utama, 2005; Tang and
Firth, 2011, sedangkan hasil regresi ini menunjukkan bahwa perusahaan besar
melakukan manajemen laba dan manajemen pajak lebih besar dibandingkan perusahaan
kecil hal ini diduga karena perusahaan yang besar biasanya memiliki departemen
perpajakan sendiri untuk dapat mengurangi laba kena pajaknya agar dapat
mengefisiensikan beban pajaknya.

5. Kesimpulan, Keterbatasan, dan Saran


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan di dalam penelitian ini, maka dapat
diambil kesimpulan diantaranya:
1. Penurunan tarif PPh badan pada tahun 2008 dan 2009 terbukti secara empiris
menjadi insentif bagi perusahaan untuk melakukan manajemen laba dan
manajemen pajak.
2. Faktor-faktor manajemen pajak yang terbukti secara empiris mempengaruhi
ABTD adalah fasilitas penurunan tarif PPh Badan sebesar 5% yang disebabkan
40% sahamnya dimiliki oleh publik. Sedangkan, faktor tingkat hutang terhadap
total asset tidak terbukti memiliki pengaruh terhadap ABTD.
3. Faktor-faktor manajemen laba yang terbukti secara empiris mempengaruhi
ABTD adalah keadaan perusahaan yang mengalami kerugian atau memperoleh
laba. Sedangkan faktor penerbitan saham baru atau right issue terbukti tidak
berpengaruh terhadap ABTD.
4. Penilaian tata kelola perusahaan yang terbukti secara empiris mempengaruhi
ABTD adalah penilaian dewan direksi dan komisaris. Dengan kata lain,
perusahaan yang memiliki penilaian yang tinggi memiliki kemampuan dan
sumber daya yang cukup untuk melakukan efisiensi pajaknya. Penilaian komite
audit dan audit internal tidak memiliki pengaruh yang signifikan untuk
mencegah manajemen laba dan manajemen pajak di Indonesia. Hal ini
dikarenakan kebanyakan anggota independen komite audit bukanlah orang yang
ahli dan mempunyai pengalaman di bidang akuntansi. Sedangkan fungsi audit
internal di Indonesia hanya berperan sebagai pengendali risiko operasional
bukan untuk menunjang fungsi komite audit.

5.2 Keterbatasan dan Saran


Didalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, diantaranya adalah:
1. Faktor-faktor regresi model BTD untuk mendapatkan nilai ABTD merupakan
adaptasi dari penelitian Tang and Firth, 2011. Penelitian selanjutnya dapat
ditambah dengan faktor-faktor lain yang berpengaruh pada manajemen laba,
manajemen pajak, dan karakteristik BTD normal seperti book-tax differences
periode sebelumnya dan foreign operations.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik manajemen laba dan pajak di dalam
penelitian ini merupakan adaptasi jurnal Tang and Firth, 2011. Untuk penelitian
selanjutnya dapat menggunakan faktor-faktor lain seperti pretax cashflow from
operation, external pressure, market to book ratio, return on asset.
3. Penilaian dewan komisaris dan dewan direksi, komite audit, serta audit internal
hanya terbatas pada informasi yang terdapat di laporan tahunan. Disamping itu,
interpretasi pertanyaan Asean CG Scorecards merupakan subjektivitas dari
peneliti. Oleh karena itu, mungkin banyak aspek-aspek penilaian yang
sebenarnya telah dilakukan perusahaan namun karena perusahaan tidak
mengungkapkannya di laporan tahunan, perusahaan dianggap tidak memenuhi
aspek penilaian tersebut. Untuk penelitian selanjutnya, penilaian skor Asean CG
Scorecards dapat dilakukan dengan melihat semua informasi yang diungkapkan
oleh perusahaan di website, press release, notice of meetings shareholders,
board manual charter, code of conduct, CSR report, dan seluruh data publikasi
lainnya.
Referensi
Anggraita, Viska. (2009). Motivasi manajemen laba (oportunistik vs efisien) dan
pengaruh moderasi corporate governance: studi pada perusaaan non keuangan di
BEI. Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia.
April, Klein.(2002). Audit committee, board of director characteristics, and earnings
management.Journal of Accounting and Economics,33, 375-400.
Asean Corporate Governance Scorecards. 2013.
Beaver, William H. (2002). Perspectives on recent capital market research. The
Accounting Review, 77, 453-474.
Bingxuan, L., Rui, L., & Ting, Z. (2012). Tax-induced earnings management in
emerging markets: evidence from China. Journal of the American Taxation
Association, 34, 19-44.
Burgstahler, D. R., & Dichev, I. (1997). Earnings management to avoid earnings
decreases and losses.Journal of Accounting and Economics, 24(1), 99-126.
Davidson R., Stewart, J., & Kent, P. (2005).Internal governance structures and earning
management. Accounting and Finance 45, 241-267.
Frank, M.M., Lynch, L.J., & Rego, S.O. (2009). Tax reporting aggressiveness and its
relation to aggressive financial reporting. The Accounting Review, 84, 467-496.
Gill, Jit B.S. (2003).The nuts and bolts of revenue administration reform.
Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, and Scoot Holmes. (2010).
Accounting theory, 7th Ed. United States: John Wiley & Sons, Inc.
Graham, J. R., Raedy, J. S., & Shackelford, D. A. (2009).Research in accounting for
income taxes.SSRN: Working Paper.
Guenther, David A. (1994). Earnings management in response to corporate tax rate
changes: evidence from the 1986 tax reform act. The Accounting Review, 69(1),
230-243.
Gupta, S., & Mills, L. D. (2002) Corporate multistate tax planning: Benefits of multiple
jurisdictions.Journal of Accounting and Economics, 33(1), 117-139.
Hanlon, M., & Shevlin, T. (2005) What does aggressiveness signal? Evidence from
stock price reactions to news about tax shelter involvement.Journal of Public
Economics, 93, 126-141.
Hanlon, M., & Heitzman, S. (2010).A review of tax research.Journal of Accounting and
Economics, 50, 127-178.
Internal audit’s role in modern corporate governance.KPMG.
Joss, P., J. Pratt, and D. Young.(2000). Book-tax differences and the value relevance of
earnings.Working paper.Massachussets Institute of Technologi, Indiana
University.
Kamila, Putri A. (2012). Analisa hubungan agresivitas pelaporan keuangan dan
agresivitas pajak pada saat terjadinya penurunan tarif. Fakultas Ekonomi.
Universitas Indonesia.
KEP-643/ BL/ 2012. Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit.
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, and Terry D. Warfield.(2002). Intermediate
Accounting. 13th ed. United States: John Willey & Sons Inc.
Klassen, K. J., & Shackelford, D. A. (1998). State and provincial corporate tax
planning: Income shifftingand sales apportionment factor management. Journal
of Accounting and Economics, 25(3), 385-406.
Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance.Pedoman Good Corporate
Governance tahun 2006.
Lanis, R., & Richardson, G. (2011).The effect of board of director composition on
corporate tax aggressiveness.Journal of Accounting Public Policy, 30, 50-70.
Lestari, Eka R. (2011). Analisis corporate governance, tax planning, earnings
management dalam hal penurunan tarif pajak penghasilan badan di Indonesia.UI.
Lukviarwan, N., Chandra, R.K. (2009). Board governance dan nilai perusahaan:
pengaruh turn over, board size dan cross directorship.UNAND.
Manzon, G., Jr., & Plesko, G. (2002).The relation between financial and tax reporting
measures of income.Tax Law Review, 55, 175-214.
Marquardt, C.A., & Wiedman, C.I. (2004).The effect of earnings management on the
value relevance of accounting information.Journal of Business Finance &
Accounting, 31 (3), 297-330.
Mills, L., Erickson, M.M., & Maydew, E.L. (1998).Investments in tax planning.The
Journal of The American Taxation Association, 20(1), 1-21.
Mills, L., Newberry, K. (2001). The influence of tax and non-tax costs on book-tax
reporting differences: Public and private firms. Journalof The AmericanTaxation
Association, 23(1), 1-19.
Kajian tenatng Pedoman Good Corporate Governance di Negara-negara anggota
ACMF.Bapepam. 2010.
Klassen, K. J., & Shackelford, D.A (1998). State and provincial corporate tax planning:
Income shifting and apportionment factor management. Journal of Accounting
and Economics, 25(3), 385-406.
Penman, Stephen. (1992). Return to fundamentals.Journal of Accounting, Auditing, and
Finance, 4, 465-483.
Peraturan Bapepam LK No.IX.D.2.Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan
Pendaftaran dalam Rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.
Peraturan Bapepam LK No.IX.I.5.Pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite
audit.
Peraturan Bapepam LK No.IX.I.7.Pembentukan dan pedoman penyusun piagam audit
internal.
Persada, Aulia E. (2009). Pengaruh book tax gap terhadap persistensi laba. Fakultas
Ekonomi. Universitas Indonesia.
Philips, J., M. Pincus, & Rego. (2003). Earnings management: New evidence based on
deffered tax expense. The Accounting Review, 178, 491-522.
PMK-238/PMK.03/2008. Tata Cara Pelaksanaan dan Pengawasan Pemberian
Penurunan Tarif bagi Wajib Pajak Badan Dalam Negeri.
Pohan, Chairil Anwar. (2013). Manajemen perpajakan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
PSAK 1 Revisi 2009. Penyajian Laporan Keuangan.
PSAK 46 Revisi 2010. Pajak Penghasilan.
Rachmawati, Nurul A. (2012). Pengaruh large positif abnormal book-tax differences
terhadap earning response coefficient dan accrual response coefficient. Fakultas
Ekonomi. Universitas Indonesia.
Scoot, Wiliam R. (2012). Financial accounting theory, 6th Ed. Pearson Prentice Hall.
SE-46/PJ.4/1995. Perlakuan Biaya Bunga yang Dibayar atau Terutang dalam Hal Wajib
Pajak Menerima atau Memperoleh Penghasilan berupa Bunga Deposito atau
Tabungan Lainnya.
Sekaran, Uma. (2009). Research methods for business: a skill-building approach. US:
John-Wiley & Sons.
Siregar, Sylvia.,&Utama, Siddharta. (2006). Pengaruh struktur kepemilikan ukuran
perusahaan dan praktek corporate corporate governance terhadap pengelolaan
laba (earnings management).Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 9, 307-326.
Tang, T., & Firth, M. (2011). Can book-tax differences capture earnings management
and tax management? Empirical evidence from China.The International Journal
of Accounting, 46, 175-204.
The role of internal auditing in resourcing the internal audit activity. (2009). The
Institute of Internal Auditors.
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007. Perseroan Terbatas (PT).
Undang-Undang No.17 Tahun 2000.Perubahan ketiga atas undang-undang nomor 7
tahun 1983 tentang pajak penghasilan.
Undang-Undang No.28 Tahun 2007.ketentuan umum dan tata cara perpajakan
Undang-Undang No.36 Tahun 2008.perubahan keempat atas undang-undang nomor 7
tahun 1983 tentang pajak penghasilan.
Waluyo (2011).Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba empat.
Wijaya, Maxson H. (2010). Praktik manajemen laba perusahaan dalam menanggapi
penurunan tarif pajak sesuai UU No 36 tahun 2008. Fakultas Ekonomi.
Universitas Indonesia.
Wilkie, P.J. (1992). Empirical evidence of implicit taxes in corporate sector. The
Journal of the American Taxation Association, 14, 97-116.
Xie, Biao., Davidson III, Wallace N., & DaDalt, Peter J. (2003). Earnings management
and corporate governance: the role of the board and the audit committee. Journal
of Corporate Finance.
Yamashita, Hiroki and Kazuhisa Otogawa. Do japanese firms manage earnings in
response to tax rate reductions in the late 1990s?.Not published.
Yin, Q. Jennifer and C.s. Agnes Cheng.(2004). Earnings management of profit firms
and loss firms in response to tax rate reductions.Review of Accounting and
Finance, 3, 67-92.
Zain, Mohammad. (2007). Manajemen perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.
Lampiran
Lampiran 1.Daftar Sampel Perusahaan Penelitian

Nomor Nama Perusahaan Industri


1 Mahaka Media Tbk Trade, Service & Investment
2 Ace Hardware Indonesia Tbk Trade, Service & Investment
3 Akbar Indomakmur Stimec Tbk Trade, Service & Investment
4 ALAM KARYA UNGGUL Tbk Basic Industry and Chemichal
5 AKR Corporindo Tbk Trade, Service & Investment
6 Alakasa Industrindo Tbk Basic Industry and Chemichal
7 Alumindo Light Metal Industry Tbk Basic Industry and Chemichal
8 Asahimas Flat Glass Tbk Basic Industry and Chemichal
9 Asiaplast Industries Tbk Basic Industry and Chemichal
Infrastructure, Utilities, &
10 Arpeni Pratama Ocean Line Tbk Transportation
11 Astra Graphia Tbk Trade, Service & Investment
12 Astra International Tbk Miscellaneous Industry
13 Astra Otoparts Tbk Miscellaneous Industry
14 Bayu Buana Tbk Trade, Service & Investment
15 Primarindo Asia Infrastructure Tbk Miscellaneous Industry
16 Global Mediacom Tbk Trade, Service & Investment
17 Berlina Tbk Basic Industry and Chemichal
Infrastructure, Utilities, &
18 Bakrie Telecom Tbk Transportation
19 Betonjaya Manunggal Tbk Basic Industry and Chemichal
20 PT Budi Starch & Sweetener Tbk. Basic Industry and Chemichal
21 Centrin Online Tbk Trade, Service & Investment
Infrastructure, Utilities, &
22 Centris Multi Persada Pratama Tbk Transportation
23 Charoen Pokphand Indonesia Tbk Basic Industry and Chemichal
24 Catur Sentosa Adiprana Tbk Trade, Service & Investment
25 Delta Djakarta Tbk Consumer Goods Industry
26 Darya-Varia Laboratoria Tbk Consumer Goods Industry
27 Eratex Djaja Tbk Miscellaneous Industry
28 Ever Shine Textile Industry Tbk Miscellaneous Industry
29 Eterindo Wahanatama Tbk Basic Industry and Chemichal
Infrastructure, Utilities, &
30 XL Axiata Tbk Transportation
31 Fast Food Indonesia Tbk Trade, Service & Investment
32 Fajar Surya Wisesa Tbk Basic Industry and Chemichal
Infrastructure, Utilities, &
33 Smartfren Telecom Tbk Transportation
34 Goodyear Indonesia Tbk Miscellaneous Industry
35 Gema Grahasarana Tbk Trade, Service & Investment
36 Gudang Garam Tbk Consumer Goods Industry
37 Gajah Tunggal Tbk Miscellaneous Industry
38 Hero Supermarket Tbk Trade, Service & Investment
Infrastructure, Utilities, &
39 Humpuss Intermoda Transportasi Tbk Transportation
40 HM Sampoerna Tbk Consumer Goods Industry
Infrastructure, Utilities, &
41 Indosia Air Transport Tbk Transportation
42 Indosiar karya Media Trade, Service & Investment
43 Intikeramik Alamasri Industri Tbk Basic Industry and Chemichal
44 Sumi Indo Kabel Tbk Miscellaneous Industry
45 Indomobil Sukses Internasional Tbk Miscellaneous Industry
46 Indofarma Tbk Miscellaneous Industry
47 Intanwijaya Internasional Tbk Basic Industry and Chemichal
48 Indofood Sukses Makmur Tbk Consumer Goods Industry
49 Indospring Tbk Miscellaneous Industry
Infrastructure, Utilities, &
50 Tanah Laut Tbk Transportation
51 Intraco Penta Tbk Trade, Service & Investment
52 Inter-Delta Tbk Trade, Service & Investment
53 Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Basic Industry and Chemichal
Infrastructure, Utilities, &
54 Indosat Tbk Transportation
55 Jembo Cable Company Tbk Miscellaneous Industry
56 Jaya Pari Steel Tbk Basic Industry and Chemichal
57 First Media Tbk Trade, Service & Investment
58 Kertas Basuki Rahmat Indonesia Tbk Basic Industry and Chemichal
59 Kalbe Farma Tbk Consumer Goods Industry
60 Lionmesh Prima Tbk Basic Industry and Chemichal
61 Star Pacific Tbk Trade, Service & Investment
62 Lautan Luas Tbk Trade, Service & Investment
63 Modern Internasional Tbk Trade, Service & Investment
64 Merck Tbk Consumer Goods Industry
65 Multi Indocitra Tbk Trade, Service & Investment
66 Multi Bintang Indonesia Tbk Consumer Goods Industry
67 Mulia Industrindo Tbk Basic Industry and Chemichal
68 Media Nusantara Citra Tbk Trade, Service & Investment
69 APAC Citra Centertex Tbk Miscellaneous Industry
70 Pan Brothers Tbk Miscellaneous Industry
71 Prima Alloy Steel Universal Tbk Miscellaneous Industry
72 Sat Nusapersada Tbk Miscellaneous Industry
73 Pyridam Farma Tbk Miscellaneous Industry
Infrastructure, Utilities, &
74 Rukun Raharja Tbk Transportation
75 Ramayana Lestari Sentosa Tbk Trade, Service & Investment
76 Rimo Catur Lestari Tbk Trade, Service & Investment
77 Bentoel International Investama Tbk Consumer Goods Industry
Infrastructure, Utilities, &
78 Steady Safe Tbk Transportation
79 Surabaya Agung Industry Pulp Tbk Basic Industry and Chemichal
Supreme Cable Manufacturing Corp
80 Tbk Miscellaneous Industry
81 Surya Citra Media Tbk Miscellaneous Industry
Millennium Pharmacon International
82 Tbk Trade, Service & Investment
83 Sekar Laut Tbk Consumer Goods Industry
84 Holcim Indonesia Tbk Basic Industry and Chemichal
Infrastructure, Utilities, &
85 Samudera Indonesia Tbk Transportation
86 Semen Indonesia (Persero) Tbk Basic Industry and Chemichal
87 Selamat Sempurna Tbk Miscellaneous Industry
88 Sorini Agro Asia Corporindo Tbk Basic Industry and Chemichal
89 Sona Topas Tourism Industry Tbk Trade, Service & Investment
90 Suparma Tbk Basic Industry and Chemichal
91 Sunson Textile Manufacturer Tbk Miscellaneous Industry
92 Mandom Indonesia Tbk Consumer Goods Industry
93 Tigaraksa Satria Tbk Trade, Service & Investment
94 Tira Austenite Tbk Trade, Service & Investment
95 PT Permata Prima Sakti Tbk. Trade, Service & Investment
96 Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk Basic Industry and Chemichal
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Infrastructure, Utilities, &
97 Tbk Transportation
98 AGIS Tbk Trade, Service & Investment
99 Tempo Inti Media Tbk Trade, Service & Investment
100 Chandra Asri Petrochemical Tbk Basic Industry and Chemichal
Infrastructure, Utilities, &
101 Trada Maritime Transportation
102 Tempo Scan Pacific Tbk Consumer Goods Industry
103 Tunas Ridean Tbk Trade, Service & Investment
104 Ultra Jaya Milk Industry Tbk Consumer Goods Industry
105 Unggul Indah Cahaya Tbk Basic Industry and Chemichal
106 Nusantara Inti Corpora Tbk Miscellaneous Industry
107 Unitex Tbk Miscellaneous Industry
108 Unilever Indonesia Tbk Consumer Goods Industry
109 Wahana Pronatural Tbk Trade, Service & Investment
Infrastructure, Utilities, &
110 Panorama Transportasi Tbk Transportation
Wicaksana Overseas International
111 Tbk Trade, Service & Investment
112 Yanaprima Hastapersada Tbk Basic Industry and Chemichal
Infrastructure, Utilities, &
113 Zebra Nusantara Tbk Transportation

Anda mungkin juga menyukai