Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Penelitian Bisnis dan Kebijakan Vol. 8. No. 1.

Maret
Edisi Khusus 2013. Hal.78 –89

Tarif Pajak Penghasilan dan Manajemen Penghasilan Perusahaan

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Eko Suwardi ​ 1

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki dampak dari pengurangan undang-undang tarif pajak penghasilan
atas perilaku manajemen dalam menentukan laba. Data keuangan (2003-2009) dari perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dikumpulkan dan dianalisis untuk mendapatkan bukti empiris. Guenther model
(1994) disempurnakan dengan model Kothari (2005) digunakan untuk menguji manajemen laba berdasarkan kesalahan
prediksi yang diperoleh. Hasilnya mengkonfirmasi bahwa manajemen mengantisipasi penurunan tarif pajak
penghasilan menurut undang-undang sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan (ITA), 2008.
Antisipasi ini ditunjukkan dengan menurunkan akrual saat ini di tahun ini 2007 dan 2008 (sebelum ITA, 2008) dan tahun
2009 (setelah ITA 2008). Lebih dari 80 persen perusahaan memiliki akrual lancar negatif yang dihitung dari akrual saat
ini dikurangi perkiraan akrual saat ini dari 2007 hingga 2009. Studi ini memberikan bukti bahwa
perusahaan-perusahaan di Indonesia melakukan manajemen laba melalui penurunan akrual. Namun, ketika
karakteristik perusahaan (yaitu ukuran, utang, dan kepemilikan manajerial) diperkenalkan untuk menjelaskan
manajemen laba, studi ini menemukan bahwa tidak ada satu pun dari mereka secara individual mengarah pada
manajemen laba.

1.
pengantar

Sebagaimana dinyatakan dalam FASB (1978), pelaporan keuangan diharapkan untuk memberikan informasi tentang
kondisi keuangan dan kinerja perusahaan selama suatu periode. Keuangan pelaporan akan disiapkan oleh
manajemen sebagai bentuk tanggung jawab kepengurusan pemilik perusahaan yang merupakan pemegang saham.
Dalam proses ini, manajemen juga menentukan pilihan akuntansi yang akan digunakan dalam laporan keuangan.
Fields et al. (2001) mengklasifikasikan studi pilihan akuntansi ke dalam tiga kategori: (1) pilihan akuntansi dalam
kaitannya untuk pengaturan kontrak perusahaan; (2) pilihan akuntansi sehubungan dengan harga aset; dan (3) pilihan
akuntansi sehubungan dengan pihak eksternal selain pemilik aktual atau potensial perusahaan (yaitu pembuat
kebijakan, regulator pemerintah, negosiator serikat pekerja) .Karena kinerja manajemen juga akan dinilai
menggunakan laporan keuangan, maka ini dapat menyebabkan manipulasi laporan keuangan untuk meningkatkan
laba perusahaan, menghemat beban pajak, atau mendapatkan bonus. Manipulasi laporan keuangan disebut sebagai
manajemen pendapatan. Sebagaimana dinyatakan oleh Adhikari et al. (2005) bahwa ada beberapa alasan bagi perusahaan
untuk terlibat dalam manajemen laba. Salah satu alasan yang telah diselidiki adalah manajemen laba untuk merespons
perubahan kebijakan pajak. Apalagi penghasilan manajemen dalam kaitannya dengan kebijakan pajak pada dasarnya
termasuk dalam kategori ketiga Fields et al. (2001) pilihan akuntansi.

Ada penelitian yang telah dilakukan untuk menyelidiki hubungan antara perubahan dalam tarif pajak dan
manajemen laba. Guenther (1994) menyelidiki pengaruh Pajak Reformasi Act (TRA) 1986 di AS yang
mengurangi tarif pajak penghasilan dari 46 persen menjadi 34

1​ Alamat Korespondensi : Eko Suwardi, Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada, Jalan Sosio Humaniora No.

01, Bulaksumur, Yogyakarta 55281, Indonesia, Office Telepon +62 274 548510, Fax No. +62 274 563212, Email: ​ e.suwardi@ugm.ac.id

Suward i

persen. Hasil penelitian menunjukkan ada penurunan akrual pada tahun-tahun sebelumnya reformasi pajak yang mengurangi tarif
pajak. Sementara Adhikari et al. (2005) memprediksi dan menemukan yang besar Perusahaan Malaysia dengan tarif pajak efektif
yang rendah mengurangi pendapatan buku sebelum pengurangan pajak wajib pajak untuk mempengaruhi kebijakan pajak pada
tahun 1996 hingga 1997. Ini berkontribusi dalam memperluas pemahaman tentang interaksi antara kebijakan pajak pemerintah dan
perusahaan pilihan akuntansi.

Pada tahun 2008, pemerintah Indonesia mereformasi perpajakan Indonesia dengan memberlakukan Pajak Penghasilan Undang-undang,

nomor 36 (UU Pajak Penghasilan 2008, selanjutnya ITA 2008). ITA 2008 mengurangi tarif pajak dari 30 persen di 2008 menjadi 28

persen di 2009 dan 25 persen di 2010. Menunda Rp1,00 dari penghasilan kena pajak dari tahun dimana akan dikenakan pajak sebelum

ITA 2008 sampai tahun dimana itu akan dikenakan pajak setelah ITA 2008 akan setara dengan menghasilkan 3 persen [yaitu 1,00 x (1-

0,28) = 1,03 x (1-0,3)]. Apalagi terkait dengan pengurangan pajak menurut undang-undang, ada satu lagi Kebijakan ITA 2008
yang memberikan insentif bagi perusahaan dengan total penjualan maksimum 50 miliar rupiah yang merupakan insentif pajak
tambahan hingga 50 persen dari tarif (yaitu 50 persen x 28 persen)

Reformasi pajak ini memberikan insentif bagi manajemen untuk mengelola sebelum laba pajak melaluinya mekanisme manajemen

penghasilan. Manajemen memiliki peluang untuk mengelola mereka penghasilan melalui pilihan akuntansi dengan menunda laba

dari tahun sebelum ITA 2008 ke 2008 tahun post ITA 2008 dan biaya yang timbul lebih awal sebelum ITA 2008 diberlakukan untuk

meminimalkan Pembayaran Pajak. Dengan demikian, penghasilan kena pajak mereka sebelum ITA diberlakukan akan menurun

serta pendapatan buku. Jika demikian, maka perusahaan berhasil mencapai tujuan perencanaan pajak. Ini bisa jadi
dilakukan oleh manajemen karena ITA2008 tidak secara spesifik mengatur kapan pendapatan dan biaya harus diakui. Ini
juga disarankan oleh Plesko (2002) bahwa waktu perbedaan dapat timbul dari aturan pelaporan yang berbeda di bawah
setiap sistem. Selain itu, itu juga karena GAAP memungkinkan manajer untuk memiliki keleluasaan lebih besar dalam
menentukan jumlah pendapatan dan pengeluaran di setiap periode daripada sistem pajak. Misalnya, GAAP memungkinkan
fleksibilitas dalam memperkirakan provisi untuk kredit macet, sementara aturan pajak memperbolehkan a pengurangan
hanya untuk piutang yang benar-benar dihapuskan.

Penelitian ini mencoba mencari bukti apakah manajemen menggunakan momen ITA2008 atau tidak untuk mengelola
pendapatan mereka dalam upaya mengoptimalkan pembayaran pajak. Selanjutnya studi ini menyelidiki apakah ada
perbedaan antara akrual aktual dibandingkan dengan prediksi yang terutama selama tahun 2007, 2008, dan 2009. Ini
bisa menjadi bukti keberadaan manajemen laba. Untuk menyelidiki manajemen laba, penelitian ini mengikuti Guenther
(1994) dan Kothari, et al. (2005). Studi mereka mengklasifikasikan akrual menjadi akrual kini yang memiliki pengaruh
terhadap penghasilan kena pajak dan akrual tidak lancar yang tidak mempengaruhi penghasilan kena pajak.

Hasil empiris dari penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur cenderung mengelola mereka penghasilan melalui
penurunan akrual mereka saat ini dalam mengantisipasi ITA2008. Sebagian besar perusahaan memiliki perbedaan negatif pada
akrual saat ini (prediksi akrual saat ini dikurangi aktual current accruals) pada tahun 2007, 2008, dan 2009. Selain itu, jumlah
perusahaan menghasilkan laba manajemen pada tahun 2007, 2008, dan 2009. Hasil ini konsisten dengan bukti sebelumnya
dalam AS disediakan oleh Guenther (1994) dan di Malaysia oleh Adhikari et al. (2005) bahwa perusahaan gunakan pilihan
akuntansi untuk mengelola pendapatan mereka untuk mendapatkan manfaat ekonomi.

79

Suward i

Analisis lebih lanjut dilakukan untuk menyelidiki apakah karakteristik perusahaan, yaitu ukuran, hutang jangka
panjang, dan kepemilikan manajemen mempengaruhi akrual saat ini. Hasil menunjukkan bahwa secara individual
karakteristik perusahaan tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap akrual saat ini, sebagai proksi
manajemen laba. Namun, semuanya itu variabel memiliki pengaruh signifikan terhadap akrual saat ini. Temuan
memberikan bukti kepada dugaan. Dengan demikian, manajemen perusahaan manufaktur dalam sampel ini
mempelajari antisipasi penurunan tarif pajak penghasilan wajib dengan menurunkan arus aktualnya akrual.
Diharapkan penelitian ini berkontribusi dalam beberapa cara. Pertama, temuan ini menyediakan bukti tentang manajemen
laba terkait dengan ITA 2008. Ini menambahkan penelitian literatur tentang manajemen pendapatan sehubungan dengan
menanggapi kebijakan pajak. Kedua, penelitian ini juga menyediakan bukti untuk pembuatan kebijakan dan regulator untuk
mengantisipasi dampak kebijakan. Ketiga, ini Penelitian mendukung proposisi umum bahwa pilihan akuntansi digunakan
oleh manajemen untuk mengelola pendapatan dan mendapatkan manfaat ekonomi. Keempat, temuan ini juga memiliki
implikasi untuk setter standar akuntansi internasional seperti IASB atau secara khusus Penentu standar akuntansi
Indonesia untuk mengakui korelasi antara pajak perencanaan dan pelaporan keuangan dalam menetapkan kebijakan yang
ditujukan untuk konvergensi internasional standar Akuntansi.

Makalah ini disusun sebagai berikut. Pertama, pengantar memberikan latar belakang tulisan ini sebagai dasar mengapa
topik ini penting. Kedua, tinjauan literatur, meletakkan teori latar belakang sebagai dasar untuk pengembangan
hipotesis membahas pendapatan kena pajak dan pendapatan yang dilaporkan, manajemen laba dan akrual. Ketiga,
pengembangan hipotesis, menggambarkan kerangka kerja logis untuk mengembangkan hipotesis. Keempat, metode
penelitian, Metode terperinci yang digunakan dalam menjawab pertanyaan penelitian terdiri dari deskripsi tentang
populasi dan sampel, data, dan variabel operasional. Kelima, analisis menjelaskan hasil dan diskusi temuan. Terakhir,
kesimpulan yang mendasari temuan utama dan menyimpulkan hasil penelitian dan menawarkan penyelidikan di masa
depan pada topik yang sama.

2. Tinjauan Sastra

2.1 Pendapatan Pajak dan Pendapatan

Buku

Penghasilan kena pajak dapat didefinisikan sebagai pendapatan yang dilaporkan kepada pemegang saham dan eksternal lainnya pengguna

sementara penghasilan kena pajak adalah pendapatan yang dilaporkan ke otoritas pajak. Jumlah Penghasilan yang dilaporkan dapat

berbeda karena Penghasilan kena pajak didasarkan pada SAK lokal sementara penghasilan kena pajak didasarkan pada peraturan

pemerintah. Namun pendapatan buku digunakan sebagai dasar perhitungan penghasilan kena pajak. Dengan demikian jika manajemen

tertarik mengelola pendapatan kena pajak mereka akan mengelola pendapatan buku dalam laporan keuangan juga.

Mengikuti Guenther (1994) meskipun ITA memberikan insentif yang kuat untuk manajemen penghasilan kena pajak, fokus
penelitian ini adalah pada manajemen pendapatan laporan keuangan. Masalah akuntansi yang dibahas adalah apakah
manajemen menggunakan pilihan akuntansi untuk menunda pendapatan dan mempercepat pengeluaran untuk keperluan
pajak yang menghasilkan perubahan pendapatan buku laporan keuangan.
80

Suward i

ITA 2008 mengatur bagaimana perusahaan di Indonesia mengakui pendapatan untuk tujuan pajak, sedangkan Standar
akuntansi Indonesia memandu perusahaan untuk melaporkan kinerja keuangan mereka tujuan umum, terutama investor,
kreditor dan pihak lain. Jadi, ada banyak perbedaan antara penghasilan kena pajak dan pendapatan sebelum pajak. Namun,
dengan memeriksa peraturan perundang-undangan yang terkandung dalam SAK Indonesia dan Undang-Undang Pajak
Penghasilan Indonesia,
2008, jelas akan ada beberapa hubungan antara dua set akrual.

Manajemen cenderung menambah pengeluaran lebih awal kapan pun keadaan memungkinkan meminimalkan pajak (Guenther,
1994). Dengan cara yang sama, pendapatan dapat diakui kemudian tahun untuk mengelola pendapatan dan penghematan pajak.
Manajemen penghasilan ini memiliki dua manfaat: pertama mengelola penghasilan untuk kelancaran penghasilan dan kedua
penghematan pajak sebelumnya Titik.

2.2 Manajemen Hasil dan Akrual

Mendeteksi manajemen laba adalah penting dalam menilai kualitas pendapatan (Adhikari, 2005). Penelitian
sebelumnya berfokus pada perbedaan antara akuntansi operasi pendapatan dan arus kas. Healy (1985)
membedakan akrual menjadi diskresioner akrual non-diskresioner. Akrual diskresioner memungkinkan
manajemen bergeser pendapatan di antara periode akuntansi sedangkan akrual non-diskresioner telah diatur
dalam standar akuntansi.

Akrual merupakan pendapatan dan beban dalam laporan keuangan sedangkan pendapatan manajemen untuk tujuan pajak
mensyaratkan pengurangan penghasilan kena pajak. Perbedaan ini menyebabkan Manzon (1992) dan Choi et al. (1991)
membedakan akrual menjadi pajak mempengaruhi akrual atau akrual lancar, yaitu piutang dan bukan pajak memengaruhi
akrual atau tidak lancar akrual, yaitu penyusutan. Mengikuti Guenther (1994), penelitian ini fokus pada saat ini akrual . ​ Guenther
(1994) mendefinisikan akrual saat ini dari perusahaan i, pada tahun t sebagai berikut:

CACC ​ Itu = ( Ca ​ Itu ​ - Ca ​ it-1 ) - (Cl ​ Itu ​ - Cl ​ it-1 ) .................................................. ................ ( 1)


Di mana, CA adalah aset lancar dikurangi kas dan CL adalah liabilitas lancar. Perubahan itu aktiva lancar dan
kewajiban lancar menunjukkan perbedaan antara laba bersih dan uang tunai operasi aliran. Di luar perbedaan itu,
perubahan tidak mempengaruhi pendapatan kena pajak. Di dalam hal tidak ada manajemen laba, arus aset dan
kewajiban lancar pada tahun t, adalah fungsi penjualan sof tahun ini.

CA ​ Itu = α ​ saya ​ SEBUAH + β ​ saya ​ SEBUAH ​ PENJUALAN ​ Itu + ε ​ Itu ​ SEBUAH ​ dan CL ​ Itu = α ​ saya ​ L. + β ​ saya ​ L. ​ PENJUALAN ​ Itu + ε ​ Itu ​ L. .................................... ( 2)

Dimana ε ​ Itu ​ SEBUAH ​ dan ε ​ Itu ​ L. ​ adalah istilah kesalahan acak. Persamaan (1) dan (2) adalah hasil pengganti dalam estimasi ​ akrual saat ini

​ tanpa manajemen penghasilan, seperti yang ditunjukkan oleh persamaan (3)

CACC ​ Itu = β ​ saya ​ SEBUAH ​ PENJUALAN ​ Itu + ε ​ Itu ​ SEBUAH - β​ ​ saya ​ L. ​ PENJUALAN ​ Itu - ε ​ Itu ​ L. + ε ​ it1 ​ L. ....................................... ( 3)
- ε ​ it-1
SEBUAH

CACC ​ Itu = β ​ saya ​ ALSALES ​ itu + ​ ε ​ Itu ................................................. ............................... ( 4)

ALSALES ​ Itu ​ berubah dalam penjualan perusahaan i pada tahun t; β ​ i = ​ β ​ saya ​ SEBUAH - β ​ saya ​ L. ; dan ε ​ itu = ​ ε ​ Itu ​ SEBUAH - ε ​ it-1 ​ SEBUAH - ε ​ Itu ​ L. + ε ​ it-1 ​ L.

81

Suward i

Sementara itu, Jones (1991); Dechow et al. (1995); Kothari et al. (2005) juga mengembangkan model untuk
mendeteksi manajemen laba dengan menambahkan akun akrual diskresioner lainnya, yaitu Aset, Properti, Pabrik,
Peralatan (PPE), dan ROA yang digunakan sebagai proksi kinerja. Jones (1991) menganggap itu
​ akrual non-diskresioner ​ konstan. Jadi
Model Jones adalah sebagai berikut:

TA ​ Itu = β ​ 0 + β ​ 1 ( 1 / AT ​ it-1 ) + β ​ 2 ​ ∆REV ​ Itu ​ + β ​ 3 ​ APD ​ Itu + ε ​ Itu ................................................. ... ( 5)

Dimana TA ​ Itu ​ adalah total perusahaan akrual pada tahun t, AT ​ it-1 ​ adalah total aset perusahaan i pada awal tahun tahun; PUTARAN ​ Itu ​ adalah

pendapatan perusahaan i pada tahun t, APD ​ Itu ​ kotor ​ Properti, tanaman, ​ dan ​ Peralatan ​ dari perusahaan saya pada tahun t. Asumsi model ini

tidak memasukkan kebijakan apa pun yang mungkin


memengaruhi pendapatan baik dalam periode taksiran maupun manajemen laba. Karena itu, ini Model tidak mungkin
mampu mendeteksi manajemen laba melalui manipulasi pendapatan.

Dechow et al. (1995) memodifikasi model, selanjutnya disebut Modified Jones. Model ini menambahkan asumsi bahwa semua
perubahan dalam penjualan kredit pada periode peristiwa adalah pendapatan pengelolaan. Model yang dimodifikasi ini mampu
mendeteksi manajemen laba lebih baik daripada bahwa model Jones. Model Jones yang dimodifikasi adalah:

TA ​ Itu = β ​ 0 + β ​ 1 ( 1 / AT ​ it-1 ) + β ​ 2 ( ∆REV ​ Itu ​ - ∆AR ​ Itu ) + β ​ 3 ​ APD ​ Itu + ε ​ Itu ............................. ( 6)

Kothari et al. (2005) menambahkan ROA dalam model manajemen laba. ROA bisa masuk tahun berjalan atau satu tahun
sebelumnya. Namun, Kothariet al. (2005) menemukan bahwa ROA c ​ saat ini tahun
​ lebih baik dalam regresi akrual diskresioner. Model manajemen laba oleh Kothari et al. (2005) sebagai
berikut:

TA ​ Itu = β ​ 0 + β ​ 1 ( 1 / AT ​ it-1 ) + β ​ 2 ( ∆REV ​ Itu ​ - ∆AR ​ Itu ) + β ​ 3 ​ APD ​ Itu + β ​ 4 ​ ROA ​ Itu + ε ​ Itu ................. ( 7)

Model ini dianggap yang terbaik dan karenanya banyak digunakan sebagai model manajemen laba.

Untuk mendeteksi manajemen laba pada tahun pajak penghasilan hukum yang menurun, penelitian ini menggunakan Guenther (1994) dimodifikasi

menggunakan Kothari et al. (2005). Model Guenther yang dimodifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

CACC ​ Itu = β ​ 0 + β ​ 1 ( 1 / AT ​ it-1 ) + β ​ 2 ​ ∆SALES + β ​ 3 ​ APD ​ Itu + β ​ 4 ​ ROA ​ Itu + ε ​ Itu ............ .......... ( 8)

Model ini digunakan untuk memperoleh akrual saat ini yang diharapkan. Perbedaan antara akrual saat ini
yang diharapkan dan akrual saat ini akan menjadi indikator manajemen laba.

3. Pengembangan
Hipotesis

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki apakah perusahaan Indonesia menggunakan akuntansi pilihan untuk menunda

pendapatan dan menambah biaya untuk mempengaruhi laba bersih kena pajak. Ini latar belakang studi adalah (a) temuan

sebelumnya bahwa perusahaan pada umumnya menggunakan pilihan akuntansi untuk mengurangi biaya pajak dan (b) ada beberapa

studi yang menyelidiki hubungan tersebut


antara ITA, manajemen laba, dan karakteristik perusahaan. Itu bisa dilihat pada

82

Suward i

persamaan (1) bahwa penurunan aset lancar yang dimaksudkan untuk menunda pendapatan dan atau meningkatkan current
liability aimed to accrue expenses will lead to negative accrual. If management melakukan perencanaan pajak untuk mengelola
penghasilan kena pajak, maka ada akrual arus negatif pada tahun sebelum tahun penurunan tarif pajak. Karena itu, hipotesis
pertama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

H ​ 1 : ​ Perusahaan memiliki akrual lancar negatif pada tahun-tahun sebelum tahun di mana penurunan tarif pajak penghasilan

wajib diberlakukan.

Wattz dan Zimmerman (1978) menemukan bahwa perusahaan besar sensitif terhadap biaya politik manajemen perusahaan cenderung

memilih metode akuntansi yang lebih konservatif. Perusahaan manajemen mengelola (mengurangi) penghasilan kena pajak mereka

(melakukan perencanaan pajak) dan juga mengelola (mengurangi) pendapatan pelaporan mereka untuk mengurangi potensi biaya politik.

Kim dan Limpaphayon (1998) dan Derashid dan Zhang (2003) memberikan bukti negatif hubungan antara tarif pajak yang efektif dan

ukuran perusahaan untuk perusahaan-perusahaan Asia Timur dan Tenggara, dimana perusahaan besar membayar pajak efektif yang lebih

rendah. Perusahaan besar cenderung mengurangi laporan mereka penghasilan bersamaan dengan penghasilan kena pajak dalam

mengantisipasi penurunan tarif pajak menurut undang-undang.

H ​ 2 : ​ Akrual perusahaan saat ini pada tahun-tahun sebelum penurunan tarif pajak menurut undang-undang cenderung negatif

sepadan dengan ukuran perusahaan.

Hipotesis perjanjian hutang mengatakan bahwa manajemen cenderung memilih metode akuntansi itu meningkatkan
pendapatan yang dilaporkan untuk mematuhi perjanjian (Watts dan Zimmerman, 1986). Ceteris paribus, manajemen dengan
rasio hutang terhadap modal yang lebih tinggi cenderung memilih akuntansi kebijakan yang menghasilkan laba bersih yang
lebih tinggi dari periode berjalan. Ini bisa dilakukan melalui pengalihan laba bersih ke tahun berjalan dan menunda biaya ke
tahun berikutnya. Jadi, perusahaan dengan tingkat utang yang tinggi dapat mempertahankan akrual lancar saat ini meskipun
ada a penurunan tarif pajak wajib pada tahun berikutnya.

H ​ 3 : ​ Akrual saat ini pada tahun sebelum penurunan tarif pajak wajib cenderung positif
sepadan dengan tingkat hutang perusahaan.

Di perusahaan dengan sistem kompensasi bonus berdasarkan pendapatan yang dilaporkan, menangguhkan pendapatan dan
biaya yang timbul kemungkinan tidak dilakukan karena tidak sejalan kekayaan manajemen meningkat, meskipun ini bermanfaat
bagi pemegang saham. Itu diharapkan bahwa kepemilikan manajerial akan meringankan atau mengurangi masalah ini. Karena itu
yang terakhir Hipotesisnya adalah perusahaan dengan kepemilikan manajerial cenderung mengelola pendapatan kena pajak.

H ​ 4 : ​ Akrual saat ini pada tahun sebelum penurunan tarif pajak menurut undang-undang cenderung negatif sepadan

dengan kepemilikan saham manajerial.

4. Metode
Penelitian

4.1 Populasi dan Sampel

Penelitian ini menggunakan populasi Kelompok Industri dan Manufaktur yang terdaftar pada tahun 2003 hingga 2009 di Bursa Efek

Indonesia (BEI). Perusahaan data keuangan tahun 2003 hingga 2006 adalah

83

Suward i

digunakan untuk menghitung koefisien yang digunakan untuk memprediksi perkiraan akrual saat ini tahun 2007 menjadi

2009. Sedangkan perusahaan data keuangan tahun 2007 hingga 2009 digunakan untuk penghitungan akrual saat ini.
Tahun 2007 hingga 2009 dipilih karena pada periode ini terjadi perubahan besar dalam tarif pajak wajib diperdebatkan dan
diterapkan di Indonesia.

Klasifikasi industri didasarkan pada Klasifikasi Industri Saham Jakarta (JASICA). Perusahaan dipilih
berdasarkan fakta bahwa mereka terdaftar di BEI dan perwakilan dari tiga sektor: industri dasar dan bahan
kimia, industri lain-lain, dan industri barang konsumen. Ketiga industri ini terdiri dari 20 sub sektor dan
diharapkan mewakili industri sejenis. Selain itu, industri manufaktur dipilih sebagai sampel karena penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur cenderung melakukan manajemen laba melalui
komponen akrual dan industri ini memiliki
komponen modal kerja yang relatif lebih besar daripada kelompok perusahaan lain (Utpala2007). Sampel penelitian ini
diambil dari populasi berdasarkan ​ pengambilan sampel purposive ​ dengan karakteristik sampel sebagai berikut:

1. Perusahaan dalam industri dan manufaktur dan terdaftar terus menerus dari tahun 2003 hingga 2009 di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2.

Perusahaan tidak mengakuisisi atau menggabungkan perusahaan lain 3. Perusahaan memberikan laporan keuangan lengkap seperti

yang dipersyaratkan dalam penelitian ini 4. Perusahaan menggunakan Rupiah (Mata uang Indonesia) dalam laporan keuangannya.

Perusahaan yang terdaftar sebelum tahun 2003 di BEI tidak digunakan karena setelah Indonesia mengalami krisis keuangan di Indonesia

1988 kondisi ekonomi belum pulih dan banyak perusahaan menghapus daftar pada periode tersebut dari tahun 1998 hingga 2002.

Dengan demikian, jika tahun dasar lebih awal dari tahun 2003 maka sampel penelitian akan sangat kecil. Seperti disebutkan di atas,

sampel penelitian ini harus perusahaan yang terdaftar terus menerus dari tahun dasar hingga 2009.

4.2. Data

Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan sampel perusahaan yang diperoleh dari OSIRIS (sebuah data basis
berlangganan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UGM). Data yang pertama Regresi yang digunakan untuk memperoleh
akrual lancar yang diharapkan terdiri dari akrual lancar sebagai variabel dependen sedangkan total aset, penjualan bersih,
properti, pabrik, dan peralatan (APD) dan Return on Asset (ROA) digunakan sebagai variabel independen. Lalu, yang kedua
regresi yang digunakan untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, hutang jangka panjang, dan manajerial
kepemilikan menggunakan perbedaan antara arus akrual dikurangi arus yang diharapkan akrual sebagai variabel dependen
sedangkan total aset, utang jangka panjang, dan persentase saham yang dimiliki oleh manajemen sebagai variabel
independen.

4.3. Variabel
Operasional

4.3.1. Variabel tak bebas

Akrual saat ini digunakan sebagai variabel dependen dalam penelitian ini. Akrual saat ini dalam penelitian ini didasarkan

pada Jones (1991) yang juga digunakan oleh Guenther (1994).

84
Suward i

CACC ​ t = [ ∆ Aset Lancar ​ t ​ - ∆Cash ​ t ] - [ ∆ Liabilitas Lancar ​ t - ∆ Jatuh tempo Saat Ini dari Panjang

Hutang Berjangka ​ t - ∆ Hutang Pajak Pendapatan] ....................................... (9) Ubah (∆ )

dihitung dengan mengurangi t-1 dari t periode.

Selanjutnya, untuk mengontrol akrual non-deskresi , ​ ukuran manajemen laba adalah perbedaan antara periode
akrual aktual aktual t dan akrual lancar saat ini diharapkan dalam persamaan (8) .
​ Semua variabel dalam persamaan (8) dibagi dengan total aset pada awal tahun

(DI ​ it-1 ) untuk menghindari heteroskedastisitas.

CACC ​ Itu / DI ​ it-1 = β ​ 0 + β ​ 1 ( 1 / AT ​ it-1 ) / SEBUAH ​ it-1 + β ​ 2 ​ ∆SALES / AT ​ it-1 + β ​ 3 ​ APD ​ Itu / DI ​ it-1 + β ​ 4 ​ ROA ​ Itu / DI ​ it-1 + ε ​ Itu

...... (10)

Persamaan (10) diperkirakan menggunakan OLS untuk setiap perusahaan selama empat tahun: 2003-2006. Diperkirakan

parameter dari persamaan (10), kemudian digunakan untuk memperoleh akrual saat ini diharapkan selama tiga tahun prediksi,

2007, 2008 dan 2009. Perbedaan antara aktual dan yang diharapkan saat ini akrual (u ​ aku p ) yang menjadi indikator untuk

manajemen laba dari model ini dihitung as follows:

U ​ aku p = CACC ​ Itu / DI ​ it-1 - b ​ 1 ( 1 / AT ​ it-1 ) / DI ​ it-1 + b ​ 2 ​ ∆SALES / AT ​ it-1 + b ​ 3 ​ APD ​ Itu / DI ​ it-1 + b ​ 4 ​ ROA ​ Itu / DI ​ it-1

..........(( 11)

4.3.2 Variabel
Independen

Penelitian ini menggunakan tiga variabel

independen:

1. ​ Ukuran perusahaan: ​ Ukuran perusahaan (SIZE) diukur dengan total aset log. 2. ​ Hutang: ​ Utang (DA) diukur
dengan utang jangka panjang dibagi dengan total aset. 3. ​ Kepemilikan manajemen: ​ Kepemilikan Manajemen
(MGT) diukur dengan persentase
kepemilikan saham manajerial: jumlah saham beredar yang dimiliki oleh manajemen dibagi
dengan total stok beredar.

5.
Analisis

Analisis empiris dilakukan dengan regresi berganda. Akrual saat ini sebagai variabel dependen dan tiga variabel
independen: ukuran perusahaan, utang, dan manajerial kepemilikan.

CACCit = γ ​ 0 + γ ​ 1 ​ UKURAN ​ aku p + γ ​ 2 ​ DA ​ aku p + γ ​ 3 ​ MGT ​ ip + ​ eip ............................................. (12)

Dimana CACC ​ aku p ​ adalah akrual saat ini, SIZE adalah ukuran total aset perusahaan, dan DA adalah nilai buku hutang jangka

panjang dibagi dengan total aset, MGT adalah persentase kepemilikan manajerial pada saham beredar.

5.1 Menguji Manajemen Penghasilan

Menguji manajemen laba dalam penelitian ini menggunakan akrual saat ini yang diharapkan dari model manajemen
laba oleh Guenther (1994), kemudian dikombinasikan dengan Kothari et

85

Suwardi
al. (2005). Variabel dependen adalah arus akrual (CACC) sedangkan variabel independen adalah Total Aset, Penjualan,
PPE, dan ROA. Persamaan diperkirakan menggunakan pool cross sectional untuk 2003-2006. Jumlah perusahaan dalam
sampel adalah 356 perusahaan.
Tabel 1: Statistik Deskriptif Untuk Estimasi Akrual Saat Ini yang Diharapkan
Deskripsi PENJUALAN ASET CACC ROA APD
Berarti 0,129 3,69E-09 0,142 0,453 0,050 Median 0,037 1,9E-09 0,077 0,410 0,025
Maksimum 3.467 4.26E-08 6.262 2.488 4.684 Minimum -2.105 4.51899E- 11 86 -2.820 0.000
-0.552
Standar Deviasi
0,370 5.75E-09 0,504 0,271 0,282
Jumlah 45,848 0,00000131 4,754 161,431 17,689 N 356 356 356 356 356 Tabel 1. menunjukkan statistik deskriptif
data, sedangkan tabel 2 menunjukkan hasil regresi untuk memperkirakan ​ akrual saat ini diharapkan . Hasilnya
menunjukkan bahwa CACC adalah
berhubungan signifikan dengan Aset, Penjualan, PPE, dan ROA, sehingga model prediksi ini valid (F statistik adalah 0,00).

Koefisien Estimasi dari regresi pada Tabel 2 digunakan untuk menghitung yang diharapkan akrual saat ini
pada tahun 2007, 2008, dan 2009. Lalu prediksi arus akrual adalah

dikurangi dari akrual aktual aktual pada tahun 2007, 2008, 2009. Perusahaan dengan hasil negatif dari pengurangan (akrual
saat ini yang diharapkan lebih besar dari akrual aktual saat ini) diasumsikan mengelola pendapatannya dengan menurunkan
pendapatan sebagai bagian dari perencanaan pajak. Ini dilakukan dengan menurunkan aset lancar untuk menunda pendapatan
dan mengakui kewajiban lancar untuk menambah biaya.

Tabel 2. Estimasi Akrual Saat Ini yang Diharapkan

CACC ​ t / SEBUAH ​ it-1 = β ​ 0 + β ​ 1 ( 1 / AT ​ it-1 ​


) /SEBUAH ​ it-1 + β ​ 2 ​ ∆SALES / A ​ it-1 + β ​ 3 ​ APD ​ Itu / SEBUAH ​ it-1 + β ​ 4 ​ ROA ​ Itu / SEBUAH ​ it-1 + ε ​ t

Deskripsi Penjualan Aset Konstan, Estimasi Koefisien ROA PPE 0,112562 3947331
- 0,025337 -0.0608 0,661693 Standar Kesalahan 0,034808 2978198 0,034356 0,063378
0,060161 P-Nilai 0,0013 0,1859 0,4613 0,3380 0,0080 R-squared 0,260689 Disesuaikan R-squared 0,252264
Durbin-Watson 1,379,405 Probabilitas (F-statistik)
0,000
Pada tahun 2007, dari 89 perusahaan dalam sampel, 74 memiliki perbedaan saat ini akrual negatif (83 persen). Pada tahun 2008,

dari 89 perusahaan sampel, 83 memiliki neg ​ Sebuah ​ perbedaan akrual saat ini (91

Suwardi
persen). Selanjutnya, pada tahun 2009, dari 78 perusahaan dalam sampel, 73 memiliki negatif selisih akrual saat ini (94
persen). Temuan menunjukkan manajemen itu antisipasi penurunan tarif pajak penghasilan dengan mengelola
pendapatan mereka selama dua tahun sebelum tahun pengurangan pajak penghasilan menurut undang-undang (ITA
2008). Temuan ini mengkonfirmasi hipotesa.

Beberapa karakteristik perusahaan diharapkan untuk menjelaskan manajemen laba seperti perusahaan ukuran
(SIZE), utang (DA), dan kepemilikan manajerial (MGT). Karena itu penelitian ini memperkirakan pengaruh ketiga
variabel tersebut terhadap akrual saat ini (CACC). Tabel 3 berisi statistik deskriptif variabel.

Tabel 3: Statistik Deskriptif untuk Regresi CACC pada Variabel Penjelasan


Keterangan CACC SIZE MGT DA
Berarti 0,041 8,9251 0,017 6.081 Median 0,009 8,8645 0,000 7,633 Maksimum 6,270
10.6062 0.256 10.024 Minimum -46965.000 5.9547 0.000 0.000 Standar Penyimpangan
87 0,555 0,6659 0,045 3,375
Jumlah 10.467 2266.986 4.179 1544.436 N 254 ​254 254 254
Analisis lebih lanjut dilakukan untuk menyelidiki apakah karakteristik perusahaan, yaitu ukuran, hutang jangka panjang, dan
kepemilikan manajemen mempengaruhi akrual saat ini. Hasil menunjukkan bahwa secara individual karakteristik perusahaan
tersebut tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
manajemen laba, seperti yang digantikan oleh akrual saat ini. Namun, semuanya itu variabel memiliki pengaruh signifikan
terhadap akrual saat ini. Temuan memberikan bukti kepada mendukung hipotesis. Dengan demikian, manajemen
perusahaan manufaktur dalam sampel ini belajar mengelola penghasilan mereka dengan menurunkan akrual saat ini.

Tabel 4: Regresi OLS Multivariat CACC pada Variabel Penjelasan ​ CACCit =

γ ​ 0 + γ ​ 1 ​ UKURAN ​ aku p + γ ​ 2 ​ DA ​ aku p + γ ​ 3 ​ MGT ​ ip + ​ ε ​ saya ​ Deskripsi Konstan UKURAN Koefisien MGT DA

Perkirakan 1,8617 - 0,2056


- 0,8936
0,0048
Kesalahan Standar 1,6055 0,1755 1,063 0,007 P-Nilai 0,2473 0,2425 0,4013 0,4933 R-kuadrat 0,0502
Disesuaikan R-kuadrat 0,0388 Durbin-Watson 1,92 Probabilitas (Fstatistik)

0,004
Suward i

6.
Kesimpulan

Penelitian ini menyelidiki apakah pendapatan akuntansi dari perusahaan manufaktur Indonesia dikelola sebagai respons atas
perubahan tarif pajak penghasilan menurut undang-undang sebagaimana diberlakukan dalam Undang-undang Pajak
Indonesia, 2008. Bukti keberadaan manajemen laba adalah diperiksa menggunakan akrual akuntansi.

Penelitian ini mengembangkan hipotesis yang bertambah pada tahun sebelum tarif pajak pengurangan akan berkurang
karena manajemen bermaksud untuk mendapatkan manfaat penghematan pajak. Hipotesis lebih lanjut memprediksi
bahwa penurunan akrual ini akan lebih besar untuk perusahaan dengan ukuran besar dan perusahaan dengan tingkat
kepemilikan manajer yang tinggi. Sebaliknya, akrual penurunan akan lebih rendah untuk perusahaan dengan hutang
tinggi. Penelitian ini menggunakan arus yang diharapkan model akrual dari Guenther (1994) yang dimodifikasi
menggunakan Jones (1991), Dechow et Al. (1995) dan Kothari et al. (2005) model. Dengan demikian, model regresi deret
waktu adalah dikembangkan. Perbedaan antara akrual saat ini yang diharapkan dan akrual saat ini dapat dihitung dan
digunakan untuk mendeteksi keberadaan manajemen laba. SEBUAH perbedaan negatif antara akrual lancar yang
diharapkan dan akrual lancar (diharapkan current accruals lebih besar dari current accruals) artinya manajemen
menurunkannya akrual untuk mengantisipasi perubahan dalam penurunan tarif pajak penghasilan wajib dan dengan
demikian manajemen laba ada.
Penelitian ini menegaskan bahwa ada perbedaan negatif yang signifikan antara yang diharapkan akrual lancar dan akrual
lancar sebelum penurunan tarif pajak. Namun, ukuran perusahaan, tingkat hutang, dan kepemilikan manajerial tidak
mempengaruhi manajemen untuk mengelola pendapatan. Secara keseluruhan, variabel-variabel tersebut dapat memengaruhi
manajemen untuk mengelola pendapatan menurunkan akrual.

Penelitian ini berkontribusi pada literatur dengan menambahkan bukti baru tentang asosiasi antara kebijakan pajak dan
manajemen pendapatan di pasar yang sedang berkembang, Indonesia. Ini penelitian juga menunjukkan bahwa pilihan
akuntansi digunakan dalam kaitannya dengan menanggapi peraturan kebijakan untuk memaksimalkan manfaat ekonomi
perusahaan.

Kesimpulan di atas tunduk pada batasan. Pertama, karena ketersediaan data penelitian ini hanya dapat
mengembangkan data akrual saat ini yang diharapkan dari tahun 2003 hingga 2008
2006. Estimasi periode yang lebih lama akan memberikan estimasi yang lebih baik. Kedua, ada potensi variabel yang
dihilangkan dalam model karena banyak spesifikasi rinci pemerintah lainnya kebijakan yang belum ditangkap dalam
model.

Referensi

Adhikari, Ajay, Derashid, Chek, & Zhang, Hao 2005, 'Manajemen Penghasilan untuk Mempengaruhi Kebijakan Pajak:
Bukti dari Perusahaan Besar Malaysia', ​ Jurnal Manajemen Keuangan Internasional dan Akuntansi, ​ Vol. 16, No. 2,
hal.142-163. Choi, WW, Gramlich, JD & Thomas, JK 1991, 'Manajemen Laba sebagai tanggapan atas penyesuaian
pendapatan buku dari pajak minimum alternatif perusahaan, ​ Makalah kerja , Universitas Columbia.

88

Suward i

Dechow, Patricia M, Sloan, Richard G, dan Sweeney, Amy P 1995, 'Mendeteksi penghasilan
pengelolaan, ​ Tinjauan Akuntansi , Vol. 70, No. 2, pp.193-225. Derashid, Chek & Zhang, Hao 2003,
'Tarif Pajak Efektif dan Hipotesis Kebijakan Industri',
Jurnal Akuntansi Internasional, Audit & Perpajakan, Vol. ​ 12, hal.45-62. FASB 1978,
Pernyataan Konsep Akuntansi Keuangan No. 1 Tujuan Keuangan
Pelaporan oleh Perusahaan Bisnis . Fields, Thomas. D, Lys, Thomas, Z, & Vincent,
Linda 2001, 'Penelitian Empiris tentang Pilihan Akuntansi, ​ Jurnal Akuntansi dan Ekonomi , Vol.31, No.3, pp.255- 307.
Guenther, David, A 1994, 'Manajemen Penghasilan sebagai Respons terhadap Perubahan Tingkat Pajak Perusahaan: Bukti
dari Undang-Undang Reformasi Pajak tahun 1986',
Tinjauan Akuntansi, ​ Vol . ​ 69, (Januari), hal.230-243. Healy, Paul 1985, 'Pengaruh Skema Bonus pada Keputusan
Akuntansi ", ​ Jurnal dari
Akuntansi dan Ekonomi , Vol. 7, (April), hlm.85-107. Pemerintah Indonesia
2008, 'Undang-Undang Pajak Penghasilan 2008', No.36.

Jones, Jennifer, J 1991, 'Manajemen Pendapatan Selama Investigasi Relief Impor'


, ​ Jurnal Penelitian Akuntansi , Vol. 29 (Musim Gugur), hal.193-228. Kim, Kenneth A. & Limpaphayon,
Piman1998, 'Pajak dan Ukuran Perusahaan di Pacific-Basin

Muncul, Vol. 7, No. 1, hal.47-63. Kothari, SP, Leone, AndrewJ & Wasley, Charles
E, 2005, 'Tindakan Pencocokan Akrual Diskresioner yang Sesuai Kinerja' , Jurnal Akuntansi dan Ekonomi , Vol.
39, pp.163-197. Manzon, Gil B 1992, ‘Earnings Management of Firm Subject to the Alternative Minimum

Tax’, ​ Journal of American Taxation Association ​, Vol. 14 (Fall), pp. 86-111. Plesko,
George A 2002,‘Reconciling Corporations’ Book and Tax Net Income 1996-
1998, ​ SOI Bulletin, ​ Vol ​. ​ 9( Spring), pp.111-132. Utpala, Rani 2007, ‘ ​ Kesalahan estimasi akrual dan
kualitas laba: pengujian terhadap kualitas akrual ​[ Accrual estimation error and earnings quality: Empirical study
on earnings quality]’, Unpublished Thesis, Faculty of Economics and Business, Universitas GadjahMada,
Yogyakarta. Watts, RL & Zimmerman, JL 1978, ‘Towards a positive theory of the determination of

accounting standards’, The Accounting Review, Vol. 53 (January), pp.112-34 _____&______1986, ​ Positive
Accounting Theory ​, Englewood Cliffs, Prentice Hall, New
Jersey.

8
9

Anda mungkin juga menyukai