LANDASAN TEORI
2008 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh) ayat (3) menyatakan bahwa Direktorat
Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib
Pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi
perbandingan harga antara pihak yang independen, sistem harga jual kembali,
metode cost-plus, atau sistem lainnya. Kemudian lebih lanjut diatur dalam
Peraturan Dirjen Pajak Nomor 32 Tahun 2011 yang menyebutkan pengertian arm’s
length principle yaitu harga atau laba atas transaksi yang dilakukan oleh pihak-
pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa ditentukan oleh kekuatan pasar,
sehingga transaksi tersebut mencerminkan harga pasar yang wajar. Menurut Desai
et al. (2006) menekankan bahwa kesepakatan antara pihak yang berafiliasi yang
terletak di yurisdiksi pajak selalu menawarkan celah yang cukup besar untuk
9
10
yang diantisipasi dari tarif pajak pada ukuran rekening dari perusahaan terkait, serta
tunggakan rekening perusahaan induk, dan karena itu pada kesepakatan intrafirm.
Hal ini menekankan bahwa tidak mungkin untuk mengidentifikasi besarnya efek
transfer pricing terhadap efek quantity. Namun shifting bekerja secara efektif
negara dengan pajak tinggi untuk kepentingan lokasi yang menawarkan lower tax
rate.
Novi Dwi Anggraini, 2017). Berbeda dengan Panjalusman dkk. (2018) yang
terhadap tax avoidance. Hal ini disebabkan beberapa faktor, seperti perubahan
sistem pemerintahan yang dibarengi dengan munculnya berbagai baru, seperti Tax
melalui posisi hutang yang tinggi dibandingkan dengan modal yang dimiliki atau
bersumber dari utang (debt financing) terlihat lebih menggiurkan bagi pemegang
Base Erosion and Profit Shifting (BEPS) karena biaya bunga pinjaman yang dapat
dianggap sebagai biaya yang dapat dikurangkan. Pada negara berkembang seperti
Indonesia pendanaan investasi yang besar melalui utang (debt financing) sangat
merugikan dan dapat menimbulkan masalah Base Erosion and Profit Shifting
penting namun harus diimbangi dengan pentingnya menjaga basis pajak. Kegagalan
pemerintah dalam mengatasi hal ini memberikan keuntungan bagi MNE dalam
Menurut yang dilansir pada website resmi Direktorat Jenderal Pajak Thin
Capitalization rules umunya memiliki dua pendekatan yang dapat diambil, yaitu
12
dikurangi serta melalui interest limitation yang dapat dikurangi dengan referensi
rasio dari bunga terhadap variabel lain. Terdapat dua jenis pendekatan yaitu Arm’s
ini thin capitalization rules Indonesia berpedoman pada pendekatan Arm’s Length
test untuk menentukan kuantum utang bagi entitas yang memiliki hubungan
istimewa dan DER untuk menentukan kuantum utang maksimum yang dapat
dihitung sebagai biaya. Selain itu Indonesia juga menerapkan withholding tax
hal ini untuk mengalokasikan hak pemajakan Indonesia sebagai negara sumber.
khusunya dalam Thin Capitalization. Tarif utang dan modal menurut PMK Nomor
yang dimaksud adalah karakter eksekutif, company size, dan company risk. GCG
foreign income dan menerapkan tax planning yang efisien di antara entitas grupnya.
avoidance semakin besar, terutama praktik thin capitalization. Desai, Foley, &
memiliki tax ratio 10% lebih tinggi dari negara-negara afiliasi meningkatkan debt-
menerbitkan utang dari anak perusahaan keuangan asing, terutama yurisdiksi pajak
terhadap tax avoidance. Dinyatakan hal ini disebabkan objek atau sampel penelitian
tentang Pajak Penghasilan pasal 18 ayat 3c menyebutkan bahwa tax haven adalah
SE-04/PJ.7/1993 menyebutkan bahwa kriteria tax haven adalah negara yang tidak
memungut pajak atau memungut pajak lebih rendah dari Indonesia. Tax Havens
didefinisikan sebagai wilayah dengan tax rate yang sangat rendah dan atribut pajak
lainnya yang dirancang untuk menarik investor asing (Dharmapala & Hine, 2009).
Diklasifikasikan terdapat sekitar 40 tax havens yang biasanya negara dan wilayah
berasal dari beberapa perusahaan besar melalui ekspor ke sejumlah “Tax Havens”
yang realtif terbatas, di mana perkiraan dasar menemukan bahwa harga intra-
perusahaan rata-rata 11% lebih rendah dari harga wajar. Hal ini menunjukkan
biaya penegakan tetap rendah. Ronald et al. (2014) menunjukkan bahwa kerugian
sepuluh sampel tax havens berjumlah sekitar 1% dari total pendaptan perusahaan
90% dari ekspor intra perusahaan ke sepuluh tax havens tersebut menyiratkan
15
berdasarkan argument bahwa penggunaan tax havens oleh MNE sangat bergantung
pada kesabaran atau fasilitasi aktif oleh non-havens, karena telah tersedia berbagai
instrument hukum pajak yang kuat untuk menetralisir dampak penggunaan tax
havens oleh MNE. Sejauh itu bukan karena disfungsi politik, kegagalan
menggunakan instrument ini secara lebih luas dapat dilihat sebagai piihan kebijakan
yang disengaja, yang disebabkan baik oleh masalah Tindakan kolektif diantara non-
multinasional untuk menghidari pajak (Desai et al., 2005). Taylor dan Richardson
avoidance.
Untuk menguji secara formal dampak Tax Havens pada penghindaran pajak
berikut:
16
H3. Aktivitas Tax Havens pada perusahaan berpengaruh positif terhadap tax
avoidance.
2.4 Multinationality
batas antarnegara, yang terikat hubungan khusus, baik karena penyertaan modal
antara lain untuk memaksimalkan income after tax expense (minimize tax). Rohatgi
(2006) MNE dalam memanfaatkan liability dijadikan sebagai celah dalam tax
yang efisien di seluruh related party, ada kemungkinan perusahaan dengan related
party dalam grup perusahaan memperoleh foreign income dapat terlibat dalam
kegiatan tax avoidance yang lebih besar. Menurut Hanlon, Mills, dan Slemrod
(2007) entitas yang dikontrol asing memiliki tingkat ketidaktaatan pajak yang lebih
avoidance.
17
Collins, Kemsley, dan Lang (1998) (dalam Taylor & Richardson, 2012)
mengamati bahwa MNEs AS yang menghadapi tax rate perusahaan asing rata-rata
melebihi tax rate perusahaan AS menunjukkan tindakan tax avoidance lebih luas
mengurangi kuantum pajak komersial domestik yang harus dibayar. Secara khusus,
perbedaan batas keuntungan antara entitas anak yang ditempatkan di Australia dan
yang diluar negeri dapat membuka peluang untuk mengalihkan pendapatan secara
perusahaan Australia pada operasi asing lebih tinggi memotivasi perusahaan untuk
mendorong income ke pajak yang lebih rendah (Taylor & Richardson, 2012).
harga transfer dan juga tarif pajak yang lebih rendah sehingga cenderung dilakukan
meminimalkan beban pajak perusahaan dengan skema yang mengacu pada wilayah
dengan corporate tax rate tinggi ke wilayah corporate rate rate yang lebih rendah
instrumen seperti transfer pricing, thin capitalization serta tax haven country.
Untuk menguji secara formal dampak income shifting pada tax avoidance