Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Akhir-akhir ini fokus pengambil kebijakan dan pelaku pasar tertuju pada Organizationfor
Economic Cooperation and Development (OECD) yang merupakan organisasi internasional
beranggotakan negara maju yang bertugas membantu negara anggotana dalam menghadapi
tantangan ekonomi, sosial, dan tata pemerintahan dalam ekonomi global. Yang menjadi salah
satu tantangan OECD adalah masalah tax havens. Salah satu tantangan yang dihadapi OECD
adalah banyaknya tax havens countries atau territories yang dapat mengganggu negara lain.
Pada tax havens country atau territory biasanya undang-undang dan kebijakannya dapat
dipergunakan untuk menghindari atau mengelabui ketentuan pajak dari negara lain.

Tax havens merupakan kenyataan yang sudah berlangsung berabad-abad. Fenomena tax havens
timbul sebagai reaksi manusia sebagai homo ekonomikus terhadap ketentuan pajak di negara
tempatnya tinggal yang lebih tinggi dibandingkan dengan tarif pajak di negara tax havens. Oleh
karena itu, mereka memindahkan uangnya ke negara tax havens. Banyak negara tax havens ini
yang kurang transparan dan ketentuan rahasia banknya ketat sehingga mempersulit kerja sama
internasional dalam bentuk pertukaran informasi. Oleh karena itulah pada 2004 OECD dengan
dukungan negara G-20 dan UN Committee of Experts on International Cooperation in Tax
Matters menyepakati Internationally Agreed Tax Standard. Ini standar internasional yang
mensyaratkan adanya pertukaran informasi atas dasar permintaan mengenai segala masalah
yang terkait dengan perpajakan untuk kepentingan administrasi dan penegakan hukum
perpajakan. Kesepakatan ini mengabaikan kepentingan perpajakan domestik dan ketentuan
rahasia bank dari negara yang diminta. Kesepakatan itu juga memberikan perlindungan yang
ketat terhadap informasi yang dipertukarkan.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana pengertian dan konsep tax haven country berdasarkan ringkasan dan review dari
jurnal nasional dan internasional.

1.3 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui pengertian dan konsep tax haven country berdasarkan ringkasan dan review
dari jurnal nasional dan internasional.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Tax Haven Country


Tax Haven Country adalah negara yang menawarkan kepada bisnis dan individu asing
kewajiban pajak minimal atau tidak ada kewajiban pajak atas simpanan bank mereka dalam
lingkungan yang stabil secara politik dan ekonomi.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Royanul Nugraha dan Ari Budi Kristanto pada tahun 2019
tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Tax Haven. Tax haven merupakan
wilayah yang menawarkan pajak rendah, atau tidak sama sekali, dengan tujuan untuk menarik
investor asing. Investor dari luar negeri tersebut dapat tertarik untuk menyimpan dan
mengedarkan uangnya ke negara-negara tax haven daripada kehilangan uang karena pajak yang
tinggi apabila menyimpan uang tersebut di negara domisilinya.Hal tersebut kerap disebut
dengan skema tax avoidance.Namun dalam praktiknya tax haven bisa saja menjadi tax evasion,
tergantung pada setiap peraturan negara. Dalam pemanfaatan tax haven banyak keuntungan
yang didapatkan oleh perusahaan dan juga negara tax haven itu sendiri.Dalam praktiknya, ATO
mengungkapkan bahwa anak perusahaan yang tergabung dalam tax haven yang mungkin sah
dan tidak digunakan semata-mata hanya untuk memfasilitasi penghindaran pajak, karena
mereka dapat membantu meningkatkan arus kas setelah pajak dari suatu perusahaan. Akibatnya
tax haven menjadi sangat penting dalam mengurangi pajak perusahaan, tetapi praktik tersebut
harus berada di bawah pengawasan yang cermat dari otoritas pajak nasional maupun global
lainnya.

Negara tax haven atau surga pajak pada dasarnya terdiri dari negara kecil dengan terbatasnya
sumber daya alam. Pengelolaan pada terbatasnya sumber daya alam menyebabkan penghasilan
yang tidak memadai, sehingga negara surga pajak membutuhkan sumber pendanaan lain untuk
menggerakkan pemerintahan. Setiap negara memberikan fasilitas berupa perlindungan serta
kenyamanan dalam aktivitas investasi modal. Dengan begitu, banyak pihak yang diharapkan
dapat tertarik untuk berinvestasi pada negara surga pajak.

Hipotesis pertama pada penelitian ini adalah aktivitas transfer pricing yang agresif berpengaruh
positif terhadap pemanfaatan perusahaan afiliasi di tax haven. Hipotesis kedua pada penelitian
ini adalah aktivitas aset tidak berwujud yang tinggi berpengaruh positif terhadap pemanfaatan
perusahaan afiliasi di tax haven. Hipotesis ketiga penelitian ini yaitu kompensasi manajemen
berpengaruh positif terhadap pemanfaatan perusahaan afiliasi di tax haven. Hipotesis keempat
pada penelitian ini adalah perusahaan multinasional berpengaruh positif terhadap pemanfaatan
perusahaan afiliasi di tax haven.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Morten Bennedsen dan Stefan Zeume yang berjudul
Corporate Tax Havens and Transparency pada tahun 2018. Penggunaan suaka pajak untuk
menghindari pajak yang seharusnya dibayarkan di negara-negara dengan tarif pajak yang tinggi
telah didokumentasikan dengan baik. Sebagai Sebagai contoh, untuk mengurangi tagihan pajak
mereka, perusahaan dapat mengalihkan pendapatan dari lokasi dengan pajak tinggi ke anak
perusahaan suaka pajak yang tidak memiliki atau hanya memiliki sedikit kegiatan operasional.
Di antaranya, pendapatan dapat dialihkan melalui pendaftaran paten atau merek dagang dengan
anak perusahaan suaka pajak dan membebankan biaya penggunaan aset-aset tersebut kepada
anak perusahaan di lokasi dengan pajak tinggi operasional di lokasi dengan pajak tinggi dengan
biaya untuk menggunakan aset-aset ini. Dengan sendirinya, aktivitas penghematan pajak
tersebut memiliki efek positif pada nilai perusahaan.

Dalam makalah ini, kami memberikan bukti yang konsisten dengan gagasan bahwa struktur
tax haven yang tidak jelas memungkinkan manajer atau pemegang saham pengendali
memperoleh keuntungan pribadi, yang bertentangan dengan kepentingan pemegang saham
nonpengendali dan di luar motif penghematan pajak yang sederhana. Secara khusus, tabir
kerahasiaan yang terkait dengan anak perusahaan suaka pajak dapat memungkinkan berbagai
kegiatan mulai dari pengambilalihan langsung melalui tunneling dan pencurian langsung
hingga bentuk-bentuk yang tidak terlalu ekstrem seperti kelonggaran manajerial. Kami
mengidentifikasi dampak terkait pengambilalihan yang terkait dengan penggunaan anak
perusahaan suaka pajak dengan mempelajari reaksi pemegang saham terhadap peningkatan
transparansi kegiatan perusahaan suaka pajak. Untuk mengukur aktivitas perusahaan suaka
pajak, kami mengumpulkan data yang mencakup 17.331 perusahaan publik dari 52 negara dan
sekitar 232.000 anak perusahaan dalam dan luar negeri, yang sebagian berkantor pusat di
negara suaka pajak.

Anak perusahaan suaka pajak dapat digunakan untuk mengurangi pajak perusahaan tetapi juga
untuk terlibat dalam pengambilalihan pemegang saham minoritas. Sejalan dengan
pengambilalihan, kami mendokumentasikan bahwa pengalihan TIEA antara negara dan negara
suaka pajak meningkatkan nilai perusahaan sebesar 2,5%. Meskipun pencurian langsung oleh
manajer atau pemilik sulit untuk diamati, peningkatan nilai perusahaan ini tidak mungkin
didorong oleh pengurangan manajerial atau pengurangan ketidakpastian. Menyarankan
pengukuhan (entrenchment), efek positif yang terdokumentasi dari TIEA terhadap nilai
perusahaan lebih jelas pada perusahaan dengan eksposur yang kuat terhadap suaka pajak dan
tidak ada di antara perusahaan yang menghindari TIEA dengan melakukan lompatan surga.
Kami juga menemukan bahwa perusahaan yang lebih mungkin mengalami masalah keagenan,
seperti perusahaan yang diatur dengan lemah, lebih terpengaruh secara positif oleh pengesahan
TIEA.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu Ayu Liony Krishna Devi dan Naniek Noviari pada
tahun 2022 dengan judul Pengaruh Pajak dan Pemanfaatan Tax Haven pada Transfer Pricing
menjelaskan tentang pengujian secara empiris pengaruh pajak dan pemanfaatan tax haven pada
transfer pricing. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2016-2020. Operasi tax haven umumnya dilakukan
dengan mendirikan badan hukum seperti perwalian atau perusahaan cangkang, yakni
perusahaan di atas kertas yang tidak memiliki kantor operasional, yang didirikan untuk
membantu pengalihan beban pajak dari negara asal dengan pajak yang tinggi ke negara dengan
pajak rendah dan tergolong tax haven. Adanya negara tax haven ini mendorong perusahaan
untuk melakukan praktik transfer pricing dengan memanfaatkan pihak berelasi maupun anak
perusahaan yang berada pada negara tax haven guna menghindari pajak yang dibayarkan
perusahaan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan, maka dapat ditarik simpulan bahwa pajak
tidak berpengaruh pada transfer pricing, yang artinya semakin besar atau kecil nilai current
effective tax rate (CETR) tidak akan mempengaruhi praktik transfer pricing yang dilakukan
perusahaan di perusahaan sektor pertambangan. Pemanfaatan tax haven berpengaruh positif
pada transfer pricing. Semakin banyak anak perusahaan atau pihak berelasi di negara tax haven,
maka semakin tinggi tingkat praktik transfer pricing yang dilakukan perusahaan. Hal ini
menunjukkan bahwa adanya anak perusahaan atau pihak berelasi di negara tax haven mampu
mendorong perusahaan untuk melakukan praktik transfer pricing untuk meminimalisir beban
pajak yang dibayarkan perusahaan sektor pertambangan.

Nilai adjusted R2 pada penelitian ini masih tergolong rendah, yaitu 0,064, yang artinya sebesar
6,4 persen variasi variabel transfer pricing dipengaruhi oleh variabel pajak dan tax haven,
sedangkan sisanya sebesar 93,5 persen dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan
dalam model regresi penelitian ini. Hasil tersebut menunjukkan masih adanya faktor-faktor lain
diluar penelitian yang dapat memengaruhi transfer pricing, sehingga disarankan sebaiknya
menambah dan mempertimbangkan kemungkinan penggunaan variabel independen lain yang
mampu memengaruhi transfer pricing seperti tax planning.
DAFTAR PUSTAKA

Bennedsen, Zeume. 2017. Corporate Tax Havens and Transparancy. Oxford University Press
on Behalf of The Society for Financial Studies.

Devi, Noviari. 2022. Pengaruh Pajak dan Pemanfaatan Tax Haven pada Transfer Pricing. E-
Jurnal Akuntansi. Vol 32 No 5

Nugraham Kristanto. 2019. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Tax Haven.


Jurnal Ilmiah Akuntandi dan Humanikka. Vol 9 No.2 Agustus 2019

Wahyudi Dedi. 2010. Controlled Foreign Corporation. (http://dudiwahyudi.com/pajak/pajak-


penghasilan/controlled-foreign-company-cfc.html). Diakses pada tanggal 21 Mei 2023 pukul
16.13 WIB.

2014. Tax Haven Country. ( http://howmoneyindonesia.com/2014/01/12/tax-haven-surga-


bagi-para-pengemplang-pajak/). Diakses pada tanggal 21 Mei 2023 pukul 16.24 WIB.

Syafrianto. 2009. Daftar Tax Haven Country. (http://syafrianto.blogspot.co.id/2009/04/daftar-


tax-heaven-country-berdasarkan.html). Diakses pada tanggal 21 Mei 2023 pukul 16.39 WIB.

www.ortax.org. (http://ortax.org/ortax/?mod=forum&page=show&idtopik=5075). Diakses


pada tanggal 21 Mei 2023 pukul 16.50 WIB.

Bayu Rahmat Rahayu . 2009. (http://www.kompasiana.com/finedu/mengharapkan-tax-


heaven-tidak-ada-adalah-sebuah-mimpi_54ff385fa33311124550fded). Diakses pada 22 Mei
2023 pukul 09.12 WIB.

2013. (http://edwardconsulting.blogspot.co.id/2013/02/oecd-dan-tax-havens-country.html).
Diakses pada tanggal 22 Mei 2023 pukul 09.21 WIB.

Anda mungkin juga menyukai