Anda di halaman 1dari 11

PENGENDALIAN MANAJEMEN PADA PERUSAHAAN

MULTINASIONAL

I. PENGERTIAN
Perusahaan multinasional adalah perusahaan yang selain beroperasi secara domestik juga
mempunyai hubungan afiliasi dengan perusahaan – perusahaan di negara lain.
Perusahaan multinasional memiliki kesamaan dengan perusahaan lokal, yaitu untuk mendapatkan
laba yang sebanyak-banyaknya sesuai pasar yang dijalankan,mengembangkan perusahaan mereka
dengan menumbuhkan cabang-cabang baru,melakukan inovasi-inovasi yang mengacu pada
globalisasi,memberikan pelayanan yang maksimal terhadap konsumen,meningkatkan kesejahteraan
perusahaan di lingkungan internal maupun eksternal.

II. TRANSFER PRICING


Dalam Peraturan perundang-undangan perpajakan di Indonesia, istilah transfer pricing terdapat
dalam:
1. Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-32/PJ/2011 tentang perubahan atas Peraturan Dirjen Pajak
Nomor PER-43/PJ/2010 tentang Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam
Transaksi Antara Wajib Pajak dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa.
2. Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-69/PJ/2010 Tentang Kesepakatan Harga Transfer (Advance
Pricing Agreement).
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 7/PMK.03/2015 Tentang Tata Cara Pembentukan dan
Pelaksanaan Kesepakatan Harga Transfer (Advance Pricing Agreement).

Dalam peraturan-peraturan tersebut dijelaskan definisi (transfer pricing) adalah penentuan harga
dalam transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa.

Hubungan istimewa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sampai dengan ayat (3d), Pasal 9 ayat (1)
huruf f, dan Pasal 10 ayat (1) dianggap ada apabila:

1. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling rendah 25% (dua
puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain; hubungan antara Wajib Pajak dengan penyertaan
paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada dua Wajib Pajak atau lebih; atau hubungan di
antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir;
2. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib Pajak berada di bawah
penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau
3. Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus
dan/atau ke samping satu derajat.

Peraturan lebih lanjut mengenai hubungan istimewa diatur dalam Surat Edaran Nomor SE-50/PJ/2013
tentang Petunjuk Teknis Pemeriksaan terhadap Wajib Pajak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa.
Secara singkat prinsip arm’s length (Arm's Length Principle / ALP) adalah prinsip kewajaran dan
kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa. Dalam Pasal 18 ayat (3) UU PPh
mengatur mengenai kewenangan Dirjen Pajak untuk melakukan koreksi apabila tindakan transfer
pricing dilakukan di luar prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (arm's length).

Aturan lebih lanjut dan detail tentang prinsip arm's length termuat dalam Peraturan Dirjen Pajak
Nomor PER-32/PJ/2011 tentang perubahan atas Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-43/PJ/2010
tentang Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam Transaksi Antara Wajib Pajak
dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa.

Penentuan harga transfer untuk barang – barang, jasa, dan teknologi menunjukkan perbedaan
penting antara pengendalian manajemen dalam suatu negara dengan yang beroperasi di luar negeri.
Pertimbangan dalam hal ini menyangkut tentang aturan pajak, aturan pemerintah, tarif, nilai tukar,
pengawasan nilai tukar asing, akumulasi dana, tekanan persaingan dan joint venture.

Metode Harga Transfer


• Harga Transfer Berdasarkan Harga Pasar
Unit usaha yang ada mampu beroperasi sebagai pusat laba independen dimana manajer masing
– masing unit bertanggung jawab atas kinerjanya sendiri
• Harga Transfer Berdasarkan Harga Pokok
Harga pokok ini biasanya bisa diperoleh dari dalam perusahaan yakni dari sistem akuntansinya .
Metode ini biasanya diterima oleh pihak pajak maupun bea cukai karena metode ini
menyediakan beberapa indikasi dimana harga transfer memperkirakan harga sesungguhnya dari
barang yang ditawarkan sehingga beban pajak yang dikenakan lebih menggambarkan harga
sesungguhnya dari produk.
• Metode Negosiasi
Dengan pendekatan ini, unit usaha pembelian maupun penjualan bebas bernegosiasi agar harga
transfer yang ditetapkan saling menguntungkan.

Pertimbangan Hukum
Hampir semua negara melakukan beberapa pembatasan pada fleksibilitas perusahaan dalam
menetapkan harga transfer untuk transaksi anak-anak perusahaan di luar negeri. Alasannya adalah
untuk mencegah perusahaan multinasional melakukan penghindaraan pajak penghasilan di negara
tuan rumah.

• Metode Harga Tak Terkontrol yang Sebanding


Perbandingan didasarkan atas persamaan penjualan yang terkontrol dan tidak berkaitan dengan
properti fisik dan keadaan sesungguhnya yang mendasari transaksi tersebut.
• Metode Harga Jual Kembali
Prembayar pajak bekerja kembali dari harga jual akhir dimana barang tersebut dibeli dari
perusahaan afiliasinya dijual dengan harga yang tidak bisa terkontrol.
• Metode Biaya Tambah
Titik awal penghitungan harga bebas ini adalah harga pokok produksi, yaitu harga pokok yang
dihitung menurut praktik akuntansi yang lazim.

Pajak pada Perusahaan Multinasional


Dalam rangka mengevaluasi kebijakan perdagangan dan efektivitas lalu lintas modal internasional,
adalah kurang efisien apabila hanya difokuskan pada tarif, kuota, dan subsidi non pajak saja.
Kebijakan perpajakan kadang sangat berperan dalam evaluasi kebijakan unutk pengambilan
keputusan mengenai penanaman dan pembiayaan perusahaan yang akan melakukan investasi di luar
negri.

Beberapa perbedaan dimensi pada sistem perpajakan perusahaan multinasional :

• Tarif marginal yang berbeda secara esensial dari tarif 0% di negara-negara yang disebut sebagai
surga pajak (Tax-Heaven Countries), sampai tarif 60% di negara-negara tertentu yang dikenal
sebagai negara berpajak tinggi (High-Tax Countries).
• Definisi penghasilan yang berbeda antar satu negara dengan negara lainnya.
• Pengertian tentang penghasilan yang dikecualikan dari pengenaan pajak.
• Wajib pajak hanya dikenakan pajak dari dalam negri atau termasuk penghasilan luar negri.
Di Negara Amerika Serikat, Inggris, Jepang, & Indonesia, menganut pengertian penghasilan baik
dalam negri maupun luar negri (Global Tax System-Worldwide Income).
Di Negara Prancis, Swiss, Hongkong, Belgia, & Belanda, tidak mengenakan pajak atas aktivitas
perusahaan di luar negaranya (Territorial Tax System – Regional Income).

Perusahaan Multinasional memiliki posisi yang menentukan dalam hal prinsip apa yang akan
digunakan untuk mendapat keuntungan bagi groupnya, maka bisa saja perusahaan multinnasional
tersebut menggunakan harga penyimpangan dari harga yang berlaku umum. Penyimpangan harga
ini disebut sebagai “arm’s length price”, dimana disetujui oleh kedua belah pihak yang melakukan
transaksi barang yang sama dan dalam kondisi yang sama, apabilan perusahaan tersebut tidak
memilik hubungan istimewa (unrelated parties).

Masalah yang paling sering dibicarakan dalam rangka perencanaan pajak perusahaan Multinasional
menyangkut masalah pengenaan pajak atas penghasilan yang berbeda yuridiksi pajaknya. Pemecahan
masalah ini biasanya dilakukan melalui Perjanjian Penghindara Pajak Berganda, apabila:

• Pengenaan pajak penghasilannya hanya dikenakan atas penghasilan satu negara saja.
• Ketentuan peraturan Perundang Undangan perpajakan memungkinkan adanya semacam kredit
pajak yang dapat diperhitungkan dengan pajak yang terutang. Pajak Berganda tersebut dapat
dikurangi melalui :
1. Tax Credit, memungkinkan wajib pajak untuk mengurangi jumlah pajak yang terutang/dibayar
di luar negri dari jumlah pajak yang terutang berdasarkan perhitungan ketentuan peraturan
Perundang Undangan Parpajakan Domestik.
2. Tax Treaty, mengatur anta negara yang bersangkutan tentang hal-hal apasaja dari suatu
penghasilan yang dipajaki dan yang tidak dipajaki oleh otoritas negara dimana penghasilan
tersebut atau diperoleh.
3. Tax Haven, suatu negara dimana tarif pajaknya sangat rendahatau tidak ada sama sekali
pengenaan pajak atas penghasilan. Negara tax have digunakan oleh perusahaan
multinasional untuk menggeser penghasilan dari negara yang tarif pajaknya tinggi ke negara
ini melalui transfer pricing.
4. Tax Exemtion, memungkinkan negara tertentu untuk tidak membayar pajak penghasilan atas
suatu penghasilan tertentu.
5. The Defferal Principle, semacam penundaan pajak sedemikian rupa sehingga perusahaan
induk tidak akan dikenakan pajak atas penghasilan luar negri sampai dengan perusahaan
induk tersebut benar-benar diterima.

Ruang Lingkup Transfer Pricing


Transfer Pricing Dalam Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan

Bervariasinya tarif paajk yang berlaku di masing-masing negara akan mendorong manajemen untuk
merelokasi penghasilan (revenues) ke negara-negara yang menerapkan tarif pajak relatif rendah (low
tax countries) dan membebankan biaya-biaya yang lebih besar ke negara-negara yang memiliki tarif
pajak relatif tinggi (high tax countries). Strategi transfer pricing yang bertujuan untuk menghindari
pajak (tax avoidance) akan merugikan negara-negara termasuk high tax countries karena kehilangan
potensi penerimaan pajak yang seharusnya diperoleh. Masalah akan lebih parah jika transfer pricing
dimaksudkan untuk melakukan penggelapan pajak (tax evasion) yang sudah tergolong sebagai Tax
Crime.

Dalam rangkan Persesuaian transfer pricing antara otoritas pajak dengan wajib pajak berkenaan
denga “arm’s length price”, dikembangakan pula dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan suatu model yang mirip dengan “transfer pricing negosiasi dan transfer pricing arbitrasi”,
dengan diperkenalkannnya model “kesepakatan transfer pricing - Advance Pricing Agreement (APA)”
yang terlihat pada Pasal 18 UU No.7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan sebagaimana telah diubah
dengan UU No.36 tahun 2008 (Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan)

Transfer Pricing Dalam Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B)

Berdasarkan tugas yang ada saat ini, di ranah global terdapat dua organisasi multinasional yang
berperan dalam merumuskan International Tax Regime. Pertama adalah Organization for Economic
Cooperation and Development (OECD) dan United Nations (UN). Tugas kedua organisasi ini adalah
menerbitkan dokumen model P3B yang akan digunakan sebagai rujukan oleh berbagai negara dalam
merumuskan P3B dengan negara lain.
OECD memiliki peran besar dalam ranah transfer pricing dikarenakan mereka telah menerbitkan
suatu dokumen yang menjabarkan mengenai Pasal 9 OECD Model atau lebih dikenal sebagai OECD
Transfer Pricing Guidelines for Multinational Enterprises and Tax Administration. Diperlukan sebuah
aturan main dalam skema transfer pricing adalah untuk menghindari pemajakan berganda terjadi,
yang disebut sebagai International Tax Transfer Pricing Regime. Kehadiran aturan ini be rtujuan untuk
mencegah terjadinya tax abuse dan mencegah pemajakan berganda.

Prinsip yang digunakan dalam International Tax Transfer Pricing Regime adalah kesetaraan antar
negara, netralitas internasional, dan kesetaraan Wajib Pajak dari negara yang berbeda. Ketiga prinsip
ini menjadi acuan untuk akhirnya mengharmonisasikan gerakan antar negara untuk menjalankan
peran masing-masing. Menghapus prinsip ini dapat menyebabkan munculnya suatu keadaan yang
tidak seimbang antar negara.

Pada dasarnya skema transfer pricing memiliki keunggulan bahwa peran ini hanya bisa digunakan
oleh perusahaan multinasional dibanding dengan perusahaan independen. Perusahaan multinasional
memiliki kesempatan untuk melakukan perencanaan pajak internasional (international tax planning).
Oleh karena itu, diperlukan kesetaraan horizontal sebagai prinsip dasar dalam International Tax
Transfer Pricing Regime.

Kendala-Kendala
• Kendala Internal
Kendala yang timbul dari berbagai kepentingan yang ada dalam perusahaan ultinasional
menyangkut desentralisasi dan sentralisasi.
• Kendala Eksternal
Kendala yang timbul biasanya menyangkut kepentingan perusahaan multinasional tersebut dengan
kepentingan publik dari negara yang betsangkutan.

Perusahaan Berorientasi Ekspor


Industrialisasi berorientasi ekspor (IOE) kadang-kadang disebut industrialisasi orientasi ekspor (IOE)
atau pertumbuhan yang didorong oleh ekspor adalah semacam perdagangan dan kebijakan ekonomi
yang memiliki tujuan untuk mempercepat proses industrialisasi suatu negara dengan cara
mengekspor barang-barang yang keunggulan komparatifnya dimiliki oleh negara pengekspor
tersebut.

Industrialisasi berorientasi ekspor tidak selalu berlaku untuk semua pasar dalam negeri karena
pemerintah mungkin bertekad melindungi industri baru agar mereka dapat tumbuh dan mampu
mengeksploitasi keunggulan komparatif di masa depan. Banyak negara Asia Timur menghambat
impor secara besar-besaran dari tahun 1960-an hingga tahun 1980-an untuk melindungi industri
dalam negerinya masing-masing.
Pengurangan hambatan berupa pengurangan bea, nilai tukar mengambang (devaluasi nilai mata uang
negara sering kali digunakan ntuk mendukung berjalannya ekspor), dan dukungan pemerintah
terhadap sektor ekspor adalah contoh kebijakan yang diterapkan untuk mendorong industrialisasi
berorientasi ekspor dan pada akhirnya, pembangunan ekonomi.

Pembelajaran matematika terbaru menunjukkan bahwa pertumbuhan yang didorong ekspor


menyebabkan tertekannya pertumbuhan upah dan berkaitan dengan pertumbuhan produktivitas
komoditas yang tak dapat didagangkan dalam sebuah negara dengan mata uang yang bernilai terlalu
rendah.

Kepentingan Minoritas
Kepentingan minoritas (minority interest) mengacu pada sebagian kecil pemegang saham di
perusahaan di mana lebih dari 50% kontrol dipegang oleh perusahaan induk. Karenanya, kepemilikan
mereka kurang dari 50%. Juga disebut dengan kepentingan non-pengendali (non-controling interest).

Perusahaan menyajikan kepentingan minoritas dalam neraca sedemikian rupa sehingga pengguna
laporan keuangan dapat melihat dengan jelas kepentingan yang mengendalikan semua perusahaan
induk. Di bawah IFRS, perusahaan menyajikannya di bagian ekuitas, terpisah dari ekuitas induk .

Di bawah US GAAP, presentasi lebih fleksibel. Perusahaan induk dapat memilih untuk menyajikannya
sebagai liabilitas tidak lancar atau sebagai bagian dari ekuitas. Sementara itu, dalam laporan laba rugi
konsolidasian, perusahaan melaporkan sebagian dari laba milik pemegang saham minoritas pada
akun terpisah.

Kepentingan minoritas pasif jika kepemilikan di bawah 20% dalam hak suara di anak perusahaan.
Perusahaan mencatatnya menggunakan metode biaya. Saat menerima dividen, perusahaan
melaporkannya sebagai pendapatan dividen. Pemegang saham minoritas memiliki kekuatan yang
lebih lemah dalam menyuarakan kepentingan mereka. Mereka tidak dapat melakukan kontrol atas
perusahaan melalui pemungutan suara. Sebaliknya, pemegang saham mayoritas dapat menindas
mereka dan menyalahgunakan kekuasaan mereka ketika ada perbedaan kepentingan.

Perbedaan kepentingan ini sering muncul dalam beberapa tindakan korporasi di mana mereka harus
memutuskan, seperti:

- Merger dan pengambilalihan


- Meningkatkan modal perusahaan
- Pemberhentian dan pengangkatan direktur atau komisaris
- Penawaran umum perdana atau pembelian kembali saham
III. NILAI TUKAR
Nilai tukar adalah harga dari sebuah mata uang jika dibandingkan dengan mata uang yang lainnya.
Hal ini dapat dinyatakan baik sebagai jumlah unit dari mata uang negara induk perusahaan yang
diperlukan untuk membeli satu unit mata uang asing atau sejumlah mata uang asing yang diperlukan
untuk membeli satu unit mata uang induk perusahaan.
Nilai tukar spot adalah nilai tukar nominal yang berlaku pada satu hari tertentu. Nilai tukar rill adalah
nilai tukar spot setelah penyesuian perbedaan inflasi antara dua negara yang dihitung. Ada juga nilai
tukar forward, yaitu nilai tukar hari ini yang dapat digunakan menjadi dasar penyelesaian suatu
transaksi yang terjadi di suatu waktu di masa depan.
Eksposur nilai tukar ada tiga yaitu eksposur trasnlasi, eksposur ekonomi, dan eksposur transaksi.
1. Eksposur Translasi
Eksposur translasi atas nilai tukar adalah eksposur dari neraca dan laporan laba rugi perusahaan
multinasional terhadap perubahan yang terjadi di dalam nilai tukar nominal. Hal ini dikarenakan
adanya fakta bahwa perusahaan multinasional harus mengkonsolidasikan pembukan mereka
dalam satu mata uang, meskipun arus kas mereka didenominasi dalam banyak mata uang.
Efek Translasi :
- Akan membuat manajer anak perusahaan bertanggung jawab tehadap faktor-faktor yang
berada di luar kendali mereka;
- Tidak akan menghilangkan adanya laba atau rugi akibat translasi;
- Tidak memperhitungkan jenis jasa eksposur nilai tukar lain yang dihadapi oleh anak
perusahaan;
- Akan menghancurkan kinerja manajer dan anak perusahaan.
2. Eksposur Transaksi
Ekspour transaksi adalah eksposur nilai tukar yang dimiliki oleh perusahaan untuk transaksi-
transaksi antar negaranya ketika transaksi semacam itu dicatat hari ini tetapi penyelesaian
pembayaran dilaksanakan kemudian hari. Selama masa di mana pembayaran atau komitmen
penerimannya masih belum dilakukan, nilai tukar nominal dapat berubah dan menimbulkan
adanya resiko pada nilai dari tansaksi. Pendekatan mendasar dalam menangani eksposur
transaksi adalah dengan menggunakan strategi lindung nilai mata uang asing yang tepat. Lindung
nilai (hedging) adalah transaksi-transaksi yang dapat menurunkan kemungkinan resiko yang
berhubungan dengan arus kas dimasa depan.
Efek Transaksi :
- Dalam prosesnya perusahaan yang membeli instrumen hedging, tetntunya sudah pasti hal itu
membutuhkan biaya.
3. Eksposur Ekonomi
Eksposur ekonomi, merupakan suatu hal yang tepat bagi sistem pengendalian untuk
mengevaluasi manajer anak perusahaan atas keputusan-keputusan yang seharusnya
memungkinkan anak perusahaan merespons perubahan yang terjadi pada nilai tukar rill.
Pengukuran kinerja dapat dilihat dari kualitas keputusan yang diambil oleh manajer perusahaan.
Metode Konversi
Ada tiga kemungkinan nilai tukar yang digunakan dalam mengkonversi nilai mata uang asing menjadi
rupiah, yaitu :

1. Nilai tukar sekarang adalah nilai tukar pada akhir hari tanggal neraca.
2. Nilai tukar historis adalah nilai tukar yang ada pada saat transaksi awal terjadi, seperti nilai tukar
pada saat aset diterima atau kewajiban diakui.
3. Nilai tukar rata-rata adalah nilai tukar rata-rata selama suatu periode, biasanya merupakan rata-
rata sederhana suatu periode tertentu dan sering digunakan untuk menghitung pendapatan dan
beban yang terjadi.

PSAK No.11 tentang “Translasi Mata Uang Asing” (PSAK 11) memberikan panduan khusus untuk
mentranslasikan laporan keuangan dari mata uang asing menjadi mata uang rupiah. Mata uang
fungsional digunakan untuk membedakan antara dua jenis kegiatan operasional luar negeri, yaitu :

- Kegiatan yang dikelola sendiri dan terintegrasi dengan lingkungan lokal dimana entitas asing itu
beroperasi.
- Kegiatan yang terpisah dari lingkungan lokal dan terintegrasi dengan induk perusahaan.

Metode Pertukaran
1. Metode Nilai Tukar Tunggal
Metode ini mengaplikasikan nilai tukar tunggal, harga penutupan atau harga saat ini, terhadap
semua saham dan mata uang asing. Pendapatan dan beban mata uang asing secara umum
ditranslasikan pada nilai tukar yang berlaku saat item tersebut diakui.
2. Metode Nilai Tukar Ganda
Metode nilai tukar ganda mengombinasikan kurs saat ini dan kurs historis dalam proses translasi
mata uang asingnya.
3. Metode Current – Non Current
Pada metode current moment, asset lancer yang dimiliki anak perusahaan pada saat itu (contoh,
asset yang biasanya bisa dikonversikan ke kas dalam satu tahun) dan utang lancar (kewajiban
yang jatuh tempo dalam satu tahun) ditranslasikan ke dalam mata uang induk perusahaan mereka
pada laporan keuangannya dengan kurs saat ini. Aset dan kewajiban non current ditranslasikan
pada kurs historis. Item laporan laba rugi (kecuali untuk biaya depresiasi dan amortisasi)
ditranslasikan pada aplikasi tingkat rata-rata operasional tiap bulan atau pada rata-rata dasar
tambahan yang mencakup seluruh periode dilaporkan. Biaya depresiasi dan amortisasi
ditranslasikan pada kurs historis dengan pengaruh saat modal yang dimiliki didapatkan.
4. Metode Moneter – Non Moneter
Metode moneter-nonmoneter juga menggunakan skema klasifikasi neraca untuk menentukan
nilai tukar mata uang asing yang sesuai. Asset dan kewajiban moneter (contoh, klaim dan
kewajiban untuk membayar sejumlah tagihan dengan mata uang dimasa yang akan datang)
ditranslasikan dalam kurs saat ini. Item nonmoneter (asset tetap, investasi jangka panjang dan
persediaan) ditranslasikan dalam kurs historis. Item laporan laba rugi ditranslasikan dengan
prosedur yang sama dengan yang dijelaskan untuk konsep current-nonncurrent.
5. Metode Kurs Sementara
Metode kurs sementara merupakan translasi mata uang asing tidak mengubah sifat sebuah item
yang dihitung. Hal tersebut hanya mengubah unit perhitungan saja. Pada metode kurs sementara,
item moneter seperti kas, piutang dan utang ditranslasikan dalam kurs nilai saat itu. Item
nonmoneter ditranslasikan pada kurs yang menjada dasar perhitungan awal. Secara spesifik,
asset yang dihitung harga perolehannya pada laporan dengan mata uang asing ditranslasikan
pada kurs historis.

Pengaruh SAK (Standart Akuntansi Keuangan)


Pernyataan FASB No.52

PSAK 52 mengatur tentang mata uang yang digunakan oleh perusahaan dalam catatan akuntansi dan
laporan keuangan. PSAK 52 memperbolehkan perusahaan menggunakan mata uang selain rupiah
sebagai mata uang pelaporan apabila mata uang yang akan dipakai sebagai mata uang pelaporan
memenuhi kriteria sebagai mata uang fungsional. Mata uang fungsional adalah mata uang utama
yang dicerminkan dalam kegiatan operasi perusahaan.

- Perusahaan harus menyajikan laporan keuangan dalam mata uang negara dimana perusahaan
tersebut mencatatkan sahamnya, beserta penyesuaian-penyesuian lainnya yang berkaitan dengan
perbedaan standar akuntansi antara standar akuntansi di Indonesia dengan standar akuntansi di
negara tersebut, dengan kurs pertukaran pada tanggal neraca.
- Bahwa perusahaan setelah memilih suatu mata uang tertentu sebagai mata uang pelaporannya
maka perusahaan tersebut pada periode akuntansi selanjutnya harus mengubah catatan
akuntansi dan laporan keuangannya dalam mata uang yang baru, sesuai dengan mata uang
pelaporan yang dipilihnya.
- Bahwa perubahan mata uang pencatatan dan pelaporan harus dilakukan perusahaan pada awal
tahun buku dan tidak ditengah tahun buku. Semua akun dalam Laporan Laba Rugi diterjemahkan
dengan menggunakan kurs rata-rata tertimbang periode tersebut.

Apabila perusahaan telah mengubah mata uang pelaporannya maka sesuai dengan PSAK 52:6 ia
harus mengungkapkan hal-hal berikut :

a. Alasan penentuan mata uang pelaporan berdasarkan indikator yang dipilih.

b. Kurs (historis, sekarang, atau rata-rata tertimbang) yang digunakan dalam pengukuran kembali
atau penjabaran.

c. Iktisar neraca dan laba rugi yang disajikan sebagai perbandingan dalam mata uang pelaporan
sebelumnya.
Dilihat Dari Sudut pandang Pengendalian FASB No.52 Mengharuskan :

- Perusahaan multinasional harus menggunakan kurs yang diproyeksikan untuk perencanaan


anggaran dan kurs yang diproyeksikan untuk perencanaan anggaran dan kurs rata-rata tertimbang
untuk evaluasi kinerja.
- Penyesuaian akibat penerjemahan disajikan sebagai laba atau rugi pada saat penjualan atau
likuidasi lengkap kegiatan Luar negri.
- Laba rugi dari transaksi valuta asing dilaporkan kedalam laba rugi periode tersebut.

Pertimbangan Manajemen
• Manajer perusahaan anak hendaknya tidak bertanggung jawab pada pengaruh penjabaran mata
uang asing.
• Pengaruh transaksi sebaiknya ditangani melalui koordinasi yang tersentralisasi atas seluruh
kebutuhan hedging perusahaan multinasional.
• Manajer suatu pusat pertanggungjawaban hendaknya bertanggung jawab hanya pada pengaruh
ketergantungan dari nilai tukar yang dihasilkan dari eksposur ekonomi.
REFFERENSI
https://kurniawati2017.wordpress.com/2017/01/11/pengendalian-manajemen-pada-perusahaan-
maltinasional/

https://slideplayer.info/slide/14923619/

https://www.academia.edu/28859539/PENGENDALIAN_MANAJEMEN_DALAM_MNC

https://konsultanpajaksurabaya.com/transfer-pricing-dalam-ruang-lingkup-pajak-internasional

https://id.wikipedia.org/wiki/Industrialisasi_berorientasi_ekspor

https://journal.ubaya.ac.id/index.php/argu/article/download/1859/1485/

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 1, No. 1, Mei 1999 : 16 – 27, “PSAK NO. 52 - MATA UANG
PELAPORAN” https://media.neliti.com/media/publications/73325-ID-none.pdf

https://jagoakuntansi.com/2016/10/25/akuntansi-multinasional-transaksi-mata-uang-asing-dan-
instrumen-keuangan-bagian-2/

https://www.kompas.com/skola/read/2022/04/27/130000269/metode-translasi-laporan-keuangan-
dalam-mata-uang-asing

Anda mungkin juga menyukai