Anda di halaman 1dari 18

Lembar Kerja Mahasiswa (LKM) Akuntansi Islam

AKUNTANSI ZAKAT

Dosen Pembimbing : Maulana Kamal, SE.Ak., M.Si

KELOMPOK 5

Disusun Oleh:

Rozaton (2201104010033)

Nurul Melisa (2201104010121)

Fira Agusdinadila (2201104010125)

Zilmi Rahmatika (2201104010129)

Afrighis shabrana (2201104010155)

Suci Rahmatina (2201104010046)

JURUSAN EKONOMI DAN BISNIS


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH 2003
i
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih, Yang Maha Penyayang. Segala puji bagi-
Nya atas limpahan rahmat dan petunjuk-Nya.

Dalam setiap langkah perjalanan ilmiah, terbitlah lembar kerja ini sebagai hasil dari
pengkajian terhadap peran yang dimainkan oleh Baitul Mal sebagai lembaga pengelolaan
zakat. Dalam lembar kerja ini, kami mencoba menggali lebih dalam esensi dari zakat yang
harus dikelola sesuai dengan syariat islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum,
terintegrasi, dan akuntabilitas dalam proses pengelolaan zakat oleh Baitul Mal. Zakat sebagai
kewajiban sosial umat Islam memiliki peran yang sangat penting dalam menyokong
kesejahteraan masyarakat dan mengurangi disparitas sosial. Melalui penelitian ini, kami
berharap dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai kebijakan
manajemen terkait penerimaan dan penyaluran zakat oleh baitul mal..

Penyusunan lembar kerja ini tidak akan terwujud tanpa bantuan, dukungan, dan
bimbingan dari berbagai pihak. Saya ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dosen pembimbing/pengajar, yang telah memberikan arahan serta panduan
yang berharga sepanjang proses penelitian ini. Juga kepada pihak-pihak lain yang
berkontribusi, atas dukungan, bimbingan, dan dorongan yang memberi inspirasi dalam
menyusun karya ini.

Semoga lembar kerja ini dapat menjadi sumbangan kecil dalam menjelaskan esensi
dan kompleksitas pengelolaan zakat oleh Baitul Mal. Semoga dapat memberikan wawasan
baru, dan menjadi landasan bagi pengembangan lebih lanjut dalam upaya meningkatkan
efektivitas lembaga pengelolaan zakat di masa depan. Terakhir, semoga karya ini dapat
memberikan manfaat yang luas bagi pembaca yang turut tertarik dan terlibat dalam
pengelolaan zakat.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.


ii

DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Baitul Mal

Baitul Mal adalah suatu lembaga atau pihak yang mempunyai tugas khusus
menangani segala harta umat, baik berupa pendapatan maupun pengeluaran negara. Pada
masa khilafah, baitul mal merupakan sebuah lembaga pemerintah yang mengelola
keuangan negara.

Baitul Mal Aceh (BMA) adalah Baitul Mal tingkat Provinsi yang keberadaannya telah
dimulai sejak bulan April tahun 1973. Pemerintah Daerah Istimewa Aceh saat itu
melahirkan Badan Penertiban Harta Agama (BPHA) yang dibentuk berdasarkan Surat
Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Aceh Nomor 05 tahun 1973. Seiring
perjalanan waktu, sebagai bagian dari penyempurnaan secara kelembagaan, maka pada
bulan Januari 1975 lembaga BPHA berubah menjadi Badan Harta Agama (BHA),
kemudian pada bulan Februari 1993 berubah lagi menjadi Badan Amil Zakat, Infaq dan
Shadaqah (BAZIS/BAZDA).

Selanjutnya, Aceh mendapatkan momentum pelaksanaan syariat Islam secara formal


dengan disahkannnya UU Nomor 44 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan
Aceh. Kemudian diatur selanjutnya dengan Perda Nomor 5 tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Syariat Islam. Dengan Perda inilah kembali dikukuhkan Baitul Mal
sebagai salah satu aspek syariat Islam kaffah di Aceh. Pembentukan Badan Baitul Mal di
Aceh tahun 2003 adalah sebagai bagian dari pelaksanaan syariat Islam secara kaffah. Ada
kerinduan muslimin Aceh mengaktualkan kembali institusi yang pernah eksis dalam
sejarah Islam. Bahkan, kewenangan Baitul Mal ketika itu tak sebatas mengelola harta
agama, tapi berfungsi sebagai Kas Negara (Islam). Terakhir, melalui SK Gubernur Aceh
Nomor 18 tahun 2003, sebagai implementasi UU Nomor 44 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Keistimewaan Aceh dan selanjutnya diperkuat dengan Qanun Aceh
Nomor 10 tahun 2007 tentang Baitul Mal, yang merupakan amanah pasal 191 Undang-
Undang Nomor 11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, maka dibentuklah lembaga
pengelola Zakat di Provinsi Aceh dengan nama BAITUL MAL ACEH hingga saat ini.

Kepgub Nomor 18/2003 Pasal 6 lebih diperjelas fungsi Baitul Mal, sehingga dapat
diketahui bahwa fungsi Baitul Mal tidak seluas otoritas keuangan negara. Kehadiran
Baitul Mal di Aceh sebatas pengelolaan harta agama dan formulasi ulang kewenangan
BPHA atau BHA, ditambah dengan muatan ketentuan UU Nomor 38 tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat. Untuk dapat melaksanakan tugas dalam Kepgub tersebut, Badan
Baitul Mal mempunyai fungsi: pengumpulan zakat; penyaluran zakat; pendataan muzakki
dan mustahik; penelitian tentang harta agama; pemanfaatan harta agama; peningkatan
kualitas harta agama dan pemberdayaan harta agama sesuai dengan hukum syariat Islam.

Jenis Harta Baitul Mal

1. Jizyah
2. Ghanimah dan fai
3. Kharaj
4. Al -Usyur
5. Ma'din dan Rikaz
6. Zakat
7. Harta Warisan dan Wasiat
8. Sedekah
9. Nazar Dan Kafarat

Fungsi Baitul Mal

Baitul Mal adalah lembaga keuangan yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan,
mengelola, dan mendistribusikan dana zakat. Selain itu, lembaga Baitul Mal juga mengelola
sumber daya keuangan lainnya untuk tujuan kesejahteraan umat dan masyarakat. Baitul Mal
telah ada sejak periode awal kekhalifahan Islam. Kala itu, Baitul Mal berperan sebagai
perbendaharaan negara yang mengurus seluruh kekayaan yang berasal dari zakat, kharaj,
jizyah, fa’I, ghanimah, kafarat, dan wakaf untuk kepentingan umat Islam. Di Indonesia,
peranan Baitul Mal pun terus berkembang. Selain sebagai wadah sosial dan ekonomi yang
membantu masyarakat, lembaga ini juga mendukung pembangunan infrastruktur sosial.
Bahkan turut berkontribusi memberikan bantuan dalam situasi krisis dan bencana. Pasal 39
ayat (1) UU No. 1 Tahun 2013 mengkategorikan Baitul Maal wa Tamwil atau BMT sebagai
Lembaga Keuangan Mikro yang berkedudukan sama seperti Bank Desa, Badan Usaha Kredit
Pedesaan dan lembaga sejenis lainnya. Dalam waktu 1 tahun, lembaga-lembaga tersebut
harus memiliki izin usaha dari Otoritas Jasa Keuangan. Apabila Baitul Mal berbentuk
koperasi maka harus tunduk pada ketentuan koperasi di Indonesia. Begitu pula jika
bentuknya adalah Perseroan Terbatas atau PT yang mengikuti Undang-Undang No. 40
Tahuun 2007 tentang PT. Aturan tersebut juga menyebutkan bahwa Baitul Maal wa Tamwil
merupakan lembaga swadaya masyarakat yang dikelola secara masyarakat secara mandiri.
Fungsi Baitul Mal adalah menghimpun dan menyalurkan dana untuk infak, zakat dan
sedekah.

1.2 Qanun Aceh Tentang Baitul Mal


Qanun Aceh Nomor 10 Tahun 2018 tentang Baitul Mal adalah sebuah qanun yang
mengatur tentang pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan harta keagamaan lainnya di
Aceh. Qanun ini ditetapkan pada tanggal 22 Februari 2018 dan mulai berlaku pada
tanggal 22 Mei 2018. Berdasarkan hal tersebut telah diundangkan Qanun Aceh Nomor 10
Tahun 2018 tentang Baitul Mal pada tanggal 4 Januari 2019, namun Qanun Aceh Nomor
10 Tahun 2018 tentang Baitul Mal, masih belum sepenuhnya menampung perkembangan
kebutuhan masyarakat terhadap pengelolaan Infak dan Kedudukan Tenaga Profesional
sehingga perlu diubah. Berikut adalah ringkasan pasal yang terkait dengan posisi zakat,
harta kena zakat dan wajib zakat (muzakki) dalam Qanun Aceh Nomor 10 Tahun 2018
tentang Baitul Mal¹:
- Pasal 97: Posisi Zakat
- Pasal 98: Harta Kena Zakat
- Pasal 99: Wajib Zakat (Muzakki)
- Pasal 100: Pengumpulan Zakat
- Pasal 101: Penyaluran Zakat
- Pasal 102: Penggunaan Zakat
- Pasal 103: Pengawasan Zakat
- Pasal 104: Pelaporan Zakat
- Pasal 105: Sanksi Administratif
- Pasal 106: Sanksi Pidana
- Pasal 107: Ketentuan Peralihan
- Pasal 108: Ketentuan Penutup
1.3 PSAK 109

PSAK 109 adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang mengatur mengenai
akuntansi zakat, infak, sedekah, dan harta keagamaan lainnya. PSAK 109 berlaku untuk
entitas yang mengelola harta keagamaan, termasuk Baitul Mal. PSAK 109 mengatur
mengenai pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan harta keagamaan dalam
laporan keuangan. PSAK 109 juga memberikan pedoman mengenai pengelolaan,
pendistribusian, dan pertanggungjawaban harta keagamaan.

Beberapa hal penting yang diatur dalam PSAK 109 adalah sebagai berikut:

- Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh muzakki sesuai dengan ketentuan
syariah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya (mustahik). Zakat memiliki
persyaratan nisab, haul, tarif, dan peruntukan yang berbeda-beda tergantung pada jenis
harta yang dizakatkan.
- Infak/sedekah adalah harta yang diberikan secara sukarela oleh pemiliknya, baik yang
peruntukannya ditentukan maupun tidak ditentukan. Infak/sedekah dapat diberikan
kepada siapa saja, tidak terbatas pada mustahik.
- Amil adalah entitas pengelola zakat yang pembentukannya dan atau pengukuhannya
diatur berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang dimaksudkan untuk
mengumpulkan dan menyalurkan zakat dan infak/sedekah. Amil memiliki kewenangan
untuk menyusun laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban dalam satu
periode sesuai dengan standar akuntansi keuangan PSAK 109.
- Dana amil adalah bagian amil atas dana zakat dan infak/sedekah serta dana lain yang
oleh pemberiannya diperuntukan bagi amil. Dana amil digunakan untuk pengelolaan amil.
- Dana zakat adalah dana yang berasal dari penerimaan zakat.
- Dana infak/sedekah adalah dana yang berasal dari penerimaan infak/sedekah.
- Aset kelolaan adalah aset yang diterima oleh amil dari muzakki atau pemberi
infak/sedekah yang peruntukannya ditentukan oleh mereka. Aset kelolaan harus dikelola
dan disalurkan sesuai dengan peruntukan yang ditetapkan.
- Mustahik adalah orang atau entitas yang berhak menerima zakat. Mustahik terdiri
dari delapan golongan, yaitu fakir, miskin, riqab, gharim, mualaf, fisabilillah, ibnu sabil,
dan amil.
- Muzakki adalah individu muslim yang secara syariah wajib membayar atau
menunaikan zakat.
- Nisab adalah batas minimum harta yang wajib dikeluarkan zakatnya.
- Haul adalah periode waktu yang menjadi dasar penghitungan zakat.
- Tarif adalah persentase harta yang wajib dikeluarkan sebagai zakat.
- Peruntukan adalah alokasi dana zakat yang harus diberikan kepada mustahik sesuai
dengan ketentuan syariah.
BAB II
METODE PELAKSANAAN

1. Pengumpulan Data
dikumpulkan melalui artikel- artikel dengan merencanakan pengumpulan data
dengan matang. Melakukan Identifikasi tujuan untuk pengumpulan data, serta
metapkan parameter atau batasan untuk pengumpulan data.
2. Observasi Data
Data yang terkumpul akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan
kualitatif dan kuantitatif. Transkripsi wawancara dan catatan observasi akan dianalisis
untuk mengidentifikasi pola, temuan, dan tema utama.
3. Menginterpretasi hasil
Interpretasi hasil merupakan tahap penting dalam proses penelitian yang
memungkinkan peneliti untuk memberikan makna atau signifikansi terhadap temuan
yang ditemukan.
4. Menuliskan laporan penelian
Menuliskan laporan penelitian adalah tahap krusial dalam
mengkomunikasikan temuan dan kontribusi penelitian kepada audiens yang lebih
luas.
5. Melakukan evaluasi
Melakukan evaluasi pada studi kasus merupakan langkah kritis dalam menilai
kualitas dan relevansi informasi yang ditemukan.

Studi Kasus

Rumah Zakat Dan Baitul Mal provinsi Aceh Salurkan 1000 Paket Makanan Siap Saji Untuk
Pengungsi Di Gaza.
Rumah Zakat mengeluarkan rilis bahwa sebanyak 1000 paket makanan siap saji telah
disalurkan untuk para pengungsi di Khan Younis, Gaza. Bantuan ini merupakan kerjasama
Rumah Zakat dan Baitul Mal Aceh sebagai bentuk solidaritas dan dukungan kepada warga
Palestina. Menurut laporan Rumah Zakat, angka korban konflik di Palestina terus meningkat.
Lebih dari 14.000 jiwa telah meninggal dunia, dan 31.000 jiwa mengalami luka-luka.
Bantuan ini tidak hanya berupa kebutuhan dasar, tetapi juga dukungan solidaritas, memberi
harapan, dan menunjukkan rasa empati dunia. Rilis itu juga menyebutkan bahwa dalam
proses memasak, para relawan di Gaza masih menggunakan kayu bakar karena gas masih
sulit didapat akibat blockade dan tertutupnya pintu Raffa. "Setiap paket makanan adalah
pesan bahwa kita tidak sendirian dalam menghadapi cobaan, dan bahwa kebersamaan adalah
kunci untuk memulihkan kehidupan di Khan Younis Gaza," ujar Abdullah, salah satu relawan
mitra lokal di Gaza. Sementara itu di Banda Aceh, Ketua Badan Baitul Mal Aceh,
Muhammad Haikal, mengucapkan terimakasih kepada para muzaki, Rumah Zakat, dan
sahabat-sahabat mitra di Palestina. "Bantuan ini merupakan bentuk kepedulian masyarakat
Aceh terhadap saudara-saudara mereka di Palestina. Semoga bantuan ini dapat meringankan
beban para pengungsi dan memberikan harapan bagi mereka untuk kembali bangkit," harap
Haikal.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kebijakan manajemen terkait penerimaan dan penyaluran zakat

Baitul Mal Aceh (BMA) terus menggalang dana zakat dan infak dari masyarakat
melalui berbagai cara. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan memanfaatkan
teknologi Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Sejak diperkenalkan pada
tahun 2022, QRIS zakat dan infak BMA semakin dikenal masyarkat. Dari Januari hingga Juli
2023, BMA telah berhasil mengumpulkan Rp 55,4 juta zakat dan Rp 16,7 juta infak melalui
QRIS. Hasil ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin akrab dengan QRIS dan semakin
sadar akan pentingnya menunaikan zakat dan infak. Cara menunaikan zakat dan infak melalui
QRIS sangat mudah. Cukup scan QR code QRIS, isikan nominal zakat atau infak, dan kirim.
Ini dapat dilakukan melalui aplikasi mobile banking seperti Action Bank Aceh, BSI, BCA,
dsb. Bisa juga melalui dompet elektronik seperti Gopay, LinkAja, OVO, dsb.

dengan Secara sistem manajemen amil BMA telah diatur sedemikian rupa dalam Qanun
Baitul Mal dan sesuai dengan dinamika muzakki dan mustahik di Aceh. Unsur DPS, Badan,
Sekretariat, Tenaga Profesional, relawan, dan pendamping bekerja berdasarkan sistem sesuai
dengan petunjuk yang berlaku. Sistem manajemen bersifat dinamis dan kebijakan diambil
berdasarkan konsultasi, koordinasi, dan harmonisasi yang sangat kompleks. Fenomena ini
menunjukkan kehati-hatian dalam pengelolaan zakat. Dinamika sosial ini menjadi sangat
dinamis dan harmonis dalam bingkai dan prinsip keimanan, keadilan, nalar produktivitas,
serta etika.
Kondisi yang dinamis ini berjalan seiring dengan kebutuhan yang ada dengan
mengikuti fenomena unsur-unsur yang ada di BMA. Artinya, DPS sebagai unsur yang
memberikan pertimbangan dan pengawasan sangat teliti, karena terkait bidang keimanan dan
keagamaan. Sedangkan Badan, selain sebagai perancang program dengan sangat hati-hati
dalam menyusun program. Jika program tidak disetujui oleh DPS, maka program tidak dapat
dijalankan. Sedangkan Sekretariat sebagai unsur pelayanan terhadap penyelenggaraan dapat
melaksanakan sesuai petunjuk Badan. Fenomena inilah menjadikan BMA unik, spesifik, dan
khusus dibandingkan Baznas di Indonesia.

Keunikan sistem manajemen BMA mengikuti fenomena dan problema dalam masyarakat,
baik muzakki-mustahik ataupun kondisi sosial yang ada. Kondisi dinamis ini juga menjadi
kekhasan BMA dalam menjalankan roda manajemen pemerintahan di Aceh. Akhirnya, BMA
menjalankan fungsi manajemen berdasarkan semangat amanah dan profesional.

3.2 akuntansi zakat pada Baitul mal

3.3 laporan keuangan Baitul mal


BAB IV
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai