Anda di halaman 1dari 6

NASKAH TUGAS MATA KULIAH

UNIVERSITAS TERBUKA

SEMESTER: 2021/22.1

Fakultas : Fakultas Hukum Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Program Studi : Ilmu Hukum

Kode/Nama MK : 4208/Hukum dan Hak Asasi Manusia

Tugas : 2

Penulis Soal/Institusi : Dr. Dede Kania, SHI., MH./UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Penelaah Soal//Institusi : Nadia Nurani Isfarin, S.H., LL.M.

Nama Mahasiswa : MOH. DANAR ALI ZABANA

NIM : 041876558

No. Soal dan Jawaban


1. Jelaskan pengertian pelanggaran HAM Berat dan pengaturan hukumnya menurut instrument hukum HAM
Internasional dan nasional ?
Jawaban :
Menurut Amnesty, pelanggaran HAM berat merupakan serangan terhadap hak asasi yang dilakukan secara
sistematis hingga menyebabkan jatuhnya korban jiwa, serta menimbulkan kerugian fisik, psikologis,
ekonomi, sosial dan budaya. Pelanggaran HAM berat pelanggaran yang mengakibatkan timbulnya
perbuatan pidana terhadap raga, jiwa, martabat, peradaban, dan sumber daya kehidupan manusia.
Penjelasan Pasal 104 Undang-Undang HAM secara jelas menyebut beberapa perbuatan yang tergolong
pelanggaran HAM berat, yaitu:
1. Pembunuhan massal (genocide)
2. Pembunuhan sewenang-wenang atau di luar putusan pengadilan (arbitrary/extra yudicial killing)
3. Penyiksaan, penghilangan orang secara paksa, perbudakan, atau diskriminasi yang dilakukan
secara sistematis (systematic discrimination)
Terkait pengaturan hukum menurut instrument hukum nasional atas pelanggaran HAM berat, diatur dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Bahwa
pembentukan Pengadilan Hak Asasi Manusia untuk menyelesaikan pelanggaran hak asasi manusia yang
berat telah diupayakan oleh Pemerintah berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1999 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia yang dinilai tidak memadai, sehingga tidak
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia menjadi undang-undang, dan oleh karena itu
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang tersebut perlu dicabut;
Sedangkan untuk instrument hukum HAM Internasional terhadap pelanggaran HAM Berat, yakni Statuta
Roma, Statuta ICTY, Statuta ICTR, dan Piagam Pengadilan Militer Internasional Nuremberg menganut asas
pertanggungjawaban individu. Yang berarti tanpa memandang kedudukan atau jabatan seseorang
bertanggung jawab atas keterlibatannya dalam perbuatan pelanggaran HAM berat. Perihal
perttanggungjawaban individu itu telah dirumuskan oleh Komisi Hukum Internasional (International Law
Commission) pada tanggal 29 Juli 1950. Lebih detail, Instrumen hak asasi manusia internasional
("International human rights instruments") merupakan alat-alat dan standar pembatasan dan pelaksanaan
mekanisme kontrol terhadap kesepakatan-kesepakatan antar negara tentang jaminan HAM yakni Undang-
undang Internasional HAM dengan bentuknya adalah kovenan dan protokol, seperti :

• Konvensi internasional tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi rasial lebih menegaskan
pada penghapusan diskriminasi rasial di seluruh dunia dalam segala bentuk dan manifestasinya untuk
mengamankan pemahaman dan penghormatan terhadap martabat pribadi manusia.

• Kovenan tentang Hak Sipil dan Politik, dimana mengakui sesuai dengan deklarasi hak asasi manusia,
cita-cita manusia yang menikmati kebebasan sipil dan politik.setiap orang berhak untuk menentukan
nasibnya sendiri dalam hak sipil dan politik

• Kovenan Internasional Tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, setiap orang memiliki hak untuk
menentukan nasibnya sendiri pada hak ekonomi, sosial dan budaya.

• Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan, dalam Konvensi ini status
hukum perempuan mendapat perhatian yang seluas-luasnya..

• Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan Atau Hukuman Lain Yang Kejam, Tidak Manusiawi
dan Merendahkan, dalam tujuan konvensi ini dijelaskan bahwa setiap tindakan yang menyebabkan
rasa sakit atau penderitaan yang hebat baik fisik maupun mental

• Konvensi Hak Anak, jika dilihat dari segi ketidakmatangan fisik dan mentalnya anak-anak memerlukan
perawatan khusus dan perlindungan hukum yang layak sebelum dan sesudah kelahiran. Tujuannya
adalah untuk memberikan perlindungan hingga mereka mencapai usia kematangan

• Konvensi Internasional Tentang Perlindungan Hak-Hak Semua Pekerja Migran dan Hak-Hak
Keluarganya, konvensi ini diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 45/158 pada tanggal 18 Desember
1990 dimana konvensi ini berlaku dalam ruang lingkup dan definisi yang diuraikan oleh isi Konvensi ini.
Konvensi ini lebih menitiberatkan para pekerja migran yang bekerja di luar negaranya sebagai tenaga
buruh dan pembantu rumah tangga. Di Indonesia pekerja migran ini disebut TKI atau Tenaga Kerja
Indonesia.

• Konvensi Internasional untuk Perlindungan Semua Orang dari Penghilangan Paksa, sebuah instrumen
HAM PBB yang bertujuan untuk mencegah penghilangan paksa atau biasa disebut sebagai kejahatan
dalam kemanusiaan
• Konvensi Hak Penyandang Disabilitas, tujuan Konvensi ini adalah untuk memajukan, melindungi dan
menjamin penikmatan penuh dan setara semua hak asasi manusia dan kebebasan mendasar oleh
semua penyandang disabilitas, dan untuk memajukan penghormatan atas martabat yang melekat pada
mereka.

• Konvensi tentang Pencegahan Penghukuman Kejahatan Genosida;

• Konvensi berkaitan dengan Status Pengungsi;

• Protokol mengenai Status Pengungsi;

• Protokol Opsi pada ICCPR, yang bertujuan untuk penghapusan hukuman mati

2. Bagaimana prosedur penyelesaian perkara pelanggaran HAM Berat menurut mekanisme internasional dan
nasional?
Jawaban :
Mengacu pada Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court) didirikan berdasarkan
Statuta Roma 1998 yang disetujui oleh 120 negara pada tanggal 17 Juli 1998, sebagai berikut penyelesaian
perkara pelanggaran HAM Berat secara ringkas :
• Berdasarkan Pasal 13 Statuta Roma 1998 Mahkamah Pidana Internasional melaksanakan yurisdiksinya
apabila:
1. Kasus dilimpahkan kepada Penuntut Umum oleh Negara Pihak
2. Kasus dilimpahkan kepada Penuntut Umum oleh Dewan Keamanan PBB
3. Penuntut Umum berinisiatif memulai penyelidikan proprio motu.

• Pasal 18 Statuta Roma 1998 mengatur berkenaan Dapat-Diterimanya Perkara pelanggaran HAM Berat;
• Setelah adanya keputusan Divisi Pra-Peradilan, maka penyelidikan dapat segera dimulai berdasarkan
ketentuan dalam Pasal 53 Statuta Roma 1998;
• Pasal 58 Statuta Roma 1998, mengatur bahwa Pengeluaran Surat Perintah Penahanan atau Surat
Panggilan Menghadap dalam Sidang Pra-Peradilan;
• Kemudian pada Pasal 59 Statuta Roma 1998, mengenai Acara Penahanan di Negara tempat Penahanan
Berlangsung. Setelah melalui segala proses di atas, Pasal 60 Statuta Roma 1998 selanjutnya mengatur
bahwa mengenai Acara Pemeriksaan Pendahuluan di Depan Mahkamah.
• Kemudian Pasal 61 Statuta Roma 1998, mengatur tentang Konfirmasi Tuduhan sebelum Persidangan;
• Pada Pasal 63, mengenai Persidangan dengan Kehadiran Tertuduh;
• Mahkamah Pidana Internasional juga menganut Asas Praduga Tak Bersalah yang ditegaskan dalam
Pasal 66 Statuta Roma 1998;
• Selama proses persidangan, tertuduh diberikan hak-hak yang diatur dalam Pasal 67 Statuta Roma 1998;
• Selain memberikan hak-hak kepada tertuduh, Statuta Roma 1998 juga mengatur mengenai
Perlindungan terhadap Korban dan Saksi dan Keikutsertaan Mereka dalam Proses Pengadilan.
Sebagaimana Pasal 68;
• Sebelum mengambil keputusan, para Hakim Mahkamah Pidana Internasional diharuskan
memperhatikan Syarat-Syarat Pengambilan Putusan yang diatur dalam Pasal 74 Statuta Roma 1998;
• Mengenai Pemberian Hukuman, Pasal 76 Statuta Roma 1998;
• Mengenai Penetapan Hukuman yang diatur dalam Pasal 78;
• Selain itu, permohonan banding terhadap keputusan lainnya juga diatur dalam Pasal 82 Statuta Roma
1998;
• Selanjutnya, Proses Permohonan Banding juga diatur dalam Pasal 83 Statuta Roma 1998;
• Setelah itu, mengenai Peninjauan Kembali Mengenai Penghukuman atau Hukuman diatur dalam Pasal
84 Statuta Roma 1998.
Sedangkan menurut mekanisme nasional penyelesaian kasus pelanggaran HAM berdasarkan pada Undang-
Undang No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, sebagai berikut:
• Pasal 10
Dalam hal tidak ditentukan lain dalam Undang-undang ini, hukum acara atas perkara pelanggaran hak
asasi manusia yang berat dilakukan berdasarkan ketentuan hukum acara pidana.
• Pasal 11, berkaitan dengan penangkapan bahwa Jaksa Agung sebagai penyidik berwenang melakukan
penarigkapan untuk kepentingan penyidikan terhadap seseorang yang diduga keras melakukan
pelanggaran hak asasi manusia yang berat berdasarkan bukti permulaan yang cukup.
• Pasal 12, dikatakan bahwa Jaksa Agung sebagai penyidik dan penuntut umum berwenang melakukan
penahanan atau penahanan lanjutan untuk kepentingan penyidikan dan penuntutan. Hakim
Pengadilan HAM dengan penetapannya berwenang melakukan penahanan untuk kepentingan
pemeriksaan di sidang pengadilan.
• Pasal 13, Penahanan untuk kepentingan penyidikan dapat dilakukan paling lama 90 (sembilan puluh)
hari. Jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diperpanjang untuk waktu paling lama
90 (sembilan puluh) hari oleh Ketua Pengadilan HAM sesuai dengan daerah hukumnya.
• Pasal 14, Penahanan untuk kepentingan penuntutan dapat dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari.
• Pasal 15, Penahanan untuk kepentingan pemeriksaan di sidang Pengadilan HAM dapat dilakukan paling
lama 90 (sembilan puluh) hari.
• Pasal 16, Penahanan untuk kepentingan pemeriksaan banding di Pengadilan Tinggi dapat dilakukan
paling lama 60 (enam puluh) hari
• Pasal 17, Penahanan untuk kepentingan pemeriksaan kasasi di Mahkamah Agung dapat dilakukan
paling lama 60 (enam puluh) hari.
• Pasal 18, berkaitan dengan Penyelidikan. Penyelidikan terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang
berat dilakukan oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.
• Pasal 21, penyidikan perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat dilakukan oleh Jaksa Agung.
• Pasal 23, Penuntutan perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat dilakukan oleh Jaksa Agung.
• Pasal 24, dikatakan bahwa Penuntutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) dan ayat (2)
wajib dilaksanakan paling lambat 70 (tujuh puluh) hari terhitung sejak tanggal hasil penyidikan
diterima.
• Sedangkan Pasal 25, menyatakan bahwa Komisi Nasional Hak Asasi Manusia sewaktu-waktu dapat
meminta keterangan secara tertulis kepada Jaksa Agung mengenai perkembangan penyidikan dan
penuntutan perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat.

3. Jelaskan contoh kasus pelanggaran HAM berat dalam hukum HAM Internasional?
Jawaban :
• Chili merupakan salah satu negara dari beberapa negara yang membentuk Komisi Kebenaran dan
Rekonsiliasi untuk menyelesaikan pelanggaran HAM masa lalu. Pelanggaran HAM yang terjadi di
negara tersebut dilakukan oleh pimpinan Jendral Augusto Pinochet yang melakukan pembunuhan
terhadap para tokoh, sipil maupun militer pendukung Presiden Salfador Allende, yang
diperkirakan mencapai sekitar 3000 orang yang hilang dalam kurun waktu 17 tahun Pinochet
berkuasa. Selama kurang lebih 17 tahun berkuasa akhirnya Jendral Augusto Pinochet
mengahadapi tekanan dari gerakan yang dibangun rakyat dan dalam tuntutan tersebut rakyat
menginginkan untuk digelarnya referendum atau plebesit 5 Oktober 1988 yang meminta penilaian
rakyat terhadap kekuasaan otoriter dan hasil dari referendum atau plebesit tersebut sejumlah
penduduk Chili atau mayoritas tidak lagi menginginkan kekuasaan Pinochet untuk diteruskan.
Sehingga pada tahun 1990 diadakan pemilu terbuka dan kemenangan diraih oleh Patricio Alywin.

• Setelah terpilihnya Raul Alfonsin sebagai Presiden Argentina, selang beberapa hari timbul desakan
yang kuat dari kalangan NGO untuk melakukan penyelidikan terhadap pelanggaran HAM. Komisi
yang terbentuk pada akhir tahun 1983 langsung menunjukan bukti keseriusannya dengan
melakukan penggalian 1,186 mayat dari kuburan yang tidak dikenal di pemakaman-pemakaman
seluruh negri. Proses identifikasi komisi tak berlangsung lama karena pada September 1984 komisi
tersebut menyajikan hasil dari temuan-temuannya dalam sebuah laporan yang diberi judul Nunca
Mas. Laporan ini memuat catalog 8.960 kasus "penghilangan" yang belum diselesaikan, laporan
ini juga memuat daftar 340 pusat penahanan klandestin. Dari temuan tersebut, lebih dari 1.080
berhasil di ajukan ke pengadilan sipil. Tak hanya itu, tetapi komisi juga berhasil memastikan bahwa
latar belakang dari penculikan sebagai dampak yang mengarah pada kudeta militer pada tanggal
24 Maret 1976, dan sejak itu penculikan bermotif politik dilakukan oleh kekuasaan junta militer.

• Konflik Israel – Palestina, bisa dikatakan sebagai kejahatan HAM berat. Sengketa wilayah antara
Israel dan Palestina berlangsung sejak lama. Karena hal tersebut, tak jarang Israel melancarkan
serangan ke Palestina yang menyebabkan banyak korban jiwa yang berjatuhan. Tak hanya militer,
korban jiwa juga menyasar warga sipil termasuk wanita, anak-anak, hingga relawan. Palestina
memperjuangkan pengakuan PBB sebagai suatu negara, namun meski Palestina sudah diakui
sebagai negara, serangan Israel tetap berlanjut dan dikecam oleh dunia sebagai bentuk kejahatan
kemanusiaan.

• Etnis Rohingya, Rohingya adalah sebuah kelompok etnis Indo-Arya yang berasal dari Rakhine di
Burma. Kasus pelanggaran HAM yang dialami oleh etnis ini terjadi karena banyak pembantaian
terhadap muslim Rohingya. Hal ini mendapat kecaman oleh dunia internasional karena
merupakan bentuk diskriminasi karena perbedaan agama minoritas dari agama mayoritas. Itulah
5 contoh pelanggaran HAM yang terjadi di dunia internasional dan merupakan kejahatan
terhadap kemanusiaan. Tak hanya menyebabkan banyak orang atau kelompok kehilangan nyawa,
pelanggaran HAM Ini menyalah kebebasan HAM yang dimiliki tiap individu yang sudah ada sejak
lahir.

• Kekejaman Hitler, melalui Nazi, rezim Adolf Hitler mengusir hingga melakukan pembantaian
massal terhadap orang-orang Yahudi. Pembantaian tersebut terkenal dengan sebutan 'The
Holocaust, yakni pembantaian massal terhadap warga Yahudi dalam kurun waktu 1941-1945.
Menurut catatan sejarah, setidaknya Nazi sudah membantai sekitar 6 juta orang Yahudi pada
tahun-tahun pemerintahannya. Setiap orang Yahudi yang tinggal di Jerman akan dibawa ke kamp
konsentrasi untuk melakukan kerja paksa hingga mendapat penyiksaan.

• Media Inggris BBC membuat sebuah program yang mengungkap kehidupan rahasia bekas
pemimpin Libya Muammar Khadafi, Kehidupan seksnya yang mengerikan pun terkuak. Dalam
acara yang akan tayang di channel BBC4 pada 3 Februari mendatang ini, dibeberkan sejumlah
rahasia Khadafi yang tak pernah dibicarakan sebelumnya. Salah satunya tentang kabar
pemerkosaan yang dilakukan oleh sang diktator pada remaja dan gadis muda. Disebutkan oleh
BBC dan dilansir Daily Mail, korban kekerasan seksual Khadafi mencapai ratusan bahkan hingga
ribuan. Mereka dilaporkan mendapat penyiksaan dan pemerkosaan. Banyak perempuan muda
yang diculik dari sekolah dan universitas oleh anak buah Khadafi. Mereka lalu ditawan selama
bertahun-tahun di sebuah ruangan tersembunyi di istana Khadafi. Modus operandi yang dilakukan
Khadafi adalah dengan mengundang para murid dan mahasiswa untuk datang ke kelas umum yang
diajarnya. Di sana, dia akan memilih para wanita yang dianggap menarik. Sebelumn pergi
meninggalkan ruangan, dia akan menunjuk mereka yang akan jadi 'korban'.

Anda mungkin juga menyukai