Anda di halaman 1dari 28

TUGAS TERSTRUKTUR MAKALAH HUKUM KEPEGAWAIAN

ANALISIS PUTUSAN NOMOR 115/G/2017/PTUN.SBY.

KELOMPOK 7 / KELAS D
ANGGOTA :

Ajeng Auraning Lesti E1A019275


Adelita Yasmin E1A019282
Aldiva Natasya P.S. E1A019283
Esa Widad Aribah Honi E1A019287
Raikhan Putri R. E1A019289
Reynava Sekar W. E1A019325
Aina Nanda Sahda E1A019328

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang atas


rahmat serta karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas
terstruktur Mata Kuliah Hukum Kepegawaian berupa makalah
dengan tepat waktu. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
kepada bantuan penulis buku dan juga artikel jurnal yang telah
berkontribusi dengan memberikan pemikiran maupun materi
dalam penyusunan makalah ini.
Kami berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat
berupa pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Kami
menyadari bahwa penulisan makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan dan juga keterbatasan pengetahuan. Oleh sebab itu,
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh
penulis agar ke depannya dapat menulis dengan lebih baik lagi.
Atas perhatian yang diberikan kami mengucapkan terima kasih.

Purwokerto, 26 Oktober 2021

Penulis

ii
RINGKASAN

Pengaturan mengenai prosedur dan mekanisme seleksi


terbuka pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi telah diatur dalam PP
Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil.
Yang mana mengenai hal tersebut Walikota Malang sebagai
Pejabat Pembina Kepegawaian memiliki kewenangan mutlak untuk
menentukan/memilih/dan melantik calon yang akan menduduki
JPTP Sekda Kota Malang. Berdasarkan kewenangan tersebut
dengan telah dilakukannya serangkaian proses Pengisian JPTP
untuk jabatan Sekretaris Daerah Pemerintah Kota Malang,
Akhirnya Walikota Malang sebagai Pejabat Pembina Kepegawaian
mengeluarkan Surat Keputusan Tata Usaha Negara Nomor
821.2/197/35.73.403/2017, tentang Pengangkatan dalam jabatan
Sekretaris Daerah Kota Malang An. Drs. Wasto, S.H., M.H.,
tertanggal 3 Agustus 2017. Tetapi, dengan dikeluarkannya Surat
KTUN tersebut dianggap telah merugikan kepentingan suatu pihak
dalam hal ini para penggugat karena tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian,
tergugat sebagai pihak yang digugat oleh penggugat menjawab
dalil-dalil yang ada dalam pokok perkara dan dalam eksepsi.
Tergugat menyatakan bahwa penerbitan Surat KTUN Nomor
821.2/197/35.73.403/2017, Tentang Pengangkatan dalam
jabatan Sekretaris Daerah Kota Malang An. Drs. Wasto, S.H.,
M.H., tertanggal 3 Agustus 2017 adalah telah memenuhi
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sesuai dengan
AUPB. Ternyata dalam putusan tersebut, Pengadilan Tata Usaha
Negara Surabaya sebagai pengadilan yang memiliki kompetensi
absolut memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata
Usaha Negara pada peradilan tingkat pertama dengan acara
pemeriksaan biasa ternyata Hakim Menolak gugatan Para
Penggugat untuk seluruhnya sehingga bersama ini, penulis

iii
mencoba mengkaji lebih dalam lagi terkait Putusan Nomor
115/G/2017/PTUN.SBY. yang memutuskan sengketa antara para
penggugat dan tergugat dalam pengisian JPTP Sekda Kota Malang
dari segala aspek.

Kata Kunci: KTUN, JPTP, Sekretaris Daerah

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................... ii


RINGKASAN ............................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................ v
LATAR BELAKANG ..................................................................... 1
PERUMUSAN MASALAH ............................................................. 3
KASUS POSISI ........................................................................... 4
PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DAN PUTUSAN ...................... 8
ANALISIS KASUS ....................................................................... 11
PENUTUP
A. KESIMPULAN ................................................................... 19
B. SARAN .............................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 22
LAMPIRAN ................................................................................. 23

v
1

LATAR BELAKANG

Tujuan negara Indonesia tercantum dalam alinea ke-4


pembukaan UUD 1945, yaitu Melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial. Dalam mewujudkan tujuan tersebut,
Negara membutuhkan pemerintah dan juga sebagai representasi
dari negara itu sendiri. Dalam penyelenggaraan pemerintahan
negara diperlukan pihak-pihak di dalamnya yang dapat
menjalankan pemerintahan dengan baik. Dalam upaya
mewujudkan good governance, pemerintahan di bidang
kepegawaian memerlukan SDM yang baik dan Pegawai Aparatur
Sipil Negara (ASN) adalah subyek dari Hukum Kepegawaian yang
memiliki andil dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik.
Pegawai ASN diberikan otoritas dan wewenang secara hukum.
Setiap pegawai di instansi pemerintah itu adalah pegawai ASN.
Yang disebut sebagai Pegawai ASN adalah Pegawai Negeri Sipil
(PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Sebagai Pegawai ASN, PNS memiliki tanggung jawab yang
besar dalam menjalankan tugasnya karena menanggung jabatan
yang didudukinya. PNS berkewajiban untuk memberi teladan bagi
masyarakat dengan berperilaku baik dan tidak melanggar
ketentuan yang terdapat perundang-undangan. Pejabat
pemerintah yang dalam hal ini PNS memiliki wewenang. Setiap
pemberian kewenangan terhadap pejabat pemerintah akan tersirat
di dalamnya pertanggungjawaban dari pejabat yang bersangkutan.
Oleh karena itu, jabatan mempunyai wewenang tentang apa saja
yang didudukinya.1 Kemudian, dimungkinkan pula di dalamnya

1 Tedi Sudrajat, 2017, Hukum Birokrasi Pemerintah: Kewenangan dan Jabatan,


Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 101.
2

terdapat sengketa kepegawaian, yaitu sengketa yang terjadi antara


pegawai dengan pejabat akibat dari dikelurkannya suatu
Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN). Berdasarkan Pasal 1
angka 9 UU No. 51 Tahun 2009, bahwa Keputusan Tata Usaha
Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan Badan
atau Pejabat Tata usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata
Usaha Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final yang
menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum
perdata.2
Dalam Pasal 35 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974
Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dinyatakan:
1. Sengketa Kepegawaian diselesaikan melalui Peradilan Tata
Usaha Negara.
2. Sengketa kepegawaian sebagai akibat pelanggaran terhadap
peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil diselesaikan melalui
upaya banding administratif kepada Badan Pertimbangan
Kepegawaian.
Poin yang pertama, Pengadilan Tata Usaha Negara dibentuk untuk
menyelesaikan sengketa antara badan atau pejabat tata usaha
negara dengan seseorang atau badan hukum perdata yang merasa
kepentingannya dirugikan oleh suatu keputusan tata usaha
negara, termasuk sengketa kepegawaian.3 Dengan demikian,
adalah tepat berdasarkan perkara yang terjadi dalam putusan
Nomor 115/G/2017/PTUN.SBY. diajukan ke PTUN karena
sengketa yang diajukan oleh Penggugat adalah mengenai sengketa
kepegawaian.

2
Sri Hartini dan Tedi Sudrajat, 2017, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Sinar
Grafika, Jakarta, hlm. 189.
3
Lalu Ihsan, “Penyelesaian Sengketa Kepegawaian Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 43 Tahun 1999 dari Aspek Hukum Kepegawaian dan Sistem
Peradilan Administrasi”, Jurnal IUS, Vol. II, No. 5, Tahun 2014, hlm. 369.
3

PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas,


maka dapat dirumuskan perumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini, yakni sebagai berikut :
a. Bagaimanakah Persyaratan Mengenai Batas Maksimal Usia
dalam mengikuti Seleksi Terbuka Pengisian JPTP
Pemerintah Kota Malang?
b. Apakah yang menjadi Dasar Pertimbangan Hukum PTUN
menolak gugatan yang diajukan Para Penggugat?
4

KASUS POSISI

Pihak-pihak yang berperkara dalam kasus yang terdapat


dalam Putusan Nomor 115/G/2017/PTUN.SBY. yaitu :
1. Penggugat
a. JAROT EDY SULISTYONO (Penggugat 1) : Warga Negara
Indonesia, pekerjaan Pegawai Negeri Sipil (PNS),
bertempat tinggal di Jalan Danau Sentani Raya H1-B27,
RT.001/RW.007, Madyopuro, Kecamatan
Kedungkandang, Kota Malang.
b. MULYONO (Penggugat 2) : Warga Negara Indonesia,
pekerjaan Pegawai Negeri Sipil (PNS), bertempat tinggal di
Jalan Danau Tempe III F3-D1, RT.010/RW.012,
Sawojajar, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang.
2. Tergugat
WALIKOTA MALANG : berkedudukan di Jalan Tugu No. 1,
Kidul Dalem, Klojen, Kota Malang, memberikan Kuasa
Khusus kepada :
a. TABRANI, S.H., M.Hum. : Kepala Bagian Hukum
Sekretariat Daerah Kota Malang.
b. M. ARIEF WIBISONO, S.H. : Kepala Bidang Mutasi Badan
Kepegawaian Daerah Kota Malang.
c. EKO FAJAR ARBANDI, S.H., M.Si. : Kepala Sub Bagian
Bantuan Hukum pada Bagian Hukum Sekretariat Daerah
Kota Malang.
d. FULAN DIANA KUSUMAWATI, S.H., M.Hum. : Staf Sub
Bagian Bantuan Hukum pada Bagian Hukum Sekretariat
Daerah Kota Malang.
Kasus yang dibahas dalam makalah ini adalah Putusan
Nomor 115/G/2017/PTUN.SBY. Dimana Para Penggugat dengan
Surat Gugatannya tertanggal 27 September 2017, yang kemudian
terdaftar di Kepaniteraan PTUN Surabaya pada tanggal 28
5

September 2017, dengan Register Perkara Nomor


115/G/2017/PTUN.SBY., setelah melalui proses pemeriksaan
persiapan gugatan tersebut telah diperbaiki atau disempurnakan
dan diterima oleh Majelis Hakim pada tanggal 19 Oktober 2017.
Objek Sengketa dalam perkara a quo adalah Surat Keputusan Tata
Usaha Negara yang diterbitkan oleh Tergugat Nomor
821.2/197/35.73.403/2017, tentang Pengangkatan dalam jabatan
Sekretaris Daerah Kota Malang An. Drs. Wasto, S.H., M.H.,
tertanggal 3 Agustus 2017.
Para Penggugat yang merasa kepentingannya dirugikan
kemudian mengajukan gugatan sebagaimana SEMA Nomor 2
tanggal 3 Juli 1991 dan dalam Pasal 55 Undang-Undang Nomor 51
Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara,
mengatakan bahwa bagi mereka yang tidak dituju oleh suatu
Keputusan Tata Usaha Negara, yang merasa kepentingannya
dirugikan maka boleh mengajukan gugatan dengan tenggang
waktu hanya dalam sembilan puluh hari sejak saat diterimanya
atau diumumkannya Keputusan Tata Usaha Negara.
Legal Standing Para Penggugat dalam perkara ini ialah
bahwa Para Penggugat merupakan calon yang memenuhi
persyaratan sebagaimana diatur dalam ketentuan hukum yang
berlaku. Akan tetapi, haknya justru dikesampingkan dengan
mengangkat subjek hukum lain yang menurut ketentuan hukum
seharusnya tidak memenuhi persyaratan sebagai Sekretaris
Daerah. Oleh karena itu, para Penggugat dirugikan dan
mengajukan pembatalan Surat Keputusan Nomor
821.2/197/35.73.403/2017.
Dasar serta alasan diajukannya gugatan oleh Para
Penggugat yakni Para Penggugat adalah PNS Pemerintahan Kota
Malang yang mengikuti Seleksi Terbuka Pengisian Jabatan
Pimpinan Tinggi Pratama (JPTP) Pemerintah Kota Malang untuk
6

formasi jabatan lowongan Sekretaris Daerah. Berdasarkan


Pengumuman Panitia Seleksi Terbuka Pengisian JPTP yang
merujuk petunjuk Surat Kementrian PAN dan RB salah satu
syarat jabatan untuk Sekda Kota Malang yakni Usia maksimal 56
tahun pada tanggal 31 Juli 2017 dan tidak ada perubahan
persyaratan umur maksimal menjadi 58 tahun. Dalam ketentuan
Surat KASN terdapat jumlah peserta minimal 4 orang sedangkan
hasil seleksi terbuka hanya terdapat 2 orang saja yaitu, Dr., Ir.,
Drs., Jarot Edy Sulistyono, M.Si. dan Drs. Mulyono, M.Si.
Dengan demikian, berdasarkan Surat dari KASN, Kelanjutan
Cara Pelaksanaan Pengisian JPTP Sekretaris Daerah di
Lingkungan Pemerintah Kota Malang ditempuh melalui proses
rotasi/mutasi. Setelah dilanjutkan proses Pengisian JPTP
Pemerintah Kota Malang melalui proses rotasi/mutasi, Panitia
Seleksi Terbuka Pengisian JPTP Kota Malang mengeluarkan
pengumuman yang mencantumkan tujuh nama peserta termasuk
Dr., Ir., Drs., Jarot Edy Sulistyono, M.Si. dan Drs. Mulyono, M.Si.
Akan tetapi, selain nama para penggugat, peserta lain yang
tercantum namanya telah berusia lebih dari 56 tahun.
Kemudian, Panitia Seleksi Terbuka Pengisian JPTP
mengeluarkan pengumuman peserta yang dinyatakan lulus yaitu :
Drs. Abdul Malik, M.Pd., Dr. Ir. Drs. Jarot Edy Sulistyono, M.Si.,
Drs. Wasto, S.H., M.H. Sehingga Walikota Malang menerbitkan
surat yang pokoknya untuk melantik Drs. Wasto, S.H., M.H.
Dengan demikian, Tergugat/Walikota di dalam
menentukan/memilih/dan melantik Sekretaris Daerah Kota
Malang adalah tidak sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
Sifat Perbuatan Melawan Hukum Dari Tergugat Penerbitan
Surat Keputusan Nomor : 2/197/35.73.403/2017, tentang
Pengangkatan dalam Jabatan Sekretaris Daerah Kota Malang An.
Drs. Wasto, S.H., M.H., tertanggal 3 Agustus 2017, yang pada
7

pokoknya menetapkan saudara Drs. Wasto, S.H., M.H. telah cacat


secara Prosedural sebab seolah-olah ada kebohongan informasi
yang sengaja disembunyikan oleh Panitia seleksi dan/atau Wali
Kota Malang dilihat dari tidak pernah ada lagi pengumuman
terbuka tentang perubahan persyaratan.
Tergugat juga sewenang-wenang mengeluarkan surat
keputusan tentang pengangkatan Drs. Wasto, S.H., M.H. sebagai
Sekda Kota Malang yang senyatanya bertentangan dengan
ketentuan Pasal 107 huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 11
Tahun 2017 yang mengatur tentang batas maksimal 56 tahun.
Tergugat telah secara nyata merugikan para Penggugat dan
bertentangan dengan Pasal 52 ayat (1) UU Nomor 30 Tahun 2014
mengenai Syarat Sahnya Keputusan serta Tergugat telah
melanggar asas-asas umum pemerintahan yang baik. Maka dari
itu, setidak-tidaknya dicabut surat keputusan itu dan melakukan
kembali tahapan proses Seleksi Terbuka Jabatan Tinggi Pratama
Sekda Kota Malang atau agar efisien yakni dengan memilih satu
dari tiga calon yang memenuhi prasyarat/ketentuan hukum yang
berlaku.
8

PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DAN PUTUSAN

Menimbang, bahwa objek sengketa yang dimohonkan batal


atau tidak sah oleh Penggugat adalah Surat Keputusan Walikota
Malang Nomor 821.2/197/35.73.403/2017, tanggal 3 Agustus
2017 tentang Pengangkatan Dalam Jabatan Sekretaris Daerah
Kota Malang a.n Drs. Wasto, S.H., M.H. (vide Bukti T - 2).
Menimbang, bahwa Tergugat telah mengajukan Jawaban
dalam eksepsi dan jawaban dalam pokok perkara tertanggal 8
Nopember 2017.
Menimbang, bahwa oleh karena dalam jawaban Tergugat
memuat eksepsi maka Majelis Hakim sebelum mempertimbangkan
pokok perkara terlebih dahulu akan mempertimbangkan eksepsi
Tergugat sebagai berikut :
EKSEPSI :
Menimbang, bahwa eksepsi-eksepsi yang diajukan Tergugat
dalam Jawabannya pada pokoknya menyatakan :
a) Penggugat II Tidak Mempunyai Kepentingan sebab tidak
dirugikan dan telah dinyatakan tidak masuk Seleksi
Pengisian JPTP Pemerintah Kota Malang. Sehingga gugatan
Para Penggugat harus dinyatakan tidak diterima (Niet
Ontvankeliijk Verklaard).
b) Gugatan Penggugat Tidak Jelas (Kabur) dan Saling
Bertentangan sebab mengenai Kewenangan Mengadili PTUN
yang mendalilkan Gubernur Jawa Timur telah menerbitkan
Surat Keputusan Pengangkatan Sekda Kota Malang atas
nama Drs. Wasto, S.H., M.H., tanggal 3 Agustus 2017
bertentangan dengan objek sengketa yang diterbitkan oleh
Tergugat. Dan juga mengenai posita gugatan Para Penggugat
yang mendalilkan semestinya justru Penggugat yang
memenuhi persyaratan adalah menjadi rancu sebab
9

Penggugat dalam perkara a quo ada 2 orang dan tidak bisa


kedua-duanya.
DALAM POKOK SENGKETA :
Menimbang, bahwa oleh karena Penggugat I dinyatakan
tidak berkepentingan dan eksepsi Tergugat terhadap Penggugat II
diterima, maka terhadap gugatan Para Penggugat harus
dinyatakan ditolak, oleh karena itu maka seluruh dalil gugatan
Para Penggugat dan dalil jawaban Tergugat dalam pokok perkara
yang merupakan inti persengketaan perkara ini tidak perlu
dipertimbangkan dan diberi penilaian hukum lagi.
DALAM PENUNDAAN :
Menimbang, bahwa oleh karena Gugatan Para Penggugat
dinyatakan ditolak, maka terhadap Permohonan Penundaan
pelaksanaan keputusan Tata Usaha Negara yang digugat secara
hukum juga dinyatakan ditolak.
Menimbang, bahwa Majelis Hakim mempelajari dan
memberikan penilaian hukum terhadap alat-alat bukti yang
diajukan oleh Para Pihak, namun untuk mempertimbangkan dalil-
dalil Para Pihak, Majelis Hakim hanya mempergunakan alat-alat
bukti yang relevan dengan sengketa ini, sedangkan terhadap alat-
alat bukti selain dan selebihnya tetap dilampirkan dan menjadi
satu kesatuan dengan berkas perkara.
Menimbang, bahwa oleh karena gugatan Para Penggugat
dinyatakan ditolak, maka Para Penggugat dihukum membayar
biaya perkara dalam perkara ini yang jumlahnya akan disebutkan
dalam amar Putusan ini.
Mengingat, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 jo.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 jo. Undang-Undang Nomor
51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara serta
ketentuan hukum lainnya yang berkaitan dalam perkara ini.
10

MENGADILI:

DALAM PENUNDAAN :
 Menolak permohonan penundaan pelaksanaan keputusan
Tata Usaha Negara objek sengketa.
DALAM EKSEPSI :
 Menerima Eksepsi Tergugat tentang kepentingan Penggugat
II.
DALAM POKOK SENGKETA :
 Menolak gugatan Para Penggugat untuk seluruhnya.
 Menghukum Para Penggugat untuk membayar biaya perkara
sebesar Rp. 313.000,- (tiga ratus tiga belas ribu rupiah).
11

ANALISIS KASUS

A. Bahwa yang dimaksud dengan Pengisian JPT sebagaimana


diatur dalam Pasal 1 angka 25 Peraturan Pemerintah Nomor 11
Tahun 2017 yakni, Pengisian JPT secara Terbuka yang
selanjutnya disebut Seleksi Terbuka adalah proses pengisian
JPT yang dilakukan melalui kompetisi secara terbuka.
Berdasarkan Pasal 110 ayat (4) PP Nomor 11 Tahun 2017
Tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil, Pengisian JPT
pratama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan secara
terbuka dan kompetitif pada tingkat nasional atau antar
kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi. Sehingga terhadap
pengaturan itu, Pengisian JPTP Pemerintah Kota Malang untuk
formasi jabatan Sekretaris Daerah dilakukan dengan
mekanisme Seleksi Terbuka Pengisian JPTP Pemerintah Kota
Malang, yang mana dalam proses mekanisme Seleksi Terbuka
Pengisian JPTP Pemerintah Kota Malang berdasarkan
ketentuan Surat KASN Nomor : B-1628/KASN/6/2017 tanggal
7 Juni 2017, hal : Rekomendasi Pelaksanaan Seleksi Terbuka
Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama di Lingkungan
Pemerintah Kota Malang yang isinya mengenai seleksi untuk
Pengisian JPT Sekretaris Daerah dilakukan dengan 2 (dua)
pola, yaitu :
- Seleksi secara terbuka dan kompetitif, yaitu calon memiliki
usia tidak boleh lebih dari 56 tahun pada saat ditetapkan di
samping telah memenuhi persyaratan lainnya, dengan jumlah
peserta minimal 4 (empat) orang yang telah memenuhi syarat
administrasi, dilakukan assessment, penulisan makalah dan
wawancara oleh Panitia Seleksi ;
- Melalui rotasi/mutasi, yaitu dilakukan apabila dari para
Eselon II b tersebut tidak memenuhi jumlah dan syarat
administrasi yang diperlukan, maka Panitia Seleksi dapat
12

melakukan seleksi pengisian JPT Sekda melalui rotasi/mutasi.


Hal ini dilakukan terhadap para calon yang telah menduduki
JPT Pratama (Eselon II b) dan memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 107 huruf C
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil.
Tetapi Fakta Hukum Putusan Perkara Nomor :
115/G/2017/PTUN.SBY, dalam Pelaksanaan Seleksi Terbuka
Pengisian JPTP Pemerintah Kota Malang, Hasil Seleksi
Administrasi hanya menghasilkan 2 (dua) orang calon saja
yaitu, Dr., Ir., Drs., Jarot Edy Sulistyono, M.Si. dan Drs.
Mulyono, M.Si. Maka dari itu, kurangnya jumlah peserta
minimal 4 (empat) orang sebagaimana Ketentuan Surat KASN
Nomor : B-1628/KASN/6/2017, Pemerintah Kota Malang
mengirim Surat kepada Ketua Komisi Aparatur Sipil Negara
(KASN) Nomor : 800/1520/35.73.403/2017 perihal Laporan
Pelaksanaan Metode Rotasi/Mutasi Pengisian JPT Sekda,
bahwa telah dilakukan pelaksanaan Seleksi Terbuka Pengisian
Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama (JPTP) secara sistematis,
namun faktanya tidak memenuhi syarat, sehingga selanjutnya
dilanjutkan Proses Pengisian JPTP Sekda itu dengan
mekanisme merotasi/mutasi.
Terhadap Surat Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN)
Nomor : 821.2/197/35.73.403/2017, Tentang Pengangkatan
dalam jabatan Sekretaris Daerah Kota Malang An. Drs. Wasto,
S.H., M.H., tertanggal 3 Agustus 2017 yang diterbitkan oleh
Walikota Pemerintah Kota Malang dan menjadi objek sengketa,
ternyata An. Drs. Wasto, S.H., M.H. diketahui bertentangan
dengan ketentuan Pasal 107 huruf c Peraturan Pemerintah
Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Manajemen Pegawai Negeri
Sipil, sebab setidaknya dari NIP sudah dapat diketahui
bahwasannya Drs. Wasto, S.H., M.H. adalah melebihi usia 56
13

tahun per 31 Juli 2017, tepatnya yakni berumur 56 tahun 5


bulan sebab lahir pada 12 Februari 1961, sehingga Tergugat di
dalam menentukan/memilih/dan melantik Sekretaris Daerah
Kota Malang adalah tidak sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
Maka dari itu, sebenarnya bagaimanakah persyaratan
mengenai batas maksimal usia dalam mengikuti Seleksi
Terbuka Pengisian JPTP Pemerintah Kota Malang? Dalam
perkara ini Para Penggugat mengatakan bahwa Surat
Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) Nomor :
821.2/197/35.73.403/2017, Tentang Pengangkatan dalam
jabatan Sekretaris Daerah Kota Malang An. Drs. Wasto, S.H.,
M.H., tertanggal 3 Agustus 2017 tidak sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku sebab bertentangan dengan Pasal 107
huruf c angka 6 PP Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil yang menyatakan bahwa Persyaratan
untuk dapat diangkat dalam JPT dari kalangan PNS
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 105 untuk JPT pratama
yakni usia paling tinggi 56 (lima puluh enam) tahun.
Tetapi, dengan dasar ketentuan yang sama Tergugat
mengatakan berdasarkan ketentuan Surat KASN Nomor : B-
1628/KASN/6/2017 tanggal 7 Juni 2017, hal : Rekomendasi
Pelaksanaan Seleksi Terbuka Pengisian Jabatan Pimpinan
Tinggi Pratama di Lingkungan Pemerintah Kota Malang isinya
yaitu seleksi untuk Pengisian JPT Sekretaris Daerah dilakukan
dengan 2 (dua) pola, salah satunya yakni pola rotasi/mutasi,
yaitu dilakukan apabila dari para Eselon II b tersebut tidak
memenuhi jumlah dan syarat administrasi yang diperlukan,
maka Panitia Seleksi dapat melakukan seleksi pengisian JPT
Sekda melalui rotasi/mutasi. Hal ini dilakukan terhadap para
calon yang telah menduduki JPT Pratama (Eselon II b) dan
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
14

ketentuan Pasal 107 huruf C Peraturan Pemerintah Nomor 11


Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Namun
usianya boleh lebih dari 56 tahun maksimal 58 tahun dengan
sekurang-kurangnya di ikuti oleh 4 (empat) calon, dilakukan
assessment, penulisan makalah serta wawancara oleh Panitia
Seleksi.
Terlihat disini bahwa dengan merujuk Ketentuan
Pengaturan yang sama antara Penggugat dengan Tergugat telah
menyatakan hal yang berbeda terkait dengan Persyaratan Batas
Usia Maksimal untuk dapat diangkat dalam JPT. Dengan
perbedaan itu, penulis mencoba melakukan pengecekan
terhadap bunyi Pasal 107 huruf a dan huruf c PP Nomor 11
Tahun 2017 Tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil, bahwa
ternyata Penggugat-lah yang benar yakni mengenai Persyaratan
untuk dapat diangkat dalam JPT dari kalangan PNS
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 105 untuk JPT pratama
yakni usia paling tinggi 56 (lima puluh enam) tahun, sedangkan
mengenai pernyataan Tergugat yang merujuk pada ketentuan
itu salah karena tidak ada batas usia boleh lebih dari 56 tahun
maksimal 58 tahun untuk Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama
(JPTP). Pengaturan mengenai batas usia maksimal 58 tahun
ada, adalah untuk ketentuan Pasal 107 huruf a angka 6 yang
mengatakan bahwa Persyaratan untuk dapat diangkat dalam
JPT Utama ialah usia paling tinggi 58 (lima puluh delapan)
tahun. Jadi persyaratan batas usia maksimal 58 tahun adalah
untuk Jabatan Pimpinan Tinggi Utama (JPTU) bukan untuk
Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama (JPTP) sebab diantara
keduanya merupakan hal yang berbeda. Perbedaan antara
JPTU dan JPTP adalah, JPTU merupakan jabatan tinggi tingkat
tertinggi yakni Lembaga Pemerintah Nonkementerian (disingkat
LPNK) misalnya, Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI),
Badan Informasi Geospasial (BIG), Badan Intelijen Negara (BIN)
15

dsb, sedangkan JPTP merupakan jabatan tinggi tingkat


terendah yakni kepala pusat, Inspektur, Kepala balai besar,
Asisten sekretariat daerah provinsi, Sekretaris daerah
kabupaten/kota dsb. Akan tetapi memang benar bahwa dalam
Pelaksanaan Pengisian JPTP melalui proses rotasi/mutasi tidak
ada ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai usia maksimal. Namun, yang menjadi perhatian
penulis disini adalah mengenai peraturan yang menjadi
rujukan para pihak yang berperkara.
Maka dari itu, penulis dengan segala penjelasan yang telah
dikemukakan di atas setuju mengenai Pengangkatan dalam
Jabatan Sekretaris Daerah Kota Malang An. Drs. Wasto, S.H.,
M.H. adalah bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku terkhusus mengenai batas
usia maksimal. Meskipun perlu diketahui bahwa Pengisian
Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama di Daerah ditetapkan oleh
pejabat yang berwenang mengangkat, memindahkan, dan
memberhentikan ASN (Aparatur Sipil Negara) dalam Jabatan
Pimpinan Tinggi tersebut. Maka dari itu, dalam Undang-
undang Nomor 5 Tahun 2014 masalah pengisian Jabatan
Pimpinan Tinggi diatur dalam Pasal 108 ayat (1) sampai ayat
(4). Jika mengkaji ketentuan Pasal 113 dan 115 tentang
pengisian jabatan tinggi pratama di daerah terdapat
kekosongan norma, yaitu tidak ada batas waktu yang tegas
kapan 3 orang calon pejabat pimpinan tinggi pratama yang
telah diusulkan oleh panitia seleksi kepada pejabat pembina
kepegawaian untuk ditetapkan dan dilantik sebagai pejabat
pimpinan tinggi pratama.4 Sehingga, sebaiknya apabila Panitia
Seleksi memang akan melulus seleksikan para calon peserta

4
Edi Suharman, “Kewenangan Pejabat Pembina Kepegawaian dalam Pengisian
Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama di Daerah Menurut Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara”, Jurnal IUS, Vol. V, No. 2, Tahun
2017, hlm. 220.
16

yang mana dari 3 calon itu ada yang melebihi batas umur 56
tahun, alasan Tergugat tidak tepat menggunakan peraturan
perundang-undangan yang sama dengan yang digunakan oleh
Penggugat. Atau apabila itu sudah menjadi kewenangan Panitia
Seleksi, maka apakah itu juga tidak bertentangan dengan
hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia dan
melanggar hak orang lain.

B. Dasar pertimbangan hukum PTUN yaitu diterangkan bahwa


Penggugat II tidak dirugikan dalam penerbitan objek sengketa.
Sebab Penggugat II sudah dinyatakan tidak masuk dalam
penetapan calon Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama pada seleksi
pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama Pemerintah Kota
Malang sesuai Berita Acara Sidang Penetapan Calon Pejabat
Pimpinan Tinggi Pratama Nomor : 022/PANSEL-
JPTPMLG/VII/2017 tertanggal 20 Juli 2017; Dimana hal ini
bertentangan dengan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Usaha Tata negara jo.
Undang-Undang Republik Indonesia 9 Tahun 2004 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara jo. Undang-
Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara Pasal 53 ayat (1) yang menjelaskan mengenai
seseorang atau badan hukum perdata yaitu dalam kasus ini
merupakan penggugat II yang bernama Mulyono yang
kepentingannya merasa dirugikan dalam hal seleksi calon
Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama pada seleksi pengisian
Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama Pemerintah Kota Malang.
Namun, pada faktanya Penggugat II tidak lolos pada tahap
wawancara, yang mana pada tahap wawancara tersebut hanya
mengambil 3 ranking teratas yaitu Dr. Ir., Drs., Jarot Edy
17

Sulistyono, M.Si., Drs. Abdul Malik, M.Pd., dan Drs. Wasto,


S.H., M.H.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Penggugat II
tidak memenuhi unsur kerugian yang tertera dalam peraturan
diatas yaitu jika dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha
Negara dapat mengajukan gugatan tertulis Kepada Pengadilan
yang berwenang, yang berisi tuntutan agar Keputusan Tata
Usaha Negara yang menjadi sengketa dinyatakan batal atau
tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi
dan/atau direhabilitas.
Dasar pertimbangan hukum PTUN menolak gugatan yang
diajukan oleh penggugat berupa gugatan mengenai dilakukan
kembali proses seleksi terbuka Jabatan Tinggi Pratama
Sekretaris Daerah Kota Malang. Dalam hal ini jika dilakukan
kembali proses seleksi terbuka Jabatan Tinggi Pratama
Sekretaris Daerah Kota Malang, Penggugat I itu sendiri tidak
dapat mengikuti proses seleksi tersebut, dikarenakan
Penggugat I tidak memenuhi syarat yang telah ditetapkan
panitia seleksi yaitu Pengumuman Nomor : 007/PANSEL-
JPTPMLG/VI/2017 Tentang Perubahan Persyaratan Jabatan
Seleksi terbuka Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama
Pemerintah Kota Malang pada poin a dan i.
Pada Pengumuman Nomor : 007/PANSEL-
JPTPMLG/VI/2017 Tentang Perubahan Persyaratan Jabatan
Seleksi terbuka Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama
Pemerintah Kota Malang pada poin a menjelaskan bahwa
Persyaratan Jabatan Sekretaris Daerah yaitu berstatus PNS di
lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur atau Pemerintah
Kabupaten/Kota se-Jawa Timur, diutamakan PNS Pemerintah
Kota Malang. Sedangkan jika seleksi dilakukan kembali, status
dari Penggugat I sebagai PNS di lingkungan Pemerintah Jawa
Timur telah diberhentikan sementara sebagai Aparatur Sipil
18

Negara sesuai Keputusan Walikota Malang Nomor :


X.887.4/262/35.73.403/ 2017, tanggal 29 Nopember 2017
tentang Pemberhentian Sementara Dari Jabatan Negeri Pegawai
Aparatur Sipil Negara.
Penyebab dari pemberhentian sementara status Aparatur
Sipil Negara dari Penggugat I, berhubungan dengan
persyaratan seleksi pada poin i yaitu calon seleksi tidak sedang
menjalani dan tidak sedang dalam proses penjatuhan hukuman
pidana maupun hukuman disiplin PNS tingkat sedang atau
berat. Namun faktanya Penggugat I sedang tersangkut
permasalahan hukum dan saat ini telah dilakukan penahanan
oleh KPK dengan surat penahanan Nomor :
B.658/23/11/2017, tanggal 28 November 2017. Menurut Pasal
88 ayat (1) UU ASN, PNS dapat diberhentikan sementara
apabila ditahan karena menjadi tersangka tindak pidana.
Pemberhentian sementara sebagai PNS ini adalah
pemberhentian yang mengakibatkan PNS kehilangan statusnya
sebagai PNS untuk sementara waktu.5

5
Fitri Rahmadhani Muvariz, “Analisis Aspek Keadilan dari Pemberhentian Tidak
dengan Hormat Sebagai Pegawai Negeri Sipil di Indonesia”, Jurnal Legislasi
Indonesia, Vol. 16, No. 2, Tahun 2019, hlm. 199.
19

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan Pembahasan serta analisis terhadap Putusan
hakim dengan Nomor : 115 / G / 2017 / PTUN.SBY. Tentang
gugatan Surat Keputusan Tata Usaha Negara yang diterbitkan
oleh Tergugat Nomor : 821.2/197/35.73.403/2017 mengenai
Pengangkatan dalam jabatan Sekretaris Daerah Kota Malang
An. Drs. Wasto, S.H., M.H., tertanggal 3 Agustus 2017. Maka
dapat diambil kesimpulan diantaranya :
1) Gugatan penggugat mengenai Pengangkatan dalam jabatan
Sekretaris Daerah Kota Malang An. Drs. Wasto, S.H., M.H
yang dianggap tidak memenuhi syarat batas usia 56 tahun
ditolak oleh hakim. Hal ini dikarenakan syarat batas usia
hanya diperuntukan untuk seleksi JPTP dengan sistem
terbuka sedangkan Pengangkatan dalam jabatan Sekretaris
Daerah Kota Malang An. Drs. Wasto, S.H., M.Hm
menggunakan sistem rotasi yang mana tidak ada
kententuan batas usia didalamnya.
2) Bahwa gugatan yang diajukan oleh penggugat ditolak
dikarenakan salah satu penggugat yaitu penggugat II
dinyatakan tidak memenuhi unsur “dirugikan” dengan
adanya surat Keputusan Tata Usaha Negara yang
diterbitkan oleh Tergugat Nomor :
821.2/197/35.73.403/2017 yang mana bertentangan
dengan pasal Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Usaha
Tata negara jo. Undang-Undang Republik Indonesia 9 Tahun
2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara jo. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5
20

Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara Pasal 53


ayat (1).
3) Selain itu hakim juga menolak gugatan penggugat mengenai
berupa gugatan mengenai dilakukan kembali proses seleksi
terbuka Jabatan Tinggi Pratama Sekretaris Daerah Kota
Malang dikarenakan penggugat I sendiri tidak dapat
mengikuti seleksi dikarenakan tidak memenuhi syarat
seleksi pada poin a dan I yang mana dikarenakan dalam
jangka waktu saat dibukanya seleksi kembali penggugat I
sedang diberhentikan sementara status ASN yang
disebabkan penggugat I sedang tersangkut permasalahan
hukum dan saat ini telah dilakukan penahanan oleh KPK
yang dibukikan dengan adanya surat penahanan Nomor :
B.658/23/11/2017
4) Penulis menyatakan setuju mengenai Pengangkatan dalam
Jabatan Sekretaris Daerah Kota Malang An. Drs. Wasto,
S.H., M.H. adalah bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku terkhusus mengenai
batas usia maksimal. Meskipun dalam hal ini perlu
diketahui bahwa Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi
Pratama di Daerah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang
mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan ASN
(Aparatur Sipil Negara) dalam Jabatan Pimpinan Tinggi
tersebut. Maka dari itu, dalam Undang-undang Nomor 5
Tahun 2014 masalah pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi
diatur dalam Pasal 108 ayat (1) sampai ayat (4).

B. SARAN
Berdasarkan temuan dan kesimpulan di atas, maka penulis
menyarankan hal-hal sebagai berikut:
1) Baik individu maupun badan hukum perdata dalam
mengajukan suatu gugatan kiranya dapat lebih jelas atau
21

tidak kabur serta komprehensif dalam mendalilkan alasan-


alasannya. Hal ini tentu akan menghindari jawaban tergugat
mengenai dalil gugatan yang tidak jelas atau kabur serta
tidak berbelit-belit dalam penyampaiannya. Gugatan yang
diajukan sebaiknya telah dipastikan terlebih dahulu bahwa
subjek hukum yang mengajukan gugatan memang benar
terugikan dalam kepentingan hukumnya serta sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2) Sebagai Negara demokrasi, maka diharapkan pada setiap
panitia seleksi pengangkatan ASN dalam melakukan
perubahan prosedur maupun syarat ataupun informasi
lainnya yang berkaitan dengan kepentingan baik peserta
maupun panitia seleksi harus menerapkan asas
keterbukaan dalam menyampaikan informasi ataupun
kondisi yang ingin diketahui publik. Hal ini dilakukan
dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahpahaman baik
peserta maupun panitia serta masyarakat terkait hasil atau
keputusan seleksi.
22

DAFTAR PUSTAKA

Literatur
Hartini, Sri dan Tedi Sudrajat. 2017. Hukum Kepegawaian di
Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
Sudrajat, Tedi. 2017. Hukum Birokrasi Pemerintah: Kewenangan
dan Jabatan. Jakarta: Sinar Grafika.

Peraturan Perundang-Undangan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang
Aparatur Sipil Negara
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil

Jurnal
Ihsan, Lalu, “Penyelesaian Sengketa Kepegawaian Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 dari Aspek Hukum
Kepegawaian dan Sistem Peradilan Administrasi”, Jurnal
IUS, Vol. II No. 5, Tahun 2014.
Muvariz, Fitri Rahmadhani, “Analisis Aspek Keadilan dari
Pemberhentian Tidak dengan Hormat Sebagai Pegawai
Negeri Sipil di Indonesia”, Jurnal LEGISLASI INDONESIA, Vol.
16 No. 2, Tahun 2019.
Suharman, Edi, “Kewenangan Pejabat Pembina Kepegawaian
dalam Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama di
Daerah Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara”, Jurnal IUS, Vol. V, No. 2,
Tahun 2017.
23

LAMPIRAN

 Pasal 1 angka 9 UU No. 51 Tahun 2009


 Pasal 35 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang
Pokok-Pokok Kepegawaian
 SEMA Nomor 2 tanggal 3 Juli 1991
 Pasal 55 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara
 Pasal 107 huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017
 Pasal 52 ayat (1) UU Nomor 30 Tahun 2014
 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 jo. Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2004 jo. Undang-Undang Nomor 51 Tahun
2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
 Pasal 1 angka 25 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017
 Pasal 110 ayat (4) PP Nomor 11 Tahun 2017 Tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil
 Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 masalah pengisian
Jabatan Pimpinan Tinggi diatur dalam Pasal 108 ayat (1)
sampai ayat (4).
 Pasal 88 ayat (1) UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN
 Pasal 53 ayat (2) UU Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan
Tata Usaha Negara

Anda mungkin juga menyukai