Anda di halaman 1dari 19

TATA CARA PENDAFTARAN TANAH DI KOTA MEDAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Hukum Agraria


Dosen Pengampu: Drs. Tetty Marlina Tarigan, M.Kn

Disusun Oleh:
Kelompok 3
Fatia Aisyah Putri (0201202093)
Jian Alfarisi Sahuli (0201202068)
Abdul Nazlli Irwansyah Sinaga (0201202102)

PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur saya ucapkan atas kehadiran ALLAH SWT Yang Maha Esa, karena
atas Ridho-Nya dan Rahmat-Nya kami akhirnya dapat menyelesaikan tugas makalah
kami tentang Tata Cara Pendaftaran Tanah di Kota Medan dengan mata kuliah
Hukum Agraria. Dan tak lupa juga kami sampaikan Sholawat dan Salam kepada Ruh
junjungan Nabi besar Muhammad SAW dan juga seluruh keluarga dan para sahabatnya
yang senantiasa menjalankan sunnah nya.

Akhir pengantar kata kami harapkan semoga tugas makalah yang kami buat dapat
membantu dan bermanfaat bagi kita semua pada umumnnya kami sadar bahwa
penelitian kami ini, masih belum sempurna dan masih banyak kekurangan.
Oleh sebab itu kami berharap kepada Bapak Dosen dan Teman-teman sekalian agar
memberikan kritik dan saran agar supaya kedepan nya kami lebih baik lagi untuk
melampirkan penelitian kami, sekian dari kami kurang dan lebih nya kami Mohon Maaf
Wassalamua’alaikum Wr. Wb

Medan, 7 Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN ......................................................................................................1
A. Latar Belakang ..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan ..........................................................................................................3
BAB II : PEMBAHASAN ................................................................................................ 3
A. Pengertian Pendaftaran Tanah ......................................................................................3
B. Pendaftaran Tanah Untuk Pertama Kali ......................................................................10
C. Asas asas PendaftaranTanah ..... ..................................................................................11
D. Prosedur Pendaftaran Tanah Secara Sistematik ..........................................................12
BAB III : PENUTUP .......................................................................................................14
A. Kesimpulan ..................................................................................................................14
B. Daftar Pustaka .............................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendaftaran tanah mempunyai tujuan positif dalam memberikan jaminan
kepastian hukum mengenai hak atas tanah bagi semua orang tanpa membedakan
status, yakni dengan memberikan surat tanda bukti yang lazim disebut dengan
sertipikat tanah yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat terhadap
pemegang hak atas tanah. Tujuan pendaftaran tersebut akan tercapai dengan
adanya peran serta dan dukungan pelaksanaan pendaftaran tanah tersebut baik
oleh pemerintah selaku pejabat pelaksana pendaftaran tanah maupun kesadaran
masyarakat selaku pemegang hak atas tanah.
Kebenaran hukum ditentukan oleh hakim dalam proses peradilan. Jadi hak
milik tanah yang sudah terdaftar dan memperoleh sertipikat telah mendapat
jaminan kepastian hukum hak tanahnya. Kepastian hukum itu meliputi kepastian
hak, kepastian objek, dan kepastian subjek serta proses administrasi penerbitan
sertipikat. Sertipikat tanah 2 merupakan surat tanda bukti hak atas tanah, suatu
pengakuan dan penegasan dari negara terhadap penguasaan tanah secara
perorangan atau bersama atau badan hukum yang namanya ditulis didalamnya dan
sekaligus menjelaskan lokasi, gambar, ukuran, dan batas-batas bidang tanah
tersebut.1
Sertipikat tanah yang diterbitkan Badan Pertanahan Nasional (BPN)
menjadi bukti kepemilikan yang sah dalam setiap sengketa tanah atau segala
permasalahan menyangkut kepemilikan tanah.Untuk menjamin kepastian hukum,
mendaftarkan hak atas tanah merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Hal ini
dilakukan guna untuk menjamin kepastian hukum bagi pemegang hak atas tanah
serta pihak lain yang berkepentingan dengan tanah tersebut.Prinsip jaminan
pendaftaran adalah status hak memberikan jaminan dari ketelitian suatu daftar,
bahkan seharusnya memberikan ganti kerugian kepada siapapun yang menderita

1
boedi Harsono,2005. Hukum Agraria Indonesia, hlm 500

1
kerugian.2 Hak – hak atas tanas telah menggambarkan hak seseorang terhadap
kepemilikan3, harus terdaftar dalam pendaftaran tanah. Dalam sistem pendaftaran
hak atas tanah, pencatatannya menguraikan suatu ringkasan detail perbuatan
terjadinya kepemilikan milik dan perubahannya, atau lain transaksi yang
mempengaruhi suatu hak milik 4. Maria S.W. Sumardjono, menyatakan
bahwahukum menghendaki kepastian. Pemegang sertipikat mempunyai tanda
bukti hak yang kuat. Hukum Pertanahan Indonesia menginginkan kepastian siapa
pemegang hak milik atau hak-hak lain sebidang tanah5
Pemberian kepastian hukum terhadap hak-hak atas tanah bagi rakyat
seluruhnya merupakan salah satu tujuan pokok Undang – Undang Pokok Agraria
(UUPA) yang sudah tidak bisa ditawar lagi,sehingga undang-undang
menginstrusikan kepada pemerintah untuk mengadakan pendaftaran tanah di
seluruh wilayah indonesia yang bersifat rechtskadaster artinya yang bertujuan
menjamin kepastian hukum dan kepastian haknya6
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pendaftaran Tanah
2. Bagaimana Cara Pendaftaran Tanah Untuk Pertama Kali.
3. Apa saja Asas Asas Pendaftaran Tanah
4. Bagaimana Prosedur Pendaftaran Tanah Secara Sistematik

C. Tujuan MAsalah
1. Menjelaskan Pengertian Pendaftaran Tanah
2. Menjelaskan cara cara Pendaftaran Tanah Untuk Pertama Kali
3. Menjelaskan Asas Asas Pendaftaran Tanahh
4. Menelaskan Prosedur Pendaftaran Tanah

2
Mark P. Thompson, Modern Land Law, First Published, New York: Oxford University
Press, 2001 hlm. 88 – 89
3
J.B Daliyo dan kawan – kawan, Hukum Agraria I, Cetakan 5, (Jakarta: Prehallindo 2001 hlm.
80
4
http://asis.govt.ie, “Registering a deed at the land registry” diakses tanggal 11 Oktober 2017
22:30
5
Maria S.W,Sumardjono.2001.Kebijakan Pertanahan antara Regulasi dan Implementasi
.jakarta.kompas.hlm.37
6
Mandar maju.2013. Hukum Pendaftaran Tanah, hlm. 4

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendaftaran Tanah


Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
Pemerimtahan secara terus menerus, berkesinambungan, dan teratur, meliputi
pengumpulan pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik
dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang bidang tanah
Pendaftaran Tanah selain berfungsi untuk melindungi si pemilik, juga
berfungsi untuk mengetahui status sebidang tanah, siapa pemiliknya, apa haknya,
berapa luasnya, untuk apa dipergunakan dan sebagainya 7.
Pendaftaran tanahakan dilakukan di kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN)
serta dibantu oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang berada di wilayah
kabupaten/kota.
Adapun Kewenangan Badan Pertanahan Nasional (BPN) dalam rangka
Pemberian Hak Atas Tanah. Jika ditinjau berdasarkan Hak Atas Tanah, maka
pembagian kewenangan tersebut, antara lain:
Hak Milik Kepala Kantor Pertanahan memberi keputusan mengenai:
a. Pemberian hak milik orang perseorangan atas tanah pertanian yang luasnya
tidaklebihdari 50.000 m² (lima puluh ribu meter persegi)
b. Pemberian hak milik orang perseorangan atas tanah non pertanian yang
luasnya tidak lebih dari 30.000 m² (tiga puluh ribu meter persegi)
c. Pemberian hak milik untuk badan hukum keagamaan dan sosial yang telah
ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1963 tentang
penujukkan Badan-badan Hukum yang dapat mempunyai hak atas milik atas
tanah, terhadap tanah non pertanian yang luasnya tidak lebih dari 50.000 m²
(lima puluh meter persegi)

7
AP. Perllindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia, bandung : mandar maju,1994 hlm. 13

3
d. Pemberian hak milik atas tanah dalam rangka pelaksanaan program:
1. Tranmigrasi
2. Redistribusi tanah
3. Konsolidasi tanah
4. Program yang dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN)dan atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
5. Pendaftaran tanah yang bersifat strategis dan massal

Kepala Kanwil BPN memberi keputusan mengenai :


1. Pemberian hak milik untuk orang perseorangan atas tanah pertanian yang
luasnya lebih dari 50.000 m² (lima puluh ribu meter persegi) dan tidak
lebih dari luas batas maksimum kepemilikan tanah pertanian perorangan
2. Pemberian hak milik untuk orang perseorangan atas tanah non pertanian
yang luasnya lebih dari 3.000 m² (tiga ribu meter persegi) dan tidak lebih
dari 10.000 m² (sepuluh ribu meter persegi)
3. Pemberian hak milik untuk badan hukum keagamaan dan sosial yang telah
ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 1963
tentang penunjukkan Badan-badan hukum yang dapat mempunyai hak
milik atas tanah, terhadap tanah non pertanian yang luasnya lebih dari
50.000 m2 (lima puluh ribu meter persegi) dan tidak lebih dari 150.000 m2
(seratus lima puluh ribu meter persegi).

Hak Guna Bangunan ,Kepala Kantor Pertanahan memberi keputusan


mengenai:
1. Pemberian hak guna bangunan untuk orang perseorangan atas tanah yang
luasnya tidak lebih dari 3.000 m2 (tiga ribu meter persegi)
2. Pemberian hak guna bangunan untuk badan hukum atas tanah yang
luasnya tidak lebih dari 20.000 m² (dua puluh ribu meter persegi)
3. Pemberian hak guna bangunan atas tanah hak pengelolaan.

Kepala Kanwil BPN memberi keputusan mengenai:

4
a. Pemberian hak guna bangunan untuk orang perseorangan atas tanah yang
luasnya lebih dari 3.000 m² (tiga ribu meter persegi)
b. Pemberian hak guna bangunan untuk badan hukum atas tanah yang luasnya
lebih dari 20.000 m² (dua puluh ribu meter persegi) dan tidak lebih dari
150.000 m² (seratus lima puluh ribu meter persegi).
Hak Pakai
Kepala Kantor Pertanahan memberi keputusan mengenai:
1. Pemberian hak pakai untuk orang perseorangan atas tanah pertanian yang
luasnya lebih dari 50.000 m² (lima puluh ribu meter persegi)
2. Pemberian hak pakai untuk orang perseorangan atas tanah non pertanian
pertanian yang luasnya tidak lebih dari 3.000 m2 (tiga ribu meter persegi)
3. Pemberian hak pakai untuk badan hukum swasta, Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) atau`Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atas tanah non
pertanian yang luasnya tidak lebih dari 20.000 m2 (dua puluh ribu meter
persegi)
4. Pemberian hak pakai atas tanah hak pengelolah
5. Pemberian hak pakai aset pemerintah pusat dan pemerintah daerah

Kepala Kanwil BPN memberikan keputusan mengenai:


1. Pemberian hak pakai untuk orang perseorangan atas tanah pertanian
yang luasnya lebih dari 50.000 m2 (lima puluh ribu meter persegi)
dan tidak lebih dari 100.000 m2 (seratus ribu meter persegi)
2. Pemberian hak pakai untuk orang perseorangan atas tanah non
pertanian yang luasnya lebih dari 3.000 m2 (tiga ribu meter persegi)
dan tidak lebih dari 10.000 m 2 (sepuluh ribu meter persegi)
3. Pemberian hak pakai untuk badan hukum swasta, BUMN/BUMD
atas tanah non pertanian yang luasnya lebih dari 20.000 m2 (dua
puluh ribu meter persegi) dan tidak lebih dari 150.000 m2 (seratus
lima puluh ribu meter persegi).
Untuk Hak Guna Usaha ,Kepala Kanwil BPN memberikan
keputusan mengenai pemberian hak guna usaha atas tanah yang luasnya tidak

5
lebih dari 2.000.000 m² (dua juta meter persegi) Kewenangan-kewenangan
lainnya
Kepala kantor pertanahan memberi keputusan mengenai:
1. Pemberian izin kerjasama pemegang hak pengelolaan dengan pihak ketiga,
jika dipersyaratkan dalam surat keputusan pemberian hak.
2. Pemberian izin perolehan tanah bagi Badan Sosial dan Keagamaan, jika
dipersyaratkan dalam surat keputusan persetujuan bahwa badan hukum
tersebut dapat memiliki tanah dengan hak milik.
3. Kepala Kanwil BPN memberikan keputusan mengenai penetapan tanah
negara untuk menjadi tanah obyek landreform.
4. Kepala BPN menetapkan pemberian hak atas tanah yang diberikan secara
umum
5. Kepala BPN memberi keputusan mengenai pemberian hak atas tanah yang
tidak dilimpahkan kewenangannya kepada kepala kanwil BPN atau Kepala
Kantor Pertanahan.
1) Menurut Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004, Pasal 15 menyatakan
bahwa, Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan,
perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-
undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk
dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta,
menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu
sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugakan atau dikecualikan
kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang.
2) Notaris berwenang pula :
a. Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di
bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus.
b. Membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku
khusus.
c. Membuat kopi dari asli surat-surat di bawah tangan berupa salinan yang
memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang
bersangkutan.

6
d. Melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya.
e. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta.
f. Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan, atau
g. Membuat akta risalah lelang.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran


Tanah, menyebutkan bahwa : PPAT adalah pejabat umum yang diberi wewenang
untuk membuat akta-akta tanah tertentu, yaitu dari perjanjian-perjanjian yang
bermaksud memindahkan hak atas tanah, memberikan sesuatu hak baru atas
tanah, menggadaikan tanah atau meminjam uang dengan hak atas tanah sebagai
tanggungan. Sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun
1961.
Dalam rangka menjamin kepastian hak dan kepastian hukum atastanah,
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) telah menggariskan adanya keharusan
untuk melaksanakanpendaftaran tanah di seluruh Indonesia, sebagaimana yang
tercantum dalamPasal 19 UUPA. Pasal tersebut mencantumkan
ketentuanketentuan umumdari pendaftaran tanah di Indonesia, yaitu :
1) Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan
pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut
ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.
2) Pendaftaran tersebut dalam ayat 1 Pasal ini meliputi :
a. Pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah;
b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut;
c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat.

Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan Negara dan


masyarakat, keperluan lalu lintas sosial ekonomi serta kemungkinan
penyelenggaraannya, menurut pertimbangan Menteri Agraria.
Pasal 32 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, berbunyi :

7
(1) Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat
di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan
data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan.
(2) Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertipikat secara sah
atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut
dengan itikad baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang
merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat lagi menuntut
pelaksanaan hak tersebut apabila dalam waktu 5 (lima) tahun sejak
diterbitkannya sertipikat itu telah tidak mengajukan keberatan secara
tertulis kepada pemegang sertipikat dan Kepala Kantor Pertanahan yang
bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai
penguasaan tanah atau penerbitan sertipikat tersebut.

Di Indonesia sistem pendaftaran tanah masih menimbulkan polemik.Masih


banyak masyarakat Indonesia yang sukar untuk dapat mengatasi berbagai
permasalahan yang timbul saat pendaftaran tanah dengan baik.Sebagian besar
penduduk mengira masalah – masalah tersebut hanya dapat diselesaikan dengan
uang. Cara instan ataupun cepat dilakukan, mereka berpikir dengan semakin besar
mereka mengeluarkan uang maka akan semakin cepat pula penyelesaiannya.
Padahal sesuai kenyataan, cara yang diambil ini salah.
Kita sering mendengar adanya perselisihan perdata tentang kepemilikan
sebidang tanah. Contohnya adalah pada saat terjadinya proses peralihan hak atas
tanah. Para pihak yang akan melakukan peralihan hak atas tanah (jual beli tanah)
mendatangi kantor PPAT untuk membuat Akta Jual Beli (AJB), setelah semua
dokumen yang dibutuhkan telah lengkap, pihak PPAT akan melakukan
pemeriksaan/pengecekan terhadap keaslian sertifikat untuk memastikan
kesesuaian data teknis dan yuridis antara sertipikat tanah dengan buku tanah di 11
Kantor Pertanahan.
Pengecekan sertifikat hak atas tanah juga dilakukan PPAT untuk
memastikan bahwa tanah tersebut tidak dalam sengketa hukum, tidak sedang

8
dijaminkan, atau tidak sedang berada dalam penyitaan pihak berwenang. Akan
tetapi, kadang kala terdapat masalah yang terjadi yang menyebabkan peralihan
hak tidak dapat terjadi sebagaimana mestinya, meskipun pengecekan sertipikat
telah dilakukan dan dinyatakan “aman dan bersih”
Pelaksanaan pendaftaran tanah di indonesia menyebutkan untuk menjamin
kepastian hukum, pemerintah mengadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah
Republik Indonesia menurut ketentuan dalam peraturan pemerintah dalam pasal
19 ayat (1) tersebut dijelaskan bahwa tujuan pendaftaran tanah hanya untuk
kepentingan pemberian jaminan kepastian hukum. Pelaksanaan dari kegiatan
pendaftaran tanah tersebut, menurut pasal 19 ayat (1) UUPA di instruksikan
kepada pemerintah dengan maksud perencanaan, perorganisasian, pelaksanaan
dan pegawasan dari kegiatan pendaftaran tanah tersebut mencakup tentang
inisiatif, metode/cara, dana/biaya, sumber daya manusia dan sarana prasarana
dilakukan oleh pemerintah, dikenal kemudian dengan pendaftaran tanah
sistematik.
Dengan ditetapkannya 18 UUPA 19 ayat (1) pendaftaran tanah harus
diatur dalam peraturan pemerintah, maka peraturan pemerintah yang mengatur
penyelenggaraan pendaftaran ini mempunyai landasan yang kuat. Ditegaskan
dalam ayat (2) yang menetapkan ruang lingkup dari kegiatan pendaftaran tanah
tersebut,yakni bahwa pendaftaran tanah itu meliputi :
a) Pengukuran, Pemetaan dan Pembukuan tanah.
b) Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut.
c) Pemberian surat-surat tandak bukti hak,yakni sebagai alat bukti yang
kuat. Dengan demikian yang dimaksud dengan pendaftaran tanah dalam pasal 19
ayat (2) mengatur tentang ruang lingkup kegiatan kadaster dan ketentuan
pendaftaran hak. Oleh karena itu pendaftaran tanah sebelum berlakunya UUPA
mempunyai arti yang lebih sempit dari pendaftaran tanah yang dirumuskan dalam
pasal 19 ayat (2) UUPA 8.
B. Pendaftaran Tanah Untuk Pertama Kali.

8
Mandar Maju.2013.Hukum Pendaftaran Tanah hlm. 83

9
Secara formal, kewenangan Pemerintah untuk mengatur bidang pertanahan
tumbuh dan mengakar dari Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang menegaskan bahwa
bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara
untuk dipergunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kemudian
ditunaskan secara kokoh dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara 1960 – 104) atau
disebut juga Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA).
Selanjutnya merambat ke berbagai peraturan organik dalam bentuk
Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Peraturan Presiden dan Peraturan
yang diterbitkan oleh pimpinan instansi teknis di bidang pertanahan.Persyaratan
Pendaftaran Tanah Pertama Kali9
Sedangkan secara subtansional, kewenangan Pemerintah dalam mengatur bidang
pertanahan terutama dalam hal lalu lintas hukum dan pemanfaatan tanah,
didasarkan pada ketentuan Pasal 2 ayat (2) UUPA yakni dalam hal kewenangan
untuk mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan
pemeliharaan tanah termasuk menentukan dan mengatur hubungan-hubungan
hukum antara orang-orang dengan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai
tanah..10
Pentingnya mendaftarkan tanah tanah bagi masyarakat adalah memperoleh
kepastian hukum. Kepastian hukum merupakan perlindungan hukum terhadap
tindakan sewenang-wenang, yang berarti seseorang akan dapat memperoleh
sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu. Masyarakat mengharapkan
adanya kepastian hukum, karena dengan adanya kepastian hukum masyarakatakan
lebih tertib. Hukum bertugas menciptakan kepastian hukum karena bertujuan
ketertiban masyarakat.11
Persyaratan Pendaftaran Tanah Pertama Kali Pengakuan/Penegasan Hak
No. SK: 68.1/SK-62.71.UP/IX/2022

a. Bukti Alas Hak (wajib)

9
Mhd. Yamin Lubis dan Abd. Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran
10
Ibid
11
Sudikno Mertokusumo, MengenalHukum, suatu Pengantar, Yogyakarta 1988

10
b. Fotocopy Pajak Bumi dan Bangunan (wajib)
c. Surat Permohonan Pengukuran
d. Persil
e. Akta Jual Beli
f. Fotocopy Bea Perolehan Hak Tanah dan Bangunan
g. Fotocopy Surat Setoran Pajak/PPH
h. Fotocopy KTP/Identitas Pemohon (wajib)
i. Surat Permohonan Keringanan Biaya
j. Surat Kuasa Permohonan
k. Surat Keterangan Riwayat Tanah
l. Surat Pernyataan Penguasaan Fisik Bidang Tanah
m. Akta Pembagian Hak Bersama
n. Surat Bukti Perolehan Hak
o. Surat Keterangan Serba Guna

C. Asas Asas Pendaftaran Tanah

Pendaftaran hak atas tanah dan peralihan hak. Kegiatan pendaftaran tanah
ini dilaksanakan berdasarkan asas-asas pendaftaran tanah yaitu sederhana, aman,
terjangkau, mutakhir dan terbuka. Diharapkan dengan penerapan asas ini dapat
mempermudah akses bagi masyarakat yang akan mendaftarkan kepemilikan hak
atas tanahnya.
Pendaftaran hak atas tanah dianggap penting, sebab untuk menjamin
kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang tanah sehingga
menimbulkan rasa aman atas tanah yang ia kuasai. Selain itu juga untuk mencegah
gangguan-gangguan dari pihak yang tidak berkepentingan atau tidak berhak
Pasal 2 PP No. 24 Tahun 1997 menyatakan bahwa asas-asas pendaftaran
tanah yaitu Asas Sederhana, Asas Aman, Asas Terjangkau, Asas Mutakhir, Asas
Terbuka. Ada 2 (dua) macam sistem pendaftaran tanah yaitu sistem pendaftaran
akta (registration of deeds) dan sistem pendaftaran hak (registration of titles

11
Pelaksanaan kegiatan pendaftaran tanah meliputi pengukuran, perpetaan,
pembukuan tanah; pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut;
pemberian surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat

D. Prosedur Pendaftaran Tanah Secara Sistematik

Prosedur pendaftaran tanah secara sitematik menurut peraturan


pemerintah No. 24 Tahun 1997, adalah:
a. Adanya suatu rencana kerja. Pendaftaran tanah secara sistematik
didasarkan pada suatu rancana kerja dan dilaksanakan di wilayah-
wilayah yang ditetapkan oleh Menteri Negara Agraria (Kepala
Badan Pertahanan Nasional).12
b. Pembentukan Panitia Ajudikasi. Dalam melaksanakan
pendaftaran tanah secara sistematik, Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota dibantu oleh Panitia Ajudikasi yang dibentuk oleh
kepala Badan Pertanahan Nasional atau pejabat yang ditunjuk.13
c. Peraturan peta dasar pendaftaran Kegiatan pendaftaran tanah secara
sistematik dimulai dengan pembuatan peta dasar pendaftaran.
Untuk pembuatan peta pendaftaran, Badan Pertanahan Nasional
menyelenggarakan pemasangan, pengukuran, pemetaan, dan
pemeliharaab titik-titik dasar teknik nasional sebagai kerangka dasarnya.
Jika suatu daerah tidak ada atau belum ada titik-titik dasar teknik
nasional.
d. Penetapan badan bidang-bidang tanah Penetapan batas bidang tanah
diupayakan penataan batas berdasarkan kesepakatan para pihak yang
berkepentingan. Penetapan tanda-tanda batas termasuk termasuk
pemeliharaan wajib dilakukan oleh pemegang hak atas tanah yang
bersangkutan. Penetapan batas bidang tanah yang sudah dipunyai

12
Lihat, Pasal 13 Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah
13
Lihat, Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah

12
dengan sesuatu hak yang belum terdaftar atau yang sudah terdaftar tetapi
belum ada surat ukur/gambar situasinya atau surat ukur.
e. Pembuatan peta dasar pendaftaran. Bidang-bidang tanah yang sudah
ditetapkan batas-batasnya diukur dan selanjutnya dipetakan dalam peta
dasar pendaftaran.
f. Pembuatan daftar tanah. Bidang atau bidang-bidang tanah-tanah
yang sudah dipetakan atau membutuhkan nomor pendaftarannya pada
peta pendaftaran dibukukan dalam daftar tanah.
g. Pembuatan surat ukur. Bagi bidang-bidang tanah yang sudah diukur
serta dipetakan dalam peta pendaftaran, dibuatkan surat ukur unutk
keperluan pedaftaran haknya.
h. Pengumpulan dan penelitian data yuridis. Untuk keperluan pendaftaran
hak, atas tanah yang berasal dari konversi hak-hak lama dibuktikan
dengan alat-alat bukti mengenai adanya hak tersebut berupa
bukti-bukti tertulis. Keterangan saksi atau pernyataan yang
bersangkutan yang kadar kebenarannya oleh panitia Ajudikasi dianggap
cukup untuk mendaftar hak, pemegang hak dan hak-hak pihak
lain yang membebaninya.
i. Pengumpulan hasil penelitian data yuridis dan hasil pengukuran. Hasil
pengumpulan dan penelitian data yuridis beserta peta bidang
atau bidang-bidang tanah yang bersangkutan sebagai hasil
pengukuran diumumkan selama 30 hari untuk memberi kesempatan
kepada pihak yang berkepentingan mengajukan keberatan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

13
Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
Pemerimtahan secara terus menerus, berkesinambungan, dan teratur, meliputi
pengumpulan pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik
dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang bidang tanah
Pendaftaran Tanah selain berfungsi untuk melindungi si pemilik, juga berfungsi
untuk mengetahui status sebidang tanah, siapa pemiliknya, apa haknya, berapa
luasnya, untuk apa dipergunakan dan sebagainya
Pasal 2 PP No. 24 Tahun 1997 menyatakan bahwa asas-asas pendaftaran
tanah yaitu Asas Sederhana, Asas Aman, Asas Terjangkau, Asas Mutakhir, Asas
Terbuka. Ada 2 (dua) macam sistem pendaftaran tanah yaitu sistem pendaftaran
akta (registration of deeds) dan sistem pendaftaran hak (registration of titles
Pelaksanaan kegiatan pendaftaran tanah meliputi pengukuran, perpetaan,
pembukuan tanah; pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut;
pemberian surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat

B. Saran

Adapun dalah penyusunan makalah ini tentu jauh dari yang Namanya
sempurna,untuk itukami membuka seluas-luasnya peluang kepada pembaca
sekalian,dimana untuk memberikan saran dan kritik yang membangun,demi
keberlangsungan kepenulisan kami dalam kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

14
AP. Perllindungan, 1994. Pendaftaran Tanah di Indonesia, bandung :
mandar maju

Boedi Harsono,2005. Hukum Agraria Indonesia

http://asis.govt.ie, “Registering a deed at the land registry” diakses tanggal


11 Oktober 2017 22:30

J.B Daliyo dan kawan – kawan, 2001. Hukum Agraria I, Cetakan 5,


(Jakarta: Prehallindo

Maria S.W,Sumardjono.2001.Kebijakan Pertanahan antara Regulasi dan


Implementasi.jakarta.kompas.

Mandar maju.2013. Hukum Pendaftaran Tanah

Mhd. Yamin Lubis dan Abd Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran

Mark P. Thompson, 2001. Modern Land Law, First Published, New


York:Oxford University Press,

Pasal 13 Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang


Pendaftaran Tanah

Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang


Pendaftaran Tanah

Sudikno Mertokusumo, 1988 MengenalHukum, suatu Pengantar

15

Anda mungkin juga menyukai