Anda di halaman 1dari 45

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/

BADAN PERTANAHAN NASIONAL


KANTOR WILAYAH KALIMANTAN TENGAH

TUGAS AKHIR PELATIHAN DASAR CPNS 2021

TINJAUAN ATAS PENGUMPULAN DATA FISIK TANAH

DALAM KEGIATAN PENGUKURAN TANAH DI KALIMANTAN TENGAH

Diajukan oleh:
Richard, S.Si
199204082020121011

PELATIHAN DASAR CALON PNS GOLONGAN III


KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/
BADAN PERTANAHAN NASIONAL
TAHUN 2021
i
KATA PENGANTAR

Segala berkat, puji dan syukur diucapkan kepada nama Tuhan Yang Maha
Esa. Sehingga karena berkatnya, penulis dapat membuat rancangan aktualisasi
dengan judul “Tinjauan Atas Kegiatan Pengumpulan Data Fisik Tanah di Provinsi
Kalimantan Tengah ” untuk memenuhi persyatan diklat prajabatan CPNS
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada setiap orang yang telah
berkontribusi pada Tulisan ini, antar lain:
1. Papa dan Ibu, serta Koko yang telah menyemangati penulis
2. Bapak Rudi Hartanta, S.SIT , M.Si sebagai mentor penulis
3. Bapak Eka Jarang Mula, S.H sebagai Kepala Bidang Pengadaan dan
Pengembangan Kantor Provinsi Kalimantan Tengah
4. Ibu Maduharani, S.SIT, M.Si sebagai koordinator Subbidang Pengadaan Tanah
pada Bidang Pengadaan Tanah dan Pengembangan Kantor Wilayah Kalimantan
Tengah
5. Bapak Aprilius atas masukannya kepada penulis
6. Clara Damaiyanti, Edwin Maryoel, Dan Yuliana Citra Lativonia sebagai teman
sejawat
7. Seluruh pihak yang telah membantu dan berkontribusi atas tulisan ini.

Penulis menyadari banyaknya kekurangan pada draft aktualisasi ini. Karena


itu, penulis memohon kritik serta saran agar dapat memperbaiki tulisan ini.

Palangkaraya, 9 Agustus 2021

Richard, S.Si

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR .............................................................. II

KATA PENGANTAR ................................................................................................. III

DAFTAR ISI ................................................................................................................. V

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. VII

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang Penulisan ............................................................................ 1

B. Tujuan Penulisan.......................................................................................... 4

C. Pembatasan Masalah .................................................................................... 4

D. Metode Pengumpulan Data .......................................................................... 5

BAB II DATA DAN FAKTA........................................................................................ 6

A. Profil Unit kerja ........................................................................................... 6

A.1. Gambaran umum unit kerja.................................................................. 6

A.2 Tugas dan Fungsi Unit Kerja ................................................................ 9

B. Isu yang sudah berjalan.............................................................................. 10

BAB III LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN .............................................. 11

A. Landasan Teori........................................................................................... 11

B. Pembahasan................................................................................................ 26

BAB IV PENUTUP ..................................................................................................... 37

1. Kesimpulan ................................................................................................ 37

2. Saran .......................................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 39


v
DAFTAR GAMBAR

Gambar II. 1 Struktur Organisasi

Gambar II. 1 Struktur Kantor Wilayah BPN Kalimantan Tengah ................................................................................. 8

Gambar 3.1. gambaran mengenai metode pengeamatan GNSS dengan metode static. .......................................... 21

Gambar 3.2. gambaran mengenai pengukuran bidang tanah dengan metode pengamatan satelit post static ....... 23

Gambar 3.3. gambaran mengenai pengukuran bidang tanah dengan metode pengamatan satelit RTK .................. 24

Gambar 3.3. gambaran mengenai pengukuran bidang tanah dengan metode pengamatan satelit stop and go ...... 25

vii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan

Tanah adalah sebuah kata yag memiliki pengertian yang cukup luas. Dalam

pengertian umum, Tanah dapat diartikan sebagai bagian dari kulit bumi. Sedangkan

didalam UUPA 1960 pasal 4 ayat 1 mendefinisikan tanah sebagai permukaan bumi

dengan segala yang terkandung didalamnya dan diatasnya. Hal ini berarti juga

mencakup kekayaan alam yang ada didalamnya serta bangunan yanga ada di

atasnya. Menurut Undang Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 mengatakan bahwa

“Bumi, air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan

dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat”. Hal ini mendefinisikan

bahwa tanah secara yuridis dikuasai oleh negara. Negara sendiri akan memberikan

pembagian hak-hak penggunaan tanah kepada rakyat ataupun kepada badan usaha

berbadan hukum sesuai dengan keperluanya. Dalam mengatur hak-hak atas tanah,

maka negara membagikan hak-hak tersebut dalam sebuah sertifikat tanah yang berisi

mengenai data fisik bidang tanah maupun data yuridis bidang tanah.

Data fisik tanah memiliki pengertian sebagai keterangan mengenai letak,

batas, dan luas bidang tanah dan satuan rumah susun yang daftarkan termasut

ketereangan mengenai adanya bangunan atau bagian bangunan diatasnya (Peraturan

Pemerintah nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah). Untuk menegetahui


2

data data fisik tanah tersebut, maka dilakukan kegiatan survei kadastral di setiap

kegiatan pendaftaran tanah. Kegiatan pengumpulan dan pengolahan data fisik

meliputi kegiatan pengukuran dan pemetaan, termasuk di dalamnya adalah

pembuatan peta dasar pendaftaran, penetapan batas bidang-bidang tanah,

pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah dan pembuatan peta pendaftaran,

pembuatan daftar tanah, serta pembuatan Surat Ukur. Sebelum dilaksanakan

pengukuran, batas-batas tanah harus dipasang tanda batas dan ditetapkan batas

tanahnya melalui asas Contradictoire Delimitatie atau Kontradiktur Delimitasi. Asas

ini memiliki pengertian dimana ketika melakukan suatu pengukuran tanah, maka

seorang pemilik tanah yang akan didaftarkan tanahnya harus dapat dilihat batas

tanah tersebut yang ditunjukan dengan adanya tanda batas tanah berupa patok tanah.

Selain itu, untuk menunjukan kesesuaian batas tanah dengan aslinya, maka Setelah

penetapan tanda batas dan pemasangan tanda batas, pihak pemohon dan pihak yang

berbatasan membuat surat keterangan persetujuan penetapan batas serta pihak yang

berbatasan menandatangani lembar isian pendaftaran, yaitu lembar gambar ukur

setelah kegiatan pengukuran batas tanah. Surat keterangan persetujuan penetapan

tanda batas serta lembaran gambar ukur ini digunakan sebagai tanda bukti bahwa

asas Kontradiktur Delimitasi dipenuhi pada saat penetapan batas dan pengukuran.

Survei kadastral yaitu suatu kegiatan survei yang bertujuan untuk

memperoleh gambar batas dari dua buah bidang tanah atau mengetahui luas bidang

tanah. Kegiatan ini berhubungan dengan kegiatan pengambilan data fisik lahan

dalam kegiatan pendaftaran tanah. Sedangkan pengukuran kadastral adalah Menurut

Peraturan Mentri Agraria no 3 tahun 1997 mengenai pengukuran, maka wewenang


3

survei dan pengukuran kadastral untuk luasan lebih sempit dari 10 Ha menjadi

wewenang kantor pertanahan, antara 10 Ha hingga 100 Ha menjadi wewenang

kantor wilayah, dan wewengan Kementerian Agraria dan Tata Ruang untuk

pengukuran diatas 100 Ha.

Kegiatan pengukuran pertanahan yang dilakukan di Provinsi Kalimntan

Tengah memiliki berbagai kendala lapangan dalam penentuan data fisik bidang

tanah dan data yuridis bidang tanah. Kendala di lapangan yang ditemui dalam

kegiatan pengukuran bidang tanah di Kalimantan Tengah adalah cenderung pada

permasalahan teknis yang disebabkan pada beberapa factor, antara lain adalah

sebagai berikut ini:

A. tidak adanya batas bidang tanah saat pengukuran lapangan. Mengingat akan hal

ini, umumnya pengukuran tanah yang tidak memiliki batas tanah yang jelas tidak

dapat dilakukan karena kendala dari pemohon tanah.

B. pemilik tanah yang berbatasan dengan pemohon pengukuran tanah sering tidak

berada di tempat. Alasan ini dikarenakan luasnya tanah yang ada di Provinsi

kalimatan Tengah. Hal ini mengakibatkan sulitnya penandatanganan surat

keterangan permohonan persetujuan penetapan batas serta penanda tanganan

gambar ukur sebagai bagian pengisian pendaftaran.

C. Pemilihan metode pengukuran yang tepat menyesuaikan keadaan fisik tanah

daerah pengukuran yang dipilih. Metode pengukuran ini mencakup penggunaan

alat pengukuran di lapangan serta metode pengambilan data di lapangan. Hal ini

dikarenakan keterbatasan metode lapangan


4

Makalah ini disusun untuk meninjau permasalahan survei pengukuran kadastral

tersebut sebagai upaya untuk memaksimalkan keakuratan data dengan memilih

metode yang tepat dalam kegiatan pengukuran pendaftaran tanah.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan penulis dalam menulis karya tulis ini diantaranya:

1. Menambah wawasan penulis tentang pengumpulan data yuridis tanah ketika

melakukan pengukuran tanah di lapangan.

2. Sebagai salah satu syarat untuk menjadi penata kadastral di lingkungan

Kementerian Agraria dean Tata Ruang/ Badan pertanahan Nasional.

3. Melakukan analisis Tinjauan dan analisis terhadap permasalahan yang sering

munsul di lapangan dalam kegiatan pengukuran tanah, utamanya dalam

pengumpulan data fisik tanah.

C. Pembatasan Masalah

Tinjauan Atas Kegiatan Pengumpulan Data Fisik Tanah di Provinsi

Kalimantan Tengah memiliki cakupan yang cukup luas dan komprehensif sehingga

penulis menyadari perlu adanya pembatasan ruang lingkup / masalah dalam

penulisan tugas akhir ini. Maka dari itu, penulis hanya membatasi permasalahan

kesesuaian data batas tanah dan hasil titik koordinat batas tanah yang didapat di
5

lapangan. Kesesuaian data fisik yang dimaksudkan dalam makalah ini adalah

mengenai letak tanah secara administrasi, batas bidang tanah serta luas bidang tanah

dan keberadaan bangunan yang terdapat diatas tanah tersebut. Makalah inimakan

membahas mengenai 2 permasalahan utama yang sering muncul pada saat

pelaksanana pengukuran kadastral, yaitu permaslahan pemilik tanah yang berbatasan

tidak hadir saat pengukuran serta pemilihan metode yang tepat dan efisien

D. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data-data yang relevan, penulis menggunakan metode yaitu:

1. Metode Kepustakaan/ studi literatur dengan mempelajari pustaka-pustaka yang

dianggap relevan dengan judul penulis. Setidak-tidaknya terdapat beberapa beberapa

literatur yang digunakan oleh penulis. Literatur yang menjadi acuan dalam

penyususnan makalah ini dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu sebagai berikut ini.

a) Peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan masalah pengukuran

kadastral dan pendaftaran tanah

b) Buku-buku pembelajaran mengenai ilmu ukur tanah /pengukuran kadastral

c) Jurnal-jurnal penelitian yang memiliki hubungan dengan pengukuran kadastral

2. Metode wawancara mendalam dengan mentor penulis maupun dengan pihak yang

lebih memahami survei kadastral . Dalam hal ini, penulis berkonsultasi dengan

Bidang Survei dan Pemetaan di Kantor Wilayah Kalimantan Tengah.


6

BAB II

DATA DAN FAKTA

A. Profil Unit kerja

A.1. Gambaran umum unit kerja.

Penulis ditempatkan di lingkungan kerja Kantor kementerian Agraria dan Tata


Ruang/ Badan Pertanahan Nasional Kantor Wilayah Kalimantan Tengah di Bidang
Pengadaan Tanah dan Pengembangan. Jabatan penulis saat ini adalah sebagai Analis
Survey, Pengukuran dan Pemetaan/ Penata Kadastral di bidang Pengadaan Tanah
dan Pengembangan.
Visi Kementrian ATR/BPN pada tahun 2021 ini adalah: “Terwujudnya
Pelayanan Informasi Publik yang sesuai dengan Peraturan Komisi Informasi Nomor
1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik dan akuntabel dalam
pemenuhan hak atas Informasi bagi publik” . Sedangkan misi Kementrian ATR BPN
pada tahun 2021 ini ada 4, yatu sebagai berikut ini.

1. Meningkatkan pelayanan informasi publik yang sesuai dengan Peraturan Komisi


Informasi Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik yang
efektif dan efisien serta akuntabel.

2. Meningkatkan pelayanan informasi untuk menghasilkan layanan yang


berkualitas.

3. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia.

4. Menguatkan koordinasi antar penyedia informasi publik di lingkungan


Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional.

(https://ppid.atrbpn.go.id/bpn/page/index/visi-dan-misi-ppid)

Dikutip dari halaman https://www.atrbpn.go.id/?menu=sekilas dalam


pelaksaanaan tugas pertanahan tersebut, Kementeriaan ATR/BPN memiliki beberapa
fungsi, antara lain adalah sebagai berikut ini.
7

1. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang tata ruang,


infrastruktur keagrariaan/pertanahan, hubungan hukum keagrariaan/pertanahan,
penataan agraria/pertanahan, pengadaan tanah, pengendalian pemanfaatan ruang
dan penguasaan tanah, serta penanganan masalah agraria/pertanahan,
pemanfaatan ruang, dan tanah.
2. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi
kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional.
3. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
4. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional.
5. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional di daerah.
6. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi
di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.

Struktur organisasi yang terdapat pada Kantor Wilayah Badan Pertanahan


Nasional Kalimantan Tengah tidak memiliki perbedaan dengan kantor wilayah
lainnya. Saat ini, Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional Kalimantan Tengah dijabat oleh Bapak Elijas B.
Tjahyadi (NIP: 196704141993101001). Mengenai struktur jabatan secara detail,
dapat dilihat pada gambar nomor 1 di bawah ini.
8

Gambar II. 1 Struktur Organisasi Badan Pertnahan Nasional Kantor Wilayah

Kalimantan Tengah

Sumber: dokumentasi pribadi.

Sebagaimana telah dikutip pada subbab sebelumnya, sebuah kantor wilayah


dipimpin oleh seorang Kepala Kantor Wilayah. Dan dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya, sebuah kantor wilayah dibagi menjadi 1 bagian Tata Usaha dan
5 bidang pelayanan, yaitu:
1. Bidang Survei dan Pemetaan, dengan Kepala Bidang Bapak Yono Cahyono, S.T.
M.Si. (1978032820003121005)
2. Bidang Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah dengan Kepala Bidang Bapak
Agus Murdani, S.H, M.H (196408241987021001)
3. Bidang Penataan dan Pemerdayaan dengan Kepala Bidang Bapak Julius Tigor
H.H. SD.H, MPA, M.H (1968070819931006)
4. Bidang Pengadaan Tanah dan Pengembangan dengan Kepala Bidang Bapak Eka
Jarang Mula, S.H ( 1964091119920310004)
5. Bidang Penegndalian dan Penanganan Sengketa dengan Kepala Bidang Ibu Febe,
Shinley R. S.H (19680225199232008).
9

Sedangkan Kepala Bagian Tata Usaha BPN Kantor Wilayah Kalimantan Tengah

dijabat oleh Bapak Ferry Saragih S.Sit, M.H (1972121993011002).

A.2 Tugas dan Fungsi Unit Kerja

Saat ini penulis ditempatkan di Bidang Pengadaan Tanah dan Pengembangan


Kantor Wilayah Kalimantan Tengah sebagai Analis survei pengukuran dan
pemetaan . Bidang ini dikepalai oleh bapak Eka Jarang Mula, S.H. Tugas bidang ni
adalah melakukan pengoordinasian, pembinaan dan pelaksanaan pengadaan dan
pencadanga tanah, konsolidasi tanah, serta penilaian tanah dan ekonomi pertanahan.
Analis Survei, Pengukuran dan Pemetaan adalah sebuah jabatan funsional
dalam Kementrian ATR/BPN. Tugas yang dilakukan oleh jabatan funsional tersebut
berdasarkan lampiran V PERMEN ATR/BBPN nomor 18 tahun 2015 adalah
Menelaah dan menganalisis bahan kendali mutu survei pengukuran dan pemetaan.
Sedangkan Tugas yang dimiliki oleh jabatan Analis Survei, Pengukuran dan
Pemetaan adalah sebagai berikut ini.
1. Menyusun bahan usulan rencana dan kegiatan di bidang survei, pengukuran dan
pemetaan;
2. Menyusun bahan rencana dan jadwal pengukuran;
3. Melaksanakan pengukuran di lapangan;
4. Melakukan kontrol kualitas terhadap hasil pengukuran;
5. Melakukan kontrol kualitas terhadap hasil pemetaan;
6. Laporan kegiatan survei, pengukuran dan pemetaan; dan
7. Konsep naskah kedinasan tentang survei, pengukuran dan pemetaan.

Dikarenakan hal yang diangkat oleh penulis ini lebih dekat dengan tugas dan fungsi
dari Bidang Survei dan Pemetaan, maka mengutip dari Peraturan Menteri Agraria
dan Tata Ruang/ Badan pertanahan Nasional no 17 tahun 2020, maka tugas dari
Bidang Survei dan Pemetaan adalah melaksanakan pengordinasian, pembinaan, dan
pelaksanaan pengukuran dan pemetaaan bidang dan ruang, pemeliharaan kerangka
10

dasar kadastral nasional, pengukuran dan pemetaan dasar, survei dan pemetaan
tematik bidang dan Kawasan pertanahan dan ruang serta tenaga teknis dan surveyor
berlisensi

B. Isu yang sudah berjalan

Dalam kegitan survei dan pengukuran kadastral yang saat ini sedang berjalan,

terdapat berapa isu dan permasalahan yang dihadapi di Kalimantan Tengah. Hal ini

antara lain adalah sebagai berikut ini.

1. pemilik tanah yang berbatasan dengan pemohon pengukuran tanah sering

tidak berada di tempat. Alasan ini dikarenakan luasnya tanah yang ada di

Provinsi kalimatan Tengah. Hal ini mengakibatkan sulitnya

penandatanganan surat keterangan permohonan persetujuan penetapan

batas serta penanda tanganan gambar ukur sebagai bagian pengisian

pendaftaran. Hal ini mengakibatkan sulitnya asas Kontradiktur

Delimitasi.

2. permasalahan faktor alam, dikarenakan penggunaan tanah di Provinsi

Kalimatanan Tengah cenderung didominasi oleh hutan. Sehingga

kedetilan penguran dengan menggunakan gps geodetic .


11

BAB III
LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN
A. Landasan Teori

1. Konsep dasar pendaftaran tanah

Kegiatan pendaftaran tanah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Tahun 19997. Dalam peraturan pemerintah ini, terdapat beberapa definisi yang

berhubungan dengan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.

a. Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah

secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan,

pengo-lahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data

yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan

satuansatuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi

bidangbidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah

susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.

b. Bidang tanah adalah bagian permukaan bumi yang merupakan satuan bidang

yang berbatas.

c. Data fisik adalah keterangan mengenai letak, batas dan luas bidang tanah dan

satuan rumah susun yang didaftar, termasuk keterangan mengenai adanya

bangunan atau bagian bangunan di atasnya.

d. Data yuridis adalah keterangan mengenai status hukum bidang tanah dan satuan

rumah susun yang didaftar, pemegang haknya dan hak pihak lain serta

bebanbeban lain yang membebaninya.


12

e. Ajudikasi adalah kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka proses pendaftaran

tanah untuk pertama kali, meliputi pengumpulan dan penetapan kebenaran data

fisik dan data yuridis mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah

untuk keperluan pendaftarannya.

f. Pemeliharaan data pendaftaran tanah adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk

menyesuaikan data fisik dan data yuridis dalam peta pendaftaran, daftar tanah,

daftar nama, surat ukur, buku tanah, dan sertipikat dengan perubahan-perubahan

yang terjadi kemudian.

g. Titik dasar teknik adalah titik yang mempunyai koordinat yang diperoleh dari

suatu pengukuran dan per-hitungan dalam suatu sistem tertentu yang berfungsi

sebagai titik control atau titik ikat untuk keperluan pengukuran dan rekonstruksi

batas.

h. Peta dasar pendaftaran adalah peta yang memuat titik-titik dasar teknik dan

unsur-unsur geografis, seperti sungai, jalan, bangunan dan batas fisik

bidangbidang tanah.

i. Peta pendaftaran adalah peta yang menggambarkan bidang atau bidang-bidang

tanah untuk keperluan pem-bukuan tanah.

j. Surat ukur adalah dokumen yang memuat data fisik suatu bidang tanah dalam

bentuk peta dan uraian.

k. Buku tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data yuridis dan

data fisik suatu obyek pendaf-taran tanah yang sudah ada haknya.
13

Pendaftaran tanah

Dalam peraturan pemerintah tersebut pada pasal 11 menjelaskan mengenai kegiatan

pelaksanaan pendaftaran tanah yang terdiri dari kegiatan pendaftaran tanah pertama

kali dan kegiatan pemeliharaan data pendaftaran tanah. Lebih lanjut, dalam pasal 12

menjelaskan kegiatan-kegiatan pendafyaran tanah. Adapun kegiatan tersebut adalah

sebagai berikut ini.

(1) Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali meliputi : a. pengumpulan dan

pengolahan data fisik; b. pembuktian hak dan pembukuannya; c. penerbitan

sertipikat; d. penyajian data fisik dan data yuridis; e. penyimpanan daftar umum dan

dokumen.

(2) Kegiatan pemelihaan data pendaftaran tanah meliputi : a. pendaftaran peralihan

dan pembebanan hak; b. pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah lainnya.

Pengumpulan data dan pengolahan data fisik tanah

Bagian kedua peraturan pemerintah ini menjabarkan hal-hal yang berhubungan

dengan pengumpulan data dan pengolahan data fisik. Dalam Pasal 14 ayat 1

dikatakan bahwa untuk keperluan pengumpulan dan pengolahan data fisik dilakukan

kegiatan pengukuran dan pemetaan. Sedangkan pada ayat ke dua menjelaskan

kegiatan pengukuran dan pemetaan ini mecakup pembuatan peta dasar pendaftaran,

penetapan batas bidang-bidang tanah, pengukuran dan pemetaan bidang-bidang


14

tanah dan pembuatan peta pendaftaran; pembuatan daftar tanah, dan pembuatan surat

ukur.

Kegiatan peta dasar yang dimaksudkan di pasal 13 ayat 1 dimulai dengan pembuatan

peta dasar pendaftaran. (2) Di wilayah-wilayah yang belum ditunjuk sebagai wilayah

pendaftaran tanah secara sistematik oleh Badan Pertanahan Nasional diusahakan

tersedianya peta dasar pendaftaran untuk keperluan pendaftaran tanah secara

sporadik.

Pembuatan peta dasar pendaftaran tanah

Pasal 16 mengatur mengenai pembuatan peta dasar pendaftaran . Dalam pasal ini

menyebutkan bahwa pengukuran dan pembuatan peta dasar pendaftaran tanah harus

diikatkan dengan titik-titik dasar teknik nasional sebagai kerangka dasar-nya.

Sedangkan jika di suatu daerah tidak ada atau belum ada titik-titik dasar teknik

nasional maka dalam melaksanakan pengukuran untuk pembuatan peta dasar

pendaftaran dapat digunakan titik dasar teknik lokal yang bersifat sementara, yang

kemudian diikatkan menjadi titik dasar teknik nasional. Selain itu Paragraf 4 Pasal

20 Pembuatan Peta Pendaftaran. Pada ayat pertama menyatakan bahwa bidang-

bidang tanah yang sudah ditetapkan batas-batasnya diukur seperti dalam pasal 17,

18, dan 19 harus diukur dan selanjutnya dipetakan dalam peta dasar pendaftaran.

Jika dalam wilayah pendaftaran tanah secara sporadik belum ada peta dasar

pendaftaran, maka dapat digunakan peta lain sepanjang peta tersebut memenuhi
15

syarat untuk pembuatan peta pendaftaran. Sedangkan jika dalam wilayah dimaksud

belum tersedia peta dasar pendaftaran maupun peta lainnya pembuatan peta dasar

pendaftaran dilakukan bersamaan dengan pengukuran dan pemetaan bidang tanah

yang bersangkutan.

Penetapan bidang-bidang tanah

Paragraf 3 Pasal 17 mengatur mengenai penetapan batas bidang-bidang tanah. Pasal

ini menyatakan bahwa untuk memperoleh data fisik yang diperlukan bagi

pendaftaran tanah, bidang-bidang tanah yang akan dipetakan diukur, setelah

ditetapkan letaknya, batas-batasnya dan menurut keperluannya ditempatkan tanda-

tanda batas di setiap sudut bidang tanah yang bersangkutan. Dalam penetapan batas

bidang tanah pada pendaftaran tanah perlu diupayakan penataan batas berdasarkan

kesepakatan para pihak yang berkepentingan, yaitu pihak-pihak yang memiliki tanah

yang berbatasan dengan tanah yang didaftarkan dengan penempatan tanda-tanda

batas dan pemeliharaannya wajib dilakukan oleh pemegang hak yang bersangkutan.

Lebih lanjut dalam pasal 18 mericikan mengeanai penetapan batas bidang tanah

yang sudah dipunyai dengan suatu hak yang belum terdaftar atau yang sudah

terdaftar tetapi belum ada surat ukur/gambar situasinya atau surat ukur/gambar

situasi yang ada tidak sesuai lagi dengan keadaan yang sebenarnya dilakukan oleh

Panitia Ajudikasi dalam pendaftaran tanah secara sporadik, berdasarkan penunjukan

batas oleh pemegang hak atas tanah yang bersangkutan dan sedapat mungkin
16

disetujui oleh para pemegang hak atas tanah yang berbatasan. Persetujuan ini

dibuktikan dengan ditandatanganinya suatu berita acara oleh mereka yang

memberikan prsetujuan sertapenetapan batas-batas bidang tanah harus

memperhatikan batas-batas bidang atau bidang-bidang tanah yang telah terdaftar

dan surat ukur atau gambar situasi yang bersangkutan

Pasal 19 berbicara mengenai penetapan batas bidang tanah yang diukur pada tanah

yang terjadi sengketa batas bidang tanah. Pada ayat pertama menyatakan jika dalam

penetapan batas bidang tanah tidak diperoleh kesepakatan antara pemegang hak atas

tanah yang bersangkutan dengan pemegang hak atas tanah yang berbatasan,

pengukuran bidang tanahnya diupayakan untuk sementara dilakukan berdasarkan

batas-batas yang menurut kenyataannya merupakan batas-batas bidang-bidang tanah

yang bersangkutan. Jika pada waktu yang telah ditentukan pemegang hak atas tanah

yang bersangkutan atau para pemegang hak atas tanah yang berbatasan tidak hadir

setelah dilakukan pemanggilan, pengukuran bidang tanahnya, untuk sementara

dilakukan sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1.

Ketua Panitia Ajudikasi dalam pendaftaran tanah secara sistematik atau oleh Kepala

Kantor Pertanahan dalam pendaftaran tanah secara sporadik membuat berita acara

mengenai dilakukannya pengukuran sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dan ayat (2), termasuk mengenai belum diperolehnya kesepakatan batas atau

ketidakhadiran pemegang hak atas tanah yang bersangkutan. Dalam gambar ukur

sebagai hasil pengukuran sementara harus dibubuhkan catatan atau tanda yang
17

menunjukkan bahwa batas-batas bidang tanah tersebut baru merupakan batas-batas

sementara. Data ini dapat disesuaikan dengan hasil musyawarah antara pihak yang

bersengketa batas atau hasi pengadilan jika pengadilan telah memberikan hasil

putusan sengketa.

Pembutan Daftar tanah dan ukur

Paragraf 5 pasal 21 menjelaskan tentang pembuatan Daftar Tanah. Dalam Pasal ini

Bidang atau bidang-bidang tanah yang sudah dipetakan atau dibubuhkan nomor

pendaftarannya pada peta pendaftaran dibukukan dalam daftar tanah.

Paragraf 6 Pasal 22 ayat 1 menjelaskan mengenai surat ukur. Pasal ini menyatakan

menyatakan bahwa bidang-bidang tanah yang telah diukur serta dipetakan dalam

bidang pendataran dibuatkan surat ukur untuk keperluan haknya. Sedangkan wilayah

yang belum tersedia peta pendaftaran maka surat ukur dibuat dari hasil pengukuran

bidang tanah sebagaimana yang ditulis pada pasal 22 ayat 2.

2. Metode pengukuran tanah

Sesuai dengan petunjuk teknis PTSL, pengukuran bidang tanah secara

sistematis adalah proses pemastian letak batas bidang-bidang tanah yang terletak

dalam satu atau beberapa desa/kelurahan atau bagian dari desa/kelurahan atau lebih

dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah secara sistematis. Sedangkan

untuk pemetaan bidang tanah adalah kegiatan pengolahan data dan penggambaran

hasil pengukuran bidang-bidang tanah dengan suatu metode tertentu pada media
18

tertentu. Hal ini mengakibatkan letak dan ukuran bidang tanahnya dapat diketahui

dari media tempat pemetaan bidang tanah tersebut.

Pelaksanaan pengukuran bidang tanah terdiri dari pengukuran bidang-bidang

tanah yang belum terdaftar maupun bidang-bidang tanah yang telah terdaftar dengan

metode-metode yang ditentukan. Terdadapt 4 buah metode yang dapat digunakan

dalam kegiatan pengukuran bidang tanah, yaitu metode terrestrial, metode

fotogrametris, metode pengamatan satelit dan kombinasi dari beerapa metode yang

telah disebutkan. Adapun penjelasan mengenai metode pelaksanaan kegiatan

pengukuran dan pemetaan bidang tanah sebagai berikut ini.

1. Metode Terestris

Metode terestris dilakukan berdasarkan pengukuran dan pengamatan yang semuanya

dilakukan di permukaan bumi . Pengukuran bidang tanah dengan metode terestris

adalah pengukuran secara langsung di lapangan dengan cara mengambil data ukuran

sudut dan jarak yang dikerjakan dengan teknik-teknik pengambilan data trilaterasi

(jarak), triangulasi (sudut) atau triangulaterasi (sudut dan jarak) dengan

menggunakan alat pita ukur, dan Total Station.

2. Metode fotografmetris

Secara umum, pengertian metode fotogrametri dapat diartikan sebagai metode

pengambilan data yang memamfaatkan ilmu fotogrametri dalam menentukan letak


19

dan luas bidang tanah. Fotogrametri sendiri adalah ilmu, teknologi, dan rekayasa

yang bersumber dari cara pengolahan data hasil rekaman dan informasi, baik dari

citra fotografik maupun dari non fotografik; untuk tujuan pemetaan rupa bumi serta

pembentukan basis data bagi keperluan rekayasa tertentu (Wahyono, 2017). Metode

ini memiliki beberapa kriteria yaitu:

a. Pengukuran dilakukan dengan cara melakukan identifikasi batas bidang-

bidang tanah dengan menggunakan peta foto atau peta garis hasil

fotogrametris dan menarik garis ukur (deliniasi) untuk batas bidang tanah

yang jelas dan memenuhi syarat. Metode ini hanya dapat dilaksanakan untuk

daerah terbuka, non-pemukiman, non-komersial, non-industri. Untuk garis

batas bidang tanah yang tidak dapat diidentifikasi dilakukan dengan

pengukuran tambahan di lapangan (suplesi).

b. Jumlah jumlah sisi minimal bidang tanah yang diukur. Jumlah sisi minimal

bidang tanah yang diukur tersebut minimal 1 sisi bidang tanah untuk skal

foto udara paling besar dari 1: 2. 500, sedangkan skala citra yang lebih kecil

dari 1:2.500 diperlukan pengukuran pada tiap-tiap sisi bidang tanah.

c. Pembuatan skala peta kerja pengukuran perlu memperhatikan resolusi

spasial yang dimiliki oleh skala citra, dimana skala peta kerja harus lebih

kecil daripada resolusi spasial citra yang digunakan.

Mengingat citra dengan resolusi spasial yang lebih besar dari skala peta bidang tanah

sangat jarang yang lebih dari 1:500 dan1:1000, maka metode ini umumnya pada

umumnya digunakan dalam pengukuran pendaftaran HGU serta tanah pertanian.


20

3. Metode Pengamatan Satelit

Pengukuran bidang tanah dengan metode pengamatan satelit adalah pengukuran

dengan menggunakan sinyal-sinyal gelombang elektromagnetik yang dipancarkan

dari minimal 4 satelit menggunakan alat GNSS (global navigation satellite system).

GNSS merupakan suatu sistem satelit yang terdiri dari konstelasi satelit yang

menyediakan informasi waktu dan lokasi, memancarkan macam-macam sinyal

dalam bentuk frekuensi secara terus menerus, yang tersedia di semua lokasi di atas

permukaan bumi. GNSS memiliki peranan penting dalam bidang navigasi.

(UNOOSA, 2011)

Ketelitian posisi yang didapatkan dari pengukuran metode pengamatan satelit ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut ini.

1. Keakuratan data Akurasi data bergantung pada tipe data yang digunakan,

kualitas receiver, tingkat kesalahan dan bias.

2. Geometri satelit bergantung pada jumlah satelit, lokasi dan distribusi satelit,

lamanya sesi pengamatan.

3. Metode penentuan posisi Bergantung pada metode yang diambil, apakah itu

absolut, diferensial, serta jumlah titik referensi

4. Strategi pemrosesan data apakah secara real-time, post-processing, kontrol

kualitas, perataan jaringan, dan sebagainya. (Sasmito, Bandy, dkk. 2017)


21

Wahyono dan Suhattanto (2019) menjabarkan bebrapa metode yang umumnya

digunakan dalam pengukuran bidang tanah . Beberapa metode tersebut adalah

metode static, metode posted static, metode real time kinematic (RTK) serta metode

stop and go. Adapun metode penjabaran mengenai metode-metode tersebut adalah

sebagai berikut ini

a. Metode static

Pada metode pengukuran ini titik yang akan ditentukan posisinya tidak bergerak,

pengamatan yang dilakukan bisa secara absolute maupun diferensial, data

pengamatan bisa menggunakan pseudorange dan/atau phase yang selanjutnya

dilakukan pengolahan data setelah pengamatan (post process), keandalan dan

ketelitian yang diperoleh cukup tinggi yaitu di orde milimeter sampai centimeter,

dan biasanya digunakan untuk penentuan titik-titik kontrol survey pemetaan

maupun survey geodetik. Adapun mengenai gambaran metode statis dapat dilihat

pada gambar 3.1 di bawah ini.

Gambar 3.1. gambaran mengenai metode pengeamatan GNSS dengan

metode static.

Sumber: Wahyono, 2019


22

b. Metode post static

Metode pengukuran statik singkat ini dilakukan dengan sesi pengamatan yang

lebih singkat (5-20 menit), prosedur pengumpulan data di lapangan sama dengan

pengukuran statik, lama pengamatan tergantung pada panjang baseline, jumlah

satelit, serta geometri satelit pengamatan ini berbasiskan metode pengamatan

diferensial dengan menggunakan data phase. Persyaratan mendasar adalah

penentuan ambiguitas phase secara cepat sehingga menuntut penggunaan piranti

lunak pemroses data GNSS yang andal dan canggih. Pada saat melakukan

pengukuran di lapangan memerlukan kondisi satelit geometri yang baik, tingkat

bias dan kesalahan data yang relatif rendah, serta lingkungan yang relatif tidak

menimbulkan multipath, selain itu alat GNSS yang digunakan diharapkan

mempunyai data dual frekuensi. Ketelitian relatif posisi titik yang diperoleh

adalah dalam orde centimeter, pengukuran statik singkat ini diantaranya

digunakan untuk survey pemetaan dengan orde tidak terlalu tinggi, perapatan

titik dan survey rekayasa. Adapun mengenai gambaran mengenai pengamatan

dengan metode post statis ini dapat dilihat pada gambar 3.2. di halaman 22
23

Gambar 3.2. gambaran mengenai pengukuran bidang tanah dengan metode

pengamatan satelit post static

Sumber: Wahyono, 2019

c. Metode Real Time kinematic

Pada metode pengukuran kinematik ini titik-titik yang akan ditentukan posisinya

bergerak (kinematik). Pengamatan ini bisa dilakukan secara absolut maupun

diferensial dengan menggunakan data pseudorange dan/atau phase. Hasil

penentuan posisi nya bisa diperlukan saat pengamatan (real-time) ataupun

sesudah pengamatan (post-processing), untuk pengamatan diferensial secara

realtime diperlukan komunikasi data antara stasiun referensi dengan receiver

yang bergerak. Penentuan posisi kinematik secara teliti memerlukan penggunaan

data phase dengan penentuan ambiguitas phase secara on-the-fly. Penggunaan

metode kinematik biasanya dilakukan untuk navigasi, pemantauan (surveilance),

guidance, fotogrametri, airborne gravimetry, survei hidrografi dan lain-lain.

Adapun mengenai gambaran pengukuran bidang tanah dengan metode

pengamatan satelit RTK dapat dilihat pada gambar 3.3. di bawah ini.
24

Gambar 3.3. gambaran mengenai pengukuran bidang tanah dengan metode

pengamatan satelit RTK

Sumber: Wahyono, 2019

d. Metode stop and go

Metode pengukuran ini dilakukan pergerakan alat GNSS sebagai rover dan stop

selama beberapa puluh detik dari titik ke titik dinamakan juga survey semi

kinematic, metode ini mirip dengan pengukuran kinematik, hanya titik yang akan

ditentukan posisinya tidak bergerak dan alat GNSS diam beberapa saat di titik

tersebut. Pelaksanaan metode ini perlu memperhatikan ambiguitas phase pada

titik awal harus ditentukan sebelum alat GNSS rover bergerak, untuk

mendapatkan tingkat ketelitian berorde centimeter. Metode ini memiliki

karakteristik Rover yang bergerak dan stop dari titik ke titik selama beberapa

saat hingga puluhan detik. Metode ini miripdengan metode kinematic, hanya

posisi titik yang akan ditentukan posisinya diam dan receiver diam beberapa saat.

Ambiguitas fase pada titik awal harus ditentukan (Inisiasi) sebelum receiver
25

bergerak, untuk mendapatkan ketelitian sampai fraksi cm. Selama pergerakan

antar titik, receiver harus selalu mengamati sinyal GPS (tidak boleh loose). Jika

selama pengukuran terjadi cycle slip, receiver harus kembali ke titik sebelumnya

untuk inisialisasi lagi kemudian baru bergerak. Dasar penentuan posisi dalam

metode ini adalah Differensial Positioning. Trajectori dari moving receiver antar

titik tidak diperlukan meskipun teramati. Metode ini memerlukan piranti lunak

khusus untuk memroses data hasil pengamatan. Untuk mendapatkan kualitas

hasil yang baik maka geometri satelit harus baik dengan tingkat bias dan

kesalahan rendah dan tidak ada multipath. Penentuan posisi dapat dilaksanakan

secara real time atau post prosessing. Adapun mengenai gambaran pengamatan

dnegan metode stop and go dapat dilihat pada gamabr 3.4. di bawah ini.

Gambar 3.3. gambaran mengenai pengukuran bidang tanah dengan metode

pengamatan satelit stop and go

Sumber: Wahyono, 2019


26

B. Pembahasan

Subbab kali ini penulis akan fokus membahas mengenai 2 pokok

permasalahan yang telah dipaparkan oleh penulis. Permasalahan ini adalah sebagai

berikut ini.

a. Pemilik tanah yang berbatasan dengan tanah yang diukur tidak berada di tempat

b. Pemilihan metode pengukuran tanah ketika pengukuran kadastral.

Adapun pembahasan ini adalah sebagai berikut ini.

1. Upaya pemenuhan Asas kontradiktur delimitasi

Sebagaimana yang telah ditulis sebelumnya oleh penulis dalam Bab 1 dan

dalam landasan teori, dalam kegiatan pengukuran bidang tanah perlu memenuhi asas

kontradiktur delimitasi, dimana para pihak-pihak yang berkepentingan perlu

menyepakati batas tanah yang jelas anatara tanah milik mereka. Kegiatan

pengumpulan dan pengolahan data fisik meliputi kegiatan pengukuran dan

pemetaan, termasuk di dalamnya adalah pembuatan peta dasar pendaftaran,

penetapan batas bidang-bidang tanah, pengukuran dan pemetaan bidang-bidang

tanah dan pembuatan peta pendaftaran, pembuatan daftar tanah, serta pembuatan

Surat Ukur. Pengukuran dan pemetaan yang dimaksud adalah dilaksanakan bidang

demi bidang demi satuan wilayah desa/kelurahan. Sebelum dilaksanakan


27

pengukuran, batas-batas tanah harus dipasang tanda batas dan ditetapkan batas-

batasnya melalui asas Kontradiktur Delimitasi

Tahapan meletakkan tanda batas ini harus disaksikan oleh pejabat atau

aparat yang mengetahui atau memiliki data para pemilik tanah yang berbatasan. Data

ini dimiliki oleh Kepala Desa atau Kelurahan, oleh sebab itu pelaksanaan asas ini

wajib disaksikan oleh aparat desa atau kelurahan. Asas kontradiktur delimitasi

dibuktikan dengan surat pernyataan yang ditandatangani oleh pemilik tanah yang

berbatasan langsung dan dilengkapi tanda tangan dari kepala desa atau kelurahan.

Selain itu, para pemilik tanah yang berbatasan secara langsung juga menandatangani

Daftar Isian yang diperoleh dari Kantor Pertanahan. Kedua bukti tersebut

merupakan syarat untuk mengajukan permohonan pengukuran ke Kantor Pertanahan

sebagai tahap awal dalam proses pendaftaran tanah maupun peralihan hak. Tanpa

adanya dua syarat yang merupakan proses awal dalam pendaftaran tanah tersebut,

maka kantor pertanahan tidak akan melakukan pengukuran. Jadi, asas kontratur

delimitasi merupakan hal yang sangat penting untuk seorang pemilik tanah yang

ingin mengajukan proses pendaftaran tanah.

Dalam pelaksanaan kegiatan pengukuran di lapangan, seringkali pemiliki

tanah yang berbatasan dengan tanah yang diukur tidak dapat ditemui. Hal ini ini

dikarenakan umumnya pemilik tanah yang bersebelalahan dengan pemilk tanah yang

diukur tinggal di desa yang berbeda dengan lokasi pengukuran tanah yang akan

diukur, baik di luar kota/kabupaten tanah yang diukur atau diluar Provinsi

Kalimantan Tengah.
28

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 24 tahun1997, jika dalam penentuan

batas tanah tidak mencapai kesepakatan, maka pengukuran bidang tanah dapat

diupayakan untuk sementara dilakukan berdasarkan batas-batas yang menurut

kenyataannya merupakan batas-batas bidang-bidang tanah yang bersangkutan.

Penggambaran batas bidang tanah yang belum disepakati ini dilakukan dengan tanda

khusus yang menjelaskan bahwa batas bidang tanah masih bersifat sementara

dengan garis putus-putus. Umumnya, untuk khasus dimana pemilik lahan yang

bersebelahan tidak berada di empat dikarenakan yang bersangkutan tidak tinggal di

desa yang sama dengan lokasi pengukuran bidang tanah, maka tanda tangan titik

pada gambar ukur diwakilkan oleh orang yang ditunjuk oleh pihak pemilik tanah

yang berada bersebelahan dengan tanah yang diukur yang dibuktikan dengan adanya

surat pemberian kuasa atau diwakilkan dengan pamong desa yang mengetahui letak

tanah yang bersangkutan dan dapat dipertanggungjawabkan. Bagaimanapun juga,

batas yang ditunjukan dalam gambar ukur ini masih bersifat sementara dan dapat

berubah setelah adanya kesepatan antara 2 pihak . Kepala tim ajufikasi atau kepala

kantor pertanahan kabupaten/kota harus membuat surat keterangan berita acara

pengukuran yang menjelaskan keadaan tersebut sebagai bukti . oleh sebab itu, maka

kehadiran pamong desa yang mengetahui batas tanah antara warga desa sangat

penting dalam proses pengukuran ini.


29

2. Pemilihan metode pengukuran tanah

Pemilihan metode pengukuran tanah dapat mempengaruhi hasil dan

efektivitas dalam kegiatan pengukuran tanah. Variasi Teknik-Teknik Pengukuran

dan Pemetaan Kadastral pada Provinsi Kalimantan Tengah adalah sebagai berikut

ini.

a. Teknik Terestris menggunakan alat ukur Total station.

Teknik Terestris menggunakan alat ukur total station adalah metode yang paling

umum digunakan dalam pengukuran tanah. Hal ini dikarenakan kecepatan

pelaksanaan pengukuran menggunakan total station adalah rata-rata 40 bidang per

hari untuk pemukiman dan 15 bidang per hari untuk kebun masyarakat. Setiap total

station memiliki aplikasi bawaan dari alat tersebut agar bisa melakukan import data

dari total station ke komputer. Dengan menggunakan aplikasi GeoKKP petugas ukur

menghubungkan titik detail hasil import tadi sampai membentuk bidang tanah.

Penggambaran seperti ini sangat cepat dibandingkan pengukuran total station yang

tidak memakai sistem record data. Total station yang tidak memakai record data

harus memasukan data jarak dan sudut yang banyak untuk bisa melakukan

penggambaran dan perhitungan luas. Perhitungan luas untuk total station dilakukan

dengan menggunakan Teknik-Teknik Pengukuran dan Pemetaan Kadastral. Alat

total station dianggap cukup memenuhi toleransi yang ada oleh petugas ukur kantor
30

pertanahan sehingga mereka banyak menggunakan alat ini. Alasan lainnya petugas

ukur pertanahan menggunakan total station karena alat ini lebih efektif dan efisien

untuk melakukan pengukuran dan mudah untuk ditemukan dalam hal sewa atau

membeli baru.

Kelebihan teknik terestris menggunakan total station adalah dapat digunakan

di berbagai medan dengan hasil yang akurat, efisien dan memiliki presisi tinggi.

Total station juga mudah melakukan pengolahan data seperti penggambaran dan

perhitungan luas. Teknik ini juga lebih menghemat waktu dibandingkan teknik

terestris menggunakan pita ukur. Teknik ini juga mengurangi dari human error.

Kekurangan Teknik Terestris menggunakan total station ini adalah sebagai berikut

ini:

1. Beratnya alat pengukuran sehingga susah dibawa ketika petugas ukur ingin

memindahkan alat ke lokasi lainnya. Hal ini membuat kegiatan pengukuran

memakan waktu yang cukup lama bila pengukuran diperlukan banyak titik

simpul.

2. Alat total station yang perlu dikalibrasi secara berkala. Kalibrasi alat total

station. Terdapat 5 hal yang harus dikalibrasi secara berkala, yaitu:

a. kalibrasi sentring optik

b. kalibrasi sentring nivo

c. kalibrasi sudut horizontal

d. kalibrasi sudut vertical

e. kalibrasi jarak
31

kelima kalibrasi ini diperlukan agar kegiatan survei bisa mendapatkan data

koordinat titik batas bidang tanah dengan baik sehingga mendapatkan data

fisik tanah dengan baik.

b. Teknik Terestris Menggunakan Pita Ukur

Teknik terestris ini adalah salah satu teknik yang digunakan oleh petugas

ukur dalam pelaksanaan pengukuran bidang tanah. Penggunaan metode ini

dikarenakan keterbatasan alat yang dimiliki oleh beberapa kantor pertanahan. Teknik

ini adalah teknik yang kurang efisien dibandingkan teknik lainnya seperti

menggunakan total station. Pelaksanaan pengukuran menggunakan pita ukur ini

lebih lambat dibandingkan teknik terrestrial menggunakan total station. Kecepatan

teknik terrestrial menggunakan pita ukur adalah rata-rata 20 bidang untuk

pemukiman dan 15 bidang kebun warga.

Penggambaran bidang tanah juga dilakukan dengan AutoCAD. Data yang

telah diambil berupa jarak akan dipindahkan ke AutoCAD dari sket bidang. Bidang

tanah di tempat posisinya sesuai dengan keadaan sebenarnya dengan bantuan 2 buah

koordinat dari bidang tanah yang diukur. Penggambaran seperti ini cukup lama

dibandingkan penggambaran dengan pengukuran total station. Perhitungan luas

untuk pita ukur sama caranya dengan perhitungan luas dengan total station yaitu

dengan menggunakan aplikasi GeoKKP setelah bidang tanah selesai tergambar. Luas

bidang tanah akan keluar secara otomatis dari GeoKKP ketika berkas PTSL
32

dijalankan. Kelebihan Teknik Terestris menggunakan pita ukur adalah praktis dan

mudah untuk dibawa ketika melakukan pengukuran. Pita ukur tidak perlu dikalibrasi.

Kekurangan teknik ini adalah sebagai berikut ini

1. Metode ini kurang efesien dan efektif jika ditimbang dari batas waktu yang

diperlukan. Pengukuran dengan pita ukur lebih susah mengambil data

lapangan dikarenakan kondisi bidang tanah yang rapat rumah penduduk. Hal

ini terutama jika pengukuran dilakukan di Kawasan permukiman. Untuk

melakukan pengikatan atau control-nya, petugas ukur terpaksa mengambil

data dengan masuk kedalam rumah pemilik tanah dan mengukur dari dalam

rumah.

2. Teknik menggunakan Pita Ukur juga membutuhkan waktu yang lama saat

melakukan pengolahan data atau penggambaran dengan AutoCAD dibanding

teknik-teknik lainnya. Karena teknik lainnya sudah berbentuk koordinat yang

tinggal dihubungkan garis-garis bidangnya.

3. Pita ukur pada saat digunakan bisa merenggang etika sering ditarik saat

melakukan pengukuran, hal ini karena bahan pita ukur dari plastik. Daya

renggang ini membuat akurasi data pengukuran berkurang.

4. Metode pengukuran ini kurang akurat jika dibandingkan dengan metode

lainnya, terutama jika dibandingkan dnegan alat ukur tachiometri maupun

dengan metode pengamatan GNSS. Sehingga metode ini cenderung jarang

dipakai jika dibandigkan dnegan metode lainnya.


33

Untuk mengurangi kekurangan metode ini, maka cara yang dapat dilakukan

adalah dengan mengkombinasikan metode pengukuran dengan penggunaan citra

satelit sebagai titik acuan penentuan titik koordinat batas bidang tanah . cara ini dpat

mengatasi kekurangan pada nomor 3 dan 4.

c. Teknik Pengamatan Satelit menggunakan GNSS Geodetik

Teknik Pengamatan Satelit menggunakan GNSS geodetik memiliki

kecepatan pelaksanan pengukuran yang tinggi. Tekni ini memiliki kecepatan

tertinggi jika dibandingkan dnegan Teknik sebelumnya. Kecepatan pengukuran

dengan teknik ini hampir sama antara daerah pemukiman dan daerah kebun yaitu 50

bidang per hari. Penggambaran hasil pengukuran juga dilakukan dengan AutoCAD.

Data hasil pengukuran akan dilakukan import data dengan menggunakan aplikasi

bawaan alat GNSS. Alat ini memiliki aplikasi bawaan untuk pengolahan data.

Aplikasi bawaan ini mudah dipahami oleh pengguna. Jadi data yang disimpan dalam

GNSS tinggal diambil dengan cara mengcopy dan paste pada aplikasi Microsoft

excel. Data GPS kemudian di-Export file dari Microsoft excel ke AutoCAD seperti

pengolahan data total station.

Kelebihan Teknik pengamatan satelit menggunakan GNSS Geodetic dengan

tipe GNSS RTK Geodetic Geo Fennel adalahsebagai berikut ini.


34

1. teknik ini adalah teknik tercepat dalam menyelesaikan pengukuran. Data

yang diambil mengurangi human error. Alat mudah dibawa hanya dalam 1

box.

2. Alat ini sudah mempunyai kemampuan anti interfensi dari sinyal dan bisa

bekerja pada lingkungan apapun. Sinyal satelit yang ditangkap cukup banyak

seperti GPS, GLONASS, BeiDou, Galileo, SBAS.

3. Tidak butuh banyak SDM untuk melakukan pengukuran dengan

menggunakan teknik ini.

Kekurangan teknik ini adalah sebagai berikut ini.

1. Ketersedian alat masih kurang karena memiliki harga yang cukup tinggi

dibandingkan harga total station. Harga alat ini berkisar kurang lebih 200 juta

rupiah. Hal ini mengakibatkan alat ukur ini tidak begitu banyak digunakan di

berbagai pengukuran-pengukuran bidang tanah.

2. Alat ini membutuhkan SDM yang memiliki kemampuan untuk bisa

menjalankan alat ini. Kemampuan menggunakan GNSS ini umumnya diniliki

oleh tenaga ukur yang lebih muda.

3. Variasi metode memppengaruhi keakuratan data yang dihasilkan. Pengukuran

menggunakan GNSS memiliki banyak metode dengan hasil keakuratan yang

berbeda-beda. Umumnya kegiatan di lapangan dilakukan dengan metode statis

dan metode real time kinetic/RTK. Metode ini memiliki akurasi hingga beberapa

cm dengan catatan bahwa base dapat mengambil signal serta jarak rover yang

dekat dengan base.


35

4. Pengukuran dilakukan dengan kemampuan GNSS menangkap signal atelit,

sehingga dalam keadaan tertentu pengukuran tidak dapat terlaksana. Keadaan-

keadaan yang dpat mememengaruhi penangkapan signal GNSS adalah sebagai

berikut ini:

a. Penggunaan tanah yang menghalangi signal GNSS, seperti hutan dengan

kerapatan yang lebat dan bangunan-bangunan yang tinggi.

b. Keadaaan cuaca. Signal satelit GNSS dapat terhalang jika terkena cuaca

hujan yang deras.

Setelah kita melihat berbagai macam pemaparan metode pengukuran yang dilakukan

dalam penggukuran bidang tanah, maka terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan

untuk memnghasilkan data koordinat tanah yang akurat dengan memperhatikan

kelebihan serta kekurangan metode yang digunakan di lapangan. Melihat dari

kelebihan dan kekurangan metode ini dalam metode pengukuran data ini, maka

petugas pengukuran dilapangan perlu memperhatikan beberapa hal. Hal-hal iyu

adalah sebagai berikut ini.

1. Penentuan metode yang tepat sesuai dengan kondisi penggunaan tanah yang

akan diukur dan cuaca pada saat pengukuran lapangan. Hal ini untuk memilih

metode yang paling sesuai dengan penggunaan tanah yang ada diatasnya.
36

2. Petugas ukur sebaiknya dapat membuat perencanaan pengukuran yang

memperhatikan keadaan cuaca saat pelaksanaan pengukuran di

lokasimpengukuran. Hal ini utamanya dalam pengukuran data melalui GNSS.

3. Kalibrasi alat , utamnaya kalibrasi alat tachiometri seperti total station dan

theodolith perlu dilakukan agar petugas ukur dapat melakukan pengukuran

dnegan hasil data yang akurat.

4. Pemilihan pengukuran dengan metode terrestrial dengan alat pita ukur dan

kompas sebisa mungkin dihindari agar data yang didapatkan dapat lebih akurat

dan efisien
37

BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan

Penulis menyimpulkan bawa kendala-kendala dalam pengumpulan data fisik tanah

yang dilakukan di Kalimantan Tengah memliki beberapa kendala, yaitu:

1. Permasalahan batas tanah yang tidak dapat menghasilkan data fisik tanah

yang bersifat kontradiktur delimitasi yang disebabkan karena pemilik tanah

yang berbatasan dengan tanah pemohon pengukuran tanah yang tidak dapat

hadir pada saat pengukuran

2. Pemilihan metode pengukuran yang harus menyesuaikan lokasi tanah dan

keadan pada saat pengukuran tanah.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut pada saat

pengukuran di lapangan adalah sebagai berikut ini.

1. Untuk masalah nomor 1, petugas ukur mendapatkan klarifikasi batas

kepemilikan lahan dengan ditandatanganinya gambar ukur tanah oleh

seseorang yang mewakili pemilik tanah yang bersebelahan atau dengan

ditandatanganinya gambar ukur oleh kepala dusun/RT / pamong desa yang

dipercayai.

2. Permasalahan yang berhubungan dnegan metode pengukuran dapat

diantisipasi dengan pemilihan metode pengukuran yang tepat dan teliti.

Diamana metode pengukuran yang paling teliti dapat dilakukan dengan

metode tersetrial menggunakan Total station dan GNSS metode RTK.


38

Pengkondisian lapangan sesuai dengan cuaca pada saat pengukuran, serta

kalibrasi alat untuk membantu efesiensi pengukuran dan akurasi pengambilan

data penting dilakukan agar data koordinat batas tanah yang didapatkan

akurat .

2. Saran

1. Mengingat banyaknya penmilik tanah yang bersebelahan tidak berada di

tempat pengukuran karena berbagai alasan, maka perlu disosialisasikan

kepada pemohon penngukuran tanah agar dapat memanggil tetangga pemilik

tanahnya atau menghubungi perangkat desa/sesepuh desa yang mengetahui

secara pasti letak batas tanah antar penduduk

2. Perlunya menambah sumberdaya tenaga pengukuran yang mamapu

menggunakan GNSS geodetic

3. Dikarenakan keteratasan dalam penulisan makalah ini, maka koreksi dan

masukannya diperlukan agar tulisan ini dapat lebih berkembang.


39

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.


https://ppid.atrbpn.go.id/bpn/page/index/visi-dan-misi-ppid. Diakses pada
tanggal 8 Juni 2021

Kementrian ATR/BPN https://www.atrbpn.go.id/?menu=sekilas. Diakses pada


tanggal 8 Juni 2021

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. 2021. Petunjuk


Teknis pendaftaran Tanah sistematis lengkap nomor 1/Juknis-100.HK.01
/I/2021. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.
Jakarta

Republik Indonesia. 1997. Peraturan pemerintah no 24 tahun 1997 tentang

pendaftaran tanah. Sekertariat Negara Sekertariat Negara. Jakarta

Republik Indonesia. 2015. Lampiran Peraturan Mentri Agraria dan Tata Ruang /
Badan Pertanahan Nasional no 18 tahun 2015 tentang uraian jabatan
fungsional di Lingkungan Kementrian Agraria dan Tata Ruang/Badan
pertanahan Nasional. Kementerian Agraria dan tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional. Jakarta

Republik Indonesia. 2020. Peraturan Mentri Agraria dan Tata Ruang/Badan

Pertanahan Nasional tentang Organisasi dan tata kerja Kantor Wilayah Badan

Pertanahan Nasional dan kantor pertanahan. Kementerian Agraria dan tata


40

Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Jakarta

Sasmito, Bandy, dkk. 2017. Analisis Pengukuran Bidang Tanah dengan

menggunakan GPS Pemetaan. Jurnal Geodesi Undip edisi Oktober 2017.

Semarang

Syaifullah, A 2014, Ilmu ukur tanah. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional,

Yogyakarta.

UNOOSA.2011. 10 years of Archivment of the unested Nation on Global navigation

satellite zsystem. New York

Wahyono, Eko Budi, dan Suyadi, Bambang. Modul Survey Satelit Pertanahan.

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional Sekolah

Tinggi Pertanahan Nasional . Yogyakarta.2019.

Wahyono, Eko Budi, dan Suyadi, Bambang. Modul MKK-S/3sks/Modul/ I-VII

Fotogrametri terapan . Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan

Pertanahan Nasional Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional . Yogyakarta.20

Anda mungkin juga menyukai