Anda di halaman 1dari 6

Amanda Iftinaan UAS Sosiologi Politik

11201110000127 Dosen Pengampu :

Sosiologi 6C Hendro Prasetyo M. A

Hubungan Antara Identitas-Etnis, Agama, dan Gender Terhadap Preferensi Pemilih

Dalam memilih Calon atau Partai Politik

Politik identitas menurut Abdilah (2002) merupakan politik yang fokus utama kajian

dan permasalahannya menyangkut perbedaan-perbedaan yang didasarkan atas asumsi-asumsi

fisik tubuh, politik etnisitas atau primordialisme, dan pertentangan agama, kepercayaan atau

bahasa. Darity (2005) mendifinisikan bahwa etnis adalah kelompok yang berbeda dari

kelompok yang lain dalam suatu masyarakat dilihat dari aspek budaya.

Dalam konteks politik modern yang semakin kompleks, peran identitas-etnis, agama,

dan gender dalam membentuk preferensi pemilih menjadi isu yang signifikan. Identitas-etnis

merujuk pada keanggotaan individu dalam kelompok sosial yang berbagi latar belakang

budaya dan keturunan yang sama. Identitas agama melibatkan keyakinan keagamaan

individu, sedangkan identitas gender melibatkan peran dan identitas sosial yang berkaitan

dengan jenis kelamin. Ketiga faktor ini telah terbukti memiliki pengaruh yang kuat dalam

proses pemilihan calon atau partai politik.

Dalam konteks demokrasi, pemilihan umum menjadi cara utama bagi warga negara

untuk berpartisipasi dalam menentukan arah kebijakan politik melalui hak suara mereka.

Namun, preferensi pemilih tidak semata-mata didasarkan pada faktor-faktor rasional seperti

kebijakan politik dan rekam jejak kandidat. Faktor identitas-etnis, agama, dan gender juga

memainkan peran penting dalam membentuk preferensi pemilih.

Identitas-etnis mempengaruhi preferensi pemilih karena adanya rasa solidaritas dan

kepentingan bersama dalam kelompok etnis tertentu. Kelompok etnis sering kali memiliki
kepentingan dan aspirasi yang unik, dan pemilih cenderung memilih calon atau partai politik

yang dianggap mewakili atau memperjuangkan kepentingan kelompok etnis mereka.

Identitas-etnis juga dapat menjadi dasar bagi solidaritas politik dan pembentukan koalisi

politik berdasarkan kepentingan kelompok etnis tertentu.

Sementara itu, identitas agama juga memainkan peran penting dalam membentuk

preferensi pemilih. Keyakinan agama individu memengaruhi pandangan mereka tentang isu-

isu politik dan moral. Pemilih sering cenderung memilih calon atau partai politik yang

dianggap sesuai dengan nilai-nilai agama mereka. Isu-isu yang berkaitan dengan moralitas,

kebijakan sosial, dan keagamaan sering menjadi pertimbangan utama dalam pemilihan politik

berdasarkan identitas agama.

Faktor-faktor yang mempengaruhi identitas-etnis, agama, dan gender terhadap

preferensi pemilih dalam memilih calon atau partai politik sangat beragam dan kompleks.

Beberapa faktor penting yang dapat memengaruhi preferensi pemilih berdasarkan identitas-

etnis, agama, dan gender antara lain yaitu :

Pengalaman dan Konteks Sosial

Pengalaman dan konteks sosial memainkan peran penting dalam pengaruh identitas-

etnis, agama, dan gender terhadap preferensi pemilih dalam memilih calon atau partai politik.

Pengalaman sejarah kelompok etnis, agama, dan gender tertentu dapat memberikan landasan

penting dalam membentuk identitas kolektif dan preferensi pemilih. Sejarah penindasan atau

perlakuan tidak adil terhadap kelompok-kelompok ini dapat menciptakan kesadaran dan

solidaritas yang lebih kuat di antara anggotanya. Pemilih yang mengalami penindasan atau

melihat penindasan yang dialami oleh kelompok mereka cenderung mencari calon atau partai

politik yang dianggap akan memperjuangkan keadilan dan kesetaraan bagi kelompok mereka.

Pengalaman dan konteks sosial dapat memperkuat rasa solidaritas dan identitas

kelompok. Ketika anggota kelompok etnis, agama, atau gender merasa terancam atau
merasakan perlakuan yang tidak adil, mereka cenderung mencari pemimpin politik yang

mampu memperjuangkan kepentingan dan aspirasi kelompok mereka. Solidaritas dalam

kelompok-kelompok ini dapat membentuk preferensi pemilih dalam memilih calon atau

partai politik yang dianggap mewakili dan memperjuangkan kepentingan kelompok mereka.

Nilai-nilai dan Keyakinan

Nilai-nilai dan keyakinan yang dipegang oleh kelompok etnis, agama, atau gender

dapat mempengaruhi preferensi pemilih. Nilai-nilai ini meliputi isu-isu moral, keadilan

sosial, kebijakan keluarga, hak-hak reproduksi, dan lain sebagainya. Calon atau partai politik

yang sejalan dengan nilai-nilai tersebut cenderung mendapatkan dukungan dari pemilih yang

mengidentifikasi diri mereka dengan kelompok etnis, agama, atau gender tertentu. Misalnya,

individu yang mengidentifikasi diri sebagai anggota kelompok agama tertentu mungkin lebih

cenderung memilih calon atau partai politik yang mendukung kebijakan berdasarkan prinsip-

prinsip agama mereka. Nilai keadilan sosial yang terkait dengan identitas-etnis, agama, dan

gender juga dapat mempengaruhi preferensi pemilih. Pemilih yang merasa pentingnya

mencapai kesetaraan sosial, keadilan, dan perlindungan hak-hak kelompok tertentu

cenderung mendukung calon atau partai politik yang dianggap memperjuangkan nilai-nilai

ini.

Solidaritas dan Identitas Kelompok

Solidaritas kelompok etnis, agama, dan gender dapat menciptakan rasa kepentingan

bersama di antara anggotanya. Anggota kelompok tersebut cenderung memilih calon atau

partai politik yang dianggap mewakili dan memperjuangkan kepentingan kolektif kelompok

mereka. Rasa solidaritas ini dapat muncul berdasarkan pengalaman bersama, penindasan atau

diskriminasi yang dialami oleh kelompok tersebut, atau tujuan bersama dalam mencapai

keadilan atau perubahan sosial.


Identitas-etnis, agama, dan gender yang kuat dapat memberikan kesadaran akan

pentingnya mewakili kelompok dalam arena politik. Pemilih cenderung memilih calon atau

partai politik yang memiliki anggota kelompok etnis, agama, atau gender mereka sendiri,

karena mereka percaya bahwa perwakilan tersebut akan memahami dan memperjuangkan

kepentingan mereka dengan lebih baik. Hal ini juga dapat berkontribusi pada peningkatan

partisipasi politik dan kehadiran kelompok tersebut dalam proses pengambilan keputusan

politik.

Solidaritas kelompok etnis, agama, dan gender dapat menjadi dasar pembentukan

koalisi politik atau gerakan sosial yang memperjuangkan tujuan bersama. Kelompok-

kelompok ini dapat bergabung dan bekerja sama untuk mempengaruhi preferensi pemilih dan

mencapai perubahan dalam politik. Koalisi ini dapat berfokus pada isu-isu yang relevan

dengan identitas-etnis, agama, atau gender, dan bekerja sama dalam mendukung calon atau

partai politik yang memiliki visi dan kebijakan yang sesuai dengan aspirasi mereka.

Selain itu, identitas-etnis, agama, dan gender juga terkait erat dengan budaya dan

tradisi kelompok tertentu. Pemilih cenderung memilih calon atau partai politik yang

memahami dan menghormati budaya dan tradisi mereka. Pengaruh budaya ini dapat

memengaruhi preferensi pemilih dalam memilih calon atau partai politik yang dianggap

memperkuat identitas-etnis, agama, atau gender mereka, serta mempromosikan keberagaman

dan pengakuan terhadap kelompok mereka.

Faktor Sosio-Ekonomi

Faktor sosio-ekonomi juga dapat mempengaruhi preferensi pemilih berdasarkan

identitas-etnis, agama, dan gender. Kondisi ekonomi, kesenjangan sosial, dan akses terhadap

sumber daya dapat memengaruhi preferensi pemilih dalam mencari calon atau partai politik

yang dianggap mampu memperbaiki kondisi mereka secara ekonomi dan sosial.
Pengaruh identitas-etnis, agama, dan gender terhadap preferensi pemilih

mencerminkan kompleksitas politik modern yang beragam. Hal ini menegaskan pentingnya

memahami keberagaman identitas dalam konteks politik dan mengakui bahwa preferensi

pemilih tidak hanya didasarkan pada faktor-faktor rasional seperti kebijakan politik.

Dalam menghadapi pengaruh identitas-etnis, agama, dan gender terhadap preferensi

pemilih, penting bagi calon atau partai politik untuk memahami dan merespons kebutuhan

dan aspirasi berbagai kelompok identitas. Demikian pula, pemilih perlu menyadari bahwa

preferensi mereka juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor identitas ini dan

mempertimbangkan isu-isu yang lebih luas dalam memilih calon atau partai politik.

Dengan pemahaman yang lebih dalam tentang hubungan antara identitas-etnis, agama, dan

gender terhadap preferensi pemilih, kita dapat membangun sistem politik yang inklusif, adil,

dan merefleksikan kepentingan berbagai kelompok identitas dalam masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Ubed, 2002. Politik Identitas Etnis;Pergulatan Tanda Tanpa Identitas, Magelang:

Indonesiatera.

Darity. 2005. International Encyclopedia of the Social Sciences. 2n ed. Volume 3. New York:

Macmillan Reference.

Dwi Anugrah, 2023. Peran Politik Identitas Dalam Pemilihan Umum. Diakses pada 22 Juni

2023 pukul 02:12 melalui https://fisip.umsu.ac.id/2023/06/17/peran-politik-identitas-

dalam-pemilihan-umum/

https://www.klikanggaran.com/opini/pr-115953860/perang-identitas-ekonomipolitik-di-

pilkada-dki-jakarta-bagian-1 Diakses pada 22 Juni 2023 pukul 02:25

Lukman Yunus, “Peran Politik Identitas Etnis (Studi Kasus Pilkades di Desa Siru

Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat) 2018” Skripsi, Jurusan Pendidikan

Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Makassar: Universitas

Muhammadiyah Makassar

Anda mungkin juga menyukai