Anda di halaman 1dari 1

4 Tipologi Pemilih

1) Pemilih Rasional

Pemilih rasional memiliki orientasi tinggi pada policy-problem-solving dan berorientasi rendah
untuk faktor ideologi. Pemilih lebih mengutamakan kemampuan partai politik atau calon tokoh politik
dalam program kerjanya. Pemilih ini memiliki ciri khas yang tidak begitu mementingkan ikatan ideologi
kepada suatu partai politik atau seorang tokoh politik. Faktor asal-usul, nilai tradisional, budaya, agama,
dan psikografis memang dipertimbangkan, tetapi tidak signifikan. Pemilih ini ingin melepaskan hal-hal
yang bersifat dogmatis, “tradisional”, dan ikatan lokasi dalam kehidupan politiknya. Hal yang terpenting
bagi jenis pemilih ini adalah apa yang bisa dilakukan sebuah partai atau seorang tokoh politik daripada
paham mengenai nilai partai.

2) Pemilih Kritis

Pemilih kritis merupakan perpaduan antara tingginya orientasi pada kemampuan partai politik atau
seorang kontestan dalam menuntaskan permasalahan bangsa maupun tingginya orientasi mereka akan
hal-hal yang bersifat ideologis. Proses untuk menjadi pemilih jenis ini bisa terjadi melalui dua
mekanisme. Pertama, menjadikan nilai ideologis sebagai pijakan untuk menentukan kepada partai
politik mana mereka akan berpihak, kemudian mengkritik kebijakan yang akan atau yang telah
dilakukan. Kedua, pemilih tertarik terlebih dahulu dengan program kerja yang ditawarkan oleh kandidat
atau partai politik, kemudian mencoba memahami nilai-nilai dan paham yang melatarbelakangi
pembuatan sebuah kebijakan (Firmanzah, Marketing Politik, 2008).

3) Pemilih Tradisional

Pemilih tradisional memiliki orientasi ideologi yang tinggi dan tidak terlalu melihat pada kebijakan
partai politik atau seorang kanditat sebagai sesuatu yang penting dalam pengambilan keputusan. Pemilih
ini sangat mengutamakan kedekatan sosial-budaya, nilai, asal-usul, paham, dan agama sebagai ukuran
untuk memilih sebuah partai politik. Biasanya, pemilih jenis ini lebih mengutamakan figur dan
kepribadian pemimpin, mitos, dan nilai historis sebuah partai politik atau kontestan. Pemilih tradisional
adalah jenis pemilih yang bisa dimobilisasi selama periode kampanye (Rohrscheneider, 2002).

4) Pemilih Skeptis

Pemilih skeptis ini tidak memiliki orientasi ideologi cukup tinggi dengan sebuah partai politik atau
seorang kontestan, dan juga tidak menjadikan kebijakan sebagai sesuatu yang penting. Keinginan untuk
terlibat dalam sebuah partai politik pada pemilih jenis ini sangat kurang karena ikatan ideologis mereka
memang rendah. Mereka juga kurang memperdulikan platform dan kebijakan sebuah partai politik.
Kalaupun berpartisipasi dalam pemungutan suara, biasanya mereka melakukannya secara acak atau
random. Mereka berkeyakinan siapa pun dan partai apa pun yang memenangi pemilu tidak akan
membawa bangsa ke arah perbaikan yang mereka harapkan.

Anda mungkin juga menyukai