Anda di halaman 1dari 3

Antronesia

Jl. Cisitu Baru No.80, Kota Bandung, 40135 


antronesia.id@gmail.com

TOR Diskusi Publik

Peran Pers Dalam Mewujudkan Kampanye Pemilu Damai

I. Latar Belakang

Saat ini media merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan manusia. Hampir di setiap sendi
kehidupan baik individu maupun secara berkelompok, masyarakat sangat membutuhkan media
informasi. Peran jurnalis sebagai pelaku utama yang memproduksi informasi di media massa
kemudian menjadi salah satu agen yang paling berpengaruh pada segala aspek kehidupan di
masyarakat saat ini. Sejatinya, insan jurnalis berperan menyajikan fakta-fakta dan informasi secara
independen tentang peristiwa dan isu-isu yang akan jadi referensi bagi masyarakat dalam membuat
keputusan.

Jurnalis memiliki etos kerja yaitu netralitas, seperti apapun kondisi yang dihadapi, media massa
haruslah bersikap netral. Bahkan untuk situasi yang menuntut keberpihakan, media massa mesti
lebih mengedepankan fakta dan kebenaran. Media merupakan satu dari 4 pilar demokrasi di
Indonesia. Media memiliki peran yang vital untuk mewujudkan penyeleng- garaan negara yang
terkontrol. Termasuk berperan aktif dalam proses pemilihan umum yang berasaskan jujur, adil,
langsung, bebas dan rahasia.

Akan tetapi, dikutip dari pepnews.com, perkembangan teknologi informasi yang memunculkan
media online pada saat ini telah menyebabkan terjadi kelimpahan informasi (hiperealitas
informasi) yang membuat masyarakat alih-alih mendapat pegangan kebenaran, malah menjadi
bingung untuk menilai keadaan. Maraknya media informasi online yang bermunculan,
menghasilkan berita dan informasi yang tidak mempertimbangkan kaidah-kaidah jurnalistik.
Fenomena pengendalian opini publik (spinning of public opinion) pun menjadi jamak terjadi.
Maka tidak salah jika banyak media informasi online yang tidak mempertimbangkan netralitas
jurnalisme dan justru menjadi tunggangan dalam pertarungan politik.

Kekuatan media informasi online dalam menggiring opini public dapat dilihat dalam banyak
pertarungan politik. Contoh paling jelas misalnya yang terjadi pada musim pilkada, dan yang
paling kentara pada pilkada DKI Jakarta tempo hari. Ketika polarisasi berita yang keluar dari
media memicu semacam silang pendapat antar pertemanan terkait dukungannya pada calon
pemimpin ; ada pro vs kontra dan haters vs lovers, yang berujung blokir-memblokir akun media
Antronesia
Jl. Cisitu Baru No.80, Kota Bandung, 40135 
antronesia.id@gmail.com
sosial, putus tali silaturrahim, bahkan mendorong pada friksi-friksi yang berbahaya. Hal itu terjadi
karena ketika banyak dari oknum media melakukan framing bukan dengan niat menjernihkan
keadaan, melainkan atas dasar kepentingan kelompok tertentu. Persoalannya, kondisi ini justru
semakin memunculkan kesalahpahaman di masyarakat.

Dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang pers, telah jelas payung hukum serta kaidah
dan etika jurnalis dan melarang jurnalis untuk menerima suap atau adanya intervensi kepentingan
politik yang berdampak pada proses pembuatan berita. Semua media harus independen dalam
memberitakan peristiwa seperti pilkada. Independensi dalam hal ini, wartawan mesti bisa tahu
posisi dan harus kritis kepada semua calon yang ikut kontestasi Pilkada.

Dalam hal inilah keberpihakan dan integritas insan media pada kode etik jurnalistik dalam
menjaga kedamaian proses pemilu menjadi barang yang sangat penting bagi masyarakat
Indonesia. Dilansir dari Galamedianews.com, peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) Syamsuddin Haris menyampaikan, bahwa "pilkada yang damai hanya bisa berlangsung jika
jajaran media turut serta menciptakan suasana kondusif dan damai dengan berlandaskan kode etik
jurnalistik, melalui peliputan peristiwa yang menjunjung tinggi asas moralitas, profesionalitas,
demokratis dan supremasi hukum."
Dalam konteks ini, tidak salah kiranya kita mendorong insan jurnalis untuk mulai menggunakan
pendekatan Jurnalisme Keberagaman yang disodorkan oleh Usman Kansong dalam bukunya yang
berjudul Jurnalisme Keberagaman; Untuk Konsolidasi Demokrasi. Bagi Usman Kansong,
jurnalisme semestinya berkontribusi mewujudkan pemahaman tentang keberagaman dan
meminimalisasi konflik akibat penguatan identitas masing-masing. Jurnalisme Keberagaman
adalah jurnalisme yang berkhidmat pada keberagaman, yang peduli pada keberagaman dan
perbedaan agama, etnik, dan gender. Dalam pendekatan ini media massa harusnya menghormati,
melindungi dan mempertahankan keberagaman sebagai bagian dari pembelaan atas tegaknya hak
asasi manusia.

Pentingnya untuk memahami peran pers dalam menyambut pemilu 2018-2019 menjadi latar
belakang diadakannya kegiatan ini. Melalui kesempatan ini Antronesia Research Community
sebagai salah satu komunitas kajian kebudayaan, bekerjasama dengan Asosiasi Antropologi
Indonesia dan NXG Indonesia merencanakan pelaksanaan diskusi Publik dengan Tema “Peran
Pers dalam Mewujudkan Kampanye Pemilu Damai”

II. TUJUAN KEGIATAN

Memberi ruang sharing dan diskusi yang memungkinkan masyarakat dari berbagai elemen baik
jurnalis/wartawan, ormas, tokoh agama, para pendidik, dan pelajar/mahasiswa mendapatkan
pemahaman dan kesadaran tentang bagaimana jurnalisme berperan dalam menciptakan
Antronesia
Jl. Cisitu Baru No.80, Kota Bandung, 40135 
antronesia.id@gmail.com
kampanye damai. Harapannya diskusi ini menghasilkan pemahaman bersama dalam menyikapi
potensi friksi di masyarakat akibat pesta demokrasi.

III. PELAKSANAAN

A.W aktu dan Tempat Kegiatan


1. Hari/Tanggal : Kamis, 26 April 2018
2. Waktu : 12.30 – 14.20
3. Tempat : Gedung Indonesia Menggugat
Jalan Perintis Kemerdekaan no.5 , Kota Bandung

B.Bentuk Kegiatan
Kegiatan dilakukan dalam bentuk diskusi publik dengan menghadirkan narasumber yang
kompeten di bidangnya yang dilanjutkan sesi diskusi tanya jawab.

IV. NARASUMBER DAN ISU PEMANTIK

1. Komisi Pemilihan Umum Jawa Barat


Isu pemantik : “Black Campaign dan Regulasi dalam Kampanye”
2. Komisi Informasi Provinsi Jawa Barat
Isu Pemantik : “Pengelolaan Informasi di Era Digital”
3. Dewan Pers Jabar
Isu Pemantik : “Kasus Keberpihakan Media Online dan Peran Pers dalam Mewujudkan
Pilkada Damai”
4. Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo)
Isu Pemantik: “Isu SARA dalam Pilkada”

Moderator: Grace Tobing

V. Penutup
Demikian TOR ini disampaikan, untuk selanjutnya dijadikan pedoman pengembangan materi
yang akan disajikan.

Anda mungkin juga menyukai