Anda di halaman 1dari 7

Nama : Diyana Fajriyah

NIM/Kelas : 2104128/A
Mata Kuliah : TA 504 – Literasi ICT dan Media Pembelajaran PTA
Program Studi : Pendidikan Teknik Arsitektur

Tugas 1 Bibliografi Beranotasi


Analisis tingkat kematangan berteknologi terhadap pengguna media sosial di abad 21
 Choiriyati, W. (2019). Etika Media dalam Kultur New Technology (Mengkaji Etika
Internet versus Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik). Jurnal
Masyarakat dan Budaya, 247-262.
Media sosial merupakan ruang lingkup luas, di dalamnya terdiri dari berbagai macam prespektif
global, sehingga etika dalam media sosial harus disesuaikan dalam karakter internasional yang
sepadan. Transformasi komunikasi dalam media sosial dapat bersifat anonim, artinya dari begitu
banyaknya latar belakang pengguna media sosial yang tidak kita ketahui, dapat mengakses dan
menyebarkan informasi dengan bebas tanpa diketahui apakah informasi tersebut aktual atau
tidak. Penting halnya bagi diri kita untuk mengedukasi etika penggunaan media sosial baik bagi
diri sendiri, maupun orang lain disekitar, karena tidak ada yang menginginkan siapapun
mendapati dirinya menjadi korban penyalahgunaan media sosial yang dapat membawa akibat
cukup fatal dalam ranah kognitif. Penerapan etika di media sosial bukan berarti kita berhak
membatasi kebebasan hak suara setiap individu, kebebasan seseorang dibatasi oleh kebebasan
orang lain, maka dari itu tujuan diadakannya etika dalam media sosialiini adalah untuk
meciptakan kenyamanan bagi bersama.

 Harmaningsih, D., Yunarti, S., & Wijayanti, W. (2021). Anonimitas Netizen di Media
Sosial. IKRA-ITH HUMANIORA: Jurnal Sosial dan Humaniora, 5(3), 76-85.
Menurut Le Bon pengertian deindividuasi yaitu ketika terjadinya fenomena berkumpulnya
individu ke dalam suatu kelompok yang nantinya akan menyebabkan kurangnya kesadaran atas
identitas dirinya masing-masing, sehingga individu tersebut akan mengalami perubahan
perilaku tidak seperti aslinya. Jika mengaitkan anatara fenomena deindividuasi, maka istilah
anonim sudah tidak asing terutama di ranah dunia maya, atau media sosial. Pengguna anonim
tidak jelas diketahui identitasnya, mereka menyebar dan dapat membaur di media sosial, terlebih
jika terdapat fenomena yang sedang hangat diperbincangkan, para pengguna anonim yang
berlindung dari kerahasiaan identitas, seringkali merasa memiliki kekuatan lebih untuk
berekspresif. Media sosial termasuk ke dalam ruang publik, dimana terdapat pengguna yang
terdiri dari latar belakang yang berbeda, oleh karena itu kesadaran dalam menjaga perilaku dan
kata-kata penting untuk dipahami oleh pengguna media sosial, sudah sewajarnya bahwa setiap
individu memiliki rasa tanggung jawab dengan apa yang dilakukannya, karena tidak hanya
berdampak bagi diri sendiri, maupun bagi orang disekitar.

 Kritik Abduh, I. M., & Cangara, H. (2022). Kritik Sosial Kebijakan Pemerintah dalam
Platform Media Sosial dengan Pendekatan Komunikasi Hyperpersonal. Jurnal
Nomosleca, 8(1), 91-100.
Menurut Walther, 2015. Komunikasi hyerpersonal merupakan praktik komunikasi dimana di
dlamaya terdapat user atau pengguna yangcenderung bebas memilih wadah yang menurutnya
masih sejalan dengan prespektif pengguna tersebut, sehingga dari wadah-wadah yang ada
tersebut menimbulkan kelompok dengan sudut pandangnya yang berbeda-beda pula. Setiap
individu memiliki hak untuk bersuara, ada kalanya individu yang memepunyai perspektif lain
tidak sejalan dengan apa yang disuarakan oleh platform atau wadah lain, hal ini menimbulkan
kritik dan argumentasi untuk mempertahankan perspktifnya masing masing. Di dalam media
sosial setiap indidvidu memiliki kebebasan untuk sekedar berkomentar atau mengungkapkan
argument tanpa terikat ruang dan waktu, hal inilah yang menyebabkan persoalan khususnya
pada kode etik dalam berkomentar di media sosial. Salah satu cara yang dapat mencegah
dampak lebih buruk adalah kembali dari kita sendiri sebagai indivu yang hidup berdampingan
dengan manusia lain, karena kebebasan dalam bersuara memang hak setiap indidvidu, namun
menghargai pendpat orang juga merupakan tanggung jawab kita terhadap hak yang dimiliki oleh
orang lain.

 Rahmawati, N., Muslichatun, M., & Marizal, M. (2021). Kebebasan Berpendapat


Terhadap Pemerintah Melalui Media Sosial Dalam Perspektif UU ITE. Widya Pranata
Hukum: Jurnal Kajian dan Penelitian Hukum, 3(1), 62-75.
Kebebasan bependapat merupakan bagian dari hak asasi manusia, seperti yang di tuliskan di
dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM, bahwasannya hak asasi
manusia merupakan hakekat yang ada pada dalam diri manusia dan merupakan anugrah yang
wajib dihormati oleh sesama. Kebebasan berpendapat dapat diwujudkan oleh berbebagau cara,
salah satunya adalah kritik atau beragumen terhadap aapa yang dirasa kurang sejalan dengan
perspektif seorang individu, seperti halnya fenomena yang terjadi di masyarakat, bahwasannya
pemerintah menuntut masyarakat untuk lebih aktif dalam memberikan kritik kepada
pemerintah, namun tidak ada jaminan atas kebebasan berpendapat yang benar-benar bebas
mengingat bahwasannya pemerintah juga mengeluarkan Undang Undang tentang informasi dan
Transaksi Elektronik (UU ITE). Sehingga selain memeerlukan diadakannya revisi terhadap
peraturan yangberlaku untuk menjamin keselematan masyarakat terhadap kritik yang di
sampaikan melalui platform media sosial ini, diharapkan para pengguna media sosial juga sudah
dewasa dan bertanggung jawab dengan apa yang di tanggapinya, guna mengwujudkan negara
yang demokrasi yang aman dan tentram.

 Rusmina, S. H. (2018). Etika Komunikasi Verbal Netizen dalam Penggunaan Ruang Publik
pada Kolom Komentar Serambinews. com (Doctoral dissertation, UIN Ar-Raniry Banda
Aceh).
Komunikasi verbal antar manusia secara langsung dan tidak langsung, perlu didasari etika,
karena dalam berinteraksi manusia membutuhkan timbal balik yang sepadan sehingga dapat
meciptakan kenyamanan dalam berkomunikasi. Etika dalam berkomunikasi harus diterapkan
dimana saja, tidak terkecuali pada ranah media sosial. Pengguna media sosial atau yang disebut
netizen membentuk pola komunikasi yang baru di dunia maya, dalam kasus ini komunikasi
verbal netizen dalam penggunaan ruang publik pada kolom komentar Serambinews.com
menunjukkan pola komunikasi yang tidak baik, seperti mengeluarkan kata-kata yang menghasut
kebencian, fitnah yterhadap suatu kelompok atau individu, yang akhirnya menimbilkan
perpercahan. Keberagaman perspektif netizen di media sosial tidak dapat disamaratakan,
penting halnya untuk memilah informasi yang di dapat agar tidak mudah terhasut oleh perkataan
yang tidak terjamin aktualisasinya. Ruang publik media sosial yang luas ini setiap individu
memiliki kebebasan berpendapat, jika tidak didasari oleh etika berkomunikasi yang baik, rekam
jejak segala sesuatu yang terposting di internet akan mudah untuk ditemukan.

 Mutaqin, I. (2021). Etika Komunikasi Bermedia Sosial Twitter (Juventini Indonesia) Terkait
Penerapan Pasal 27 UU ITE (Doctoral dissertation, Universitas Islam Riau).
Manusia akan lebih merasa mempunyai kekuatan apabila tergabung ke dalam suatu kelompok,
karena pada dasaranya manusia cenderung berkelompok apabila terdapat persamaan
ketertarikan, dan prespektif terhadap sesama manusia lainnya, adanya perilaku yang
menunjukan ketertarikan terhadap sesuatu tersebut melahirkan fanatisme. Tersedianya platform
yang berkembang saat ini dapat mewadahi ruang peminatan seseorang atau kelompok tertentu,
salah satu platform yang dapat mewadahi hal tersebut adalah twitter. Twitter sebagai platform
yang mewadahi penggunanya untuk mengekspresikan lewat kata-kata atau tulisan, ternyata
masih banyak fenomena mengenai tulisan twitter (tweet) dari akun fanbase (juventini Indonesia)
yang dirasa tidak menerapkan etika dalam komunikasi. Adanya sifat fanatik tersebut
menimbulkan hal negatif bagi pengguna lainnya, seperti pencemaran nama baik, memiliki
muatan perjudian, dan melanggar kesusilaan dimana hal itu telah melanggar etika komunikasi
UU ITE. Dalam penggunaan media sosial harus dengan pemikiran dan kesadaran diri sendiri
untuk bisa lebih hati-hati dan memahami etika komunikasi agar dapat menggunakannya secara
bijak, demi kenyamanan bersama

 Hasna, S. (2022). Selebriti dan fandom di era media sosial: fenomena selebgram. Jurnal
Al Azhar Indonesia: Seri Ilmu Sosial, 3(1), 1-7.
Media sosial berupa Instagram merupakan platform yang memberikan ruang publik maya
terhadap penggunanya, baik dalam dunia marketing, hiburan, politik, pendidikan dan masih
banyak hal lain yang timbul dikarenakan dengan tingkat pemintan pengguna di Instagram itu
sendiri, Akun yang memiliki tingkat peminat paling banyak mempunyai followers yang tinggi,
dari sinilah lahir sifat pengguna instagram dalam mengidolakan seseorang atau kelompok
tertentu dan mengakibatkan kenaikan tingkat popularitas suatu akun tersebut. Adanya sifat
mengidolakan sesuatu di media sosial berpotensi untuk melahirkan fenomena fanatisme
terhadap kubu-kubu idolanya sendiri, tidak sedikit pengguna yang menyalahgunakan fitur di
Instagram dengan menyebarkan fitnah terhadap pengguna akun lain. Penyebarakn kebencian
tersebut biasanya diawali dari provokasi salah satu akun yang tidak jelas identitasnya dan
berlindung dari fake account, sehingga membuat pengguna lain tidak terima dan merasa harus
melindung idolanya, fenomena tersebut dapat disebut dengan istilah fan war. Seharusnya
dengan adanya keberagaman di Instagram dapat membangun dampak positif seperti
membangun relasi sesama fandom.

 Sahara, N., Marliani, R., & Kurniadewi, E. (2022). Gambaran konflik antar kelompok
penggemar Korean Pop di media sosial. Psyche: Jurnal Psikologi, 4(1), 31-46.
Media sosial membentuk ruang public baru bagi penggemar Korean pop yang telah marak
berkembang pesat di kalangan remaja saat ini, munculnya konflik yang terjadi di antara fans di
kalangan kpopers disebut dengan istilah fanwar, fan war dapat terjadi apabila seoarang atau
sekelompok fans teprovokasi dengan suatu konten yang bersifat merendahkan idolanya sendiri,
sekelompok fans atau fandom merasa mempunyai tanggung jawab untuk melindungi idolanya
dari hujatan fandom idola lain, karena mereka berprinsip bahwa penggemar adalah cerminan
dari idolanya. Penting halnya untuk mendewasakan diri sendiri untuk menyaring apa yang kita
dapati di media sosial, agar tidak mudah terprovokasi terhadap hujatan kebencian orang lain.
Seorang idol pula tidak mengharapkan konflik dan perpecahan, hal ini menunjukan bahwa idol
juag merupakan seorang manusia yang mempuyai kekurangan dan kelebihannya masing-
masing. Aksi mendukung idol sudah lebih dari cukup dari bentuk apresiasi terhadap mereka.
Tidak ada manfaat yang didapati ketika kita berlebihan membela suatu pihak yang tidak kita
kenal sepenuhnya.

 Sahronih, S. (2018). Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Mengatasi


Degradasi Moral Anak Sekolah Dasar Di Era Digital. In Prosiding Seminar Dan Diskusi
Pendidikan Dasar.
Pendidikan karakter di era digital dapat diterapkan kepada generasi baru untuk menanam nilai-
nilai moral guna membangun sumber daya manusia yang bertanggungjawab atas perilakunya.
Era teknologi dan komunikasi yang berkembang pesat sat ini membuat setiap individu tidak
dapat dipisahkan oleh teknologi, kebebasan berteknologi harus dibatasi melalui kesadaran setiap
individunya, guna mecegah adanya degradasi moral di era digital saat ini, perlu diterapkan nilai-
nilai pendidikan karakter yang harus mulai ditanamkan di usia dini, karena kebiasaan dapat
terbangun se dini mungkin. Pendidikan moral dapat diterapkan mulai dari lingkungan terdekat
yaitu keluarga, karena jika individu sudah didasari oleh nilai-nilai moral maka baik di dunia
nyata maupun di dunia maya yang cakupannya sangat luas, mereka akan dapat membentengi
dirinya pengaruh-pengaruh yang dapat menghambat berkembangnya pemikiran yang sempit.
Kemanuuan teknologi menuntut kita untuk lebih berfikir lebih maju dan kritis mengingat
penerus bangsa yang akan datang akan bisa menyesuaikan dan menyeimbangkannya.

 Lestari, S. N. (2019). Perlindungan Hak Moral Pencipta Di Era Digital Di


Indonesia. Diponegoro Private Law Review, 4(3)
Undang ndang no, 28 tahun 2014 tentang hak cipta, disebutkan bahwa setiap orang dilarang
melakukan penggunaan demi keuntungan sendiri tanpa persetujuan tertulis dari orang yang
mempunyai karya tersebut atau ahli warisnya, dari undang-undang yang di sebutkan tersebut
dapat di pahami bahwa melindung hasil karya orang lain merupakan hal yang memang
sepatutnya dilakukan oleh seseorang. Ditengah kemajuan teknologi saat ini seseorang dapat
mudah dan mempunyai kebebasan untuk menggali informasi di internet, kemudahan yang
didapat dari kemajuan teknologi saat ini jangan sampai membuat masyarakat di Indonesia
menjadi terlena dan melupakan nilai-nilai moral yang seharusnya sudah tertanam di diri setiap
individu. Pelaksanaan hak moral pencipta di Indonesia perlu diperhatikan, karena hal ini akan
berdampak signifikaan terlebih jika informasi yang kita dapatkan bukan berasal dari sumber
yang dapat diverifikasi kebenarannya. Pentingnya perlindungan hak cipta tidak hanya
berdampak terhadap pemilik karya, namun juga berdampak bagi seluruh masyarakat

 Cholilah, P. F. (2021). Etika Menggunakan Media Sosial Bagi Generasi


Milenial. Pendidikan.
Generasi milenial merupakan generasi penerus bangsa, dimana perkembangan teknologi sejalan
dengan berkembangan generasi saat ini. Media sosial sebagai hasil dari kemajuan teknologi
menciptakan ruang bagi penggunanya sebagai tempat untuk mencari informasi dan berekspresi.
Kebebasan dalam media sosial bukan berarti setiap penggunanaya tidak menerapkan batasan
moral yang wajib di tanamkan dari dalam diri, karena jika tidak berlandaskan dengan etika
dalam menggunakan media sosial maka akan berdampak dan mengakibatkan sesuatu yang tidak
diinginkan. Kebebasan tidak menjamin keamanan, penyalahgunaan media sosial seperti
rasisme, cyber bullying, dan masih banyak lagi fenomena yang di dapat apabila kita sebgai
individu tidak bijak dalam menggunakan meida sosial. Penrapan etika yang bermoral selain di
dunia nyata juga harus diterapkan di medi asocial, karena pihak yang terlibat di media ossial
lebih universal sifatnya, oleh karena itu edukasi terhadap etika komunikasi di media sosial perlu
ditingkatkan, demi menciptakan kenyamana bersama

 Nafia, M. I. (2022). Etika Komunikasi Netizen Pada Konten Media Sosial Instagram Lambe
Turah Official Periode 2022 (Studi Deskriptif Kualitatif Pada Media Sosial Instagram@
Lambeturah_Official Melalui Pendekatan Etika Komunikasi) (Doctoral dissertation,
Universitas Mercu Buana Yogyakarta).
Kemajuan teknologi di ranah media sosial menciptakan ruang-ruang baru untuk setiapi ndividu
dalam mengekspresikan perasaanya. Penggunaan platform Instagram sebagai wadah yang
menampung ekspresi penggunanya tersebut. Namun disayangkan karena kebebasan dalam
berpendapat dan berkespresi tersebut disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab.
Seperti halnya fenomena yang terjadi di salah satu akun Instagram @lambeturah_official
mengenai para netizen yang berperan aktif dalam menjatuhkan pihak lain, dapat disimpulkan
bahwa akun @lambeturah_official merupakan salah satu wadah yang memang sudah
diperuntukan oleh masyarakat untuk mencari info, dan berujung menghakimi kehidupan orang
lain. Jika menyinggung tentang etika komunikasi media sosial terhadap fenomena yang terjadi,
maka tidak dapat di hindrai bahwa akunakun yang menjadi wadah penghakiman netizen akan
terus muncul satu persatu, hal tersebut pula dikarenakan adanya respon yang ramai dari para
pengguna media sosial, oleh karena itu penting bagi kita untuk membatasi diri sendiri agar tidak
terkewat dari batas etika komunikasi

 Mustika, R. (2018). Etika berkomunikasi di media online dalam menangkal


Hoax. Diakom: Jurnal Media Dan Komunikasi, 1(2), 43-50.
Di era teknologi seperti ini, mudah untuk kta menggali informasi sebanyak-banyaknya di
internet atau media sosial lainnya dengan kecepatan informasi yang bersifat real time. Peran
yang wajib diimplementasikan setiap individu ketika menggunakan internet sebagai sumber
infomasi yang didapatnya harus berlandaskan kepada penyaringan informasi yang didapt denga
tujuan untuk mencegah penyebaran nformasi atau berita hoax. Berita hoax yang seringkali
tersebar dapat disebabkan karena kurangnya pemikiran kritis dengan kebenaran yang factual
dan jelas informannya. Dampak dari penyebaran hoax dapat menyebabkan dampak yang
signifikan bagi kerugian banyak orang yang menerima berita hoax tersebut. Sebuah informasi
dapat dijadikan landasan seseorang dalam bertindak dan mencari jalan keluar, jika informasi
yang didapat tidak berlandaskan kebenaran maka siapa yang akan bertanggung jawab atas
kehidupan seseorang yang tersesat akibat infomasi yang palsu.

 Dipayana, S. F. P., & Artha, I. G. Implementasi Asas Praduga Tak Bersalah Oleh
Pengguna Media Sosial Dalam Pemberitaan Pidana Di Media Sosial.
Pengguna media sosial terhubung dengan informasi di dunia maya, sedangkan hukum dalam
aturan penggunaan media sosial bersifat nyata. Kebebasan dalam menggunakan media sosial di
Indoensia berlandaskan dengan Undang-Undang ITE, yang artinya kebebasan yang dimaksud
harus dilandaskan oleh aturan dan hukum yang digunakan sebagai batasan berperilaku.
Implementasi pengguna media sosial dalam mengungkapkan argument kerap menimbulkan
kasus, salah satu contoh fenomena yaitu atas asa praduga tak bersalah yang idungkapkan oleh
netizen di media sosial. Jika dikaitkan dengan hukum yang ada di Indonesia maka terlihat
bahwasannya hukum belum berjalan secara spesifik, sehingga perlu di lakukan pengembangan
hukum untuk menteliti perspektif yang muncul dari pengguna media sosial. Oleh karena itu,
selain dari pihak terkait yang melakukan penanggulangan oenerapan undang-undnag yang
berlaku, kita sebagai masyarakat juga harusnya dapat bekerja sama dalam upaya mecegah
kerugian bagi banyak pihak

 Hasna, S. (2022). Selebriti dan fandom di era media sosial: fenomena selebgram. Jurnal
Al Azhar Indonesia: Seri Ilmu Sosial, 3(1), 1-7.
Kumpulan dari manusia yang memiliki kesamaan terhadap idola yang di kagumi, dapat disebut
dengan istilah fandom. Dimana perkumpulan tersebut dapat dijadikan wadah untuk berinteraksi
dan menjalin realasi. Adapun selebritas di era baru ini melahirkan idola yang berasal dari sebuah
platform media sosial, salah satunya adalah Instagram sebagai platform yang dapat menyajkan
fitur-fitur sehingga konten yang didapat berupa visual dan banyak diminati oleh masyarakat.
Kini selebritas yang dating dari media sosial tidak harus berdasarkan kemapuan berakting, atau
menyanyi, namun konten yang diciptakan mandiri oleh selebgram ini dapat meraih fans dengan
tingkat pengikut yang tinggi. Untuk meraih perhatian publik, seorang konten creator atau
sleebgram menciptakan segala ide kreatif dan melakukan segala hal bahkan bisa dpaat di luar
nalar. Oleh karena itu pentiing bagi pengguna sosial media untuk lebih menyaring sosok yang
dapat dijadikan sebagai motivator dan berguna bagi kehidupan bersama.

 Rohmy, A. M., Suratman, T., & Nihayaty, A. I. (2021). UU ITE dalam Perspektif
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dakwatuna: Jurnal Dakwah dan
Komunikasi Islam, 7(2), 309-339.
Perkembangan teknologi dalam dunia maya atau media sosial memiliki kebebasan yangt idak
terbatas, terlebih ruang lingkupny ayang begitu luas, menjadikan kemajemukan ruang public
sangat terasa, mulai dari banyaknya perskpektif dan argument yang ada, etika dan budaya juga
beragam di dalam media sosial atau internet. Indonesia merupakan negara hukum yang memiliki
pedoman bagi pengguna internet agar dapat dijadikan batasan di dalam lautan. internet yang
luas ini. UU ITE diperlukan sebagai dasar hukum yang dapat mecegah perbuatan melanggar
norma dan hukum. Namun fenomena yang terjadi bertolak belakang dengan apa yang di
tentukan, terkait implementasi UU ITE kurang menyekuruh dan kurang dari rasa keadilan. Dise
butkan pula bahwasannya setiap individu memiliki hak asasi manusia untuk bbebas
mengemukakan pendapat dan berusara . Oleh karena itu diperlukan keterkaitan yang lebih erat
lagi anatar hukum dengan keadaan yang ada di indonesia

 Yanti, L. P. F., Suandi, I. N., & Sudiana, I. N. (2021). Analisis Kesantunan Berbahasa
Warganet pada Kolom Komentar Berita di Media Sosial Facebook. Jurnal Pendidikan
Dan Pembelajaran Bahasa Indonesia, 10(1), 139-150.
Kolom komentar merupakan salah satu fitur di dalam media sosial, media sosial berupa
facebook merupakan saah satu wadah myang mnyediakan berbagai macam fitu-fitur untuk
memudahkan pengguna dalam menjelajah media sosial, salah satu bentuk komunikasi dapat
dilihat melalui kolom komentar, dari kolom komentar dapat di analisis bentuk kesantunan warga
penggunanya, Facebook merupakan salah satuplatform media ossial yang terkenal dengan
pengguna terbanyak. Oleh karena itu pengguna facebook terdiir dari berbagai macam latar
belakang dan negara yang disatukan di dalam forum facebook. Oleh karena itu peran kita
sebagai individu dalh wajib untuk mengharagai semua manusia baik di dunia nayat dan dunia
maya, agar terjalin kenyamanan di ruang public yang di guanakan bersama dan tidak gampang
terhasut oleh provokator yang sengaja menciptakan keributan di mana saja.

 Bastian, O. A., Rahmat, H. K., Basri, A. S. H., Rajab, D. D. A., & Nurjannah, N. (2021).
Urgensi Literasi Digital dalam Menangkal Radikalisme pada Generasi Millenial di Era
Revolusi Industri 4.0. Jurnal Dinamika Sosial Budaya, 23(1), 126-133.
Menurut KBBI Radikalisme merupakan aliran yang menginginkan perubahan sosial. Generasi
Millenial sebagai penerus bangsa penting untuk mengetahui dasar-dasar moral diperlukan
untuk menghadapi perkebambangann teknologi yang terus menerus meningkat. Pengetahuan
yang di jadikan landasan keidupan di era digital saat ini dapat di temukan melalui literasi digital.
Untuk meningkatkan pemiatan generasi millennial dalam melakukan literasi, maka diperlukan
gerakan sosialisasi meneyeluruh terhadap manusia khususnya terhadap usia remaja sebagai
capaian yang akan mengahdapi era yeng lebih maju lagi dariapada saat ini. Literasi digital sangat
krusial dan penting, mengingat penyalahgunaan media sosial dalam menyebarkan informasi
juga berisiko semakin tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenaranya, oleh karena itu jika diri
setiap individu sudah dibekali pedoman yang kuat maka akan menimbulkan pemikiran kritis
seghingga informasi yang didapat bisa diolah dan dicari lagi kebenarannya.

 Kajian Laily, I. N., & Chandra, R. D. A. (2021). Kajian Wacana Dampak Penggunaan
Gadget (Gawai) terhadap Kemampuan Sosial Emosional Pada Anak Usia Dini. Jurnal
Warna: Pendidikan dan Pembelajaran Anak Usia Dini, 6(1), 35-44.
Kemajuan teknologi menyebabkan perubahan terhadap berbagai aspek. Internet sebagai salah
satu hasil dari kemajuan teknologi banyak diminati oleh individu dari berbagai kalangan, tidak
terkecuali anak yang masih dikategorikan dalam usia dini, kini ada beberaopa orang tua yang
mempersilahkan akses internet dalam media gadget teradap anaknya yang masih dini. Dalam
hal kematangan usia anak dibawah usia dini masih belum sepenuhnya berkembang. Internet
berisikan banyak informasi yang dapat digali sedalam dalamnya, namun aksesnya yang tidak
terbatas menyebabkan penggunanya sudah memiliki dasar kematangan dan tanggung jawab atas
apa yang dicari dan apa yang akan di publikasikan. Pola perkembangan anak tidak dapat
sepenuhnya bisa di cari lewat media maya, karena sesunggunya menurut santrock (2007)
dijelaskan bahwa perkembangan manusia dihasilkan dari proses biologis, dan sosial emosi,
artinya nilai-nilai moral harus ditanamkan dahulu kepada anak sebelum anak measuki usia yang
dikira sudah matang secara mental dan fisik.

 Meilinda, N., Malinda, F., & Aisyah, S. M. (2020). Literasi digital pada remaja digital
(Sosialisasi pemanfaatan media sosial bagi pelajar Sekolah Menengah Atas). Jurnal
Abdimas Mandiri, 4(1).
Di era digital saat ini,usia remaja merupakan usia yang sedang banyaknya mengakses informasi
melewati internet. Tuntutan penddiikan dan gaya hidup menyebabkan para remaja mengakses
internet sebagai sumber informasi yang dibutuhkan. Literasi didgital hadir sebagai sarana
informasi yang dapat meudahkan remaja untuk mendapatkan sumber informasi yang lebih luas
dan terpecaya, karena dari banyaknya ilmu yangdi dapat maka akan menimbulkan pemikiran
krisis terhadap informasi yang ada. Era digital ini memepengaruhi kegidupan individu
khususnya remaja yang masih dalam tahap perkembangan untuk selalu mempersiapkan sesuatu,
jika seorang remaja sudah mengathui caramen gendalikan media maka mereka akan tahu
bagaimana menyikapi kemajuan teknologi ini. Dengan demikian berkembangnya teknologi sat
ini mengadi sebuah tantangan untuk diri sendiri karena kecenderungan ini dominan akan lebih
berpengaruh terhadap remaja yangnantinya akan mempengaruhi pula dari cara berfikir dan
perilakunya. Oleh karena itu penting diadakan sosilisasi literasi digital agar anakusia remaja
memounyai benteng utnuk menjelajahi dunia internet yang begitu luas ini

Anda mungkin juga menyukai