TEMA :
SUARA DEMOKRASI
Media sosial menurut Harahap & Adeni (2020) merupakan sebuah platform
berbasis digital yang memberikan banyak ruang bagi penggunanya dalam
mengemukakan pendapat maupun aspirasinya, seseorang yang
menggunakan media sosial dapat memanfaatkan banyak fitur salah
satunya adalah bertukar informasi (Susanto, et al., 2021). Tujuan dibuatnya
artikel ini adalah untuk mengetahui terkait peran media sosial dalam
demokrasi di Indonesia. Metode Penelitian yang digunakan adalah studi
literatur. Hasil dari penulisan ini berupa media sosial akan menjadi sesuatu
yang sangat menguntungkan dalam hal demokrasi di Indonesia maupun
dalam hal lainnya jika digunakan dengan bijak dan baik. Sebaliknya, jika
media sosial digunakan dengan cara yang salah maka akan memberikan
masalah juga dan malapetaka bagi orang yang salah menggunakannya atau
bahkan akan berdampak buruk juga terhadap negara.
Pada era canggih seperti saat ini, dimana teknologi semakin berkembang.
Banyak hal-hal baru yang bermunculan seperti media yang sudah
memberikan andil yang cukup banyak dalam hal penyampaian pendapat
bagi masyarakat di suatu negara. Media yang saat ini sedang banyak
dipergunakan oleh masyarakat adalah media sosial. Salah satunya adalah
negara Indonesia, dimana dalam survei yang dilakukan oleh We Are Social,
pengguna aktif media sosial di Indonesia sebanyak 167 juta orang pada
Januari 2023. Artinya sekitar 60,4% dari populasi di Indonesia
menggunakan media sosial (Widi, 2023).
Kalau dulu demokrasi dilakukan dengan sebuah tindakan nyata atau terjun
langsung, saat ini demokrasi dapat dilakukan melalui media sosial yakni
secara online. Contohnya dalam hal kampanye atau melakukan sebuah
branding terhadap calon kandidat wakil rakyat. Dulu calon wakil rakyat
tersebut harus melakukan terjun langsung ke masyarakat agar dikenal
oleh rakyatnya, namun saat ini dengan adanya media sosial masyarakat
dapat dengan mudah mengetahui siapa atau mungkin bagaimana calon
wakil rakyat tersebut. Bahkan mungkin rekam jejak yang pernah dilakukan
dapat diketahui oleh masyarakat melalui media sosial.
Teknologi Informasi dan Komunikasi atau yang biasa disingkat dengan TIK
adalah suatu program atau alat bantu yang digunakan untuk manipulasi
dan menyampaikan informasi (Surya, et al., 2019). Jika dilihat dari asal kata
"Teknologi", Teknologi ini berasal dari bahasa Yunani yakni, technologia atau
techne yang memiliki arti keahlian atau logia yang berarti pengetahuan.
Pengertian sempitnya teknologi memiliki arti sesuatu yang mengacu pada
sebuah objek benda yang berguna untuk memudahkan aktivitas manusia,
seperti mesin, perkakas atau perangkat keras lainnya. Menurut Surya
(2019) TIK memiliki dua aspek yakni:
Media sosial menurut Harahap & Adeni (2020) merupakan sebuah platform
berbasis digital yang memberikan banyak ruang bagi penggunanya dalam
mengemukakan pendapat maupun aspirasinya, seseorang yang menggunakan
media sosial dapat memanfaatkan banyak fitur salah satunya adalah bertukar
informasi (Susanto, et al., 2021). Pada ranah politik, media sosial menjadi salah
satu media baru dalam meraih suara khususnya pemilih muda. Media sosial
akhir-akhir ini menjadi salah satu platform yang digunakan penggunanya untuk
mencari tahu informasi atau penggunanya ter-literasi secara politik melalui
media sosial. Adanya fenomena ini memberikan fenomena baru lainnya, yakni
fenomena buzzer politik. Pada awalnya buzzer ini digunakan untuk istilah
pemasaran, tetapi setelah pemilu tahun 2014, terdapat fenomena baru yakni
buzzer pada ranah politik dan menjadi tren berkampanye di media sosial.
Politisi menggunakan jasa buzzer untuk membentuk opini publik hingga
meningkatkan elektabilitas mereka (Felicia & Loisa, 2019).
Demokrasi
Demokrasi berasal dari kata demokratia yakni salah satu bahasa Yunani.
Demokrasi memiliki arti suatu kekuasaan rakyat atau rakyat memiliki sebuah
kekuasaan. Secara umum demokrasi terdiri dari dua kata, yakni demos dan
kratos. Demos memiliki arti rakyat, sedangkan kratos memiliki arti kekuatan
atau kekuasaan (Surya, et al., 2019). Demokrasi menurut pendapat ahli yakni
Abraham Lincoln memiliki arti sebuah sistem pemerintahan yang dibentuk oleh
rakyat, oleh rakyat dan juga untuk rakyat itu sendiri. Mengenai demokrasi ini,
masyarakat atau warga boleh ikut serta dalam mengambil bagian. Bagian yang
dimaksud adalah sebuah bentuk perwakilan baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam pelaksanaan perumusan, pengembangan dan juga proses
menyusun hukum dalam sebuah negara.
Adanya partai politik dan organisasi sosial politik sebagai media untuk
menyalurkan aspirasi rakyat
Pada saat ini media sosial bagaikan dua sisi mata uang logam, dimana satu sisi
memiliki dampak untuk kekuatan dan satu sisi lainnya menjadi sebuah
kelemahan dalam demokrasi. Jika dilihat dari sisi kekuatan, media sosial dinilai
sebagai kekuatan dari demokrasi. Pada demokrasi media sosial dianggap
mampu mempengaruhi wacana dan agenda dalam masyarakat. Media sosial
dianggap dapat menentukan apa yang mungkin akan dibicarakan oleh
masyarakat. Lalu bagaimana dengan Demokrasi di Indonesia, peran dari media
sosial, serta dampak apa saja yang terjadi jika media sosial menjadi salah satu
alat dalam demokrasi di Indonesia. Hal itulah yang akan dibahas dalam hasil dan
pembahasan penulisan ini.
Demokrasi dan Kebebasan Mengemukakan Pendapat di Indonesia
Media sosial menjadi salah satu sarana untuk melakukan interaksi. Melalui
media sosial, masyarakat akan lebih mudah dekat dengan calon kandidat,
terutama ketika calon kandidat sudah membuka interaksi lebih dulu dengan
masyarakat. Misalnya ketika membuat konten yang bermanfaat, dalam konten
tersebut mengundang masyarakat untuk memberikan sejumlah komentar.
Semakin aktif maka masyarakat akan semakin mudah menemukan dan
mengenal calon wakil rakyat tersebut.
Jaringan media sosial juga memberikan akses dan membuka jalan untuk
semua manusia, menciptakan hubungan yang horizontal yang setara dan
memberikan akses kebebasan ekspresi dan komunikasi yang jauh lebih
terbuka, termasuk untuk mengkritik pemerintah.
Mengawasi Pemerintah
Salah satu peran dan dampak positif adanya media sosial dalam demokrasi
adalah masyarakat mengetahui program pemerintah. Ketika program
tersebut memiliki dampak yang cukup baik untuk masyarakat maka
masyarakat akan mendukung program tersebut. Peran dari media sosial
adalah sebagai media atau sarana pemerintah untuk lebih dekat dengan publik
dan menyebarkan serta memperkenalkan program yang dibuat oleh
pemerintah kepada masyarakat.
Dampak Negatif Media Sosial dalam Demokrasi
Munculnya hoax yang menjadi salah satu masalah bagi masyarakat. Namun,
dengan adanya hoax ini menyadarkan kita bahwa digitalisasi membawa
sejumlah konsekuensi.
ARTIKEL 2
Media Sosial dan Generasi Z
Eva Telzer, seorang profesor di departemen psikologi dan ilmu saraf UNC-
Chapel Hill, menyatakan bahwa temuan ini mengindikasikan bahwa anak-anak
yang sering menggunakan media sosial cenderung lebih responsif terhadap
umpan balik dari teman sebaya.
Selama tiga tahun, peneliti mengikuti 169 siswa dari sekolah menengah umum di
daerah pedesaan North Carolina. Pada awal penelitian, para peserta melaporkan
seberapa sering mereka memeriksa tiga platform media sosial populer:
Facebook, Instagram, dan Snapchat, dengan frekuensi cek berkisar dari kurang
dari sekali hingga lebih dari 20 kali sehari.
Selama periode penelitian, para peserta menjalani pencitraan otak tahunan dan
melakukan tugas penundaan insentif sosial untuk mengukur aktivitas otak
mereka saat mengantisipasi umpan balik sosial dari teman sebaya.
Responsif terhadap feed back dari orang lain.
Sebagai contoh nyata, tahun 2019 silam Artis K-Pop Sulli ditemukan meninggal
dunia dengan cara bunuh diri di rumahnya sendiri yang terletak di kawasan
Seongnam, Korea Selatan.
Depresi dan komentar jahat Knetz (Korean netizens) serta haters di media
social disebut sebagai alasan peristiwa tragis tersebut. Meskipun Sulli sempat
meminta warganet tidak terus-terusan berkomentar buruk, yang terjadi malah
sebaliknya. Sehingga ia semakin depresi dengan keadaan tersebut.
Media social menjadi semacam platform utama eskpresi diri. Seluruh aspek
kehidupan pada akhirnya bermuara di satu dunia ekspresi yang membutuhkan
validasi viewer. Ketika tidak mendapat validasi positif maka yang terjadi adalah
sebuah depresi dari suatu penolakan.
Tidak ada yang jelek di social media. Teknologi memampukan semua orang
menjadi cantik, tampan dan keren. Sosial media hampir tidak memberikan
tempat terhadap cacat penampilan. Hal itu tentu melawan hukum alami di mana
semua yang ada di kolong langit terjadi sebagai sebuah keseimbangan.
Sebagai contoh ada orang berkulit putih, coklat, kuning langsat dan gelap.
Belum lagi bicara rambut, tinggi dan berat badan. Di dunia sosial seperti ada
sebuah standar kecantikan dan ketampanan yang terbentuk.
Membandingkan diri kita sendiri dan orang lain
Cyber bullying
Dampak secara emosional juga dapat terasa, menciptakan rasa malu dan
kehilangan minat terhadap aktivitas yang disukai sebelumnya. Fisik pun
terpengaruh, mungkin mengalami kelelahan karena kurang tidur, atau
bahkan menunjukkan gejala seperti sakit perut dan sakit kepala.
Untuk menghindari dampak buruk media sosial bagi generasi Z, berikut adalah
beberapa langkah yang dapat diambil:
Apapun yang berlebihan pasti berakibat buruk. Disiplin diri merupakan kunci
untuk menghindari diri darikecanduan dan stres itu sendiri.
Orang tua atau wali dapat membantu dengan memantau aktivitas online
anak-anak mereka. Ini dapat membuka jalan untuk berbicara tentang
pengalaman online mereka dan memberikan dukungan jika diperlukan.
Oleh karena itulah, melalui pendekatan yang holistik dan didukung oleh
pendidikan, kesadaran, dan dukungan sosial, generasi Z dapat lebih baik
mengelola dampak media sosial dan membentuk pengalaman online yang
positif.
ARTIKEL 3
Kebebasan Berpendapat dan Sosial Media di Indonesia
Belakangan ini, media sosial telah menjadi hal yang sangat krusial di tengah
masyarakat Indonesia. Dalam media sosial, setiap orang memiliki kebebasan
untuk mengutarakan pendapatnya. Sebagaimana yang telah tercantum dalam
Pasal 28 ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (UUD 1945) yang berbunyi:
Di sisi lain, perihal kebebasan berserikat dan berpendapat baik secara lisan
maupun tulisan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam undang-undang juga
telah diatur dalam ketentuan Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang No 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia (UU HAM) sebagai berikut:
ARTIKEL 4
Penyebaran Informasi Hoax dan Hate Speech Melalui Media Sosial
Media Sosial 2atau yang sering kita sebut sebagai medsos adalah sebuah media
untuk bersosialisasi satu sama lain dan dilakukan secara online sehingga
memungkinkan manusia untuk berkomunikasi secara virtual atau jarak jauh.
Media sosial selain digunakan sebagai media komunikasi, media sosial juga
dapat dijadikan sebagai sebuah platform untuk menyebarkan sebuah
informasi. Penyebaran informasi saat ini tidak perlu lagi memakai media fisik
seperti koran, majalah ataupun surat cukup hanya dengan memiliki akses
internet kita dapat menyebarkan sebuah informasi.
Penyebaran informasi pada media online sangat mudah dilakukan dan sangat
cepat, dikarenakan tidak adanya aturan yang mengikat dan mengatur sebuah
penulisan informasi dalam media sosial. Karena hal tersebut, penyaringan
informasi pada media online tidak dapat dilakukan. Semua orang yang memiliki
akses internet dapat dengan mudahnya menyebarkan informasi tanpa adanya
penyaringan terlebih dahulu, dan dapat dikatakan bahwa sumber dari
informasi yang disebarkan belum tentu bersumber dari sumber yang jelas atau
mengandung unsur hoax dan dapat menimbulkan ujaran kebencian atau hate
speech.
Hoax dapat diartikan sebagai sebuah informasi yang belum pasti atau informasi
yang dibuat buat dan direkayasa, sedangkan informasi itu sendiri memiliki arti
kumpulan dari beberapa data yang bersifat fakta. Menurut data dari laman web
kemenkeu.go.id setidaknya 30% hampir 60% orang Indonesia terpapar hoax
saat mengakses dan berkomunikasi melalui media sosial. Sementara hanya 21%
sampai 36% saja yang mampu mengenali hoax. Media sosial yang banyak
ditemukan penyebaran informasi hoax antara lain whatsapp, line, telegram,
sebanyak 62,80%, situs web sebesar 34,90% dan media sosial facebook,
instagram, twitter mendapat persentase sebesar 92,40%.
Penyebab terjadinya penyebaran informasi hoax menurut Melani Budiantara
seorang pakar budaya dari Universitas Indonesia adalah sebagai berikut :
JUDUL ARTIKEL :
A p a k a h kalian m e n e m u k a n b e r i t a b o h o n g ( h o a x ) , c y b e r b u l l y i n g ( p e r u n d u n g a n
duniamaya)dan cyberhate(ujaran kebencian)?Jika iya,dimana dan bagaimana
perasaan mereka?Apakah mereka menganggap ini hal yang sudah menjadi
kebiasaan atau mereka pernah merasa tidak nyaman dengan ini?
Apa dampak hal tersebut terhadap Apakah solusi yang bisa diterapkan
kebebasan berpendapat? untuk mengatasi hal tersebut?
LK 3
Refleksi Awal
Jawablah pertanyaan berikut dengan sebaik-baiknya !
No Pertanyaan Jawaban
3
Tahukah kamu bahwa negara Indonesia
merupakan negara demokrasi? ...........................................................................
Pernahkahkamumenyuarakanpendapat?
4 Kapan dan dimana? ...........................................................................
7
Jika ada pemilu di Indonesia, saya ...........................................................................
sangatsenang, karena apa?
8
Apakah kalian sudah berhak mengikuti ...........................................................................
pemilu?,apa sebabnya?
Menurutkamu,
kenapa sekolah
membentuk
Organisasi
Siswa
Intra Sekolah?
LK 5
“LETS MAKE ROLEPLAY”
MISI
Nama Bakal Calon
Ketua OSIS
Nama Nama
Tim Sukses
VISI
lk 6
ekplorasi visi & misi kandidat
NAMA CALON
video kampanye
visi misi
VISI MISI
PENILAIAN ANTAR TEMAN
NAMA :
NO. ABSEN :
KLEAS :
Pertanyaan Ya Tidak
JUMLAH SKOR
SKOR MAKSIMAL
NILAI AKHIR
LK 7
LEMBAR REFLEKSI PROYEK
NAMA :
NO. ABSEN :
KELAS :
TANGGAL :
Keterampilan baru yang didapat : Hal yang bisa dilakukan lebih baik :
Nama:
Kelas:
sangat Tidak
Setuju
Setuju Setuju
Fasilitator pada projek Profil ini membantu saya dalam belajar dan
berproses