Anda di halaman 1dari 9

Machine Translated by Google

PERSEPSI: Jurnal Komunikasi Vol.6 e-ISSN 2623-2669


No.1, 2023, 58-65 DOI:
https://doi.org/10.30596/persepsi.v6i1.14514

Analisis Komunikasi Citra Politik Partai Demokrat di


Media Sosial
Tiara Sehat Mauliana1* , Ahmad Sampurna2
Universitas Islam Sumatera Utara, Medan, Indonesia
*1Koresponden: tiara0603202066@uinsu.ac.id

Abstrak
Teknologi telah menyusup ke dalam kehidupan manusia dalam banyak hal. Salah satu perkembangan
teknologi yang paling umum adalah media sosial. Tidak hanya untuk masyarakat umum, dunia politik
juga tidak dapat dipisahkan dari media sosial di era ini. Bagi para aktor politik, media sosial merupakan
wadah untuk menampung dukungan positif. Namun dengan mudahnya membendung citra positif, tak
bisa dipungkiri media sosial juga bisa menjadi bumerang yang sewaktu-waktu bisa merusak citra politik
mereka. Tulisan ini fokus membahas komunikasi politik Partai Demokrat dalam membentuk citra
politiknya, khususnya di platform media sosial. Dengan menggunakan metode deskriptif yaitu
mengambil sumber dari literatur lain. Dalam tulisan ini akan dipaparkan penggunaan media sosial oleh
Partai Demokrat. Selanjutnya, dari segi komunikasi politik yang digunakan, dapat disimpulkan bahwa
media sosial juga berperan penting sebagai sarana kampanye dan membangun citra partai.

Kata Kunci: Partai Demokrat; komunikasi politik; media sosial

PENDAHULUAN
Manusia tidak dapat dipisahkan dari komunikasi, komunikasi melengkapi kebutuhan manusia
untuk berinteraksi dengan manusia lainnya. Menurut Wursanto (2001:31), komunikasi adalah proses
penyampaian/penyampaian berita/informasi yang mengandung makna dari satu pihak (orang atau
tempat) kepada pihak lain (orang atau tempat) dalam upaya saling pengertian. Komunikasi sangat
penting dan digunakan setiap saat dan di mana-mana.
Komunikasi dibagi lagi menjadi teknik, fungsi dan sebagainya. Komunikasi berdasarkan teknik dibagi
menjadi empat jenis teknik komunikasi, yaitu komunikasi informatif, komunikasi persuasif, komunikasi
instruktif/koersif dan hubungan manusia. (Effendy, 2011: 8) Komunikasi dapat digunakan pada semua
kelompok umur, profesi dan bidang, salah satunya adalah politik. Teknik yang digunakan dalam politik
umumnya adalah komunikasi persuasif. Teknik merayu, membujuk dan mengajak komunikan yang
dilakukan oleh komunikator tanpa adanya unsur paksaan merupakan teknik komunikasi persuasif.
Politik tidak bisa dipisahkan dari komunikasi, tanpa komunikasi politik hanyalah ideologi sebagian
orang yang tidak bisa bersatu. Politik membutuhkan banyak orang dengan ideologi yang sama untuk
menjadi sukses, oleh karena itu diperlukan komunikasi dalam bidang politik untuk mengkomunikasikan
maksud dan tujuan kepada khalayak agar dapat diterima dan didukung oleh pendengar yang
sependapat.

Komunikasi politik adalah pengkomunikasian pesan politik oleh aktor politik kepada masyarakat
tentang banyak hal tentang politik, mulai dari pemerintahan, rakyat, hak dan kewajiban, serta
kebijakan pemerintah. Menurut Mc Nair (2003), komunikasi politik bukan hanya komunikasi dari aktor
politik kepada pemilih dengan maksud mencapai tujuan tertentu, tetapi juga komunikasi yang ditujukan
kepada politisi oleh pemilih dan kolumnis surat kabar, serta komunikasi tentang aktor politik dan
aktivitasnya. seperti yang ditemukan dalam berita, editorial, dan bentuk lain dari diskusi politik media.
Komunikasi politik tidak perlu lagi mengadakan pertemuan dan mengumpulkan orang sebanyak-
banyaknya dalam satu tempat untuk mendengarkan komunikator. Dapat dikatakan bahwa ini adalah
era komunikasi politik online.
Hanya melalui jaringan dan alat komunikasi seperti handphone dan komputer kita masih bisa
mendengar komunikator
©
menyampaikan pesan politiknya.
Hak cipta Persepsi 2019 : Jurnal Komunikasi. Ini adalah artikel akses terbuka di bawah 58
lisensi CC-BY-SA (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/
Machine Translated by Google
PERSEPSI: Jurnal Komunikasi Vol.6 e-ISSN 2623-2669
No.1, 2023, 58-65 DOI:
https://doi.org/10.30596/persepsi.v6i1.14514
Di era teknologi, yaitu era komunikasi politik online, media sosial menjadi platform baru untuk kampanye
dan pencitraan dengan jangkauan luas dan efektivitas tinggi, salah satunya di bidang politik. Indonesia
menempati urutan ke-8 dunia dalam penggunaan media sosial yang dapat menjangkau banyak orang. Toto
Sugiarto (2014) Di media sosial, satu orang satu suara tidak lagi berlaku, tetapi satu orang dapat memiliki
kekuatan puluhan, ratusan atau bahkan ribuan orang. Dikatakan setara hingga ribuan orang karena efektivitas
media sosial sebagai sarana bertukar pikiran, penyebaran berbagai gagasan, termasuk konten kampanye
melalui media sosial, sangat cepat dan nyaris tanpa batas.

Menurut Chavez, (2012); Stietglitz & Dang Xuan, (2012), bahkan sebelum era media sosial, para politisi
di negeri Paman Sam menggunakan internet sebagai media kampanye. Dan memang saat itu negara Paman
Sam adalah negara pertama yang menggunakan teknologi mirip media sosial yaitu website pada kampanye
Presiden Barack Obama tahun 2008 lalu. Menggunakan situs web sebagai sarana kampanye dan pemilihan
sangat mudah bagi pihak mana pun. Keberhasilan tersebut menjadikan kampanye kepresidenan AS Obama
sebagai gambaran era komunikasi politik online saat ini.

Media sosial sangat membantu dalam banyak hal, salah satunya dalam bidang politik. Jangkauan
yang luas, kebebasan berpendapat dan kemampuan untuk melihat atau mendengar pendapat secara
langsung menjadi keunggulan media sosial di bidang ini. Menurut Douglas Hagar (2014) dalam Campaigning
Online: Social Media in the 2010 Niagara Municipal Elections, media sosial dapat berkontribusi pada kesuksesan politik.
Dengan kelebihan jangkauan media sosial yang luas, tidak bisa dipungkiri bahwa media sosial sangat
berpengaruh dalam membentuk citra sebuah partai politik. Namun, dengan jangkauan yang tidak terbatas ini,
kesalahan atau hal-hal yang tidak sejalan dengan pemikiran masyarakat dapat dengan mudah menimbulkan
kontroversi bahkan merusak citra partai politik. Dan ada jejak yang sulit, jika bukan tidak mungkin, untuk
dihapus dan diperbaiki. Jika sebuah kesalahan atau sekedar pertanyaan beredar di media sosial, itu menjadi
jejak digital yang dengan mudah bisa dimunculkan dengan bukti permanen di media sosial. Inilah yang
merusak citra partai.
Citra itu sendiri dapat dikatakan sebagai persepsi masyarakat terhadap pengalaman, kepercayaan,
perasaan dan pengetahuan masyarakat itu sendiri terhadap perusahaan, sehingga aspek fasilitas yang
dimiliki perusahaan dan pelayanan yang diberikan karyawan kepada konsumen dapat mempengaruhi
persepsi konsumen terhadap citra (Wasesa, 2006). Pencitraan mungkin merupakan istilah yang kurang tepat
untuk didengar, namun citra ini sangat diperlukan sebagai bentuk komunikasi untuk menyampaikan ideologi
partai. Ini bertujuan untuk menarik orang-orang yang setuju dengan ideologi untuk menjadi pendukung dan
pemilih.
Partai politik adalah kelompok atau kumpulan politisi yang sudah memiliki ideologi yang sama dan
setuju untuk menggunakannya sebagai prinsip partai mereka. Indonesia sendiri memiliki lebih dari satu partai
politik seperti Demokrat, Pan, Gerindra, Perindo, PKS. PDIP dan sebagainya. Dalam perpolitikan Indonesia,
Partai Demokrat berhasil memenangkan pemilu pada tahun 2004 dan 2009 dan merupakan partai yang
memiliki posisi terbanyak dalam pemerintahan saat ini (Vivanews, 2011). Saat itu merupakan masa kejayaan
Bapak Susillo Bambang Yudhoyono dan masih dalam komunikasi politik klasik seperti surat kabar, televisi
dan radio. Namun, Partai Demokrat mengalami penurunan drastis setelah popularitas Pak SBY mulai
menurun. Berdasarkan hasil sementara penghitungan suara cepat pemilu legislatif 2014 oleh beberapa
lembaga survei, Partai Demokrat hanya memperoleh 9,43%. Artinya, mengalami penurunan jika dibandingkan
dengan perolehannya pada Pileg 2009, yaitu sebesar 20,85%. (Kabar24, 2014).

Di era komunikasi politik online ini, Partai Demokrat mulai membangun dan meningkatkan citranya di
dunia politik. Mereka menggunakan berbagai cara untuk mengkomunikasikan niat mereka, termasuk media
sosial. Media sosial ini menjadi platform baru bagi banyak partai politik, khususnya Demokrat. Pencitraan
secara rutin digunakan untuk membangun kembali kepercayaan publik. Di era ini, pencitraan bisa dilakukan
sesering mungkin, tidak seperti di era komunikasi politik klasik. Perbedaannya adalah biaya dan waktu; era
komunikasi politik online dapat memangkas banyak anggaran dan mempersingkat waktu. Hal ini berbeda
dengan komunikasi politik tradisional yang harus menyiapkan rangkaian acara yang lebih kompleks dengan
biaya konsumsi yang tinggi, pekerja 2019 Persepsi : Jurnal Komunikasi. Ini adalah artikel akses terbuka di
Hak cipta © bawah 59
lisensi CC-BY-SA (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/
Machine Translated by Google
PERSEPSI: Jurnal Komunikasi Vol.6 e-ISSN 2623-2669
No.1, 2023, 58-65 DOI:
https://doi.org/10.30596/persepsi.v6i1.14514
dan persewaan tempat.

Meski begitu, media sosial hanya berdampak besar bagi politisi yang sedang mengembangkan partai dan
ideologinya. Ini bukan pekerjaan satu kali yang datang setiap lima tahun. Politisi yang terus menyebarkan ide dan
berdiskusi secara mendalam di bidang tertentu akan melihat hasilnya selama pemilu (Erayani & Arwani, 2020).
Dan hasil akhir dari gambar yang masih dibuat masih bergantung pada informasi atau komunikasi yang mereka
lakukan. Dengan komunikasi politik citra Partai Demokrat menjadi fokus permasalahan. Penulis bertujuan agar
tulisannya dapat membantu pembaca untuk mengetahui bagaimana komunikasi politik Partai Demokrat di media
sosial. Marusic (2009) Jurnal ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang temuan penelitian terbaru yang
didukung oleh data yang kuat dan komprehensif untuk membuktikan bahwa penelitian tersebut dapat dipercaya.

METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif atau tinjauan literatur dengan pendekatan studi kasus.
Caranya dilakukan dengan mengambil referensi dari orang lain dan menggabungkan beberapa sumber terpercaya.
Studi literatur, menurut Nazir (2013, hlm. 93). Teknik pengumpulan data dengan cara menganalisis buku, literatur,
catatan dan laporan yang ada kaitannya atau hubungan dengan topik dan judul jurnal yang akan penulis buat.

HASIL DAN DISKUSI


Hasil penelitian penulis berdasarkan kajian literatur deskriptif menunjukkan bahwa media sosial berperan
penting dalam mengkomunikasikan pesan-pesan politik. Pencitraan politik melalui media sosial sangat efektif,
terutama bagi Partai Demokrat yang sedang memperbaiki citranya. Partai Demokrat yang memiliki akun resmi
@PDemokrat yang memiliki followers : 14759 Followers : 865 Tweet : 3379 Twitter umur : 3 tahun 9 hari
(Erayani&Arwani, 2020). Dari segi jangkauan lebih efektif dan luas, serta penghematan biaya jauh lebih rendah.

Media sosial mudah dijangkau banyak orang dan mudah mempengaruhi opini mereka. Untuk perolehan suara
Partai Demokrat setelah memasuki era media sosial ini, penulis belum dapat menemukan data yang valid mengenai
perkiraan atau survei suara terbanyak yang mendukung partai ini. Namun, penulis telah menyertakan data valid
yang menunjukkan penurunan drastis Partai Demokrat saat ini. Karena keterbatasan data, penulis belum bisa
menganalisis keberhasilan teknik komunikasi politik yang digunakan Partai Demokrat di media sosial.

Berikut data perolehan suara Partai Demokrat dari tahun ke tahun:

Gambar 2. Grafik perolehan suara Partai Demokrat dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2019
Sumber: Databox.com
©
Hak cipta Persepsi 2019 : Jurnal Komunikasi. Ini adalah artikel akses terbuka di bawah 60
lisensi CC-BY-SA (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/
Machine Translated by Google
PERSEPSI: Jurnal Komunikasi Vol.6 e-ISSN 2623-2669
No.1, 2023, 58-65 DOI:
https://doi.org/10.30596/persepsi.v6i1.14514

Berdasarkan data tersebut terlihat penurunan perolehan suara Partai Demokrat sangat drastis.
Dalam rangka membangkitkan kembali nama salah satu partai politik Indonesia, pembangunan citra terus
dilakukan melalui berbagai media. Memasuki era teknologi dan menuju pemilu 2024, Partai Demokrat terus
membangun citranya melalui media sosial sebagai platform baru dengan jangkauan yang lebih luas. Salah
satu ide anggota partai sudah diterapkan.
DPC Partai Demokrat Surabaya segera menggelar konsolidasi dan pelatihan media sosial yang mewajibkan
seluruh kader dan pengurus mengikuti “One Day One Post” atau satu hari satu pos jelang Pilkada 2024
(Jatim.poskota, 2022).

Suatu masa ketika hasil jajak pendapat lebih penting daripada kebenaran serta penampilan menarik
lebih efektif daripada prestasi dan ide-ide sosial yang menginspirasi (Majalah Tempo, 27 Juli 2008).
Kebenaran sulit untuk dimenangkan ketika semakin banyak orang mengatakan sebaliknya. Inilah kelemahan
media sosial sebagai wadah opini, mudah digiring untuk percaya bahwa ini baik dan itu buruk tanpa melihat
kebenarannya terlebih dahulu.

Definisi komunikasi yang diberikan oleh Gerald R. Miller dalam (Mulyana, 2008), yaitu komunikasi
sebagai “situasi yang memungkinkan suatu sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan
maksud mempengaruhi perilaku penerima”. Dalam kegiatan pencitraan atau kampanye, teknik komunikasi
yang paling tepat digunakan adalah teknik komunikasi persuasif.
Menurut Malik (1994), komunikasi persuasif adalah proses komunikasi yang di dalamnya dilakukan upaya
membujuk orang lain untuk bertindak dan berperilaku seperti yang diinginkan oleh komunikator dengan
cara persuasif dan tanpa paksaan.

Dalam bentuk penyampaian komunikasi dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu verbal
dan non-verbal. Beberapa jenis komunikasi berdasarkan cara penyampaiannya adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Definisi Jenis Komunikasi


Tidak Ada Jenis Contoh
1 Lisan Komunikasi langsung, yaitu pembicaraan
Pidato dan pesan
langsung (tatap muka) atau melalui perantara
media. teks

2 Komunikasi non-verbal tanpa kata-kata


Ekspresi wajah
dan
gestur Sumber: Detikedu.com

Berdasarkan sifat komunikasinya, bentuk penyampaian yang paling tepat untuk media sosial adalah
komunikasi verbal. Penjelasan yang jelas diperlukan baik secara lisan maupun tertulis untuk memperjelas
maksud dan tujuan yang ingin disampaikan. Hal ini diperlukan karena miskomunikasi sangat umum dan
mudah terjadi di media sosial. Miskomunikasi sangat sensitif dalam dunia politik, yang mengakibatkan opini
publik tergiring dan citra partai dianggap buruk.

Untuk mengetahui jenis komunikasi politik yang digunakan oleh Partai Demokrat di media sosial,
penulis menganalisis konten yang diterbitkan oleh Partai Demokrat itu sendiri. Berikut beberapa konten dari
berbagai akun media sosial yang dipublikasikan oleh akun resmi Partai Demokrat:

©
Hak cipta Persepsi 2019 : Jurnal Komunikasi. Ini adalah artikel akses terbuka di bawah 61
lisensi CC-BY-SA (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/
Machine Translated by Google
PERSEPSI: Jurnal Komunikasi Vol.6 e-ISSN 2623-2669
No.1, 2023, 58-65 DOI:
https://doi.org/10.30596/persepsi.v6i1.14514

Gambar 2. Gambar yang diposting oleh Partai Demokrat di media sosial Instagram

Gambar di atas merupakan salah satu postingan Partai Demokrat di platform media sosial Instagram.
Dilihat dari gambarnya, teknik komunikasi persuasif yang digunakan adalah jenis komunikasi lisan tertulis.
Dengan unsur ajakan yang tidak mencolok dan menonjol, postingan ini dibuat jelas sebagai bentuk
pencitraan bagi partai ini.

Hak cipta © Persepsi 2019 : Jurnal Komunikasi. Ini adalah artikel akses terbuka di bawah 62
lisensi CC-BY-SA (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/
Machine Translated by Google
PERSEPSI: Jurnal Komunikasi Vol.6 e-ISSN 2623-2669
No.1, 2023, 58-65 DOI:
https://doi.org/10.30596/persepsi.v6i1.14514

Gambar 3. Konten video demokrat di Instagram

Gambar di atas merupakan postingan video Partai Demokrat yang masih berada di platform media
sosial yang sama yakni Instagram. Pada gambar tersebut, beberapa video masih menggunakan komunikasi
yang sama, yaitu verbal dengan kombinasi verbal lisan dan tulisan

Gambar 4.Konten video Partai Demokrat di Tiktok


©
Hak cipta Persepsi 2019 : Jurnal Komunikasi. Ini adalah artikel akses terbuka di bawah 63
lisensi CC-BY-SA (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/
Machine Translated by Google
PERSEPSI: Jurnal Komunikasi Vol.6 e-ISSN 2623-2669
No.1, 2023, 58-65 DOI:
https://doi.org/10.30596/persepsi.v6i1.14514

Gambar di atas adalah video yang diunggah oleh Partai Demokrat di platform media sosial Tiktok.
Pada gambar ini beberapa video masih menggunakan komunikasi yang sama yaitu verbal dengan
kombinasi lisan dan tulisan. Namun, terlihat bahwa audiens yang dijangkau oleh konten ini lebih besar dari
pada platform sebelumnya.

Gambar selanjutnya adalah postingan Partai Demokrat di platform Twitter. Mirip dengan Instagram,
mayoritas postingan di Twitter menggunakan komunikasi verbal tertulis, dimana mereka lebih mengandalkan
dan mengutamakan ideologi dan realisasi karya yang mereka tuangkan ke dalam kata-kata dan
dokumentasi.

Gambar 3.Gambar postinganpartai demokrat di platform twitter

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk menentukan nilai dari satu variabel atau
lebih, tanpa membuat perbandingan dan hubungan dengan variabel lain. Menurut Indriantoro dan Supono
(2012: 26) mendefinisikan penelitian deskriptif sebagai penelitian terhadap permasalahan berupa fakta-
fakta terkini dari suatu pemasyarakatan. Dan penulis juga melakukan studi kasus untuk menganalisis topik
ini, Creswell (2014) studi kasus adalah strategi penelitian untuk menyelidiki secara cermat suatu masalah
dengan pengumpulan informasi yang lengkap menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data.
Berdasarkan temuan penulis, dapat ditentukan bahwa komunikasi politik citra yang dilakukan oleh
Partai Demokrat di media sosial merupakan komunikasi dengan teknik persuasif yang bertujuan untuk
membujuk atau mengajak khalayak untuk memilih. Proses komunikasi di atas perlu diperhatikan ketika
melakukan kampanye atau seminar agar khalayak dapat dipengaruhi dan dibujuk oleh pesan yang
disampaikan tanpa paksaan.
Oleh karena itu, kampanye atau seminar akan efektif jika dilakukan komunikasi persuasif
©
Hak cipta Persepsi 2019 : Jurnal Komunikasi. Ini adalah artikel akses terbuka di bawah 64
lisensi CC-BY-SA (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/
Machine Translated by Google
PERSEPSI: Jurnal Komunikasi Vol.6 e-ISSN 2623-2669
No.1, 2023, 58-65 DOI:
https://doi.org/10.30596/persepsi.v6i1.14514
dengan baik. (Pengantin Jessica, 2022)
Dan juga dapat diketahui, berdasarkan studi kasus yang dilakukan oleh penulis, bahwa komunikasi yang
digunakan dalam konten Partai Demokrat kebanyakan menggunakan komunikasi verbal, dengan perkiraan 80%
tulisan dan 20% lisan. Hal ini didukung oleh data temuan penulis dan pendapat Muhammad (2005: 95), menurutnya
komunikasi adalah komunikasi yang menggunakan lambang atau kata-kata baik yang diungkapkan secara lisan
maupun tulisan (tulisan).
Baik secara langsung maupun melalui perantara, tetap dianggap sebagai komunikasi verbal.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh brand image dalam mempertahankan bisnis Holland
Bakery, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Holland Bakery
merupakan brand untuk jaringan waralaba toko roti modern berkualitas premium. Perusahaan ini sangat
memperhatikan kualitas produknya, tidak hanya dari segi kualitas, tetapi juga cara melayani pelanggannya. Hasil
ini menjelaskan dan menunjukkan bahwa Holland Bakery telah menciptakan brand image yang baik di kalangan
masyarakat umum. Berdasarkan hasil kuesioner yang dihitung dan diolah, konsumen memilih Holland Bakery
sebagai pilihan pertama mereka saat membeli produk makanan seperti produk yang ditawarkan oleh Holland
Bakery yaitu roti.
Dalam hal ini membuktikan bahwa brand image yang dilakukan oleh Holland Bakery dalam mempertahankan
usahanya dapat dikatakan berhasil, karena melihat dari respon masyarakat bahwa produk Holland Bakery
merupakan usaha makanan yang cukup disukai dan diingat.

REFERENSI

Apriono, A. T. (2016). Pengaruh Citra Merek Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Smartphone
Xiaomi. https://etd.umy.ac.id/id/eprint/27873/11/Naskah%20Publikasi.pdf Azwar, S. (2011). Sikap dan
Perilaku Dalam: Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.

Perpustakaan Siswa.
Creswell, J. W. (2012). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.
Perpustakaan Siswa.
Gadau, M. (2016). Pengaruh Citra Merek (Brand Image) Terhadap Loyalitas Konsumen Yogyakarta].
Senator
[Universitas Dharma https://repository.usd.ac.id/6581/2/122214107_full.pdf
Kotler, P. (2008). Manajemen Pemasaran (diterjemahkan Benjamin
Molan) (12th ed.). Penerbit
PT.Indeks Kelompok Gramedia.
Rangkuti, F. (2002). The Power of Brands: Teknik Mengelola Brand Equity dan Strategi Pengembangan Merek +
Analisis Kasus dengan SPSS. PT Gramedia Pustaka Utama.
Ricardo Sitorus, J. (2021). Pengaruh Promosi, Kualitas Produk Dan Packaging Terhadap Keputusan Pembelian
Holland Bakery Batam [Universitas Putera Batam]. http://repository.upbatam.ac.id/1064/1/
cover%20s.d%20bab%20III.pdf Sasmita, J., & Suki, N. M. (2015). Impact Of Brand
Association, Brand Loyalty, Brand
Kesadaran dan Citra Merek. Jurnal Manajemen Ritel & Distribusi, 43.
Setiadi, N. J. (2003). Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi Untuk Strategi dan Penelitian
Pemasaran. Kencana.
Sugiyono, S. (2009). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan H&R).
CV. Alfabeta Bandung.
Tjiptono, F. (2005). Pemasaran Jasa. Bayumedia.
Yulius, R. (2019). Pengaruh Persepsi Konsumen Atas Bauran Retail Terhadap Niat Beli Konsumen Toko Roti
Holland Bakery [Universitas Katolik Parahyangan]. http://repository.unpar.ac.id/bitstream/handle/
123456789/9242/Cover%20-%20Bab1%20- %201213252sc-p.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Hak cipta © Persepsi 2019 : Jurnal Komunikasi. Ini adalah artikel akses terbuka di bawah 65
lisensi CC-BY-SA (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/
Machine Translated by Google

Anda mungkin juga menyukai