Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan global teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memicu


pertumbuhan komunikasi dunia maya, baik di kalangan pemerintah, kelembagaan sosial politik,
maupun di kalangan masyarakat. Perkembangan komunikasi itu ditandai oleh pemanfaatan
media baru sebagai media komunikasi (new media). Komunikasi yang pada awalnya hanya
sebatas proses interaksi personal secara face to face, kini berkembang secara online melalui
internet. Salah satu komunikasi berbasis internet yang banyak digunakan adalah media sosial.
Media sosial adalah sebuah media online. Para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi,
berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual.
(https://journal.uii.ac.id/jurnal-komunikasi/article/download/7656/6664).

Internet, atau yang umumnya dikaitkan dengan istilah media baru, telah merevolusi tata
cara berinteraksi dan berpolitik di Indonesia. Menurut Internet World Stats, pengguna internet di
Indonesia menempati urutan ke-4 di Dunia setelah Tiongkok, India dan Amerika Serikat.

1
Gambar 1.1 Peringkat Penggunaan Internet di Dunia
Sumber : https://www.internetworldstats.com/top20.htm

Berdasarkan laporan terbaru We Are Social, pada tahun 2020 disebutkan bahwa ada
175,4 juta pengguna internet di Indonesia. Dibandingkan tahun sebelumnya, ada kenaikan 17%
atau 25 juta pengguna internet di negeri ini.Berdasarkan total populasi Indonesia yang berjumlah
272,1 juta jiwa, maka itu artinya 64% setengah penduduk RI telah merasakan akses ke dunia
maya.

Gambar 1.2 Data Penggunaan dan Populasi Internet di Indonesia


https://inet.detik.com/cyberlife/d-4907674/riset-ada-1752-juta-pengguna-internet-di-indonesia

Dalam laporan ini juga diketahui bahwa saat ini masyarakat Indonesia yang ponsel
sebanyak 338,2 juta. Begitu juga data yang tak kalah menariknya, ada 160 juta pengguna aktif
media sosial (medsos). Bila dibandingkan dengan 2019, maka pada tahun ini We Are Social
menemukan ada peningkatan 10 juta orang Indonesia yang aktif di medsos.

Internet merupakan sebuah media baru yang kini banyak digunakan dalam berkomunikasi
politik. Gary W. Selnow menyebutkan bahwa komunikasi politik melalui internet dapat
dilakukan hampir tanpa biaya atau biayanya tidak sebesar jika menggunakan media massa
konvensional seperti koran dan televisi. Yang dibutuhkan hanya peralatan dan ketrampilan yang
relatif sederhana bagi kelompok-kelompok dengan sumber dana terbatas untuk dapat memelihara
dan mengembangkan akses ke kalangan yang tersebar luas secara geografis. Selnow juga

2
mengatakan bahwa internet merupakan media yang terdesentralisasi atau tersegmentasi. Berbeda
dengan media konvensional seperti koran, majalah, televisi yang tersentralisasi. Internet dapat
lebih canggih dan efisien dalam membidik sasaran komunikasi yang spesifik.

Maka pantas jika dikatakan kehadiran internet telah membawa sebuah harapan dan warna
baru dalam sistem demokrasi di Indonesia. Cangara (2009) mengatakan bahwa keberadaan
internet diharapkan dapat memfasilitasi penyebarluasan informasi publik dan politik, termasuk
menjadi jembatan untuk kelompok oposisi dan minoritas yang dimarginalkan untuk
menyuarakan keinginan dan hak-haknya, pada saat media massa seperti radio, surat kabar dan
televisi banyak dikontrol dan dikuasai oleh para penguasa pemerintah.

Keberadaan internet telah mengubah cara seseorang, organisasi, institusi politik, dan
pemerintah dalam berkomunikasi dan berdiskusi mengenai politik dikarenakan jaringan
komunikasi internet menawarkan akses tanpa batas dan fasilitas untuk menyuarakan agenda
politik kepada masyarakat global (Tedesco, 2004). Implementasi media baru dalam komunikasi
politik mampu menjadi sebuah sarana intensif, ekspresif, efektif dan efisien antara politikus
dengan publiknya. Maka tidak heran jika kini para politisi berlomba-lomba menempuh jalan
virtual untuk membangun citra dengan memanfaatkan jejaring sosial.

Saat ini peran Internet semakin krusial dalam dunia politik khususnya di Indonesia, baik
secara positif maupun negatif. Dalam konteks diskusi komunikasi politik di Indonesia kedepan
dipastikan akan selalu bersinggungan dengan teori komunikasi politik online. Hal ini dilandasi
beberapa argumen; pertama, Internet di Indonesia terus berkembang baik dari sisi jumlah
pengguna maupun teknologinya. Mulai dengan menjangkau satu persen dari total penduduk di
tahun 1998 (Lim, 2003, 275) kini penetrasi Internet di Indonesia sudah diatas 50 persen dari total
penduduk Indonesia (APJII, 2016). Tingginya tingkat pengguna Internet di Indonesia telah
memberikan dampak terhadap maraknya aktifitas yang lebih dikenal sebagai politik siber (cyber
politic) yakni penggunaan media online sebagai sarana berkomunikasi politik. Pemilihan umum
2014 merupakan salah satu contoh nyata penggunaan Internet terutama sosial media dalam
proses komunikasi politik.

Peran media sosial dalam komunikasi Massa di Indonesia sanat kentara belakanagan ini.
Media sisal sering dijadikan sebagai media Komunikasi Politik dalam mempengaruhi opini

3
publik, misalnya untuk memenangkan kandidiat calon pejabat pemerintah seperti Presiden,
Gubernur, Bupati, Walikota, dkk. Peran Sosial Media juga cukup kentara dalam komunikasi
bisnis baik dalam bentuk komunikasi persuasif atau komunikasi visual misalnya penggunaan
facebook Ads. Efek media sosial juga memberikan pengaruh pada komunikasi organisasi seperti
pembentkan group-group tertentu di Telegram, Whatsapp, dll.

Penggunaan media sosial kini tidak hanya pada waktu luang (leisure time) saja, namun
juga pada jam-jam penting atau pukok karena dimanfaatkan sebagai sarana untuk bekerja.
Batasan waktu, ruang dan jangkauan menjadi hilang, sehinggagaungnya menjadi luas tanpa
sekat-sekat seperti pada efek dari media konvensional. Oleh karena itu, kearifan dalam
pemakaian media sosial harus diperhatikan karena dampaknya sulit diprediksi, apalagi kalau
kontennya melanggar kepatutan, etika, nilai-nilai dalam masyarakat, budaya dan norma hukum.

Manfaat media sosial sangat besar, namun penggunaannya harus bijaksana agar tidak
mencelakakan diri anda sendiri. Penggunaan dan pemanfaatan media sosial harus kita control
sebaik-baiknya. Bijak menggunakan sosial media seperlunya. Media sosial terkadang membuat
orang menjadi bablas mengeluarkan pendapatnya yang mungkin berbahaya, merugikan orang
lain, institusi, organisasi dan lain sebagainya. Pastikan secara bijak menggunakannya, seyoganya
tidak menyebarka berbagai data yang terlalu pribadi, tidak menghujat orang lain, dan hal-hal
negatif lainya.

Dua aspek utama yang harus diperhatikan dalam penggunaan akun-akun media sosial.
Pertama, memakai dengan bijaksana agar tidak merugikan pihak lain. Pengguna harus
memahami etiket atau nilai-nilai yang baik dan benar dalam memnggunakan media sosial.
Kedua, memakai dengan hati-hati agar tidak menjadi korban atau dirugikan oleh pihak lain yang
menyalahgunakan media sosial. Unsur kehati-hatian itu bisa diawali dengan melaukan proteksi
berlapis-lapis demi keamanan akun, agar tidak bisa dibajak oleh pelaku kejahatan. Deddy
Mulyana, (2013; 22) dalam bukunya komunikasi politik, pada masa mendatang komunikasi
politik di Indonesia akan semakin menarik. Media Massa baik televisi, surat kabar dan juga
internet, menjadi media utama kampanye politik menjelang pilkada serentak 2020.

Di Indonesia, salah satu contoh pemanfaatan Internet dalam kampanye politik dapat
dilihat pada strategi tim Faisal-Biem yang hendak maju pada pemilihan Gubernur DKI 2012

4
melalui jalur independen yang lahir dari adanya kejenuhan dan ketidakpuasan terhadap partai
politik. Faisal Basri menyatakan bahwa untuk menghemat anggaran kampanye, ia dan timnya
akan menggunakan strategi memaksimalkan situs jejaring sosial serta berinteraksi langsung
dengan masyarakat dengan mengoptimalkan peran relawan di tiap pos.

Di Daerah NTB sendiri pemanfaatan media sosial dalam kampanye politik dilakukan
oleh pasangan H.Lalu Saswadi-H.Dahrun dalam Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) pada
Lombok Tengah 2020-2024.

Sadar (Saswadi-Dahrun) tercatat aktif di media sosial salah satunya Instagram. Di awali
pada pertengahan tahun 2020, Berita, visi-misi, agenda, galeri foto maupun testimoni mengenai
Saswadi dan Dahrun dapat dilihat pada akun media sosial Instagram yang memiliki tampilan
sederhana namun padat dan terkini.

Gambar 1.3 Akun Instagram Paslon Sadar


Sumber : https://www.instagram.com/lotengsadar/?hl=id

Selama setengah tahun kebelakang pasanagan ini gencar menyuarakan ide dan gagasan
ke hampir 300 pengikutnya melalui akun Instagram resminya @lotengsadar. Timn kampanyenya
juga membuat halaman “Loteng Sadar” di jejaring sosial Facebook, hingga Whatsapp sebagai
wadah aspirasi dan ide-ide dari masyarakat Lombok Tengah.

5
Meski belum dapat dipastikan apakah dukungan diperoleh dari penetrasi di dunia maya,
namun pasangan Saswadi dan Dahrun telah mencatat sebuah sejarah baru dan pembelajaran
politik tersendiri dimana figur independen dapat menarik dukungan sebagian rakyat tanpa
adanya belenggu maupun intervensi dari partai politik serta adanya penggunaan media baru
sebagai sarana komunikasi politik serta pembentukan citra yang menjadi nilai tersendiri sebagai
bentuk dari gerakan sosial di era globalisasi.

1.2 Perumusan Masalah

Meski bukan merupakan strategi yang utama dan satu-satunya, namun berkomunikasi
politik di media sosial merupakan salah satu alternatif strategi pembentukan citra yang menarik
bagi penulis untuk diteliti lebih dalam. Bagi kandidat dari jalur independen yang tidak dibantu
oleh partai, media baru dapat menjadi soft power yang efektif dan efisien apabila potensinya
dimanfaatkan secara maksimal terutama dalam salah satu aspek penting dari komunikasi politik
yaitu kampanye, pembentukan citra dan upaya pengumpulan dukungan. Fenomena menarik ini
menjadi dasar dari penelitian. Untuk itu penulis mencoba menganalisa pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi komunikasi politik yang dilakukan oleh Saswadi-Dahrun melalui


media sosial?

2. Bagaimana proses pembentukan citra politik Saswadi-Dahrun melalui media sosial?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mendeskripsikan strategi komunikasi politik yang dilakukan oleh Saswadi-Dahrun


melalui media sosial.

2. Mengetahui proses pembentukan citra politik Saswadi-Dahrun melalui media sosial.

6
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi refrensi bagi perkembangan Ilmu Komunikasi
khususnya kajian komunikasi politik. Penelitian ini uga diharapkan dapat memberikan kontribusi
dalam riset-riset komunikasi politik yang terkait dengan media sosial dan pembentukan citra.

1.4.2 Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini mampu memperkaya dan memberikan pemahaman lebih


mendalam mengenai praktik komunikasi politik. Bagi praktisi politik, penelitian ini diharapkan
dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam merencanakan langkah alternatif yang lebih efektif
dan efisien bagi kepentingan kegiatan politik di era globalisasi seperti saat ini.

7
BAB II

KERANGKA PEMIKIRAN

Anda mungkin juga menyukai