Anda di halaman 1dari 13

PERAN MASYARAKAT DENGAN PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DALAM

PENGAWASAN PEMILU
Julpian Harahap1

Email: Julpian90@gmail.com1

Abstrak

Internet dan media sosial saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sebagian
besar masyarakat Indonesia khususnya bagi warga kelas ekonomi menengah ke atas dan para generasi
muda yang dikategorikan sebagai generasi milenial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dalah
literatur review yang bertujuan untuk mengumpulkan dan mengambil intisari dari penelitian sebelumnya
serta menganalisis beberapa overview para ahli yang tertulis dalam teks. Sumber penelitian berupa jurnal
sebanyak lima jurnal terakreditasi sinta, Data yang terkumpul akan dianalisis dengan menggunakan
teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil Penelitian Peran Media Sosial Dalam Pengawasan Pemilu
efektif dalam membantu kepengawasan pemilu dalam menentukan probabilitas keberhasilan pemilu.
Penggunaan media sosial dalam pengawasan pemilu ini juga menitikberatkan pada hubungan antara
media elektronik dan masyarakat. Walaupun model ini tidak dapat digunakan oleh semua kalangan
namun sangat memudahkan para pengawas pemilu dalam menyelidiki dan mengawal jalannya pemilu
yang akan dilaksankan. Sehingga pemilu dapat terlaksana dengan tertib dan lancar.
Kata Kunci: Peran Masyarakat, Media sosial, Pemilu
Abstract
The internet and social media have now become an inseparable part of the lives of most
Indonesian people, especially for the middle and upper economic class and the younger
generation who are categorized as the millennial generation. The method used in this study is a
literature review which aims to collect and take the essence of previous research and analyze
several expert overviews written in the text. The source of the research is in the form of five sinta
accredited journals. The data collected will be analyzed using descriptive qualitative analysis
techniques. Research Results The Role of Social Media in Election Supervision is effective in
assisting election supervision in determining the probability of election success. The use of
social media in election monitoring also focuses on the relationship between electronic media
and society. Even though this model cannot be used by all groups, it makes it very easy for
election supervisors to investigate and oversee the course of the elections to be held. So that
elections can be carried out in an orderly and smooth manner.
Keywords: The Role of Society, Social Media, Elections

PENDAHULUAN
1
Perkembangan teknologi informasi membawa sebuah perubahan dalam masyarakat.
Lahirnya media sosial menjadikan pola perilaku masyarakat mengalami pergeseran baik budaya,
politik, etikan dan norma yang ada. Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar dengan
berbagai kultur suku, ras dan agama yang beraneka ragam memiliki banyak sekali potensi
perubahan sosial. Dari berbagai kalangan dan usia hampir semua masyarakat Indonesia memiliki
dan menggunakan media sosial sebagai salah satu sarana guna memperoleh dan menyampaikan
informasi ke publik (Komariah & Kartini, 2019).
Kecanggihan media sosial yang terus berinovasi dan didukung dengan adanya internet,
melahirkan banyak media sosial yang dapat digunakan oleh seorang individu untuk berbagai
kepentingan. Selain sebagai sarana berkomunikasi di dunia maya, media sosial yang tergolong ke
dalam media baru dapat digunakan sebagai upaya menampilkan citra diri seseorang termasuk
para politisi. Penilaian yang dilakukan khalayak terhadap postingan politisi tak jarang menjadi
penentu bagaimana kapasitas partisipasi politik seseorang, termasuk partisipasi politik generasi
muda yang identik dengan ide-ide kreatif dan kritis.
Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah
berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia
virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum
digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.(Mathematics, 2016)
Banyak sekali varian internet (teknologi digital) yang dimanfaatkan untuk praktik
demokrasi, seperti website, blog, media sosial, aplikasi mobile, dan lain sebagainya. Semua
varian itu dapat digunakan sebagai alat praktik demokrasi di dunia politik. Misalnya pemilihan
umum bisa dilakukan dengan teknologi digital yang akhirnya dikenal dengan sebutan e-voting.
Para kandidat calon juga bisa menggunakan teknologi digital lainnya sebagai alat sosialisasi
atau kampanye. Mereka bisa membuat website dan blog yang berisi profil diri dan program
kepemimpinannya jika terpilih nanti. Dukungan publik bisa mereka galang melalui media sosial
Facebook, Twitter, Google+, dan lain sebagainya. Para kandidat juga bisa memanfaatkan media
Youtube untuk kampanye audio-visual. Kini mereka juga tak perlu mencetak brosur atau
mengeluarkan rupiah untuk memasang iklan di televisi yang biayanya jauh lebih mahal.
Teknologi digital memberikan sebuah alternatif sebagai sarana kampanye yang murah dan
efektif (Aji, 2020).

2
Media sosial dalam kehidupan politik di era digital memiliki peran penting. Seperti pada
pemilihan presiden AS di tahun 2008, yang menunjukkan kepada dunia bahwa menggunakan
jejaring sosial dapat menjadi alat penting dalam melakukan kampanye politik. Di sisi lain,
dalam tiga tahun terakhir dunia menyaksikan dua gerakan protes besar dunia yang membuktikan
bahwa media sosial bisa menjadi senjata yang kuat di tangan para aktivis politik juga. Dua
peristiwa di seluruh dunia ini menunjukkan kepada dunia bahwa pentingnya media sosial dalam
menciptakan kesadaran politik dan memobilisasi protes politik

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh We Are Social, memberikan data berupa
informasi mengenai media sosial yang populer di Indonesia setiap tahun. We Are Social adalah
sebuah perusahaan media dari Inggris dan penelitian ini bekerjasama dengan Hootsuite yang
merupakan sebuah situs layanan manajemen konten asal Kanada. Berdasarkan hasil penelitian
mereka, media sosial yang paling banyak digunakan di Indonesia saat ini adalah YouTube,
Whatsapp, Facebook, Instagram, LINE, Twitter, dan menyusul beberapa media sosial lainnya
Fenomena yang menunjukkan strategisnya peran media sosial adalah saat Pemilihan Presiden
pada tahun 2014.

Pada momentum ini, media sosial menjadi primadona dikalangan masyarakat. Dua
kandidat Calon Presiden Jokowi-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto-Hatta Radjasa sadar ada
segmen pemilih khusus, yaitu pemilih pemula dan muda, yang tidak dapat mereka “sentuh”
kecuali dengan menggunakan perangkat yang memang mereka minati, yaitu media sosial.
Keduanya menyadari pentingnya media sosial sebagai media komunikasi seperti kampanye.
Facebook dan Twitter menjadi “kendaraan” komunikasi dan interaksi politik baru para caleg
dan parpol dalam menyampaikan visi-misinya. (Junaidi, 2013)

Pada Pilpres 2014 ini, dari total 190 juta pemilih, 11 persen adalah pemilih pemula,
sementara pemilih muda di bawah 30 tahun mencapai 30%, dan sebanyak 23% pemilih belum
menentukan pilihannya. Media sosial menjadi semacam “tiket” masuk bagi para kandidat agar
bisa diterima di “dunia” pemilih pemula dan muda. Jika para kandidat hanya menggunakan
“tiket” konvensional (media konvensional seperti televisi, koran, poster), mereka tidak akan
dapat menjangkau pemilih pemula dan muda ini. Oleh sebab itu, peran media sosial akan
semakin penting dalam politik.

3
Pemilu 2019 menyerentakkan pemilihan anggota legislatif dengan pemilihan presiden.
Hal ini dilakukan berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-XI/2013 tentang
pemilu serentak.1 Menurut Mahkamah, penyelenggaraan pilpres harus menghindari terjadinya
negosiasi dan tawar-menawar (bargaining) politik yang bersifat taktis demi kepentingan sesaat,
sehingga tercipta negosiasi dan koalisi strategis partai politik untuk kepentingan jangka panjang.
Selain itu, pilpres yang diselenggarakan secara serentak dengan pileg juga akan mengurangi
pemborosan waktu dan mengurangi konflik atau gesekan horisontal di masyarakat.
Sistem pemilu proporsional yang dipilih Indonesia bersamaan dengan penerapan sistem
presidensial berbasis sistem multipartai dirasa banyak kalangan tidak mencerminkan sistem
yang ideal.Hal ini dikarenakan adanya kerancuan dan tumpang tindih kepentingan politik pasca
pemilu, reaksi masyarakat terhadap pemerintah yang terbagi-bagi, terpecah dan
ketidakberdayaan pemerintah dalam menghadapi oposisi di parlemen. Hal ini berakibat
kepentingan masyarakat sering terabaikan (Nurkinan, 2018).

Hal tersebut merupakan bagian dari pelemahan terhadap partisipasi masyarakat dalam
pemilu. Padahal partisipasi masyarakat merupakan salah satu syarat untuk menciptakan pemilu
yang berintegritas. Demikian disampaikan oleh Anggota DKPP RI Prof. Muhammad ketika
menjadi pembicara dalam seminar nasional bertema “Penguatan Literasi Media sosial dan Politik
Pemilih Rasional dalam Pembangunan Demokrasi Berkualitas pada Pemilu 2019” di Universitas
Mercubuana, Jakarta Barat, menyebutkan6 enam syarat dalam menciptakan pemilu berintegritas.
Pertama, regulasi yang jelas dan tegas; kedua, peserta pemilu yang taat aturan; ketiga, pemilih
cerdas dan partisipatif; keempat, birokrasi netral; kelima, penyelenggara yang kompeten dan
berintegritas; keenam, media yang independen (Kusuma et al., 2022).
Oleh karenanya aktor politik harus lebih berhati-hati dan siap menghadapi kritik (bahkan
beberapa di antaranya cenderung pedas). Media sosial pada level tersebut merupakan rimba
raya, dan praktis tidak ada peraturan di dalamnya.7 Gerakan-gerakan yang serupa semakin
mendekati hari pemilihan semakin gencar, hingga kampanye-kampanye hitam bermunculan di
berbagai media sosial guna memengaruhi dengan mudah dan cepat kepada masyarakat
pengguna media sosial untuk tidak memberikan suaranya di pemilu kelak. Di sini akan Penulis
bahas, apakah partisipasi masyarakat digital dalam menggunakan media sosial mampu
memberikan kontribusi positif pada pembentukan jembatan untuk memperkecil rasa curiga,
memperbesar apresiasi, dan mencari titik temu diantara dua atau tiga kubu dalam pemilu di

4
Indonesia. Dengan adanya media sosial masyarakat lebih mudah mengakses suasana dunia
terutama dalam pemilihan umum, seperti pemilihan Presiden, gubernur, bupati dan lain
sebagainya maka penulis tertarik meneliti dengan judul Peran Masyarakat Dengan Penggunaan
Media Sosial Dalam Pengawasan Pemilu

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah literature review. yang
bertujuan untuk mengumpulkan dan mengambil intisari dari penelitian sebelumnya serta
menganalisis beberapa overview para ahli yang tertulis dalam teks (Gulo, 2022). Sumber
penelitian berupa lima jurnal terakreditasi sinta, tekhnik pengumpulan data dengan cara
menganalisis hasil jurnal penelitian terdahulu yang sama – sama membahas tentang media
sosial dan politik Data yang terkumpul akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
deskriptif kualitatif.

HASIL DAN PEMBAHSAN

Data yang diperoleh peneliti yaitu 5 jurnal terkait penerapan Peran Masyarakat dalan
Penggunaan Media Sosial Paada Pemilihan Umum dan Politik sebagai berikut.

N PENULIS JUDUL JURNAL HASIL


O
1 Ahmad Partisipasi Masyarakat Sebagai sarana baru partisipasi, media
Dawam Digital Sebagai
sosial memberikan banyak pilihan bentuk
Pratiknyo Tantanga Baru Untuk
2018 Pemilu Indonesia partisipasi yang bisa dilakukan oleh
pemilih. Kehadiran media sosial semakin
memperkaya dan melengkapi pilihan-
pilihan alat partisipasi politik yang bisa
digunakan oleh pemilih. Penggunaan
media sosial sebagai sarana partisipasi
memberikan efektivitas dan
efisiensitersendiri yang melengkapi cara
partisipasi politik secara konvensional.
Efektivitas tersebut terkait faktor tempat

5
dan waktu. Namun pada sisi yang lain,
media sosial juga memiliki beberapa titik
lemah, media sosial dapat memberi efek
amplifikasi sosialisasi dan kampanye calon
kepada

2 Anang Pengaruh Media Sosial Media sosial adalah sebuah media


Sugeng
Terhadap Perubahan online, dengan para penggunanya bisa
Cahyono
2015 Sosial Masyarakat Di dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan
Indonesia menciptakan isi meliputi blog, jejaring
sosial, wiki, forum dan dunia virtual.
Dampak positif dari media sosial adalah
memudahkan kita untuk berinteraksi
dengan banyak orang, memperluas
pergaulan, jarak dan waktu bukan lagi
masalah, lebih mudah dalam
mengekspresikan diri, penyebaran
informasi dapat berlangsung secara cepat,
biaya lebih murah. Sedangkan dampak
negatif dari media sosial adalah
menjauhkan orang-orang yang sudah dekat
dan sebaliknya, interaksi secara tatap muka
cenderung menurun, membuat orang-orang
menjadi kecanduan terhadap internet,
menimbulkan konflik, masalah privasi,
rentan terhadap pengaruh buruk orang
lain. Adanya media sosial telah
mempengaruhi kehidupan sosialdalam
masyarakat.
Perubahanperubahan dalam
hubungan sosial (social relationships) atau

6
sebagai perubahan terhadap keseimbangan
(equilibrium) hubungan sosial dan segala
bentuk perubahanperubahan pada
lembagalembaga kemasyarakatan didalam
suatu masyarakat, yang mempengaruhi
sistem sosialnya, termasuk didalamnya
nilai-nilai, sikap dan pola perilaku diantara
kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Perubahan sosial positif seperti kemudahan
memperoleh dan menyampaiakan
informasi, memperoleh keuntungan secara
sosial dan ekonomi.

3 Aprillia Sosial Media sebagai Berdasarkan hasil tersebut, maka tim


Findayani Upaya Penguranagan peneliti menyimpulkan sebagai berikut.
2020 Berdasarkan 1.421 data responden di Kota
Risiko Bencana
Semarang yang terdiri dari 893
Covid 19
perempuan dan 528 laki-laki menyatakan
94,9 % masyarakat Kota Semarang
memperoleh informasi tentang covid-19
dari media sosial seperti Facebook,
Instagram Twitter, hingga aplikasi
chatting seperti WhatsApp.
Informasi ini digunakan oleh 79%
masyarakat menggunakan media sosial
sebagaimedia edukasi dan informasi dalam
penyampaian informasi mengenai covid-
19, sisanya memposisikan informasi dari
sosial media sebagai media komuniasi,
early warning system serta sumber data.
Efektivitas sistem kedaruratan kesehatan

7
masyarakat kita bergantung pada perhatian
kita pada kesiapsiagaan, ketangkasan
dalam menanggapi tekanan dan bencana
harian, dan ketahanan yang mendorong
pemulihan cepat. Media sosial dapat
meningkatkan setiap upaya komponen ini.
Mengintegrasikan social media ke dalam
aktivitas kesiapsiagaan komunitas untuk
keadaan darurat kesehatan masyarakat
dapat membantu membangun modal sosial
dan ketahanan komunitas, sehingga
memudahkan responden profesional dan
warga negara biasa untuk menggunakan
jaringan dan alat media sosial yang sudah
dikenal dalam suatu krisis.
4 Atika Beragam Peran Media Perkembangan teknologi komunikasi dan
Aisyarahmi
Sosial dalam Dunia informasi menjadikan media sosial
Munzir,
Asmawi & Politik di Indonesia sebagai alat komunikasi yang paling
Aidinil Zetra
cepat, tepat, dan murah. Bahkan berita di
2019
televisi maupun surat kabar yang beredar
pun tak jarang mendapatkan informasi
lewat media sosial. Dunia politik
Indonesia tidak akan pernah lepas dari
berbagai pujian, saran, maupun kritik
pedas dari seluruh elemen masyarakat
Indonesia termasuk pengguna internet
(netizen). Kuatnya peran media sosial
dalam dunia politik untuk mendapatkan
atensi masyarakat lewat kampanye,
membantu generasi muda untuk melek
politik, dan meningkatkan partisipasi

8
pemilih pemula tidak dapat dihindari.
Oleh sebab itu, siapapun yang akan
masuk ke dalam dunia politik, perlu
memiliki pengetahuan dan keterampilan
dalam menggunakan media sosial.
5 Kokom Media Sosial dan Perhelatan Pemilukada Jawa Barat telah
Komariah, Budaya Politik Generasi diselenggarakan dan menempatkan
Dede Sri Milineal dalam Pemilu pasangan Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul
Kartini 2019 Ulum sebagai Gubernur dan Wakil
Gubernur terpilih untuk periode 2018-
2023. Kemanangan tersebut didasari oleh
banyak faktor dan salah satunya tidak
terlepas dari peranan komunikasi politik
melalui pemanfaatan media sosial.
Pasangan lain juga memperoleh
keuntungan elektoral dalam pemanfaatan
media sosial ini dengan pengambilan tema
yang tepat dalam konteks politik nasional
kontemporer. Perolehan suara signifikan
pasangan Sudrajat dan Syaikhu dengan
elektabilitas rendah pada awal tahapan
kontestasi terbukti mampu menempati
peringkat kedua pada perhitungan suara
akhir. Hal ini mengkonfirmasi pendapat D.
McQuail tentang pentingnya media massa
termasuk didalamnya media sosial sebagai
instrumen utama dalam komunikasi
politik.
Generasi milineal dengan penggunaan
media sosial yang intens cenderung
berpartisipasi secara politik dengan

9
memanfaatkan media sosial menjadi
katalisator untuk berpartisipasi dalam
politik. Media sosial beserta kontennya
dijadikan sebagai flatform dalam
membentuk persepsi politik, kepercayaan,
sikap dan tindakan kalangan generasi
milineal dalam menentukan pilihan,
memberikan rekomendasi dan mengajak
orang lain bagi untuk memilih pasangan
calon yang mereka sukai atau mereka
usung. Namun demikian, budaya politik
generasi milinial yang mayoritasnya sudah
intens dengan penggunaan media sosial
tetap memiliki keragaman karakreristik
budaya politik baik partisan, subjektif dan
parokhial.

Partisipasi Masyarakat dalam pemiliham umum atau politik melalui media sosial
memang berbeda dalam banyak hal dengan partisipasi yang dilakukan melalui media-media
tradisional. Melalui media sosial, individu dapat membangun hubungan yang lebih aktif dan
signifikan terhadap lembaga-lembaga resmi, dan pada akhirnya mereka merasa lebih dekat untuk
mengekspresikan pendapat mereka secara lebih terbuka dan bebas (Pratiknyo, 2018).
Kondisi yang dialami masyarakat Indonesia saat ini menuntut sikap adaptif dan
responsibilasPemerintahan. Secara nyata media sosial telah merubah kehidupan sosial
masyarakat hampir disemua jenjang dan strata sosial. Perubahan dan perkembangan masyarakat
sejatinya dibutuhkan guna mengalirkan sikulus bermasyarakat. Oleh sebab itu pemerintah perlu
mengatur kebebasan dalam penggunaan media sosial diIndonesia (Istiani & Islamy, 2020).
Media sosial telah digunakan dengan cara baru untuk menghubungkan para penanggap dan
orang-orang yang terkena dampak langsung bencana. Seperti halnya teknologi baru, masih
banyak rintangan antara penggunaan saat ini dan eksploitasi media sosial yang optimal.
Meskipun media ini digunakan oleh orang-orang dari jenis kelamin dan berbagai usia, penting

10
untuk mengenali dan mengeksplorasi keterbatasan teknologi dalam menjangkau populasi
berisiko dan rentan (Findayani, 2020).
Peran media sosial dalam dunia politik yang pertama adalah sebagai media kampanye.
Media sosial yang biasanya hanya digunakan sebagai media untuk bersosialisasi dan
berkomunikasi dengan teman dan kerabat dekat, kini mulai merambah pada komunikasi antara
individu dengan institusi. Media sosial dipandang sebagai suatu alat untuk berinteraksi yang
efektif oleh partai politik dan kandidatnya, termasuk untuk mempromosikan produk atau
kampanye mereka. Bahkan, menjelang Pemilu Legislatif, Partai Politik mulai semangat membuat
akun-akun untuk melakukan kampanye terhadap partai dan caleg mereka. Salah satu contoh
peran media sosial sebagai media kampanye adalah saat kampanye presiden Barack Obama
tahun 2008 di Amerika Serikat (Munzir, 2019).
Penelitian yang dilakukan Ardha (2014) merujuk pada sebuah survei yang dilakukan
oleh APJII pada tahun 2012. APJII menjelaskan bahwa pengguna internet di Indonesia tahun
2012 mencapai 63 juta orang atau setara dengan 24,23 persen dari jumlah total populasi negara
Indonesia dan diprediksi akan terus naik. Namun sayangnya, pemanfaatan media sosial seperti
facebook dan twitter di kalangan partai politik di Indonesia masih belum optimal. Hal itu
dibuktikan dari ke-12 partai politik nasional peserta Pemilu 2014, ada empat parpol yang tidak
memiliki akun Twitter resmi, yaitu Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa
(PKB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Keadilan dan Persatuan (PKPI). Namun
keempat partai politik tersebut memiliki akun facebook dengan jumlah penyuka yang cukup
banyak.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Peran Masyarakat Dengan
Penggunaan Media Sosial Dalam Pengawasan Pemilu efektif dalam membantu kepengawasan
pemilu dalam menentukan probabilitas keberhasilan pemilu. Penggunaan media sosial dalam
pengawasan pemilu ini juga menitikberatkan pada hubungan antara media elektronik dan
masyarakat. Walaupun model ini tidak dapat digunakan oleh semua kalangan namun sangat
memudahkan para pengawas pemilu dalam menyelidiki dan mengawal jalannya pemilu yang
akan dilaksankan. Sehingga pemilu dapat terlaksana dengan tertib dan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

11
Aji, E. W. (2020). Transformasi Strategi Sebagai Model Pelibatan Masyarakat dalam
Pengawasan dan Penegakan Hukum Pemilu. Syariati : Jurnal Studi Al-Qur’an dan Hukum,
6(02), 259–270. https://doi.org/10.32699/syariati.v6i02.1542

Findayani, A. (2020). Peran Sosial Media dalam Penyampaian Informasi dan Kesiapsiagaan
Masyarakat Menghadapi Covid-19 di Kota Semarang. Jurnal Geografi : Media Informasi
Pengembangan dan Profesi Kegeografian, 17(2), 63–69.
https://doi.org/10.15294/jg.v17i2.24506

Gulo, A. (2022). Penerapan Model Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik
Pada Materi Ekosistem. Educativo: Jurnal Pendidikan, 1(1), 307–313.
https://doi.org/10.56248/educativo.v1i1.54

Istiani, N., & Islamy, A. (2020). Fikih Media Sosial Di Indonesia. Asy Syar’Iyyah: Jurnal Ilmu
Syari'Ah Dan Perbankan Islam, 5(2), 202–225. https://doi.org/10.32923/asy.v5i2.1586

Junaidi, V. (2013). PELIBATAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGAWASAN


PEMILU Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Bekerjasama dengan The
Asia Foundation (TAF). 106. www.perludem.or.id

Komariah, K., & Kartini, D. S. (2019). Media Sosial dan Budaya Politik Generasi Milineal
dalam Pemilu. Aristo, 7(2), 228. https://doi.org/10.24269/ars.v7i2.1608

Kusuma, W., Permatasari, B., & Suntara, R. A. (2022). Peningkatan Pengawasan Partisipatif
Masyarakat Desa dalam Pelaksanaan Pemilihan Umum Serentak Tahun 2024 melalui
Penyuluhan Hukum. DAS SEIN: Jurnal Pengabdian Hukum dan Humaniora, 2(2), 93–104.
https://doi.org/10.33756/jds.v2i2.15256

Munzir, A. A. (2019). Beragam Peran Media Sosial dalam Dunia Politik di Indonesia. JPPUMA
Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik Universitas Medan Area, 7(2), 173.
https://doi.org/10.31289/jppuma.v7i2.2691

Nurkinan, N. (2018). Peran Partisipasi Masyarakat Dalam Pengawasan Pemilihan Umum


Serentak Anggota Legislatif Dan Pilres Tahun 2019. Jurnal Politikom Indonesiana, 3(1),
26–40. https://journal.unsika.ac.id/index.php/politikomindonesiana/article/view/1409

12
Pratiknyo, A. D. (2018). Partisipasi Masyarakat digital sebagai Tantangan Baru untuk Pemilu
Indonesia. Profetika, Jurnal Studi Islam, 20(0274), 11–15.

13

Anda mungkin juga menyukai