Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muhammad Kholiillur Rohmaan

NPM : 22201071061

Pemilu dan Media Sosial;Pengaruh dan Dinamika Informasi


dalam Pembentukan Opini Publik
Pemilihan umum (pemilu) telah menjadi momen penentu dalam kehidupan demokrasi
di seluruh dunia. Di era digital saat ini, media sosial menjadi salah satu pengaruh besar terhadap
dinamika politik dan pembentukan opini publik terkait pemilu. Informasi menyebar dengan
cepat melalui platform-platform ini dan dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap
proses pemilu, mulai dari persepsi kandidat hingga mempengaruhi keputusan pemilih. Pada
Essay kali ini mengkaji pengaruh dan dinamika informasi terhadap pembentukan opini publik
dalam konteks pemilu, dengan fokus pada peran media sosial.
Jangkauan global media sosial memungkinkan masyarakat untuk berpartisipasi
langsung dalam diskusi politik. Kemampuan untuk menyebarkan informasi dengan cepat dan
murah telah mengubah cara kampanye politik dilakukan. Berbagai platform seperti Twitter,
Facebook, Instagram, Tik Tok dan YouTube menjadi wadah bagi para kandidat untuk
memperkenalkan diri, menyampaikan berbagai pesan atau informasi dalam kampanye, dan
berinteraksi langsung dengan calon pemilih.
Namun, penggunaan media sosial dalam situasi pemilu juga menimbulkan sejumlah
masalah. Keterbukaan yang luas terhadap berbagai informasi yang di unggah ke akun media
sosial menjadi sumber kekhawatiran. Informasi yang dibagikan di media sosial sering kali tidak
diverifikasi secara ketat, dan sebagian besar banyak konten-konten yang bias atau tidak akurat.
Mengaburkan fakta-fakta penting, dan mengubah arah diskusi yang seharusnya bersifat
konstruktif menjadi konfrontatif. Hal ini dapat mempengaruhi persepsi publik terhadap
kandidat dan isu tertentu, meningkatkan polarisasi, dan bahkan melemahkan integritas proses
pemilu itu sendiri.
Selain itu, algoritme di balik platform media sosial cenderung menciptakan gelembung
filter, yang mana pengguna cenderung hanya dihadapkan pada opini dan pandangan yang
sejalan dengan keyakinan mereka. Hal ini dapat meningkatkan pemikiran individu atau
kelompok dan mencegah pemahaman publik penuh atas perspektif yang berbeda. Gelembung
hal semacam itu dapat mereduksi keberagaman informasi yang di akses oleh pengguna,
mengurangi kemungkinan mereka terpapar pada sudut pandang alternatif yang bisa membuka
wawasan mereka terhadap konteks yang lebih luas.
Media sosial telah menjadi platform penting bagi individu dan kelompok untuk
berdiskusi, berbagi informasi, dan berorganisasi mengenai berbagai isu sosiopolitik. Hal ini
memberikan kesempatan kepada warga negara untuk berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan politik, menyetujui keputusan tersebut, dan berinteraksi dengan pihak-pihak yang
menyampaikan keinginannya. Namun, selain potensi manfaatnya, media sosial juga memiliki
potensi bahaya yang perlu diwaspadai secara matang.
Misalnya, tesebarnya informasi palsu atau hoaks dengan cepat di platform ini dapat
mempengaruhi resepsi publik dan bahkan mengganggu proses politik yang sehat. Selain itu,
ketidakmampuan untuk memverifikasi sumber informasi atau ketidaktersediaan konteks
menyeluruh dapat menyebabkan polarisasi yang lebih besar di Masyarakat. Oleh karna itu,
penting untuk mengembangkan literasi digital yang kuat dan kritisagar individu mampu
memilah informasi serta memahami konsekuensi dari informasi yang di sebarkan di media
sosial.
Perkembangan penggunaan media sosial melalui isu-isu kebutuhan masyarakat itu
sendiri. Dengan meningkatnya informasi masyarakat, apakah jenis dan jumlah media massa
yang memasuki ranah publik akan semakin meningkat? Ruang publik, disebut juga ruang
publik, sebagaimana ditemukan oleh Habermas, adalah tempat di mana masyarakat secara
keseluruhan berinteraksi satu sama lain secara publik. dipahami sebagai segala aspek
kehidupan sosial yang memungkinkan kita berinteraksi, berpikir, berbicara, dan
mengembangkan gagasan.
Bagaimana sebenarnya media sosial dapat mengubah cara berpikir orang? Media sosial
bekerja dengan menyebarkan berbagai informasi. Satu hal yang bisa memecah belah adalah
dampak langsung media sosial terhadap cara pandang opini publik. Media sosial terkadang
dapat melayani kepentingan yang benar dan terkadang melayani kepentingan yang berlawanan.
Tren ini biasanya didasarkan pada pengaruh media sosial. Media sosial bisa eksis secara
mandiri. Ada pula yang didukung oleh kepentingan politik beberapa faksi dan kelompok.
Bahkan ada media sosial yang tersedia untuk pemerintah.
Perubahan dalam pandangan dan persepsi seperti ini bisa di pengaruhi oleh informasi
yang di pilih untuk di sebar, Bagaimana informasi itu di sajikan? Dan sejauh mana informasi
itu di saring atau di edit? Media sosial memiliki kekuatan untuk mempengaruhi opini publik.
Baik secara positif maupun secara negative, tergantung pada cara pengguna dan kepentingan
di balik platform tersebut. Penting bagi pengguna media sosial untuk tetap kritis dalam
menerima informasi dan menyadari kepentingan di balik setiap konten yang mereka unggah.
Oleh karena itu, perlu dipahami bahwa media sosial tidak hanya sekedar alat
komunikasi, namun juga mempunyai peran penting dalam membentuk opini publik, dan bahwa
“kecerdasan dalam mengelola, menganalisis, dan mengkategorikan informasi yang diterima
merupakan keterampilan yang penting dalam proses demokrasi”. Media sosial dapat menjadi
alat yang ampuh untuk mengorganisir dan mengumpulkan dukungan dan saat ini menjadi
sarana penting bagi kandidat dan kelompok non-partisan untuk berpartisipasi dalam pemilu.
Individu juga dapat menggunakan media sosial untuk memposting isu-isu politik yang penting
bagi mereka dan mendorong teman-teman dan tetangga mereka untuk memberikan suara pada
Hari Pemilu. Menjelang pemilihan presiden tahun 2024, para kandidat, organisasi, dan individu
menggunakan media sosial untuk memberikan suara mereka.
Pada masa pemilihan presiden ini, masyarakat akan memiliki akses terhadap informasi
yang lebih komprehensif mengenai pasangan calon presiden dan wakil presiden, serta
informasi spesifik tentang bagaimana pasangan calon tersebut melakukan perilaku non-
tradisional di media sosial. juga memiliki akses terhadap isu-isu yang relevan. Pemilih Lainnya
(Pusat Edukasi Antikorupsi, 2023). Penting untuk menyadari bahwa media sosial dapat
memberikan dampak positif dan negatif terhadap kampanye politik. Meskipun media sosial
memiliki kekuatan untuk meningkatkan peluang kandidat yang lebih independen dan didorong
oleh manusia untuk mencalonkan diri, media sosial juga telah digunakan dengan cara yang
jahat.
Meskipun media sosial dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dengan
memfasilitasi diskusi politik, terdapat pula fenomena "aktivis jempol" di mana partisipasi
dalam ranah digital tidak selalu berdampak pada keterlibatan yang aktif dalam proses politik
di dunia nyata. Dalam menyikapi kompleksitas interaksi pemilu dan media sosial, langkah-
langkah harus diambil untuk meningkatkan literasi digital dan kesadaran informasi. Sangat
penting untuk mempelajari cara mengenali informasi yang valid, memahami sumber, dan kritis
terhadap penyebaran konten di media sosial. Selain itu, regulasi yang lebih ketat terhadap
konten politik di media sosial juga diperlukan untuk meminimalisir penyebaran informasi
yang menyesatkan.
Kunci strategi media sosial yang efektif adalah kata pertama yaitu media sosial, atau
sosial. Alasan utama mengapa media sosial menjadi alat yang ampuh bagi para kandidat
adalah kemampuannya dalam memberikan kesempatan kepada pendukung untuk terlibat
secara real-time dan membantu menyebarkan pesan kampanye. Gerakan akar rumput dapat
berkembang pesat di media sosial seiring dengan semakin banyaknya pendukung yang
bergabung dan aktivitas online meningkat. Kandidat juga dapat memanfaatkan kekuatan
media sosial dengan memudahkan pendukungnya untuk berpartisipasi dalam
jaringan mereka.
Pada kesimpulannya, media sosial telah menjadi kekuatan besar dalam proses pemilu,
memengaruhi opini publik serta dinamika politik secara luas. Namun, sementara memberikan
peluang untuk interaksi yang lebih luas, penggunaan media sosial dalam konteks pemilu juga
menghadirkan tantangan dalam hal validitas informasi dan dampaknya pada proses demokrasi.
Dengan pendekatan yang bijaksana dan upaya bersama antara pemerintah, platform media
sosial, dan masyarakat, pengaruh positif media sosial dalam proses pemilihan umum dapat
ditingkatkan sambil meminimalkan risiko yang terkait.

CEK PLAGIASI
Daftar Pustaka

Chadwick, A. (2017). The Hybrid Media System: Politics and Power. Oxford University Press.
Howard, P. N., & Kollanyi, B. (2016). Bots, #StrongerIn, and #Brexit: Computational
Propaganda During the UK-EU Referendum. Available at SSRN:
https://ssrn.com/abstract=2798311
Nur Anggita, Rialda Safitri, Fira Aulia. Dinamika Perubahan Sosial dan Politik di Era Digital:
Pengaruh Media Sosial dan Partisipasi Masyarakat. Jurnal Sosial dan Humaniora Vol.1
No.3. 2024
Prawidad Giban, Salma Noorfitria, Siti Qinaya. Navigasi Etika Pemilih Pemula:Media Sosial
dan Pemilu 2024. Jurnal Ilmu Hukum,Sosial, dan Humaniora. 2023
Tandoc, E. C., Jr., & Lee, Z. W. (2020). Understanding Media Effects on Deepening
Polarization: The Role of Confirmation Bias, Filter Bubbles, and Disinformation.
Journalism & Mass Communication Quarterly, 97(2), 465–485.
Vaccari, C., Valeriani, A., Barberá, P., Jost, J. T., Nagler, J., & Tucker, J. (2015). Political
Expression and Action on Social Media: Exploring the Relationship Between Lower-
and Higher-Threshold Political Activities Among Twitter Users in Italy. Journal of
Computer-Mediated Communication, 20(2), 221–239.

Anda mungkin juga menyukai