Anda di halaman 1dari 9

Penyalahgunaan Media Sosial dalam Penyebaran Informasi dan Berita terhadap Kasus

Hoax Presiden Jokowi Tiga Periode

MAKALAH ILMIAH
Disusun sebagai bentuk Ujian Akhir Semester mata kuliah Komunikasi Massa
Dosen Pembimbing : Meily Badriati, S.Sos., M.Si.
Selasa, 13 Juni 2023

Disusun oleh :

Alysia Shalsabila Nur R. (2106747956)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS INDONESIA
2023
I. Latar Belakang
Komunikasi massa memainkan peran yang signifikan dalam dunia informasi saat ini,
terutama dengan kemajuan teknologi digital dan munculnya media sosial. Media sosial telah
menjadi platform yang populer bagi masyarakat untuk berkomunikasi, berbagi informasi, dan
mendapatkan berita. Media sosial juga memiliki pengaruh besar dalam kehidupan
masyarakat, mulai dari membentuk opini hingga menentukan kebiasaan atau perilaku yang
dilakukan. Namun, penyalahgunaan media sosial dalam penyebaran informasi dan berita
palsu, yang dikenal sebagai hoax, telah menjadi masalah serius dalam konteks politik dan
pemerintahan.
Penyebaran informasi dan berita yang tidak akurat melalui media sosial telah menjadi
perhatian yang serius di banyak negara. Dalam konteks Indonesia, sebagai salah satu negara
dengan pengguna media sosial terbesar di dunia (DataIndonesia.id, 2022), kasus hoaks yang
melibatkan Presiden Jokowi memiliki implikasi yang signifikan. Hal ini tidak hanya
berdampak pada stabilitas politik, tetapi juga pada kepercayaan publik terhadap informasi
yang disajikan melalui media sosial. Penyebaran berita palsu terkait rencana Presiden Joko
Widodo (Jokowi) untuk menjabat tiga periode berturut-turut menjadi pusat perhatian hampir
seluruh masyarakat Indonesia. Informasi ini menyebar dengan cepat melalui berbagai
platform media sosial dan menimbulkan kebingungan di kalangan masyarakat.
Menurut Pennycook (2020), terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
penyebaran informasi dan berita palsu di media sosial, termasuk sifat viral dan algoritma
platform media sosial, ketidaktahuan dan kurangnya literasi digital di kalangan pengguna,
serta motif politik atau kepentingan pribadi di balik penyebaran hoax. Penyalahgunaan media
dapat menjadi sarana yang sering digunakan untuk mempengaruhi opini publik dan memicu
ketegangan politik. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi masalah ini dan mengkaji
secara mendalam dampak yang ditimbulkannya terhadap stabilitas politik, kepercayaan
publik, dan integritas demokrasi.
Makalah ini akan membahas penyalahgunaan media sosial dalam penyebaran
informasi dan berita terkait kasus hoaks Presiden Jokowi tiga periode, serta menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran hoaks, dampaknya terhadap masyarakat dan
politik, serta upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini menggunakan teori
dan konsep komunikasi massa. Tujuan dari makalah ini adalah untuk meningkatkan
pemahaman tentang peran media sosial dalam penyebaran hoaks dan memberikan
rekomendasi kebijakan yang dapat mengurangi penyebaran informasi palsu melalui berbagai

1
platform media sosial. Pembahasan masalah dalam makalah ini diharapkan dapat
memberikan wawasan dan pemahaman yang lebih baik tentang peran media dan media sosial
dalam penyebaran informasi dan berita yang tidak benar serta mencari solusi serta upaya
mitigasi untuk mengatasi masalah tersebut.

II. Kerangka Teori


2.1 Responsibility Theory - Four Theories of The Press
Dilansir dari JawaPos.com, ide Presiden Jokowi menjabat tiga periode awalnya
dimulai dari Partai Nasional Demokrat (Nasdem), "Jadi misalnya gini kalau kita punya
seorang presiden yang baik, yang hebat, ternyata misalnya programnya belum selesai,
tiba-tiba masa jabatannya habis, kan sayang. Ketika berganti akan ganti kebijakan,
kesinambungannya kan terhenti," ujar Ketua Nasdem Jawa Barat. Cetusan yang dikeluarkan
oleh Saan Mustopa selaku ketua Nasdem Jawa Barat itu, menjadi santapan lezat bagi para
media massa dan pemberitaan media sosial. Akibatnya, banyak sekali media yang tidak
bertanggung jawab memberitakan isu hoax Jokowi tiga periode dan mengakibatkan
kerusuhan di berbagai kalangan masyarakat.
Dalam analisis ini, teori tanggung jawab sosial media atau responsibility theory
menggarisbawahi pentingnya media dan media sosial dalam menyajikan informasi yang
akurat, beretika, dan bermanfaat bagi masyarakat. Mereka harus memiliki sistem verifikasi
yang kuat, memprioritaskan kepentingan publik, menghindari bias, dan memberikan ruang
bagi berbagai perspektif untuk menciptakan lingkungan media yang bertanggung jawab.
Dalam menganalisis peran media dan media sosial dalam menyebarkan hoax Jokowi tiga
periode menggunakan social responsibility theory, berikut beberapa hal yang bisa dikaji lebih
dalam:
1. Akurasi dan Kebenaran
Media dan media sosial memiliki tanggung jawab untuk menyebarkan informasi yang
akurat dan berdasarkan fakta. Dalam kasus ini, penyebaran hoax Jokowi tiga periode melalui
media dan media sosial menunjukkan kegagalan dalam memverifikasi dan memastikan
kebenaran informasi sebelum disebarkan. Media yang bertanggung jawab seharusnya
memiliki sistem yang kuat untuk memverifikasi informasi sebelum menyebarkannya, serta
mengklarifikasi dan memperbaiki informasi yang salah jika telah disebarkan.
2. Etika dan Integritas
Media dan media sosial yang bertanggung jawab harus beroperasi dengan
prinsip-prinsip etika yang tinggi. Dalam kasus ini, penyebaran hoax Jokowi tiga periode

2
menunjukkan kurangnya integritas dalam menyajikan informasi yang akurat dan berimbang.
Media dan media sosial yang menjalankan tanggung jawab sosial seharusnya menghindari
menyebarkan berita palsu atau manipulatif. Mereka harus memiliki kepedulian terhadap
kepentingan publik dan memprioritaskan pelayanan masyarakat dengan menyediakan
informasi yang benar dan bermanfaat.
3. Keadilan dan pluralisme
Media dan media sosial yang bertanggung jawab harus memberikan ruang bagi
berbagai perspektif dan pendapat yang beragam. Dalam kasus ini, penyebaran hoax Jokowi
tiga periode mungkin mengabaikan keadilan dan pluralisme dengan menyebarkan informasi
yang tidak berdasarkan fakta atau mengabaikan sudut pandang yang berbeda. Media dan
media sosial yang menjalankan tanggung jawab sosial akan mencoba untuk menghindari bias
dan memastikan berbagai pandangan diakomodasi.
4. Pelayanan masyarakat
Media dan media sosial yang menjalankan tanggung jawab sosial seharusnya
memberikan pelayanan yang bermanfaat bagi masyarakat. Dalam kasus ini, penyebaran hoax
Jokowi tiga periode tidak memberikan manfaat yang sebenarnya, melainkan dapat
menyebabkan kebingungan dan kerugian bagi masyarakat. Media dan media sosial yang
bertanggung jawab akan mengedepankan kepentingan publik dengan menyediakan informasi
yang akurat, berimbang, dan memberikan pemahaman yang lebih baik kepada masyarakat.

2.2 Agenda Setting - Maxwell McCombs & Donald Shaw (1972)


Konsep media agenda setting pertama kali dicetuskan oleh Maxwell McCombs dan
Donald Shaw pada tahun 1972 melalui penelitian mereka yang terkenal yang berjudul "The
Agenda-Setting Function of Mass Media." Dalam penelitian mereka, McCombs dan Shaw
mengamati bahwa media massa memiliki kekuatan untuk menentukan agenda publik dengan
menekankan topik tertentu. Mereka menemukan bahwa masyarakat cenderung menganggap
topik yang sering muncul di media sebagai isu-isu yang penting atau layak diperhatikan.
Teori agenda-setting mempunyai kesamaan dengan Teori Peluru yang menganggap media
mempunyai kekuatan memengaruhi khalayak.
Kasus peran media dan media sosial dalam menyebarkan hoax "Jokowi tiga periode"
dapat dianalisis dengan menggunakan konsep media agenda setting. Media massa memiliki
peran penting dalam menentukan agenda dengan memberitakan isu tersebut secara intens,
sementara media sosial mempercepat penyebaran informasi palsu. Pemberitaan yang intens
dan berulang mengenai "Jokowi tiga periode" oleh media massa dapat mempengaruhi

3
perhatian masyarakat terhadap isu tersebut, sedangkan penyebaran hoax melalui media sosial
memperkuat penyebarannya. Pengguna media sosial yang mempercayai dan membagikan
informasi palsu tersebut berkontribusi pada penyebaran yang lebih luas. Dalam konteks ini,
penting bagi individu untuk memverifikasi informasi sebelum mempercayainya dan
mengandalkan sumber-sumber informasi yang terpercaya.
Analisis kasus "Jokowi tiga periode" dengan menggunakan konsep media agenda
setting memperlihatkan dampak media massa dan media sosial terhadap persepsi publik.
Media massa yang memberitakan isu tersebut secara intens dan media sosial yang
menyebarkan informasi palsu mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap Jokowi dan
opini mereka mengenai isu tersebut. Jika informasi palsu terus muncul dan mendapatkan
perhatian yang signifikan, beberapa individu dapat mempercayainya tanpa memeriksa
kebenarannya. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk kritis dalam menerima
informasi, memverifikasinya, dan mencari sumber-sumber informasi yang dapat dipercaya
untuk mendapatkan pemahaman yang akurat.

III. Pembahasan dan Diskusi


Pada tahun 2021, CNN memberitakan isu Presiden Jokowi yang berwacana untuk
menduduki kursi jabatan presiden periode tahun 2024 - 2029. Pemberitaan ini telah menjadi
topik perbincangan dan kontroversi di masyarakat serta mendapatkan perhatian dari berbagai
kalangan.

Dilansir dari
https://www.cnnindonesia.com/nasional/fokus/wacana-jokowi-3-periode-4790/all

4
Dilansir dari:
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210313231500-32-617145/amien-rais-ungkap-ske
nario-jokowi-bakal-terpilih-3-periode

Isu Jokowi tiga periode muncul karena beberapa faktor. Pertama, ada beberapa
kelompok yang mempertanyakan kebijakan dan langkah-langkah yang diambil oleh Jokowi
selama dua periode kepemimpinannya, dan mungkin ingin memperpanjang masa jabatannya
untuk melanjutkan agenda-agenda tertentu. Selain itu, ada juga yang melihat keberhasilan
Jokowi dalam beberapa program pembangunan dan merasa bahwa masa jabatan tambahan
akan memberikan waktu yang lebih lama untuk melanjutkan upaya tersebut.
Pemberitaan isu Presiden Jokowi tiga periode dari berbagai media, baik media cetak
hingga media sosial, sangat berdampak bagi situasi politik dan sosial di masyarakat
Indonesia. Berbagai demo serta aksi unjuk rasa para mahasiswa di seluruh penghujung
Indonesia menyuarakan kemarahannya akibat isu pemberitaan yang sebenarnya tidak tahu
akan kebenarannya. Isu ini juga dapat mempengaruhi kepercayaan publik terhadap proses
demokrasi di Indonesia. Jika terjadi perubahan aturan untuk memungkinkan tiga periode, hal
ini dapat menimbulkan keraguan tentang integritas dan keadilan sistem politik.
Peran media yang begitu kuat dalam mempengaruhi tindakan serta pola pikir
masyarakat dalam kasus ini sangat sejalan dengan konsep agenda setting, di mana media
dapat menentukan mana isu yang penting dan layak untuk diperhatikan. Sebagai media yang
mengikuti peraturan, seharusnya isu-isu seperti ini harus melewati berbagai cross-check dari
pihak terkait.
Dampak yang ditimbulkan dari pemberitaan isu hoax dari berbagai media Indonesia
membuat Presiden Jokowi harus turun tangan untuk meluruskan simpang siur mengenai isu
yang tidak benar terkait dirinya. Selain itu, Kominfo juga mempublikasikan berita klarifikasi
akan isu tiga periode ini.

5
Klarifikasi yang dilakukan Kominfo terkait isu Jokowi tiga periode dapat dilihat
dalam konteks teori tanggung jawab atau responsibility theory. Teori tanggung jawab
menekankan pentingnya tanggung jawab individu, lembaga, dan pemerintah dalam
menyampaikan informasi yang akurat dan bertanggung jawab kepada masyarakat. Dalam hal
ini, Kominfo memiliki peran penting dalam memberikan klarifikasi dan penjelasan yang
akurat terkait isu tersebut, sedangkan individu dan lembaga media sosial juga memiliki
tanggung jawab dalam memerangi penyebaran hoaks dan menyebarkan informasi yang
akurat.
Penting untuk diakui bahwa media sosial memiliki peran penting dalam memfasilitasi
komunikasi, pertukaran informasi, dan partisipasi publik. Namun, kecenderungan penyebaran
hoaks dan informasi palsu melalui media sosial telah menyebabkan gangguan dalam
masyarakat, merusak kepercayaan publik, dan bahkan mempengaruhi stabilitas politik. Salah
satu dampak negatif dari penyalahgunaan media sosial dalam kasus ini adalah terjadinya
polarisasi masyarakat. Penyebaran hoaks dapat memperkuat sudut pandang yang ekstrem dan
memicu konflik di antara kelompok masyarakat. Hal ini dapat mengancam harmoni sosial
dan menghambat dialog yang konstruktif.

IV. Kesimpulan
Pada tingkat yang lebih luas, penyalahgunaan media sosial dalam penyebaran hoaks
juga mengancam proses demokrasi. Hoaks dapat mempengaruhi pemilihan umum, merusak
integritas pemilihan, dan mengganggu stabilitas politik. Ini menyoroti pentingnya peran
media sosial yang bertanggung jawab dalam memverifikasi dan menyebarkan informasi yang
akurat, serta perlunya keterlibatan aktif dari pemerintah, lembaga media, dan masyarakat
dalam memerangi penyebaran hoaks.

6
Untuk mengatasi serta mengantisipasi isu pemberitaan hoax seperti ini, diperlukan
upaya kolaboratif dari berbagai pihak. Pemerintah perlu meningkatkan pengawasan dan
penegakan hukum terhadap penyebar hoaks yang melanggar hukum. Lembaga media harus
meningkatkan literasi digital dan kritis bagi publik, serta memastikan bahwa informasi yang
disebarluaskan melalui platform media sosial telah melalui proses verifikasi yang ketat.
Selain itu, masyarakat juga memiliki peran penting dalam memerangi penyebaran hoaks.
Kritis dalam menyaring informasi yang diterima dan berbagi hanya informasi yang
terverifikasi dapat membantu menghambat penyebaran hoaks.

7
DAFTAR REFERENSI

HANSON, R. E. (2019). Mass communication (international student edition): Living in a


Media World. SAGE PUBLICATIONS INC.

The implied truth effect: Attaching warnings to a subset of fake news ... (n.d.).
https://pubsonline.informs.org/doi/10.1287/mnsc.2019.3478

[hoaks] Presiden Jokowi Lanjutkan 3 periode Demi Proyek infrastruktur nasional. Website
Resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. (2020, October 23).
https://www.kominfo.go.id/content/detail/30356/hoaks-presiden-jokowi-lanjutkan-3-p
eriode-demi-proyek-infrastruktur-nasional/0/laporan_isu_hoaks

Pradewo, B. (2019, November 28). Asal Mula polemik jabatan presiden 3 periode. Asal Mula
Polemik Jabatan Presiden 3 Periode - Jawa Pos.
https://www.jawapos.com/politik/01245682/asal-mula-polemik-jabatan-presiden-3-pe
riode

Representasi polity Dan Trivia Dalam Agenda Media (studi agenda media ... (2015, June).
https://jurnal.kominfo.go.id/index.php/jskm/article/view/190104

Indonesia, C. (2021, March 13). Amien Rais Ungkap Skenario Jokowi Bakal Terpilih 3
periode. nasional.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210313231500-32-617145/amien-rais-ung
kap-skenario-jokowi-bakal-terpilih-3-periode

Anda mungkin juga menyukai