Anda di halaman 1dari 2

3.

Teori yang digunakan dalam kasus tersebut adalah teori ketergantungan media
(Media Despendancy Theory atau Despendancy Theory). Teori ini dikembangangkan
oleh Melvin Defleur dan Sandra Ball Roceach. 1 Dalam teori ini, Defleur dan Sandra
menyatakan bahwa semakin seseorang atau individu tergantung pada suatu media
untuk memenuhi kebutuhannya, maka media menjadi sangat penting bagi seseorang
tersebut. Teori ini memperkenalkan model teori antara audiens, media, dan sistem
sosial besar sehingga membentuk hubungan integral tak terbatas.
Teori ini menyatakan bahwa khalayak tergantung dengan media akibat
konsumsi media massa dan pemenuhan kebutuhan informasi serta memenuhi tujuan
dari proses komunikasi massa. Namun tidak semua khalayak memiliki ketergantungan
atas media yang sama, artinya setiap individu memiliki ketergantungannya terhadap
media tertentu.
Selain ketergantungan akibat pemenuhan kebutuhan, individu juga memiliki
ketergantungan atas kondisi sosial. Model ini menunjukkan bahwa media dan kondisi
sosial saling berhubungan dengan audiens dalam menciptakan minat dan kebutuhan.
Pada gilirannya, hal ini akan memengaruhi khalayak dalam memilih media, sehingga
bukan media massa yang meniptakan ketergantungan melainkan kondisi sosial
masyarakat itu sendiri.2
Asusmsi dasar ketergantunga media dan masyarakat adalah:3
a. Jika media memengaruhi masyarakat, hal itu karena media merupakan
pemenuh kebutuhan masyarakat.
b. Semakin besar individu tergantung pada media, maka semakin besar pula
media memengaruhi individu.
c. Peningkatan komplesitas masyarakat modern banyak bergantung pada
media untuk memahami dunia kita
d. Individu memiliki kebutuhan lebih banyak akan informasi, pelarian atau
fantasi akan dipengaruhi media sehingga memiliki ketergantungan media
yang lebih besar.
Dewasa ini, ketergantungan individu terhadap suatu media sangat nyata karena
sifat internet yang melibatkan keaktifan penggunanya. Aktivitas khalayak pada
dewasa ini menggambarkan sifat atau ciri khlayak dibandingkan khalayak secara
umum. Ini menunjukkan bahwa ketergantungan khalayak terhadap media adalah
memiliki tujuan tertentu.
Contoh lain dapat dilihat pada hasil penelitian yang dilakukan Logea dan Ball-
Rokeach tahun 1993 yaitu meneliti dependensi televisi dan surat kabar. Hasil dari
penelitian tersebut adalah terdapat perbedaan ketergantungan pada media karena
dalam penelitian tersebut, dependensi terhadap media televisi lebih besar daripada
media lainnya. Hal ini karena pengguna televisi mennyukai televisi karena

1
Rumiyeni, Evawani Elsya L, Nita R, “Ketergantungan Media Online di Kalangan Mahasiswa Unviversitas
Riau”, Jurnal Komunikasi dan Bisnis 3, no. 1, (Oktober 2017): 26
2
t.n, t.j, Universitas Medan Area, diakses dari
http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1624/5/108530033_file5.pdf pada 17 Februari 2021, pukul
19.06 WIB
3
Rahmi Mulyasih, “Dependency Media Pada Masyarakat Indonesia”, Jurnal Komunikasi 2, no. 1, (April, 2013):
4
penyebaran informasinya yang lebih cepat, sedangkan surat kabar dependensinya
untuk memahami diri sendiri dan masyarakat.
4. Perkembangan informasi dan tekonologi mmbuat media baru banyak
bermunculan, terlebih adalah media sosial dan media massa. Dalam
perkembangannya saat ini, media sosial dan media massa tidak hanya sebagai media
untuk menyebarkan informasi atau berita saja melainkan juga menyampaikan berita
fenomenal dan terkini seperti berita kalangan selebriti. Isu-isu panas di kalangan
selebriti dikemas menjadi berita fenomenal dan panas yang membuat masyarakat
penasaran dengan berita tersebut padahal belum tentu benar. Media menjadi produsen
berita panas tersebut dan masyaraka menjadi konsumen. Semakin “panas” berita
tersebut maka daya jual media semakin tinggi.
McQuail menjelaskan kekuatan media massa sesungguhnya adalah menarik
perhatian publik, membujuk (opini dan kepercayaan), memengaruhi sikap,
membentuk pengertian realitas, memberi status dan legitimasi, dan memberi
informasi secara cepat dan luas.4 Stephen Resse (1991) menyatakan bahwa keputusan
konten dalam suatu media merupakan hasil tekanan yang berasal dari dalam
organisasi media. Maksudnya adalah isi atau konten media berasal dari kombinasi
antara program internal, keputusan manajerial dan editorial, serta pengaruh eksternal
yang berasal dari nonmedia, seperti khalayak, pejabat pemerintah, pemasang iklan,
dan sebagainya.5
Hal ini berarti pemilik media memiliki kekuasaan untuk menyiarkan atau tidak
menyiarakan isi media. Altschull (1984) mengemukakan bahwa isi media selalu
mencerminkan kepentingan mereka yang membiayai media tersebut. Oleh karena itu,
media dianggap sebagai pengatur dan audiens sebagai pasar atau mangsa media dalam
memberitakan informasi.

4
Deslina Dwita, “Televisi dan Kepentingan Pemilik Modal dalam Perspektif Teori Ekonomi Politik Media”,
Artikel Konseptual, Universitas Muhammadiyah Riau, diakses dari
http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1624/5/108530033_file5.pdf pada tanggal 17 Februari 2021
pukul 19.39 WIB.
5
A.M. Morrisan, Periklanan Komunikasi Periklanan Terpadu”, (Jakarta: Kencana, 2010), 45.

Anda mungkin juga menyukai