Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : Hanifah Azzahra Fatika Putri


NIM : 042143941
Kode / Mata Kuliah : SKOM4315 - Komunikasi Massa
Kode : 72 - Ilmu Komunikasi S1

Tolong Saudara jelaskan perkembangan media massa saat ini yang didasari
dengan teori yang sudah Anda dapatkan pada modul 1, 2 dan 3.

a. pilih teori yang akan digunakan (2 - 4 teori)

b. jelaskan berdasarkan teori yang Anda pilih.

Jawaban singkat, maksimal 750 kata.

Jawaban :

Media massa adalah sarana komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan


pesan, informasi, dan konten kepada audiens yang luas, seringkali mencakup ribuan
hingga jutaan orang. Media massa merupakan salah satu elemen utama dalam
komunikasi massa. Media massa melibatkan berbagai jenis saluran komunikasi dan
platform yang digunakan untuk mengirimkan pesan kepada audiens yang besar.
Contohnya adalah televisi, radio, majalah, website, media sosial, podcast dll.
Perkembangan media massa saat ini terjadi dengan cepat dan terpengaruh oleh
perkembangan teknologi, perubahan sosial, dan perubahan dalam cara masyarakat
mengakses, mengkonsumsi, dan berinteraksi dengan informasi.

Teori Perkembangan Media Massa, menurut teori para ahli :

1. Teori Kultivasi (Cultivation Theory)


Professor George Gerbner, Dekan emeritus dari Annenberg School for
Communication di Universitas Pennsylvania. Riset pertamanya pada awal tahun
1960‐an memberikan wawasan tentang bagaimana perkembangan media massa,
terutama televisi, dapat mempengaruhi persepsi dan pandangan masyarakat
terhadap realitas sosial. Dalam konteks teori kultivasi, perkembangan media massa,
terutama televisi, memiliki pengaruh signifikan dalam membentuk pandangan dunia
masyarakat. Dengan perkembangan teknologi dan media, televisi telah menjadi
salah satu sumber utama konten media massa. Perkembangan dalam teknologi
penyiaran, kabel, satelit, dan streaming telah meningkatkan akses ke berbagai jenis
program televisi. Perkembangan media massa dalam penyediaan berita mencakup
berita online, portal berita, situs web berita, dan saluran berita khusus. Ini telah
mengubah cara berita disajikan dan diakses oleh masyarakat.

2. Teori Uses and Gratifications

Teori Uses and Gratification awal mula dilahirkan oleh tiga ilmuwan yakni
Elihu Katz, Jay G. Blumler, dan Michael Gurevitch. Teori ini menekankan bahwa
individu adalah pemilih aktif dalam bagaimana mereka mengkonsumsi media massa.
Mereka menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan, seperti hiburan,
informasi, sosialisasi, atau pemecahan masalah, dan mengambil kontrol atas
bagaimana mereka menggunakannya. Perkembangan media digital telah
memungkinkan personalisasi konten yang lebih besar. Platform streaming, situs
berita, dan media sosial menggunakan algoritma untuk menyesuaikan konten
dengan minat dan preferensi pemirsa, memungkinkan pemirsa untuk mendapatkan
kepuasan dari konten yang relevan.

3. Agenda Setting Theory

Agenda-setting diperkenalkan oleh Maxwell Mccombs dan Donald L. Shaw.


Asumsi dasar teori ini adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu
peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya
penting. Teori ini menyatakan bahwa media massa memiliki kekuatan untuk
mengatur agenda atau fokus perhatian masyarakat terhadap topik-topik tertentu.
Media massa memilih dan menyoroti berita tertentu, yang kemudian mempengaruhi
apa yang dipercayai oleh masyarakat sebagai isu-isu penting. Media massa masih
memiliki pengaruh dalam menentukan agenda dan mempengaruhi cara masyarakat
melihat dunia, tetapi sekarang ada banyak sumber informasi yang bersaing untuk
mendapatkan perhatian pemirsa. Media massa modern harus beradaptasi dengan
lingkungan yang semakin dinamis ini untuk mempertahankan peran mereka dalam
mengatur agenda dan membentuk opini masyarakat.

4. Cultural Imperialism Theory

Teori Imperialisme Kultural (Cultural Imperialism Theory) dalam komunikasi


massa merujuk pada konsep bahwa budaya dari negara-negara yang kuat dan
berpengaruh cenderung mendominasi dan mempengaruhi budaya dari
negara-negara yang lebih lemah secara ekonomi dan politik melalui media massa
dan saluran komunikasi lainnya. Teori ini mengemukakan bahwa negara-negara
dengan industri media yang kuat dan ekonomi yang besar dapat mengekspor
budaya mereka kepada negara-negara lain, yang kemudian dapat mengarah pada
homogenisasi budaya dan hilangnya identitas budaya lokal. Dikemukakan oleh Herb
Schiller tahun 1973. Teori ini berguna untuk menjelaskan bahwa bangsa Barat
mendominasi media di hampir semua bagian di dunia ini sehingga pada gilirannya
mempunyai kekuatan pengaruh yang sangat kuat terhadap budaya dunia ketiga
(negara-negara yang belum dan yang sedang berkembang).

Perkembangan teknologi komunikasi, terutama internet dan platform media


sosial, telah memungkinkan media massa untuk mencapai pasar global dengan
lebih mudah. Ini berarti bahwa konten budaya dari negara-negara yang kuat dapat
dengan cepat menyebar ke seluruh dunia. Perkembangan dalam komunikasi massa
telah mengubah lanskap budaya global dan perbandingan antara konten budaya
lokal dan budaya global. Meskipun budaya-budaya besar seperti Amerika Serikat
tetap memiliki pengaruh yang besar dalam media massa global, kekuatan individu
dalam berpartisipasi dalam pembentukan dan penyebaran budaya telah meningkat.
Ini menciptakan lingkungan yang lebih kompleks di mana budaya global dan lokal
bersaing dan berinteraksi.

5. Teori Spiral Of Silence


Teori ini dikemukakan oleh Elizabeth Noelle-Neumann. Dalam ilmu
komunikasi, teori spiral of silence adalah salah satu teori komunikasi massa dimana
seseorang memiliki opini dari berbagai isu namun terdapat keraguan dan ketakutan
untuk memberikan opininya karena merasa terisolasi, sehingga opini tidak bersifat
terbuka alias tertutup. Teori ini menjelaskan bagaimana individu merasa terdorong
untuk mengikuti pendapat mayoritas dalam masyarakat agar tidak merasa terisolasi
atau ditolak. Teori ini berfokus pada fenomena ketika individu merasa bahwa
pendapat mereka berbeda dari mayoritas dan oleh karena itu memilih untuk tidak
menyuarakannya.
Teori Spiral of Silence memiliki implikasi dalam berbagai konteks, termasuk
dalam politik, perdebatan publik, dan media sosial. Dalam perkembangannya di era
media sosial, individu mungkin merasa terdorong untuk menyuarakan pendapat yang
dianggap populer atau mungkin menahan diri untuk menghindari konflik atau isolasi
dalam lingkungan daring. Penting untuk diingat bahwa teori ini telah mengundang
kritik dan debat, terutama dalam konteks media sosial dan kebebasan berbicara.
Meskipun teori ini menyoroti fenomena penting dalam komunikasi manusia, penting
juga untuk memahami bahwa banyak faktor, termasuk identitas individu dan konteks
sosial, dapat memengaruhi apakah seseorang merasa nyaman atau tidak untuk
menyuarakan pendapatnya.

Sumber Referensi :
SKOM4315 - Komunikasi Massa
https://ummaspul.e-journal.id/Jutkel/article/download/5096/2189

Anda mungkin juga menyukai