Disusun oleh:
Kelompok :1
Dosen Pengampu : Ir. Harsoyo, M.Ext. Ed.
Ratih Ineke Wati, S.P., M.Agr., Ph.D
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Teori jarum hipodermik adalah komunikasi satu arah berdasarkan
anggapan bahwa media massa memiliki pengaruh langsung, segera, dan
sangat menentukan terhadap khalayak komunikan (audience).
2. Sejarah munculnya teori jarum hipodermik pada tahun 1930-an ketika komunikasi
massa digunakan secara meluas, baik di daerah Eropa maupun Amerika Serikat
hingga perang dunia II media massa mendatangkan perubahan besar pada
masyarakat yang cenderung menunjukkan suatu kebudayaan massa.
3. Aplikasi teori jarum hipodermik untuk promosi produk seperti mie instan
Indoemie dan air mineral Aqua hingga politik misalnya kampanye calon presiden
SBY periode 2009-2014 yang sukses mempengaruhi khalayak.
4. Kelebihan teori jarum hipodermik antara lain media memiliki peranan yang kuat
dan dapat mempengaruhi afektif, kognisi dan behaviour dari audiencenya, pesan
mudah dipahami, audience mudah dipengaruhi, dan pemerintah dalam hal ini
penguasa dapat memanfaatkan media untuk kepentingan birokrasi (negara
otoriter). Kekurangan teori jarum hipodermik/peluru yaitu, keberadaan
masyarakat yang tidak homogen dan tingkat pendidikan semakin meningkat dapat
mengikis teori ini, meningkatnya jumlah media massa sehingga masyarakat
menentukan pilihan yang menarik bagi dirinya, serta adanya peran kelompok
yang juga menjadi dasar audience untuk menerima pesan dari media tersebut.
B. Saran
Proses komunikasi massa dengan bentuk peluru membutuhkan waktu, ruang
dan tempat yang luas kepada khalayak. Komunikasi massa mempelajari hal yang
penting dalam berbagai aspek sehingga diperlukan upaya menganalisa setiap pesan
dari media massa. Analisa pesan dari media massa dilakukan agar informasi yang
diterima tepat sehingga persepsi yang terbentuk juga tepat, serta untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan berkomunikasi.
DAFTAR PUSTAKA