Anda di halaman 1dari 15

TEORI KOMUNIKASI MASSA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Umum Teori Komunikasi

Dosen Pengampu : Ade Irfan Abdurahman, S.Kom.I.,M.Si.

Disusun Oleh :

Andri Irwanda – 2001030176

Ignes Ambarwati - 2001030029

Aina Kusumawati Sagual Putri – 2001030146

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF – TANGERANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang masih memberikan
rahmat dan karuni-Nya berupa nikmat kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan tugas Makalah Teori Komunikasi.

Sholawat serta salam tak lupa penulis lantunkan untuk junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan hingga zaman berilmu pengetahuan.

Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah membimbing,
memberi saran dan arahan sehingga dapat menyelesaikan Makalah Teori Komunikasi ini dengan
tepat waktu.

Penulis menyadari dalam Makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik dalam
penulisan maupun penyajian. Maka dari itu, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dan
penulis menerima saran serta keritikan yang membangun agar kedepannya lebih baik. Semoga
Makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca.
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Media merupakan alat komunikasi penghubung antar manusia, yang sudah
menjadi kebutuhan manusia dalam kesehariannya. Media saat ini sudah bermacam –
macam bentuknya atau sering disebut dengan media massa. Dengan adanya media,
maka terjadi sebuah komunikasi, karena komunikasi adalah suatu proses
penyampaian pesan dari satu individu kepada individu lainnya. Dengan kata lain
komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa, jelasnya merupakan
singkatan dari komunikasi melalui media massa.
’’Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan
kepada sejumlah khalayak yang tersebar, keterogen, dan anonym melalui
media cetak atau elektronis, sehingga pesan yang didapat bisa di terima
secara serentak dan sesaat. Psikologi Komunikasi (Rakhmat, 2008:189).’’
Seperti yang di katakan kutipan diatas, bahwa media elektronik adalah bagian
salah satu dari media massa. Salah satunya adalah media online atau internet, dan
yang paling populer adalah media sosial, walaupun saat ini media sosial belum
terakui sebagai dari bagian media massa elektronik namun pada kenyataannya media
ini memerlukan alat elektronik.
Media sosial yang saat ini menjadi bagian alat komunikasi manusia, memang sulit
di pisahkan dari kehidupan. Media ini cukup berpengaruh terhadap kehidupan
manusia seperti dalam dunia hiburan, bisnis, pendidikan, sampai ke ranah
perpolitikan. Perkembangannya sangat pesat, karena setiap pergantian bulannya
media ini selalu cepat berubah – ubah. Ruang lingkup media sosial sangatlah luas di
dalamnya kita dapat mengakses berbagai kebutuhan informasi, karena pada dasarnya
media yang satu ini dapat memberikan informasi yang cepat walaupun belum tentu
akurat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Sejarah, konsep dasar dan asumsi teoritis Teori Kultivasi
2. Bagaimana Sejarah, konsep dasar dan asumsi teoritis Teori Agenda Setting

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Sejarah, konsep dasar dan asumsi teoritis Teori Kultivasi
2. Untuk mengetahui Sejarah, konsep dasar dan asumsi teoritis Teori Agenda
Setting

1.4 Manfaat
1. Semoga makalah ini bisa menjadi bahan kajian dan tambahan pengetahuan di
bidang akademis .
2. Dengan adanya makalah ini semoga bisa bermanfaat bagi pembaca khususnya
bagi penulis.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah, Konsep Dasar dan Asumsi Teoritis Teori Kultivasi


 Sejarah Teori Kultivasi
Atas dedikasi terhadap kebebasan, kejujuran, dan keadilan dalam media,
George Gerbner mempelopori lahirnya teori kultivasi. Meskipun banyak
teoritikus telah ikut serta membuktikan kebenaran dari analisis kultivasi Gerbner
bertanggung jawab atas hasil ciptaannya. Sebenarnya, Gerbner merupkan penyair
asal hongaria yang bermimigrasi ke Amerika Serikat dan memulai pendidikan
jurnalisnya di berkely. Setelah bekerja di San Fransisco Chronicle ia kembali
melanjutkan pendidikan untuk mengambil gelar master dan melanjutkan lagi ke
jenjang Doctor dimana ia menulis Toward a General Theory of Communication
bersama James D. Finn www.Colostate.edu . Dari tulisan inilah teori kultivasi
bermula.
Penelitian pertamanya yang berjudul Cultural Indicators Project pada awal
1960an membuka jalan untuk menambah riwayat kerjanya pada pelaksanaan
metode penelitian analisis kultivasi. Gerbner menghabiskan waktunya di The
Annenberg School of Communication University of Pensylvania. Dimana ia
bertugas sebagai dekan sambil melanjutkan penelitian kultivasi sosial pada
televisi, yang menekankan pada kekerasan dan efek televisi. Universitas Sumatera
Utara 29 Pada umumnya teori kultivasi terkenal atas penelitian mereka terhadap
efek televisi yang walaupun seerhana dan bertahap tetapi juga cukup signifikan
dan berlangsung dalam jangka waktu yang panjang. Mereka memfokuskan
penelitian mereka pada topik tingkatan mulai dari peranan gender, kelompok,
usia, hingga kepada sikap berpolitik, tetapi mereka sangat tertarik kepada topik
kekerasan www.ciadvertising.org .
Teori kultivasi menegaskan bahwa sikap heavy viewers telah diolah
terutama oleh apa yang mereka tonton di televisi. Gerbner menggambarkan dunia
televisi sebagai not a window on or reflection of the world, but a world in itself .
Dunia rekayasa ini membujuk heavy viewers untuk membuat asumsi tentang
kekerasan, masyarakat, tempat, dan kejadian khayalan lainnya yang tidak sesuai
dengan kenyataan dalam kehidupan sebenarnya. Dalam hal ini televisi bertindak
sebagai agen sosialisasi yang mendidik penonton pada versi yang berbeda dari
kenyataan. Latar belakang teori kultivasi meyatakan bahwa penonton cenderung
menaruh kepercayaan terhadap televisi ketika mereka menonton televisi lebih
sering. Fokus penelitian ini terletak pada heavy viewers.
Sedangkan Light Viewers mempunyai banyak sumber – sumber lain untuk
mempengaruhi pemikiran mereka terhadap realitas daripada heavy viewers yang
sumber utama informasinya hanya program televisi. Para teoritikus mencoba
untuk membuktikan pemikiran seputar peristiwa kekerasan. Penyelidikan DR.
Wade Kenny menunjukan contoh dimana seorang anak yang merupakan heavy
viewers mempercayai bahwa Universitas Sumatera Utara 30 tak masalah baginya
dipukul bila hal ini memang harus terjadi padanya. Contoh lainnya adalah
semakin bertambahnya ketakutan berjalan sendirian di malam hari dan tidak
percaya pada semua orang secara umum. Teoritikus kultivasi membedakan antara
efek “first order” kepercayaan khalayak tentang kehidupan dunia seperti
kelaziman dari kekerasan dan efek “second order” sikap- sikap khusus seperti
hukum dan tata tertib atau keamanan pribadi.
Gerbner membuktikan bahwa media massa mengolah sikap- sikap dan
nilai-nilai yang sudah ada dalam suatu kebudayaan : media memelihara dan
menyebarkan nilai-nilai ini di antara anggota- anggota dari suatu kebudayaan,
kemudian mengikatnya bersama-sama. Gerbner melihat televisi telah
mendominasi ‘lingkungan simbolis’ kita. Gerbner membuktikan bahwa kekerasan
yang sangat sering ditayangkan di televisi merupakan pesan simbolis tentang
hukum dan tata tertib daripada suatu penyebab sederhana dan sikap agresif
penonton seperti yang telah dibuktikan oleh Albert Bandura. Contohnya, aliran
action – adventure dibuat untuk memperkuat kepercayaan terhadap hukum dan
tata tertib, status quo dan keadilan sosial.
Perbedaan pola reaksi antara light viewers dan heavy viewers adalah
perbedaan pengolahan cultivation diffrential, menggambarkan ditingkatan mana
suatu sikap itu dibentuk dengan menonton televisi. Orang tua cenderung
digambarkan secara negatif di televisi dan heavy viewers khususnya anak-anak
muda cenderung mempunyai pandangan negatif Universitas Sumatera Utara 31
tentang orang tua dibandingkan light viewers. Banyak heavy viewers tidak
menyadari pengaruh tayangan televisi terhadap sikap – sikap dan nilai – nilai
dalam hidup mereka. Teoritikus membuktikan bahwa heavy viewing, tidak
menghiraukan tingkat pendidikan atau penghasilan, mengendalikan penonton
kepada opini yang seragam, sementara light viewing mengendalikan penonton
kepada opini yang beragam. Efek kultivasi dari tayangan televisi adalah
keseragaman pendapat. Gerbner dan kawan – kawan memperlihatkan bahwa
kepercayaan heavy viewers yang menonton kekerasan di televisi terhadap
munculnya kekerasan didalam kehidupan sehari – hari lebih tinggi dibandingkan
light viewers yang mempunyai kesamaan latar belakang dengan heavy viewers.
Teoritikus mengarahkan hal ini kepada efek mainstreaming . Mean World
Syndrome merupakan salah satu efek utama dari teori kultivasi.
Hal ini terjadi ketika heavy viewers menganggap dunia sebagai suatu
tempat yang keji sedangkan light viewers tidak menganggapnya demikian.
Teoritikus menghubungkan dengan kenyataan bahwa televisi melukiskan dunia
sebagai suatu tempat yang kejam dan bengis oleh karena itu heavy viewers terlalu
takut dan terlalu berhati – hati dalam aktifitasnya sehari-hari. Gerbner melaporkan
bukti dari “resonance” – suatu efek “double dose” yang dapat mendorong
terjadinya kultivasi. Hal ini terjadi ketika kehidupan sehari-hari penonton sama
dengan yang ditayangkan televisi. Contohnya, semenjak wanita sering dijadikan
korban kejahatan di Universitas Sumatera Utara 32 tayangan televisi, heavy
viewers tidak hanya terpengaruh oleh efek mainstreaming tetapi juga merasa
ketakutan karena dirinya adalah wanita. Efek kultivasi juga menjadi sangat kuat
ketika lingkungan penonton sama seperti yang ditampilkan televisi. Kejahatan
yang ditayangkan ditelevisi sebahagian besar terjadi dikota besar, sehingga heavy
viewers yang tinggal di kota besar adalah subjek dari double dose, dan teoritikus
kultivasi membuktikan bahwa kekerasan ‘resonantes’ yang lebih bagi heavy
viewers.
 Konsep Dasar Teori Kultivasi
1. Mainstreaming

Mainstreaming adalah istilah yang digunakan Gerbner untuk


mendeskripsikan kekaburan, pencamburbauran dan penyimpangan yang menimpa
heavy viewers akibat overdosis menonton televisi. Mainstreaming sendiri berarti
mengikuti arus. Mainstreaming dimaksudkan sebagai kesamaan di antara pemirsa
berat (heavy viewers) pada berbagai kelompok demografis, dan perbedaan dari
kesamaan itu pada pemirsa ringan (light viewers). Bila televisi sering kali
menyajikan adegan kekerasan, maka penonton berat akan melihat dunia ini
dipenuhi kekerasan. Sementara itu penonton ringan akan melihat dunia tidak
sesuram seperti penonton berat (Rakhmat, 1988:284)

2. Resonance

Resonance adalah proses kecemasan yang menghinggapi para penonton


berat akibat terpaan‘ideologi’ televisi. Dalam kehidupan kesehariannya,
kebanyakan penonton televisi mungkin pernah mengalami kekerasan – dirampok,
berkelahi, kecelakaan mobil, atau sekedar berselisih dengan pacar. Kejadian nyata
itu saja sudah demikian buruk. Jika kemudian adegan-adegan kekerasan diulang
secara terus-menerus di televisi, maka hal itu seperti memutar kembali peristiwa-
peristiwa buruk yang dialami oleh pemirsa. Peristiwa itu terusNmelekat dalam
benak mereka. Kejadian sesungguhnya bersama dengan tayangan kekerasan yang
terus ditonton akan selalu ‘bergema’ dalam benak penonton dan semakin kuat
membentuk pola-pola penanaman realitas. Pada heavy viewers yang pernah
mengalami kekerasan, maka tingkat kecemasannya menjadi dua kali lipat.
Mainstreaming dan resonance ini menumbuhkan keyakinan dalam diri penonton
berat bahwa dunia tempat mereka tinggal adalah tempat yang menakutkan.

 Asumsi Teoritis Teori Kultivasi


Kultivasi berarti penguatan, pengembangan, perkembangan, penanaman
atau pereratan. Maksudnya bahwa terpaan media (khususnya televisi/TV) mampu
memperkuatpersepsi khalayak terhadap realitas sosial. Hal ini tampak pada
hipotesis dasar analisis kultivasi yaitu “semakin banyak waktu seseorang
dihabiskan untuk menonton TV maka semakin semakin seorang tersebut
menganggap bahwa realitas sosial tersebut sama dengan yang digambarkan
televisi. (Syaiful 2016 : 205)
Teorikultivasi mengajukan tiga asumsi dasar untuk mengedepankan
gagasan bahwa realitas yang diperantarai oleh TV menyebabkan khalayak
menciptakan realitas sosial mereka sendiri. Tiga asumsi dasar tersebut yaitu :
1. TV adalah media yang sangat berbeda
2. TV membentuk cara masyarakat berpikir dan berinteraksi
3. Pengaruh TV bersifat terbatas ( Morissan 2010 : 107)
Secara empiris, yang di sebut dalam kultivasi dapat di lihat secara empiris melalui
empat tahapan penelitian (West dan Turner 2010 : 89). Yakni :
a. Analisis system
b. Formulasi pertanyaan mengenairealitas social penonton.
c. Melakukan survey terhadap subjek penelitian.
d. Mengidentifikasi level konsumsi televise penonton.

2.2 Sejarah, Konsep Dasar dan Asumsi Teoritis Teori Agenda Setting
 Sejarah Teori Agenda Setting

Awalnya teori ini bermula dari penelitian mereka tentang pemilihan presiden
di Amerika Serikat tahun 1968. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa ada
hubungan sebab-akibat antara isi media dengan persepsi pemilih.

McCombs dan Shaw pertama-tama melihat agenda media. Agenda media


dapat terlihat dari aspek apa saja yang coba ditonjolkan oleh pemberitaan media
terebut. Mereka melihat posisi pemberitaan dan panjangnya berita sebagai faktor
yang ditonjolkan oleh redaksi. Untuk surat kabar, headline pada halaman depan,
tiga kolom di berita halaman dalam, serta editorial, dilihat sebagai bukti yang
cukup kuat bahwa hal tersebut menjadi fokus utama surat kabar tersebut. Dalam
majalah, fokus utama terlihat dari bahasan utama majalah tersebut. Sementara
dalam berita televisi dapat dilihat dari tayangan spot berita pertama hingga berita
ketiga, dan biasanya disertai dengan sesi tanya jawab atau dialog setelah sesi
pemberitaan.

Sedangkan dalam mengukur agenda publik, McCombs dan Shaw melihat dari
isu apa yang didapatkan dari kampanye tersebut. Temuannya adalah, ternyata ada
kesamaan antara isu yang dibicarakan atau dianggap penting oleh publik atau
pemilih tadi, dengan isu yang ditonjolkan oleh pemberitaan media massa.

McCombs dan Shaw percaya bahwa fungsi agenda-setting media massa


bertanggung jawab terhadap hampir semua apa-apa yang dianggap penting oleh
publik. Karena apa-apa yang dianggap prioritas oleh media menjadi prioritas juga
bagi publik atau masyarakat.

Akan tetapi, kritik juga dapat dilontarkan kepada teori ini, bahwa korelasi
belum tentu juga kausalitas. Mungkin saja pemberitaan media massa hanyalah
sebagai cerminan terhadap apa-apa yang memang sudah dianggap penting oleh
masyarakat. Meskipun demikian, kritikan ini dapat dipatahkan dengan asumsi
bahwa pekerja media biasanya memang lebih dahulu mengetahui suatu isu
dibandingkan dengan masyarakat umum.

News doesn’t select itself. Berita tidak bisa memilih dirinya sendiri untuk
menjadi berita. Artinya ada pihak-pihak tertentu yang menentukan mana yang
menjadi berita dan mana yang bukan berita. Siapakah mereka? Mereka ini yang
disebut sebagai “gatekeepers.” Di dalamnya termasuk pemimpin redaksi,
redaktur, editor, hingga jurnalis itu sendiri.

Dalam dunia komunikasi politik, para calon presiden biasanya memiliki tim
media yang disebut dengan istilah ‘spin doctor.’ Mereka berperan dalam
menciptakan isu dan mempublikasikannya melalui media massa. Mereka ini juga
termasuk ke dalam ‘gatekeeper’ tadi.
Setelah tahun 1990an, banyak penelitian yang menggunakan teori agenda-
setting makin menegaskan kekuatan media massa dalam mempengaruhi benak
khalayaknya. Media massa mampu membuat beberapa isu menjadi lebih penting
dari yang lainnya. Media mampu mempengaruhi tentang apa saja yang perlu kita
pikirkan. Lebih dari itu, kini media massa juga dipercaya mampu mempengaruhi
bagaimana cara kita berpikir. Para ilmuwan menyebutnya sebagai framing.

McCombs dan Shaw kembali menegaskan kembali tentang teori agenda


setting, bahwa “the media may not only tell us what to think about, they also may
tell us how and what to think about it, and perhaps even what to do about
it” (McCombs, 1997).

 Konsep Dasar Teori Agenda Setting

 Asumsi Teoritis Teori Agenda Setting

Teori Agenda Setting Theory adalah teori yang menyatakan bahwa media
massa berlaku merupakan pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan media
massa untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan informasi ke dalam
agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada
isu-isu yang dianggap penting oleh media massa. Dua asumsi dasar yang paling
mendasari penelitian tentang penentuan agenda adalah:

1. masyarakat pers dan mass media tidak mencerminkan kenyataan;


mereka menyaring dan membentuk isu,

2. konsentrasi media massa hanya pada beberapa masalah masyarakat


untuk ditayangkan sebagai isu-isu yang lebih penting daripada isu-isu
lain;

Salah satu aspek yang paling penting dalam konsep penentuan agenda
adalah peran fenomena komunikasi massa, berbagai media massa memiliki
penentuan agenda yang potensial berbeda termasuk intervensi dari pemodal
"Pers mungkin tidak berhasil banyak waktu dalam menceritakan orang-
orang yang berpikir, tetapi berhasil mengalihkan para pemirsa dalam berpikir
tentang apa" - Bernard C. Cohen, 1963.

Contohnya seperti McCombs dan Shaw terfokus pada dua elemen:


kesadaran dan informasi. Investigasi Penentuan Agenda melihat fungsi media
massa dalam berkampanye, mereka berusaha untuk menilai apa hubungan antara
masyarakat pemilih dalam satu kata yang penting dan isi pesan sebenarnya media
massa yang digunakan selama kampanye. McCombs Shaw dan menyimpulkan
bahwa media massa secara signifikan memengaruhi pada para pemilih yang
dianggap sebagai masalah utama dari kampanye.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

https://text-id.123dok.com/document/ozlgnw4gy-sejarah-dan-perkembangan-
teori-kultivasi.html

https://repository.usm.ac.id/files/skripsi/G31A/2015/G.331.15.0014/G.331.15.0014
-05-BAB-II-20190221110342.pdf

file:///C:/Users/owner/Downloads/1185-2410-1-PB.pdf

Griffin, Emory A., A First Look at Communication Theory, 5th edition, New York:
McGraw-Hill, 2003, p.390—402

McQuail, Denis, Mass Communication Theory, 4th edition, Thousand Oakes: Sage,
2000

Anda mungkin juga menyukai