PERPAJAKAN

Parlindungan Dongoran, SE.M.Si

Dosen Tetap Prodi Akuntansi FEB UNIS
NIDN : 0408066902
BUKU REFERENSI:
1. Perpajakan : Siti Resmi
2. Perpajakan : Waluyo
3. Perpajakan : Sophar L. Toruan
4. Perpajakan : Muhammad Zain
5. Undang undang Pajak
 PENGERTIAN DAN FUNGSI PAJAK
MENGAPA HARUS BAYAR PAJAK ???
SALAH SATU SUMBER PEMBIAYAAN DALAM MENJALANKAN
PEMERINTAHAN.

SEJAK KAPAN ADA PEMUNGUTAN PAJAK

ADANYA UPETI WAJIB KEPADA PENGUASA BERUPA HASIL
TANAMAN PADA MASA KERAJAAN, PENJAJAJAHAN HINGGA SEKARANG.
AZAS PEMUNGUTAN PAJAK
BERDASARKAN ATURAN RAJA / PENGUASA TANPA
MELIBATKAN PEMBAYAR PAJAK, SAAT INI SUDAH ADA ATURAN
ANTARA PENYELENGGARA DENGAN RAKYAT.
 MENGAPA HARUS BELAJAR PAJAK
1. ILMU /PENGETAHUAN: Cabang Ilmu
2. MELENGKAPI / SEMPURNA : Ilmu Akuntansi
tidak sempurna (lengkap) tanpa pengetahuan
bidang perpajakan.
3. KEWAJIBAN : Orang pribadi / Badan=>SPT
4. PROFESI : Konsultan Pajak (Brevet A, B dan C)
 PENGERTIAN PAJAK
Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH (Buku : Dasar-
dasar Hukum Pajak dan Pendapatan, 1990:5) :
“Pajak adalah IURAN RAKYAT KEPADA KAS NEGARA
berdasarkan Undang-undang (yang DAPAT
DIPAKSAKAN) dengan tidak mendapat jasa timbal
(kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan
dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum”
 Unsur-unsur penting dari pengertian pajak
1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan
pelaksanaannya.
2. Sifatnya dapat DIPAKSAKAN. Hal ini berarti pelanggaran atas
aturan perpajakan akan berakibat adanya sanksi.
3. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya
kontraprestasi secara langsung oleh pemerintah.
4. Pajak dipungut oleh NEGARA baik pemerintah pusat atau
pemerintah daerah. Tidak boleh dilakukan pihak swasta yang
orientasinya adalah keuntungan.
5. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran
pemerintah, bila dari pemasukannya terdapat surplus,
dipergunakan untuk membiayai PUBLIC INVESTMENT.
 RETRIBUSI DAN SUMBANGAN
RETRIBUSI
UMUMNYA MEMPUNYAI HUBUNGAN LANGSUNG
DENGAN KEMBALINYA PRESTASI (ADA
KONTRAPRESTASI SECARA LANGSUNG).
CONTOH : RETRIBUSI PARKIR, SAMPAH
SUMBANGAN
YANG MENDAPATKAN /MERASAKAN IMBALAN /
MANFAAT LANGSUNG ADALAH PENERIMA
SUMBANGAN
 FUNGSI PAJAK
1. FUNGSI PENERIMAAN ( BUDGETAIR):
SEBAGAI SUMBER DANA UNTUK MENGISI KAS NEGARA UNTUK
PEMBIAYAAN PENGELUARAN PEMERINTAH (RUTIN DAN
PEMBANGUNAN) :
a. Intensifikasi adalah upaya menaikkan perolehan
pajak melalui :
- Kenaikan Tarif Pajak
- Peningkatan Pelayanan, lebih mudah dan
sederhana
- peningkatan Pengawasan (control)
- membangun kesadaran rakyat agar taat bayar pajak
 FUNGSI PAJAK
b. Ekstensifikasi, melalui :
- menambah jumlah pembayar pajak (wajib
pajak)
- memperluas objek pajak
2. FUNGSI MENGATUR (REGULEREN) :
ALAT UNTUK MENGATUR ATAU
MELAKSANAKAN KEBIJAKAN DI BIDANG
SOSIAL DAN EKONOMI.
 FUNGSI PAJAK
a. Ekonomi :
- memacu pertumbuhan ekonomi melalui
produksi, investasi, infrastruktur dan
pendapatan domestik bruto (PDB).
misalnya: untuk melindungi produk dalam negeri
dengan menerapkan PAJAK IMPOR
- pemberian insentif pajak : pembebasan
pajak, keringanan pajak sehingga dapat
menarik investor.
b. Sosial budaya, mengurangi budaya yang kurang
baik di masyarakat, misalnya : untuk menekan
perilaku mabuk-mabukan dengan menerapkan
tarif tinggi terhadap minuman keras.
 FUNGSI NEGARA
MENSEJAHTERAKAN RAKYAT :
1. LAHIR (MELALUI PEMBANGUNAN FISIK) :
jalan, jembatan, listrik, pelabuhan dan sarana
publik.
2. BATHIN (NON FISIK) : pendidikan,
kebudayaan, kesehatan, keagamaan,
keamanan dan politik
SUMBER DANANYA DARI RAKYAT melalui
pembayaran pajak.
 ASAS PEMUNGUTAN PAJAK
1. EQUALITY :
BERSIFAT FINAL, ADIL DAN MERATA YAITU DIKENAKAN KEPADA
ORANG PRIBADI SEBANDING DENGAN KEMAMPUAN MEMBAYAR
PAJAK (ABILITY TO PAY) DAN SESUAI MANFAAT YANG DITERIMA.
2. CERTAINTY (YURIDIS / KEPASTIAN HUKUM):
PENETAPAN TIDAK BOLEH SEWENANG-WENANG, WAJIB
PAJAK HARUS MENGETAHUI SECARA JELAS DAN PASTI
BERAPA PAJAK YANG TERUTANG, KAPAN HARUS DIBAYAR ,
WAKTU PEMBAYARAN, SANKSI BAGI YANG MELANGGAR
 ASAS PEMUNGUTAN PAJAK
3. CONVENIENCE :
KAPAN WAJIB PAJAK HARUS MEMBAYAR DISESUAIKAN
DENGAN SAAT-SAAT YANG TIDAK MENYULITKAN WAJIB
PAJAK.
4. ECONOMY :
BIAYA PEMUNGUTAN DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PAJAK
DIHARAPKAN SEMINIMAL MUNGKIN.
 PEMBAGIAN HUKUM PAJAK
A. HUKUM PAJAK MATERIL :
MEMUAT NORMA-NORMA YANG MENERANGKAN KEADAAN,
PERBUATAN, PERISTIWA HUKUM YANG DIKENAKAN PAJAK (OBJEK
PAJAK), SIAPA YANG DIKENAKAN PAJAK (SUBJEK PAJAK), BERAPA
BESAR PAJAK YANG DIKENAKAN, SEGALA SESUATU TENTANG
TIMBUL DAN HAPUSNYA UTANG PAJAK, DAN HUBUNGAN HUKUM
ANTARA PEMERINTAH DAN WAJIB PAJAK.
HUKUM PAJAK MATERIL MELIPUTI :
1. UU PAJAK PENGHASILAN (PPh)
2. UU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)
3. UU PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB)
4. UU BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB)
5. UU BEA METERAI (BM)
 PEMBAGIAN HUKUM PAJAK
B. HUKUM PAJAK FORMAL :
MEMUAT BENTUK / TATA CARA UNTUK MEWUJUDKAN
HUKUM MATERIL MENJADI KENYATAAN.
HUKUM PAJAK FORMAL MELIPUTI:
1. TATA CARA PENETAPAN UTANG PAJAK
2. HAK-HAK FISKUS UNTUK MENGAWASI WAJIB PAJAK
MENGENAI KEADAAN, PERBUATAN, DAN PERISTIWA YANG
DAPAT MENIMBULKAN UTANG PAJAK.
3. KEWAJIBAN WAJIB PAJAK, MISALNYA :
MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN / PENCATATAN.
 JENIS PAJAK
A. MENURUT SIFATNYA :
1. PAJAK LANGSUNG ADALAH PAJAK YANG PEMBEBANANYA
TIDAK DAPAT DILIMPAHKAN KEPADA PIHAK LAIN, TETAPI
HARUS MENJADI BEBAN LANGSUNG WAJIB PAJAK YBS.
CONTOH : PAJAK PENGHASILAN
2. PAJAK TIDAK LANGSUNG:
PAJAK YANG PEMBEBANANNYA DAPAT DILIMPAHKAN KE
PIHAK LAIN.
CONTOH : PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
 JENIS PAJAK
B. MENURUT SASARAN / OBJEKNYA :
1. PAJAK SUBJEKTIF ADALAH PAJAK YANG DIDASARKAN PADA
SUBJEKNYA, SELANJUTNYA DICARI OBJEKNYA DALAM ARTI
MEMPERHATIKAN KEADAAN DIRI WAJIB PAJAK.
CONTOH : PAJAK PENGHASILAN
2. PAJAK OBJEKTIF ADALAH PAJAK YANG DIDASARKAN PADA
OBJEKNYA TANPA MEMPERHATIKAN KEADAAN DIRI WAJIB
PAJAK.
CONTOH : PBB, PPN, PPnBM
 JENIS PAJAK
C. MENURUT PEMUNGUTNYA :
1. PAJAK PUSAT ADALAH PAJAK YANG DIPUNGUT OLEH
PEMERINYAH PUSAT DAN DIGUNAKAN UNTUK MEMBIAYAI
RUMAH TANGGA NEGARA.
CONTOH : PPh, PPN, PPnBM, BM
2. PAJAK DAERAH ADALAH PAJAK YANG DIPUNGUT OLEH
PEMERINTAH DAERAH DAN DIGUNAKAN UNTUK
MEMBIAYAI RUMAH TANGGA DAERAH.
CONTOH : PAJAK REKLAME, PAJAK HIBURAN dan
PBB
 SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK
1. SELF ASSESSMENT SYSTEM :
ADALAH SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK YANG MEMBERI
WEWENANG, KEPERCAYAAN, TANGGUNG JAWAB
KEPADA WAJIB PAJAK UNTUK MENGHITUNG,
MEMPERHITUNGKAN, MEMBAYAR DAN MELAPOR
SENDIRI BESARNYA PAJAK YANG HARUS DIBAYAR
2. OFFICIAL ASSESSMENT SYSTEM
3. WITHOLDING SYSTEM
 TARIF PAJAK
1. TARIF PROPORSIONAL / SEBANDING :
PERSENTASE TETAP TERHADAP JUMLAH BERAPAPUN YANG MENJADI
DASAR PENGENAAN PAJAK.
CONTOH : TARIF PPN ADALAH 10%
2. TARIF PROGRESSIF :
PERSENTASENYA MENJADI LEBIH BESAR APABILA YANG MENJADI
DASAR PENGENAANNYA SEMAKIN BESAR.
CONTOH : TARIF PPh
3. TARIF DEGRESSIF :
PERSENTASE TARIF PAJAK SEMAKIN MENURUN APABILA JUMLAH
YANG MENJADI DASAR PENGENAAN PAJAK MAKIN BESAR
4. TARIF TETAP :
TARIF JUMLAH YANG TETAP (SAMA BESARNYA) TERHADAP
BERAPAPUN JUMLAH YANG MENJADI DASAR PENGENAAN PAJAK.
CONTOH : BEA METERAI