Anda di halaman 1dari 23

PENGARUH PLATFORM DIGITAL @_BELAJARPOLITIK TERHADAP

PERUBAHAN PERILAKU DAN BUDAYA POLITIK PENGIKUTNYA


Isma Maulana Ihsan, Karina Maulita Firdaus, Muhan Ahmad Al-Faruq
Ilmu Politik – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik – UIN Sunan Gunung Djati Bandung
ihsankhoirunas@gmail.com –
Abstrak
Fokus kajian ini meneliti tentang platform digital BelajarPolitik yang merupakan implikasi logis dari
keniscayaan perubahan sosial dan teknologi yang semakin masif dewasa ini. Budaya politik warganet
BelajarPolitik tetapi masih terjebak dalam budaya politik subjek, hasil penelitian menunjukan bahwa
meskipun ada kepuasan terhadap postingan yang diberikan BelajarPolitik tetapi amat sedikit sekali
keterpengaruhan terhadap perubahan perilaku dan budaya politik pengikutnya. Hasil penelitian
memperlihatkan Y = 47,344 – 0,87 X ketika melakukan uji T diperoleh 0.801 > 0,05 dan uji F 0,64 >
0,070926 maka Ha ditolak dan Ho diterima.
1. Pendahuluan
Dalam budaya politik masyarakat yang terbilang terbelakang, tingkat patisipasi masyarakatnya
cenderung sangat rendah, hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang rendah, ditandai dengan
merebaknya angka buta huruf, sedangkan dalam masyarakat partisipan budaya politik yang terbentuk
adalah budaya politik yang ideal karena terdapatnya kesadaran masyarakat yang amat tinggi untuk
aktif dalam aktifitas politik. Di antaranya keduanya, lahir budaya politik kaula di mana masyarakat
yang cukup maju secara sosial maupun ekonomi akan tetapi pasif terhadap dunia politik (Isabela,
2022).
Dewasa ini penggunaan media sosial begitu massif, terutama pascapandemi covid-19 lalu semua hal
kemudian harus digitalisasi sebagai suatu upaya agar tidak terjebak dalam realitas yang kuno dan
primitif karena mengenyampingkan teknologi sebagai instrumen kehidupan manusia yang
sebagaimana konseptual awalnya, dimaksudkan untuk memudahkan kehidupan manusia (Gradianto,
2022). Mengacu pada data laporan The Lates tahun 2021 pengguna media sosial Indonesia naik
signifikan hingga menyentuh angka 170 juta jiwa dari total populasi 274,9 juta jiwa atau sekitar
61,8% penduduk Indonesia menggunakan media sosial. Sedangkan, data terbaru dari We Are Social,
menunjukan terdapat 204,7 juta pengguna Internet di Indonesia per Januari 2022 .
Dengan populasi pengguna internet yang membludak tersebut banyak kemudian dimanfaatkan oleh
beberapa kalangan untuk membuat suatu pembelajaran (education) yang dimaksudkan sebagai
komitmen terhadap cita-cita kemerdekaan Indonesia, salah satunya adalah pencerdasan kehidupan
bangsa (Gischa, 2021), bermunculan kemudian platform-platform atau kanal-kanal daring
pembelajaran yang memiliki karakteristiknya tersendiri yang mempunyai fokus kajiannya masing-
masing.
Platform digital diartikan sebagai wadah yang menjadi sebuah tempat untuk dapatnya bertemunya
para content creator dengan si penikmat konten atau pemirsanya secara daring (dalam jaringan)
sebagaimana minat dan kehendaknya (Etriany, 2022). Ada beragam banyak pilihan yang dapat
dinikmati oleh segenap warganet seperti; konten-konten dari Instagram @bangsamahardika yang
memberikan informasi tentang gerakan mahasiswa, atau akun tiktok @rianfaharadhi yang banyak
menarasikan keresahan generasi masa kini hingga ia mendapat sematan sebagai Presiden Gen Z,
dalam studi kajian komunikasi politik apa yang disebutkan di muka adalah sebagai bagian dari
opinion leader.
Jika ditilik lebih jauh, semua orang dapat disebut sebagai seorang komunikator politik, mereka yang
menyebarkan pesan-pesan politik atau mengandung kandungan politik dapat disebut sebagai seorang
komunikator politik (Shahreza, 2017). Kemudian, guna memudahkan hal ini komunikator politik
diklasifikan dalam tiga hal yakni; politisi, professional dan aktifis (Nimmo, 2005). Dalam aktifis
sebagai komunikator politik terbagi dalam dua hal yaitu spokeman (juru bicara) dan opinion leader
(pemuka pendapat), dalam hal ini platform digital yang sering menarasikan keresahan serta
memberikan pemahaman dapat diklasifikasikan sebagai seorang opinion leader sebagaimana kriteria
dari Dan Nimmo.
Kehadiran platform digital yang memiliki karakteristik dan kerap dijadikan rujukan dalam
pemberitaan media-media daring misalnya menjadi salah satu dari sebab mudahnya memperoleh
informasi di era distrupsi ini. Fukuyama mengartikan disrupsi secara leksial, yang baginya adalah
suatu gangguan atau kekacauan, yakni suatu masyarakat yang dikondisikan oleh kekuatan informasi
cenderung menghargai nilai-nilai yang dijunjung dalam demokrasi seperti kebebasan dan kesetaraan
(Ohoitimut, 2018). Namun, apakah era disrupsi selamanya memberikan dampak positif dalam
kehidupan manusia? Fukuyama menjawab, jelas tidak. Justru terjadi kecemasan dan keguncangan
yang terjadi dalam insitusi paling kecil pun yakni keluarga, di mana terjadinya angka perceraian yang
meningkat tetapi kelahiran anak unwanted-childreen bertambah.
Dalam dunia politik, ada kecenderungan mulai munculnya kepedulian terhadap segala proses politik
dan pengambilan kebijakan publik seperti merebaknya SJW (Social Justice Warrior) yakni seseorang
yang memperjuangkan keadilan baik secara online melalui media sosial atau pun langsung turun ke
jalan (Kusumawati, 2022). Namun, meski begitu terdapat stagnasi indeks penilaian demokrasi dari
Economist Intelligence Unit (EIU) yang masih berada dalam skor 6,71 pada 2022 lalu dan kabar
buruknya, peringkat Indonesia turun dari 52 ke 54 walaupun segi nilai masih tetap sama dari tahun
sebelumnya (Javier, 2023).
Untuk itu menarik untuk melihat bagaimana sebenarnya peran platform media sosial yang mempunyai
fokus kajian terhadap isu-isu atau pun pembelajaran politik dalam pengaruhnya menciptakan suatu
budaya politik bagi para pengikutnya, untuk itu kami memilih platform digital @_belajarpolitik
sebagai bahan kajiannya. Dengan fokus utama menilik bagaimana pola budaya dan perilaku politik
pengikut BelajarPolitik yang dibandingkan dengan jumlah total suka pada sampel postingan
Instagramnya.
Penulis menilai, jika akun Instagram @_belajarpolitik selain dikelola oleh para mahasiswa ilmu
politik UIN Sunan Gunung Djati Bandung tetapi di sisi lain memiliki fokus kajian dalam usaha untuk
mengenalkan, mendekatkan dan membumikan politik sebagaimana hal ini kemudian tercantum dalam
bio Instagram platform digital tersebut. Selain itu, isu yang diangkat bukan hanya dalam bentuk narasi
teks atau pun meme dan bentuk tertulis lainnya, terkadang platform digital ini juga mengunggah video
(reels) serta tulisan hasil kajiannya yang diunggah melalui website pribadinya
https://belajarpolitikita.blogspot.com.
Penelitian dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana akun pembelajaran politik tersebut
memberikan pengaruh terhadap kehidupan budaya dan perilaku politik para pengikutnya dengan
postingan-postingan instagramnya.
Penelitian dari Prasojo (2021) menyebut jika di mana publik dapat memperlihatkan wujud
keprihatinan mereka atas realitas yang terjadi, media sosial dijadikan ajang melakukan konsolidasi
bersama penyatuan keperihatinan dan keresahan yang kemudian melahirkan suatu gerakan sosial baru
yang akan berdampak dalam pembuatan kebijakan publik, Kokom Komariah & Dede Srikartini
(2018) menyebut jika bahwa media sosial beserta kontennya menjadi intrumen penting dalam
membentuk pola perilaku politik generasi milineal, selain itu penelitian dari Darwis (2021)
menyatakan jika media sosial dijadikan alat saluran komunikasi antara pendukung (konsitutuen) dan
yang mewakilinya (aktor politik) di mana media sosial kemudian meningkatkan jaringan komunikasi
politik, hubungan politik dan partisipasi publik dalam pemilu elektoral.
Namun, penulis rasa dari hasil penelitian-penelitian di atas ada hal yang masih luput untuk
diperhatikan yakni sejauh mana salah satu kanal yang merupakan bagian in heren dalam media sosial
dalam memengaruhi budaya dan perilaku politik pengikutnya, meskipun satu kanal dengan kanal yang
lainnya adalah suatu kesatuan jamak yang menunggal, akan tetapi tentunya setiap subjek mempunyai
objektifikasinya tersendiri, bukan dalam artian pemerasan, namun dalam pengertian tingkat
keterpengaruhan yang diberikan. Berangkat dari itu, maka penelitian ini menjadi relevan guna
dilakukan.
2. Kajian Literatur
Dalam suatu tindakan atau pola dalam kehidupan sosial politik masyarakat terdapat suatu adat
kebiasaan atau sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang beragam khas dari masyarakat politik
yang juga beragam, hal ini kemudian disebut sebagai budaya politik (Gabriel & Verba, 1984). Dalam
prosesnya, acapkali suatu budaya politik tidak hanya berdiri sendiri dalam artian tercipta dengan
sendirinya, akan tetapi telah melalui semacam verifikasi sehingga dapat menjadi suatu bentuk budaya
artinya budaya adalah hasil daripada hasil cipta atau pola pikir yang dimiliki oleh seseorang dengan di
dorong oleh beberapa hal, yakni: naluri, indrawi, akal dan religi (Ali, 2020).
Senada dengan hal tersebut, budaya politik juga merupakan hal-hal yang terdiri dari serangkaian
keyakinan, simbol-simbol dan nilai-nilai yang melatarbelakangi situasi di mana suatu politik terjadi
(Dafri, 2011). Dewasa ini budaya politik turut dipengaruhi oleh media sosial, bahwa partisipasi politik
menjadi kunci utama dalam menilik distingsi ketika budaya politik dipengaruhi oleh media sosial. Hal
ini pula mewujudkan suatu budaya politik baru, bahwa media sosial menjadi ajang tempat “curhat”
warga negara terhadap keprihatinan mereka, juga sebagai bentuk mengatur dan mengaktualisasikan
diri dan menjadi lebih aktif dalam diskusi yang dirasa penting bagi mereka, selain itu aktifisme dan
partisipasi secara aktif dari penduduknya (warganet) telah banyak memberikan dampak terhadap
kebijakan publik (Prasojo, 2021).
Efek media masa adalah suatu kesan yang timbul akibat pesan (informasi) yang disampaikan media
tersebut yang akan berdampak pada perubahan pada pengetahuan, sikap, emosi, persepsi, atau tingkah
laku orang yang mengonsumsi sajian media tersebut yang adalah implikasi logis dari paparan yang
secara intens terus-menerus dilakukan (Samsul, 2021). Guna melihat bagaimana pengaruh media
terhadap kebudayaan atau terhadap individu pun telah diklasifikasikan sebagai berikut :
2.1 Efek Primer
Suatu efek yang lahir karena adanya terpaan, perhatian serta pemahaman yang kemudian
terinternalisasi, oleh sebabnya jika seorang terus terpapar informasi tentang suatu hal secara terus-
menerus maka efek yang ditimbulkan akan signifikan.
2.2 Efek Sekunder
Secara sederhananya dapat dimaknai sebagai suatu proses karena adanya perubahan pada tingkat
kognitif. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan sebagai berdasar kepada pengetahuan faktual
yang empiris. Perubahan sikap dan pengetahuan ini akan berdampak pada perubahan perilaku
(Samsul, 2021).
Asumsi-asumsi efek media atau pengaruh media dapat dilihat dalam hal-hal seperti: 1) Khalayak
dapat dikendalikan melalui pesan-pesan komunikasi masa; 2) Penerima dapat salah menerima
informasi melalui pesan-pesan yang disampaikan media; 3) Secara individual suatu komunikasi
bersifat terbatas; 4) Dapat mengurangi kebiasaan-kebiasaan rutin sehari-hari karena konsumi media;
5) Memungkinkan terjadinya perubahan dalam perilaku, sikap dan kepercayaan sang penerima.
Umumnya, secara general pengaruh dari media tersebut akan berdampak dalam persoalan-persoalan
berikut ini :
a. Kognitif
Efek ini berkenaan dengan informasi yang diberikan oleh media, bahwa kemudian pengetahuan yang
diberikan akan memberikan cakrawala kesadaran baru bagi si penerima, seorang yang menerima suatu
pesan informasional dalam bentuk tulisan atau video akan membantunya dalam menambah wawasan.
Meskipun, dalam hal ini Samsul (2021) mengatakan terjadi apa yang kemudian disebut sebagai
pseudo reality atau suatu realitas semu yang seolah-olah menggambarkan alam realitas sesungguhnya
tetapi telah dikontruksi sedemikian rupa oleh para stakeholder media itu sendiri, dengan kata lain
dapat disebut juga sebagai realitas media yang telah lebih dahulu mengalami seleksi dan interprestasi
penyesuaian-penyesuaian tertentu.

b. Afektif
Berkenaan dengan perasaan, emosi dan juga sikap (attitude) hal ini dapat dipengaruhi oleh terpaan
media pun suasana emosional dan skema kognitif. Hal ini semacam pula dekat dengan apa yang
dikenal dengan sebutan, “pengidentifikasian diri”, kecenderungan sikap dan perasaan khayalak akan
terkait dan berkelindan dengan sosok-sosok dalam media tersebut.
c. Konatif
Hal ini merujuk pada perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu menurut cara tertentu, contoh dalam
hal ini adalah seorang membaca di sebuah pemberitaan dalam jaringan tentang sosok calon presiden
yang layak dipilih (kognitif), kemudian ia yakin untuk memilih sosok capres tersebut yang diberitakan
dalam pemberitaan dalam jaringan tersebut (afektif) dan pada saat pemilihan berlangsung ia memilih
tokoh tersebut (konatif).
Adapun, pengertian media pembelajaran dapat dibedah terlebih dahulu dari asal katanya. Media
dalam bahasa latin adalah medius, yang berarti tengah, perantara atau pengantar. Gerlack dan Ely
mendefinisikan media apabila dipahami secara garis besar maka dapat berarti manusia, materi atau
kejadian yang dapat membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan atau sikap (Arsyad, 2013).
Jenis-jenis media pembelajaran kemudian diklasifikasikan oleh Sudjana et al (2011) “dalam kegiatan
pendidikan atau pembelajaran menjadi golongan media grafis, media fotografis, media tiga dimensi,
media proteksi, media audio, dan lingkungan sebagai media pembelajaran”.
Dalam benak koginitif masyarakat istilah media kemudian akan selalu merujuk dan berkaitan dengan
term teknologi yang secara bahasa berasal dari latin tekne (bahasa Inggris art) dan logos (bahasa
Indonesia ‘ilmu’) secara sederhananya kemudian teknologi dipahami sebagai tidak lebih dari suatu
ilmu yang membahas tentang keterampilan yang diperoleh lewat pengalaman, studi dan observasi
(Suci, 2020). Apabila diperkaitkan dengan pendidikan atau pembelajaran, maka teknologi bukan
sekadar benda, alat, bahan atau semacam perkakas jauh dalam padanya ia tersimpul pula sikap,
perbuatan, organisasi dan menjemen yang berhubungan dengan penerapan ilmu (Arsyad, 2013).
Maka, “penggunaan teknologi merupakan salah satu faktor penting yang memungkinkan kecepatan
transformasi ilmu pengetahuan kepada para peserta didik. Yang merupakan generasi bangsa ini secara
lebih luas” (Dermawan, 2013). Sedangkan Bambang Warsito mengartikan teknologi pembelajaran
sebagai sebuah teori dan praktik dalam desain hingga pengekploitasian, pemeliharaan serta peniliaian
proses dan sumber untuk belajar (Warsito, 1994).
Dalam media pembelajaran berbasis teknologi, dewasa ini kemudian kita menemukan istilah-istilah
yang merujuk pada beberapa pengertian, di antaranya :
a. Netijen atau Warganet
Dalam bahasa Inggris, dikenal sebagai “netizen” yang merupakan gabungan dari kata “internet” dan
“citizen”. Atau dikenal juga dengan sebutan citizen of the net yaitu warga internet, diartikan bukan
sebagai bentuk bahwa terdapat satu negara bernama internet akan tetapi warga internet merujuk pada
setiap manusia (subjek) yang turut mengobjektifikasi atau melakukan interaksi dan hidup dalam suatu
kelompok masyarakat di dalam dunia maya (internet).
Senada dengan hal tersebut, kamus Google mendefinisikan warganet sebagai, “Netizen berarti
pengguna internet, terutama yang terbiasa atau rajin”. Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri,
mendefinisikan netizen yang acapkali juga huruf ‘z’ nya diubah menjadi ‘j’ sebagai warga internet
atau mereka yang aktif dalam menggunakan internet.
Adapun, kriteria seseorang dapat disebut sebagai warganet kata kuncinya adalah aktif di media sosial,
baik dengan melakukan LKS (Like, Komen, Share) atau pun melansir dalam laman Tech Target, dapat
juga disebut sebagai warganet jika ia: 1) Menggunakan internet sebagai cara berpartisipasi dalam
masyarakat politik seperti bertukar informasi politik, memberikan pandangan dan gagasan hingga
berdebat tentang suatu pernyataan politik; 2) Seorang pengguna internet yang mencoba berkontribusi
dalam penggunaan dan pertumbuhan internet.
b. Konten Kreator
Diartikan sebagai “khalayak yang memiliki sejumlah media sosial dan aktif mengisi dan
memperbaharui (up-date); khalayak ini menulis blog, mengunggah (up-load) musik, video, audio,
foto, artikel, yang disebar (share) atau di-retweet oleh para pengikutnya.” (Romli, 2023).
Dalam analogi jual beli, konten kreator diibaratkan sebagai penjual dan khalayak yang menontonnya
sebagai pembeli, seorang konten kreator akan mendapatkan adsanse, semacam penghasilan yang
diberikan oleh advertiser (pengiklan) di konten dalam jaringan yang berdasar kepada kajian literatur
lain bersumber dari Google (Mulyawan, 2023).
3. Metodologi
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif di mana penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
seberapa jauh pengaruh platform @_belajarpolitik terhadap perubahan perilaku dan budaya politik
pengikutnya. Dalam penelitian kuantitatif kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas
dan reabilitas instrumen dan pengumpulan data berkenaan dengan cata-cara untuk mengumpulkan
datanya (Hardoni et al., 2020). Selain itu, penulis pun menggunakan metode kepustakaan (kualitatif)
untuk menentukan budaya perilaku politik masyarakat dan warganet Indonesia dengan menelusuri
data-data dan bacaan yang relevan untuk menjawabnya, Penelitian kualitatif digunakan untuk
menjelaskan dan menganalisis fenomena dinamika sosial, persepsi dan peristiwa (Ananda, 2022).
Untuk pengumpulan data penulis menggunakan wawancara bersama dengan founder (pendiri)
platform digital tersebut guna mengetahui maksud, tujuan serta program dari akun pembelajaran
tersebut. Sedangkan, guna mengetahui tingkat pengaruh terhadap pengikut kami menggunakan
kuisioner yang disebar dalam instatories platform digital @_belajarpolitik serta memberikan direct
massage kepada pengikut akun tersebut tentunya ini dimaksudkan untuk meningkatkan resoonse rate
dalam penelitian ini.
Secara rigidnya dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan di antara dijabarkan di
bawah ini guna menjawab kebutuhan dalam penelitian untuk menjawab rumusan masalah penelitian
yang kemudian disebut dengan teknik pengumpulan data (Noor, 2012), yakni sebagai berikut :
a. Kuisioner (Angket)
Angket diartikan sebagai “teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi seperangkat
pertanyaan ataupun pernyataan yang akan diberikan kepada responden untuk dijawab” (Sugiyono,
2015). Dalam penelitian ini, angket yang digunakan adalah angket langsung yang berbentuk skala
likert dengan pertanyaan bersifat tertutup yakni dengan jawaban atas pertanyaan yang diajukan telah
tersedia. Data angkat tentunya berfungsi untuk mendapatkan jawaban atas ada atau tidaknya pengaruh
media digital platform terhadap perubahan perilaku dan budaya politik pengikutnya.
Jawaban yang tersedia bagi respoden yang memilih anternatif sesuai dengan pengetahuannya dengan
memilih salah satu dari beberapa jawaban yang tersedia di dalam google form. Skala likert kemudian
diperlukan dengan gradasi jawaban sangat setuju, setuju, kadang-kadang (atau tidak tahu), tidak setuju
dan sangat tidak setuju.
Table 1
Alternatif Jawaban dan Skor Kuisinoer (Angket)

Alternatif Jawaban Skor


Sangat setuju 5
Setuju 4
Kadang-kadang 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
Tidak Tahu 0

b. Wawancara
Metode wawancara adalah salah satu cara dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam
sebuah penelitian. Dalam tulisan ini, penulis menggunakan metode wawancara semi-terstruktur yakni
jenis wawancara yang menggunakan daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya namun
memberikan ruang bagi responden untuk memberikan informasi tambahan (Hardoni et al., 2020).
Dalam hal penelitian ini peneliti melakukan pengumpulan data dengan wawancara kepada Founder
BelajarPolitik difungsikan untuk mengetahui latarbelakang berdirinya platform digital tersebut, visi
dan gagasan yang dibawanya serta bagaimana tujuan serta arah pergerakan dari platform yang
dikelola oleh kawan-kawan dari BelajarPolitik.
3.1 Instrumen penelitian
Nilai ideal dalam penelitian adalah melakukan pengukuran, oleh sebabnya kemudian harus ada alat
ukur yang dinilai cocok dan baik. Sederhananya, “Instrumen penelitian adalah suatu alat untuk
mengukur fenomena alam atau pun sosial yang diamati, agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya
lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah” (Arikunto,
2010).
Table 2
Kisi-Kisi Angket Pengumpul Data Penelitian

Variabel
Indikator Nomor Soal
Bebas/Terikat
Variabel Bebas 1. Menjadi bagian dari akun @_belajarpolitik 1
Platform Digital
BelajarPolitik
2. Dengan Media Digital BelajarPolitik memberikan 2,3
pemahaman baru tentang politik dan kehidupan
politik pengikut sebelum mengikuti akun tersebut
3. BelajarPolitik memberikan pemahaman lebih tentang 4,5
bagaimana berperilaku dan berbudaya dalam politik
4. Media Digital @_belajarpolitik menjadi bagian 6,7,8
terpenting untuk menjadi bahan referensi bacaan
tentang politik
5. Berinteraksi sesering mungkin dengan akun 9
BelajarPolitik
6. Kepercayaan terhadap kredibilitas postingan dan 10
sumber yang digunakan akun BelajarPolitik
7. Bukan hanya BelajarPolitik yang menjadi bahan 11
utama pembelajaran politik.
8. Media BelajarPolitik berkemungkinan memengaruhi 12,13,14
gaya persepktif, perilaku dan budaya politik.
Variabel Terikat Dokumentasi jumlah suka dalam 20 postingan terakhir
(Jumlah Like BelajarPolitik di Instagram pribadinya @belajarpolitik
Postingan
Instagram)
Adapun, teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel mengingat ketika penelitian ini dibuat
jumlah pengikut Instagram @_belajarpolitik ada di angka 1.200 untuk itu kami menggunakan prinsip
sebagai berikut, “jika ukuran populasi di atas 1.000 maka sampel sekitar 10% sudah cukup, tetapi jika
ukuran populasinya 100, maka sampel paling sedikit 30% dan kalau ukuran populasinya 30 maka
sampelnya harus 100%,” (Darmawan, 2016).
Guna menentukan angka 10% sebagaimana pedoman yang dianut, penulis menggunakan rumus
Slovin yang diartikan “sebagai cara yang digunakan untuk menghitung ukuran sampel minimal dari
suatu penelitian yang mengestimasi proporsi dari populasi yang berhingga. Rumus ini juga
didefinisikan sebagai suatu formula untuk menghitung jumlah sampel minimal apabila perilaku dari
N
sebuah populasi tidak diketahui secara pasti” (Mega, 2022). Dengan rumus n= 2 ditemukan
1+ N e
hasil n=
1.200 dan ditemukan hasil 92,3076923077 yang kemudian dibulatkan menjadi 92. Jadi,
¿¿
sampel penelitian ini akan menggukan 10% dari total poupulasi yakni 92 subjek pengikut media sosial
Instagram @_belajarpolitik.
Dalam hal penentuan jumlah postingan di akun Instagram penulis sebagai variable Y penulis
menggunakan 92 postingan terbaru dari BelajarPolitik sebagai bahan analisis tingkat kepengaruhan
terhadap perubahan perilaku dan budaya politik, pengujian penelitian kemudian akan menggunakan
dua variabel tersebut yakni total sampel dan postingan untuk kemudian diuji hipotesisnya. Dalam hal
responden, ternyata didapati hampir lebih dari total sampel yang telah dihitung, namun Penulis tidak
memasukan data-data lainnya karena setelah dikurasi dan verifikasi terdapat pengisian ganda sehingga
penulis tetap berpegang pada prinsip yang dianut sebagaimana di atas.
Penulis memusatkan perhatian pada variabel-variabel serta hubungan antara satu variabel dengan
variabel lainnya. Tujuannya adalah guna mengadakan verifikasi yakni melakukan uji terhadap teori-
teori dengan perantara hipotesis dengan menggunakan Teknik statistik. Karena penelitian ini termasuk
dalam memasuki lapangan dengan sejumlah hipotesis dan sejumlah research question (Hardoni et al.,
2020) maka penulis hanya mencari atau mengumpulkan informasi/data yang diperlukan untuk
menjawab research question dengan hipotesis yang tersaji dalam penelitian kuantitatif :
Ha : Benar terdapat pengaruh yang diberikan media pembelajaran @_belajarpolitik terhadap
budaya dan perilaku pengikutnya.
Ho : Tidak benar adanya pengaruh yang diberikan media pembelajaran @_belajarpolitik
terhadap budaya dan perilaku pengikutnya.

Relevan dengan hipotesis di atas dapat dirumuskan hipotesis tindakan pada penelitian ini sebagai
berikut: ada pengaruh media digital @belajarpolitik terhadap perubahan budaya dan perilaku para
pengikutnya.
Sedangkan guna menakar bagaimana budaya politik yang terbentuk dalam tubuh warganet, Peneliti
melakukan uji kepustakaan (library research) dan lazim digunakan dalam penelitian-penelitian
kualitatif (Sutrisno, 1990) dan mula dilakukan pada 13 April 2023 dan berakhir pada 24 April 2023.
4. ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN
Pada bab ini Penulis akan mencoba menjabarkan hasil penelitian yang telah dilakukan selama hampir
setengah semester ini untuk menilik pola budaya dan perilaku politik pengikut Instagram
BelajarPolitik dengan melihat dari hasil interaksi mereka dengan jumlah suka pada postingannya
untuk kemudian melihat bagaimana pengaruh yang diberikan oleh platform pembelajaran tersebut
terhadap perilaku dan budaya politik pengikutnya.
Sebelum itu, Penulis akan menjabarkan terlebih dahulu profil dari kanal daring tersebut yang
diperoleh dari hasil observasi pun juga memperdalam gagasan, ide, visi dan misi yang di bawa kanal
Instagram tersebut.
4.1 Profil Platform Digital @BelajarPolitik
Diketahui @BelajarPolitik adalah salah satu platform digital yang berisikan konten tentang hal-hal
yang berbau politik masa kini. Berangkat dari keresahan para pendirinya yang mereka rasa mengalami
kesulitan menemukan platform belajar digital untuk mempelajari teori-teori dalam ilmu politik,
karena mereka hanya menemukan platform politik yang kebanyakan hanya memfokuskan fenomena
politik tanpa melihat aspek teoritisnya. Selain itu, seolah-olah para pendiri kanal digital ini pun
mempunyai kewajiban moril sebagai agen perubahan sebagai mahasiswa ilmu politik untuk
memberikan kebermanfaatan terhadap khalayak.
“Melihat fenomena politik yang makin hari makin ugal ugalan ini Sebagai pemuda yang
mengemban Amanah sebagai agent of change ini merupakan sebuah kesadaran dari saya dan
teman teman untuk membuat platform Pendidikan berbasis politik untuk Kembali mengembalikan
esensi awal dari politik” (Bapak Miftahul Ihsan, founder BelajarPolitik).
Keresahan tersebut adalah hasil daripada perilaku politik yang menurutnya makin sini semakin ugal-
ugalan selain itu dalam keresahan pendirinya juga ia menyebut jika politik banyak kemudian diartikan
sebagai suatu tindakan untuk merebut, mempertahankan dan memperlebar kekuasaan. Hal ini senada
dengan apa yang kemudian diterangkan Alfan Alfian dalam Demokrasi Pilihlah Aku, bahwa
paradigma politik yang berjalan di Indonesia adalah paradigma kalah-menang (Alfian, 2009).
Tantangan-tantangan yang diterima oleh politik Indonesia, dalam kacamata BelajarPolitik turut
menjadi sebab paling menentukan untuk membuat suatu jalan perubahan menuju perbaikan dalam
dunia politik, problematika politik yang dimaksud ialah meliputi perilaku aktor politik yang acapkali
masih melanggengkan KKN (Kolusi, Korupsi dan Nepotisme) selain itu terjadi pengekangan terhadap
kebebasan serta kelahiran produk perundang-undangan yang justru tidak responsif terhadap
kepentingan khalayak yang malah banyaknya bertentangan dengan hati nurani rakyat itu.
Jika menengok dalam fakta realitas, Indeks korupsi Indonesia sendiri pada 2022 lalu merosot
sebanyak empat poin dari tahun sebelumnya dan hal ini membuat Indonesia berada pada peringkat
110 dari 180 negara dengan tingkat korupsi paling terendah. Indonesia masih berada jauh dari
Singapura yang mendapat poin 83 dengan skala 100 sebagai negara paling tidak korup di Kawasan, di
susul Malaysia (47), Timor Leste (42), Vietnam (42) dan Thailand (36), artinya tingkat korupsi, kolusi
dan nepotisme di Indonesia masih berada dalam angka yang amat mengkhawatirkan (Natalia, 2023).
“Ini (tingkat KKN dikalangan pejabat) bisa menjadi sebuah keresahan dan menambah citra buruk
politik dimasyarakat, makanya dengan adanya media pendidikan ini kami berharap bisa kembali
mengembalikan citra baik dari politik” (Bapak Miftahul Ihsan).
Pada 30 April 2022 lalu berawal dari ‘keisengan’ para pendiri BelajarPolitik membuat platform
instagram yang niat awalnya hanya ingin di konsumsi pribadi, namun ternyata banyak orang yang
meminati serta mengikuti platform @BelajarPolitik dari situ mereka mulai aktif mengonten hingga
sekarang dapat menjangkau banyak ribuan pengikut.
Selain itu, BelajarPolitik sendiri tidak dikelola oleh hanya satu orang, akan tetapi terdapat
kepengurusan yang bertugas sebagai pengelola dan admin kanal pembelajaran politik tersebut total
ada enam orang yang turut mengelola akun pembelajaran tersebut, yakni: Atha Prabowo, Dimas
Ahmad, Fadilah Akbar, Maulana, Miftahul dan Irma Rahmayani. Dan keenamnya merupakan
mahasiswa (ketika penelitian ini dibuat) yang tersebar dalam beberapa kampus seperti: UIN Sunan
Gunung Djati Bandung, Universitas Terbuka Bandung dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Beberapa konten yang menjadi fokus kajiannya adalah postingan sejenis postingan edukasi, sebagai
konten kreator BelajarPolitik tidak hanya membuat kajian isu dalam bentuk postingan bernarasi teks
akan tetapi juga sering ditemui dengan membuat konten Reels (video) guna memudahkan
pembelajaran bagi warganet.

Gambar 1 Beberapa Contoh Postingan Akun Instagram @_belajarpolitik_

Saat penelitian ini sedang digarap pengikut Instagram tersebut masih berada di angka 1,200 pengikut
akan tetapi saat kepenulisan penelitian hampir rampung memperlihatkan posisi pengikut instagramnya
telah menyentuh angka 1,382 artinya tiap harinya terdapat progres yang pasti berupa penambahan
pengikut.
BelajarPolitik mempunyai sebuah gagasan yang menjadi tujuan bersamanya untuk ‘Mengenalkan,
Mendekatkan dan Membumikan Politik’. Hal ini selain terpampang jelas dalam bio instagramnya juga
nampak dalam jawaban pendiri yang menyatakan :
“Makna dari visi kami adalah kami ingin mengenalkan politik mulai dari dasar dasar ilmu politik
hingga fenomena fenomena politik saat sekarang ini, jadi kami berfokus untuk mengenalkan terlebih
dahulu tentang politik dengan dasar dasar ilmu politik, dengan pengenalan ini kami mulai melakukan
pendekatan kepada masyarakat dengan teori teori dasar ilmu politik dan melakukan diskui diskusi
tentan politik agar dunia politik Kembali membumi ditengah masyarakat dengan citra yang baik”
(Bapak Miftahul Ihsan).
Hal tersebut jika ditilik lebih dalam adalah sebagai suatu upaya dari terpaan media, yang menjadi
subjek sebagai konten kreator untuk mengojektifasi khalayak melalui efek pengaruh media yang
diberikannya, semacam transfer pengetahuan, hakikat dan makna untuk kemudian membentuk
kognitif, afektif dan konatif dari netijen yang telah dibentuk realitasnya dalam postingan-postingan
media tersebut.
Pembentukan alam realitas dari media tersebut adalah hasil daripada akumulasi keresahan yang
kemudian diejawantahkan dalam suatu bentuk kreasi digital yang disebarkan kepada khalayak
sehingga membentuk semacam kesadaran organik, yakni sejenis kesadaran yang timbul guna
mengibarkan bendera merah atau lampu-lampu dan sinyal ada ketidakbaikan yang sedang mengancam
akan masalah yang akan timbul dari suatu tindakan atau kebijakan yang diambil oleh pihak
berwenang (Chotimmah, 2021).
Anggapan ini kemudian semakin seolah-olah diamini tatkala pendiri akun pembelajaran tersebut turut
menyebut jika postingan-postingan yang dibuatnya akan selalu berusaha semaksimal mungkin
menjawab (responsif) apa yang menjadi kebutuhan masyarakat.
“Kami dari belajarpolitik selalu berusaha mengasi yang terbaik untuk para followers kami, dan selalu
menyajikan apa yang dibutuhkan oleh para followers kami dengan selalu menjawab pertanyaan
pertanyaan yang masuk di DM (Direct Massage) seputar politik,” (Bapak Miftahul Ihsan).
Tentunya setelah masyarakat, secara arah pandang telah dikonsolidasikan dengan terpaan media yang
terus-menerus, maka akan melahirkan efek primer yang akan merubah secara signifikan mereka yang
terpapar atasnya. Perubahan signifikan tersebut dapat berupa perubahan gaya berpikir, berbicara
hingga bertingkah laku. Dalam persoalan ini, maka pengikut Instagram BelajarPolitik yang telah
mengalami semacam terpaan efek primer atau efek sekunder akan kemudian dikonsolidasikan dengan
hal-hal yang berbau, “upaya perubahan” dalam tingkah laku (perilaku) atau pun budaya politiknya.
“Tentunya kami bertekad untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam berpolitik, untuk
menumbuhkan kesadaran budaya politik partisipan, kami bertekad dengan konten konten yang kami
suguhkan kepada pengikut kami bisa menumbuhkan kesadaran yang tinggi untuk ikut aktif
berpartisipasi dalam politik dan memiliki pengetahuan yang menyeluruh tentang sistem sistem politik
dan memiliki rasa tanggung jawab tanpa menerima begitu saja terhadap perpolitikan yang ada saat
sekarang ini” (Bapak Miftahul Ihsan).
Dalam perubahan perilaku dan budaya politik terdapat beberapa orientasi, namun dalam kajian ini
lebih spesifik kepada orientasi kognitif yakni “pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang
kepercayaan pada sistem politik serta peranannya dan segala kewajiban serta input dan output-nya,
seperti tokoh-tokoh pemerintah, bagian-bagian pemerintah, kebijakan yan dirancang serta peran
dalam politik lainnya” (Dewantara, 2021).
Dan hal inilah yang kemudian menjadi tonggak utama bagi Miftahul Ihsan dan sahabat-sahabatnya
dalam sebuah upaya untuk merubah perilaku dan budaya politik masyarakatnya. Dan terlihat dalam
jawaban wawancara yang diberikannya di bawah ini :
“Tentunya kami selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk memberikan pengaruh terhadap pola
dan perilaku politik para pengikut kami, dengan memahami teori teori politik, mereka bisa sedikit
demi sedikit paham dan mengerti akan esensi awal politik itu sendiri untuk menumbuhkan kesadaran
politik masyarakat,” (Bapak Miftahul Ihsan).
Budaya politik sendiri, terbagi dalam tiga bagian: Parokial, Subjek dan Partisipan. Dalam masyarakat
parokial, individu tidak ingin berperan atau tidak terikat dalam sistem politik, karena mereka tidak
merasa bagian sebuah bangsa secara keseluruhan (Lestari, 2014), sehingga karena tingkat rasa
bersama dalam sistem politik yang luas tidak mereka rasakan oleh karenanya kemudian mereka hanya
terikat pada sistem politik yang dekat dengan mereka seperti agama, kepala suku dan sebagainya.
Dalam masyarakat subjek kesadaran akan politik sedikit lebih tinggi, tetapi ada semacam perasaan
emosional saat membicarakan politik, karena ada rasa skeptis untuk langsung memercayai orang dan
ada sedikit ketakutan akan ketidakberdayaannya saat berhadapan dengan suatu insitusi negara. Dan
terakhir, masyarakat partisipan tentunya melek politik itu telah berada dalam taraf yang tinggi dan
pada masyarakat ini sudah mampu untuk melihat dan menyampaikan apa yang menjadi keresahannya
tanpa ada rasa ketakutan atau pun tanpa rasa bukan bagian secara in heren dalam sistem politik
tersebut (Dewantara, 2021),
4.2 Penyajian Data
Berdasarkan angket yang telah disebarkan kepada pengikut Instagram BelajarPolitik dengan total
sampel penelitian sebanyak 92 orang yang digunakan dengan rumus Slovin maka penulis telah
mengumpulkan perolehan data tersebut ke dalam bentuk tabel dan akan dipaparkan hasil jawaban
melalui skor nilai dari setiap korosponden.
Adapun, hasil angket selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Table 3
Tabel Hasil Penghitungan Skor Nilai Angket

Skor Item Soal      


Nomor Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 3 3 4 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 36
2 1 5 4 4 2 2 2 1 3 3 3 2 3 2 37
3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 49
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 60
5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 45
6 4 2 0 1 4 3 5 2 3 3 4 4 3 3 41
7 5 2 0 0 3 3 4 2 3 2 2 4 3 2 35
8 3 0 1 2 3 0 2 3 3 3 4 5 4 3 36
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
12 5 5 5 1 1 5 5 5 1 1 5 1 1 1 42
13 1 2 5 5 4 5 5 3 5 5 2 5 1 5 53
14 5 5 2 2 5 2 2 2 3 2 2 3 3 3 41
15 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 70
16 3 1 1 5 5 3 3 1 5 5 3 5 5 5 50
17 3 1 2 5 5 4 3 5 5 5 5 5 5 5 58
18 5 4 4 3 1 3 4 3 3 3 3 2 5 5 48
19 3 4 2 5 5 5 4 3 5 5 4 5 5 5 60
20 3 4 3 3 1 4 5 3 3 3 3 2 1 2 40
21 4 4 5 2 4 2 3 4 3 3 4 3 5 3 49
22 4 3 1 4 3 3 4 2 5 4 5 3 3 1 45
23 5 1 1 4 2 4 4 4 3 4 5 3 3 3 46
24 5 5 0 2 2 3 3 1 4 4 2 4 3 5 43
25 3 4 5 4 3 2 3 3 4 3 2 3 4 5 48
26 4 4 2 2 3 4 3 3 2 5 3 3 4 2 44
27 3 2 2 4 4 5 3 4 3 5 4 4 3 5 51
28 3 4 2 4 2 1 4 5 5 4 4 4 4 3 49
29 3 1 4 2 3 4 5 3 5 3 3 4 3 4 47
30 2 3 3 4 3 3 2 4 4 2 2 3 4 4 43
31 3 2 1 4 2 4 3 3 2 3 2 3 3 3 38
32 2 4 3 3 3 4 3 3 5 3 2 3 4 3 45
33 4 1 1 2 3 2 4 3 4 3 4 4 2 3 40
34 3 2 3 5 2 4 3 3 3 2 2 3 3 4 42
35 2 4 3 3 2 4 3 3 3 5 2 2 5 3 44
36 4 1 1 4 2 2 4 3 4 3 4 1 3 3 39
37 3 2 3 2 3 4 3 4 4 4 4 3 2 4 45
38 3 3 4 3 5 4 5 3 2 3 3 3 3 3 47
39 2 3 1 3 3 4 5 3 5 3 5 4 3 3 47
40 3 2 4 3 3 3 2 2 4 2 1 3 4 2 38
41 2 3 4 3 2 3 4 3 2 3 3 4 2 3 41
42 2 1 2 2 3 3 2 4 4 3 3 3 2 4 38
43 2 3 4 3 1 3 2 2 3 1 4 2 4 3 37
44 2 3 2 3 4 3 4 2 3 3 3 3 4 3 42
45 3 3 2 3 1 2 3 4 3 4 2 3 4 3 40
46 2 4 5 2 3 2 3 4 3 4 4 3 2 3 44
47 2 3 3 4 1 4 2 3 2 1 2 3 2 2 34
48 3 2 2 4 3 3 4 4 3 2 2 3 3 2 40
49 3 2 2 1 3 4 3 4 5 4 3 4 4 3 45
50 2 3 4 4 4 3 3 2 5 5 4 3 5 4 51
51 2 1 1 2 4 4 1 2 3 3 3 3 4 3 36
52 2 4 4 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 37
53 4 3 3 2 3 4 3 3 4 3 3 3 2 3 43
54 5 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 34
55 4 3 2 3 4 3 3 2 3 2 3 4 2 2 40
56 4 3 5 1 4 1 3 4 3 4 3 3 4 3 45
57 3 2 4 2 1 2 2 3 3 2 3 4 3 2 36
58 4 2 3 4 2 3 1 4 4 2 3 3 2 4 41
59 4 3 2 2 3 2 4 3 5 3 3 3 3 3 43
60 4 3 1 3 3 3 1 3 4 3 1 3 3 3 38
61 3 2 3 2 1 3 2 4 3 4 2 3 4 2 38
62 3 4 5 5 4 1 3 5 3 3 4 4 2 3 49
63 3 4 2 1 2 2 1 2 4 3 3 1 2 2 32
64 3 3 3 3 3 2 1 3 4 3 2 3 3 4 40
65 3 4 3 1 4 2 3 4 2 3 4 4 4 5 46
66 2 2 1 5 1 2 3 1 1 4 4 1 4 4 35
67 3 4 3 3 4 1 2 3 4 3 2 3 2 4 41
68 0 2 3 2 1 3 4 4 2 2 4 3 4 3 37
69 3 4 3 5 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 52
70 3 5 4 3 2 3 3 4 3 2 3 2 2 2 41
71 5 1 3 2 1 1 3 2 2 3 2 2 4 3 34
72 3 2 4 4 2 2 3 3 3 3 3 3 4 4 43
73 3 2 3 4 3 2 3 2 4 4 5 3 3 4 45
74 4 3 2 4 5 3 4 4 4 3 3 3 2 3 47
75 3 4 3 3 2 2 3 2 4 2 3 4 5 4 44
76 3 3 3 5 4 4 4 3 3 5 2 3 3 2 47
77 2 3 5 4 2 3 2 4 3 4 3 3 3 4 45
78 3 2 4 4 2 5 2 1 4 3 3 3 2 2 40
79 3 1 2 4 2 3 4 2 2 2 4 4 3 5 41
80 4 2 3 2 2 2 2 3 4 3 4 3 2 2 38
81 0 3 3 2 3 4 5 2 3 4 3 5 4 3 44
82 4 3 0 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 5 50
83 3 4 4 4 5 2 3 1 3 4 5 4 1 3 46
84 3 5 5 5 3 2 3 1 3 0 0 3 4 4 41
85 3 4 2 1 2 3 3 4 4 4 3 4 0 3 40
86 3 3 2 2 1 2 3 2 2 3 3 2 2 2 32
87 3 4 4 4 4 2 3 1 3 3 4 4 3 3 45
88 3 3 5 5 3 3 0 4 4 4 3 3 3 3 46
89 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 49
90 4 4 4 3 2 3 2 4 3 4 3 3 4 3 46
91 3 3 2 1 3 4 4 2 4 3 3 3 4 4 43
92 3 3 4 4 3 3 3 1 1 2 3 2 1 1 34
JUMLA 28 26 25 27 25 26 28 26 30 28 28 28 28 29
H 2 4 7 7 7 8 0 5 5 7 6 8 3 0 3889

Berdasarkan dengan tabel ini maka Penulis akan mengkategorikan hasil angket ini. Namun, sebelum
itu Penulis berusaha terlebih dahulu untuk mencari jumlah kelas. Dalam hal ini kemudian, guna
menemukan jumlah kelas interval dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Jumlah Besar−JumlahTerkecil+1
Interval =
Kategori
60−14 +1
= = 11,75 = 12
4
Setelah menentukan kelas interval tersebut selanjutnya Penulis menentukan jumlah frekuensi. Untuk
jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini, adapun kategori hasil kuisioner (angket) adalah sebagai
berikut:
Table 4
Tabel Hasil Kriteria Penilian Angket

No Kriteria Penilaian Hasil Angket Kategori


1. 50-61 Sangat Tinggi
2. 38-49 Tinggi
3. 26-37 Rendah
4. 14-25 Sangat Rendah
Berdasarkan tabel di atas dengan demikian Penulis akan mengkategorikan angket di atas dalam
bentuk kategori. Adapun data kategori hasil angket (kuisioner) adalah sebagai berikut :
Table 5
Hasil Penghitungan Kelas Interval

No Interval Kelas Banyak Kriteria Presentase


1. 50-61 10 Sangat Tinggi 12 %
2. 38-49 62 Tinggi 67 %
3. 26-37 16 Rendah 17 %
4. 14-25 4 Sangat Rendah 4%
Jumlah 92 100 %
Berdasarkan data di atas dapat Penulis uraikan bahwa terdapat sebanyak 16 korosponden atau sebesar
17% Rendah, 4% atau sebanyak 4 korosponden sangat rendah terhadap kepengaruhan, kemudian
sebanyak 62 korosponden atau 67% tinggi tingkat keterpengaruhan dan 12% atau sebanyak 10
korospoden sangat tinggi.
Jika digambarkan dalam diagram maka akan tersaji sebagai berikut :
Table 6
Presentase Jawaban Hasil Angket

Tingk at Keter pengar uhan War ganet


ter hadap Belajar Politi k
Sangat Rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi

4.3 Analisis Data Rata-Rata Jumlah Suka Postingan


Adapun data rata-rata jumlah suka dari 92 postingan terakhir akun Instagram BelajarPolitik disajikan
dalam tabel di bawah ini, sebagai berikut :
Table 7
Data Hasil Nilai Jumlah Suka Postingan Instagram @_belajarpolitik

No. Tanggal Postingan Tema Postingan Jumlah


1 26/03/2023 Apa Itu Totalitarianisme? 71
Kenapa UU Cipta Kerja Ditolak Mahasiswa dan
22/03/2023 142
2 Buruh?

21/03/2023 Kelebihan dan Kekurangan Demokrasi Langsung 23


3

Perbedaan Demokrasi Representatif dan


20/03/2023 41
Demokrasi Langsung
4
19/03/2023 Apa Saja Peran dan Fungsi Anggota DPR? 36
5
19/03/2023 Perbedaan Politik dan Pemerintah 55
6
16/03/2023 Nilai dan Prinsip Dasar Demokrasi 36
7
8 14/03/2023 Apa Itu Filsafat Politik? 53
9 12/03/2023 Apa Itu Politik Praktis? 63
12/03/2023 Perbedaan Kewenangan dan Kekuasaan 43
10
11 11/03/2023 Sistem Politik Indonesia 78
12 11/03/2023 Qoute 59
13 10/03/2023 Fungsi Komunikasi Politik 57
14 02/03/2023 Perilaku Politik Moderat 49
15 17/02/2023 Konsep Penting Demokrasi 41
16 04/02/2023 Komunikasi Politik 59
17 02/02/2023 Informasi Webinar 89
18 01/02/2023 Pengambilan Keputusan 40
29/01/2023 Pengertian Demokrasi Pancasila 46
19
20 26/01/2023 Informasi Webinar 36
21 22/01/2023 Qoute 21
22/01/2023 Demokrasi Langsung Vs Demokrasi Perwakilan 41
22
23 22/01/2023 Hakikat Demokrasi 43
24 19/01/2023 Prinsip Demokrasi 48
25 16/01/2023 Qoute 46
26 16/01/2023 Pengertian Demokrasi Part 2 46
27 14/01/2023 Qoute 34
28 14/01/2023 Pengetrian Demokrasi 28
29 14/01/2023 Qoute 41
13/01/2023 Politik Identitas Dalam Kampanye Pemilu 2019 43
30
13/01/2023 Ilmu Politik sebagai Ilmu Pengetahuan (Science) 44
31
32 12/01/2023 Qoute 60
12/01/2023 Masa Awal Perkembangan Ilmu Politik part 3 28
33
12/01/2023 Masa Awal Perkembangan Ilmu Politik Part 2 37
34
12/01/2023 Masa Awal Perkembangan Ilmu Politik 120
35
36 04/01/2023 Qoute 65
37 01/01/2023 Postingan ucapan selamat 28
38 23/12/2022 Informasi Webinar 76
39 20/12/2022 Apa Itu Pencitraan Politik 63
40 06/12/2022 Mengapa RKUHP Perlu Ditolak? 123
41 19/11/2022 Apa Itu Politik Etis? 67
42 16/11/2022 Apa Itu Politik Identitas? 55
15/11/2022 Postingan bersama KabarKampus 62
43
15/11/2022 Apa Itu Operasi Bendera Palsu? 40
44
14/11/2022 Postingan bersama KabarKampus 141
45
46 13/11/2022 Apa Itu Ujaran Kebencian? 29
47 12/11/2022 Apa Itu Agent Provocateur? 32
48 11/11/2022 Stop Kampanye Hitam 43
49 10/11/2022 Ucapan Selamat 26
50 28/10/2022 Apa Sih Lembaga Eksekutif Itu? 31
51 26/10/2022 Qoute 36
52 26/10/2022 Reels: Anies Baswedan 112
53 22/10/2022 Reels: Joko Widodo 34
Reels: Perbedaan Demokrasi Langsung dan Tidak
21/10/2022 26
54 Langsung
55 20/10/2022 Qoute 26
56 20/10/2022 Demokrasi Suatu Kebebasan 45
19/10/2022 Demokrasi Menurut Montesquieu 42
57
58 19/10/2022 Apa Sih Itu Demokrasi? 58
18/10/2022 Model Pemerintahan Indonesia 45
59
60 17/10/2022 Gosip Politik 57
16/10/2022 Tentang Manusia dan Sematan-Sematannya 50
61
62 29/09/2022 Gosip Politik 37
63 27/09/2022 Komedi dan Politik 33
64 27/09/2022 Informasi Webinar 26
65 25/09/2022 Politik itu Licik 42
66 25/09/2022 Reels: Policik 23
67 24/09/2022 Diskusi Politik 38
68 21/09/2022 Konsepsi Sosialisasi Politik 28
69 09/09/2022 Sekularisme 21
70 03/09/2022 Menolak Harga Kenaikan BBM 67
71 26/08/2022 Demokrasi Liberal 65
72 23/08/2022 PKS dan Demokrat 28
21/08/2022 Jokowi Dukung Siapa di Pilpres 2024? 20
73
21/08/2022 Penyelesaian Pelanggaran HAM 59
74
75 20/08/2022 Pertalite Naik Lagi? 24
76 18/08/2022 Reels: Apa Politik itu? 21
77 18/08/2022 Presidential Treshold 43
17/08/2022 Rekomendasi Film Tentang Kemerdekaan 31
78
79 16/08/2022 Devide et Impera 12
80 13/08/2022 Koalisi 14
10/08/2022 Irjen Sambo Tersangka Kasus Brigadir J 12
81
DPR Jawab Kritik Mahfud Soal Sikap Diam di
09/08/2022 11
82 Kasus Sambo
83 07/08/2022 Dwi Fungsi Abri 15
84 05/08/2022 Demokrasi Rakyat 17
85 05/08/2022 Partai Politik 15
86 02/08/2022 Politik Islam 14
01/08/2022 Reels: Satu Kata Tentang Maruf Amin 23
87
88 01/08/2022 Demonstrasi 12
89 01/08/2022 Politik Perempuan 12
90 31/07/2022 Politik Identitas 12
91 30/07/2022 Reels: 1 Kata Tentang Jokowi 24
92 30/07/2022 Seni Politik, Politik Seni 12
Selanjutnya Penulis mengkalsifikan data hasil observasi rata-rata jumlah like pada 92 postingan
terakhir BelajarPolitik ke dalam tabel distribusi frekuensi dengan menentukan kelas interval terlebih
dahulu dengan rumus berikut :
Jumlah Besar−JumlahTerkecil+1
Interval =
Kategori
142−11+1
= = 33
4
Setelah menentukan kelas interval tersebut selanjutnya Peneliti menentukan jumlah frekuensi. Untuk
jelasnya dapat ditengok pada tabel berikut di bawah ini, adapun kategori jumlah suka pada postingan
Instagram BelajarPolitik sebagai berikut :
Table 8
Distribusi Frekuensi Tentang Jumlah Suka Postingan BelajarPolitik

No. Interval Kelas Total Kriteria Presentase


1. 110 – 142 5 Sangat Tinggi 6%
2. 77 – 109 2 Tinggi 2%
3, 44 – 76 27 Rendah 29%
4. 11 – 43 58 Sangat Rendah 63%
Jumlah 92 100%
Berdasarkan data ini, dapat Penulis uraikan jika sebanyak 29% atau sebanyak 27 postingan tergolong
rendah interaksi, sebanyak 2% mendapat skor tinggi dan 63% mendapat skor sangat rendah jumlah
suka serta 6% mendapat jumlah suka sangat tinggi.
4.4 Pengujian Hipotesis
Guna menguji hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini yaitu “Apakah ada pengaruh dari
media platform digital BelajarPolitik terhadap perubahan budaya dan perilaku politik para
pengikutnya,” yang dalam hal ini peneliti hanya memfokuskan penelitian pada sampel yang telah
ditetapkan yakni sebanyak 92 korosponden, maka data tersebut dimasukan ke dalam tabel kerja untuk
mencari pengaruhnya.
Dalam hal ini penulis menggunakan uji regresi linear sederhana untuk menguji apakah ada pengaruh
X terhadap variabel Y. Uji regresi linear diartikan sebagai “suatu model persamaan yang
menggambarkan hubungan satu variable bebas/predector (X) dengan satu variabel tak
bebas/response” (Yuliara, 2016).
Dengan dasar pengambilan keputusan berdasar pada prinsip “Jika nilai signifikansi < 0.05 artinya
variabel X berpengaruh terhadap variabel Y; Jika signifikansi > 0.05 artinya variabel X tidak
berpengaruh terhadap variabel Y”.
Berikut adalah hasil dari pengolahan data uji hipotesis menggunakan aplikasi SPSS :

Table 9
Hasil Penghitungan SPSS Koefisien

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 47.344 14.706 3.219 .002

X -.087 .346 -.027 -.253 .801

a. Dependent Variable: Y
a= angka konstan dari unstandardized coefficients dalam kasus ini sebesar 47,344. Angka ini
merupakan angka konstan yang mempunyai arti bahwa jika Y tidak dipengaruhi oleh X adalah
sebesar 47,344.
b= angka koefisien regresi. Nilainya sebesar -0.87 yang mengandung arti bahwa setiap penambahan
1% pengaruh (X) akan berdampak pada variabel Y akan meningkat sebesar -0.87.
Karena nilai koefisien regresi bernilai minus (-0) maka dengan demikian bahwa Pengaruh Platform
Digital BelajarPolitik (X) berpengaruh negatif terhadap Perubahan Perilaku dan Budaya Politik (Y).
Sehingga persamaan regresinya adalah Y = 47,344 – 0,87 X.
Kemudian akan dilakukan pengambilan keputusan dalam analisis regresi dengan melihay taraf nilai
signifikansi (Sig.) sebagaimana pedoman di atas.
Dengan kesimpulan bahwa terdapat nilai 0.801 yang merupakan bentuk > dari 0.05 maka
disimpulkan tidak terdapat pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Dari total respoden kemudian
didapat ttable senilai 1,98609 sedangkan hasil pengolah thitung yang diketahui adalah -2.53 maka hal ini
pun turut menyebut jika tidak terdapat pengaruh signifikan variabel X terhadap Y.
Dari hasil penghitungan dengan penolong SPSS ini maka diketahui bahwa hipotesis alternatif (Ha)
dalam penelitian ini ditolak, artinya tidak ada pengaruh dari platform digital BelajarPolitik terhadap
perubahan perilaku dan budaya politik pengikutnya.
Selanjutnya, peniliti melakukan Uji F yang tersaji dalam kolom di bawah ini :
Table 10
Hasil Uji F

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 46.279 1 46.279 .064 .801b

Residual 65203.199 90 724.480

Total 65249.478 91

a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X

Ftabel yang tersaji adalah 0,64 dengan F hitung 0,070926 maka secara otomatis 0,64 > 0,070926 maka
tidak terdapat pengaruh signifikan dari platform media digital BelajarPolitik terhadap perubahan
perilaku dan budaya pengikutnya di Instagram.
4.5 Pembahasan
Dewasa ini penggunaan media sosial banyak mengisi hal-hal paling sensitif sekalipun dalam
kehidupan manusia, data dari Badan Pusat Statistik RI menyebut jika proporsi generasi millennial
(rentang kelahiran 27,94% disusul dengan mereka yang lahir disekitaran tahun 1981-1986 yang
menempati angka 25,87%. Jika ditilik maka proporsi komposisi penduduk Indonesia adalah mereka
yang setiap harinya berbenturan dengan media sosial (PPN/Bappenas, 2020).
Namun, data yang menjanjikan ini apabila kemudian ditarik lebih dalam ke persoalan demokratisasi
dan politik, maka akan ditemukan suatu hal ironi, data menyebut jika demokrasi Indonesia pada hasil
survey 2022 lalu menempatkan dalam posisi yang stagnan, artinya terjadi kemandegan dalam
persoalan demokratisasi yang barangkali tidak sekencang pada masa-masa awal reformasi.
Usaha untuk menghidupkan kembali semangat kesetaraan dan kebebasan tersebut banyak dilakukan
dengan salah satunya membuat platform pendidikan politik yang banyak diinisiasi oleh kalangan
muda dengan memanfaatkan media sosial. Hal ini kemudian diperlukan untuk ‘menyelamatkan’
bangsa Indonesia dari belenggu budaya politik yang tidak sehat sebagai implikasi logis dari
kamendegan demokrasi.
Di Kawasan Asia Tenggara, Indonesia bahkan berada di bawah Timor Leste, Malaysia dan Filipina
yang secara pola jenis kepemimpinan Nasional mempunyai corak yang hampir serupa, kebebasan sipil
mendapat poin 6,18 menurun drastis dari tahun 2010 yang pernah mencapai poin 7,06 (Javier, 2023).
Hal ini dikarenakan adanya ketakutan dari masyarakat untuk menyuarakan keresahannya baik secara
langsung karena kerap ditemukan perilaku represif dari aparat keamanan hingga sulit untuk
menyuarakan di media sosial karena diancam dengan adanya UU ITE (Ahda & Adilah, 2021).
Maka, jika kemudian ditilik dalam perspektif budaya politik, pola warganet pun senyatanya terjebak
dalam suatu perilaku dan budaya politik yang bersifat subjek (the subject political culture) artinya
budaya politik yang ada sebenarnya sudah setingkat lebih baik dari budaya politik parokial, yang
masyarakatnya belum tersadarkan dan masih terlena dalam buaian un-democratie budaya politik ini
telah tumbuh semacam perhatian atas politik akan tetapi tidak berbangga atasnya. Terdapat
kecenderungan tidak suka terhadap politik sebagai akumulasi baik dari kekecewaan para pemegang
jawatan hingga mereka merasa lemah atas realitas politik yang ada dan tak dapat berbuat apa-apa
(Lestari, 2014).
Dari penelitian ini berdasarkan hasil kuisioner (angket) yang telah diberikan kepada 92 korosponden
di platform digital BelajarPolitik diketahui bahwa tidak ditemukan faktor positif dalam artian dari
hasil analisis Peneliti bahwa dari pengolahan data tentang media pembelajaran berupa angket dengan
data hasil rekam jumlah suka pada postingan Instagram BelajarPolitik diketahui bahwa Ha ditolak
maka artinya Ho diterima maksudnya tidak terdapat pengaruh dari platform BelajarPolitik terhadap
perubahan perilaku dan budaya politik pengikutnya.
Hal ini nampak dalam penghitungan uji T dan uji F, meskipun dilihat dalam tabel hasil angket tren
positif nampak banyak yang merasa terpengaruh akan tetapi ketika dikorelasikan dengan hasil rata-
rata jumlah suka pada postingan Instagramnya nampak ketidak adanya keserasian, untuk itu
disimpulkan kemudian jika tidak terdapat pengaruh dari platform digital BelajarPolitik terhadap
perubahan budaya dan perilaku pengikutnya dan masih berpacu pada data hasil penghitungan indeks
demokrasi 2022 Indonesia, yang mana menyebut dalam kajian Budaya dan Perilaku Politik, banyak
masyarakat Indonesia termasuk warganetnya yang terjebak dalam budaya politik subjek.
Disini memperlihatkan bagaimana konten kreator belum berhasil mentransfer pemikiran serta ide dan
keresahannya untuk memperkenalkan, mendekatkan dan membumikan politik dalam kehidupan
masyarakat atau para pengikut Instagramnya, sehingga perilaku dan budaya politiknya masih terjebak
dalam kesadaran semu tanpa kemudian melakukan suatu dialektika sosial untuk mencapai social
movement dalam usaha memperbaiki kondisi demokrasi, politik dan pemerintahan yang masih
mandeg dalam ranah-ranah yang dinilai banyak mereduksi kebebasan dan kesetaraan antarwarga
negara.
5. Penutup
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, bahwa budaya politik yang terbentuk dalam
kontruks warganet Indonesia pada umumnya bersifat subjek, hal ini nampak dalam beberapa literatur
dan hasil kajian secara kualitatif yang memperlihatkan bagaimana indeks demokrasi Indonesia dalam
dua tahun terakhir mengalami stagnasi dan penurunan peringkat.
Platform digital sebagai intrumen edukasi dan literasi politik meskipun dianggap akan berpengaruh
terhadap perubahan gaya perilaku dan budaya politik warganet ternyata dalam penelitian di kanal
BelajarPolitik hasil menunjukan tidak ada pengaruh yang diberikan oleh kanal daring tersebut.
Ini diperlihatkan dari pengujian hipotesis menggunakan regresi linear sederhana dan Uji F dan Uji T.
Terdapat nilai 0.801 yang merupakan bentuk > dari 0.05 maka disimpulkan tidak terdapat pengaruh
variabel X terhadap variabel Y. Sehingga pada penelitian ini Hipotesis Alternatif (Ha) namun Ho
diterima.
Meskipun hasil kuisioner menyatakan merasa terpengaruh oleh media digital BelajarPolitik dalam
melihat dan memandang politik akan tetapi tidak sampai kepada tindakan konatif. Artinya, tingkat
kepengaruhan yang diberikan sampai kepada batas kognitif (pengetahuan) hal ini diakibatkan karena
terpaan arus media yang massif melalui postingan atau konten-konten yang disajikan media tersebut.
Tetapi, jika pada sampai taraf perubahan perilaku bahkan pada budaya politik pengikutnya, tidak
diketemukan keterpengaruhan tersebut. Meskipun, ada sedikit keterpengaruhan tersebut namun hal
tersebut tidak dapat dijadikan faktor paling utama adanya perubahan perilaku dan budaya politik dari
pengikutnya.
Sebelumnya, ada beberapa saran yang penulis sampaikan berikut ini : 1) Bagi konten kreator
BelajarPolitik, cobalah untuk lebih komsisten dalam memberikan materi-materi belajar baik berupa
postingan narasi-teks, video atau pun dalam webinar dan hasil kajian yang telah dibagikan dalam
kanal-kanal yang tersedia, cobalah pula untuk membuat semacam kurikulum agar postingan yang ada
tersusun serta jelas arah pandang dan geraknya, tidak hanya responsif dalam artian hanya menuruti
warganet tetapi juga mempunyai semacam blueprint yang dibagikan dan dirasakan oleh para
pengikutnya.
2) Bagi warganet yang turut serta menilik perkembangan dan menikmati konten yang disajikan
BelajarPolitik diharapkan dapat lebih komunikatif serta turut mengoreksi hal-hal yang memang dirasa
ada kekurangan dan kesalahan hal ini dimaksudkan agar terjadi dialektika perbaikan yang
mempertemukan antara apa yang disajikan dengan apa yang hendak dicari, sehingga sintesis muncul
sebagai sebuah simboisis mutualisme.
Saran dari kepenulisan ini kemudian adalah bahwa suatu efek pengaruh yang diberikan media
seyogyanya akan kembali dikurasi dalam alam realitas dengan benturan-benturan kebudayaan,
kepercayaan, sistem hukum, politik, adat dan sebagainya. Untuk itu bagi peneliti selanjutnya yang
memang akan memperbaiki bahkan mengoreksi tulisan ini diharapkan mampu untuk menyajikan data
dan fakta secara lebij rijit dan mumpuni serta komprehensif untuk kemudian dapat menambal apa
yang menjadi kekurangan tulisan ini.
Allahualam.

Referensi
Ahda, B., & Adilah, R. Y. (2021). UU ITE dan Demokrasi yang Mengekang. Merdeka.Com.
https://www.merdeka.com/peristiwa/uu-ite-dan-demokrasi-yang-mengekang-hot-issue.html
Alfian, A. (2009). Demokrasi Pilihlah Aku; Warna-Warni Politik Kita. Intrans Publishing.
Ali. (2020). Kebudayaan Universal dan Proses Pembentukannya. Ruangguru.
https://www.ruangguru.com/blog/kebudayaan-universal-dan-proses-pembentukannya-sosiologi-
kelas-8
Ananda. (2022). Penelitian Kualitatif: Pengertian, Ciri-Ciri, Tujuan, Jenis, dan Prosedurnya.
Gramedia.Com. https://www.gramedia.com/literasi/penelitian-kualitatif/
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.
Arsyad, A. (2013). Media Pembelajaran. PT Rajagrafindo Persada.
Chotimmah, C. (2021). Intelektual Organik dan Peranannya dalam Masyarakat. Beritajatim.Com.
https://beritajatim.com/postingan-anda/intelektual-organik-dan-peranannya-dalam-masyarakat/
Dafri, Y. (2011). Melacak Jejak Artefak Seni Etnik Melayu Palembang. Gama Media.
Darmawan, D. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif. PT Remaja Rosdakarya.
Dermawan, D. (2013). Teknologi Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya.
Dewantara, M. (2021). Pola Budaya Politik Masyarakat Pendatang ( Studi Pada Orang Palembang di
Kota Pangkalpinang ) Political Culture Patterns of Immigrants ( Study of Palembang People in
Pangkalpinang City ). Journal Of Empirical Studies On Social Science, 1(1), 27–38.
Etriany, V. (2022). Platform Digital. UKMINDONESIA.ID. https://ukmindonesia.id/baca-deskripsi-
post/platfform-digital-
Gabriel, A., & Verba, S. (1984). Budaya Politik: Tingkah Laku dan Demokrasi di Lima Negara. Bina
Aksara.
Gischa, S. (2021). Cita-Cita dan Tujuan Nasional Berdasarkan Pancasila. Kompas.Com.
https://www.kompas.com/skola/read/2020/09/02/150000769/cita-cita-dan-tujuan-nasional-
berdasarkan-pancasila
Gradianto, R. A. (2022). Pengertian Teknologi Menurut Para Ahli, Ketahui Manfaat dan Jenis-
Jenisnya. Bola.Com. https://www.bola.com/ragam/read/5058501/pengertian-teknologi-menurut-
para-ahli-ketahui-manfaat-dan-jenis-jenisnya
Hardoni, Auliya, N. H., Fardani, R. A., Andriani, H., Utami, E. F., Sukmana, D. J., & Istiqomah, R. R.
(2020). METODE PENELITIAN KUALITATIF & KUANTITATIF. CV. Pustaka Ilmu Group
Yogyakarta.
Isabela, M. A. C. (2022). Budaya Politik: Pengertian, Karakteristik, Orientasi, Tipe. Kompas.
https://nasional.kompas.com/read/2022/02/17/00150021/budaya-politik--pengertian-
karakteristik-orientasi-tipe#:~:text=Almond dan Powel mengklasifikasikan budaya politik
menjadi tiga,sangat tinggi untuk aktif dalam aktivitas politik.
Javier, F. (2023). Indeks Demokrasi Indonesia 2022 Stagnan. Tempo.Co.
https://data.tempo.co/data/1624/indeks-demokrasi-indonesia-2022-stagnan
Kusumawati, A. (2022). Apa itu Social Justice Warrior atau SJW? Begini Penjelasan Selengkapnya.
TheAsianparent. https://id.theasianparent.com/apa-itu-sjw/amp
Lestari, A. Y. . (2014). BUDAYA POLITIK MASYARAKAT SAMIN (SELURUSIKEP) (Studi Kasus
di Dukuh Mbombong Desa Baturejo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati Provinsi Jawa
Tengah). Politika: Jurnal Ilmu Politik, 4(1), 69–79.
Mega, B. (2022). Cara Menghitung Rumus Slovin dengan Contoh Soalnya. Superapp.Id.
https://superapp.id/blog/uncategorized/rumus-slovin/#:~:text=Rumus Slovin adalah rumus yang
digunakan untuk menghitung,perilaku dari sebuah populasi tidak diketahui secara pasti.
Mulyawan, R. (2023). Memahami Pengertian Adsense: Apa itu Adsense For Content? Cara Kerja,
Jenis dan Macam, Perbedaannya dengan Google Ads (Adwords) serta Cara Membuatnya!
Rifqimulyawan.Com. https://rifqimulyawan.com/blog/pengertian-adsense/
Natalia, D. L. (2023). Indeks Persepsi Korupsi Indonesia pada 2022 melorot menjadi 34.
ANTARANews. https://www.antaranews.com/berita/3373194/indeks-persepsi-korupsi-
indonesia-pada-2022-melorot-menjadi-34
Nimmo, D. (2005). Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media. Remaja Rosdakarya.
Noor, J. (2012). Metodologi Penelitian Skripsi Tesis Disertasi dan Karya Ilmiah. Kencana Prenada
Media Group.
Ohoitimut, J. (2018). Disrupsi: Tantangan bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Peluang bagi
Lembaga Pendidikan Tinggi. RESPONS, 28(02), 143–166.
PPN/Bappenas, K. (2020). Statistik Politik 2021. 1. www.freepik.com
Prasojo, P. (2021). Dampak Penggunaan Media Sosial Terhadap Perubahan Budaya Politik. Jurnal
Kajian Ilmiah, 21(2), 209–218. https://doi.org/10.31599/jki.v21i2.590
Romli, A. S. M. (2023). Pengertian Warganet, Kriteria Netizen dan Jenis-Jenisnya. Romeltea.
https://romeltea.com/pengertian-warganet-kriteria-netizen-dan-jenis-jenisnya/
Samsul, A. (2021). Efek Media: Bagaimana Media Memengaruhi Pembacanya. Romeltea.
https://www.romelteamedia.com/2021/07/efek-media-bagaimana-media-
memengaruhi.html#:~:text=Konsep atau teori efek media pada intinya menyebutkan,massa
sangat berpotensi membawa perubahan pada diri audiens.
Shahreza, M. (2017). Komunikator Politik Berdasarkan Teori Generasi. Nyimak (Journal of
Communication), 1(1), 33–48. https://doi.org/10.31000/nyimak.v1i1.273
Suci, W. (2020). Pengaruh Media Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Al- Islam Di Sma
Muhammadiyah 1 Gisting Kabupaten Tanggamus. Pendidikan Agama Islam, hlm 21.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Sutrisno, H. (1990). Metodologi Penelitian Research. Andi Offset.
Warsito, B. (1994). Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasi. Citra Aditya Bakti.
Yuliara, I. M. (2016). Modul Regresi Linier Sederhana. Universitas Udayana, 1–10.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/3218126438990fa0771ddb555f70be42.
pdf

Anda mungkin juga menyukai