Anda di halaman 1dari 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/361245229

Analisis Penguatan Literasi Digital Terhadap Peningkatan Partisipasi Politik


Warga Negara

Conference Paper · October 2021

CITATIONS READS

0 131

4 authors, including:

Ronni Juwandi
UNTIRTA
12 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Ronni Juwandi on 12 June 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Analisis Penguatan Literasi Digital Terhadap Peningkatan
Partisipasi Politik Warga Negara

Damanhuri1, Ronni Juwandi2, M. Fiqri Berlian3, Apriyani Kusuma Ayu4

damanhuri@untirta.ac.id, ron_roju@untirta.ac.id, 2286180020@untirta.ac.id,


ririayu247@gmail.com

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Abstrak

Tujuan dari pembahasan artikel ilmiah ini adalah mencari


formulasi dan analisis dari kajian literasi digital serta dampaknya
terhadap partisipasi politik warga negara. Hal ini menjadi focus
utama pembahasan karena saat ini dinamika literasi digital menjadi
isu yang memilik dampak signifikan terhadap pola partisipasi
warga neagra dalam menghadapi isu atau fenomena politik.
Metode yang digunakan dalam kajian ini menggunakan
pendekatan kepustakaan (library research). Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini adalah studi literatur, yaitu proses
pencarian data mengenai variabel yang berupa artikel, buku, berita
di media massa serta makalah yang mendukung kajian di atas
.Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode analisis kasus. Analisis ini digunakan untuk mendapatkan
validasi data dan reliabilitas data hasil reduksi berbasis tinjauan
pustaka teraktual. Hasil penelitian dalam kajian pustaka ini adalah
adanya dampak signifikan dari eksistensi dan kemampuan warga
negara dalam mengakses informasi berbasis data digital sebagai
bentuk kemampuan dan pemanfaatan teknologi informasi sebagai
bagian dari penguatan literasi digital. Hal ini berujuan untuk
meningkatkan partisipasi politik warga negara terutama dalam
menanggapi fenomena atau isu yang mencakup dinamika sistem
politik dan pemerintahan di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kata kunci : Literasi Digital, Partisipasi Politik ,Warga Negara

PENDAHULUAN

Konsep literasi digital bukan hanya sekedar pengembangan logis dari


keterampilan interpretative warga negara dalam menyikapi isu ataupun fenomena
teraktual di media digital, namun sudah menjadi kebtuhan sekaligus tuntan dasar
warga negara global di abad 21 ini dalam menghadapi era disrupsi menyongsong
perubahan besar dalam kehidupan berbasis multidimensi saat ini.
Keterampilan warga negara yang mencakup kecerdasan digital lebih
menitikberatkan pada kemampuan untuk mengkreasi, mengembangkan pemikiran
kritis, dan berkontribusi dalam distribusi konten, dan aplikasi media digital untuk
kebutuhan terkini sebagai warga negara.
Kajian kali ini adalah membahas fenomena teraktual terhadap tuntutan
perubahan zaman yang mempengaruhi sikap dan perilaku warga negara terutama
dalam konteks partisipasi politik warga negara. Urgensi dalam penulisan artikel
ilmiah ini didasarkan pada asumsi dan temuan yang menjelaskan korelasi antara
literasi digital dengan peningkatan partisipasi politik warga negara.
Hal ini patut menjadi persoalan serius manakala media digital pada saat ini
kerapkali dijadikan media kampanye digital dalam meraup partisipasi atau
minimalnya simpati para warga negara yang aktif dalam media digital. Apalagi
media digital yang berkaitan dengan literasi digital adalah merujuk pada
keterampilan sosial dan budaya yangterintegrasi dalam jaringan serta berbasis pada
keterampilan analisis kritis media sosial. Tentu hal ini menjadi bahan penting dalam
mengembangkan potensi media digital dalam meningkatkan partisipasi politk
warga negara jika dilihat dari aspek utilitas media digital dengan jejaring politik
para actor yang terlibat secara langsung dalam kontestasi politik di negara Indonesia
saat ini.
Masyarakat dalam konteks warga negara muda yang mampu terlibat aktif secara
konsisten dalam dunia digital lebih mudah mengakses informasi dan media
teraktual melalui keterampilan komunikasi dan pemecahan masalah yang
mencakup lima kompetensi media digital seperti yang dijelaskan Hoobs (2010:17):
Mengakses: menemukan dan menggunakan alat media dan teknologi secara
terampil dan berbagi informasi yang relevan dengan orang lain; (2) Menganalisis
dan mengevaluasi: memahami pesan dan menggunakan berpikir kritis untuk
menganalisis kualitas pesan, kebenaran, kredibilitas, dan sudut pandang, sambil
mempertimbangkan potensi efek atau konsekuensi dari pesan; (3)
Membuat/mendaya-cipta: menulis atau menghasilkan konten menggunakan
kreativitas dan kepercayaan yang berbasis pada ekspresi diri, dengan kesadaran
akan tujuan, audiensi, dan teknik; (4) Kompetensi Renungan/kontemplasi :
menerapkan tanggung jawab sosial dan prinsip-prinsip etis terhadap identitas diri
sendiri dan pengalaman hidup, perilaku komunikasi, dan perilaku; dan (5) bekerja
secara individual serta kolaboratif untuk berbagi pengetahuan dan memecahkan
masalah dalam keluarga, tempat kerja, dan komunitas, dan berpartisipasi sebagai
anggota komunitas di tingkat lokal, regional, nasional, dan internasional.
Hal di atas menunjukan betapa besarnya potensi yang dimiliki warga negara
saat ini apalagi jika diintegrasikan dengan kegiatan pendidikan politik yang
berkualitas. Melalui proses pendidikan politk digital yang tepat, maka pencapaian
karakter dan perilaku yang mencerminkan partisipasi politk warga negara akan
lebih mudah diwujudkan.
Domain partisipasi politik seringkali dimaknai hanya sebagai konsep normatif
jika kita analisis dari berbagai literature politik. Acapkali partisipasi politik selalu
dikaitkan dengan pendidikan politik, media massa, politik kepentingan dan
kaitannya dengan pemilu. Padahal jika dilihat dari subtansi makna dan pola
keterikatan perilaku warga negara saat ini, partisipasi politik mampu diubah
wujudnya menjadi lebih efektif dan efisien serta tepat sasaran dengan berkolaborasi
melalui kehadiran media digital yang mampu menjaring suara dan simpati warga
negara dalam perspektif pemilu dan konstestasi kekuasaan yang lainnya.
Indonesia merupakan salah satu negara yang menggunakan sistem demokrasi
dalam struktur penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan. Konsep demokrasi dan
partisipasi politik merupakan dua kata kunci yang tidak dapat dipisahkan satu sama
lain serta saling memperkuat dalam dimensi kewarganegaraan yang berkualitas.
Beberapa indikator dalam demokrasi yang sering kita temui di antaranya adlah
partisipasi, hak asasi warga negara, serta perlindungan warga negara dalam aspek
hukum dan pemerintahan.
Bentuk partisipasi politik yang sangat penting dan besar pengaruhnya bagi
warga negara adalah keikutsertaan dalam pemilihan umum dan proses pegambilan
keputusan yang melibatkan warga negara lainnya. Secara umum partisipasi politik
merupakan kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif
dalam kehidupan warga negara secara politis, antara lain dengan jalan memilih
pimpinan birokrasi dan pemerintahan serta secara langsung maupun tidak langsung
untuk mampu mempengaruhi kebijakan politik yang dirumuskan dan dibuat oleh
lembaga penyelenggara negara.
Partisipasi merupakan upaya atau bias dikatakan sebuah proses pemberdayaan
masyarakat, sehingga dengan demikian masyarakat diharapkan mampu
menyelesaikan masalah yang dihadapinya sendiri melalui kemitraan, transparansi,
tanggung jawab, dan kesetaraan. Di Indonesia, landasan yuridis pelaksanaan
partisipasi masyarakat diperkuat oleh UUD NRI tahun 1945 yang menyebutkan
bahwa partisipasi merupakan hak dasar warga negara, dan salah satu bentuk
partisipasi warga negara dalam bidang politik merupakan salah satu di antaranya.
TINJAUAN PUSTAKA
Partisipasi Politik
Kali ini kita akan membahas variable yang penting untuk dikaji. Menurut
Davis (2001:7) “Partisipasi adalah keterlibatan pikiran dan emosi seseorang dalam
situasi kelompok yang memberikan semangat untuk menyokong kepada tujuan
kelompok dan mengambil bagian tanggung jawab untuk kelompok itu sendiri.”
Dalam sumber lain diperkuat oleh Sumarto dan Hetifa (2003) yang mengatakan
bahwa partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik
yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsungmelalui lembaga
perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasi.
Menurut Rush and Althoff (2010:139) Partisipasi Politik adalah keterlibatan
individu dalam berbagai sistem dan aktivitas politik. Aktivitas politik tersebut bisa
bergerak dari keterlibatan sampai pada keinginan untuk menduduki jabata tertentu.”
Sedangkan Menurut Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson dalam No Easy
Choice: Political Participation in Developing Countries (1997 :3) menyatakan
“Partisipasi Politik merupakan kegiatan warga yang bertindak sebagai pribadi-
pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh
Pemerintah.”
Masih dalam penjelasan mengenai konsep partisipasi politik menurut
Almond dan Verba (2005:12) menjelaskan beberapa bentuk partisipasi politik yaitu
:
1. Konvensional adalah pemberian suara (Voting), Diskusi Politik, Kampanye,
membentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan, dan komunikasi
individual dengan pejabat Politik dan administratif.
2. Non konvensional adalah pengajuan petisi, berdemonstrasi, konfrontasi,
mogok, tindakan kekerasan politik terhadap harta benda (pengerusakan,
pengeboman, dan pembakaran), tindakan kekerasan politik terhadap
manusia (penculikan dan pembunuhan), serta perang gerulya dan revolusi.
Sejalan dengan UU No. 8 Tahun 2012 pada pasal 246 Ayat (1&2) yang
menegaskan bahwa Pemilu diselenggarakan dengan Partisipasi masyarakat,
Partisipasi masyarakat sebagaimana dimaksudkan pada pasal (1) dapat
dilaksanakan dalam bentuk Sosialisasi Pemilu, pendidikan Politik bagi Pemilih,
survey atau jajak pendapat tentang pemilu, dengan ketentuan :
1. Tidak melakukan keberpihakan yang menguntungkan atau merugikan
peserta pemilu;
2. Tidak menggangu proses penyelenggaraan tahapan pemilu
3. Bertujuan meningkatkan partisipasi politik masyarakat secara luas; dan
4. Mendorong terwujudnya suasana yang kondusif bagi penyelenggaraan
pemilu yang aman, damai, tertib, dan lancar.
Sesuai konsep dan pembahasan mengenai partisipasi politik di atas, dapat
disimpulkan bahwa partisipasi politik adalah keterlibatan masyarakat dalam
kegiatan politik dalam rangka mempengaruhi pembuatan keputusan pemerintah
yang salah satunya dengan ikut memberikan aspirasi serta suaranya pada saat
Pemilu serta pengambilan keputusan lainnya daam konteks penyelenggaraan sistem
pemerintahan berbasis nilai demokratisasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan teknologi jika tidak didasari dengan nilai dan moral etis warga
negara yang baik dan cerdas hanya akan menimbulkan masalah baru yakni
degradasi sikap dan moral seabgai dampak dari perkembangan teknologi yang tidak
seimbang dengan penguatan karakter warga negara.
Mengembangkan sikap keterlibatan kewarganegaraan ini tentu harus
membutuhkan prasyarat utama yakni di antaranya adalah pengetahuan tentang
fungsi masyarakat yang demokratis, keterampilan untuk berinteraksi dengan orang
lain dan perubahan perspektif, sikap dan nilai-nilai demokratis seperti tanggung
jawab, keterlibatan sosial, kesetaraan dan kesederajatan, serta reflektif kemampuan
dengan mengembangkan wawasan ke dalam proses sosial (Schuitema, Ten Dam, &
Veugelers, 2008; Westheimer & Kahne, 2004).
Menjadi sebuah perhatian bagi banyak pihak bahwa kebutuhan dalam
menganalisis pola perilaku warga negara memiliki indicator tertentu yang
mengharuskan kita untuk lebih mempelajari kewarganegaraan dan partisipasi
sosiopolitik warga negara dalam pendidikan dan ilmu sosial yang sangat beragam
dan fleksibel serta dinamis (Almond & Verba, 2015, Battistoni, 2017; Derricott,
2014). Konsep kewarganegaraan digital juga dapat dipahami sebagai konsep
multidimensi dan kompleks adalah pendekatan yang relatif baru (Martelli, 2017;
Wang & Xing, 2018). Beberapa penelitian telah meneliti bagaimana transisi
pengguna dari satu tingkat kewarganegaraan digital ke tingkat lain (Choi et al.,
2017).

Dalam perjalanannya, banyak temuan penelitian mengenai literasi digital


dan pola interaksi dan bentuk komunikasi dari warga negara yang sangat
memengaruhi partisipasi dan keteribatan aktif warga negara serta dampak langsung
dari peningkatan literasi digital, salah satunya adalah muatan materi sub-dimensi
kewarganegaraan digital. Kewarganegaraan digital dan partisipasi politik menjadi
dua kata kunci yang mampu mengelaborasi eksistensi peran warga negara yang
bukan hanya menjadi objek keputusan politk belaka, namun diharapkan
bertransformasi menjadi subjek yang dapat mempengaruhi keputusan pemerintah
dalam hal ini penyelenggara kekuasaan dan struktur pemerintahan secara efektif
dan optimal.

Akan tetapi, nampaknya studi literasi digital pada perkembangannya saat


ini lebih menekankan pada variabel psikologis seperti daya dukung penggunaan
media internet dalam mengembangkan partisipasi warga negara, yang mengacu
pada kemampuan pengguna dan kompetensi untuk berhasil menggunakan Internet
dalam memprediksi tingkat keterlibatan warga negara melalui jejaring sosial
berbasis media virtual/ saluran keterlibatan dalam perpektif kewarganegaraan
digital (Livingstone dan Helsper, 2010).

SIMPULAN

Menurut pandangan yang terakhir, didukung oleh temuan beberapa


ilmuwan, konsep literasi digital mencakup beragam keterampilan yang kompleks:
kognitif dan keterampilan sosio-emosional yang dituntut sebagai outcomes hasil
pembelajaran ilmu sosial mencakup PKn di perguruan tinggi. Dikutip dari beberapa
pakar dan cendekiawan mengenai posisi literasi digital dan partisipasi warga
negara, konsep yang terakhir disebut mencakup beragam keterampilan yang
kompleks. Perpaduan kognitif dan keterampilan sosio-emosional warga negara
yang dituntut sebagai kompetensi khas warga negara abad 21 terutama dalam
pengembangan dan peningkatan partisipasi politik warga negara dalam memilih
dan menilai setiap pilihan rasional politis yang ditawarkan kepada warga negara
digital yang sudah memiliki bekal yang cukup dalam memberikan pengaruh secara
politis, baik langsung maupun tidak langsung.

Kompetensi ini sangat penting untuk dikuasai dan dipelajari oleh warga
negara muda terutama para peserta didik atau pelajar yang komposisi peluang
mengakses informasi digital yang serba cepat dan dinamis ini utk dapat menemukan
sendiri jalan pilihan dan peluang untuk memberikan suara dan pendapatnya dalam
konteks partisipasi politik warga negara muda. Selain itu, kemampuan adaptasi
dalam penggunaan serta penyelesaian masalah dalam perspektif literasi digital
sangat dibutuhkan untuk menganalisis isu-isu kontemporer di dalam proses
pembelajaran digital, agar adaptasi berhasil dalam perspektif perubahan cepat
dalam TIK (Eshet-Alkalai, 2012). Perlu diperhatikan bahwa kerangka kerja yang
diadopsi dalam kajian ini berfokus secara eksklusif pada literasi kognitif dan emosi
sosial.

Kajian di atas tentu dibutuhkan lebih banyak studi kualitatif untuk


memajukan diskusi teoretis tentang topik literasi digital dan mencapai pemahaman
yang lebih dalam tentang kajian teoritis mengenai urgensi penguatan literasi digital
dalam pengembangan partisipasi politik warga negara terutama dalam pengambilan
keputusan secara kolektif yang berkorelasi dengan penyelenggara kekuasaan dan
pemerintahan.

Meskipun literasi digital lainnya juga memerlukan penyesuaian seiring


dengan perkembangan dunia maya, adalah perubahan yang diperlukan untuk
menavigasi ruang lingkup virtual yang lebih kompleks, membangun pemahaman
berdasarkan lebih banyak sumber informasi, atau beradaptasi dengan partisipasi
politk yang dinamis dan lebih menantang, memang sangat diperlukan dalam
mengevaluasi proses integrasi kecerdasan literasi digital dengan kemampuan warga
neagra dalam perpektif partisipasi politk warga negara.

Hal yang diharapkan terjadi adalah kompetensi dan capaian kapasitas


sebagai warga negara yang memiliki political literacy dan political efficacy, yakni
pematangan karakter warga negara muda yang menguasai literasi digital dengan
dasar nilai dan moral sebagai warga negara yang baik dan cerdas. Hal yang
diharapkan dapat terwujud dalam korelasi literasi digital dan peningkatan
partisipasi warga negara dalam bidang sosiopolitik adalah proses pematangan
warga negara millennial yang berdasar pada ideology Pancasila serta memegang
teguh prinsip nilai kebangsaan yang dimiliki warga negara sebagai bekal dalam
menentukan keputusan politik bagi kehidupan bermasyarakat. Dari pembahasan di
atas, kelak mereka menjadi warga negara yang secara alamiah mampu berkontribusi
terhadap pengembangan keputusan politik yang berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA
Ala-Mutka, K. (2011). Mapping digital competence: Towards a conceptual
understanding. Luxembourg: Publications Office of the European Union. JRC-
IPTS.
Almond, Gabriel A. 1990. Budaya Politik, Tingkah Laku, dan Demokrasi di Lima
Negara. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara

Battistoni, R. M. (2017). Civic engagement across the curriculum: A resource book


for service-learning faculty in all disciplines. Stylus Publishing, LLC.
Choi, M., Glassman, M., & Cristol, D. (2017). What it means to be a citizen in the
internet age: Development of a reliable and valid digital citizenship scale.
Computers & Education, 107, 100–112.
Davis, Keith dan Newstrom. (2001). Perilaku Dalam Organisasi, Edisi ketujuh,
Jakarta: Penerbit Erlangga

Hoobs, Rene. 2010. Digital and Media Literacy : A Plan Of Action. The Aspen
Institute Communication and Sociey Program. Washington DC. The Aspen
Institute.
Schuitema, J., Ten Dam, G., & Veugelers, W. (2008). Teaching strategies for moral
education: A review. Journal of Curriculum Studies, 40, 69–89. http://dx.doi.org/
10.1080/00220270701294210.

Eshet-Alkalai, Y. (2012). Thinking in the digital era: A revised model for digital
literacy. Issues in Informing Science and Information Technology, 9, 267–276.

Helsper, E. J., & Eynon, R. (2013). Distinct skill pathways to digital engagement.
European Journal of Communication, 28, 696–713.

Livingstone, S., & Helsper, E. (2010). Balancing opportunities and risks in


teenagers' use of the internet: The role of online skills and internet self-efficacy.
New Media & Society, 12(2), 309–329.

P. Huntington, Samuel dan Joan M. Nelson. 1997. No Easy Choice:Political


Participation In Developing Countries Cambridge. mass: Harvard
University Press

Rush, Michael dan Althoff, (2010). Pengantar Sosiologi Politik . Jakarta: Rajawali

Sumarto dan Hetifa Sj. 2003.“Inovasi, Partisipasi dan Good governance”.


Bandung: Yayasan Obor Indonesia

van Deursen, A., & van Dijk, J. (2008). Measuring digital skills. Performance tests
of operational, formal, information and strategic internet skills among the Dutch
population. Retrieved April 9th, 2017

Van Deursen, A. J. A. M., & van Dijk, J. A. G. M. (2014). Digital skills, unlocking
the information society. New York, NY: Palgrave Macmillan.

Westheimer, J., & Kahne, J. (2004). What kind of citizen? The politics of
educating for democracy. American Educational Research Journal, 41(2), 1–26.
http://dx.doi. org/10.3102/00028312041002237.

UU No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan


Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai