Anda di halaman 1dari 4

RESUME JURNAL

URGENSI PENGELOLAAN PENDENGUNG (BUZZER)


MELALUI KEBIJAKAN POLITIK GUNA MENDUKUNG
STABILITAS POLITIK DI INDONESIA

THE URGENCY OF BUZZER MANAGEMENT TROUGH A


PUBLIC POLICY IN ORDER TO SUPPORT THE POLITICAL
STABILITY IN INDONESIA

OLEH

NI MADE ETHA ASTRINITA


2113511031
KELAS B

FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN


UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN AJARAN 2021/2022
Judul : Urgensi Pengelolaan Pendengung (Buzzer) melalui Kebijakan
Politik Guna Mendukung Stabilitas Politik di Indonesia
Tahun : 2020
Penulis : Boy Anugerah

Latar Belakang
Jurnal ini memiliki latar belakang berdasarkan survei yang dilakukan oleh
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2017, bahwa
sedikitnya 143,26 juta jiwa dari total 262 juta penduduk Indonesia menggunakan
internet. Dari Jumlah 143,26 juta jiwa tersebut, 81,3 % digunakan untuk mengakses
media sosial. Ada banyak platform media sosial yaitu Facebook, Twitter, Youtube,
Instagram serta Whatsapp. Kemunculan berbagai platform media sosial tersebut
memunculkan berbagai istilah bagi para penggunanya. Ada istilah netizen,
followers, influencers, hingga buzzer atau yang disebut juga pendengung.
Eksistensi para pendengung mulai muncul pada tahun 2009, ketika media
sosial twitter mulai diterima di kalangan masyarakat. Hasil penelitian Indonesia
Corruption Watch (ICW) pada akhir Agustus 2020 juga menyebutkan terdapat
kecenderungan bahwa pendengung kerap digunakan oleh pemerintah untuk
mengamankan kebijakan-kebijakannya. Ada banyak penelitian yang sudah
dilakukan oleh para peneliti sebelumnya untuk mencemati ekses-ekses negatif yang
ditimbulkan oleh para pendengung politik. Hingga ada peneliti yang menawarkan
perbaharuan yakni tentang telaah mengenai fenomena pendengung di media sosial
dari sudut pandang ilmu politik dan kebijakan publik.
Tujuan Penulisan Jurnal
Secara garis besar jurnal ini dibuat dengan tujuan untuk menyuguhkan
rekomendasi kebijakan kepada pemerintah selaku perumus kebijakan (policy
maker) dalam mengelola aktivitas para pendengung sehingga dampak negatif dari
eksistensi mereka dapat direduksi seminimal mungkin.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif namun
secara khusus penelitian ini dijalankan dengan pendekatan kualitatif deskriptif.
Dalam penelitian ini dicermati bahwa aktivitas pendengung di ranah politik dan
implikasinya terhadap stabilitas politik tanah air. Objek yang diteliti juga menuntut
peneliti untuk menggunakan kapasitas kognitifnya dalam melihat, mencermati,
serta mengkontruksi pemahaman melalui proses pengumpulan data yang relevan
dan kredibel. Pada penelitian ini menggunakan teknik desk research untuk
pengumpulan data (collection data method).
Hasil Penelitian
Dalam jurnal ini disebutkan bahwa hasil penelitiannya meliputi:
1. Pendengung Politik
Para pendengung yang awalnya beroperasi dalam ranah bisnis sekarang
sudah sampai ke ranah politik. Pendengung politik secara garis besar dibagi
menjadi dua yakni pendengung independen yang memiliki karakter yang
bebas dan tidak terikat oleh kelompom atau organisasi apapun dan
pendengung relawan yang memiliki keterikatan dan persinggungan yang
erat dengan figur yang mereka dukung.
2. Ekses Negatif Terhadap Stabilitas Politik
Realitas empirik di tanah air ditambah dengan telaah historis di negara lain
menunjukkan beberapa dampak negatif dari eksistansi dan operasi yang
dilakukan oleh pendengung politik di media sosial terhadap instabilitas
politik nasional, dampak negatifnya yaitu :
- Globalisasi yang membawa kemajuan di bidang teknologi informasi dan
komunikasi melalui kemunculan media sosial menjadi sarana dan
infrastruktur virtual untuk memperkuat komunikasi dan kohesi
masyarakat hal ini dapat disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk
kepentingan pribadi dan golongan untuk merusak kohesi sosial
masyarakat.
- Indonesia merupakan sebuah entitias sosial dan politik yang disusun
atas keberagaman namun pendengung politik menhembuskan narasi-
narasi yang merusak persatuan dan kesatuan bangsa di media sosial.
- Demokrasi indonesia sudah bererak maju pasca terjadinya reformasi
politik 1998 silam namun didengungkan oleh pendengung di media
sosial.
- Pada era globalisasi dan disrupsi saat ini, postur ancaman, gangguan,
hambatan dan tantangan telah mengalami pergeseran yang signifikan.
- Keberadaan pendengung politik mempengaruhi citra pemerintah di
mata publik.
3. Ketiadaan Regulasi
Akar dari berbagai ekses negatif yang ditimbulkan oleh keberadaan dan
aktivitas pendengung politik tersebut pada dasarnya terletak pada ketiadaan
regulasi atau kebijakan dalam pengelolaannya. Ketika sebuah isu muncul di
masyarakat, namun tidak disikapi melalui pengaturan dan mekanisme
hukum yang memberikan konsekuensi hukum, maka isu tersebut akan terus
menggelinding menjadi sebuah persoalan yang kian membesar. Karena
sebuah regulasi atau kebijakan politik menjadi kata kunci untuk mengatur
eksistensi para pendengung politik.
Kesimpulan
Kesimpulan pada jurnal yang bisa ditarik adalah bahwa pendengung pada
awalnya beroperasi dalam ranah bisnis sekarang kiprah pendengung sudah
menyentuh garis batas dan merengsek masuk ke ranah politik. Para pendengung
beroperasi pada relung-relung gelap media sosial dengan menggunakan akun
anonim dan palsu sehingga tidak dapat terlacak keberadaannya. Adanya perendung
politik menyebabkan banyak munculnya dampak negatif terhadap stabilitas politik.
Kelebihan dan kekurangan
Kelebihan penelitian ini adalah pemaparan materi yang mudah dipahami,
sementara itu kekurangannya terletak pada ketidakadaan tabel maupun diagram
yang menggambarkan seberapa banyak pendengung politik yang ada di setiap
tahunnya.

Anda mungkin juga menyukai