Anda di halaman 1dari 8

E-Kapok : Edukasi Politik Kekinian

Melalui Konten Kreatif


(Strategi Menekan Dampak Negatif Perbedaan Pilihan Politik Masyarakat)

EDCONEX ESSAY COMPETITION 2018

“Dampak Perbedaan Pilihan Politik terhadap Kehidupan Bermasyarakat”

Disusun oleh : Winarti

Instansi : STKIP Muhammadiyah Sampit

Sampit

Tahun 2018
2

E-Kapok : Edukasi Politik Kekinian Melalui Konten Kreatif


(Strategi Menekan Dampak Negatif Perbedaan Pilihan Politik Masyarakat)

Latar Belakang Gagasan


Tahun 2018 hingga 2019 masyarakat Indonesia dihadapkan pada pilihan-
pilihan politik yang menjanjikan suka cita bagi masa depan Indonesia. Dalam
prosesnya, segala upaya dilakukan oleh para calon “pemimpin Indonesia masa
depan” untuk menarik simpati masyarakat. Positifnya, hal tersebut mendorong
meningkatnya partisipasi politik masyarakat Indonesia. Misalnya di Jawa Barat
dan Jawa Timur, meningkat hingga mencapai lebih dari 70%. Namun sayangnya,
tingginya partisipasi politik masyarakat ini tidak dibarengi dengan sikap
kedewasaan berpolitik. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya kasus
perpecahan dan bentrok antar pendukung partai politik. Kekacauan-kekacauan
seperti bentrok antar masa di area Car Free Day Jakarta, bentrok massa di depan
KPU, hingga serangkaian isu SARA dan ujaran kebencian yang ramai di media
sosial mewarnai jalannya perpolitikan Indonesia akhir-akhir ini. Dilansir dari
www.bbc.com menurut direktur lembaga survey Lingkar Madani Indonesia
(LIMA) isu politik SARA memiliki dampak psikologis jangka panjang yang
sangat kuat hingga mampu membuat masyarakat menjadi terbelah.
Kerentanan masyarakat terhadap provokasi dan isu SARA tersebut
ditenggarai oleh minimnya kesadaran dan pengetahuan politik yang sehat dan
benar. Hal ini membuat masyarakat mudah untuk disetir dan dimanfaatkan oleh
oknum-oknum yang berkepentingan. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah
untuk menekan penyimpangan-penyimpangan pada praktik pemilu melalui Badan
Pengawas Pemilu (Banwaslu). Namun dalam praktiknya, penyelenggara pemilu
banyak mengalami kendala terkait dengan upaya-upaya pencegahan dan
pendeteksian kecurangan- kecurangan pemilu. Salah satunya yaitu terbenturnya
gerak Banwaslu oleh Undang-Undang Pemilu yang belum mengatur isu SARA
secara jelas.
Oleh karena itu, menurut penulis penyelenggara pemilu dalam hal ini
Banwaslu perlu membangun tindakan preventif yang mengakar pada
permasalahan masyarakat. Tindakan tersebut terkait dengan peningkatan
3

pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap praktik politik yang sehat dan
benar. Dengan meningkatnya pemahaman politik yang benar, maka masyarakat
tidak akan mudah diadu domba dan dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang
berkepentingan yang dapat berujung pada runtuhnya persatuan dan kesatuan
bangsa. Untuk menjalankan misi ini, penulis menawarkan gagasan dengan metode
kekinian yang efektif dan efisien yaitu penggunaan konten kreatif sebagai media
edukasi politik.

Edukasi Politik Kekinian Melalui Konten Kreatif


Melalui tulisan ini, penulis menjabarkan sebuah gagasan strategi aplikatif
sebagai upaya untuk menekan dampak negatif perbedaan pilihan politik yang
dapat berujung pada perpecahan. Penulis memberi judul pada gagasan ini dengan
“E-Kapok : Edukasi Politik Kekinian Melalui Konten Kreatif” karena strategi ini
menitikberatkan konten kreatif sebagai senjata edukasi politik. Konten kreatif
merupakan salah satu substansi yang paling diminati pengguna internet saat ini.
Berbagai macam meme, vlog (video blog), film pendek, video lucu,
cartoons/ilustrasi dan berbagai jenis tampilan visual maupun audiovisual lainnya
sangat mudah menjadi popular dan viral di masyarakat.

Gambar 1 : Most Active Social Media Platforms


Sumber:https://inet.detik.com/cyberlife/d-3912429/130-juta-orang-indonesia-
tercatat-aktif-di-medsos
4

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh We Are Social yang bekerjasama


dengan Hootsuite, terangkum dalam laporan yang berjudul 'Essential Insight Into
Internet, Social Media, Mobile, and Ecommerce Use Around the World' menyebutkan
bahwa Indonesia memiliki 132,7 juta orang yang aktif sebagai pengguna internet
dimana 130 juta diantaranya merupakan pengguna media sosial aktif. Angka tersebut
merupakan separuh dari populasi Indonesia saat ini. Media sosial yang menduduki 3
posisi teratas sebagai media sosial yang paling aktif yaitu Youtube sebesar 43%,
Facebook 41% dan WhatssApp 40%. Ketiga media sosial ini merupakan media yang
banyak memuat konten-konten kreatif dan cepat dalam penyebaran isu.
Lebih lanjut, hasil survey APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia) dilansir dari www. kompas.com pada tahun 2018 mengatakan bahwa
pengguna internet Indonesia didominasi oleh kalangan muda hingga dewasa
dengan masing-masing persentase 75,50 persen di rentang usia 13-18 tahun dan
74,23 persen berusia 19-34 tahun. Kalangan ini notabene adalah pemilih muda
yang rentan terhadap isu politik .
Dengan pertimbangan tingginya pengguna media sosial, ketercepatan
penyebaran informasi dan efisiensi, maka menurut penulis tren tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai sarana edukasi politik. Selain itu, dipandang dari segi
efektifitas, internet dalam hal ini media sosial di era sekarang telah berkembang
sebagai media massa yang memiliki pengaruh besar. Media massa, menurut
Hypodermic Needle Theory dianggap memiliki kemampuan penuh dalam
mempengaruhi seseorang, media massa sangat perkasa dengan efek yang
langsung kepada masyarakat. Sebagai contoh, penelitian Jeffrey Gottfried dan
Elisa Shearer (News Across Social Media Platform 2016) terungkap bahwa 62%
atau 6 dari 10 orang dewasa AS memperoleh informasi lewat medsos. Selebihnya,
38% dari sumber lain. Artinya opini publik sebagian besar warga AS sangat
dipengaruhi berita dari medsos. Maka, titik tumpu yang perlu di pikirkan adalah
bagaimana mengemas konten yang ingin disampaikan melalui media massa
tersebut menjadi sesuatu yang menarik dan diminati. Bersadarkan tren saat ini,
konten kreatif merupakan solusinya.
Berangkat dari latar belakang dan asumsi-asumsi tersebut, penulis
menggagas sebuah strategi edukasi politik melalui konten kreatif dengan
5

memanfaatkan media sosial dan internet sebagai media penyebarluasannya.


Secara teknis, rancangan strategi tersebut digambarkan dalam skema berikut :

Gambar 2: Skema Strategi Edukasi Politik Kekinian


Secara rinci, berikut langkah-langkah strategi edukasi politik kekinian melalui
konten kreatif :
1. Sinergisitas
Untuk melaksanakan strategi E-Kapok ini, perlu sinergisitas antara
penyelenggara pemilu dengan berbagai pihak seperti Kominfo, Komisi
Penyiaran Indonesia, industri kreatif, platforms media sosial seperti Youtube,
Facebook, Instagram dan pihak lain yang memungkinkan luntuk menciptakan
tren dan merangkul banyak pihak kreatif untuk berpartisipasi.
2. Menjaring Pihak Kreatif dan Memberikan Penghargaan
Menggandeng sebanyak-banyaknya pihak kreatif baik dalam karya visual
maupun audiovisual seperti para youtubers, influencer, graphic desainer,
selebgram, komikus, meme comic dan masyarakat kreatif lainnya untuk
berpartisipasi dalam membuat konten kreatif yang mengandung muatan
edukasi politik. Langkah ini dapat dikemas secara nasional berupa himbauan,
tantangan maupun kompetisi konten kreatif sebagai bentuk kontribusi generasi
kreatif terhadap Indonesia. Memberikan penghargaan dapat menjadi salah satu
kunci keberhasilan dalam tahap ini. Selain didorong oleh rasa nasionalisme,
tentu akan lebih banyak pihak yang tertarik untuk ikut melakukan gerakan ini
jika usahanya dihargai. Semakin banyak kreator konten kreatif yang
6

berpartisipasi, maka semakin banyak pula masyarakat yang akan mendapat


pengaruh (edukasi) bermuatan politik damai tersebut.

Gambar 3 : views (jumlah tayang) konten konvensional dengan konten kreatif


Melalui konten kreatif, dalam bentuk visual maupun audio visual, edukasi
politik dapat disampaikan dengan “santai” kepada masyarakat sehingga akan
menekan angka penolakan atau sentimen dari masyarakat sebelum pesan itu
tersampaikan. Banyak masyarakat yang anti terhadap isu-isu politik sehingga
cenderung memiliki pengetahun yang rendah terhadap politik. Akan berbeda
halnya jika pengetahuan politik tersebut dikemas dalam konten yang menarik
dan kekinian. Dikemas dalam konsep lucu atau bernilai seni tinggi, media
sosial mampu mengantarkan edukasi politik sebagai suatu isu yang viral dan
berpengaruh.

Gambar 4 : Simulasi penerapan E-Kapok di media sosial


7

3. Sinergisitas Konten Kreatif dan Sarana Prasarana Pemilu


Produk kreatif yang telah dihasilkan oleh para pelaku kreatif dapat
dimanfaatkan secara luas sebagai sarana edukasi politik secara langsung untuk
memperluas gerakan serta menjangkau masyarakat yang tidak tersentuh
internet. Misalnya dengan penggunaan poster kreatif edukasi pemilu dalam
bentuk cetak, slogan politik dalam desain yang menarik, ataupun audio dan
audiovisual yang ditayangkan/diperdengarkan di tempat/fasilitas publik
beberapa pekan sebelum pemilu untuk menciptakan pengaruh psikologis.
Produk-produk ini juga dapat dimanfaatkan untuk dekorasi TPS (Tempat
Pemungutan Suara) sehingga memiliki fungsi ganda, selain sebagai dekorasi,
juga sebagai sarana edukasi. Gambar dan tayangan yang kreatif tentu akan
membekas dan menarik untuk dilihat, sehingga memiliki kemungkinan lebih
besar untuk dapat mempengaruhi massa.

Penutup
Peningkatan partisipasi politik harus dibarengi dengan peningkatan
pemahaman yang benar tentang politik. Masyarakat demokrasi yang besar akan
berujung pada perpecahan jika tidak memiliki sikap kedewasaan dalam berpolitik.
Edukasi politik perlu terus disisipkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia agar
pemilihan umum yang aman dan damai dapat terwujud.
Untuk menanamkan nilai-nilai edukasi politik, diperlukan strategi yang
sesuai dengan perkembangan zaman. Edukasi politik akan lebih mudah diterima
masyarakat jika dikemas dalam cara yang menarik. Salah satu cara yang dapat
ditempuh adalah dengan menggunakan strategi E-Kapok, yaitu edukasi politik
kekinian melalui konten kreatif. Pemerintah melalui pihak yang berwenang dalam
penyelenggara Pemilu perlu menggandeng para kreator kreatif untuk menciptakan
konten-konten kreatif bermuatan edukasi politik. Pesan edukasi politik yang
disampaikan melalui konten kreatif akan lebih mudah diterima dan diserap oleh
masyarakat. Penulis berharap, gagasan dalam tulisan ini dapat menjadi
rekomendasi bagi pemerintah untuk mewujudkan pemilu yang damai dan
memperkuat persatuan Indonesia.
8

DAFTAR PUSTAKA

CNN Indonesia. (2018, Agustus 08). Survei LIPI : Isu SARA Berpotensi hambat
Pemilu 2019. Diambil kembali dari:
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180808090003-32-
320434/survei-lipi-isu-sara-berpotensi-hambat-pemilu-2019
Kompas. (2018, Februai 22). Mayoritas Orang Indonesia Bisa Internetan Seharian.
Diambil kembali dari:
https://tekno.kompas.com/read/2018/02/22/12010087/mayoritas-orang-
indonesia-bisa-internetan-seharian
Kompasiana. (2015, Juni 23). Teori Peluru atau Jarum Hipodermik. Diambil
kembali dari
https://www.kompasiana.com/igaceper/54f781c2a33311a0718b45db/teori-
peluru-atau-jarum-hipodermik
Martini, R. 2012. Birokrasi dan Politik. Semarang : LP2M Undip
Media Indonesia. (2017, September 30). “Opini Publik dari Media Sosial”.
Diambil kembali dari: http://mediaindonesia.com/read/detail/124901-opini-
publik-dari-media-sosial
Wahyuni, Isti Nursih. 2014. Komunikasi Massa. Yogyakarta : Graha Ilmu.
We Are Social. (2018, Januari 30). Digital In 2018 : World’s Internet Users Pass
The 4 Billion Mark. Diambil kembali dari:
https://wearesocial.com/blog/2018/01/global-digital-report-2018

Anda mungkin juga menyukai