Anda di halaman 1dari 13

Tugas Review Buku

Nama : Tobi Bagustian Tanjung


Npm : 1802040042
Kelas : 6A Pagi
Mata kuliah : Sastra Nusantara
Dosen Pengasuh : Dr. Mhd. Isman, M.Hum

1) Buku Novel Hujan Bulan Juni

Hujan Bulan Juni – Sebuah novel karya Sapardi Djoko Damono yang diterbitkan
oleh Gramedia pada Juni 2015. Novel setebal 135 halaman ini menceritakan tentang kehidupan
antara dua sejoli (Sarwono & Pingkan) yang penuh liku. Di dalam tulisannya, Sapardi Djoko Damono
tetaplah memunculkan ciri khasnya yang lihai dalam membuat kalimat. 

Banyak kalimat yang terbaca seperti sebuah syair dalam setiap percakapan. Muncul juga beberapa
kalimat percakapan yang menggunakan bahasa Jawa pada di dalam novel ini. Disisipkan juga
beberapa bait puisi yang menambah bumbu romantika dalam sebuah kehidupan dan hubungan.

Novel Hujan Bulan Juni - Sapardi Djoko Damono


Judul : Hujan Bulan Juni
Penulis : Sapardi Djoko Damomo
Reviewer: Tobi Bagustian Tanjung
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : Juni 2015
ISBN : 9786020318431
Tebal : 135 Halaman
Sosok Sarwono adalah dosen muda yang mengajar Antropolog yang lihai dalam membuat baitan puisi
memenuhi sudut surat kabar ini menjalin hubungan dengan Pingkan, Pingkan sendiri merupakan
dosen muda di prodi Jepang. Pada dasarnya mereka sudah kenal sejak lama, apalagi Sarwono sendiri
adalah teman dari kakak Pingkan, Toar. 

Mereka pun bingung sampai kapan hubungan ini dapat berlanjut ke pernikahan. Sebuah prosesi yang
membutuhkan pemikiran dan tahap lebih dewasa. Sementara pada saat ini, mereka masih asyik
dengan status pacaran sekarang.

Ada banyak likuan hidup yang dihadapi Sarwono dengan Pingkan. Terlebih mereka adalah sosok
yang berbeda dari kota, budaya, suku, bahkan agama. Sarwono yang dari kecil hidup di Solo, sudah
pasti orang Jawa. Sedangkan Pingkan adalah campuran antara Jawa dengan Menado. Ibu Pingkan
adalah keturunan Jawa yang lahir di Makassar, sedangkan bapak Pingkan berasal dari Menado. 

Di sini mereka berdua tidak mempersoalkan apa itu suku beda, ataupun keyakinan yang berbeda. Ya
Sarwono yang sangat taat pada agamanya (Islam), dan sosok Pingkan yang juga meyakini agama
(Kristen) sepenuh hati.

Permasalahan tentang agama ini dicuatkan oleh keluarga besar Pingkan yang di Menado. Dengan
berbagai cara mereka selalu bertanya pada Pingkan tentang hubungannya dengan Sarwono.
Pertanyaan yang terlihat berniat menyudutkan, berharap Pingkan tidak melanjutkan hubungan dengan
Sarwono. Harapan keluarga besarnya adalah dia menikahi sosok dosen muda yang pernah kuliah di
Jepang dan sekarang mengajar di Manado. 

Sosok pemuda yang dari dulu juga menaksir Pingkan. Namun dengan berbagai upaya, Pingkan tetap
bersikukuh mempertahankan hubungan itu dengan serius. Bahkan, dia berencana kalau menikah akan
meninggalkan Menado dan tinggal selamanya di Jakarta. Tempat dia berkerja sebagai dosen.

Hubungan asmara Pingkan dan Sarwono ini tidak hanya mendapatkan aral dari keluarga besar
Pingkan saja. Ketika Pingkan berhasil mendapatkan beasiswa ke Jepang, Sarwono merasa kehilangan
dan ketakutan. Ketakutannya bukan dari keraguannya atas cinta Pingkan, namun lebih pada
kehidupan dan orang yang ada di Jepang. 

Yah, di Jepang ada sosok sontoloyo Katsuo. Katsuo sendiri adalah dosen Jepang yang pernah kuliah
di UI, tempat Sarwono dan Pingkan mengajar sekarang. Dan selama di Indonesia, Katsuo sangat dekat
dengan Pingkan.

Tidak hanya alur tentang bagaimana Sarwono menahan diri dan meyakinkan dirinya sendiri kalau
Pingkan tetap setia padanya. Di sini juga ada cerita bagaimana Sarwono harus kuat melawan batuk
yang tidak berkesudahan. 

Batuk yang pada akhirnya membuat dia harus terkapar di pembaringan Rumah Sakit. Ada juga kisah
tentang arti dari penamaan Pingkan, ya nama Pingkan diambil dari sebuah cerita yang sudah
melegenda di Menado.
Berikut beberapa kutipan kalimat ataupun puisi yang ada di dalam novel ini;

“Tanpa aku kirim pun, karena puisi itu shaman tentu pesannya sudah sampai ke Kyoto. Ia merasa
puas dengan pernyataannya sendiri – Halaman 8”

“Apa dosa dan salahku maka aku telah mencintai laki-laki Jawa yang sering zadul mikirnya ini? –
Halaman 36”

“Yang aku cintai adalah Matindas yang lain-Tuama Minahasa yang bisa menaklukkan hatiku –
Halaman 57”

Katamu dulu kau takkan meninggalkanku


Omong kosong belaka!
Sekarang yang masih tinggal
Hanyalah bulan
Yang bersinar juga malam itu
Dan kini muncul kembali
(Hujan Bulan Juni – Halaman 94)

Kita tak akan pernah bertemu;


Aku dalam dirimu
Tiadakah pilihan
Kecuali di situ?
Kau terpencil dalam diriku
(Hujan Bulan Juni – Halaman 133)

Sungguh alur cerita yang sulit untuk ditebak. Tulisan yang membuat pikiran melayang-layang seperti
seorang penyair yang pandai memuji, namun kerap kali terlihat rapuh dan mudah meneteskan airmata.
Pergolakan hati yang terus bertanya bagaimana mungkin aku bisa tetap meyakinkan diri ini dalam
suatu hubungan, kalau kenyataannya kita sekarang berjauhan. 

Novel ini benar-benar membuat kita terhanyut dalam alurnya ketika sedang membaca. Aku
rekomendasikan untuk membaca novel ini dan memilikinya, sebuah novel dengan cara penulisan yang
berbeda serta penuh syair di setiap kalimatnya.
2) REVIEW BUKU

Judul Buku: Islam Melayu VS Jawa Islam:

Menelusuri Jejak Karya Sastra Sejarah Nusantara

Penulis : Maharsi Resi

Reviewer : Tobi Bagustian Tanjung

Penerbit : Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Tahun : Cetakan Pertama, Februari 2010

ISBN : 978-602-8479-86-8

Tebal : 207 + viii

MENGGALI MAKNA MITOS DALAM SASTRA

DAN BUDAYA NUSANTARA

A. Pendahuluan

Masyarakat Nusantara kaya akan tradisi lama yang telah mereka warisi dari

nenek moyang mereka. Sampai sekarang masyarakat Nusantara masih dapat

menikmati berbagai khazanah budaya yang tidak ternilai harganya. Salah satu

peninggalan nenek moyang tersebut adalah dalam bentuk karya sastra, baik karya

sastra yang hidup di kalangan masyarakat umum maupun karya sastra yang

berkembang di istana.

Untuk menggali dan memahami berbagai khazanah budaya di atas, studi Islam

Melayu dan Jawa Islam dalam sastra sejarah Nusantara, buku Islam Melayu Vs Jawa

Islam: Menelusuri Jejak Karya Sastra Nusantara1 karya Maharsi Resi2 ini

memfokuskan pada karya sastra sejarah Nusantara. Karya sastra sejarah ini menarik

1 Buku ini terdiri dari 5 bab. Bab I membahas Karya Sastra Sejarah Nusantara, Bab II

menjelaskan Sinopsis Teks Sejarah Melayu dan Babad Tanah Jawi, Bab III mendeskripsikan
Struktur

Islam Melayu dan Jawa Islam, Bab IV menyoiroti Nilai Islam dalam Sastra Sejarah Nusantara,
dan

Bab V adalah Penutup.

untuk dibahas karena isinya menceritakan tentang latar belakang dan asal-usul serta
nenek moyang masyarakat Nusantara.

Studi atas sastra sejarah Nusantara merupakan kajian yang perlu diapresiasi

karena sudah banyak penulis yang memberikan perhatiannya dan telah menulis

karyanya dalam bidang ini. Dalam kajian ini, menunjukkan bahnwa Islam di wilayah

Nusantara tidak hanya dipahami sebagai “agama”, tetapi juga sudah merupakan

identitas diri dalam kehidupan masyarakat.

Meskipun banyak ahli yang memperdebatkan tentang historisitas karya sastra

jenis ini, namun karya sastra Nusantara ini bagi pendukungnya tetap diyakini sebagai

sejarah nenek moyangnya. Bahkan yang lebih menarik lagi karya sastra sejarah

Nusantara ini berkembang pada masa Islam di Nusantara. Oleh beberapa ahli

menyatakan bahwa Islam merupakan pencetus lahirnya jenis karya sastra (sejarah)

ini di Nusantara. Sudah tentu, unsur-unsur Islam yang terkandung dalam sastra

sejarah sangat urgen dan menarik untuk dikaji lebih mendalam.

B. Theoritical Framework

Beberapa ahli menyebutkan bahwa Islam sebagai pencetus lahirnya jenis karya

sastra sejarah di Nusantara. Sebagai karya sastra yang sebagian besar ditulis setelah

datangnya agama Islam, karya sastra Nusantara banyak mengandung unsur-unsur

Islam yang berkembang saat itu. Bahkan, dalam karya sastra sejarah Nusantara ini

akan dapat dipahami bagaimana warna keislaman yang terdapat dalam suatu

masyarakat pendukung karya itu.

Fakta tersebut itulah yang mendasari penolakan argumen bahwa Islam

Nusantara diperkenalkan oleh para pedagang. Jika memang demikian, mengapa

Islam baru kelihatan secara nyata pada abad 13. Padahal, wilayah Nusantara sudah

dikunjungi oleh para pedagang Islam sejak abad VII dan VIII. Untuk menjawab

persoalan mendasar tersebut, buku ini menawarkan sebuah kajian dengan

pendekatan dan fokus yang berbeda jika dibandingkan dengan kajian-kajian

sebelumnya.
Sebagaimana telah diketahui karya sastra sejarah Nusantara merupakan

karya sastra yang unik. Bagi para pendukungnya karya sastra ini dianggap sebagai

sejarah nenek moyangnya. Namun, bagi para peneliti sejarab masa lalu, karya

sastra sejarah ini sama sekali tidak bernilai sejarah karena banyak sekali mitos

dan legenda yang tidak mencerminkan tulisan sejarah yang logis. Atas dasar itu,

penggunaan teori dan pendekatan yang tepat untuk menelaah sastra sejarah

177

dapat menjadikan karya-karya sastra sejarah Nusantara ini menjadi penuh

makna dan dapat diposisikan pada tempatnya. Dengan begitu, karya sastra

sejarah ini dapat digunakan sebagai sumber sejarah jika dilakukan analisis yang

kritis dan memadai, sehingga tidak berkesan bahwa karya sastra sejarab sudah

final sebagai sumber sejarah.3

Sumber primer yang dijadikan referensi bahasan buku mengenai struktur Islam

Jawa dan Islam Melayu ini yaitu teks Babad Tanah Jawi dan Sejarah Melayu. Teks

Babad Tanah Jawi yang dianalisis dalam buku ini berasal dan naskah Babad Tanah

Jawi versi Yogyakarta yang tersimpan di British Library London dengan Kode Naskah

Add 12320. Berbeda dengan Babad Tanah Jawi edisi Meinsma, Babad Tanah Jawi

versi Yogyakarta ini merupakan babad yang paling baik dijadikan sebagai sumber

sejarah.4

Babad Tanah Jawi versi Yogyakarta tersebut terlepas dari masalah keragu-raguan

tentang asal usul, penambahan maupun penerbitannya. Berdasarkan kolofon5 yang

terdapat dalam naskah, Babad Kraton ditulis oleh Raden Tumenggung Jayengrat,

salah seorang menantu Sultan Hamengkubuwana I di Yogyakarta pada 1703 tahun

Jawa bertepatan dengan 1777 M.

Sedangkan teks Sejarah Melayu yang dikaji dalam buku ini berasal dan Naskah

Sejarah Melayu yang ditulis oleh Tun Seri Lanang yang telah disunting oleh Abdullah

bin Abdulkadir Munsi serta ditransliterasi oleh T.D. Situmorang dan A. Teeuw serta

dibantu oleh Amal Hamzah. Naskah Sejarah Melayu ini sekarang tersimpan di
Perpustakaan Nasional Jakarta dengan Kode KGB.

Meskipun edisi ini tidak sempurna, namun edisi ini cukup baik sebagai bahan

kajian dan menjadi dasar dari semua terbitan selanjutnya.6 Pada kolofon yang

terdapat pada bagian depan Sejarah Melayu dijelaskan bahwa teks ini ditulis oleh

Tun Muhammad atau Tun Seri Lanang dan Negeri Malakat Batu Sawar atas perintah

Yang Mulia Yang Dipertuan di Hilir, Sultan Abdullah Ma’ayah Syah Ibn Sultan Ala

Jalla Abdul Jalil Syah yang berkerajaan di Johor.

_______________________

3 Maharsi Resi, Islam Melayu VS Jawa Islam Menelusuri Jejak Karya Sastra Sejarah Nusantara

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2010), hal. 20.

4 Rickleft, “Consideration of Three Versions of the Babad Tanah Djawi with Except on the

Fall of Madjapahit”, BSOAS vol. 35. 1972.

5 Kolofon adalah keterangan yang menunjukkan tentang identitas penulis, waktu dan tempat

penulisan, tujuan penulisan naskah, dan lain-lain yang berhubungan dengan naskah. Kolofon
biasanya

terdapat di bagian awal atau akhir naskah.

6 A. Teew, Sejarah Melayu, (Jakarta: Djambatan, 1998), hal. xvi

Book Review: Menggali Makna Mitos

178 Millah Vol. X, No. 1, Agustus 2010

C. Model Analisis Buku

Dengan mempergunakan teori mitos dan karya sastra Levi Strauss, buku ini

berusaha mengungkap makna cerita mitos yang terdapat baik dalam Babad Tanah

Jawi maupun dalam Sejarah Melayu yang dihubungkan struktur budaya yang

melahirkannya. Teks Babad Tanah Jawi dianalisis berdasarkan latar belakang budaya

Jawa yang menjadi konteks lahirnya mitos yang terdapat dalam karya tersebut.

Sementara teks Sejarah Melayu dikaji dengan melihat konteks budaya Melayu

pada masa teks itu ditulis. Sebagaimana telah diketahui bahwa analisis strukturalisme

Levi Strauss mengenai mitos dipengaruhi analisis struktur bahasa yang


dikembangkan oleh Ferdinand de Sausure, Jakobson, dan Nikolai Troubetzkoy.7

Menurut Levi Strauss, model struktur yang terdapat dalam bahasa mempunyai

pola-pola yang hampir sama dengan mitos.8 Dalam hal ini mitos bukan sematamata

merupakan cerita pelipur lara, tetapi merupakan cerita yang mengandung

sejumlah pesan. Pesan itu tidak hanya terdapat dalam sebuah mitos tetapi tersimpan

dalam keseluruhan mitos. Logika mi dihubungkan dengan struktur bahasa yang

mempunyai hubungan sintagmatis dan paradigmatis.9

Dalam karya sastra sejarah Nusantara, mitos-mitos yang terdapat dalam cerita

itu disampaikan oleh penulis naskah masa lalu, sedangkan penerima pesan itu adalah

pembaca masa sekarang (masa kini). Dengan demikian hubungan pemberi pesan

dan penerima pesan merupakan hubüngan yang sangat jauh dan bersifat satu arah.10

Oleh karena itu, pembaca karya sastra sejarah sebagai penerima pesan dalam

mitos-mitos harus menggabung-gabungkan pesan itu sehingga pesan itu mempunyai

makna. Dengan mengikuti alat analisis bahasa yaitu hubungan sintagmatis dan

paradigmatis, pesan-pesan itu tersusun dan dapat dicari struktur pesannya yang ada

di dalamnya.

Kajian terhadap Babad Tanah Jawi dan Sejarah Melayu dalam buku ini telah

berusaha mengkombinasikan teori struktural Levi Strauss dengan analisis semiotik.

Analisis semiotik digunakan untuk menafsirkan simbol-simbol dalam teks sastra sejarah.11

_______________________

7 Heddy Shri Ahimsa Putra, Strukturalisme Levi Strauss: Mitos dan Karya Sastra, (Yogyakarta:

Galang Press, 2001), hal. 90.

8 Levi Strauss, Structural Anthropology, (New York: Basic Book, 1976), hal. 160-161.

9 Maharsi Resi, Islam Melayu...., hal. 21.

10 Baca pernyataan Heddy Shri Ahimsa Putra, Strukturalisrne Levi Strauss: Mitos dan Karya

Sastra, (Yogyakarta: Galang Press, 2001), hal. 92.

11 Michael Riffatere, Semiotics of Poetr, (Bloomington & London: Indiana University Press,
1978).

179
Melalui empat tahap pemaknaan karya sastra, pertama puisi merupakan ekspresi

tidak langsung yang menyatakan suatu hal dengan arti lain:, kedua pembacaan

heuristik dan retroaktif atau hermeneutic; ketiga matriks, model, dan varianvariannya,

dan keempat hipogram, maka simbol-simbol yang terdapat dalam kedua

teks sastra sejarah tersebut dapat dimaknai secara komprehensif. Dengan kata lain

penelitian ini menggunakan analisis simbolisme struktural.12

Pandangan Levi Strauss tersebut bertolak belakang dengan keyakinan Rassers

bahwa ada kesatuan yang fundamental antara mitos dengan struktur kebudayaan

masyarakat pendukungnya. Rassers sudah membuktikan hal itu dalam penelitiannya

tentang cerita Panji dalam konteks biudaya Jawa. Hal inilah mungkin yang perlu

dikritisi dari pendapat Strauss karena mitos lahir dari kebudayaan tertentu sehingga

dalam memberikan makna juga harus disesuaikan dengan budaya yang melahirkan

mitos itu sendiri. Mitos dan budaya masyarakat pendukungnya merupakan satu

kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan sama sekali.13

Atas dasar itu, cerita mitos yang terdapat dalam Babad Tanah Jawa dan Sejarah

Melayu dalam kajian buku ini diinterpretasikan sesuai struktur budaya masing-masing

yang menjadi pendukung mitos itu. Gabungan analisis struktur dan simbol ini

diharapkan dapat mengatasi kelemahan pada masing-masing pendekatan.

Dengan mengkombinasikan penggunaan analisis struktur dan simbol tersebut

dapat menutupi kelemahan analisis struktur. Karena dengan hanya menggunakan

analisis struktural sering dikatakan sebagai analisis yang kering karena hanya

menemukan kerangka-kerangka atau pola-pola dan suatu fenomena. Dalam analisis

struktur kadang-kadang penafsiran terhadap fenomena simbol kurang begitu

mendalam, sehingga tidak sampai kepada makna yang sesungguhnya dan fenomena

itu, sementara analisis simbol sering kali “kebablasan” sehingga keluar dari pakempakem

objektivitas.

D. Temuan dan Sanggahan


Di sisi lain kajian buku ini menyanggah teori islamisasi14 yang sangat dominan

dan telah diamini oleh kalangan sejarawan. Kebanyakan sarjana Barat yang
_______________________

12 Maharsi Resi, Islam Melayu...., hal. 22.

13 Ibid, hal. 23.

14 Secara lebih rinci teori tentang masuknya Islam ke Indonesia, dapat dibaca Muhammad

Iqbal, Hukum, Islam Indonesia Modern Dinamika Pemikiran dari Fiqh Klasik ke Fiqh Indonesia,

(Tangerang: Gaya Media Pratama, 2009), hal. 32-36.

Book Review: Menggali Makna Mitos

180 Millah Vol. X, No. 1, Agustus 2010

dipelopori oleh van Leur memegang teori bahwa Islamisasi di Nusantara dilakukan

oleb para pedagang Islam. Mereka sembari berdagang mengadakan dakwah di wilayah

pantai Nusantara. Menurut van Leur motif ekonomi dan politik menjadi pendorong

utama Islamisasi Nusantara. Para pengusaha pribumi akan mendapatkan

keuntungan perdagangan ketika menerima Islam karena para pedagang muslim

yang pada waktu itu menguasai sumber-sumber ekonomi. Demikian pula para

penguasa pribumi berperan memberikan perlindungan kepada para pedagang

internasional, dengan demikian mereka juga akan mendapatkan dukungan dan

para pedagang muslim.

Teori van Leur di atas tidak sesuai dengan kisah yang terdapat dalam Babad

Tanah Jawi dan Sejarah Melayu. Dalam teks Sejarah Melayu, Islamisasi Tanah Melayu

pertama kali diperankan oleh tokoh Merah Silu yang kemudian menjadi raja

Kerajaan Pertama Islam Samodra bergelar Malikul Saleh. Kisah lain menyebutkan

Islamisasi Melayu dimulai oleh Raja Kecil Besar yang mendirikan Kerajaan Malaka

bergelar Sultan Muhammad Syah.

Sementara Bahad Tanah Jawi mengisahkan Islamisasi di Jawa dimulai dan Raden

Patah yang belajar Islam pada Sunan Ampel di Surabaya. Setelah menjadi Raja

Demak, Raden Patah dengan dukungan para wali menyebarkan Islam di Nusantara.

Keberhasilan Islamisasi Nusantara ini juga didukung oleh para ahli sufi yang berhasil
meyakinkan para raja Nusantara. Dalam teks Sejarah Melayu dikisahkan bahwa

Maulana Abu Bakar yang merupakan seorang ahli sufi dengan kitabnya Durrul

Manzum mampu menarik minat masyarakat Melayu untuk memeluk agama Islam.

Bahkan, kitab itu diterjemahkan dalam bahasa Melayu oleh seorang ulama kerajaan.

Fakta yang terdapat dalam karya sastra sejarah Nusantara ( buku ) ini didukung

oleh A. John yang menyatakan jika Islam Nusantara dibawa oleh kaum pedagang,

mengapa Islam baru kelihatan secara nyata pada abad XIII. Padahal wilayah

Nusantara sudah dikunjungi oleh para pedagang Islam sak abad .ke-VII dan VIll.15

John juga mendukung bahwa peran ulama sufi mempunyai andil dalam

Islamisasi Nusantara. Kemampuan para sufi dalam menyajikan dan mengajarkan

Islam dengan menekankan aspek harmonisasi dengan budaya setempat menjadi

pendorong diterimanya Islam oleh masyarakat Nusantara.

Analisis buku ini terhadap Sejarah Melayu dan Babad Tanah Jawi juga

mempertegas dan mendukung pendapat Azyumardi Azra bahwa berdasarkan


_______________________

15 John A.H. “Muslim Mystic and Hietorical Writing”, dalam D.G.E. Hall (ed.) Historians of

South East Asia, (London: Oxford University Press, 1961).

181

penelitian terhadap historiografi klasik dapat diambil beberapa kesimpulan berkaitan

dengan penyebaran Islam Nusantara yaitu Islam dibawa langsung oleh para

pendakwah profesional dan Arab, Islamisasi Nusantara mula-mula dipelopori oleh

para penguasa, dan sebagian besar penyebar Islam datang ke Nusantara pada abad

XII dan XIII M.16

Melalui karya sastra sejarah Nusantara buku ini dapat pula menjelaskan

kenyataan bahwa budaya Melayu lebih “Islam daripada Melayu”, sementara Budaya

Jawa lebih “Jawa daripada Islam”. Dengan kata lain, kisah dalam teks Sejarah Melayu

lebih condong kepada sejarah Islamisasi Melayu (pengislaman Melayu), sementara

Babad Tanah Jawi lebih condong ke Jawanisasi Islam (penjawaan Islam).


E. Penutup

Secara keseluruhan kajian yang terekam dalam buku ini secara akademis sangat

kontributif dan kaya sumber. Selain itu, dalam kajian untuk mengungkap makna

dalam sastra sejarah Nusantara buku ini telah berhasil menerapkan kerangka

pendekatan, model dan desain analisis mendalam dengan mengkombinasikan

sintagmatis paradigmatis dan konteks struktur budaya pendukung masing-masing

mitos baik untuk Islam Melayu maupun Jawa Islam.

Hanya saja sebagai sebuah catatan kecil secara akademis atas model kajian seperti

yang telah dilakukan dalam buku ini adalah dihadapkan pada realitas bahwa naskah

sastra itu ditulis oleh penulis masa lalu dan merekam makna budaya sesuai dengan

konteks masa lalu. Sementara pembaca naskah hidup dalam masa sekarang, dan

bersamaan dengan itu pula struktur budaya masyarakat pendukung naskah itu sudah

berubah. Dalam kaitan inilah dibutuhkan suatu kajian model alternatif dengan

mempertimbangkan realitas empirik dan perubahan budaya masing-masing

pendukung mitos itu.


DAFTAR PUSTAKA

A.H. John.1961. “ Muslim Mystic and Historical Writing “, dalam D.G.E. Hall (ed.)

Historians of South East Asia. London: Oxford University Press.

A.Teew. Tanpa Tahun. Sejarah Melayu . Jakarta: Djambatan. _______________________

16 Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII &

XVIII, Edisi revisi, (Bandung: Mizan, 1994), hal. 12.

Book Review: Menggali Makna Mitos

182 Millah Vol. X, No. 1, Agustus 2010

Azra, Azyumardi.1994.Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara

Abad XVII & XVIII. Edisi revisi. Bandung: Mizan.

Iqbal, Muhammad. 2009. Hukum, Islam Indonesia Modern Dinamika Pemikiran

dari Fiqh Klasik ke Fiqh Indonesia. Tangerang: Gaya Media Pratama.

Michael, Riffatere.1978. Semiotics of Poetr. Bloomington & London: Indiana

University Press.

Putra, Heddy Shri Ahimsa.2001. Strukturalisme Levi Strauss: Mitos dan Karya Sastra.

Yogyakarta: Galang Press.

Resi, Maharsi.2010. Islam Melayu VS Jawa Islam Menelusuri Jejak Karya Sastra Sejarah

Nusantara. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rickleft. 1972. “Consideration of Three Versions of the Babad Tanah Djawi with

Except on the Fall of Madjapahit”, BSOAS vol. 35.

Strauss, Levi. 1976. Structural Anthropology.Terjemahan. New York: Basic Book.

Anda mungkin juga menyukai