Anda di halaman 1dari 14

Kiat-kiat Menulis Teks Cerpen

Mashuri

Asal usul dan pengertian cerpen


Sebelum kita melangkah lebih jauh, marilah kita tengok ihwal asal-usul dan
pengertian cerpen, meskipun cerpen bukanlah barang baru dan asing bagi kita semua.
Tujuannya untuk mengingatkan kembali pada pikiran kita tentang cerpen. Siapa tahu,
karena kesibukan sehari-hari, kita ‘lupa’ atau ‘abai’ pada asal-usul dan pengertian
cerpen. Sejenak mari kita menengok sejarah cerpen dalam dunia sastra modern. Secara
konvensional, cerpen selalu mengacu pada cerita pendek merapat (pengertian ini jika
mengacu pada ‘hukum’ yang dianut oleh Edgar Allan Poe, penulis Inggris—Amerika,
yang sering disebut sebagai Bapak cerpen modern).
Poe membuat lima aturan mengenai cerpen. Pertama,cerpen harus pendek:
cukup pendek untuk dibaca sekali duduk. Kedua, cerpen mengarah untuk membuat efek
yang tunggal dan unik. Ketiga, cerpen harus ketat dan padat. Keempat, cerpen harus
tampak sungguhan. Kelima, cerpen harus memberi kesan yang tuntas (Diponegoro,
1985:59).
Bagi seorang jenius kreatif, aturan itu kadang tak berlaku. Hanya saja, dari
sisi pembelajaran teks cerpen, alangkah baiknya mengacu pada aturan main Poe
tersebut, apalagi untuk saat ini, cerpen atau teks naratif berstruktur: orientasi,
komplikasi, dan solusi, yang senada dan seirama dengan aturan Poe tersebut. Lalu
bagaimana pandangan tentang cerpen bagi penulis Indonesia. Berikut ini saya nukil
beberapa pendapat.
Satyagraha Hoerip: “sekalipun pendek, cerpen sesungguhnya lengkap. Ia selesai
dalam artian nisbi. Ia selesai sebagai bentuk, dalam arti karena titik terakhir sudah
dicantumkan di ujungnya; tapi justru di situlah sebenarnya cerpen itu baru dimulai,
menuntut pengembangan, perlawatannya yang tanpa akhir dalam semesta benak
pembacanya”. Ia pun menyitir gagasan Iwan Simatupang terkait dengan peran pembaca
dalam menyempurnakan cerpen. Iwan Simatupang pernah menjelaskan: ‘pengarang
cerpen hanyalah memberi arah saja. Cerpen adalah arah saja yang menunjuk ke (satu
atau beberapa) arah. Dan arah yang ditunjuk oleh cerpen ini, menunjuk pula ke (satu
atau beberapa) arah lainnya. Pembaca diminta mengambil bagian mutlak dalam
kehidupan (dari dalam cerpen). Arah yang diberi pengarang tadi haruslah dijejaki
sendiri oleh pembaca, dia cernakan lebih lanjut dalam benaknya sendiri, menurut gaya
dan pikirnya sendiri.” (Hoerip, 1979: xix).
Moh. Shoim Anwar, cerpenis Jawa Timur, menegaskan genre cerita pendeklah
yang mempunyai prospek paling cerah dibanding jenis karya sastra yang lain. Cerita
pendek bukanlah identik dengan cerita yang pendek, juga bukan abstraksi novel.
Ditegaskan, cerpen yang benar-benar baik memancarkan keberadaannya sebagai
kesatuan yang mandiri, utuh dan khas. Ditegaskan pula, pada masa-masa ini, cerita
pendek terus lahir bersama produk jurnalistik. Yang perlu diperhatikan, sebagaimana
ciri sastra produk jurnalistik, cerita pendek ini cepat sekali terlupakan seiring hilangnya
lembar koran atau majalah (Anwar, 1993). Gagasan cerpen tersebut hampir mirip
dengan yang digagas oleh Setyagraha Hoerip pada tahun 70-an. Menurunya, ‘cerita
pendek merupakan bentuk sastra yang berdaulat penuh, jadi bukan hasil dari ‘belum-
mampunya seseorang menulis novel tebal-tebal’. Cerpen adalah bentuk sastra yang sah
berindividualitas dan beridentitas, walaupun hadiah Nobel untuk sastra belum pernah
diberikan kepada buku atau pun sastrawan yang menulis khusus cerita pendek (Hoerip,
1979: xix).

Cerpen kini
Cerpen pernah berkembang menjadi cukup ‘panjang’, jika dilihat dari
kriteria Poe, dengan munculnya cerpen majalah. Seiring munculnya rubrik cerpen di
koran, maka muncul cerpen koran, yang kembali padat, ringkas, sesuai dengan ruang
koran. Meski demikian, ada pula penulis yang tak takut ‘berpanjang-panjang’ dalam
menulis cerpen, tentu masih berada dalam koridor cerpen, apalagi jika menulis di
majalah atau jurnal kebudayaan. Untuk perkembangan mutakhir, seiring dengan
perkembangan multimedia dengan sensibilitasnya, cerpen melesat sangat cepat. Bahkan,
muncul pula fiksi mini.

Syarat Sebuah Teks Cerpen


Struktur sebuah teks cerita pendek secara sederhana terdiri atas orientasi,
komplikasi dan solusi. Orientasi merupakan pengenalan tokoh, latar tempat dan waktu,
dan awalan untuk masuk ke tahap berikutnya. Komplikasi merupakan penggambaran
tokoh utama berhadapan dengan masalah/problem/konflik. Bagian ini menjadi inti teks
narasi dan harus ada. Jika tidak ada masalah, masalah harus diciptakan. Sementara itu,
resolusi merupakan bagian yang merupakan kelanjutan dari kompilasi. Berisi
pemecahan masalah. Masalah harus dipecahkan dengan cara kreatif (batasan tersebut
mengacu pada buku ajar Bahasa Indonesia kelas 7).
Hal pokok lainya yang menjadi syarat adanya cerpen adalah adanya tokoh, latar,
susunan cerita/alur, klimaks, ide cerita dan lainnya. Tentu saja dalam menyusun sebuah
teks cerpen disyaratkan penguasaan dan pengetahuan bahasa. Seorang penulis harus
bisa menggunakan bahasa untuk menyusun cerita, baik dalam kemampuan
menggunakan konjungsi maupun dalam memahami kosa kata.

Ide Cerita
Pertama yang dibutuhkan adalah ide cerita. Hanya saja, ada yang bilang bahwa
orang itu juga bisa menulis tanpa ide. Bagi yang masih percaya pada ide atau ilham,
saya sarankan ilham seharusnya bukan ditunggu, seperti kebanyakan orang, tapi diburu
dan dipasu. Penggalian bisa dilakukan dengan berbagai cara.
Ide cerita dapat digali dari teks lain, di antaranya sebagai berikut.
1. Cerpen/novel
Cerpen atau novel bisa menjadi sumber dalam penulisan teks cerpen. Caranya
dengan fokus pada hal-ihwal yang menarik, baik itu terkait dengan tema cerita, tokoh,
latar atau sesuatu yang bisa merangsang daya imajinasi dan inspirasi dari cerpen
tersebut. Misalnya saja, membuat cerpen setelah membaca cerpen Kuntowijoyo,
“Dilarang Mencintai Bunga-bunga”. Berikut ini contoh cerpen baru:

Bunga dan Burung Anakku

Di pekarangan rumah begitu banyak bunga tumbuh, mulai dari mawar, melati,
hingga sepatu. Yang menanam dan merawatnya adalah anakku yang bungsu, Puspa. Ia
masih kelas dua SMP, tetapi ketelatenannya pada tanaman melebihi aku, ibunya.
Sayangnya, Adi, anakku yang sulung, yang sudah kelas tiga SMA, sering usil. Bunga-
bunga itu kadang dipetik dengan seenaknya.
Puspa sering bersitegang dengan Adi. Bahkan, semakin lama permusuhan
mereka semakin menjadi-jadi. Suatu hari, Puspa naik pitam. Ia merusak sangkar burung
milik kakaknya. Tidak hanya itu, beberapa burung lain yang menjadi peliharaan Adi,
dilepas. Adi pun marah besar. Sebagai orang tua, saya tidak hanya bisa mengelus dada.
Pertengkaran kedua anakku sudah mulai mengganggu ketenangan rumah. Saya sampai
malu pada tetangga.
Akhirnya, mereka saya kumpulkan di ruang keluarga. Saya kasih pilihan yang
sebenarnya saya tidak tega mengutarakannya. Mereka boleh mengembangkan hobi di
rumah, dengan menjaga ketentraman. Jika tidak bisa, Puspa tidak boleh merawat bunga
dan Adi tidak boleh memelihara burung. Keduanya terperangah. Namun, sejak itu,
pertengkaran reda. Kini, di rumah, tanaman tumbuh asri dan kicau burung bisa
mengusir sepi.

2. Puisi/Lagu
Puisi atau lagu bisa dijadikan ide untuk membuat teks cerpen. Misalnya, untuk
puisi berikut ini.

Asu Mencari Tuhan

Bulan itu, Su, serupa lobang meriam


dan gemintang itu seperti tilas senapang
masihkah kau menerka, tuhan masih berdiwana
di baliknya; bukankah sering kuteriakkan, ia kini tak suka sepi
ia berdiam di kerumun, di antara bantingan kartu remi
bahkan menyaru penjual jamu, yang meracikkan
antara legit dan pahit untukmu yang selalu sakit

jangan kau pandang langit begitu sengit, Su


ia hanya atap yang rapuh dan gelap
dan ratapmu itu semakin menambah jelaga
di pilar penyangga yang menyaru udara
bebas, yang kau sebut angkasa raya

jika kau terluka, Su, atau tertusuk duri cinta


kau cari saja ia sebagai penawar
di pasar, atau di sela lagu dangdut dengan goyang getar…
jangan bunuh diri di goa, di tepi telaga
atau di makam danyang desa

dan bulan itu, biar saja menganga, dengan jejak


hitam arang di lengkung lingkarnya
ia hanya korban; sungguh tak ada bidadari di penampangnya
apalagi wajah tuhan
dan bintang-bintang itu, titik-titik kecil bekas peluru itu, akan
mengatup kembali
bila malam telah berganti, dan meriam lain sedang menyala
di cakrawala dan sering kau sebut dengan surya

sudahlah, Su, tak usah mencari tuhan di kesepian

Surabaya, Maret 2014

Puisi tersebut dapat isa diubah menjadi teks cerpen sebagai berikut.

Mencari Tuhan di Bulan

Di tepi pantai, Madun melihat rembulan purnama tanpa berkedip. Angin laut
bertiup mulai agak keras. Di sampingnya, Ayahnya memperhatikan sang anak dengan
seksama. Mereka sedang tetirah. Memancing di pantai, bersama.
“Apa yang kau cari, Madun?” tanya sang ayah.
“Mungkin Tuhan atau bidadari…” jawab Madun.
“Tak ada bidadari di bulan. Apalagi Tuhan,” jawab sang ayah.
Madun mulai gelisah. Selama ini, ia selalu mendengar dari cerita bahwa bidadari
itu berada di bulan. Ia pun sering mendengar ujaran dari para dai, bahwa Tuhan
bersemayam di langit. Namun, kenapa ayahnya menafikan itu semua.
Seakan sudah tahu tentang gelisah sang anah, ayah Madun pun lalu berujar.
“Kelak kau akan mengerti Madun. Kisah dan ajaran agama itu tidak harus dimaknai
secara lahiriah. Itu hanya simbol. Bidadari tidak harus di bulan, tetapi di sekitar kita,
para perempuan berwajah rupawan. Tuhan tidak harus di atas, tetapi ia berada di mana-
mana”.

3. Cerita rakyat
Cerita rakyat sangat memungkinkan untuk diubah menjadi cerpen. Contohnya
terdapat di buku ajar tentang cerita Bawang Merah dan Bawang Putih. Untuk cerita
rakyat Madura, bisa diambil dari legenda, fabel dan lainnya, misalnya Joko Tole, Potre
Koneng, Bangsacara, Cong Nangka, Kera yang Bisa Mengaji, dan lain-lainnya.
4. Berita

Berikut ini terdapat berita menarik yang dikutip dari sebuah laman di internet.

PMI Temukan Kantung Darah Terinfeksi Virus HIV

Palang Merah Indonesia (PMI) menemukan darah pendonor yang terindikasi


mengandung virus HIV/AIDS. "Satu kantong darah yang terindikasi mengandung virus
HIV/AIDS ini merupakan hasil temuan beberapa waktu lalu," kata Kepala Unit
Transfuri Darah Cabang (UTDC) PMI Cabang Pati Jawa Tengah, Joko Mardiyanto, di
Pati, Senin.
Ia mengatakan, dugaan ada satu kantong darah yang mengandung virus
mematikan tersebut diketahui setelah darah para pendonor diperiksa dengan metode
ELISA (enzyme linked immuno sorbent assay). Proses pemeriksaan tersebut, katanya,
dapat mendeteksi sejumlah penyakit menular, seperti Hepatitis B, Hepatitis C,
HIV/AIDS, dan sifilis. (internet)

Berita tersebut dapat dijadikan teks cerpen. Salah satunya sebagai berikut.

Pahit

Ayah mengalami kecelakaan hebat. Ia akan dioperasi dan butuh darah. Sebagai
anaknya, aku harus menyumbangkan darah, apalagi darah golongan ayah O sama
dengan darahku. Aku tak ingin kehilangan orang yang kucinta lagi, setelah suamiku
meninggal empat bulan lalu. Suamiku seorang pelaut.
Aku pun mendonorkan darahku ke PMI. Apa lacur, ternyata petugas menolak
donorku. Setelah dites, aku tahu, bahwa darahku mengandung virus HIV/AIDS. Aku
merasa dunia kiamat. Bagaimana bisa semuanya terjadi? Aku adalah wanita baik-baik.
Aku setia pada suamiku. Aku tak percaya dengan apa yang menimpaku. Aku pun
mencari jawab dari semua itu, merunut segala yang pernah terjadi pada diriku, suami
dan orang-orang terdekatku.
Dari rekam jejak medis suamiku, aku baru tahu apa yang terjadi. Ternyata dia
meninggal karena AIDS. Aku sendiri tak paham, kenapa banyak pihak yang tidak
berterus terang kepadaku. Kenyataan ini begitu pahit. Amat pahit.

5. Film
Film “Obama Anak Menteng”. Film ini berdasarkan novel karya Damien
Dematra. Disutradarai John de Rantau. Dibintangi oleh Hasan Faruq Ali yang berperan
sebagai Barry, Obama kecil, Cara Lachelle, Eko Noah, dan Teuku Zacky. Dengan
memakan waktu syuting selama empat minggu, film ini menjalani syuting sebagian di
Cimahi, Bandung, dan diakhiri di Kota Tua, Jakarta. Film tersebut mulai ditayangkan
pada 1 Juli 2010, tepat ketika liburan anak sekolah berlangsung. Filmi ini menceritakan
masa kecil Obama (diperankan Hasan Faruq Ali) dari sudut pandang orang-orang yang
pernah dekat dengannya. Hal itu bisa diubah mencari cerpen.

Luka Obama

Anak kecil hitam itu bernama Obama. Ia datang ke Jakarta bersama ibu dan
ayahnya. Tinggal di Kampung Menteng. Ibunya seorang bule, dan ayahnya adalah orang
Jawa. Seorang ayah tiri yang bijaksana. Di Menteng, Obama yang karib disapa Barry
mendapat banyak kekuatan bertahan dalam beradaptasi. Taman-teman Barry, panggilan
akrab Obama, bertambah banyak.
Namun, selalu ada pihak yang tidak senang dengan kehadirannya. Merasa
tersaingi akan kulitnya yang hitam dan perawakan yang sama, Carut mencari-cari
masalah dengan Barry. Di lapangan bola yang berlumpur Barry bertengkar dengan
Carut dan gengnya.
Untunglah ada Turdi, orang kepercayaan keluarga Barry. Turdi yang berhasil
meendamaikan Barry dengan Carut. Sayangnya, ketika Barry mulai pintar beradapstasi,
ibunya resah. Sebagai orang tua, dia tahu Barry memiliki kempuan di atas rata-rata. Dan
berkali-kali dia mengeluh, "Barry harus punya tempat belajar yang lebih tepat. Di sini
bukan tempat yang tepat untuk kemampuannya."

6. Foto/Gambar/lukisan
Foto, gambar, karikatur, lukisan atau benda-benda yang bernilai visual
merupakan bahan untuk pembuatan cerpen yang menarik. Sebagai contoh adalah
kompilasi foto berikut ini.

Dari foto tersebut, bisa dijadikan beberapa cerpen. Salah satunya adalah sebagai
berikut.
Kartini Menangis

Jamilah begitu cantik. Tak menyesal, aku dulu pernah menaruh hati, meski
gayung tidak bersambut. Sejak kecil, dia memang cerdas. Meski orang desa, ia pun
berpendidikan tinggi karena kuliah di kota. Sepertinya, apa yang diperjuangkan oleh
Raden Ajeng Kartini sepertinya menjadi nyata. Perempuan setara dengan pria. Namun,
sebuah berita datang seperti menamparkan.
Berita itu datang dari Pak Lurah. Jamilah berbadan dua, padahal ia belum
bersuami. Bahkan, berita itu menyebar demikian cepat. Hampir semua warga kampung
mengetahuinya. Ketika terakhir aku melihatnya, ia memang tidak berubah. Hanya
wajahnya yang tampak murung. Kini, ia pun diungsikan keluarganya ke tempat lain,
agar aib itu tidak semakin mencoreng muka mereka.
Aku tak habis mengerti dengan yang terjadi. Aku curiga pergaulan di kota telah
merubahnya. Perkembangan teknologi pun telah membuatnya tidak bisa mengendalikan
diri. Mungkin Kartini akan menangis bila melihat yang menimpa Jamilah. Haruskah aku
utarakan kembali rasa cinta ini, karena kebetulan statusku sudah duda?

7. Anekdot
Berikut ini contoh sebuah anekdot. Anekdot juga dapat dijadikan sebagai teks
cerpen.

Tiga Kriteria Cinta di Bis Kota

Bambang sudah kebelet kawin. Meski tongkrongannya kembang-kempis,


begitu-begitu ia menyandang titel S1 sebuah perguruan tinggi di Surabaya,
walau kuliahnya hanya Sabtu-Minggu. Pekerjaan resminya: penyedia jasa
transportasi. Tidak resminya: calo tiket.
Meski keinginannya untuk menikah sudah sundul ubun-ubun, tetapi
sejak usia 28 hingga 35 kini, ia tak kunjung mendapatkannya. Tak heran, jika
berhadapan dengan wanita, mata Bambang berubah hijau. Ia selalu ingin
berkenalan dan cara berkenalannya terkesan membabi buta.
Suatu ketika ia berangkat kerja. Naik bis kota jurusan Bungurasih—
Perak, yang ber-AC. Sebuah kebetulan yang manis, karena selain AC bis-nya
masih begitu dingin, di sebelahnya duduk seorang cewek yang lumayan
kinclong. Dengan lagak tebar pesona, Bambang berusaha berkenalan.
“Halo cewek, boleh dong kenalan?” sapa Bambang.
“Boleh, Cak,” jawab si cewek, nyantai sekali.
“Sebelum saya tanya namamu, tipe cowok yang kamu idealkan itu
seperti apa sih?” tanya Bambang, sambil berancang-ancang menyodorkan
tangannya.
Awalnya si cewek, terkejut tetapi akhirnya ia jawab juga.
"Pertama, dia harus seorang yang penyabar," jawab si cewek.
"Kriteria kedua?"
"Kalau bisa sih laki-laki Madura, karena keluarga besar saya di Madura,”
jawab si cewek.
“Jika tidak bisa?” tanya Bambang.
“Tak apa-apa, karena kakek dari pihak ibu saya juga orang Jawa,” jawab
si cewek.
Bambang tersenyum. Untuk dua kriteria, ia sudah masuk di dalamnya.
"Kriteria ketiga?" tanya Bambang kemudian.
"Tentu saja punya pekerjaan, punya tempat tinggal, dan bisa menghidupi
saya,” kata si cewek.
Senyum Bambang semakin lebar. "Perkenalkan nama saya Bambang
Sabar Hartawan, biasa disapa Acong," kata Bambang, sambil menjabat tangan si
cewek.

Anekdot itu bisa dijadikan sebagai cerpen, apalagi tokoh, latar, dan dialognya sudah
tertata.

8. Pengalaman
Bisa dari pengalaman sendiri atau orang lain. Misalnya, pernah mengalami
pengalaman ditolak cintanya. Contohnya dalam bentuk sinopsis sebagai berikut.

Pagi hari, aku berangkat ke pelatihan. Di jalan, banku bocor. Aku langsung
menuntun motor ke tambal ban. Untunglah, di dekat TKP, ada tukang tambal ban yang
sudah buka. Aku terkesima saat melihat si tukang tambal ban. Ia seorang lelaki muda,
mengingatkanku pada kisah cintaku dulu, yang kandas.

9. Pengetahuan/Gosip
Simaklah teks berikut ini.

Olahraga Kurangi 30% Risiko Kanker Rahim

Perempuan yang rutin bekerja hingga berkeringat atau berolahraga memiliki


risiko 30% lebih rendah terkena kanker endometrium. Para peneliti di National Cancer
Institute Amerika Serikat menganalisis 14 studi sebelumnya dan menemukan aktivitas
fisik mengurangi risiko kanker endometrium sebesar 20-40% bila dibandingkan wanita
yang tidak pernah berolahraga. Penelitian ini dipublikasikan secara online di British
Journal of Cancer, Rabu. Penelitian ini didanai National Cancer Institute.
Para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa olahraga mengurangi risiko kanker,
termasuk kanker usus besar, payudara, kerongkongan dan ginjal. Kelebihan lemak tubuh
kadang-kadang menyebabkan tingkat hormon lebih tinggi, yang pada gilirannya dapat
meningkatkan risiko kanker.
"Kami sudah tahu bahwa mempertahankan berat badan yang sehat adalah cara
penting mengurangi risiko kanker rahim. Tetapi penelitian kami menunjukkan bahwa
aktivitas fisik memiliki efek perlindungan sendiri," kata Steven Moore dari National
Cancer Instiute yang memimpin penelitian.
Tetapi para ahli masih belum tahu persis berapa banyak aktivitas fisik yang
dibutuhkan untuk menurunkan risiko mereka. Satu penelitian menunjukkan lebih dari
20% kanker rahim bisa dihindari jika wanita melaksanakan kerja atau olahraga dengan
penuh semangat selama sekitar 20 menit sedikitnya lima kali sepekan.
Ahli mengatakan olahraga membantu menurunkan kadar estrogen yang
berpotensi membahayakan. "Aktif menjaga dan banyak berolahraga serta menghabiskan
lebih banyak waktu di kaki Anda akan membantu mengurangi risiko kanker rahim."
(internet)

Teks tersebut bisa dijadikan teks cerpen. Salah satunya sebagai berikut.

Menembus Hujan

Hujan masih deras ketika Ani keluar dari rumahnya. Ia mengendarai motornya
dengan mengenakan mantel hujan. Kini ia tak peduli dengan cuaca. Tujuannya satu,
pergi ke tempat kebugaran. Ia sudah bertekad untuk merutinkan senam. Vonis dari
dokter membuatnya tercengang, ia mengidap gejala kanker.
Di persimpangan, ternyata sebuah pohon tumbang. Lalu lintas pun macet. Ani
pun berpikir keras untuk mencari jalan alternatif. Ia pun mendapatkannya. Sayangnya,
begitu ia melewatinya, jalan itu banjir. Dengan susah payah, ia pun melewatinya. Begitu
di ujung jalan, motornya mogok. Untuk menangani yang satu ini, ia merasa tak
sanggup. Ia hampir putus asa.
Di tengah hujan, terdengar sebuah suara menyapanya. Seorang lelaki kekar
datang menghampirinya dan menawarkan jasa untuk memperbaiki motornya.

Agar Ide Cerita Mengalir


Ada beberapa teknik agar ide cerita bisa mengalir dan tidak habis. Di
antaranya: melakukan pencatatan peristiwa-peristiwa keseharian, pencatatan ide yang
berkelebatan, serta yang paling penting adalah konsentrasi pada jalur kerja penulisan
yang ditekuni. Hal ini patut dilakukan karena ada kalanya penulis itu kehabisan ilham
dan kerontang ide. Ini tidak hanya menimpa penulis pemula, tapi juga penulis mapan.
Setelah ditemukan ide cerita, maka dicarilah tema sebagai tali yang mengikat
cerita. Dengan begitu, ide cerita itu memiliki bingkai yang cukup jelas sehingga alur
penulisan tidak keluar dari jalur. Dalam proses penulisan ini bisa dilakukan dengan
beberapa cara yang mempermudah. Misalnya dengan membuat outline/kerangka
karangan. Biasanya bagi seorang penulis yang sudah pengalaman, ia tak perlu membuat
outline di kertas/layar monitor/hp, tapi cukup di kepala dan ingatannya. Bagi pemula
dianjurkan untuk menuliskan ringkasan cerita itu dalam beberapa kalimat, agar tulisan
itu sistematis, utuh dan tidak kedodoran tanpa juntrungnya. Ihwal kerangka karangan
dan ringkasan cerita akan dibahas lebih jauh.
Jika mengalami kebuntuan, ada beberapa teknik yang bisa digunakan.
Tergantung kegemaran/kesenangan masing-masing penulis. Menulis itu juga bisa
diibaratkan seperti membangun sebuah rumah. Jika stamina dan bahan bakunya banyak,
maka ia bisa membangun rumah itu tanpa lelah dan tanpa perlu berhenti. Jika stamina
dan bahan bakunya sedikit, tentu ia butuh waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan
rumah itu. Yang tak kalah pentingnya, menulis itu butuh proses. Seperti seorang
perempuan yang mengandung, kemudian melahirkan. Si ibu harus cukup asupan
gizinya, menjaga kebugarannya dan lain-lainnya agar persalinan lancar dan bayinya
‘sempurna’. Seorang penulis juga harus melewati proses pematangan itu, juga harus
cukup asupan gizinya, yang berupa pengetahuan tentang manusia dan kehidupan,
sehingga karya-karyanya bernas, cerdas dan cergas.

Beberapa Tips Praktis Penulisan

1. Mulai dari hal kecil


Mulailah dari hal kecil. Dengan memulai dengan hal kecil, kemungkinan besar
penguasaan pada hal itu lebih sempurna. Hal ini sesuai dengan pepatah bahwa
perjalanan panjang dimulai dari setapak. Bisa pula sesuai dengan pepatah bahwa kain
satu lembar dimulai dari seutas benang. Hanya saja, yang perlu diketahui, dalam
penulisan sastra, hal kecil mendapatkan tempat istimewa. Kecil itu indah. Keindahan
mutiara, dalam sastra, bisa sebanding dengan keindahan butiran air mata, meski dengan
perspektif yang berbeda.Misalnya: soal ban bocor, sebagaimana contoh di atas.

2. Mulai dari hal yang dekat


Kiat ini sebenarnya sudah klise. Namun, bagi pemula seperti kita memulai dari
hal-hal yang dekat, di sekitar diri, adalah cara efektif untuk memulai membuat karya.
Bukan berarti tidak boleh menggarap hal-hal yang jauh, tetapi menyantuni hal-hal yang
dekat tidak kalah dahsyat dan inspiratifnya dengan yang jauh dan besar. Hal itu karena
karya sastra itu tidak jauh dari realitas. Karya sastra tidak jatuh dari kekosongan. Hanya
saja, dalam berkarya kita memang memperkayanya dengan imajinasi dan kreativitas
sehingga lebih menarik dan hidup. Misalnya: hal-hal yang dikuasai, sesuatu yang paling
dibenci atau paling disayangi, keluarga, teman, dan lain sebagainya.

3. Jangan takut salah dan mencoba.


Problem pertama bagi pemula adalah takut salah, sehingga takut mencoba. Saya
kira ini adalah penyakit laten dalam menapaki hal-hal baru. Pesan saya, janganlah takut
menulis salah. Dalam dunia penulisan, tidak ada salah dan benar. Jadi cobalah dan
lakukanlah sesuai dengan apa yang Anda rasakan dan pikirkan. Lalu rasakan bagaimana
ketika Anda sudah menghasilkan tulisan.

4. Berpikir nakal/gokil
Dalam penulisan sastra, dibutuhkan pemikiran yang tidak biasa. Berpikir agak
nakal atau gokil. Tulisan sastra adalah pendalaman pada apa yang tampak. Biasanya
karya-karya yang begini memiliki daya tawar yang menarik. Jika pikiran Anda masih
linier, cobalah untuk berpikir tidak biasa. Jika selama ini Anda menganggap sesuatu itu
biasa, cobalah untuk menganggapnya tidak biasa. Ini bertujuan untuk mengasah
imajinasi. Selama masih di pikiran, saya kira apa yang nakal dan gokil tidak masalah,
asal tidak diwujudkan dalam kerja perilaku, tetapi diwujudkan dalam kerja kepenulisan.

5. Nekat
Ada yang bilang bahwa menulis itu butuh bakat. Itu omong kosong. Soal ini
akan saya kupas lebih jauh di bawah. Jadi, dalam menapaki dunia penulisan, pakai saja
filosofi bonek (Jw: bondo nekat; Ind: berbekal keberanian). Jalan saja, meski tak punya
modal bakat dan lain-lainnya. Dengan nekat, saya yakin tulisan akan terwujud. Dengan
kata lain, dalam bertindak menulis, jangan pikirkan soal kemampuan dulu. Yang
penting, jalan dan jalan.

6.Dengan membuat kerangka karangan atau sinopsis


Ada sebagian penulis yang merasa mudah menggunakan kerangka karangan.
Oleh karena itu, kerangka karangan disesuaikan dengan struktur teks cerpen, yang
secara sederhana terdiri dari orientasi, komplikasi dan solusi. Dalam hal ini cukup satu
kalimat saja penulisannya.

7.Membuat sinopsis lebih dulu


Bisa juga dengan membuat sinopsis atau ringkasan cerita. Fungsi sinopsis sama
dengan kerangka karangan. Hal ini karena ada sebagian orang yang merasa mudah
dengan sinopsis daripada kerangka karangan. Secara struktur sama dengan kerangka
karangan tapi sinopsis adalah ringkasan dari cerpen. Tujuan penulisan sinopsis di awal
penulisan untuk membingkai tulisan agar tetap fokus.

8. Meniru model
Langkah sederhana untuk mengasah teknik dan gaya penulisan adalah bisa juga
dicoba kiat dengan meniru model cerpen dari cerpenis yang sudah mapan. Minimal
cerpen yang disenangi dan bagus. Dengan begitu, maka dihasilkan sebuah cerpen
dengan cara yang praktis. Cara ini sangat baik untuk mengasah teknik penulisan.

9. Terus berlatih
Menulis itu tak bisa instan. Harus terus dilatih. Dengan semakin tinggi jam
terbang, bisa dimungkinkan akan semakin canggih dalam olah penulisan. Jadi, jangan
bangga hanya dengan menghasilkan satu-dua cerpen. Bisa jadi, yang Anda hasilkan itu
hanyalah cerpen latihan, bukan cerpen sebenarnya. Cobalah terus untuk berlatih
menulis.

Lupakan teori
Jika sudah menghadapi layar computer/kertas putih untuk menulis, maka
alangkah baiknya tinggalkan teori penulisan sejenak, lalu mulai menulislah. Dengan
lebih banyak menulis, maka akan lebih banyak pengalaman. Dengan sendirinya teori
penulisan/teknik penulisan akan mengalami internalisasi/integralisasi dengan
sendirinya.
Dalam sebuah buku, penulis AS Laksana (2006) berbagi keterampilan menulis.
Buku ini berisi bahan-bahannya mengajar di sekolah penulisan Jakarta School. Dalam
kesempatan ini, saya menukilnya untuk yang bisa diterapkan dalam menulis. Berikut ini
saya kutip beberapa kiatnya, di antara 9 kiat yang diperkenalkannya. Tentu saja kiat-kiat
ini adalah untuk penulisan secara umum, tetapi dengan mengacu pada kiat dan pendapat
beberapa tokoh dunia.
1. Rahasia kreativitas adalah mendekatkan tangan dengan otak. Tony Buzan
menegaskan, segala sesuatu adalah soal pikiran. Jika kita betul-betul ingin menulis, beri
tangan kita pena. Biarkan tangan itu menjalin kerjasama dengan otak. Tetaplah menulis.
Albert Einstein pernah mengatakan, apa yang ditulis oleh tangan kita adalah langkah
pertama yang akan mewujudkan apa yang ada di kepala kita.
2. Segeralah Menulis! William Blake (1757-1827), penyair klasik Inggris,
mengatakan hasrat semata tanpa tindakan akan membiakkan penyakit. Mau jadi penulis,
ya menulislah. Menulislah dalam keadaan apa pun. Tanpa ide pun orang bisa menulis.
Yang tidak bisa adalah menulis tanpa kemauan. Menulis apa saja akan memancing
datangnya ide. Jangan berhenti menulis lantaran tidak mood, sedang stres, sedih,
tertekan. Sama saja dengan seorang bankir atau polisi, meski dirinya lagi sedih, ia tidak
boleh melalaikan tugasnya. Demikian juga seorang penulis.
3. Menulis Buruk. Jangan terpaku untuk segera menghasilkan tulisan yang baik.
Menulis apa saja tanpa takut jelek. Jangan biarkan kertas kita tetap kosong hanya karena
memikirkan bagaimana menulis yang baik. Tulisan buruk jauh lebih baik ketimbang
tulisan yang sempurna yang tidak pernah ada. Jangan bengong. Menulislah buruk
kemudian editlah. Ingat, kita tidak pernah bisa mengedit tulisan yang tidak pernah ada.
“Orang yang tidak pernah melakukan kesalahan, biasanya tidak melakukan apa-apa,”
kata Edward John Phelps (1822-1900).
4. Jangan Menulis Sekaligus Mengedit. Jangan mengerjakan dua pekerjaan besar
secara bersamaan, yakni menuangkan gagasan dalam tulisan dan mengedit. Kita sering
terjebak untuk menulis sekaligus mengedit saat itu juga. Kita tidak sabar menghasilkan
tulisan yang bagus. Akibatnya, kita sering mengapus tulisan kita, berhenti lama, dan
tidak kunjung menulis.
5. Konkretkan Konsep-konsep Abstrak. Gambarkan dengan jelas konsep-konsep
abstrak seperti cinta, panas, pengap, dan sebagainya. Kreatiflah dalam menggambarkan
itu semua agar tidak jatuh pada penggambaran yang itu-itu saja (klise, red.).
6. Deskripsi dengan Lima Indra. Deskripsi yang baik membuat cerita “hidup” di
benak pembaca. Buatlah pembaca mampu melihat sesuatu, mencium baunya, merasakan
persentuhannya, mendengar bunyinya, dan mencecap rasanya. Tulisan kita akan benar-
benar hidup. (Dalam bahasa puisi, biasanya disebut dengan citraan. Misalnya citraan
penglihatan, citraan pembauan, pendengaran dan lain-lainnya, red. Dalam cerpen,
biasanya terkait dengan detail deskripsi obyek).
7. Menulis Cepat. Menulislah dengan cepat. Jangan biarkan diri kita dikuasai
mood. Mood dan tidak mood adalah perkara pikiran. Singkirkan jauh-jauh. Menulis itu
seperti orang bercakap-cakap. Jika kita merasa waktu teralu sempit untuk menulis,
menulislah secepat-cepatnya. Isaac Asimov mengaku, “Saya menjadi produktif, saya
rasa, karena saya menulis secara simpel dan apa adanya.” Penulis cepat adalah penulis
yang baik. Penulis baik adalah penulis cepat. Ingat, kecakapan senantiasa berdampingan
dengan kecepatan pengerjaan. Jangan terpaku dengan kata-kata dan gaya penulis-
penulis besar. Tulislah cepat dengan gaya dan apa adanya diri kita. Ernerst Hemingway
(1899-1961) mengatakan, “Apakah ia pikir kekuatan emosi lahir karena kata-kata
besar?...ada kata-kata yang simpel, lebih baik, dan lebih lazim. Itulah yang kugunakan.”
Menulislah cepat tanpa meyensor diri. Jangan berhenti hanya karena draft pertama.
(Laksana, 2006)

Lain-lain

Dalam pandangan saya, ada tiga syarat sebuah cerpen disebut baik, yaitu
sastranya baik, bahasanya baik dan isinya baik. Jika hanya salah satu, atau salah dua
yang baik, tentu itu mengurangi kadar karya tersebut. Oleh karena itu penilaian cerpen
biasanya terpaku pada teknik penulisan, isi, dan bahasanya.

Semoga bermanfaat! (*)


Bahan Rujukan

Anwar, M. Shoim. Imung Mulyanto (ed). 1993. Limau Walikota, Kumpulan Cerita
Pendek Surabaya Post. Surabaya : Surabaya Post.
Diponegoro, Mohammad. 1985. Yuk Nulis Cerpen Yuk. Yogyakarta:Salahudin Press.
Hoerip, Satyagraha (ed). 1979. Cerita Pendek Indonesia 1. Jakarta : Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Bahasa Indonesia Wahana
Pengetahuan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Laksana, AS. 2006. Creative Writing, Tips dan Strategi Menulis untuk Cerpen dan
Novel. Jakarta: 2006
Tahar, Haris Efendi. 1999. Kiat Menulis Cerpen. Bandung:Angkasa.
.

Anda mungkin juga menyukai