Mashuri
Cerpen kini
Cerpen pernah berkembang menjadi cukup ‘panjang’, jika dilihat dari
kriteria Poe, dengan munculnya cerpen majalah. Seiring munculnya rubrik cerpen di
koran, maka muncul cerpen koran, yang kembali padat, ringkas, sesuai dengan ruang
koran. Meski demikian, ada pula penulis yang tak takut ‘berpanjang-panjang’ dalam
menulis cerpen, tentu masih berada dalam koridor cerpen, apalagi jika menulis di
majalah atau jurnal kebudayaan. Untuk perkembangan mutakhir, seiring dengan
perkembangan multimedia dengan sensibilitasnya, cerpen melesat sangat cepat. Bahkan,
muncul pula fiksi mini.
Ide Cerita
Pertama yang dibutuhkan adalah ide cerita. Hanya saja, ada yang bilang bahwa
orang itu juga bisa menulis tanpa ide. Bagi yang masih percaya pada ide atau ilham,
saya sarankan ilham seharusnya bukan ditunggu, seperti kebanyakan orang, tapi diburu
dan dipasu. Penggalian bisa dilakukan dengan berbagai cara.
Ide cerita dapat digali dari teks lain, di antaranya sebagai berikut.
1. Cerpen/novel
Cerpen atau novel bisa menjadi sumber dalam penulisan teks cerpen. Caranya
dengan fokus pada hal-ihwal yang menarik, baik itu terkait dengan tema cerita, tokoh,
latar atau sesuatu yang bisa merangsang daya imajinasi dan inspirasi dari cerpen
tersebut. Misalnya saja, membuat cerpen setelah membaca cerpen Kuntowijoyo,
“Dilarang Mencintai Bunga-bunga”. Berikut ini contoh cerpen baru:
Di pekarangan rumah begitu banyak bunga tumbuh, mulai dari mawar, melati,
hingga sepatu. Yang menanam dan merawatnya adalah anakku yang bungsu, Puspa. Ia
masih kelas dua SMP, tetapi ketelatenannya pada tanaman melebihi aku, ibunya.
Sayangnya, Adi, anakku yang sulung, yang sudah kelas tiga SMA, sering usil. Bunga-
bunga itu kadang dipetik dengan seenaknya.
Puspa sering bersitegang dengan Adi. Bahkan, semakin lama permusuhan
mereka semakin menjadi-jadi. Suatu hari, Puspa naik pitam. Ia merusak sangkar burung
milik kakaknya. Tidak hanya itu, beberapa burung lain yang menjadi peliharaan Adi,
dilepas. Adi pun marah besar. Sebagai orang tua, saya tidak hanya bisa mengelus dada.
Pertengkaran kedua anakku sudah mulai mengganggu ketenangan rumah. Saya sampai
malu pada tetangga.
Akhirnya, mereka saya kumpulkan di ruang keluarga. Saya kasih pilihan yang
sebenarnya saya tidak tega mengutarakannya. Mereka boleh mengembangkan hobi di
rumah, dengan menjaga ketentraman. Jika tidak bisa, Puspa tidak boleh merawat bunga
dan Adi tidak boleh memelihara burung. Keduanya terperangah. Namun, sejak itu,
pertengkaran reda. Kini, di rumah, tanaman tumbuh asri dan kicau burung bisa
mengusir sepi.
2. Puisi/Lagu
Puisi atau lagu bisa dijadikan ide untuk membuat teks cerpen. Misalnya, untuk
puisi berikut ini.
Puisi tersebut dapat isa diubah menjadi teks cerpen sebagai berikut.
Di tepi pantai, Madun melihat rembulan purnama tanpa berkedip. Angin laut
bertiup mulai agak keras. Di sampingnya, Ayahnya memperhatikan sang anak dengan
seksama. Mereka sedang tetirah. Memancing di pantai, bersama.
“Apa yang kau cari, Madun?” tanya sang ayah.
“Mungkin Tuhan atau bidadari…” jawab Madun.
“Tak ada bidadari di bulan. Apalagi Tuhan,” jawab sang ayah.
Madun mulai gelisah. Selama ini, ia selalu mendengar dari cerita bahwa bidadari
itu berada di bulan. Ia pun sering mendengar ujaran dari para dai, bahwa Tuhan
bersemayam di langit. Namun, kenapa ayahnya menafikan itu semua.
Seakan sudah tahu tentang gelisah sang anah, ayah Madun pun lalu berujar.
“Kelak kau akan mengerti Madun. Kisah dan ajaran agama itu tidak harus dimaknai
secara lahiriah. Itu hanya simbol. Bidadari tidak harus di bulan, tetapi di sekitar kita,
para perempuan berwajah rupawan. Tuhan tidak harus di atas, tetapi ia berada di mana-
mana”.
3. Cerita rakyat
Cerita rakyat sangat memungkinkan untuk diubah menjadi cerpen. Contohnya
terdapat di buku ajar tentang cerita Bawang Merah dan Bawang Putih. Untuk cerita
rakyat Madura, bisa diambil dari legenda, fabel dan lainnya, misalnya Joko Tole, Potre
Koneng, Bangsacara, Cong Nangka, Kera yang Bisa Mengaji, dan lain-lainnya.
4. Berita
Berikut ini terdapat berita menarik yang dikutip dari sebuah laman di internet.
Berita tersebut dapat dijadikan teks cerpen. Salah satunya sebagai berikut.
Pahit
Ayah mengalami kecelakaan hebat. Ia akan dioperasi dan butuh darah. Sebagai
anaknya, aku harus menyumbangkan darah, apalagi darah golongan ayah O sama
dengan darahku. Aku tak ingin kehilangan orang yang kucinta lagi, setelah suamiku
meninggal empat bulan lalu. Suamiku seorang pelaut.
Aku pun mendonorkan darahku ke PMI. Apa lacur, ternyata petugas menolak
donorku. Setelah dites, aku tahu, bahwa darahku mengandung virus HIV/AIDS. Aku
merasa dunia kiamat. Bagaimana bisa semuanya terjadi? Aku adalah wanita baik-baik.
Aku setia pada suamiku. Aku tak percaya dengan apa yang menimpaku. Aku pun
mencari jawab dari semua itu, merunut segala yang pernah terjadi pada diriku, suami
dan orang-orang terdekatku.
Dari rekam jejak medis suamiku, aku baru tahu apa yang terjadi. Ternyata dia
meninggal karena AIDS. Aku sendiri tak paham, kenapa banyak pihak yang tidak
berterus terang kepadaku. Kenyataan ini begitu pahit. Amat pahit.
5. Film
Film “Obama Anak Menteng”. Film ini berdasarkan novel karya Damien
Dematra. Disutradarai John de Rantau. Dibintangi oleh Hasan Faruq Ali yang berperan
sebagai Barry, Obama kecil, Cara Lachelle, Eko Noah, dan Teuku Zacky. Dengan
memakan waktu syuting selama empat minggu, film ini menjalani syuting sebagian di
Cimahi, Bandung, dan diakhiri di Kota Tua, Jakarta. Film tersebut mulai ditayangkan
pada 1 Juli 2010, tepat ketika liburan anak sekolah berlangsung. Filmi ini menceritakan
masa kecil Obama (diperankan Hasan Faruq Ali) dari sudut pandang orang-orang yang
pernah dekat dengannya. Hal itu bisa diubah mencari cerpen.
Luka Obama
Anak kecil hitam itu bernama Obama. Ia datang ke Jakarta bersama ibu dan
ayahnya. Tinggal di Kampung Menteng. Ibunya seorang bule, dan ayahnya adalah orang
Jawa. Seorang ayah tiri yang bijaksana. Di Menteng, Obama yang karib disapa Barry
mendapat banyak kekuatan bertahan dalam beradaptasi. Taman-teman Barry, panggilan
akrab Obama, bertambah banyak.
Namun, selalu ada pihak yang tidak senang dengan kehadirannya. Merasa
tersaingi akan kulitnya yang hitam dan perawakan yang sama, Carut mencari-cari
masalah dengan Barry. Di lapangan bola yang berlumpur Barry bertengkar dengan
Carut dan gengnya.
Untunglah ada Turdi, orang kepercayaan keluarga Barry. Turdi yang berhasil
meendamaikan Barry dengan Carut. Sayangnya, ketika Barry mulai pintar beradapstasi,
ibunya resah. Sebagai orang tua, dia tahu Barry memiliki kempuan di atas rata-rata. Dan
berkali-kali dia mengeluh, "Barry harus punya tempat belajar yang lebih tepat. Di sini
bukan tempat yang tepat untuk kemampuannya."
6. Foto/Gambar/lukisan
Foto, gambar, karikatur, lukisan atau benda-benda yang bernilai visual
merupakan bahan untuk pembuatan cerpen yang menarik. Sebagai contoh adalah
kompilasi foto berikut ini.
Dari foto tersebut, bisa dijadikan beberapa cerpen. Salah satunya adalah sebagai
berikut.
Kartini Menangis
Jamilah begitu cantik. Tak menyesal, aku dulu pernah menaruh hati, meski
gayung tidak bersambut. Sejak kecil, dia memang cerdas. Meski orang desa, ia pun
berpendidikan tinggi karena kuliah di kota. Sepertinya, apa yang diperjuangkan oleh
Raden Ajeng Kartini sepertinya menjadi nyata. Perempuan setara dengan pria. Namun,
sebuah berita datang seperti menamparkan.
Berita itu datang dari Pak Lurah. Jamilah berbadan dua, padahal ia belum
bersuami. Bahkan, berita itu menyebar demikian cepat. Hampir semua warga kampung
mengetahuinya. Ketika terakhir aku melihatnya, ia memang tidak berubah. Hanya
wajahnya yang tampak murung. Kini, ia pun diungsikan keluarganya ke tempat lain,
agar aib itu tidak semakin mencoreng muka mereka.
Aku tak habis mengerti dengan yang terjadi. Aku curiga pergaulan di kota telah
merubahnya. Perkembangan teknologi pun telah membuatnya tidak bisa mengendalikan
diri. Mungkin Kartini akan menangis bila melihat yang menimpa Jamilah. Haruskah aku
utarakan kembali rasa cinta ini, karena kebetulan statusku sudah duda?
7. Anekdot
Berikut ini contoh sebuah anekdot. Anekdot juga dapat dijadikan sebagai teks
cerpen.
Anekdot itu bisa dijadikan sebagai cerpen, apalagi tokoh, latar, dan dialognya sudah
tertata.
8. Pengalaman
Bisa dari pengalaman sendiri atau orang lain. Misalnya, pernah mengalami
pengalaman ditolak cintanya. Contohnya dalam bentuk sinopsis sebagai berikut.
Pagi hari, aku berangkat ke pelatihan. Di jalan, banku bocor. Aku langsung
menuntun motor ke tambal ban. Untunglah, di dekat TKP, ada tukang tambal ban yang
sudah buka. Aku terkesima saat melihat si tukang tambal ban. Ia seorang lelaki muda,
mengingatkanku pada kisah cintaku dulu, yang kandas.
9. Pengetahuan/Gosip
Simaklah teks berikut ini.
Teks tersebut bisa dijadikan teks cerpen. Salah satunya sebagai berikut.
Menembus Hujan
Hujan masih deras ketika Ani keluar dari rumahnya. Ia mengendarai motornya
dengan mengenakan mantel hujan. Kini ia tak peduli dengan cuaca. Tujuannya satu,
pergi ke tempat kebugaran. Ia sudah bertekad untuk merutinkan senam. Vonis dari
dokter membuatnya tercengang, ia mengidap gejala kanker.
Di persimpangan, ternyata sebuah pohon tumbang. Lalu lintas pun macet. Ani
pun berpikir keras untuk mencari jalan alternatif. Ia pun mendapatkannya. Sayangnya,
begitu ia melewatinya, jalan itu banjir. Dengan susah payah, ia pun melewatinya. Begitu
di ujung jalan, motornya mogok. Untuk menangani yang satu ini, ia merasa tak
sanggup. Ia hampir putus asa.
Di tengah hujan, terdengar sebuah suara menyapanya. Seorang lelaki kekar
datang menghampirinya dan menawarkan jasa untuk memperbaiki motornya.
4. Berpikir nakal/gokil
Dalam penulisan sastra, dibutuhkan pemikiran yang tidak biasa. Berpikir agak
nakal atau gokil. Tulisan sastra adalah pendalaman pada apa yang tampak. Biasanya
karya-karya yang begini memiliki daya tawar yang menarik. Jika pikiran Anda masih
linier, cobalah untuk berpikir tidak biasa. Jika selama ini Anda menganggap sesuatu itu
biasa, cobalah untuk menganggapnya tidak biasa. Ini bertujuan untuk mengasah
imajinasi. Selama masih di pikiran, saya kira apa yang nakal dan gokil tidak masalah,
asal tidak diwujudkan dalam kerja perilaku, tetapi diwujudkan dalam kerja kepenulisan.
5. Nekat
Ada yang bilang bahwa menulis itu butuh bakat. Itu omong kosong. Soal ini
akan saya kupas lebih jauh di bawah. Jadi, dalam menapaki dunia penulisan, pakai saja
filosofi bonek (Jw: bondo nekat; Ind: berbekal keberanian). Jalan saja, meski tak punya
modal bakat dan lain-lainnya. Dengan nekat, saya yakin tulisan akan terwujud. Dengan
kata lain, dalam bertindak menulis, jangan pikirkan soal kemampuan dulu. Yang
penting, jalan dan jalan.
8. Meniru model
Langkah sederhana untuk mengasah teknik dan gaya penulisan adalah bisa juga
dicoba kiat dengan meniru model cerpen dari cerpenis yang sudah mapan. Minimal
cerpen yang disenangi dan bagus. Dengan begitu, maka dihasilkan sebuah cerpen
dengan cara yang praktis. Cara ini sangat baik untuk mengasah teknik penulisan.
9. Terus berlatih
Menulis itu tak bisa instan. Harus terus dilatih. Dengan semakin tinggi jam
terbang, bisa dimungkinkan akan semakin canggih dalam olah penulisan. Jadi, jangan
bangga hanya dengan menghasilkan satu-dua cerpen. Bisa jadi, yang Anda hasilkan itu
hanyalah cerpen latihan, bukan cerpen sebenarnya. Cobalah terus untuk berlatih
menulis.
Lupakan teori
Jika sudah menghadapi layar computer/kertas putih untuk menulis, maka
alangkah baiknya tinggalkan teori penulisan sejenak, lalu mulai menulislah. Dengan
lebih banyak menulis, maka akan lebih banyak pengalaman. Dengan sendirinya teori
penulisan/teknik penulisan akan mengalami internalisasi/integralisasi dengan
sendirinya.
Dalam sebuah buku, penulis AS Laksana (2006) berbagi keterampilan menulis.
Buku ini berisi bahan-bahannya mengajar di sekolah penulisan Jakarta School. Dalam
kesempatan ini, saya menukilnya untuk yang bisa diterapkan dalam menulis. Berikut ini
saya kutip beberapa kiatnya, di antara 9 kiat yang diperkenalkannya. Tentu saja kiat-kiat
ini adalah untuk penulisan secara umum, tetapi dengan mengacu pada kiat dan pendapat
beberapa tokoh dunia.
1. Rahasia kreativitas adalah mendekatkan tangan dengan otak. Tony Buzan
menegaskan, segala sesuatu adalah soal pikiran. Jika kita betul-betul ingin menulis, beri
tangan kita pena. Biarkan tangan itu menjalin kerjasama dengan otak. Tetaplah menulis.
Albert Einstein pernah mengatakan, apa yang ditulis oleh tangan kita adalah langkah
pertama yang akan mewujudkan apa yang ada di kepala kita.
2. Segeralah Menulis! William Blake (1757-1827), penyair klasik Inggris,
mengatakan hasrat semata tanpa tindakan akan membiakkan penyakit. Mau jadi penulis,
ya menulislah. Menulislah dalam keadaan apa pun. Tanpa ide pun orang bisa menulis.
Yang tidak bisa adalah menulis tanpa kemauan. Menulis apa saja akan memancing
datangnya ide. Jangan berhenti menulis lantaran tidak mood, sedang stres, sedih,
tertekan. Sama saja dengan seorang bankir atau polisi, meski dirinya lagi sedih, ia tidak
boleh melalaikan tugasnya. Demikian juga seorang penulis.
3. Menulis Buruk. Jangan terpaku untuk segera menghasilkan tulisan yang baik.
Menulis apa saja tanpa takut jelek. Jangan biarkan kertas kita tetap kosong hanya karena
memikirkan bagaimana menulis yang baik. Tulisan buruk jauh lebih baik ketimbang
tulisan yang sempurna yang tidak pernah ada. Jangan bengong. Menulislah buruk
kemudian editlah. Ingat, kita tidak pernah bisa mengedit tulisan yang tidak pernah ada.
“Orang yang tidak pernah melakukan kesalahan, biasanya tidak melakukan apa-apa,”
kata Edward John Phelps (1822-1900).
4. Jangan Menulis Sekaligus Mengedit. Jangan mengerjakan dua pekerjaan besar
secara bersamaan, yakni menuangkan gagasan dalam tulisan dan mengedit. Kita sering
terjebak untuk menulis sekaligus mengedit saat itu juga. Kita tidak sabar menghasilkan
tulisan yang bagus. Akibatnya, kita sering mengapus tulisan kita, berhenti lama, dan
tidak kunjung menulis.
5. Konkretkan Konsep-konsep Abstrak. Gambarkan dengan jelas konsep-konsep
abstrak seperti cinta, panas, pengap, dan sebagainya. Kreatiflah dalam menggambarkan
itu semua agar tidak jatuh pada penggambaran yang itu-itu saja (klise, red.).
6. Deskripsi dengan Lima Indra. Deskripsi yang baik membuat cerita “hidup” di
benak pembaca. Buatlah pembaca mampu melihat sesuatu, mencium baunya, merasakan
persentuhannya, mendengar bunyinya, dan mencecap rasanya. Tulisan kita akan benar-
benar hidup. (Dalam bahasa puisi, biasanya disebut dengan citraan. Misalnya citraan
penglihatan, citraan pembauan, pendengaran dan lain-lainnya, red. Dalam cerpen,
biasanya terkait dengan detail deskripsi obyek).
7. Menulis Cepat. Menulislah dengan cepat. Jangan biarkan diri kita dikuasai
mood. Mood dan tidak mood adalah perkara pikiran. Singkirkan jauh-jauh. Menulis itu
seperti orang bercakap-cakap. Jika kita merasa waktu teralu sempit untuk menulis,
menulislah secepat-cepatnya. Isaac Asimov mengaku, “Saya menjadi produktif, saya
rasa, karena saya menulis secara simpel dan apa adanya.” Penulis cepat adalah penulis
yang baik. Penulis baik adalah penulis cepat. Ingat, kecakapan senantiasa berdampingan
dengan kecepatan pengerjaan. Jangan terpaku dengan kata-kata dan gaya penulis-
penulis besar. Tulislah cepat dengan gaya dan apa adanya diri kita. Ernerst Hemingway
(1899-1961) mengatakan, “Apakah ia pikir kekuatan emosi lahir karena kata-kata
besar?...ada kata-kata yang simpel, lebih baik, dan lebih lazim. Itulah yang kugunakan.”
Menulislah cepat tanpa meyensor diri. Jangan berhenti hanya karena draft pertama.
(Laksana, 2006)
Lain-lain
Dalam pandangan saya, ada tiga syarat sebuah cerpen disebut baik, yaitu
sastranya baik, bahasanya baik dan isinya baik. Jika hanya salah satu, atau salah dua
yang baik, tentu itu mengurangi kadar karya tersebut. Oleh karena itu penilaian cerpen
biasanya terpaku pada teknik penulisan, isi, dan bahasanya.
Anwar, M. Shoim. Imung Mulyanto (ed). 1993. Limau Walikota, Kumpulan Cerita
Pendek Surabaya Post. Surabaya : Surabaya Post.
Diponegoro, Mohammad. 1985. Yuk Nulis Cerpen Yuk. Yogyakarta:Salahudin Press.
Hoerip, Satyagraha (ed). 1979. Cerita Pendek Indonesia 1. Jakarta : Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Bahasa Indonesia Wahana
Pengetahuan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Laksana, AS. 2006. Creative Writing, Tips dan Strategi Menulis untuk Cerpen dan
Novel. Jakarta: 2006
Tahar, Haris Efendi. 1999. Kiat Menulis Cerpen. Bandung:Angkasa.
.