Anda di halaman 1dari 6

18 April 2021

TUGAS 1 PENGKAJIAN PUISI

Nirmala Dian Pertiwi

NIM 13010119120021

Kelas A, SMT 4

Sastra Indonesia 2019


IMAJINASI PUISI MAMPU MEMIKAT PENIKMAT SENI

Oleh: Nirmala Dian Pertiwi

Tak jarang orang menganggap jika dunia puisi itu membingungkan. Padahal
penuh kesan juga hiburan. Dalam hal ini puisi itu asik untuk diulik. Sebab puisi bukan
hanya sebatas rangkaian kata-kata terkait isi hati penciptanya. Namun puisi lebih dari
itu. Puisi dapat dianggap sebagai ungkapan perasaan baik lisan maupun tulisan, dengan
permainan gaya bahasa di dalamnya. Rangkaian kata yang disampaikan begitu estetis
sehingga mampu menarik penikmat seni. Dibalik asumsi tersebut, puisi merupakan
bagian dari karya sastra. Maka dari itu perlu menggunakan prinsip sastra dalam
penerapannya. Coleridge dalam Pradopo (2005:6) mengungkapkan jika puisi itu adalah
kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata sebaik-baiknya
misalnya seimbang dan simetris antara unsur satu dengan unsur lain, yang sangat erat
hubungannya. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan jika puisi itu
mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan serta dapat merangsang
imajinasi pembaca maupun pendengarmya.

Bagi penulis, puisi yang dikatakan indah itu adalah yang dapat saya (penulis)
pahami. Jika penulis berhasil menemukan makna sesungguhnya dalam puisi tersebut
dengan imajinasi yang cukup manantang, maka puisi itu dapat dianggap sebagai puisi
yang memikat. Namun pastinya terdapat puisi yang saya anggap begitu memukau
dibandingkan puisi yang lain. Puisi tersebut salah satunya adalah karya Chairil Anwar
yang dikenal sebagai pelopor angkatan 45. Karyanya begitu menggiurkan. Tak heran
jika banyak orang yang terpikat oleh puisinya, termasuk saya sendiri. Puisi berjudul
Cintaku Jauh di Pulau yang diciptakan tahun 1946 itu menunjukkan jika si aku
mengidam-idamkan bertemu dengan kekasihnya, yang jauh di pulau. Ia lalu menaiki
perahu untuk menuju kesana. Meskipun keadaan perjalanan dianggap baik, perjalanan
lancar, bulan memancar, perahu melancar, tetapi ternyata kematian telah
menghadangnya dan mengakhiri hidupnya, sebelum sempat bertemu dengan sang
kekasih. Puisi tersebut mampu membuat pembacanya termasuk saya sendiri berkhayal
juga mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan. Sebab Chairil Anwar
jarang menggunakan bahasa lugas, namun bahasa kiasan yang digunakannya tersirat
makna yang cukup kuat serta estetis. Puisi-puisi miliknya pun kerap digunakan sebagai
ajang perlombaan baca puisi serta penelitian-penelitian analisis sastra. Hal-hal seperti
itulah yang juga dapat membuat saya mengagumi karya-karya Chairil Anwar termasuk
puisinya yang berjudul Cintaku Jauh di Pulau.

Setelah menyinggung terkait perlombaan baca puisi, beberapa kali saya juga
mencoba berpartisipasi dalam ajang tersebut. Memang benar, begitu berkesan jika kita
membaca puisi dengan penuh penghayatan dihadapan para juri, teman-teman, dan orang
di sekitar. Dunia puisi mulai saya kenal sejak di bangku Sekolah Menengah Pertama
(SMP). Kala itu meskipun kerap mengikuti perombaan baca puisi, namun hanya
beberapa kali saja yang berhasil meraih keberuntungan. Saya pun mulai mempercayai
jika kita memiliki kemampuan di bidang tertentu, namun tidak terus diasah maka tak
akan ada kemajuan yang berarti (bakat terpendam). Buktinya seperti saat ini, jika saya
dituntut untuk membaca puisi, mungkin terasa lebih baik ketika saat SMP lalu.
Berikutnya berlanjut di masa putih abu-abu (SMA). Berhubung saya merambah di
jurusan “bahasa” maka sudah tentu akrab dengan karya sastra, seperti puisi salah
satunya. Akan tetapi lebih menekankan pada analisis-analisis sederhana, contohnya
terkait penentuan tema puisi, makna secara keseluruhan, amanat, dan majas.

Manakala ditanya seputar kegemaran puisi, bagi saya puisi memang asik untuk
diulik seperti yang telah saya singgung diatas. Jika puisi itu mampu menjadikan
pembaca berkontemplasi serta penuh kesan juga hiburan. Namun, ketika diberikan
pilihan untuk menganalisis puisi, membaca puisi, dan membuat puisi. Saat ini saya lebih
mengarah ke analisis puisi. Mengapa? Karena rasanya cukup menantang saat berkali-
kali mencoba memahami makna puisi, mengupas arti kata per kata yang digunakan
dalam puisi, menemukan khayalannya dan sebagainya. Dalam hal ini meskipun saya
lebih menyukai analisis puisi, tetapi tak menjadikan saya berpisah untuk membaca puisi
dan membuat puisi. Membaca puisi di hadapan audience akhir-akhir ini memang hanya
sesekali saja. Saat acara-acara tertentu. Kendati demikian ketika waktu luang atau iseng
sendiri. Saya juga lumayan sering untuk membaca puisi, meskipun dibaca dalam hati.
Selanjutnya membuat puisi. Bagi pihak tertentu mungkin bisa dijadikan hobi bahkan
kegiatan sehari-hari. Tanpa menulis puisi rasanya kurang lengkap. Tetapi saya sendiri
menulis puisi dapat dihitung dengan jari. Bukan karena tidak mampu atau tak ada
waktu. Namun dikarenakan saya lebih menyukai untuk menganalisis dan membaca
puisi berdasarkan ilmu yang telah saya peroleh sampai saat ini. Masih pada bahasan
menulis puisi. Biasanya saya menulis puisi tersebut hanya di waktu-waktu tertentu.
Seperti ketika sedang bersedih hati, menyendiri, dan ketika benar-benar tak ada
kegiatan, sehingga itu merupakan salah satu metode menghilangkan rasa kebosanan.
Selain itu menulis puisi juga saya lakukan saat pengajar meminta muridnya untuk
membuat puisi. Dalam hal ini membuat puisi juga perlu daya pikir dan konsentrasi yang
mendukung. Sebab puisi diciptakan bukan sekadar isi hati penciptanya dan ditulis
dengan gabungan kata-kata saja. Namun puisi juga perlu menggunakan prinsip sastra
dalam penerapannya. Jika puisi yang diciptakan tidak menarik, monoton, gaya bahasa
yang digunakan kurang diperhatikan, dan sebagainya. Maka tentunya akan
menimbulkan anggapan kalau puisi tersebut tidak menampilkan kesan keindahan.

Lantas apakah puisi dapat dianggap penting? Tentunya hal tersebut


menimbulkan tanggapan yang beragam. Mengenai penting tidaknya puisi, menurut saya
sendiri puisi termasuk hal yang cukup penting. Berhubung saya masuk jurusan Sastra
Indonesia tentunya tak lepas pada karya sastra termasuk puisi. Buktinya dari zaman
dulu hingga saat ini puisi terus berkembang. Pentingnya puisi bagi saya bukan sekadar
hiburan semata, namun lebih dari itu. Puisi juga memberikan kenikmatan seni,
memperkaya kehidupan batin, memberikan motivasi, meningkatkan kreativitas,
membangkitkan semangat hidup, dan sebagainya. Bahkan jika kita berkeinginan terjun
di dunia puisi tentunya dapat menambah penghasilan pula.

Selain perihal tersebut puisi dikatakan penting sebab, setiap karya puisi di
dalamnya pasti memiliki tujuan tersendiri baik secara tersurat maupun tersirat.
Contohnya yaitu tujuan puisi sebagai media untuk mengkritik kehidupan sosial di era
sekarang ini, menyampaikan protes sosial bagi lingkungan masyarakat tertentu,
memperkuat rasa ketuhanan dan keimanan. Hal-hal seperti itulah yang menjadikan puisi
cukup penting dalam kehidupan. Mari kita bayangkan jika hidup tanpa puisi. Mungkin
akan terasa hambar, buktinya lirik lagu, cuplikan-cuplikan pada film, cerita dalam
novel, cara untuk menyatakan perasaan cinta dan sebagainya tak sedikit yang masih
menggunakan seni puisi. Kita mulai dari bangku sekolah dasar hingga menengah ke atas
pun diajarkan apakah seni puisi itu. Maka dapat disimpulkan puisi begitu penting dalam
kehidupan kita. Saya menganggap demikian didasari juga oleh pengalaman saya sendiri.
Jika saya membaca puisi ataupun menganalisis puisi rasanya menimbulkan berbgai efek
positif, seperti yang telah saya paparkan di atas. Sederhananya puisi dapat menggugah
selera, merangsang imajinasi pembaca, dan mengobarkan semangat. Puisi juga
istimewa, jika kita menciptakan suatu karya seni termasuk puisi dan kita telah tiada
maka karya puisi kita itu akan terus terkenang hingga kapan pun. Berikut akan saya
tampilkan salah satu puisi dari Chairil Anwar Cintaku Jauh di Pulau yang begitu
berkesan bagi saya sendiri.

CINTAKU JAUH DI PULAU


Chairil Anwar

Cintaku jauh di pulau,


gadis manis, sekarang iseng sendiri

Perahu melancar, bulan memancar,


di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya.

Di air yang tenang, di angin mendayu,


di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja,”

Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!


Perahu yang bersama ‘kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!

Manisku jauh di pulau,


kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.
Sumber Kutipan dan Sumber Gambar

Pradopo, Rachmad Djoko. 2005. Pengkajian Puisi: Analisis Strata Norma dan Analisis
Struktural dan Semiotik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nusakini. 2018. “Hari Puisi Nasional untuk Mengenang Chairil Anwar”. (online).
https://m.nusakini.com/news/hari-puisi-nasional-untuk-mengenang-
chairil-anwar (Diakses pada 19 April 2021).

Anda mungkin juga menyukai