Anda di halaman 1dari 3

Proses Kratif Sebuah Puisi, Penulisan Cerpen, dan Menulis Cerita Anak

Proses kreatif merupakan sebuah proses yang dilalui seorang pengarang dalam menghasilkan
sebuah karya sastra. Seorang pengarang tidak akan bisa membuat karya sastra seperti puisi atau
prosa tanpa melalui tahapan proses penciptaanya seperti pengumpulan ide,pengembangan ide,
dan penyempurnaan ide. Saat ini banyak karya sastra yang sedang populer dikalangan
masyarakat. Yang paling populer adalah puisi atau sajak. Puisi adalah sebuah seni tertulis. Puisi
merupakan karya sastra seseorang dalam menyampaikan pesan melalui diksi dan pola tertulis.
Penyair adalah orang yang membuat atau menciptakan puisi. Dalam bentuk seni ini, seorang
penyair menggunakan bahasa untuk menambah kualitas estetis pada makna semantis. Selain
puisi ada cerpen atau cerita pendek adalah bentuk prosa naraktif fiktif. Cerita pendek
cenderungan padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain yang lebih
panjang, seperti novella ( dalam pengertian modern) dan novel. Selain dari cerpen ada lagi yaitu
cerita anak merupakan pembayangan atau pelukisan kehidupan anak yang imajinatif ke dalam
bentuk struktur bahasa anak. Cerita anak merupakan satra yang ditujukan untuk anak, bukan
cerita tentang anak.
Pada sebuah puisi, seriap penyair memiliki pengertian sendiri sendiri dari sebuah puisi.
Jadi banyak pengertian puisi, tetapi puisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.
Karya sastra ini bias membangkitkan kesadaran sang pembaca. Biasanya puisi ini dikenali dari
suku kata yang bermakna kiasan. Puisi itu mengungkapkan pikiran dan perasaan penulis yang
biasanya penyair. Puisi didahului dengan memaknai pengalaman spiritualitas, barulah kemudian
puisi diwadahkan melalui bahasa. Namun penyair biasanya memulai dengan bermain-main
bahasa, mengakrabi dengan bahasa , dan dari permainan bahasa itu kemudian barulah
menemukan makna.
Pada proses kreatif penulisan puisi, ada dua jalan yang bias diambil. Yaitu “Jalan
Spiritual”, dan “Jalan Bahasa”. Pada jalan Spiritual strategi yang pertama, penyair seperti didikte
oleh suara ruh. Penyair hanya bertugas sebagai pelaksana dari suara ruh. Sementara itu, ruh
memerlukan badan, yakni bahasa, dan karenanya suara ruh itu meminta bahasa agar dapat
meruang dan mewaktu. Dan sering kali penyair seperti mabuk kata-kata dan tiba-tiba jadilah
puisi. Puisi yang diciptakan melalui jalan ini, yaitu suara ruh, dari pengalaman spiritual penyair,
maka bahasa yang dipergunakan tidak akan cukup dan terbatas untuk mewadahi dalam puisi
tersebut. Maka dari itu yang hanya terpresentasikan ke dalam bahasa hanya sebagian besar saja.
Akan tetapi, ada bahasa yang tercecer dari puisi tersebut melalui metafora.
Yang tidak kalah menarik dari sudut penciptaan demikian bahwa bahasa puisi justru
menjadi formula yang jernih, tidak ruwet dalam permainan metafora, tidak digelap-gelapkan
sebab tujuan utamanya adalah makna. Di samping itu, yang disebut puisi tidak semata dari sisi
eksotisme bahasa, melainkan pengalaman ruhani, peristiwa, suatu pesan yang digambarkan, yang
semuanya itu menarik bagi pembaca sebab bertemunya antara suara ruh yang disampaikan oleh
penyair dan suara ruh pembaca.
Puisi itu tidak akan hancur sebagai puisi karena perpindahan bahasa. Puisi akan tetap
menjadi puisi walaupum diterjemahkan kebahasa manapun. Seperti puisi dan karya sastra yang
sebagaimana ditulis oleh Kahlil Gibran dalam buku puisi triloginya The Prophet; Javid Nammah
oleh Muhammad Iqbal; La Commedia Devine oleh Dante. Atau ke Nusantara, “Syair Perahu”
karya Hamzah fanshuri; “Hikayat Prang Sabil” karya Teungku Pante Kulu; “Suluk Wujil” karya
Sunan Bonang. Atau lebih ke Indonesia, buku puisi Nyanyi Sunyi karya Amir Hamzah; sajak
“Doa” “karya Chairil Anwar; sajak “Nyanyian Angsa” atau sajak “Khotbah” karya Rendra; buku
puisi 99 Untuk Tuhanku atau bukiu puisi Syair-syair Asmaul Husna karya Emha Ainun Nadjib;
buku puisi Makrifat Daun, Daun Makrifat karya Kuntowijoyo; buku puisi Rubayat Angin dan
Rumput karya K.H.A. Mustofa Bisri; sajak “Ibu” karya D. Zawawi Imron.
Dalam proses kelahiran puisi bisa juga diungkapkan dan ditulis berdasarkan kejadian
yang menimpa pada hari tersebut. Seperti contohnya pergi ke pasar menjumpai apa saja lalu bisa
digunakan dalam membuat sajak sajak puisi dengan makna kiasan.
Tujuan kekenesan estetisme dalam proses lahirnya puisi secara demikian itu agaknya
jauh dari keinginan penyair. Dia hanya ingin berbagi pengalaman spiritual. Tujuan awalnya,
barangkalu bukan kepenyairan itu sendiri, melainkan kebutuhan untuk berkabar kepada manusia.
Pada strategi yang kedua, tatkala ekspresi seni bukan lagi bagian langsung dari ekspresi
keberagaman seseorang, maka karya seni tak terkecuali sastra dalam proses kelahiran dan
eksistensi di dalamnya pun tidak lagi sacral. Siapapun berhak menulis puisi, tentang apapun,
ditulius dengan cara bagaimanapun, dan untuk tujuan apapun.
Pada hakikatnya, semua karya sastra memerlukan bahasa supaya terkesan bagus dan
penuh dengan makna. Namun pembuatan puisi bukan bertujuan akhir kepada estetika bahasa
semata. Pada penyair Djoko Darmono meyakini bahwa puisi adalah permainan bahasa. Seperti
halnya sajak penyair Suratdji. Permainan bahasa sangat kental, sebagai contohnya sajak
“Kalian”. Namun pada jalan bahasa ini mengalami pengekstriman sehingga justru menjadi anti
klimaks atau penghancuran terhadap formalitas bahasa.
Strategi proses kreatif seemacam itu tidaklah melulu dari satu sisi “jalan” saja,
melainkan akan tergantung kepada tingkat kematangan pandangan hidup, dan kecendrungan
penyair dalam menyikapi sihir bahasa. Terkadang dari pengalaman hidup, pandangan hidup dan
kecenderungan dari penyair. Bisa jadi penyair mengambil salah satu atau semuannya dari jalan
bahasa yang diambil dalam membuat puisi.
Sedangkan pada penulisan cerpen sama halnya seperti pembuatan puisi. Cerita pendek
dapat diartikan sebagai cerita naratif yang fiktif yang dikarang oleh seseorang. Cerpen biasannya
terinspirasi oleh kisah nyata atau kadang hanya imajinasi sang penulis. Perlu diketahui, cerpen
merupakan bagian dari sebuah cerita lucu atau anekdot.
Dalam pembuatan cerpen harus memiliki gagasan pokok dahulu. Seorang penulis tak
akan pernah sukses jika tidak mampu membuat gagasan. Dan gagasan tidak akan terbuat tanpa
adanya membaca. Pada proses menulis harus diawali dengan membca terlebih dahulu. Ide
seseorang itu diperlakukan untuk membuat gagasan. Semakin seseorang membaca akan lebih
banyak membuat gagasannya.
Penulisan cerpen itu bisa dari diri sendiri berdasarkan pengalaman hidup dari kecil hingga
kita saat ini. Seperti peristiwa yang menarik, tragis, lucu, sedih, dan lain lain. Dari berdasarkan
pengalaman pribadi tersebut bisa ditambahkan dengan keunikan sang pengarang. Pada penulisan
cerpen ini juga bisa sebagai memperkuat ingatan karena mengulas apa yang pernah terjadi atau
bisa saja sebagai tempat curahan hati.
Menananm Mitos Menulis sudah menjadi pengetahuan umum bahwa menulis adalah
suatu yang memiliki tinggi dan bermakna abadi, namun dalam masyarakat kita masih berserakan
pikiran bahwa menulis adalah sesuatu yang menakutkan. Penulis adalah seorang yang memiliki
kemauan tinggoi, rasa semangat yang berkobar dan rasa ingin tahu juga mau belajar yang besar
hingga masih diberi kesempatan untuk belajar sampai sekarang ini.
Menulis Itu Seni Ajaib Yang Mengagumkan. Menulis atau menharang sebuah cerpen,
sebenarnya merupakan senuah seni mengekspresikan ide atau perasaan melalui tulisan atau
lukisan itu, sebenarnya bermula dari timbulnya gerak batin secara tiba-tiba.
Menulis Dapat Dipelajari bahwa itu tidak murni lahir dari suatu bakat. Menulis adalah
suatu hal yang dapat dipelajari asal ada kemauan, keberanian, dan tekun dalam berlatih.
Menulis Adalah Mendidik pada hakikatnya, seorang penulis adalah pencerah untuk
masyarakat yakni berperan sebagai pendidk, dengan menyampaikan ide, informasi, ajaran, nilai
dan etika pada masyrakat. Dan bisa untuk Memperkukuh Ingatan dan Mengatasi Trauma.
Proses pembuatan cerita anakk merupakan hal yang cukup sulit. Karena yang harus
diperhatikan adalah persoalan bahasa yang harus sinkron dengan pikiran anak agar mudah
dipahami. Dan tentunya mengandung manfaat yang besar bagi anak. Cerita anak dapat
dipergunakan untuk hiburan serta untuk memberikan pendidikan moral pada anak.
Kesederhanaannya ditandai oleh syarat wacananya yang baku dan berkualitas tinggi, namun
tidak ruwet, sehingga komunikatif. Di samping itu , pengalihan pola piker orangdewasa kepada
dunia anak-anak menjadi syarat cerita anak-anak yang digemari. Dengan kata lain, cerita anak
harus bercerita tentang kehidupan anak-anak dengan segala aspek yang mempengaruhinnya.
Dari ini dapat disimpulkan bahwa cerita anak yang berisikan kisah seputar anak yang
boleh untuk diceritakan, bersifat menghibur. Dan sesuai dengan tingkat perkembangan emosi
intelektual anak. Dan puisi dengan cerpen merupakan karya fiksi, pendalam antara relistis dan
imajinasi, keduannya menyampaikan pesan moral dan keduannya menggambarkan peristiwa
estetik dngan menggunakan media bahasa.

Nama : Shinta Fauziah


Nim : 2017101110

Anda mungkin juga menyukai