Anda di halaman 1dari 4

DARI IMAJINASI KE MENULIS NOVEL - 26 Agustus 2010 - 12:25 (Diposting oleh: Rumah Dunia) Rahmat Heldy HS Menulis pada

hakikatnya menyuarakan isi dan perasaan bathin seseorang. Pembicaraan mengenai pribadinya, orang-orang sekelilingnya, keluarganya, bahkan pengorbanan dirinya yang dianggap menarik, romantis, sengsara, lucu, bahkan menggemaskan. Semua itu bisa tersalurkan dan dirasakan oleh pembaca lewat menulis. Setidaknya menulis dapat dikatakan sebagai alat pelampiasan dan pemuasan hasrat yang tak tersalurkan. Adapun tujuan menulis adalah untuk menyuarakan segala macam hal, agar mendapatkan perhatian, kepuasan dan ada juga bertujuan untuk mendapatkan royalti dan ketenaran. Tetapi ada yang paling penting dari tujuan menulis, yaitu, bahwa menulis adalah melanjutkan tradisi kebudayaan, menanamkan idiologi, pembelajaran bagi kemanusiaan, dan menulis adalah bentuk penjagaan terhadap alam semesta dan ilmu pengetahuan. Maka, bagi seseorang yang tak mampu menyuarakan apapun mengenai kepincangan sosial yang terjadi di sekelilingnya, dan ia tak mampu meyurakan bathinnya pada bidang yang lain, menurut saya, lebih baik mati dipanggang api, daripada hidup tak berarti. Menulis seperti yang dilansir di beberapa media cetak, bahwa, menulis itu gampang. Di internet merebak tips-tips dan tehnik-tehnik latihan menulis. Buku-buku juga tak kalah bersaing. Seolah olah menulis semudah membalikan telapak tangan (seolah-olah mudah agar berminat menulis). Tapi perlu diketahui segala macam bentuk tips dan tehnik-tehnik menulis tak ada pengaruh yang urgent selagi tidak memiliki modal keinginan yang kuat. Ini fakta, disetiap komunitas-komunitas yang mengadakan pelatihan menulis gratis. Dari peserta yang jumlahnya puluhan, hanya beberapa saja yang bertahan. Sekedar analogi, ternyata menulis itu sulit, harus banyak membaca karya orang lain, merenung (yang konon buang-buang waktu), dan kalaupun diterbitkan royaltinya tidak sesuai dengan jerih-payah yang dikeluarkan. Itulah sedikit kata pengantar yang dapat saya sampaikan sebelum masuk mengenai proses kreatif yang njelimet dan beradarah-darah, yang penulis alami. Sebelum jauh melangkah bagaimana trik dan tips untuk dapat menulis. Akan lebih penting jika kita mengetahui pengertian dari novel itu sendiri, bahwa novel adalah karya fiksi yang di dalamnya banyak menceritakan tokoh dengan perwatakan yang berbeda-beda dan tidak habis sekali dibaca Hakikat Menulis Novel Menulis novel pada hakikatnya sama dengan menulis kreatif sastra yang lain. Adapun pengertian dari menulis kreatif sastra. Menurut Perey (dalam Mulyati, 2002) menulis kreatif sastra adalah pengungkapan gagasan, perasaan, kesan, imajinasi, dan bahasa yang dikuasai seseorang dalam bentuk karangan. Tulisan yang termasuk kreatif berupa puisi, fiksi, dan non fiksi. Sedangkan menurut Roekhan (1991:1) menulis kreatif sastra pada dasarnya merupakan proses penciptaan karya sastra. Proses itu dimulai dari munculnya ide dalam benak penulis, menangkap dan merenungkan ide tersebut (biasanya dengan cara dicatat), mematangkan ide agar jelas dan utuh, membahasakan ide tersebut dan menatanya (masih dalam benak penulis), dan menuliskan ide tersebut dalam bentuk karya sastra. Jadi menulis kreatif sastra adalah suatu proses yang

digunakan untuk mengungkapkan perasaan, kesan, imajinasi, dan bahasa yang dikuasai seseorang dan pikiran seseorang dalam bentuk karangan baik puisi maupun prosa. Dari beberapa pengertian di atas dapat diketahui bahwa hakikat menulis novel adalah suatu proses penciptaan karya sastra untuk mengungkapkan gagasan, perasaan, kesan, imajinasi, dan bahasa yang dikuasai seseorang dalam bentuk novel yang ditulis dengan memenuhi unsur-unsur berupa alur, latar/seting, perwatakan, dan tema. Tahapan Menulis Novel Pembelajaran menulis novel yang lazim digunakan adalah melalui 4 tahapan proses kreatif menulis, yaitu, (1). tahap persiapan, (2). tahap inkubasi, (3). tahap saat inspirasi, dan (4). tahap penulisan. Pada tahap persiapan, penulis telah menyadari apa yang akan ia tulis dan bagaimana menuliskannya. Munculnya gagasan menulis itu membantu penulis untuk segera memulai menulis atau masih mengendapkannya. Tahap inkubasi ini berlangsung pada saat gagasan yang telah muncul disimpan, dipikirkan matang-matang, dan ditunggu sampai waktu yang tepat untuk menuliskannya. Tahap inspirasi adalah tahap dimana terjadi desakan pengungkapan gagasan yang telah ditemukan sehingga gagasan tersebut mendapat pemecahan masalah. Tahap selanjutnya adalah tahap penulisan untuk mengungkapkan gagasan yang terdapat dalam pikiran penulis, agar hal tersebut tidak hilang atau terlupa dari ingatan penulis (Sumardjo, 2001:70). Dari pernyataan tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa menulis novel sebagai salah satu kemampuan menulis kreatif mengharuskan penulis untuk berpikir kreatif dan mengembangkan imajinasinya setinggi dan seluas-luasnya. Dalam menulis novel, penulis dituntut untuk mengkreasikan karangannya dengan tetap memperhatikan struktur novel, kemenarikan, dan keunikan dari sebuah novel. Menulis dari Kemiskinan sampai Pohon Pisang Di Samping Sekolah Sekedar tips dan cara untuk mempermudah kita agar semangat menulis. Kalau kita membaca dan melihat tujuan orang menulis memiliki berbagai macam tujuan. Akan tetapi, yang tidak kita ketahui adalah bagaimana cara mereka menulis. Sekedar perbandingan saja, saya akan bercerita sedikit mengenai proses menulis kreatif saya. Proses menulis yang saya lakukan barangkali berbeda dari para penulis-penulis yang lain. Saya sering menyemangati dunia kepenulisan saya dari kemiskinan yang ada disekeliling kehidupan saya. Terutama, bagaimana semangat kerja bapak untuk bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Dari dongeng-dongeng kegetiran orang tua itu, berangkatlah saya untuk menulis. Ketika muda dulu bapak sebagai kuli menuntun kerbau. Berangkat dari rumah menuju pejagalan Serang dengan berjalan kaki dimulai dengan berjalan kaki dari pukul 2.00 subuh sampai pukul 10.00 di Pejagalan. Atau suatu malam bapak pernah bercerita berangkat ke Jakarta berjualan kuda dengan berjalan kaki. Dan diketahuilah dari Waringinkurung ke Jembatan Pesing-Jakarta ditempuh dengan berjalan kaki dua setengah hari. Tidak cukup di situ, kemiskinan yang mendera adalah habisnya uang, dan kuda banyak yang hanyut di kali Cisadane. Dan ingin saya katakan penulis sejati adalah penulis yang mampu menyuarakan kepincangan-kepincangan dalam realitas sosial. Maka dari situlah kemiskinan tumbuh dan semangat menulis semakin kuat. Bagaiaman sebuah masalah dalam realitas di masyarakat kita buat, kita menej untuk menjadi sebuah motivasi diri guna mengejar ketertinggalan. Kalau bapak berangkat pukul: 2.00 Wib subuh, maka kita harus

memulai menulis dari pukul: 2.00 Wib subuh itu. Banyak sekali hal-hal yang terjadi dari kepincangan masyarakat yang penting untuk kita tulis dan memacu diri. Masih dalam kemiskinan sebagai sumber kekuatan. Suatu malam saya menginap di sekolah. Di samping sekolah itu banyak sekali gubug-gubug Lio menggali dan membuat batu bata. Pohonpohon meregang. Asap mengepul dan masuk di ruang kelas. Pemandangan tak menarik, udara juga tak segar. Bahkan dari mereka (Orang-orang Lio), berhasil saya besut dan saya rangkum kegiatan mereka dalam sebuah judul buku, yaitu, Kampung Ular (Lumbung Banten: 2009). Betapa dahsyat mereka bekerja, mulai dari pagi buta sampai pukul satu dini hari. Malam esoknya saya bawa leptop dan berpacu dengan citakan bata mereka. Menghiasi langit kelam dan bisu. Para pekuli emping jug tak kalah memberikan banyak inspirasi dan motivasi. Mereka ibu-ibu rumah tangga yang mengambil keuntungan Rp. 2500.00,-/liter berjuang giat mulai dari pukul: 3 pagi sampai menjelang magrib. Tangan ini mulai berpacu dengan dentuman nada biji tangkil dan bertanding dengan suara huruf-huruf di keyboard. Dan ada yang membuat saya kalah dalam perhelatan memotivasi diri. Di depan kantor sekolahanku mengajar, seorang penjaga sekolah menanam sebuah pohon pisang. Dari situlah kembali motivasi menulis dibangun. Target saya adalah novel, saya target kalau ia berbuah, maka novel harus selesai. Hari demi hari berpacu dengan tumbuhan yang ada di samping kantor itu. Mulailah pisang itu disiram, tumbuh dengan segar. Dan tangan ini pun tak kalah gesitnya untuk terus menerkan huruf-huruf yang ada di keyboard. Hingga beberapa lama kemudian pohon itu sudah mulai keluar jantung dan akan berbuah. Dan novel yang saya buat baru mencapai 37 halaman. Entah siapa yang menggagalakan rencanaku. Padahal semua orang yang ada di sekolah itu tidak ada yang tahu, kalau pohon pisang disamping sekolah itu adalah sumber motivasi diri juga kekuatan alam yang sedang saya ajak bertanding. Esoknya saya datang ke sekolah pohon pisang itu sudah ada yang menebang. Dan diketahui pohon pisang itu mengganggu orang-orang yang lewat dan merusak pemandangan. (****) *) Makalah ini disampaikan pada acara diskusi Nyenyore Ala Rumah Dunia Pada Rabu, 18 Agustus 2010. Penulis ,Alumni Untirta Jurusan Diksatrasaia tahun 2004. karya-karyanya berupa; Puisi, Cerpen, Artikel, Resensi buku dan Essei Budaya, menghiasi berbagai media massa; Journal Imaji Indonesia. Harian Banten (sekarang Radar Banten), Fajar Banten, Majalah Advokasi Sigma, Majalah Dinamika Ummat, Buletin Menara Banten, Tabloid Banten. Tabloid Wacana, Majalah Islam Sabili, Majalah Katarsis, Kaibon, Horison,Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Banten, dan Majalah Annida . Karya-karyanya yang lain adalah, Tim penulis Skenario Film Dokumenter Banten (View Of Banten, 2004), Film Senja Di Lereng Bukit (2005), kumpulan puisi tunggalnya Kampung Ular (Lumbung Banten; 2009). Dan puisinya juga masuk dalam antologi puisi Candu Rindu (Kubah budaya: 2009). Cerpennya yang berjudul 3 Jam Masuk dalam antologi cerpen Gadis Kota Jerash (Lingkar Pena Publishing House, 2009). Bersama Habiburahman El Shirazy dkk. Saat ini aktif di Rumah Dunia dan Komunitas untuk Perubahan Budaya Banten (Kubah Budaya). Prestasi yang pernah diraih; juara III cipta cerpen, GBSI

Untirta tahun 2004, juara I cipta cerpen GBSI Untirta 2007, juara II cipta puisi GBSI 2007 dan juara I lomba baca puisi piala Bupati Serang 2007, juara I cipta puisi GBSI Untirta 2008. Juara II baca Puisi 2008 dan juara III membaca cerpen 2008. Penulis juga Bekerja di lembaga pendidikan SMP-SMA Al Irsyad Waringinkurung-Serang. Tingal di Kampung Bojong Ds. Sukadalem. Kecamatan Waringinkurung Serang kode pos 42161 [RumahDunia.Net]
Sumber : http://www.rumahdunia.net/wmprint.php?ArtID=1898 jam 11.18 tgl 10/09/11

Anda mungkin juga menyukai