Anda di halaman 1dari 2

Spirit Silaturahmi Berpuisi (1)

MENULIS BERKARYA UNTUK KEABADIAN

|.|Seduhan Kopi Kustawa Esye|.|

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis ia akan hilang di
dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”.
(Pramoedya Ananta Toer)

TIDAK ada keabadian di dunia fana ini, kecuali ketidakabadian itu sendiri.
Karena alasan apapun baik manusia maupun seluruh isi jagad raya ini,
sebagaimana sunatullah-Nya esuk atau lusa pasti akan menuai kehancuran. Lalu,
apa yang dimaksud „keabadian‟ oleh Pramudya Ananta Toer sebagaaimana
dalam kutipan yang tertulis di awal tulisan Saya ini?

Karya tulisnya. Itu pun masih perlu diperjelas lagi, bukan fisik goresan pena pada
selembar kertas yang pertama kali ditulis penciptanya. Tapi, keabadian ide
gagasannya, buah pemikirannya, dan ekspresi kreatifitasnya yang tidak akan
lapuk ditelan jaman. Siapa orangnya dan dengan alat atau media apa
memusnahkan kekayaan intelektual ini, tidak dapat dan tidak bisa
memusnahkannya.

Itulah keabadian karya literasi tadi, sampai sekarang kita masih sangat mengenal
Imam Bukhori, Muslim, Marx, William Shakespeare dan sederet tokoh pembaharu
peradaban dunia lainnya dikarenakan karya tulis mereka.

Demikian juga para penulis di negara kita seperti diantaranya Chairil Anwar,
Matinggo Bousse, Hamka, Amir Hambyah, Pramudya Ananta Tour, WS Rendra,
Sapardi Jokodamono, NH. Dini. Bahkan tokoh kebangkitan kaum Hawa, RA.
Kartini pun namanya mendunia dan kita mengenalnya dari generasi ke generasi
berikutnya, dikarenakan ide serta pemikirannya yang dituangkan lewat goresan
pena.

Harus diakui, memang ada benarnya juga pendapat lain yang menyatakan antara
penulis dan teks yang ditulisnya, dalam saat tertentu akan berseberangan jalan.
Naamun demikian, bukti sejarah membukakan mata hati dan pemikiran kita.
Kenyataannya, sederet nama penulis besar yang mendunia tadi masih hidup
sampai detik ini, kendati nyawa dan raganya telah lenyap ditelan bumi.

“Menulis adalah bekerja untuk keabadian,” kata Pramoedya Ananta Toer,


sastrawan yang juga esays yang telah menerbitkan tidak kurang 100 buku tadi.
Jika umur kita tidak sepanjang dan setinggi usia jagad raya, sambunglah dengan
karya-karya cipta literasi kita. Menulis adalah bekerja untuk mengabadikan ide
gagasan, dan pemikiran. Mengabadikan rasa kegelisahan, keresahan massal
karena ketidakadilan, mengabadikan peristiwa bersejarah, mengabadikan suka
cita maupun duka cita kenangan kita, dan lain sebagainya.

Siapa pun orangnya, setiap orang sebenarnya dapat dan bisa menjadi penulis
handal. Syaratnya, juga tidak sesusulit sebagaimana anggapan sebagian besar
masyarakat di sekitar kita. Cukup bermodal niat dan kemauan, diberengi
ketekunan berlatih dan terus berlatih.

Menulis apa saja, baik karya fiksi maupun nonfiksi sebenarnya tidak akan sulit
jikalai kita telah berbekal niat dan atau kemauan, pengetahuan serta wawasan
luas. Menulis merupakan bagian dari kegiatan keterampilan, bukan tergantung
pada bakat. Bakat, sepanjang pengalaman pribadi Saya, tidak lebih hanya
berperan 15 %, selebihnya (80 %) ditopang oleh kemauan keras, ketekunan,
kegigihan, dan kontinuitas berlatih.

Latihan pertama adalah dengan menjadikan membaca sebagai kebutuhan kita.


Baik membaca koran, majalah, media online, dan membaca buku. Termasuk
diantaranya yang juga lebih penting membaca kehidupan, membaca pengalaman
sendiri maupun pengalaman orang lain, dan membaca ayat-ayat Tuhan yang
bertabur di jagad raya ini.

latihan kedua adalah menulis, menulis, dan menulis. Sebagai bagian dari santapan
rohani keseharian kita, karena dengan menulis akan bisa mendatangkan
kenikmatan spiritual, kebanggaan, percaya diri secara wajar, dan keuntungan
material.

Membaca dan menulis, merupakan dwi tunggal atau kesatuan dua sisi mata uang
yang tidak dapat dipisahkan. Dengan membaca dan menulis kita akan lebih mahir
bermain kata (penataan dan penempatan kata maupun kalimat), lihai merangkai
dalam deretan kalimat, dan cerdas menyampaikan ide serta gagasan kita kepada
pembaca.

Sudah barang pasti, teori-teori akademis berkait bentuk dan atau format tulisan
yang akan kita tulis, juga harus dipelajari. Semisal kita akan menulis puisi, harus
juga memahami teori secara akademisnya. Semisal tentang pemilihan tema, diksi,
rima dan lainnya.

Nah, sambil menunggu racikan seduhan kopi „Silaturahmi Berpuisi‟ berikutnya,


kalian wajib memulai berani mencoba mulai saat ini juga. Tulis puisi sesuka hati,
sesuai keinginan dan atauai kemampuan masing-masing. Hasilnya, dapat kita
bahas dalam diskusi di forum ini. Keberanian mencoba, merupakan kunci sukses
langkah berikutnya. |.|

Anda mungkin juga menyukai