Anda di halaman 1dari 12

TAFSIR PANDANGAN PENGARANG TERHADAP NOVEL PENGHUNI RUMAH

BELANDA
KARYA EMBART NUGROHO

Ditulis Oleh :

Nama Siswa : Muhammad Rifqi Salichin

NISN : 0050832145

KARYA TULIS DISUSUN SEBAGAI UJIAN PRAKTIK UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN UJIAN
SEKOLAH KELAS XII

SMAN 9 KOTA TANGERANG

PROVINSI BANTEN

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya karya tulis yang
berjudul “Tafsir Pandangan Pengarang terhadap Novel Penghuni Rumah Belanda Karya
Embart Nugroho”. Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan karya
tulis ini, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada.

• Bapak Drs. Samsuri, selaku kepala sekolah SMAN 9 Kota Tangerang Provinsi Banten
yang telah memberikan bimbingan, saran, ide, dan juga kesempatan untuk menggunakan
fasilitas sekolah untuk menunjang penulisan karya tulis ini.
• Drs. H. Sarif Hidayat, selaku guru pembimbing kami, yang memberikan dorongan dan
masukan kepada penulis.
1. Orang tua penulis yang banyak memberikan dukungan baik moril maupun materil.
• Semua pihak yang tidak dapat penulis rinci satu per satu yang telah membantu dalam
proses penyusunan karya tulis ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari kata sempurna dan masih terdapat beberapa
kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca untuk penyempurnaan karya tulis ini.

Tangerang, 6 Februari 2023


Penulis

MUHAMMAD RIFQI SALICHIN.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................4
B. Pengertian Sastra Dan Novel...........................................................................5
C. Tujuan Sastra Dan Novel.................................................................................6
D. Manfaat Sastra Dan Novel...............................................................................6
BAB II.....................................................................................................................7
A. Ringkasan Novel..............................................................................................7
B. Latar Belakang Pengarang.............................................................................14
BAB III : PEMBAHASAN..................................................................................17
A. Secara Intrinsik..............................................................................................17
B. Secara Ekstrinsik...........................................................................................19
BAB IV : PENUTUP............................................................................................20
A. Simpulan........................................................................................................20
B. Saran..............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sastra ada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun yang lalu. Kehadiran
sastra diterima sebagai realitas sosial, budaya, dan keindahan. Dalam karya sastra,
selalu ada perkembangan yang terjadi, baik pada isi atau bentuk karya tersebut.
Karena itu, pembaca akan mengetahui realitas sosial budaya dan keindahan sastra
sebenarnya yang ditentukan oleh masyarakat penghasil karya sastra tersebut.

Sastra merupakan karya imajinatif dengan menggambarkan kehidupan bermasyarakat


yang dapat dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan kalangan masyarakat. Hasil
imajinasi yang dilakukan pengarang akan dituangkan ke dalam bentuk karya sastra.
Bentuk karya sastra tersebut, antara lain, drama, cerpen, puisi, dan novel. Penciptaan
karya sastra bukan hanya melalui imajinasi yang dilakukan oleh pengarang, tetapi
dapat juga dari pengalaman batin pengarang. Pengalaman batin pengarang berupa
peristiwa atau problem dunia yang menarik, sehingga muncul gagasan dan imajinasi
yang dituangkan dalam bentuk tulisan.

Sastra yang telah dilahirkan oleh para pengarang diharapkan dapat memberikan
kepuasan estetik danintelektual bagi masyarakat penikmat sastra. Sebaliknya, sering
terjadi suatu karya yang tidak dapat dipahami dan dinikmati sepenuhnya oleh
sebagian besar masyarakat pembaca. Hal ini dikarenakan karya sastra adalah seni, di
mana banyak unsur kemanusiaan yang masuk di dalamnya, khususnya perasaan, ide,
semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran hidup, yang dapat
membangkitkan pesona dengan alat bahasa dan dilukiskan dalam bentuk tulisan,
sehingga diperlukan pengetahuan tentang sastra.
A. Pengertian Sastra dan Novel

Sastra menurut Sapardi Djoko Damono, adalah sebuah lembaga sosial yang menggunakan
bahasa sebagai alat penyampaiannya. Sastra juga menunjukkan gambaran tentang kehidupan
manusia, yang merupakan suatu kenyataan sosial. Mukarovsky, E.E. Cummings dan
Sjklovski mengatakan bahwa sastra ialah suatu karya fiksi yang merupakan hasil kreasi
berdasarkan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik antara
aspek kebahasaan maupun aspek makna.

Sementara Plato mengatakan bahwa sastra merupakan hasil tiruan dari kenyataan. Hal tersebut
di dalam karya sastra harus merupakan bentuk teladan alam semesta sekaligus menjadi model
kenyataan kehidupan manusia sehari-hari. Sastra bukan hanya sebatas tulisan saja, tetapi sastra
juga memiliki peran di dalam kehidupan manusia. Karena, manusia dapat menyampaikan
pemikiran, aspirasi, dan perasaannya kepada orang lain.

Suatu sastra bisa dikatakan sebagai karya sastra ketika beberapa kriteria terpenuhi. Fananie
(2000: 2) mengatakan, suatu teks dapat digolongkan menjadi teks sastra apabila di dalamnya
mengandung nilai estetik. Fananie mengatakan suatu karya sastra setidaknya mengandung tiga
aspek utama yaitu, decore (memberikan sesuatu kepada pembaca), delectare (memberikan
kenikmatan melalui unsur estetik), dan movere (mampu menggerakkan kreativitas pembaca)
(Fananie, 2000: 4). Mursal Esten (Esten, 1978, hlm. 9) berpendapat bahwa Sastra adalah
pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia dan
masyarakat umumnya, melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek positif terhadap
kehidupan manusia.

Sedangkan novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Novel merupakan
cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik dan
ekstrinsik. Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam
berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya. Dalam sebuah novel, si pengarang
berusaha semaksimal mungkin untuk mengarahkan pembaca kepada gambaran-
gambaran realita kehidupan melalui cerita yang terkandung dalam novel tersebut.
Menurut Jakob Sumardjo Drs Novel adalah bentuk sastra yang paling popular di dunia.
Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar, lantaran daya
komunitasnya yang luas pada masyarakat. Novel merupakan karya sastra yang mempunyai
dua unsur, yaitu : undur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang kedua saling berhubungan karena
sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra (Drs. Rostamaji,M.Pd, Agus
priantoro, S.Pd). Novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsur-
unsur intrinsic (Paulus Tukam, S.Pd). Novel adalah bentuk karya sastra yang di dalamnya
terdapat nilai-nilai budaya social, moral, dan pendidikan (Dr. Nurhadi, Dr. Dawud, Dra. Yuni
Pratiwi, M.Pd, Dra. Abdul Roni, M. Pd).

B. Tujuan Sastra dan Novel

Tujuan dari sastra dan novel yaitu menghibur, memperluas wawasan juga untuk
menajamkan nurani, berempati kepada orang lain dan memberikan pengalaman estetis
kepada pembaca.

C. Manfaat Sastra dan Novel

1. Dapat mengembangkan imajinasi dan kreativitas dalam berpikir


2. Meningkatkan kemampuan menulis
3. Menambah wawasan yang beragam
4. Meningkatkan daya ingat
BAB II

A. Ringkasan Novel

Papa dan mama terlihat bercengkerama di ruang tamu. Wajah keduanya terlihat
serius. Maklum, mereka sedang membicarakan masalah perusahaan. Ini mungkin
adalah keputusan terberat yang harus diutarkan Papa. “Kita akan pindah ke Medan,
Ma,” ujar Papa. Mama mendesah berat, memerhatikan wajah Papa dengan lekat.
“Apakah keputusan Papa itu sudah matang, Pa?’ “Papa tidak tau lagi harus
bagaimana, Ma.

Sebaiknya beri tahu Riri dan Gordy untuk merapihkan barangnya. Riri mengepak
semua barang-barangnya dan memasukkan baju-bajunya ke dalam koper besar. Riri
masih saja menggerutu. Ia bakalan kehilangan sahabat-sahabatnya. “Maafin papa ya,
Ri. Papa harus ngajak kalian pindah.” “Papa nggak adil. Ngajak pindah tanpa
berunding dulu!” “Sorry, Honey…. Papa nggak punya pilihan lagi”.

Medan

Pesawat mendarat menjelang sore di Bandara Polonia, Medan. Riri menarik koper
besarnya keluar dari bandara. Papa asyik bertelponan ria sambil menarik beberapa
travel bag-nya. Perabotan rumah sudah dipaketkan dan siap untuk diantar ke rumah
baru. Riri dan keluarga telah tiba di rumah baru nya. Riri memerhatikan rumah megah
di depannya. Cukup bagus dan terkesan modern. Halamannya luas dan ada dua buah
gazebo pada bagian samping. Ada patung perempuan dari abad pertengahan di
taman. Rambutnya tergerai dengan ekspresi kesedihan.
Riri turun dari mobil dan menginjakkan kakinya pada pecehan batu kerikil yang
disusun rapi sebagai jalan menuju pintu depan. Pandangannya mengedari halaman
depan dan samping. Cukup rapi dan nyaman. Riri mendesah berat melihat keadaan
rumah yang terkesan angker. Atmosfer yang dipancarkan juga membuat bulu
kuduknya merinding.matanya mengendari satu ruangan yang masih terlihat kosong.
Belum banyak perabotan dalam rumah itu.

Hanya ada beberapa lemari kecil, kursi peninggalan kakek, dan beberapa guci antik.
Riri menelan ludahnya dan mengambil nafas yang panjang karena saat dia lihat
kebelakang ada sebuah foto besar yang menyeramkan. Foto tersebut terlihat seperti
foto kakek-kakek yang seram dan sangat brewokan. “Mamaaaa!” panggil riri dari
dalam ruang tersebut. Mama langsung menghampiri riri yang sudah berkeringkat
mengucuri celananya.

Mama bilang ke riri kamu lebay amat si ri, itu kan cuman foto bekas penghuni rumah
ini kita harus menghormati dan tidak boleh malah ketakutan seperti itu ri. Iyaa.. mahh
tapi kan itu foto nya serem banget kayak kakek-kakek tua brewokan orang gila gituu.
Hehhhh!! Jaga omongan kamu riri jangan kamu berkata seperti itu lagi ya nak.

Riri pun malah membuangkan mukanya dan meludahi foto tersebut. Keesokan
harinya riri pun kembali histeris karna saat dia menuruni anak tangga riri melihat ada
bayangan seperti tubuh seorang kakek-kakek membawa pacul berwarna ungu dan
memakai baju sobek-sobek. Riri mengerutkan mukanya. Wajahnya pucat.

Ekspresi kesedihan terlihat jelas. Riri langsung cepat-cepat lompat dari anak-anak
tangga dan cepat bersembunyi di kamar mandi.
Riri duduk di bawah lantai kamar mandi dan riri sempat-sempatnya buang air besar
dan melanjutkan menangis.

Dan tak lama pintu kamar mandi terbuka sendiri dan kakek-kakek itu menatap mata
riri dengan tajam dan mengucapkan Bangsat kau anak muda… “Aaaarrrrgghhh!” Riri
menjerit histeris. Dan riri seketika pingsan dan bangun dengan berat. Sinar matahari
pagi yang hangat menembus jendela kamarnya. Tubuhnya masih terasa lemas. Ia
beranjak menghampiri jendela. Matanya tertuju pada halaman depan. Mawar merah
merekah di taman. Krokot kuning tumbuh subur di sisinya. Riri menyampirkan gorden
cokelat muda bercorak bunga-bunga kusen jendela.

Mama masuk ke kamar Riri. “Gimana keadaanmu, Sayang? Membaik? Pasti kamu
kecapean kemarin makanya kamu pingsan di kamar mandi, Iya kan?” “Riri mau balik
ke Jakarta aja, Ma….,” ujar Riri. Mama sontak menampar riri.

“Kamu jangan begitu dong, Ri.” Kita udah tidak punya apa-apa lagi di Jakarta. Kamu
harus menghargai usaha Papa kamu dong mau bagaimana pun kita ini masih bisa
menyediakan rumah buat kamu, kamu malah mau pindah “dasar anak durhaka”. Riri
pun melanjutkan tidur nya dan menghiraukan ucapan dari Mama. Riri pun terbangun
saat mendengar ada suara harimau di luar kamarnya. Riri pun keluar dari kamarnya
dan menutup rapat-rapat pintunya. Tiba-tiba bulu kuduknya meremang. Tengkuknya
terasa dingin. Bayangan hitam dibelakang nya berdiri tegak. Riri tidak bergerak dan
tidak bisa mengucapkan apapun. Dan riri mendengarkan bayangan dibelakangnya
mengucapkan “Anda tidak menghormati aturan yang ada, anda harus mati bangsat”.
Riri pun cepat membalikan badannya.
Sosok itu menghilang. “Huh….” Riri menghela napas lega. Ia mengatur detak
jantungnya, lalu beranjak menuruni anak tangga. “Kamu baik-baik aja kan?” Riri
mengangguk. “He’em” “Pagi ini Papa dan Mama mau lihat perkebunan. Kamu jaga
rumah ya,” kata Papa di sela sarapan pagi.

Riri menyendok nasi goreng. “Kak Gordy?” tanyanya. “Kakak juga mau keluar, Ri. Mau
menembak Rusa di Hutan”. Riri lagi-lagi menghela napasnya. Dia seperti anak yang
teraniaya. “Kalau ada apa-apa, panggil aja Pak Sotong. Mereka tinggal dibelakang,”
ujar Papa seraya mengambil serbet dan menghapus mulutnya.

Riri berusaha mengguatkan jantungnya yang mulai tidak teratur. Ia mengawasi ruang
tamu dengan seksama. Gorden jendela melambai-lambai tertiup angin. Mendadak
gramofon diatas bufet mencuri perhatiannya. Gramofon selalu banyak punya cerita
misteri.

Tangan riri meraih majalah di meja. Ia membuka halaman demi halaman. Pikirnya
tidak konsentrasi. Pelan ia mendengar suara musik klasik tahun tujuh puluhan. Musik
itu mebuatnya seperti berada di negeri Belanda. Wajah riri tegang. Keningnya
berkeringat. Musik itu berasal dari gramofon di atas bufet.

“Siapa yang menyalakan?” Batinya dengan pikiran kalut. Riri menutup majalah dan
meletakkannya diatas meja. Ia beranjak sambil terus memerhatikan piringan hitam
yang berputar.

Braaaaaaakkkk!!!

Tiba-tiba saja pintu samping tertutup. Riri terlonjak kaget. Refleks riri menoleh ke arah
pintu. Sembari menenangkan pikirannya,
Muncul sosok Nenek-nenek dengan rambutnya berwarna putih dan badannya
separuh kucing, menatap mata Riri. Riri hanya terdiam dan menanyakan, “Siapa kamu
jelek sekali tubuh mu?”

Nenek pun menjawab “Saya penghuni rumah ini, dan kamu telah membuat saya
marah akan saya mati kan kamu”. Caakkkkk….. Tertusuk nya Riri dengan pisau yang di
lempar oleh nenek-nenek tua penghuni rumah Belanda tersebut.
B. Latar Belakang Pengarang

Anda mungkin juga menyukai