Anda di halaman 1dari 5

Bermain di Atas Kata

ipang

Mengenal Puisi

Saat ditunjuk menjadi pemateri puisi pada SK ASAS tahun ini saya langsung berpikir
"bagaimana caranya memberi tahu kepada pendengar mengenai puisi?" Sebab, saya merasa
pengertian dari puisi sendiri terlalu luas dan bebas. Mungkin pengertian puisi dapat berubah-
ubah mengikuti apa, siapa, dan untuk apa puisi itu dibuat. Maka dari itu, saya akan
membicarakan pengertian puisi menurut pemahaman saya.

Pada dasarnya puisi membicarakan suatu hal dengan hal yang lain. misal, ketika kita ingin
membicarakan kita sedang rindu akan pelukan seseorang, maka kita bisa membicarakan
tentang api yang menyulut kayu bakar. Wordswod mengatakan “the spontaneus overflow of
powerful feelings,” bahwa puisi adalah perasaan-perasaan kuat yang spontan dan mengalir
begitu deras. Jadi, ketika kita merasakan kehangatan dari api yang menyulut kayu bakar
menjadi unggun, kemudian kita merasakan kehangatan pelukan kekasih kita dan kita
membayangkan api adalah pelukan kekasih kita. Dengan begitu, kita merespons sesuatu
peristiwa yang ada di sekitar kita dan membuat rasa spontan muncul sehingga kita
membicarakan suatu hal dengan hal lain.

Puisi menurut saya adalah salah satu kebebasan berimajinasi di mana kita bisa menjadi apa saja
saat sedang menulis puisi. Entah menjadi sinar matahari yang merindukan pagi atau menjadi
kerlip bintang di kegelapan malam. Jadi, bisa dibilang puisi itu seperti kotak kardus bekas milik
Squidward yang berisi imajinasi dan kebebasan berekspresi di dalamnya.

Sedangkan, menulis puisi bagi saya merupakan perihal bermain di atas kata. Kita dapat
melompat dari satu kata ke kata yang lain, mengikatnya menjadi satu rima, sehingga
terbentuklah sebuah tulisan yang indah dan memiliki ruh yang melekat pada tulisan itu sendiri.

Memulai Menulis Puisi

Tiap penulis tentu memiliki trik tersendiri dalam menulis. Pada kali ini saya akan membagikan
trik bagaimana saya memulai menulis dengan memperhatikan dan mengedepankan beberapa
hal sebagai berikut:
Tema

Tema bisa dibilang adalah penunjuk arah jalan ke mana kita ingin tuju. Tanpa kita memikirkan
tema terlebih dahulu, kita akan seperti masuk ke dalam rimba yang rimbun tanpa peta pun
kompas dan akan tersesat di tengah jalan.

Ketika saya menulis puisi, hal pertama yang saya lakukan untuk membuat tema adalah dengan
membayangkan suasana tertentu. Misalnya saya membayangkan berada di pantai pada sore
hari. Lalu, saya mendeskripsikan hal apa saja yang ada di sekitar pantai (ombak, karang, pasir,
mercusuar, perahu, burung-burung yang terbang, matahari yang hampir tenggelam, dan lain
sebagainya) dan setelah itu saya menggabungkan tentang cerita yang akan saya ingin tulis,
seperti tema tentang percintaan. Hal ini akan menjaga kita ketika menulis puisi agar tetap pada
satu konteks dan menjaga koherensi suasana dalam karya yang sedang ditulis.

Gaya bahasa

Lalu gaya bahasa. Gaya bahasa dipakai untuk menghindari tulisan yang datar dan terkesan
membosankan. Posisi gaya bahasa atau majas di dalam puisi adalah sebagai rias terhadap karya
kita. Kegunaan majas ini untuk menciptakan suatu keindahan diksi yang dibangun, guna
mencapai estetis bahasa. Beberapa majas yaitu, personifikasi, simile, metafora, ironi,
hiperbola, dan lain sebagainya.

Personifikasi adalah majas yang menjadikan benda mati memiliki perilaku seperti makhluk
hidup, simile adalah majas perbandingan dengan menggunakan konjungsi -seperti, bagai,
laksana, metafora adalah majas yang membandingkan satu benda dengan benda yang lain
dengan sifat yang masih sama, ironi adalah majas kebalikan, dan hiperbola adalah majas yang
melebih-lebihkan suatu hal.

Hindari klise

Klise merupakan musuh bagi tiap penulis. Klise terjadi ketika suatu ungkapan sudah sering dan
ada di mana-mana -atau bisa disebut juga sudah tereksploitasi penggunaannya. Klise dapat
terjadi salah satunya ketika kita menjabarkan suatu hal dengan secara telanjang. Maksudnya,
kita ingin menggunakan sifat hujan di tulisan kita, namun kita terlalu mendeskripsikan hujan
terlalu gamblang, seperti “hujan membasahi bumi” atau “hujan turun dari langit”. Hal ini
dianggap klise karena hanya mendeskripsikan sifat hujan secara umum. Maka dari itu,
hindarilah pendeskripsian yang sekiranya terlalu umum untuk menggambarkan suasana atau
keadaan tertentu. Sebaliknya, kita bisa mendeskripsikan hujan sebagai berikut “dan hujan
kembali bertamu”.

Diksi sederhana

Banyak dari kita menganggap bahwa ketika menulis puisi harus memakai kata-kata yang rumit
dan asing di telinga kita. dengan hal demikian, kita seakan membatasi para pembaca karya
kita. Padahal, pembaca seharusnya diposisikan sebagai teman dan bukannya menjadikan
pembaca sebagai orang asing terhadap karya kita karena pemilihan diksi yang jarang diketahui
orang. Jangan karena kita hanya ingin membuat puisi kita terasa semakin estetis dengan
menggunakan diksi yang asing, namun menjadikan pembaca sebagai musuh terhadap karya
kita. Berikut adalah contoh puisi dengan menggunakan bahasa yang sederhana namun tetap
bernilai estetis.

Aan Mansyur

Aku Beli The Book of Questions Untukmu di Hari Ulang Tahunku

"Apakah kau sedang merindukan seseorang?"


Kasir toko buku itu, perempuan tua, bertanya
ketika aku hendak membayar.

Kau tahu, Pablo Neruda menulis 320 pertanyaan


di buku puisi itu. Apakah kau sedang merindukan
seseorang? Pertanyaan itu membuat jumlahnya bagai
hitungan mundur. Setelahnya kubayangkan
ada ledakan.

Aku dan toko buku itu akan hancur.

Membangun Diksi

Diksi merupakan pemilihan kata dari penulis dengan mencocokkan satu diksi dengan diksi
yang lainnya agar dalam tulisannya terdapat makna dan emosional tertentu. Diksi diperoleh
dari banyaknya kita melakukan observasi terhadap kata-kata, salah satunya ialah membaca.
Ibarat kata diksi itu seperti crayon saat kita sedang menggambar. Apabila kita memiliki sedikit
warna dalam crayon, maka gambar kita akan terkesan monoton. Sebaliknya, ketika kita
memiliki beragam warna dalam crayon dan mampu memadukan satu warna ke warna lainnya,
maka hasil gambar kita akan lebih bagus dan memiliki keindahan di dalamnya. Diksi bisa
dibilang juga sebagai peluru atau amunisi bagi para penulis dan menulis adalah medan perang.
Semakin banyak peluru yang ada, semakin aman kita berada di medan perang.

Setelah memperkaya diksi, selanjutnya kita mencocokkan diksi satu dengan yang lainnya agar
bisa lebih puitis. Cara berlatihnya ialah dengan mengubah struktur kalimat SPOK. Semisal kita
ingin menulis “Aku merindukan kamu di sini” kita bisa mengganti subjek aku menjadi serigala
dan objek kamu menjadi purnama dan keterangan di sini menjadi di malam hari. Dan hasilnya
menjadi seperti ini “Serigala merindukan purnama di malam hari”

Hal yang perlu diingat juga bahwa penulis harus memahami PUEBI untuk membuat tulisan
yang baik. Memahami PUEBI berguna untuk menghindari kesalahan-kesalahan teknis
penulisan bahasa dalam menulis puisi. Ambil contoh ketika kita ingin bermain gaya bahasa
metafora dengan membandingkan satu benda dengan benda lain seperti mengenai kematian.
Sifat kematian itu salah satunya sebuah perjalanan menuju kehidupan baru. Lalu, kita mencoba
membuat perjalanan menuju kehidupan baru itu dengan kereta di stasiun. Seperti contoh puisi
berikut

Wan Anwar

Loket-loket Kosong

Seperti tadi di kantor itu


loket-loket di stasiun ini kosong
cuma ada komputer, gundukan karcis
daftar harga dan pluit mengiang dalam kenangan

bangku-bangku peron termangu, rel menggigil


penanda arah menggantung sendirian
“halo ...” sapamu – namun tak kaudapat jawaban
operator sibuk dan kabel-kabel
mengirim kalimat yang berulang

“halo ...” sapamu padaku karena kereta tak juga


tiba – tapi sungguh aku terlanjur tahu
kau tak pernah benar-benar merindukanKu

Depok, 2001

Anda mungkin juga menyukai