Anda di halaman 1dari 3

Resensi merupakan pertimbangan tentang sebuah buku yang biasanya baru terbit.

Resensi sering dipublikasikan di koran, majalah, maupun internet. Pernahkah kamu membaca
resensi? Apakah bedanya dengan karangan lainnya? Resensi berbeda dengan karangan biasa.
Peresensi pun orang-orang yang ahli dan yang biasa membaca. Begitu juga dengan karya
yang akan diresensi. Karya tersebut harus karya terpilih yang bernilai tinggi, bukan karya
sembarangan. Mengapa demikian? Karena, resensi adalah sebuah pertimbangan,
pembicaraan, atau ulasan terhadap kelebihan dan kekurangan sebuah karya, baik fiksi
maupun nonfiksi. Resensi ditulis secara singkat, padat, dan objektif. Beragam buku bisa
dijadikan bahan resensi. Biasanya dikategorikan atas karya fiksi dan nonfiksi. Karya-karya
fiksi terdiri atas buku novel, kumpulan cerpen, kumpulan puisi, roman, dan drama. Buku
kumpulan cerpen dan puisi dapat ditulis oleh seorang pengarang namun dapat pula ditulis
oleh beberapa pengarang. Untuk melatih kemampuan membuat resensi cerpen, ikutilah
langkah-langkah berikut! 1. Bacalah halaman awal buku! a. Apakah judulnya? b. Pahami isi
pengantarnya! (Kata pengantar biasanya memberikan informasi penting tentang tujuan
pengarang menulis buku tersebut). c. Baca daftar isi buku! (Daftar isi dapat memberitahu
gambaran tentang organisasi buku tersebut dan akan membantu dalam menentukan gagasan
utama pengarang dan alur pengembangannya secara kronologis berdasarkan topik yang
disampaikannya).

a. Pahamilah unsur-unsur intrinsik cerpen tersebut, buat catatan tentang temanya, plot dan
konfliknya, penokohan, latar, dan keterkaitannya dengan judul cerpennya!

b. Cari informasi tentang prestasi yang diraih cerpen tersebut!

Linguae Karya Seno Gumira Ajidarma

Linguae artinya lidah. Cerpen "Linguae" dalam kumcer berjudul sama karya Seno Gumira
Ajidarma ini bercerita tentang makna lidah bagi manusia. Bagaimana nasib para pecinta jika
organ tubuh yang satu ini hilang? Begitu banyak peran lidah yang tak dapat digantikan oleh
organ lain seperti dengkul, misalnya. Cerpen ini berkisah, dalam sebuah percintaan, lidah
memang menyatakan segalanya dengan lebih nyata daripada kata-kata dalam tatabahasa
sempurna mana pun di dunia. Tiga belas cerpen lainnya mengungkapkan beraneka kisah.
"Cintaku Jauh di Komodo" bercerita tentang cinta yang tak pernah hilang di antara dua
manusia yang terus bereinkarnasi sepanjang masa. Bahkan, sampai salah satu dari mereka
berubah wujud menjadi komodo! "Rembulan dalam Cappucino" mengisahkan seorang
perempuan yang baru cerai dengan suaminya memesan cappucino dengan rembulan terapung
di dalam cangkirnya. Silakan menerjemahkan dengan bebas metafora rembulan yang
diungkap

Penulis : Seno Gumira Ajidarma Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Tanggal terbit : Maret -
2007 Jumlah halaman : 138 Berat buku : Jenis cover : Soft Cover Dimensi (L x P) :
135×200mm Kategori : CerpenSumber: tlose.wordpress.com Gambar 1.3 Cover buku
Linguae SGA dalam cerpen ini. Sementara, cerpen "Joko Swiwi" adalah cerpen yang sangat
imajinatif dalam buku ini. Dikisahkan, seorang anak lahir dengan sayap di tubuhnya. Ia
menjadi pahlawan di kampungnya, namun pada akhirnya mesti terusir dari sana karena suatu
pengkhianatan. Cerpen-cerpen lainnya ditulis dengan gaya bercerita SGA yang khas, unik,
dan penuh imajinasi yang tak terduga. Resensi Terkini Oleh: Unai "Dalam remang, entah
pagi entah siang entah sore entah malam, kami terus menerus menguji daya cinta lidah kami.
Selalu remang. Hanya remang. Lebih baik remang-karena cinta yang jelas ada dan terang,
yakin dan pasti, bersih dan steril seperti bukan cinta lagi. Jadi memang tak bisa kulihat
wajahnya dengan jelas-apakah yang masih bisa dilihat dari sebuah wajah yang terlalu dekat,
begitu dekat, sehingga tak berjarak, ketika saling menguji lidah, selain ketidakjelasan dalam
keremangan dengan cahaya lembut yang berusaha menembus gorden? Mungkin itu sebabnya
aku lebih sering ingat gorden daripada wajahnya, karena hanya dari balik gorden itu datang
cahaya yang hanya membuat ruang menjadi temaram. 'Tutup matamu', katanya. Kupejamkan
mataku dan kutahu ia memejamkan matanya. 'Berikan cintamu', katanya dan
kupersembahkan cintaku dalam percakapan tanpa kata karena lidah kami menyatakan
segalanya dengan lebih nyata daripada kata-kata dalam tatabahasa sempurna manapun di
dunia." Demikian petikan dari kumpulan cerpen Linguae yang mampu membangkitkan
ketertarikan saya. Kata-kata yang begitu indah ini membuat saya seolah masuk ke dalam
gerbang imajinasi. Kumpulan cerpen Seno ini, hanya berselang dua bulan saja sejak lahirnya
Kalatidha yang terbit bulan Januari 2007 lalu. Di sini kita bisa melihat betapa produktifnya
seorang Seno. Dari sekian banyak cerpen Seno, hampir semuanya bergenre sastra. Meski
saya menyukai sastra namun ternyata tidak mudah bagi saya meresapi tiap jalan cerita yang
ada. Ada 13 cerpen yang terangkum dalam kumpulan cerita pendek ini, dan kesemuanya
pernah dipublikasikan di media cetak yang berbeda. Tiap cerpen menceritakan aneka kisah
dan menyimpan sebuah makna dan pembaca bebas menerjemahkannya. Cerita-cerita kental
dengan fiksi sarat metafor di dalamnya dan sangat di luar batas nalar. Beberapa cerita meski
puitis bahkan tidak ber-ending. Seperti cerita tentang "Tong Setan", saya menemukan
beberapa kalimat yang mengalami pengulangan. Membacanya semakin membuat kepala saya
berputar… seperti motoris yang berputar di "Tong Setan" itu. Sulit untuk dipahami dan
dimengerti dibandingkan cerpen-cerpen yang lain. Lain lagi dengan cerita dengan judul
"Rembulan dalam Capuccino". Tidak bisa saya bayangkan bagaimana sebuah rembulan di
langit bisa masuk ke dalam secangkir kecil capuccino. Rembulan itu berukuran sebesar bola
pingpong, mengambang bersama buih krim coklat dalam seduhan kopi tradisional Italia itu.
Juga cerita tentang "Joko Swiwi". yang mengisahkan tentang tokoh imajiner, yang terlahir di
dunia dengan sayap di tubuhnya. Ia menjadi pahlawan di kampungnya, namun pada akhirnya
mesti terusir dari sana karena suatu pengkhianatan. Jika saya boleh membandingkan, saya
lebih suka kumcer Seno terdahulu "Sepotong Senja Untuk Pacarku". Indah dan mudah
dimengerti. Namun bagi pencinta sastra tak lengkap koleksinya bila tidak memiliki kumpulan
cerita "Linguae" ini. Sumber: tlose. wordpress.com/category/resensi-buku.

Dalam resensi di atas, peresensi mengungkapkan kelebihan dan kekurangan isi buku
kumpulan cerpen tersebut. Peresensi juga membandingkan buku kumpulan cerpen Linguae
dengan karya Seno Gumira Ajidarma sebelumnya.

Tujuan dari meresensi buku adalah kamu memberikan penilaian terhadap karya
sebuah buku, lalu diulas menjadi bahasan singkat dan jelas.
Kemudian target utama dari tujuan tersebut adalah kamu memberikan informasi buku kepada
pembaca dan masyarakat luas mengenai kelebihan dan kekurangannya. Lalu memberikan
rekomendasi apakah buku tersebut memiliki nilai manfaat lebih atau tidakkah untuk dibaca.
Manfaat Resensi
1. Ladang penghasil uang
Kamu bisa mengirimkan hasil resensi ke penerbit media jurnal untuk dimuat dalam koran
atau majalah. Jika hasil resensi mu di-accept oleh penerbit media jurnal dan akan dimuat
dalam koran atau majalah, maka kamu bisa mendapatkan uang dari penerbit buku yang kamu
resensi.
1. Menggali dan Meningkatkan Kreativitas
Buat kamu yang memiliki bakat terpendam dalam menulis, sebaiknya gali bakat kemampuan
kamu dan terus diasah. Karena itu merupakan sebuah potensi yang bisa meningkatkan
kreativitas mu.
1. Sebagai promosi sebuah buku
Setiap buku yang diresensi adalah buku terbitan baru yang belum pernah diresensi. Nah,
resensi ini salah satu media untuk mempromosikan buku yang baru terbit tersebut.
1. Bahan Rekomendasi
Memberikan bayangan dan rekomendasi kepada para pembaca mengenai sebuah karya
seseorang.
Unsur-unsur Resensi
Hal yang perlu diperhatikan dalam meresensi buku adalah memahami segala unsur yang ada
di dalamnya, karena untuk memudahkan kamu dalam teknis meresensi buku. Unsur sendiri
terbagi menjadi dua, yaitu intrinsik dan ekstrinsik.
Intrinsik
Unsur intrinsik merupakan unsur yang ada dalam buku, di antaranya:
1. Tokoh – Karakter yang ada dalam sebuah cerita, serta penggambaran watak masing-
masing tokoh.
2. Tema – Ideologi dasar dalam sebuah cerita.
3. Alur – Tatanan pola karangan sebuah cerita.
4. Latar – Meliputi keadaan, tempat, suasana, waktu, dan budaya dalam cerita.
5. Gaya bahasa – Penggunaan bahasa dalam cerita, biasa disebut majas.
6. Sudut pandang – Persepsi penulis atau pengarang dalam alur ceritanya.
7. Amanat – Sebuah pesan moral yang disampaikan oleh penulis atau pengarang kepada
para pembaca.
Ekstrinsik
Unsur yang ada di luar bahasan isi buku, di antaranya :
1. Latar belakang penulis atau pengarang
2. Kondisi sosial
3. Nilai yang terkandung – Meliputi nilai moral, sosial, budaya, dan estetika.
Hal Penting yang Harus Diperhatikan
1. Mengetahui unsur-unsur dalam sebuah buku
2. Memahami kelebihan dan kekurangan buku
3. Menyajikan pembahasan dengan bahasa yang mudah dipahami
Langkah-langkah Meresensi Buku
1. Membaca buku yang akan diresensi.
2. Mengamati fisik serta isi buku.
3. Menunjukkan kekurangan dan kelebihan buku.
4. Merangkum isi buku.
5. Menulis persepsi pribadi mengenai isi buku.
6. Meresensi.
7. Menyunting.

Anda mungkin juga menyukai